KELOMPOK A-5
DEBBY HASPRILIA O
EMMA AYU LIRANI
LICHTE CHRISTIAN P
MONICA FRADISHA ZUKHRI
RACHMANIAR RATRIANTI
RIZKY ARDIANA VITASARI
SHOFURA AZIZAH
ARTRINDA A K S P
M HAFIZH ISLAM S
NADITA GITA
SYARIF HIDAYATULLAH
RAFI AMANDA REZKIA A
HANUGROHO
(G0012053)
(G0012071)
(G0012115)
(G0012135)
(G0012169)
(G0012191)
(G0012211)
(G0012029)
(G0012119)
(G0012145)
(G0012217)
(G0012171)
(G0012089)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klarifikasi Istilah
1. Anoscopy
Pemeriksaan anus utuk mengetahui mucosa rectal dan untuk
mengevaluasi terjadinya hemorrhoid
2. Ampula tidak kolaps
Ampula recti tidak bisa menutup
3. Pemeriksaan Anorectal
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara manometri anorectal.
Dilakukan dengan cara tabung dimasukkan kedalam rectum dan pasien
disuruh mengejan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur tekanan
musculus Sphincter Ani
1.
Anatomi Anorectal?
a. Rectum
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Rektum terbentang dari vertebre
b. Anus
Anus adalah bukaan pada bagian akhir dari usus besar. Saluran
anal merupakan pipa kosong yang menghubungkan rectum (bagian
bawah akhir dari usus besar) dengan anus dan luar tubuh. Letaknya di
abdomen bawah bagaian tengah di dasar pelvis setelah rectum.
Anus manusia terletak di bagian tengah pantat, bagian
posterior dari periotoneum. Dinding otot anus diperkuat oleh 3
sfingter yaitu : Sfingter ani internus dan Sfingter levator ani yang
bekerja tidak menurut kesadaran serta Sfingter ani eksternus yang
bekerja menurut kesadaran.
2.
di
sistem
gastrointestinal
berdasarkan
sumber
10
terjadinya perdarahan segar yang menetes pada saat buang air besar antara
lain:
a. Fistula anus
Fistula anus merupakan saluran abnormal dari anus atau rectum yang
biasanya menuju anus atau ke kulit di dekat anus.
11
Gambar : fissura anal dilihat dari dalam dan luar. Terlihat adanya
robekan di anus yang menimbulkan rasa nyeri saat buang air besar.
c. Haemorroid
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentate
line menjadi batas histologis. Klasifikasi hemoroid yaitu:
a. Hemoroid eksternal, berasal dari dari bagian distal dentate line
dan dilapisi oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi serta
banyak persarafan serabut saraf nyeri somatic
b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line
dan dilapisi mukosa.
c. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa di bagian
superior dan kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut
saraf nyeri (Corman, 2004)
12
Warna
Tidak Patologis
Coklat,
coklat
Patologis
empedu,
dibiarkan
lama
udara,makanan
mengandung
di
yg
banyak
daging
Hitam
Abu-abu/putih
Makan
mengandung Steatore
banyak coklat
Abu-abu muda sekali
bahan
saluran
susu, empedu
barium
Hijau
atau
hijau
Merah
Oksidasi
pigmen
empedu
Lobak merah (bit)
Perdarahan di saluran
cerna bagian distal
Makroskopis
Penyebab
Konstipasi
Inflamasi, adenoma
Perdarahan
bagian atas
13
saluran
cerna
Rapuh, nanah
nekrotik
jaringan
Kolitis
disentri
usus
ulseratif,
basiler, tbc
14
Gambar
bagian-bagian hernia
Hernia
inguinalis
dapat dibedakan
menjadi hernia
16
dari bagian yang terjepit ini. Dikatakan hernia strangulata jika isi hernia
yang terjepit tadi juga ikut menjepit vaskularisasi yang mengakibatkan
terjadinya iskemik dan gangren.
serta
musculus
spinchter
ani.
Pemeriksaam
ini
dapat
b. Cavum douglasi
Peritonitis
Masa radang
Tumor
Ascites.
19
untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan
fistula,
kolitis,
polip
rektal,
dan
kanker.
Pemeriksaan
dengan
20
A. Klasifikasi Hemorrhoid
Secara anoskopi, berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi
atas:
I.
Hemorrhoid eksterna
Merupakan
pelebaran
dan
penonjolan
vena
eksterna
diklasifikasikan
sebagai
pelebaran
dan
penonjolan
vena
21
hemorrhoid
yang
prolaps
d. Derajat IV
Prolaps hemorrhoid yang yang permanen.
Prolaps ini rentan dan cenderung mengalami
trombosis dan infark.
B. Penatalaksanaan Hemorrhoid
Pada penderita hemorrhoid dapat ditangani dengan 2 macam
penatalaksanaan,
yaitu
penatalaksanaan
penatalaksanaan bedah.
I. Penatalaksanaan medis
22
farmakologis
dan
Nonfarmakologis
Penatalaksanaan ini bertujuan untuk mencegah
semakin
memburuknya
memperbaiki
defekasi.
hemorrhoid
dengan
Penatalaksanaan
ini
cara
berupa
pola/cara
defekasi.
Memperbaiki
defekasi
Farmakologis
Penatalaksanaan
memperbaiki
menghilangkan
farmakologis
bertujuan
untuk
sekaligus
meredakan
atau
defekasi
keluhan
serta
gejala.
23
Obat-obat
Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia
ini
digunakan
pada
Bedah beku
Teknik ini menggunakan pendinginan dengan suhu
24
Hemoroidektomi
Terapi
bedah
dipilih
untuk
penderita
yang
III.
trauma
berlebihan
pada
plexus
yang
kuat
diperkirakan
menyebabkan
25
d. Ketidaksesuaian diet
Makanan yang lunak akan menghasilkan suatu
produk yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada
proses defekasi. Makan makanan yang rendah serat seperti;
beras, telur dan daging segar akan membuat makanan
tersebut bergerak lebih lambat di saluran cerna. Namun
dengan meningkatkan intake cairan dapat mempercepat
pergerakan makanan tersebut di saluran cerna.
e. Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan seperti; morfin, codein, obat-obatan
adrenergik dan antikolinergik lain dapat memperlambat
pergerakan colon melalui mekanisme kerja sistem syaraf
pusat sehingga dapat menyebabkan konstipasi.
f. Usia lanjut
Pada orang lanjut usia terjadi penyerapan air yang
berlebihan pada saluran cerna. Sehingga konsistensi tinja
yang dikeluarkan menjadi keras.
g. Keturunan
Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal
yang didapat sejak lahir akan memudahkan terjadinya
hemorrhoid setelah mendapat paparan tambahan seperti
mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, konstipasi, dan
lain-lain.
26
h. Tumor abdomen
Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar
terhadap kejadian hemorrhoid adalah tumor di daerah
pelvis seperti tumor ovarium, tumor rektal, dan lain-lain.
Tumor ini dapat menekan vena sehingga alirannya
terganggu
dan
menyebabkan
pelebaran
plexus
hemorrhoidalis.
intake
kejadian
27
cairan
setiap
hemorrhoid.
hari
Hal
dapat
tersebut
2) Hernia femoralis
Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua,
kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali laki-laki. Keluhan biasanya
berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menaikan tekana intraabdomen. Benjolan
ini hilang pada waktu berbaring. Sering penderita datang ke dokter
atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial v.femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
Awalnya hernia femoralis adalah melewati anulus femoralis.
Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang
berbentuk corong sejajar dena v.femoralis sepanjang kurang lebih 2cm
dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
a. Patofisiologi
Secara patofisiologi peninggian tekanan intrabdomen akan
mendorong lemak preperitoneal ke dalam kalalis femoralis yang
28
b. Penatalaksanaan
Pengelolaannya
bisa
dengan
pengobatan
konservatif,
merupakan
penatalaksanaan
rasional
hernia
Dikenal
berbagai
metode
hernioplastik,
seperti
lain
yaitu
menjahitkan
fasia
transversa,
30
ke
ligamentum
Cooper
pada
metode
Mc
Vay.
Metode
ini
c. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami
isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada
hernia ireponible ini dapat terjadi jika isi hernia terlalu besar,
misalnya
hernia
sehingga
terjadi
hernia
strangulata
yang
31
3). Ca Colon
Kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat
ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon.
Faktor resiko untuk kanker kolon :
a. Manifestasi Klinis
Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.
Pasase darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala dapat
juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau
penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan
dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena
(feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi
sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri
abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta
adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungakan
dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah
defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
b. Patofisiologi
Penyebab jelas kanker kolon belum diketahui secara pasti,
namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian
kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang
mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang
rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar
dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi
oleh minuman yang beralkohol.
33
c. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering
dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan
biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup
kemoterapi, terapiradiasi dan atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU).
Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang
dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang
memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan
34
leuvocorin.
Dari
hasil
penelitian,
setelah
dilakukan
kolonoskop.
polipektomi
Kolostomi
merupakan
suatu
laparoskopik
prosedur
yang
dengan
baru
dengan
tehnik
perbaikan
melalui
35
BAB III
PEMBAHASAN
lunak,
37
BAB IV
KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien pada skenario adalah Hernia inguinalis reponibilis
dengan disertai oleh hemoroid interna stage III
2. Benjolan di paha pasien pada skenario kemungkinan disebabkan oleh
hernia inguinalis karena pasien pada skenario sering mengangkat beban
berat dan juga mengejan, hal ini menyebabkan meningkatnya tekanan
intraabdomen. Dengan ini, muncul manifestasi berupa benjolan dan hernia
bersifat reponibilis oleh karena sifat benjolan yang tidak menetap(dapat
menghilang)
38
BAB V
SARAN
1. Sebaiknya pasien mengkonsumsi makanan yang memiliki gizi seimbang,
dalam hal ini kaya serat. Sehingga substansi feses yang dikeluarkan tidak
begitu sulit untuk dikeluarkan dengan proses pengejanan, hal ini akan
membuat kondisi pasien lebih baik.
2. Sebaiknya pasien mengurangi kegiatan-kegiatan yang bersifat angkat
beban terutama yang berat, sehingga dapat mengurangi peningkatan
tekanan intra abdomen.
39
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Terjemahan Irawati, et.al. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lynn S. Bickley. 2009. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat
Kesehatan. Jakarta : EGC
Price, Sylvia, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit, Vol. 1, Ed. 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Ed. 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC
http://www.webmd.com/digestive-disorders/tc/inguinal-hernia-cause
40
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK6943/
http://books.google.co.id/books?
id=vpN4ksOeDroC&pg=PA260&dq=pendekatan+terhadap+pasien+dengan
+perdarahan+gastrointestinal&hl=id&sa=X&ei=ZuhsU4TEEML_rQelioCY
DQ&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
http://www.patient.co.uk/doctor/inguinal-hernias
http://academic.amc.edu/martino/grossanatomy/site/Medical/CASES/GI/po
p%20ups/hernia%20anspop_up2.htm
Acheson, A.G. & Scholefield, J. H., 2008. Management of Haemorrhoids. British
Medical Journal;336: 380-383.
American Gastroenterological Association. American Gastroenterological
Association Technical Review on The Diagnosis and Treatment of
Hemorrhoids. American Gastroenterological Association Clinical Practice
Comitee.
Nisar, P.J. & Scholfield, J.H., 2003. Managing Haemorrhoids. British Medical
Journal; 327: 847-851.
41