Anda di halaman 1dari 24

ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK

IDENTIFIKASI SISTEM ORGAN DALAM TERNAK RUMINANSIA


KECIL
(KAMBING)

Dosen Pengampu: Drh. Isyunani, M.Agr


Drh. Nurdianti

Oleh:

Mardiah Dwi Subyanti


07.2.2.16.2194
Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan VB

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN)


MALANG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTRIAN PERTANIAN
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas kuliah dari
matakuliah “Anatomi dan Fisiologi Ternak” setelah melakukan praktikum
mengenai “Identifikasi Organ Dalam Ternak Ruminansi Kecil (Kambing)”

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen pengampu pada mata kuliah ini, Drh. Isyunani, M.Agr dan Drh.
Nurdianti yang telah membimbing kami dalam praktikum ini.

Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Malang, 27 Januari 2019

Mardiah Dwi Subyanti


BAB I
PENDAHULUAN
Judul Praktikum
“Indentifikasi Organ Dalam Ternak Ruminansia Kecil (Kambing)”
Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi
jantan dan betina pada kambing
2. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem uropoetica
kambing
3. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem saraf
kambing
4. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem pencernaan
kambing
5. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem pernapasan
kambing
6. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem sirkulasi
kambing
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pada matakuliah Anatomi dan Fisiologi Ternak dengan tema “Nekropsi
Ternak Ruminansia Kecil (Kambing)” dilaksanakan pada hari Kamis 24 Januari
2019 pukul 08.00-11.00 WIB di Laboratorium Kesehatan Hewan, Politeknik
Pembangunan Pertanian Malang
2.2 Materi Praktikum
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
 Nampan plastik persegi panjang
 Nampan plastik bundar
 Sarung tangan plastik (glove)
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
 Organ kambing yang sudah dipisahkan sesuai sistemnya
2.3 Langkah-langkah Kegiatan
 Pembagian kelompok sesuai dengan urutan presensi
 Persiapan alat dan bahan
 Pembagian sistem organ berdasarkan nomor urut kelompok
 Setiap 5-10 menit dilakukan rolling/pindah ke sistem organ
selanjutnya
 Setelah selesai mengidentifikasi 6 sistem tersebut, bahan
dimasukkan kembali ke dalam box
 Kemudian dilakukan pembersihan ruangan
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
3.1 Pengamatan organ bagian dalam kambing
1. Sistem reproduksi
Jantan:
 Testis
 Skrotum
 Epididimis
 Vas deferens
 Penis
Betina:
 Ovarium
 Oviduct
 Uterus
 Cornua uteri
 Bifurcatio uteri
 Corpus uteri
 Serviks
 Vagina
2. Sistem uropoetica
 Ureter
 Ginjal
3. Sistem saraf
 Otak besar
 Otak kecil
 Batang otak

4. Sistem pencernaan
 Lidah
 Oesophagus
 Rumen
 Retikulum
 Omasum
 Abomasum
 Usus halus
 Sekum
 Usus besar
 Rectum
 Anus
5. Sistem respirasi
 Trachea
 Bronkus
 Pulmo
 Bronkiolus

6. Sistem sirkulasi
 Pembuluh darah
 Jantung
 Limpa
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sistem Reproduksi
a. Jantan
Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga komponen; (a) organ
kelamin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis testiculus (jamak: testes atau
testiculae), disebut juga orchis didymos, (b) sekelompok kelenjar-kelenjar
kelamin pelengkap kelenjar-kelenjar vesikularis, prostata dan cowper, dan
saluran-saluran yang terdiri dari epididimis dan vas deferens, dan (c) alat kelamin
luar atau organ kopulatoris yaitu penis (Toelihere, 1979 dan Marawali 2001).
 Testes
Sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu 1)
mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan 2)
mensekresikan hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa
dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating
Hormone), sedangkan testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari
Leydig atas pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating Hormone)
(Toelihere, 1979).
Struktur-struktur testis meliputi; a) Tunika albuginea, merupakan
pembungkus langsung testis. Licin karena banyak mengandung pembuluh
syaraf dan darah. b) Septum testis; c) Tubulus seminiferus, merupakan
tabung (saluran) kecil panjang berkelok-kelok dan merupakan isi dari
Lobulus; d) Rete testis, merupakan saluran penghubung antara epididimis
dengan Lobulus; e) Ductus efferentis; f) Caput Epididimis, membentuk
suatu tonjolan dasar dan agak berbentuk mangkuk yang dimulai pada
ujung proximal testis (Toelihere, 1979); g) Corpus Epididimis, bagian
bawah terentang ke bawah, sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar
terus hampir melewati testes, dibagian bawah teats epididimis membelok
ke atas; h) Cauda epididimis, merupakan bagian epididimis yang terletak
pada bagian bawah testis yang membelok ke atas (Toelihere, 1979); i)
Vasdeferens, terentang dari ekor epididimis sampai urethra (Toelihere
1979, Marawali, 2001).
 Epididimis
Epididimis, suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis berasal
dari duktus efferensia, terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor
(Salisbury, 1985). Kepala (caput epididymis) membentuk suatu penonjolan
dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal
testis. Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan
menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis (Toelihere, 1979).
Corpus epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke
bawah, sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir
melewati testes, dibagian bawah testes epididimis membelok ke atas.
Cauda epididimis (ekor epididimis): merupakan bagian epididimis yang
terletak pada bagian bawah testes yang membelok ke atas. Pada hewan
hidup cauda epididimis terlihat berupa benjolan di bagian ujung bawah
testes dan dapat diraba (Marawali, 2001).
 Vas deferens
Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor
epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang
penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi.
Diameternya mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali (Toelihere,
1979. Marawali, 2001). Salisbury (1985), menyatakan, vas deferens bersal
dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke atas dan bersama
dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di tempat itu vas
deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena,
syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan
masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar
hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang membujur dan
melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala
epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersama-sama buluh-buluh
darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk funiculus
spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum
abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas
vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae
ductus efferentis (Toelihere, 1979). Sperma diangkut dari ekor epididimis
ke ampula di bantu dengan gerakan peristaltik vas deferens. Kelenjar-
kelenjar vesikularis mengahasilkan fruktosa dan asam sitrat. Ampula dapat
diurut secara manual untuk memperoleh semen (Toelihere 1979, Marawali
2001).
b. Betina
Reproduksi hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang
melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila
makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual
maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa kelamin, alat-alat
reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung
baik ternak jantan maupun betina. Sistem reproduksi pada betina terdiri atas
ovarium dan sistem duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur-telur yang
diovulasikan oleh ovarium dan membawa telur-telur ke tempat implantasi yaitu
uterus, tetapi juga menerima sperma dan membawanya ke tempat fertilisasi yaitu
oviduk.
 Ovarium
Ovarium adalah organ primer (atau esensial) reproduksi pada betina
seperti halnya testes pada hewan jantan. Ovari dapat dianggap bersifat
endokrin atau sitogenik (menghasilkan sel) karena mampu menghasilkan
hormon yang akan diserap langsung ke dalam peredaran darah, dan juga
ovum. Ovarium merupakan sepasang kelenjar yang terdiri dari ovari kanan
yang terletak di belakang ginjal kanan dan ovari kiri yang terletak di
belakang ginjal kiri. Ovarium terletak di dalam rongga perut berfungsi
untuk memproduksi ovum dan sebagai penghasil hormon estrogen,
progesteron dan inhibin. Ovarium digantung oleh suatu ligamentum yang
disebut mesovarium yang tersusun atas syaraf-syaraf dan pembuluh darah,
berfungsi untuk mensuplai makanan yang diperlukan oleh ovarium dan
sebagai saluran reproduksi. Fungsi ovarium sendiri adalah memproduksi
ovum, penghasil hormon estrogen, progesteron dan inhibin. Ovarium
mengandung folikel-folikel yang di dalamnya terdapat masing-masing satu
ovum. Pembentukan dan pertumbuhan folikel ini dipengaruhi oleh hormon
FSH (Folicle Stimulating Hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar
adenohipofise. Folikel di dalam ovarium terdiri dari beberapa tahap yaitu
folikel primer, terbentuk sejak masih dalam kandungan dan mengandung
oogonium yang dikelilingi oleh satu lapis sel folikuler kecil; folikel
sekunder, terbentuk setelah hewan lahir dan sel folikulernya lebih banyak;
folikel tersier, terbentuk pada saat hewan mencapai dewasa dan mulai
mengalami siklus birahi; dan yang terakhir adalah folikel de Graaf,
merupakan folikel terbesar pada ovarium pada waktu hewan betina
menjelang birahi. Folikel de Graaf inilah yang akan siap diovulasikan
(peristiwa keluarnya ovum dari folikel) dan jumlahnya hanya satu karena
sapi merupakan hewan monotokosa yang menghasilkan satu keturunan
setiap kebuntingan. Peristiwa ovulasi diawali dengan robeknya folikel de
Graaf pada bagian stigma dipengaruhi oleh hormon LH (Luteinizing
Hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipifise. LH menyebabkan
aliran darah di sekitar folikel meningkat dan menyebabkan dinding folikel
pecah. Bekas tempat ovum yang baru keluar disebut corpus
haemorragicum yang dapat kemasukan darah akibat meningkatnya aliran
darah dan menjadi merah, setelah itu terbentuk corpus luteum (berwarna
coklat) yang akan menghasilkan hormon progesteron untuk
mempertahankan kebuntingan dan menghambat prostaglandin. Sehingga
pada saat bunting tidak terjadi ovulasi karena prostaglandin yang
mempengaruhi hormon estrogen dan FSH. Apabila pembuahan tidak
terjadi, corpus luteum bertambah ukurannya di bawah hormon pituitari
anterior yaitu prolaktin dan dibentuklah hormon progesteron yang
menekan birahi yang berkepanjangan dan memepertahankan kebuntingan
(Blakely and Bade, 1998).
 Oviduct
Oviduct merupakan saluran yang bertugas untuk menghantarkan sel telur
(ovum) dari ovarium ke uterus. Oviduct digantung oleh suatu ligamentum
yaitu mesosalpink yang merupakan saluran kecil yang berkelok-kelok dari
depan ovarium dan berlanjut di tanduk uterus. Oviduct terbagi menjadi 3
bagian. Pertama adalah infundibulum, yaitu ujung oviduct yang letaknya
paling dekat dengan ovarium. Infundibulum memiliki mulut dengan
bentuk berjumbai yang berfungsi untuk menangkap ovum yang telah
diovulasikan oleh ovarium. Mulut infundibulum ini disebut fimbria. Salah
satu ujungnya menempel pada ovarium sehinga pada saat ovulasi dapat
menangkap ovum. Sedangkan lubang infundibulum yang dilewati ovum
menuju uterus disebut ostium. Setelah ovum ditangkap oleh fimbria,
kemudian menuju ampula yaitu bagian oviduct yang kedua, di tempat
inilah akan terjadi fertilisasi. Sel spermatozoa akan menunggu ovum di
ampula untuk dibuahi. Panjang ampula merupakan setengah dari panjang
oviduct. Ampula bersambung dengan bagian oviduct yang terakhir yaitu
isthmus. Bagian yang membatasi antara ampula dengan isthmus disebut
ampulary ismich junction. Isthmus dihubungkan langsung ke uterus bagian
cornu (tanduk) sehingga di antara keduanya dibatasi oleh utero tubal
junction. Dinding oviduct terdiri atas 3 lapisan yaitu membrana serosa
merupakan lapisan terdiri dari jaringan ikat dan paling besar, membrana
muscularis merupakan lapisan otot dan membrana mucosa merupakan
lapisan yang membatasi lumen. Fungsi oviduct dari oviduct adalah; 1.
Menerima sel telur yang diovulasikan oleh ovarium, 2. Transport
spermatozoa dari uterus menuju tempat pembuahan, 3. Tempat pertemuan
antara ovum dan spermatozoa (fertilisasi), 4. Tempat terjadinya kapasitasi
spermatozoa, 5. Memproduksi cairan sebagai media pembuahan dan
kapasitasi spermatozoa, 6. Transport yang telah dibuahi (zigot) menuju
uterus (Bearden and Fuquay 1997).
 Uterus
Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk
menerima ovum yang telah dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus
digantung oleh ligamentum yaitu mesometrium yaitu saluran yang bertaut
pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis. Dinding uterus terdapat 3
lapisan, lapisan dalam disebut endometrium, lapisan tengah disebut
myometrium dan lapisan luar disebut perimetrium. Uterus terdiri dari tiga
bagian. Bagian pertama adalah cornu uteri atau tanduk uterus. Cornu uteri
ini jumlahnya ada 2 dan persis menyerupai tanduk yang melengkung.
Cornu uteri merupakan bagian uterus yang berhubungan dengan oviduct.
Kedua cornu ini memiliki satu badan uterus yang disebut corpus uteri dan
merupakan bagian uterus yang kedua. Corpus uteri berfungsi sebagai
tempat perkembangan embrio dan implantasi. Selain itu pada corpus uteri
terbentuk PGF2 alfa. Bagian uterus yang ketiga adalah cervix atau leher
uterus. Bentuk-bentuk uterus ada 3, yaitu: 1) uterus bicornus: cornu uteri
sangat panjang tetapi corpus uteri sangat pendek. Contoh pada babi. 2)
uterus bipartinus: corpus uteri sangat panjang dan di antara kedua cornu
terdapat penyekat. Contoh pada sapi cornunya membentuk spiral. 3) uterus
duplex: cervixnya terdapat dinding penyekat. Contoh: uterus pada kelinci
dan marmut. 4) uterus simple: bentuknya seperti buah pir. Contoh: uterus
pada manusia dan primata. Fungsi uterus: 1) saluran yang dilewati gamet
(spermatozoa). Spermatozoa akan membuahi sel telur pada ampula. Secara
otomatis untuk mencapai ampulla akan melewati uterus dahulu. 2) tempat
terjadinya implantasi. Implantasi adalah penempelan emrio pada
endometrium uterus. 3) tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio. 4)
berperan pada proses kelahiran (parturisi). 5) pada hewan betina yang
tidak bunting berfungsi mengatur siklus estrus dan fungsi corpus luteum
dengan memproduksi PGF2 alfa. Di dalam uterus terdapat curuncula yang
berfungsi untuk melindungi embrio pada saat ternak bunting (Lindsay et
al., 1982).
 Serviks
Cervix terletak di antara uterus dan vagina sehingga dikatakan sebagai
pintu masuk ke dalam uterus. Cervix ini tersusun atas otot daging
sphincter. Terdapat lumen cervix yang terbentuk dari gelang penonjolan
mucosa cervix dan akan menutup pada saat terjadi estrus dan kelahiran.
Cervix menghasilkan cairan yang dapat memberi jalan pada spermatozoa
menuju ampula dan untuk menyeleksi sperma. Selama birahi dan kopulasi,
serviks berperan sebagai masuknya sperma. Jika kemudian terjadi
kebuntingan saluran uterin itu tertutup dengan sempurna guna melindungi
fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks
mengembang, hingga fetus dan membran dapat melaluinya pada saat
kelahiran. Fungsi dari cervix adalah menutup lumen uterus sehingga
menutup kemungkinan untuk masuknya mikroorganisme ke dalam uterus
dan sebagai tempat reservoir spermatozoa (Blakeli and Bade, 1998).
 Vagina
Vagina alat reproduksi paling luar yang berfungsi sebagai alat kopulasi
pada organ reproduksi betina dan tempet keluarnya fetus pada saat partus
atau saat terjadinya kelahiran. Menurut pendapat Blakley dan Bade (1994)
yang menyatakan bahwa struktur reproduksi internal yang paling bawah
(paling luar) adalah vagina yang berperan sebagai organ kopulasi pada
betina. Disinilah semen ditumpahkan oleh penis pejantan. Seperti halnya
serviks, vagina juga mengembang agar fetus dan membran dapat lewat
pada waktunya. Toelihere (1983) yang mengatakan bahwa vagina
berfungsi sebagai alat kopulatoris dan sebagai tempat berlalu bagi foetus
sewaktu partus.
 Vulva
Vulva adalah lubang terluar dari alat reproduksi. Fungsi vulva adalah
sebagai pelindung, tempat keluarnya lendir dan hormon pheromon untuk
menarik pejantan. Vulva berasal dari intoderm sinus urogenitalis dan
ektoderm embrional. Vulva terdiri atas labia mayora (luar) dan labia
minora (dalam). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Toelihere (1983)
yang menyatakan, bahwa vulva terdiri dari labia majora, labia minora,
commisura dorsalis, dan ventralis dan clitoris. Vulva dan vestibulum tidak
timbul dari saluran paramesonephrik primitif tetapi berasal dari intoderm
sinus urogenitalis dan ektoderm embrional. Menurut Wodzicka et
al (1991) labia vulva ditutupi oleh bulu-bulu yang jarang dan menjaga
lubang luar saluran reproduksi.
4.2 Sistem Uropoetica
Organ ekskresi pada kambing (Lepus nigricollis) yaitu berupa sepasang
ginjal (unipapila) yang terletak didaerah lumbalis sebelah atas peritonium. Cairan
urin akan keluar dari masing-masing ginjal ke bawah melalui pembuluh ureter dan
ditampung sementara dalam vesika urinaria yang berkontraksi sehingga urin akan
keluar melalui pembuluh uretra. Urin pada kelinci juga banyak mengandung
kalsium karena pengaruh makanannya dan dapat berubah warnanya
yang dipengaruhi oleh makanannya. Pada mamalia ginjal adalah sepasang organ
berbentuk biji kacang merah. Urin keluar meninggalkan ginjal melalui ductus
yang disebut ureter. Kedua ginjal tersebut mengosongkan isinya kedalam kandung
kemih (urinary bladder). Selama urinasi urin meninggalkan tubuh dari kandung
kemih melalui saluran yang di sebut uretra (Campbell, 2003).
4.3 Sistem Saraf
Saraf adalah serat-serat yang menghubungkan organ-organ tubuh dengan
sistem saraf pusat (yakni otak dan sumsum tulang belakang) dan antar bagian
sistem saraf dengan lainnya. Saraf membawa impuls dari dan ke otak atau
pusat saraf. Neuron kadang disebut sebagai sel-sel saraf, meski istilah
ini sebenarnya kurang tepat karena banyak sekali neuron yang tidak
membentuk saraf. Saraf adalah bagian dari sistem saraf periferal. Saraf aferen
membawa sinyal sensorik ke sistem saraf pusat, sedangkan saraf eferen membawa
sinyal dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelanjar. Sinyal
tersebut seringkali disebut impuls saraf, atau disebut potensial
akson. Sel saraf yang dinamakan pula sel neron berbeda dengan sel-sel
dari jaringan dasar lainnya karena adanya tonjolan-tonjolan yang panjang
dari badan selnya. Semua jaringan mencerminkan sejarahnya dengan
memeperlihatkan berbagai kemampuannya untuk penyesuaian dri pada keadaan
baru selama hidup mereka. Jaringan saraf juga menspesialisasikan diri
dalam kemampuan sepeti ini, menuju ke arah fungsi belajar dan ingat yang
tidak begitu banyak dipahami. Meskipun banyak sifat khas organissi
pesarafan itu telah terprogram secara genetik, namun detail–detail dari
kontak–kontak seluler dan pembentukan sirkuit fungsional untuk
popolasisel tampaknya terpengaruh oleh keadaan yang biasanya terdapat
apabila sel-selnya memperoleh kontak mereka yang pertama (Bevelander, 1988).
4.4 Sistem Pencernaan
Proses pencernaan atau digesti merupakan proses pemecahan bahan pakan
sehingga bahan tersebut dapat diserap oleh tubuh hewan. Secara definisi digesti
dapat diartikan sebagai proses degradasi makromolekul menjadi monomer
penyusunnya sehingga dapat diabsorpsi oleh tubuh hewan. Pada ruminansia,
memiliki sistem pencernaan yang berbeda. Pencernaan ruminansia banyak dibantu
oleh proses fermentasi mikroba. Sistem pencernaan pada ternak ruminansia terdiri
dari mulut, esofagus dan memilki satu lambung yang terdiri dari rumen,
retikulum, omasum, abomasum, usus besar, dan anus (Frandson, 1992).
 Mulut
Mulut dan komponennya (gigi, lidah, pipi, dan kelenjar saliva) memiliki
tingkat kepentingan yang berbeda pada tiap species (Blakely, 1994).
Dentis merupakan organ yang terdapat pada maksila dan mandbula, tertata
melengkung seperti tapal kuda, dan melekat pada gingiva. Fungsi dentes
dalam proses pencernaan sebagai pendukung utama proses mastikasi,
mastikasi merupakan proses fragmentasi pakan yang masuk ke dalam
kavum oris (Praseno, 2003).
 Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan kavum oris dengan
ventrikulus. Hasil mastikasi berupa bolus-bolus pakan akan melalui
esofagus menuju ventrikulus. Gerak bolus dalam esofagus disebabkan
kontraksi stratum sirkulare, stratum longitudinale, dan stratum oblique
yang tersusun spiralis. Kontraksi muskuli tersebut menghasilkan gerak
peristaltik (Praseno, 2003). Esofagus terdiri dari otot, sub mukosa, dan
mukosa. PH normal pada esofagus ternak ruminansia adalah 7 yang berarti
di dalam esofagus bernuansa netral (Frandson, 1992).
 Lambung
Sistem pencernaan pada sapi atau ruminansia lainnya, agak lebih rumit
daripada hewan mamalia lain. Lambung ruminansia merupakan lambung
yang komplek yang terdiri dari 4 bagian, yaitu paling depan disebut
rumen, kemudian retikulum, omasum, dan abomasum yang berhubungan
dengan usus (Darmono, 2005). Ventrikulus (lambung) merupakan organ
yang pada dasarnya merupakan tempat proses digesti pakan. Ventrikulus
pada ruminansia adalah ventrikulus kompleks. Ruminansia merupakan
hewan yang memiliki ventrikulus kompleks. Ventrikulus ruminansia
terdiri empat kompartemen, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan
abomasum (Praseno, 2003).
 Rumen
Rumen merupakan suatu maskular yang besar dan terentang dari
diafragma menuju ke pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga
abdominal (Frandson, 1992). Rumen merupakan lambung pencerna yang
sangat penting karena di situ terdapat mikroflora dan mikrofauna yang
sangat berperan dalam mencerna makanan dan metabolisme. Aktivitas
rumen yang paling penting adalah proses fermentasi makanan oleh
mikroba yang mengubah karbohidrat menjadi asam lemak tidak jenuh
(Volatil Fatty Acid=VFA), methan, karbon dioksida, dan sel mikroba itu
sendiri. Asam lemak volatil (VFA) adalah asam propionat dan asam butirat
yang merupakan sumber energi (Darmono, 2005).
 Retikulum
Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling kranial seperti
yang tercermin dari namanya. Kompartemen ini bagian dalamnya
diseliputi oleh membran mukosa yang mengandung intersekting ridge
