Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SISTEM UROGENITAL PADA ANAK


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Keperawatan Anak II
Dosen Pengampu : Dwi Nurjayanti, S.ST., M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. Mela Anisa (202101005)
2. Rizal Saputra A.N.K. (202101008)
3. Denny Ekonur K. (202101011)
4. Valentina Febrianti (2021010130
5. Fitrotunnisak Nuruddin (202101014)

STIKES BUANA HUSADA PONOROGO


Jl. Gabah Sinawur 9A Cokromenggalan Ponorogo
Telp./Fax. (0352) 483659
Tahun Pelajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan dengan baik guna
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II. Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. beserta para
keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Makalah ini kami buat, bertujuan agar Mahasiswa/Mahasiswi dapat
mengetahui lebih dalam materi tentang “Sistem Urogenital Pada Anak”. Dan
makalah ini kami buat untuk mengambil nilai pada materi yang akan saya bahas
ini. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dwi Nurjayanti, S.ST.,
M.Kes. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak II yang telah mendukung
kami dalam pembuatan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.

Ponorogo, 20 desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang
membutuhkan perlindungan dan perhatiansecara khusus, karena seorang anak
merupakan generasi yang memiliki peran penting dalam perkembangan di
masa yang akan datang. Perhatian terhadap anak pada hakikatnya sudah
dimulai pada akhir abad ke-19, di mana anak dijadikan sebagai obyek yang
dipelajari secara ilmiah.
Anak juga merupakan salah satu pihak yang seringkali mengalami
pelanggaran hak asasi manusia. Salah satu hak asasi anak yang sering
dilupakan adalah hak anak dalam memperoleh atau mendapatkan informasi,
seperti hak anak atas informasi pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi,
hal ini disebabkan karena masih adanyalarangan-larangan didalam
masyarakat untuk memperoleh suatu informasi sertatidak adanya bimbingan
dan peran baik dari pihak orang tua, sekolah dan lingkungan sekitarnya,
sehingga anak seringkali salah dalam mencari atau mendapatkan informasi
yang berkaitan dengan pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi.
ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada anak. Kejadian ISK
tergantung pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi ISK pada neonatus
berkisar antara 0,1% hingga 1%, dan meningkat menjadi 14% pada neonatus
dengan demam, dan 5,3% pada bayi. Pada bayi asimtomatik, bakteriuria
didapatkan pada 0,3 hingga 0,4%. Risiko ISK pada anak sebelum pubertas 3-
5% pada anak perempuan dan 1-2% pada anak laki. Pada anak dengan
demam berumur kurang dari 2 tahun, prevalensi ISK 3-5%.
Data studi kolaboratif pada 7 rumah sakit institusi pendidikan dokter
spesialis anak di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun (1984-1989)
memperlihatkan insidens kasus baru ISK pada anak berkisar antara 0,1%-
1,9% dari seluruh kasus pediatri yang dirawat. Di RSCM Jakarta dalam
periode 3 tahun (1993-1995) didapatkan 212 kasus ISK, rata-rata 70 kasus
baru setiap tahunnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori dari Sistem Urogenital?
2. Bagaimana konsep teori penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada
Anak?
3. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan tentang penyakit Infeksi
Saluran Kemih?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori dari Sistem Urogenital.
2. Untuk mengetahui konsep teori penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Pada Anak.
3. Untuk Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan tentang penyakit
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Sistem Urogenital


A. Pengertian
Sistem Urogenital adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih). Sistem perkemihan didalam tubuh manusia adalah ginjal, ureter,
vesica urinaria dan uretra.
B. Organ-Organ Dalam Sistem Urogenital
a. Organ penyusun sistem urinaria
1. Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak
di rongga peritoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang
dengan sisi cekung nya menghadap ke medial. Pada sisi ini
terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur struktur pembuluh
darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter menuju dan
meninggalkan ginjal.
Besar dan berat ginjal sangat berfariasi, hal ini tergantung
pada jenis kelamin, umur serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang
lain. Setiap ginjal panjang nya 6 sampai 7.5cm dan tebal 1.5
sampai 2.5 cm. Pada orang dewasa beratnya sekitar 140 gram.
Struktur Ginjal :
Ginjal terbagi menjadi 2 struktur utama yaitu korteks di
bagian luar dan medula di bagian dalam. Secara keseluruhan
struktur ini terbentuk 8-18 lobus ginjal berbentuk kerucut,
masing-masing berisi korteks ginjal yang mengelilingi sebagian
medula yang disebut piramida ginjal. Antar piramida ginjal
terdapat proyeksi korteks yang disebut kolom ginjal. Nefron yang
merupakan struktur fungsional penghasil urin ginjak,
membentang dari korteks hingga medula. Bagian awal
penyaringan pada nefron adalah renal korpuskula yang terletak di
korteks, diikuti dengan tubulus ginjal yang melewati korteks
hingga bagia dasar medula. Ujung masing-masing piramida
mengeluarkan urin ke ureter.

Bagian-bagian Ginjal :
1. Calyces atau Renal Calyx adalah bilik ginjal tempat urin
mengalir menuju pelvis kemudian ureter
2. Pelvis adalah titik temu 2 atau 3 calyces.
3. Medula adalah bagian terdalam dari ginjal. Medula terdiri dari
beberspa bagian yang di kenal sebagai piramida ginjal.
Dibagian tersebut terdapat bagian bawah nefron yakni
lengkung henle dan sebagian tubulus.
4. Korteks adalah bagian luar ginjal antara kapsul ginjal dan
medula. Pada korteks terdapat beberapa bagian nefron seperti
glomerulus dan tubulus.
5. Ureter adalah tabung yang terbuat dari serat otot polos yang
mendorong urin dari ginjal ke kandung kemih.
6. Vena ginjal adalah pembuluh darah yang membawa darah
yang telah di saring ginjal menuju vena cava inverior.
7. Arteri ginjal adalah pembuluh darah yang membawa darah
dari aorta perut ke ginjal untuk di lakukan penyaringan darah
serta suplai makanan dan oksigen ke ginjal.
Bagian-bagian nefron :
1. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri
atas tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal dan
duktus koligentes.
2. Badan malpighi, terdiri atas glomerulus dan kapsula bowman.
3. Glomerulus, sebagai tempat penyaringan darah yang akan
menyaring air, garam, asam amino, glukosa dan urea.
Menghasilkan urin primer.
4. Kapsula bowman, semacam kantong atau kapsul yang
membungkus glomerulus.
5. Tubulus kontortus proksimal, tempat reabsorbsi urin primer
yang menyerap glukosa, garam, air dan asam amino.
Menghasilkan urin sekunder dengan kadar urea tinggi.
6. Lengkung henle, saluran berbentuk setengah lingkaran dan
menjadi penghubung antara tubulus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distal.
7. Tubulus kontortus distal, tempat melepaskan zat-zat yang
tidak berguna lagi atau berlebihan ke dalam urin sekunder
(augmentasi) menghasilkan urin sesungguhnya.
8. Tubulus kolektivus, tabung sempit panjang dalam ginjal yang
menampung urin dari nefron untuk di salurakn ke pelvis
menuju kandung kemih.
2. Ureter

Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang


berfungsi mengalirkan urin dari pielum ginjal kedalam bulu-buli.
Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20cm. Dinding nya
terdiri atas mukosa yang di lapisi oleh sel-sel transisional, otot-
otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan
gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan urin ke
buli-buli. Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas tiga
lapis otot detrusor yang saling beranyaman.
3. Kandung Kemih (Vesika Urinaria)

Vesika urinaria merupakan kantong berotot yang dapat


mengempis, terletak di belakang simfisis pubis di dalam panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot
yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis
medius. Dinding vesika urinaria terdiri dari lapisan sebelah luar
(peritonium), tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa,
dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Bagian vesika urinaria :
a. Fundus, yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan
bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium
rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferen,
vesika seminalis dan prostat.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang mancung kearah muka dan berhubungan
dengan ligamentum vesika umbilikalis.
4. Uretra
Uretra adalah tabung yang menyalurkan urin keluar dari
buli-buli melalui prostat miksi. Uretra dibagi menjadi dua bagian
yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Uretra dilengkapi
dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-
buli dan uretra serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada
perbatasan antara uretra anterior dan posterior. Panjang uretra
wanita kurang lebih 3-5cm diameter nya 8mm sedangkan pria
kurang lebih 23-25cm.
5. Kelenjar prostat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak disebelah
inferior buli-buli, di depan rektum dan membungkus uretra
posterior. Bentuk seperti buah kemiri ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan
beratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan
fibromuskular dan glandular. Secara histopatologi, kelenjar
prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen
stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf,
dan jaringan penyangga yang lain.
C. Gangguan Sistem Urogenital
1. Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik adalah kondisi di mana kadar protein dalam
urine mengalami peningkatan. Kondisi ini terjadi karena kerusakan di
nefron ginjal yang fungsinya menyaring limbah dan cairan berlebih
dari darah. Pasien dengan sindrom nefrotik umumnya mengalami
pembengkakan pada bagian-bagian tubuh. Sindrom nefrotik dapat
merupakan masalah bawaan akibat kelainan membran, ataupun akibat
penyakit auitoimun dan metabolik (SLE, diabetes, amioloidosis, dan
lainnya).
2. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine merupakan kondisi yang banyak dialami oleh
lansia. Kondisi ini terjadi ketika fungsi saraf atau otot kandung kemih
dan saluran kemih mengalami gangguan, sehingga proses buang air
kecil tidak terkontrol dan sering menyebabkan penderitanya
mengompol.
3. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) infeksi yang umum terjadi di sistem
urinaria, infeksi ini dapat terjadi pada saluran kemih hingga ginjal.
Pada kasus ini, wanita memiliki risiko lebih besar mengalami ISK
daripada pria karena ukuran uretranya yang pendek.
4. Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih terbentuk dari endapan mineral pada urine
yang mengkristal pada sistem urinaria, contohnya seperti batu ureter,
batu ginjal, atau batu kandung kemih. Makin besar batu yang
terbentuk, maka risiko timbulnya penyakit akan semakin tinggi pula.
5. Sindrom Nefritik
Sindrom nefritik merupakan peradangan yang menyebabkan ginjal
mengalami pembengkakan. Kondisi ini bisa mengakibatkan nyeri
panggul, nyeri saat buang air kecil, hingga perubahan warna urine
menjadi kemerahan atau keruh, nyeri perut dan pinggang, serta
pembengkakan di wajah dan kaki. Sindrom nefritik dapat dipicu oleh
riwayat infeksi dan peradangan.
6. Uretritis
Uretritis adalah kondisi ketika uretra mengalami peradangan.
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri yang
berkembang di saluran kemih. Beberapa gejala uretritis di antaranya
rasa nyeri serta peningkatan frekuensi buang air kecil.
7. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan kondisi di mana ginjal tidak mampu lagi
menyaring darah dan membuang cairan serta racun dari tubuh.
Kerusakan ginjal ini bisa dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari
dehidrasi berat, penggunaan obat-obatan tertentu, hipertensi, dan
diabetes yang tidak mendapatkan penanganan dengan tepat. Kondisi
ini ditandai dengan sesak napas, berkurangnya volume urine,
pembengkakan di kaki, wajah pucat, dan lemas.

2.2 Konsep Teori Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Anak


A. Definisi
Infeksi Saluran Kemih atau Urinarius Tractus Infection adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Nuari,
2017) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang
biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan
normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme
lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik pada pria maupun wanita dari
semua umur. dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering
menderita infeksi daripada pria. (Sudoyo Aru, dkk, 2009). infeksi Saluran
Kemih adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan
dan perkembang biakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi
parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
bermakna (Widagdo, 2012)dalam (cempaka 2018)
B. Epidemiologi
ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada anak. Kejadian
ISK tergantung pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi ISK pada
neonatus berkisar antara 0,1% hingga 1%, dan meningkat menjadi 14%
pada neonatus dengan demam, dan 5,3% pada bayi. Pada bayi
asimtomatik, bakteriuria didapatkan pada 0,3 hingga 0,4%. Risiko ISK
pada anak sebelum pubertas 3-5% pada anak perempuan dan 1-2% pada
anak laki. Pada anak dengan demam berumur kurang dari 2 tahun,
prevalensi ISK 3-5%.
Data studi kolaboratif pada 7 rumah sakit institusi pendidikan
dokter spesialis anak di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun (1984-1989)
memperlihatkan insidens kasus baru ISK pada anak berkisar antara 0,1%-
1,9% dari seluruh kasus pediatri yang dirawat. Di RSCM Jakarta dalam
periode 3 tahun (1993-1995) didapatkan 212 kasus ISK, rata-rata 70 kasus
baru setiap tahunnya.
D. Etiologi
1. Kurang Minum
Ginjal merupakan organ tubuh yang berfungsi menyaring zat sisa
makanan dan minuman, serta menyaring zat beracun. Agar fungsi
ginjal bekerja optimal, diperlukan cairan yang cukup. Kekurangan
cairan akan mengundang bakteri untuk menyerang sehingga anak
terjangkit infeksi saluran kemih.
2. Membersihkan Kelamin dengan Tidak Benar
Bagi seorang perempuan, membersihkan kelamin terutama setelah
buang air besar haruslah benar. Mengapa? Jika terbalik dalam
membersihkannya, bakteri masuk ke dalam uretra dan kondisi ini dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih.
3. Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli adalah penyebab utama infeksi saluran
kemih ini. Jika Anda salah arah dalam membersihkan kelamin anak,
risikonya adalah anak terjangkit infeksi saluran kemih.
4. Popok Basah dan Kotor
Hati-hati jika popok batita dan bayi Anda basah serta kotor. Popok
harus segera diganti karena kondisi ini dapat mendorong bakteri
berkembang biak dan merupakan penyebab terjangkitnya penyakit ini.
5. Anak Laki-Laki yang Belum Disunat
Anak atau bayi laki-laki yang belum disunat secara umum
mempunyai risiko lebih tinggi empat sampai sepuluh kali lipat
terjangkit infeksi saluran kemih. Para peneliti di McGill University
melakukan riset dengan hipotesis bahwa bakteri dapat bersembunyi
dan terbentuk di bawah kulup dan masuk ke saluran kemih. Hasilnya,
anak laki-laki yang telah disunat memiliki 88% risiko lebih rendah
terkena infeksi saluran kemih.
E. Klasifikasi
Klasifikasi menurut letaknya:
1. ISK Atas Pielonefritis Akut (PNA), proses infeksi parenkim ginjal
yang disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis Kronis (PNK),
kemungkinan akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau
infeksi sejak masa kecil.
2. ISK Bawah Perempuan (Sistisis), presentasi klinis infeksi kandung
kemih disertai bakteriuria bermakna. Sindrom Uretra Akut (SUA),
presentasi klinis sistisis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril),
sering dinamakan sistisis bakterialis. Laki-laki sistisis, proastisis,
epididymis dan urethritis. Menurut Purnomo, 2012 Infeksi Saluran
Kemih diklasifikasikan menjadi dua macam: ISK uncomplicated
(sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien disertai kelainan
anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated
(rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang
menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya
penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan
kuman oleh antibiotika disertai kelainan anatomi maupun kelainan
struktur saluran kemih.
F. Patofisiologi
Pada kebanyakan kasus, patofisiologi infeksi saluran kemih
(ISK) atau urinary tract infection dimulai ketika uropathogenic
Escherichia coli (UPEC) masuk ke saluran kemih melalui meatus
traktus urinarius sebelum naik (ascending) ke uretra dan lumen
kandung kemih. Infeksi yang terisolasi di kandung kemih dan saluran
kemih bawah tanpa tanda dan gejala disebut sebagai sistitis
uncomplicated atau sistitis simpleks.
a. Infeksi Saluran Kemih Uncomplicated
Infeksi pada saluran kemih akibat jalur ascending dimulai
dari kolonisasi pada area periuretra oleh flora saluran
gastrointestinal dan kemudian terjadi kolonisasi pada uretra.
Patogen kemudian melakukan migrasi ke kandung kemih dan
melakukan ekspresi pada pili dan adhesin yang menyebabkan
kolonisasi dan invasi pada sel payung kandung kemih.
Sistem kekebalan tubuh kemudian mengaktifkan respons
inflamasi dengan infiltrasi neutrophil untuk mengeradikasi bakteri.
Akan tetapi, beberapa bakteri dapat menghindari sistem imun
melalui invasi sel inang dan juga melakukan perubahan morfologi
yang dapat menyebabkan resistensi terhadap neutrofil dan
membentuk biofilm.
Bakteri yang bertahan melewati sistem imun kemudian
memproduksi toksin dan protease yang merusak sel inang dan juga
menyediakan nutrisi penting untuk pertahanan bakteri dan proses
migrasi ke ginjal. Apabila terjadi kolonisasi pada ginjal, maka
bakteri dapat mengeluarkan toksin yang merusak sel ginjal pada
inang. Apabila pasien tidak menjalani terapi, maka patogen dapat
melewati sawar epitel tubuler pada ginjal dan menyebabkan
bacteremia.
b. Infeksi Saluran Kemih Complicated
ISK complicated umumnya memiliki patofisiologi yang
menyerupai ISK uncomplicated. Akan tetapi, pada ISK
complicated umumnya terjadi gangguan kandung kemih. Salah
satu penyebab umum dari ISK complicated adalah pemasangan
kateter.
Respons imun akibat pemasangan kateter menyebabkan
akumulasi fibrinogen pada kateter, yang merupakan lingkungan
yang cocok untuk kolonisasi uropatogen dengan cara ekspresi
protein pengikat fibrinogen. Langkah selanjutnya sama dengan
proses infeksi pada ISK uncomplicated, yaitu infiltrasi neutrofil,
multiplikasi uropatogen, pembentukan biofilm, kerusakan epitel,
dan infeksi pada ginjal. Uropatogen yang menyebabkan ISK
complicated dapat menyebabkan bakteremia dengan melewati
sawar sel epitel tubuler.
G. Pathway

H. Tanda dan Gejala


Sebagai orang tua, sebaiknya Anda mengenali gejala ISK ini sejak dini
agar segera ditangani dokter. Berikut beberapa gejala anak telah terjangkit
ISK:
1. Cenderung tidak bisa menahan buang air kecil, sering, dan tidak
tuntas.
2. Mual, muntah, sehingga nafsu makan menurun.
3. Suhu badan naik, kadang disertai menggigil.
4. Urine terlihat keruh.
5. Nyeri pada perut bagian bawah.
6. Ngompol di luar kebiasaan anak.
7. Anak terlihat kesakitan saat buang air kecil.
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Analisa urine terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan.
pH meningkat.
b. Urine kultur:
1) Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih
misalnya: streptococcus. E. Coli, dll.
2) menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan.
3) Darah terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage-Intra Venous Pyelogram (BNO-IVP)
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal, panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
c. Cystoscopy: Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada
kandung kemih
J. Komplikasi
Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu:
1. Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux
urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau
kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering
berulang atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan
kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
K. Pencegahan
1. Membersihkan area genital dengan air bersih setelah buang air kecil
dan buang air besar.
2. Lakukan toilet training sejak dini.
3. Pilih bahan celana katun dan longgar.
4. Minum air mineral yang cukup.
5. Hindari memberi minuman kafein dan soda yang dapat mengiritasi
kandung kemih.
6. Bersihkan area genitalnya dengan benar, bagi anak perempuan, dari
arah depan ke belakang. Bagi anak laki-laki, bersihkan secara
perlahan dengan menarik kulupnya.
L. Penatalaksanaan
Menurut M. Clevo Rendy TH. 2012, pengobatan infeksi saluran
kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi
berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka
kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan:
1. Perawatan dapat berupa:
a. Meningkatkan intake cairan 2-3 liter hari bila tidak ada kontra
indikasi.
b. Perubahan pola hidup diantaranya:
Membersihkan perineum dari depan ke belakang Pakaian dalam
dari bahan katun Menghindan kopi, alkohol.
c. Obat-obatan
1) Antibiotik: Untuk menghilangkan bakteri. Antibiotik jangka
pendek dalam waktu 1-2 minggu. Antibiotik jangka panjang
(baik dengan obat yang sama atau di ganti) dalam jangka
waktu 3-4 minggu. Pengobatan profilaktik dengan dosis
rendah satu kali sehari. sebelum tidur dalam waktu 3 6 bulan
atau lebih ini. merupakan pengobatan lanjut bila ada
komplikasi lebih lanjut.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ISK


A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien infeksi saluran
kemih nyeri saat berkemih, sering bolak balik kamar mandi tetapi
kemih yang di keluarkan hanya sedikit.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang
di derita oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan
sampai klien dibawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah
memeriksakan diri ke tempat lain selain Rumah Sakit umum serta
pengobatan apa yang pernah di berikan dan bagaimana perubahan
data yang didapatkan saat periksa.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya penyakit infeksi saluran kemih
2. Pola aktivitas/istirahat: penderita sering mengalami susah tidur, letih,
lemah, karena nyeri yang dialami.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Kardiovaskuler: terjadi penurunan tekanan darah.
b. Sistem Neurologi: terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorentasi.
c. Pola Nutrisi: kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan
mengalami penurunan akibat nafsu makan yang kurang karena
mual, muntah saat makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama
sekali.
d. Pola Eliminasi: klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh
karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami
gangguan karena ada organisme yang masuk sehingga urine tidak
lancar.
e. Sistem Neurologi: terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorentasi.
f. Sistem Perkemihan: inspeksi Pada pasien ISK, Lakukan inspeksi
pada daerah meatus (pembukaan yang dilalui urine untuk
meninggalkan tubuh) apakah terjadi adanya oliguria, dan disuria.
Palpasi pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi
Perkusi pada perkusi terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian
bawah abdomen dan nyeri saat berkemih
g. Sistem Pencernaan: terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah,
diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.
h. Sistem Integument: turgor kulit menurun, kulit kering.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077) b.d agen pencedera fisiologi.
2. Hipertermia (D.0130) b.d proses penyakit (misal: infeksi).
3. Retensi Urin (D.0050) b.d peningkatan tekanan uretra.
4. Gangguan Eliminasi Urin (D.0149) b.d penurunan kapasitas kandung
kemih.
C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Perencanaan
Keperawatan Hasil

1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


(D.0077) b.d tindakan keperawatan (1.08238)
agen pencedera selama 2x24 jam Observasi
fisiologi diharapkan nyeri yang 1. Identifikasi lokasi,
dirasakan pasien karakteristik, durasi,
berkurang dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: intensitas nyerl.
2. Identifikasi skala nyeri.
1. Skala nyeri
3. Identifikasi respons
berkurang.
nyeri non verbal.
2. Pasien merasa
4. Identifikasi faktor yang
nyaman dan tidak
memperberat dan
mengeluh kesakitan.
memperingan nyari.
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyaninan tentang
nyeri Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon nyeri.
6. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup.
7. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
8. Benkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing.
9. kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
10. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rosa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
11. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
12. Pertinibangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
13. Jelaskan penyebab,
perlode, dan pemicu
nyeri.
14. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
15. Anjurkan momonitor
nyert secara mandiri.
16. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat.
17. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian
analgetik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem Urogenital adalah sistem terjadinya proses penyaringan darah dan
sistem perkemihan didalam tubuh manusia. Meliputi sistem urinaria dan
reproduksi manusia. Organ-organ yang terdapat dalam sistem urogenital
sendiri meliputi: Ginjal, Ureter, Kandung Kemih, Uretra, Kelenjar Prostat,
Skrotum, Testis, Epididimis, Vas Deferense, Vesikula Seminalis, Kelenjar
Bulbouretal, Ovarium, Mons Veneris, Tuba Fallopi, Uterus, Vagina, Labia
Mayora, Labia Minora, Himen dan Vestibulum.
DAFTAR PUSTAKA

Alomedika.2021. https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/infeksi-
saluran-kemih/patofisiologi. Diakses pada tanggal 20 Desember 2023.

Cempaka (2018) Asuhan Keperawatan Pada Kiten An.S. Dengan Infeksi Saluran
Kemih Di Ruangan Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang Program Studi DIII
Keperawatan Tahun 2018.

Mawaddah,1 (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Infeksi Saturan Kemih


(Isk) Dengan Masalah Gangguan Eliminasi Urine. Program Studi Diploma
Tii Keeprawatan Sekoalh Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang.

Nuari. Nian Afrian. 2017. Gangguan pada Sistem Perkemihan dan


Penatalaksanaan Keperawatan. Skeman: CV Budi Utama.

Purnomo B. (2012). Dasar-Dasar Urologi. Ed. 3. Jakarta. Sagung Seto.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNL 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosts Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi), Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai