Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN TUTORIAL

BLOK SISTEM PENCERNAAN


SKENARIO 3
INI BENJOLAN APA?

KELOMPOK A-5
DEBBY HASPRILIA O
EMMA AYU LIRANI
LICHTE CHRISTIAN P
MONICA FRADISHA ZUKHRI
RACHMANIAR RATRIANTI
RIZKY ARDIANA VITASARI
SHOFURA AZIZAH
ARTRINDA A K S P
M HAFIZH ISLAM S
NADITA GITA
SYARIF HIDAYATULLAH
RAFI AMANDA REZKIA A
HANUGROHO

(G0012053)
(G0012071)
(G0012115)
(G0012135)
(G0012169)
(G0012191)
(G0012211)
(G0012029)
(G0012119)
(G0012145)
(G0012217)
(G0012171)
(G0012089)

TUTOR : Widana P., dr.


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN 2014

BAB I
PENDAHULUAN

INI BENJOLAN APA?

Seorang laki-laki usia 60 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan


utama muncul benjolan di duburnya saat buang air besar sejak 1 tahun yang lalu,
kadang-kadang BAB disertai nyeri dan darah segar menetes. Benjolan masih
dapat masuk kembali dengan bantuan jari tangan. Tidak ada riwayat BAB seperti
kotoran kambing, tidak ada riwayat diare. Dari riwayat pasien sebelumnya
diketahui juga bahwa pasien pernah mengalami benjolan di pangkal pahanya,
kadang muncul kadang hilang, biasanya muncul bila pasien mengejan dan pada
saat mengangkat benda berat.
Dari pemeriksaan fisik saat ini, abdomen dalam batas normal. Pada
pemeriksaan anorectal, tidak didapatkan adanya abses, saluran abnormal maupun
robekan di sekitar anus. Kemudian dokter menggunakan sarung tangan dan
meminta izin pada pasien untuk dilakukan pemeriksaan colok dubur, didapatkan
hasil pemeriksaan: sfingter normal, mukosa licin, ampula tidak kolaps, lendir (-),
darah (+), feces (+) warna kuning, teraba benjolan di arah jam 3 dan 11, lunak,
permukaan licin tidak berbenjol-benjol, nyeri tekan (+). Dokter kemudian
melakukan pemeriksaan anoscopy dan merujuk pasien agar mendapatkan
penatalaksanaan lebih lanjut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Klarifikasi Istilah
1. Anoscopy
Pemeriksaan anus utuk mengetahui mucosa rectal dan untuk
mengevaluasi terjadinya hemorrhoid
2. Ampula tidak kolaps
Ampula recti tidak bisa menutup
3. Pemeriksaan Anorectal
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara manometri anorectal.
Dilakukan dengan cara tabung dimasukkan kedalam rectum dan pasien
disuruh mengejan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur tekanan
musculus Sphincter Ani

B. Rumusan Masalah dan Tinjauan Pustaka

1.

Anatomi Anorectal?
a. Rectum
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Rektum terbentang dari vertebre

sakrum ke - 3 sampai garis anorektal. Letaknya dalam rongga pelvis di


depan os sacrum dan os coccygeus. Sruktur rectum serupa dengan
yang ada pada kolon, tetapi dinding yang berotot lebih tebal dan
membran mukosanya memuat lipatan-lipatan membujur yang disebut
columna morgagni. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus.
Bagian sepertiga atas dari rectum, sisi samping dan depannya
diselubungi peritoneum. Di bagian tengah, hanya sisi depannya yang
diselubungi peritoneum. Di bagian bawah, tidak diselubungi
peritoneum sama sekali.
Struktur rectum terbagi menjadi dua bagian: sfingter dan
ampula. Ampula pada rectum memiliki bentuk seperti balon atau buah
pir dan dikelilingi oleh visceral pelvic fascia. Memiliki empat lapisan:
Mukosa, Submukosa, Muskular, dan Serosa.
Kolumnal rectal membantu dalam kontraksi dan dilatasi pada
saluran anal dan otot sfingter rectum. Terdiri atas sel-sel otot
bermukosa yang cukup padat,

dan mengandung lebih banyak

pembuluh limfa, pembuluh darah, dan jaringan saraf daripada sel-sel


penyusun dinding rectum di sekitarnya.

Gambar : Struktur rectum dan anus

b. Anus
Anus adalah bukaan pada bagian akhir dari usus besar. Saluran
anal merupakan pipa kosong yang menghubungkan rectum (bagian
bawah akhir dari usus besar) dengan anus dan luar tubuh. Letaknya di
abdomen bawah bagaian tengah di dasar pelvis setelah rectum.
Anus manusia terletak di bagian tengah pantat, bagian
posterior dari periotoneum. Dinding otot anus diperkuat oleh 3
sfingter yaitu : Sfingter ani internus dan Sfingter levator ani yang
bekerja tidak menurut kesadaran serta Sfingter ani eksternus yang
bekerja menurut kesadaran.

Saluran anal memiliki panjang sekitar 2-4,5 cm. Saluran anal


dikelilingi oleh otot yang berbentuk seperti cincin yang disebut
internal anal sphincters dan external anal sphincters. Saluran anal
dilapisi oleh membrane mukosa. Bagian atas saluran anal memiliki sel
yang menghasilkan mucus yang membantu memudahkan ekskret
keluar tubuh. Bagian bawah saluran anal terdiri dari sel epitel
berbentuk kubus.
Saluran anal memiliki bagian berbentuk lipatan yang disebut
anal colums (kolumnal anal). Bagian atas kolumnal anal membentuk
garis anorectal yang merupakan perbatasan antara rectum dengan
anus. Bagian bawah kolumnal anal memiliki garis dentate yang
menjadi penanda dari daerah dimana terdapat sel-sel saluran anal yang
bisa berubah dari sel penghasil mucus menjadi sel epitel kubus. Selsel epitel anus lebih tebal dari yang di saluran anal dan memiliki
rambut. Ada area perianal yang merupakan kulit di sekeliling anus
sejauh 5 cm.
Vaskularisasi rektum dan kanalis anal sebagian besar diperoleh
melalui arteri hemoroidalis superior, media, dan inferior. Arteri
hemoroidalis superior merupakan kelanjutan akhir arteri mesentrika
inferior. Arteri hemoroidalis media merupakan cabang ke anterior dari
arteri hipogastrika. Arteri hemoroidalis inferior dicabangkan oleh
arteri pubenda interna yang merupakan cabang dari arteri iliaca
interna, ketika arteri tersebut melewati bagian atas spina ischiadica.
Sedangkan vena-vena dari kanalis anal dan rektum mengikuti
perjalanan yang sesuai dengan perjalanan arteri. Vena-vena ini berasal
dari 2 pleksus yaitu pleksus hemoroidalis superior (interna) yang
terletak di submukosa atas anorectal junction, dan pleksus
hemoroidalis inferior (eksterna) yang terletak di bawah anorectal
junction dan di luar lapisan otot. Perhatikan gambar berikut

Gambar : Vaskularisasi Vena-Vena Kanalis Anal

Persarafan rektum terdiri atas sistem saraf simpatik dan


parsimpatik. Serabut saraf simpatik berasal dari pleksus mesentrikus
inferior dan dari sistem parasakral yang terbentuk dari ganglion
simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Persarafan
parasimpatik (nervi erigentes) berasal dari saraf sakral kedua, ketiga,
dan keempat.

2.

Fisiologi retum anus dalam proses defekasi?


Fungsi utama dari rektum dan kanalis anal ialah untuk
mengeluarkan massa feses yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi
dan melakukan hal tersebut dengan cara yang terkontrol. Rektum dan
kanalis anal tidak begitu berperan dalam proses pencernaan, selain
hanya menyerap sedikit cairan. Selain itu sel-sel Goblet mukosa
mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai pelicin untuk keluarnya
massa feses.

Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di tempat


yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh dan tinja masuk kedalam rektum, maka timbul keinginan untuk
buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rectum karena penumpukan material
di dalam rectum akan memicu system saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi.
Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air
besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus. Setelah dicerna di
usus halus, makanan kemudian dibawa ke usus besar yang terdiri dari
sekum, kolon, rectum, dan anus. Di usus besar, terjadi penyerapan air
dan sisa-sisa hasil pencernaan yang melewati usus besar disebut feses.
Feses disimpan di rectum, dan ketika rectum penuh, otot sfingter
eksternal dan internal di saluran anal dan anus akan relaksasi sehingga
feses bisa keluar dari tubuh melalui anus

3. Mengapa pasien mengeluhkan ada benjolan di dubur saat BAB ?


Benjolan di dubur diduga hemoroid. Anal canal memiliki lumen
triradiate yang dilapisi bantalan (cushion) atau alas dari jaringan mukosa.
Bantalan ini tergantung di anal canal oleh jaringan ikat yang berasal dari
sfingter anal internal dan otot longitudinal. Di dalam tiap bantalan terdapat
plexus vena yang diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur vaskular
tersebut membuat tiap bantalan membesar untuk mencegah terjadinya
inkontinensia (Nisar dan Scholefield, 2003).

Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan


penyokong dan bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras
secara berulang serta mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap
bantalan tersebut yang akan mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang
mengalami prolapsus akan terganggu aliran balik venanya. Bantalan
menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan, konsumsi serat yang
tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi seperti
kehamilan yang meningkatkan tekanan intra abdominal. Perdarahan yang
timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa lokal
atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya (Acheson dan
Schofield, 2006).
Taweevisit dkk (2008) menyimpulkan bahwa sel mast memiliki
peran multidimensional terhadap patogenesis hemoroid, melalui mediator
dan sitokin yang dikeluarkan oleh granul sel mast. Pada tahap awal
vasokonstriksi terjadi bersamaan dengan peningkatan vasopermeabilitas
dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh histamin dan leukotrin.
Ketika vena submukosal meregang akibat dinding pembuluh darah pada
hemoroid melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan
perdarahan. Sel mast juga melepaskan platelet-activating factor sehingga
terjadi agregasi dan trombosis yang merupakan komplikasi akut hemoroid.
Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan
mengalami rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh
kandungan granul sel mast. Termasuk diantaranya tryptase dan chymase
untuk degradasi jaringan stroma, heparin untuk migrasi sel endotel dan
sitokin sebagai TNF- serta interleukin 4 untuk pertumbuhan fibroblas dan
proliferasi. Selanjutnya pembentukan jaringan parut akan dibantu oleh
basic fibroblast growth factor dari sel mast.

4. Mengapa benjolan di dubur masih dapat masuk kembali dengan bantuan


jari ?
Hemorrhoid dibagi menjadi 2, eksterna dan interna. Hemoroid
internal diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
a. Derajat I : Hemoroid mencapai lumen anal canal.
b. Derajat II : Hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak pada
saat pemeriksaan tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
c. Derajat III : Hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat
masuk kembali secara manual oleh pasien.
d. Derajat IV : Hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk ke anal
canal meski dimasukkan secara manual.

5. Apakah penyebab atau asal darah dan nyeri saat BAB ?


Perdarahan

di

sistem

gastrointestinal

berdasarkan

sumber

perdarahan dapat dibedakan menjadi perdarahan di sistem gastrointestinal


atas dan bawah. Untuk dapat membedakannya maka perlu diperhatikan
warna, jumlah, dan bercampurnya darah dengan feses.
a. Perdarahan gastrointestinal atas : berwarna hitam, encer, bercampur
dengan feses (melena).
b. Perdarahan gastrointestinal bawah : darah merah segar, tidak
bercampur dengan feses.

Darah segar menetes saat buang air besar menandakan perdarahan


berasal dari sistem gastrointestinal bawah. Kemungkinan penyebab

10

terjadinya perdarahan segar yang menetes pada saat buang air besar antara
lain:
a. Fistula anus
Fistula anus merupakan saluran abnormal dari anus atau rectum yang
biasanya menuju anus atau ke kulit di dekat anus.

Gambar : tipe fistula ani berdasarkan lokasi terbentuknya saluran


abnormal : 1 intersphincteric, 2 transsphincteric (ischiorectal), 3
extrasphincteric, 4 submucosal
b. Fissura anus
Fissura anus merupakan robekan pada anus.

11

Gambar : fissura anal dilihat dari dalam dan luar. Terlihat adanya
robekan di anus yang menimbulkan rasa nyeri saat buang air besar.

c. Haemorroid
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentate
line menjadi batas histologis. Klasifikasi hemoroid yaitu:
a. Hemoroid eksternal, berasal dari dari bagian distal dentate line
dan dilapisi oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi serta
banyak persarafan serabut saraf nyeri somatic
b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line
dan dilapisi mukosa.
c. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa di bagian
superior dan kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut
saraf nyeri (Corman, 2004)

6. Apa sajakah jenis tinja yang abnormal ?

12

Warna

Tidak Patologis

Coklat,

coklat

Patologis

tua, Oksidasi normal dari -

kuning coklat, coklat pigmen


tua sekali

empedu,

dibiarkan

lama

udara,makanan
mengandung

di
yg

banyak

daging
Hitam

Makan mengandung zat Perdarahan di saluran


besi, bismuth

Abu-abu/putih

Makan

cerna bagian proksimal

mengandung Steatore

banyak coklat
Abu-abu muda sekali

Makanan mengandung Obstruksi


banyak

bahan

saluran

susu, empedu

barium
Hijau

atau

kuning Bayam, sayuran

hijau
Merah

Oksidasi

pigmen

empedu
Lobak merah (bit)

Perdarahan di saluran
cerna bagian distal

Makroskopis

Penyebab

Butir kecil, keras,warna tua


(schibala)

Konstipasi

Volume besar, berbau dan


mengambang

Malabsorbsi zat lemak atau


protein

Rapuh dengan lendir

Inflamasi, adenoma

Rapuh, darah, lendir

Inflamasi, tifoid, shigella,


amubiasis, tumor ganas

Hitam, mudah melekat (ter)

Perdarahan
bagian atas

13

saluran

cerna

Volume besar, cair, sisa padat

Infeksi non invasif (kolera,


E.coli)

Rapuh, nanah
nekrotik

Divertikulitis, tumor, parasit

jaringan

Agak lunak, putih abu-abu


sedikit

Obstruksi jaundice, alkoholik

Cair, lendir, eritrosit

Tifoid, kolera, amubiasis

Cair, lendir, leukosit

Kolitis ulseratif, enteritis,


shigellosis,
salmonellosis,
tbc usus

Lendir, nanah, darah

Kolitis
disentri
usus

ulseratif,
basiler, tbc

7. Apakah hubungan usia dengan benjolan di dubur ?


Kejadian hemorrhoid cenderung meningkat seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, dimana usia puncaknya adalah 45-65 tahun.
Sekitar setengah dari orang-orang yang berumur 50 tahun pernah
mengalami hemorrhoid.
Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot
sphincter pun juga menjadi tipis dan atonis. Karena sphincternya lemah
maka dapat timbul prolaps. Selain itu pada usia tua juga sering terjadi
sembelit yang dikarenakan penyerapan air yang berlebihan pada saluran
cerna. Hal tersebut menyebabkan konsistensi tinja menjadi keras.
Sehingga terjadi penekanan berlebihan pada plexus hemorrhoidalis yang
dipicu oleh proses mengejan untuk mengeluarkan tinja.

14

8. Mengapa muncul benjolan di paha ketika mengejan dan mengangkat


beban berat?
Disekitar inguinal atau lipatan paha ,ada suatu titik dimana jaringan
itu sangat lemah yang tersusun dari aponeurosis dari musculus obliquus
abdominis externus dan musculus obliquus abdominis internus dan
membentuk suatu kanal yang disebut canalis inguinalis.Tekanan yang
berlebihan pada intraabdomen, dapat menyebabkan jaringan pada
abdomen turun sehingga terdorong dan masuk kedalam canalis inguinalis
sehingga terjadi pembengkakan di lipatan paha, hal ini disebut hernia
inguinalis. Hal-hal yang dapat menyebabkan tekanan intraabdomen yang
berlebihan itu seperti angkat beban yang berlebihan, mengejan terlalu
kuat, dan batuk yang kuat. Laki-laki lebih sering mengalami dibanding
wanita.
Hernia adalah penonjolan abnormal organ intraabdominal melalui
defek atau bagian lemah dari dinding suatu rongga. Adapun struktur dari
hernia yaitu memiliki kantung, isi, dan leher atau cincin.

Gambar

bagian-bagian hernia
Hernia

inguinalis

dapat dibedakan

menjadi hernia

inguinalis direk dan indirek. Hernia inguinalis indirek disebut hernia


inguinalis lateralis karena keluar dari rongga abdomen melalui annulus
inguinalis internus dan lateran dari epigastrica inferior. dari pemerintah
darah epigastrika inferior. Sedangkan hernia inguinalis direk disebut juga
hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
15

Hasselbach, yaitu suatu daerah yang dibatasi oleh ligamentum ingunale di


bagian bawah, pembuluh darah epigastrika inferior di bagian tepi luar, dan
tepi otot rektus di bagian tepi dalam.

Gambar: (kiri) hernia inguinalis indirek atau hernia inguinalis


lateralis dan (kanan) hernia inguinalis direk atau hernia inguinalis
medialis.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibilis bila isi
hernia dapat keluar masuk. Keluar jika mengedan atau mengangkat beban
berat dan masuk lagi ketika tidur atau didorong masuk perut. Hernia
disebut hernia ireponibilis (hernia akreta) bila isi kantung tidak dapat
direposisi kembali ke dalam rongga abdomen,. Ini biasanya disebabkan
oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Pada hernia
reponibilis maupun ireponibilis tidak didapatkan keluhan nyeri ataupun
tanda sumbatan usus.
Ketika isi hernia terjepit oleh cincin hernia dan menyebabkan isi
kantung terjepit dan tidak dapat kembali ke dalam rongga abdomen maka
hernia ini disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata. Pada hernia
inkarserata terjadi ileus obstruktif yang mengakibatkan terjadinya
gangguan pasase hasil pencernaan ke tractus digestivus yang lebih bawah

16

dari bagian yang terjepit ini. Dikatakan hernia strangulata jika isi hernia
yang terjepit tadi juga ikut menjepit vaskularisasi yang mengakibatkan
terjadinya iskemik dan gangren.

Gambar : ketika isi hernia terjepit maka dapat terjadi hernia


inkarserata dan hernia strangulata.
9. Apa indikasi dan bagaimana prosedur pemeriksaan anoscopy ?
Anoskopi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan anoskop,
yang bertujuan untuk melihat bagian dalam & mukosa anus dan sepanjang
rektum

serta

musculus

spinchter

ani.

Pemeriksaam

ini

dapat

memvisualisasikan apabila pada saluran anorectal pasien terdapat


hemorroid, fissura ani, abses, polip, dan juga neoplasma.
Indikasi pemeriksaan ini adalah apabila pada pasien dicurigai
terjadinya hemoroid, anal squamous lesi untuk melakukan pemeriksaan
cytologi, dan penyakit pada saluran cerna lainnya. Kontraindikasi pada
pemeriksaan ini adalah apabila terjadi anal imperforata dan juga pada
pasien yang baru melakukan bedah pada bagian anorectal.
Prosedur pemeriksaan:
17

a. Penderita dalam posisi litotomi.


b. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam
mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang.
c. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen.
d. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid
akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
e. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya dan keadaan lain
dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan

10. Bagaimana interpretasi dan indikasi pemeriksaan Rectal Toucher ?


Indikasi untuk pemeriksaan Rectal Toucher diantaranya :
a. Diagnosis tomur rektal dan bentuk lain dari kanker
b. Diagnosis gangguan prostat (Ca, BPH)
c. Diagnosis usus buntu atau contoh lain dari perut akut (yaitu perut akut
yang menunjukkan gejala penyakit yang mendasari serius)
d. Untuk mengatahui tonus dari musculus sphincter anal (kasus fecal
incontinence, atau penyakit neurologis, termasuk trauma cedera tulang
belakang)
e. Untuk mengevaluasi grade hemmorhoid
f. Pada bayi baru lahir, untuk menyingkirkan diagnosis anus imperforate
Dari pemeriksaan ini, dapat dinilai:
a. Tumor
18

Jarak dari anus

Letaknya ventral, lateral, atau dorsal

Lumen yang tersisa dapat dilalui jari atau tidak

Jari dapat meraba batas tumor atau tidak

Tumor terfiksir atau tidak

b. Cavum douglasi

Peritonitis

Masa radang

Tumor

Ascites.

11. Apa saja pemeriksaan penunjang yang lain ?


Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi
dan sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan
mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid (Halverson, 2007). Sideviewing pada anoskopi merupakan instrumen yang optimal dan tepat
untuk mengevaluasi hemoroid. Person dan Wexner (2007) menyatakan
bahwa ketika dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel, anoskopi
mendeteksi dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi di daerah
anorektal.
Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal
canal dengan derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus
dan rectum dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding

19

untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan
fistula,

kolitis,

polip

rektal,

dan

kanker.

Pemeriksaan

dengan

menggunakan barium enema X-ray atau kolonoskopi harus dilakukan pada


pasien dengan umur di atas 50 tahun dan pada pasien dengan perdarahan
menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap hemoroid.

12. Bagaimanakah pasien safety pada skenario ?


Meminta ijin kepada pasien sebelum melakukan rectal toucher, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena
pada saat di rectal toucher terasa keadaan yang tidak nyaman bagi pasien.
Menggunakan sarung tangan saat rectal toucher dimaksudkan untuk
menghindari mikroorganisme dan infeksi yang nantinya dapat menyebar,
entah itu dari pasien ke dokter ataupun dari dokter ke pasien.

13. Diagnosis differentials ?


1) Hemorrhoid
Hemorrhoid adalah pelebaran dan inflamasi dari pleksus arterivena di saluran anus yang berfungsi sebagai katup untuk mencegah
inkontinensia flatus dan cairan. Selain itu pleksus arteri-vena tersebut
juga dapat mengalami perdarahan.
Tingginya prevalensi hemorrhoid disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain: kurangnya konsumsi makanan berserat, konstipasi,
usia, keturunan, kebiasaan duduk terlalu lama, peningkatan tekanan
abdominal karena tumor, pola buang air besar yang salah, hubungan
seks peranal, kurangnya intake cairan, kurang olah raga dan
kehamilan.

20

A. Klasifikasi Hemorrhoid
Secara anoskopi, berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi
atas:

I.

Hemorrhoid eksterna
Merupakan

pelebaran

dan

penonjolan

vena

hemorrhoidalis inferior yang timbul di sebelah luar


musculus sphincter ani.
Hemorrhoid

eksterna

diklasifikasikan

sebagai

bentuk akut dan kronis. Bentuk akut dapat berupa


pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang
merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri. Hemorrhoid eksterna kronis atau
skin tag biasanya merupakan sequele dari hematoma akut.

II. Hemorrhoid interna


Merupakan

pelebaran

dan

penonjolan

vena

hemorrhoidalis superior dan media yang timbul di sebelah


proksimal dari musculus sphincter ani.
Hemorrhoid interna dikelompokkan ke dalam 4
derajat, yakni:
a. Derajat I

21

Bila terjadi pembesaran hemorrhoid yang


tidak prolaps ke luar kanalis analis yang hanya
dapat dilihat dengan anorektoskop.
b. Derajat II
Pembesaran hemorrhoid yang prolaps dan
menghilang atau dapat masuk kembali ke dalam
anus secara spontan.
c. Derajat III
Pembesaran

hemorrhoid

yang

prolaps

dimana harus dibantu dengan dorongan jari untuk


memasukkannya kembali ke dalam anus.

d. Derajat IV
Prolaps hemorrhoid yang yang permanen.
Prolaps ini rentan dan cenderung mengalami
trombosis dan infark.

Kedua jenis hemorrhoid ini sangat sering dijumpai dan terjadi


pada sekitar 35% penduduk yang berusia di atas 25 tahun.

B. Penatalaksanaan Hemorrhoid
Pada penderita hemorrhoid dapat ditangani dengan 2 macam
penatalaksanaan,

yaitu

penatalaksanaan

penatalaksanaan bedah.
I. Penatalaksanaan medis
22

farmakologis

dan

Nonfarmakologis
Penatalaksanaan ini bertujuan untuk mencegah

semakin

memburuknya

memperbaiki

defekasi.

hemorrhoid

dengan

Penatalaksanaan

ini

cara
berupa

perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum,


perbaikan

pola/cara

defekasi.

Memperbaiki

defekasi

merupakan pengobatan yang harus selalu ada dalam setiap


bentuk dan derajat hemorrhoid.
Perbaikan defekasi disebut Bowel Management
Program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat
tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku buang air.
Bersamaan dengan program BMP tersebut di atas, biasanya
juga dilakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara
merendam anus dalam air sehingga eksudat atau sisa tinja
yang lengket dapat dibersihkan.

Farmakologis
Penatalaksanaan

memperbaiki
menghilangkan

farmakologis

bertujuan

untuk

sekaligus

meredakan

atau

defekasi
keluhan

serta

gejala.

farmakologis hemorrhoid dapat dibagi atas:


i. Memperbaiki defekasi
ii. Meredakan keluhan subyektif
iii. Menghentikan perdarahan
iv. Menekan atau mencegah timbulnya gejala
v. Tindakan medis minimal invasive

23

Obat-obat

Tindakan untuk menghentikan atau memperlambat


semakin memburuknya penyakit dengan tindakantindakan pengobatan yang tidak terlalu invasive, antara
lain :
i.

Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia

yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak


nabati. Terapi ini efektif untuk hemorrhoid derajat I dan
II.
ii.

Ligasi dengan gelang karet


Penatalaksanaan

ini

digunakan

pada

hemorrhoid yang besar atau mengalami prolaps.


Penempatan gelang karet ini cukup jauh dari garis
mukokutan untuk menghindari timbulnya nyeri yang
merupakan penyulit pada penatalaksanaan jenis ini.

II. Penatalaksanaan bedah


Tindakan ini terdiri dari dua tahap yaitu pertama yang
bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan
penyakit dan kedua untuk mengangkat jaringan yang sudah
lanjut.

Bedah beku
Teknik ini menggunakan pendinginan dengan suhu

yang rendah, namun dapat menyebabkan kematian mukosa


yang sukar ditentukan. Sehingga teknik ini hanya cocok
digunakan sebagai terapi paliatif karsinoma rektum.

24

Hemoroidektomi
Terapi

bedah

dipilih

untuk

penderita

yang

mengalami keluhan menahun, penderita hemorrhoid derajat


III dan IV, penderita dengan perdarahan berulang, dan
anemia yang tidak sembuh dengan terapi sederhana lainnya.

III.

Faktor Risiko Hemorrhoid


Faktor risiko hemorrhoid antara lain:
a. Kurangnya konsumsi makanan berserat
Serat makanan yang tinggi mampu mencegah dan
mengobati konstipasi apabila diiringi dengan peningkatan
intake cairan yang cukup setiap hari. Konsumsi cairan
dapat membantu kerja serat makanan dalam tubuh.
b. Konstipasi
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui
usus besar yang disebabkan oleh tinja yang kering dan
keras pada colon descenden yang menumpuk karena
absorpsi cairan yang berlebihan.
Pada konstipasi diperlukan waktu mengejan yang
lebih lama. Tekanan yang keras saat mengejan dapat
mengakibatkan

trauma

berlebihan

pada

plexus

hemorrhoidalis sehingga menyebabkan hemorrhoid.


c. Peningkatan stress psikologis
Emosi

yang

kuat

diperkirakan

menyebabkan

konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus

25

melalui kerja epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stress


juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi
hipertonik atau iritasi colon).

d. Ketidaksesuaian diet
Makanan yang lunak akan menghasilkan suatu
produk yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada
proses defekasi. Makan makanan yang rendah serat seperti;
beras, telur dan daging segar akan membuat makanan
tersebut bergerak lebih lambat di saluran cerna. Namun
dengan meningkatkan intake cairan dapat mempercepat
pergerakan makanan tersebut di saluran cerna.
e. Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan seperti; morfin, codein, obat-obatan
adrenergik dan antikolinergik lain dapat memperlambat
pergerakan colon melalui mekanisme kerja sistem syaraf
pusat sehingga dapat menyebabkan konstipasi.
f. Usia lanjut
Pada orang lanjut usia terjadi penyerapan air yang
berlebihan pada saluran cerna. Sehingga konsistensi tinja
yang dikeluarkan menjadi keras.
g. Keturunan
Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal
yang didapat sejak lahir akan memudahkan terjadinya
hemorrhoid setelah mendapat paparan tambahan seperti
mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, konstipasi, dan
lain-lain.
26

h. Tumor abdomen
Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar
terhadap kejadian hemorrhoid adalah tumor di daerah
pelvis seperti tumor ovarium, tumor rektal, dan lain-lain.
Tumor ini dapat menekan vena sehingga alirannya
terganggu

dan

menyebabkan

pelebaran

plexus

hemorrhoidalis.

i. Pola buang air besar yang salah


Pemakaian jamban duduk juga dapat meningkatkan
insidensi hemorrhoid. Menurut dr. Eka Ginanjar, dengan
pemakaian jamban yang duduk posisi usus dan anus tidak
dalam posisi tegak. Sehingga akan menyebabkan tekanan
dan gesekan pada vena di daerah rektum dan anus.
Berbeda halnya pada penggunaan jamban jongkok.
Posisi jongkok saat defekasi dapat mencegah terjadinya
konstipasi yang secara tidak langsung dapat mencegah
terjadinya hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan pada
posisi jongkok, valvula ilicaecal yang terletak antara usus
kecil dan caecum dapat menutup secara sempurna sehingga
tekanan dalam colon cukup untuk mengeluarkan feses.
Selain itu menghindari kebiasaan untuk menunda ke
jamban ketika sudah dirasa ingin buang air besar juga dapat
menurunkan kejadian konstipasi.
j. Kurang intake cairan
Kurangnya
meningkatkan

intake

kejadian
27

cairan

setiap

hemorrhoid.

hari
Hal

dapat
tersebut

dikarenakan, kurangnya intake cairan dapat menyebabkan


tinja menjadi keras sehingga seseorang akan cenderung
mengejan untuk mengeluarkan tinja tersebut. Sementara itu,
proses mengejan tersebut dapat meningkatkan tekanan pada
plexus hemorrhoidalis.
Dengan intake cairan yang cukup setiap harinya
dapat membantu melunakkan tinja dan membersihkan usus.
Sehingga tidak perlu mengejan untuk mengeluarkan tinja.

2) Hernia femoralis
Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua,
kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali laki-laki. Keluhan biasanya
berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menaikan tekana intraabdomen. Benjolan
ini hilang pada waktu berbaring. Sering penderita datang ke dokter
atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial v.femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
Awalnya hernia femoralis adalah melewati anulus femoralis.
Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang
berbentuk corong sejajar dena v.femoralis sepanjang kurang lebih 2cm
dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.

a. Patofisiologi
Secara patofisiologi peninggian tekanan intrabdomen akan
mendorong lemak preperitoneal ke dalam kalalis femoralis yang

28

akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab


lainnya dalah kehamilan multipara, obesitas, dan generasi jaringan
ikat karena usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi
sebagai komplikasi herniorafi pada herna inguinalis, terutama yang
memakaiteknik Bassini dan Shouldice yang menyebabkan fasia
tranversa dan ligamnetum ingunale lebih tergeser ke ventrokranialb
sehingga kanalis femoralis lebih luas.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah strangulasi
dengan segala akibatnya. Hernia femoralis keluar di sebelah bawah
ligamentum inguinale pada fossa ovalis. Kadang-kadang hernia
femoralis tidak teraba dari luar, terutama biala merupakan hernia
Ritcher.

b. Penatalaksanaan
Pengelolaannya

bisa

dengan

pengobatan

konservatif,

maupun tindakan definitif berupa operasi. Tindakan konservatif


terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Pengurangan hernia secara non-operatif dapat
segera dilakukan dengan berbaring, posisi pinggang ditinggikan,
lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan sedatif
(penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi otot.
Perbaikan hernia terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat
tanda-tanda klinis strangulasi.
Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan
hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan
sehingga harus dipakai seumur hidup. Hal ini biasanya dpilih jika
pasien menolak dilakukan perbaikan secara operasi atau terdapat
29

kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena


menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot
dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi
(pengecilan) testis karena tekanan pada tali sperma yang
mengandung pembuluh darah testis.
Operasi

merupakan

penatalaksanaan

rasional

hernia

inguinalis, terutama jenis yang strangulasi. Indikasi operasi sudah


ada begitu diagnosis ditegakkan. Jika reposisi tidak berhasil, dalam
waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera. Prinsip dasar operasi
hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplastik.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai ke lehernya, kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan
kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit
ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus
inginalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.

Dikenal

berbagai

metode

hernioplastik,

seperti

memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,


menutup, dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan
pertemuan m.transversus internus abdominis dengan m.oblikus
internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini. Metode ini
memperbaiki orifisium miopektineal, superior dari ligamentum
inguinalis, yaitu anulus profunda dan segitiga Hesselbach, sehingga
dapat diterapkan baik pada hernia direk maupun indirek.
Metode

lain

yaitu

menjahitkan

fasia

transversa,

m.transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis

30

ke

ligamentum

Cooper

pada

metode

Mc

Vay.

Metode

ini

memperbaiki tiga daerah yang paling rentan terhadap herniasi


dalam orifisium miopektineal, yaitu anulus prounda, segitiga
Hesselbach, dan kanalis femoralis. Insisi relaksasi merupakan suatu
keharusan karena bila tidak dibuat, akan timbul regangan yang
cukup besar pada garis jahitan.

c. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami
isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada
hernia ireponible ini dapat terjadi jika isi hernia terlalu besar,
misalnya

terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal atau

merupakan hernia akreta. Di sini tidak dapat timbul gejala klinis


kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh
cincin

hernia

sehingga

terjadi

hernia

strangulata

yang

menimbiulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan


yang terjadi total atau pasrisal seperti pada hernia RICHER. Bila
cincicn hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada
hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan
parsial. Jarang terjadi inkaserasi retrograd, yaitu dua segmen usus
terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya
berdada dalam rongga peritoneum.
Jepitan cincicn hernia akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi udema organ atau struktur di dalam hernia dan
transudasi ke dalam kantong hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredarah darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat beruapa cairan

31

serosanguinis. Kalau isis hernia terdiri atas usus, dapat terjadi


perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitis jika terjadi hubungn dengan rongga perut.

Gambar 4. Hernia Femoralis

3). Ca Colon
Kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat
ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon.
Faktor resiko untuk kanker kolon :

Usia lebih dari 40 tahun

Darah dalam feses

Riwayat polip rektal atau polip kolon

Adanya polip adematosa atau adenoma villus


32

Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis


dalam keluarga

Riwayat penyakit usus inflamasi kronis

Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat


.

a. Manifestasi Klinis
Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.
Pasase darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala dapat
juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau
penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan
dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena
(feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi
sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri
abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta
adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungakan
dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah
defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

b. Patofisiologi
Penyebab jelas kanker kolon belum diketahui secara pasti,
namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian
kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang
mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang
rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar
dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi
oleh minuman yang beralkohol.

33

Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis


(95%) adenokarsinoma. Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai
polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta
merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya.
Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen,
dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular
(mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi
rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi
pada sekum dan kolon ascendens.
Tumor dapat menyebar melalui :
1) Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke
dalam vesika urinaria.
2) Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe
perikolon dan mesokolon.
3) Melalui hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan
darah balik ke sistem portal.

c. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering
dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan
biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup
kemoterapi, terapiradiasi dan atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU).
Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang
dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang
memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan
34

leuvocorin.

Dari

hasil

penelitian,

setelah

dilakukan

pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.


2) Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan
kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau
paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat
dengan

kolonoskop.

polipektomi

Kolostomi

merupakan

suatu

laparoskopik
prosedur

yang

dengan
baru

dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada


beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman
dalam membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian di
eksisi. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur
vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan
tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.

3) Difersi vekal untuk kanker kolon dan rectum


Berkenaan

dengan

tehnik

perbaikan

melalui

pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga


pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang
(stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi
sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan
drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi
drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang
ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan
sekitar.

35

BAB III
PEMBAHASAN

Pada skenario didapatkan pasien laki-laki usia 60 tahun dengan benjolan di


duburnya saat buang air besar disertai nyeri dan darah segar menetes dan benjolan
masih dapat masuk kembali dengan bantuan jari tangan. Hal ini menunjukkan
diagnosis ke arah hemoroid internal derajat III. Tidak ada riwayat BAB seperti
kotoran kambing, tidak ada riwayat diare menunjukkan tidak ada konstipasi pada
pasien. Dari riwayat pasien sebelumnya diketahui juga bahwa pasien pernah
mengalami benjolan di pangkal pahanya dan biasanya muncul bila pasien
mengejan dan pada saat mengangkat benda berat. Hal ini dikarenakan, pada orang
tua, kanalis analis tersebut telah menutup namun karena lokus minoris resistensie
36

maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan intra abdominal


meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis akuisita. Selain itu juga tekanan intraabdominal yang tinggi menyebabkan
terjadi suatu kelemahan, kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang
tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut.
Pada pemeriksaan anorectal, tidak didapatkan adanya abses, saluran
abnormal maupun robekan di sekitar anus. Dan pada pemeriksaan colok dubur,
didapatkan hasil pemeriksaan lendir (-), darah (+). Fissura anus, fistula anus, serta
haemorroid sama-sama memberikan gejala perdarahan segar yang menetes serta
rasa nyeri ketika buang air besar, namun dapat dibedakan melalui pemeriksaan
anorectal. Pada skenario dikatakan bahwa pada hasil pemeriksaan anorectal tidak
didapatkan adanya abses, saluran abnormal, dan robekan di sekitar anus, maka
diagnosis fissura anus dan fistula anus dapat disingkirkan. Dan pada pemeriksaan
juga disebutkan teraba benjolan di arah jam 3 dan 11. Hemoroid merupakan
bagian normal dari anorectal dan berasal dari bantalan jaringan ikat subepitel
dalam kanalikuli. Ada 3 posisi bantalan jaringan ikat subepitel yang bisa
menyebabkan terjadinya hemorhoid, yaitu pada jam 3 (lateral sinistra), jam 7
(posterior dextra) dan jam 11 (anterior dextra). Oleh karena itu jika ada kenaikan
tekanan intraabdomen di ketiga posisi itu akan terbentuk benjolan.

lunak,

permukaan licin tidak berbenjol-benjol, nyeri tekan (+).


Kemudian dokter melakukan pemeriksaan anoscopy yang bertujuan untuk
melihat bagian dalam & mukosa anus dan sepanjang rektum serta musculus
spinchter ani. Pemeriksaam ini dapat memvisualisasikan apabila pada saluran
anorectal pasien terdapat hemorroid, fissura ani, abses, polip, dan juga neoplasma.

37

BAB IV
KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien pada skenario adalah Hernia inguinalis reponibilis
dengan disertai oleh hemoroid interna stage III
2. Benjolan di paha pasien pada skenario kemungkinan disebabkan oleh
hernia inguinalis karena pasien pada skenario sering mengangkat beban
berat dan juga mengejan, hal ini menyebabkan meningkatnya tekanan
intraabdomen. Dengan ini, muncul manifestasi berupa benjolan dan hernia
bersifat reponibilis oleh karena sifat benjolan yang tidak menetap(dapat
menghilang)

38

3. Benjolan di dubur disebabkan oleh Hemoroid interna dengan derajat III


hal ini oleh karena dilatasi plexus hemoroidalis yang masih dapat didorong
masuk kembali dengan bantuan jari.

BAB V
SARAN
1. Sebaiknya pasien mengkonsumsi makanan yang memiliki gizi seimbang,
dalam hal ini kaya serat. Sehingga substansi feses yang dikeluarkan tidak
begitu sulit untuk dikeluarkan dengan proses pengejanan, hal ini akan
membuat kondisi pasien lebih baik.
2. Sebaiknya pasien mengurangi kegiatan-kegiatan yang bersifat angkat
beban terutama yang berat, sehingga dapat mengurangi peningkatan
tekanan intra abdomen.

39

DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Terjemahan Irawati, et.al. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lynn S. Bickley. 2009. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat
Kesehatan. Jakarta : EGC
Price, Sylvia, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit, Vol. 1, Ed. 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Ed. 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC
http://www.webmd.com/digestive-disorders/tc/inguinal-hernia-cause

40

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK6943/
http://books.google.co.id/books?
id=vpN4ksOeDroC&pg=PA260&dq=pendekatan+terhadap+pasien+dengan
+perdarahan+gastrointestinal&hl=id&sa=X&ei=ZuhsU4TEEML_rQelioCY
DQ&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
http://www.patient.co.uk/doctor/inguinal-hernias
http://academic.amc.edu/martino/grossanatomy/site/Medical/CASES/GI/po
p%20ups/hernia%20anspop_up2.htm
Acheson, A.G. & Scholefield, J. H., 2008. Management of Haemorrhoids. British
Medical Journal;336: 380-383.
American Gastroenterological Association. American Gastroenterological
Association Technical Review on The Diagnosis and Treatment of
Hemorrhoids. American Gastroenterological Association Clinical Practice
Comitee.
Nisar, P.J. & Scholfield, J.H., 2003. Managing Haemorrhoids. British Medical
Journal; 327: 847-851.

41

Anda mungkin juga menyukai