yang membagi permukaan itu menjadi permukaan yang menyerupai
permukaan sarang lebah (Frandson, 1992). Retikulum, dimana prokariota
dan protista simbiotik (khususnya siliata) bekerja pada bahan makanan
yang kaya selulosa itu. Sebagai hasil sampingan metabolismenya,
mikroorganisme itu mensekresikan asam lemak. Sapi itu secara periodik
mengunyah kembali (memamah biak) yang selanjutnya akan dipecah lebih
lanjut menjadi serat, sehingga lebih dapat diakses oleh kerja mikroba
(Campbell, 2003).
 Omasum
Omasum merupakan suatu organ yang berisi lamina muskuler yang turun
dari alam dorsum atau bagian atap. Omasum terletak di sebelah kanan
rumen dan retikulum persis pada kaudal hati. Pertautan antara omasum dan
banomasum terdapat suatu susunan lipatam membran mukosa “vela
terminalia” yang barangkali berperan sebagai katup untuk mencegah
kembalinya bahan-bahan dari abomasum menuju omasum (Frandson,
1992). Omasum, di mana air dikeluarkan. Mamahan itu, yang mengandung
banyak sekali mikroorganisme, akhirnya akan lewat melalui omasum
(Campbell, 2003).
 Abomasum
Abomasum terletak ventral dari omasum dan terentang kaudal pada sisi
kanan dari rumen (Frandson,1992). Pakan dicerna di abomasum melalui
enzim sapi itu sendiri. Karena kerja mikroba itu, makanan dari seekor
hewan ruminansia sesungguhnya menyerap nutriennya menjadi lebih kaya
dibandingkan dengan rumput yang semula dimakan oleh hewan itu
(Campbell, 2003).
 Usus halus
Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.
Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan struktural histologis atau
mikroskop. Duodenum merupakan bagian yang pertama kali dari usus.
Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duedenum, yaitu terdapat
seperti bintil putih sebagai pembatas. Bagian terakhir dari usus halus
adalah ileum. Bagian terminal dari ileum tersambung dengan usus besar
atau sekum dan kolon pada ruminansia dari babi, pada bagian kanan dari
rongga abdomal. PH normal yang terdapat pada usus halus adalah 7
(Frandson, 1992). Usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Proses
digesti dan absorpsi hasil digesti terjadi pada intestinum tenue (Praseno,
2003).
 Sekum
Didalam sekum terdapat bakteri-bakteri pembusuk, antara lain proteolitik.
Proteolitik ini berfungsi menyerang protein yang belum dicerna menjadi
asam-asam amino. PH normal pada sekum adalah 8 yang berarti didalam
sekum suasananya basa (Frandson, 1992). Sekum merupakan organ ini
terdapat pada perbatasan usus halus (intestinum tenue) dan usus besar
(intestinum krassum). Unsur pakan yang tidak dapat dicerna dalam
perangkat digesti lainnya, biasanya akan mengalami fermentasi dalam
sekum, sehingga dapat dimanfaatkan oleh hewan tersebut (Praseno, 2003).
 Usus besar
Usus Besar terdiri dari sekum, kolon, dan rektum. Usus besar tidak
menghasilkan enzim karena kelenjar-kelenjar yang ada adalah mukosa,
karenanya tiap pencernaan yang terjadi di dalamnya adalah sisa-sisa
kegiatan oleh enzim-enzim dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh
jasad-jasad renik yanng banyak terdapat pada usus besar. Didalam sekum
akan terjadi pencernaan fermentatif (Frandson, 1992). Usus besar atau
intestinum krassum merupakan terdiri dari kolon, rektum, dan kloaka.
Dinding saluran ini banyak mengandung nodus limfatikus. Fungsi saluran
adalah sebagai tempat proses pembusukkan sisa digesti (pembentukkan
feses) dan proses reabsorpsi air dan partikel terlarut di dalamnya (Praseno,
2003).
4.5 Sistem Pernapasan
Pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-
paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di
dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan
dengan rongga perut oleh diafragma. Di dalam tubuh manusia dan hewan, energi
kimia dalam makanan dapat digunakan setelah dioksidasi di dalm tubuhnya.
Proses menghasilkan energi melalui oksidasi bahan makanan di dalam sel-sel
tubuh disebut respirasi sel. Respirasi sel terdiri atas respirasi aerob dan respirasi
anaerob. Respirasi aerob adalah proses pembakaran bahan makanan dengan
membutuhkan oksigen (O2). Respirasi anaerob adalah suatu proses pembakaran
bahan makanan dengan tidak membutuhkan oksigen (O2) (Arif priadi,2000).
Respirasi adalah semua proses kimia maupun fisika dimana organisme melakukan
pertukaran udara dengan lingkungannya. Respirasi menyangkut dua proses, yaitu
respirasi eksteral dan respirasi internal. Terjadinya pergerakan karbon dioksida ke
dalam udara alveolar ini disebut respirasi eksternal. Respirasi internal dapat
terjadi apabila oksigen berdifusi ke dalam darah. Respirasi eksternal tergantung
pada pergerakan udara kedalam paru-paru (Frandson, 1991).
 Rongga hidung
Hidung merupakan alat pernapasan yang paling awal yang dilalui udara.
Di dalam rongga hidung mengalami penyaringan dan penghangatan.
Penyaringan ditunjukkan kepada benda-benda asing yang tidak berbentuk
gas, misalnya debu. Benda tersebut dihalangi oleh rambut-rambut halus
(silia) yang tumbuh keluar. Penghangatan yaitu mengubah suhu udara agar
sesuai dengan suhu tubuh. Penghangatan ini terjadi akibat kontaknya silia
tersebut dengan permukaan selaput lendir sehingga menjadi lembab.
Jaringan yang terdapat di dalam rongga hidung adalah epithelium silindris
bersilia (Sumangga,2012).
 Pharink
Faring merupakan rongga persimpangan antara jalan pernapasan dengan
jalan makanan (esophagus). Di dalam faring terdapat katup penutup
rongga hidung yang disebut uvula atau anak tekak. Selain itu juga terdapat
epiglotis yang berfungsi untuk mengatur pergantian perjalanan pernapasan
dan makanan pada persimpangan tersebut (Sumangga,2012).
 Laring
Merupakan daerah pangkal batang tenggorokan yang bertindak sebagai
daerah pembentukan suara, dimana di dalamnya terdapat tulang rawan
yang membentuk jakun. Di dalam laring terdapat selaput suara yang
ketegangannya diatur oleh serabut-serabut otot, sehingga dapat
menghasilkan tinggi rendahnya nada yang diperlukan (Sumangga,2012)
 Trakea
Merupakan saluran respirasi yang befungsi sebagai saluran udara dan
panjangnya ±10 cm serta terdiri dari 16-20 gelang cincin. Cincin-cincin ini
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf
C). Trakea ini terdiri dari 3 lapis yaitu :
a) Lapis luar terdiri atas jaringan ikat
b) Lapis tengah terdiri dari otot polos dan cincin tulang rawan
c) Lapis terdalam terdiri atas jaringan epitel bersilia yang
menghasilkan banyak lendir yang berfungsi untuk menangkap dan
mengembalikannya kehulu saluran pernapasan benda-benda asing
yang akan masuk ke dalam peru-paru (Sumangga,2012).
 Bronkus
Merupakan cabang batang tenggorokan yang terletak di dalam dada.
Batang bronkus menuju ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru
kanan lebih gampang rusak karena letaknya yang lebih tegak dibanding
paru-paru kiri. Di dalam paru-paru tiap bronkus membentuk cabang-
cabang yang disebut bronkiolus. Dinding bronkus juga terdiri atas tiga
lapis yaitu jaringan ikat, otot polos dan jaringan epitel, seperti pada trakea,
perbedaannya adalah dinding trakea jauh lebih tebal dan cincin tulang
rawan pada bronkus tidak berbentuk lingkaran sempurna. Sel-sel epitel
bersilia pada bronkus semakin lama akan berubah menjadi sisik
epitel (Sumangga,2012).
 Bronkiolus
Brokiolus adalah anak cabang dari batang tenggorok yang terdapat dalam
rongga tenggorokan kita dan akan memanjang sampai ke paru-paru.
Jumlah cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak
sama. Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan mempunyai 3 cabang,
sedangkan bronkiolus yang menuju paru-paru sebelah kiri hanya
bercabang 2. Bronkiolus adalah cabang dari bronkus dan memiliki dinding
yang lebih tipis, pada ujung bronkiolus terdapat banyak sekali gelembung-
gelembung kecil yang dinamakan alveolus (Dwi Joko,2000).
 Pulmo
Paru-paru terletak di dalam rongga dada di kanan dan kiri jantung dan
dilindungi oleh tulang-tulang rusuk yang berbentuk sangkar. Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang disebut Pleura. Pleura ini merupakan selaput
tipis rangkap dua. Diantara selaput tersebut dengan paru-paru terdapat
cairan limfa, yang berfungsi untuk melindungi paru-paru dari gesekan
pada waktu mengembang dan mengempis. Paru-paru kanan memiliki tiga
lobus sedang paru-paru kiri hanya memiliki dua lobus. Mengembang dan
mengempisnya paru-paru disebabkan perubahan tekanan dalam rongga
dada. Di dalam paru-paru terdapat alveolus yang merupakan saluran akhir
dari sistem pernapasan. Alveolus berupa gelembung-gelembung udara.
Pada bagian alveolus ini terjadi pertukaran oksigen dari udara bebas ke
sel-sel darah dan karbondioksida dari darah ke udara bebas. Pertukaran ini
terjadi secara difusi yang berhubungan dengan kapiler-kapiler darah. Pada
paru-paru terdapat kurang lebih 300 juta alveolus. (Sumangga,2012).
4.6 Ssistem Sirkulasi
Menurut Yatim (1996), sistem peredaran darahnya memiliki 3 komponen,
yaitu berupa jantung, pembuluh dan darah. Karakteristik yang paling menonjol
pada kambing adalah percabangan lengkung aorta menjadi arteri innominator dan
arteri subklavia kiri. Arteri innominator juga bercabang menjadi 3, yaitu arteri
subklavia kanan, arteria karotis kanan, dan arteri karotis kiri (Brotowidjoyo,
1994). Rongga jantung pada kambing terpisah secara sempurna oleh sekat
membujur, menjadi rongga jantung kiri dan kanan. Rongga jantung kiri
mengandung darah yang kaya dengan oksigen yaitu oksigen dari darah arteri.
Rongga jantung yang berisi darah yang mengadung karbondioksida adalah vena.
Masing-masing rongga tadi tersekat lagi menjadi serambi jantung dan bilik
jantung yang saling berhubungan dengan katub atau kleb. Sistem peredaran darah
pada kambing merupakan sistem peredaran darah tertutup. Pembuluh darah dibagi
atas (Yatim, 1996) :

1. Pembuluh nadi
2. Pembuluh balik
3. Pembuluh kapiler
4. Pembuluh limfa
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil nekropsi kambing yang telah dilakukan yaitu, mahasiswa
sudah mengetahui sistem yang ada dalam tubuh kambing. Dimulai dari sistem
reproduksi jantan dan betina, sistem uropoetica, sistem saraf, sistem pencernaan,
sistem pernapasan dan sistem sirkulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bearden, J. dan Fuquay John W.1997.Applied Reproductoin Fourth Edition.
Printice Hall, Inc. USA.
Bevelander, Gerrit. Dasar–Dasar Histologi Edisi Kedelapan.Jakarta: Erlangga
.1988.
Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke-4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Brotowidjoyo. 1994. Sirkulasi Pada Manusia dan Hewan Zoologi Dasar.
Erlangga: Jakarta, Indonesia.
Campbell, N. A., dkk. 2003. Biologi. Jakarta, PT. Erlangga.
Darmono. 2005. Tatalaksana Usaha Sapi Kareman. Yogyakarta, Kanisius.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Frandson, R.D. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi II. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Joko, D. 200. Pengertian dan Fungsi Bronkiolus.
Marawali. 2001. Sistem Reproduksi Hewan Jantan.
Praseno, K., Isroli., dan B. Sudarmoyo. 2003. Fisiologi Ternak. Semarang, Proyek
Semique.
Sumangga. 2012. Sistem Respirasi Kambing.
Toelihere. 1979. Organ Reproduksi Hewan Jantan.
Toliehere, M.R., 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai