Disusun oleh:
KELOMPOK A-11
KETUA
: Anindya Anjas Putriavi
(1102014027)
SEKRETARIS: Annisa Aprilia Athira
(1102014029)
ANGGOTA
: Amalia Farahtika Srikandi (1102014016)
Auliya Sauma
(1102014050)
Annisa Ayu Rahmawati
(1102014031)
Annisa Yunita Rani
(1102014035)
Juwita Kartika
(1102014139)
Intan Nurul Hikmah
(1102011128)
Abdi Ridha
(1102012002)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2016
Jl. Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62. 21.4244574 Fax. 62.21.4244574
SKENARIO2
ANYANGANYANGAN
Seorangwanitausia32tahun,menikah,datangkedokterpuskesmasdengankeluhan
nyerisaatbuangairkecildananyanganyanganberulang.Keluhaninidirasakansejak
duahariyanglalu.Dalampemeriksaanfisiktidakditemukankelainankecualinyeri
tekan supra pubik. Pada pemeriksaan urinalisa dijumpai urin keruh dan dipatakan
peningkatan leukosit. Kemudia pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan
kultururin.
Kata Sulit
1. Anyang anyangan
: Rasa ingin berkemih terus menerus lebih dari
2-3 kali dalam 1 waktu dengan jumlah urin yang sedikit (berkemih yang tidak
tuntas)
2. Nyeri tekan suprapubik
: Nyeri diatas Os. Pubis (perut bagian bawah)
3. Kultur Urin
: Penumbuhan bakteri di media kultur untuk
melihat jumlah koloni
Pertanyaan
1. Mengapa terdapat keluhan nyeri saat buang air kecil?
2. Apa saja factor yang menyebabkan urin menjadi keruh?
3. Apakah anyang-anyangan dapat terjadi pada laki-laki?
4. Apakah status pernikahan dapat meningkatkan factor resiko?
5. Mengapa terjadi anyang-anyangan berulang?
6. Mengapa terjadi nyeri tekan suprapubik?
7. Mengapa ditemukan peningkatan leukosit?
8. Apabila terdapat infeksi, MO apa saja yang menyebabkan infeksi?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang lain?
10. Pada penyakit ini, hasil lab apa yang menunjang diagnosis?
11. Apakah penyebab lain selain MO?
12. Bagaimana cara pengambilan sampel urin pada pasien ini?
13. Apa diagnosis pada kasus ini?
14. Bagaimana tatalaksana dan pencegahan penyakit ini?
15. Adakah gejala lain selain yang ada di scenario?
16. Bagaimana cara bersuci yang baik dan benar menurut islam?
17. Apakah komplikasi dari penyakit ini?
Jawaban
1. & 6. Terdapat inflamasi pada SKB
2. Peningkatan leukosit, bakteri
3. Ada kemungkinan pada laki-laki karena letak anatomis penis jauh dari anus,
dominan pada perempuan. Pada laik-laki terdapat secret prostat untuk
antibakteri. Pada laki-laki peningkatan usia diatas 50 tahun, ada pembesaran
prostat -> menghalangi jalan urin (uretra) -> terdapat pertumbuhan bakteri
4. Iya, karena sexually active, dapat bakteri dari pasangan, maupun dari diri
sendiri, bakteri yang ada di perineum (tumbuh berlebihan)
5. Karena manipulasi dari bakteri pada N. pelvicus yang menyebabkan kontraksi
pada M. Detrusor
7. Karena terdapat infeksi bakteri, jadi leukosit meningkat
8. E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Enterococcus proteus, Candida (Bakteri)
9. Urinalisis, foto polos abdomen, mikroskopik, USG, Endoscopy
10. Nitrit (+), LE meningkat, Leukosit (+), epitel transisional, Bakteri meningkat
11. Pembesaran prostat, M. sfingter melemah (umur), Kehamilan
12. Midstream clean catch: sebelum berkemih, OUE dibersihkan, urin yang
keluar pertama kali jangan ditampung, selanjutnya ditampung sampai hingga
kira-kira 20cc
- SPP
- Bag Urine (anak-anak)
- Urin Kateter
13. Cystitis, SKB, nyeri suprapubik, urin bau
14. Bakteri : Antibiotik ; Demam : Antipiretik; Antiinflamasi : NSAIDs
15. Demam, urin bau busuk
16. Menggunakan air bersih, dibasuh, ganti celana, berwudhu
17. PNA; karena detrusor hiperaktif, jadi urin bias reflux sampai pelvis renalis ->
ISKA
HIPOTESIS
Anyang-anyangan umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri di SKB yang
memanipulasi N. splanchnicus pelvicis yang mengakibatkan M. Detrusor untuk
berkontraksi, menimbulkan Manifestasi Klinis antara lain nyeri saat berkemih,
berkemih tidak tuntas, dan demam, saat pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada
suprapubik, lalu dilakukan Pemeriksaan Penunjang Urinalisis didapatkan Leukosit
meningkat, Nitrit (+), LE membesar, dan adanya bakteri, selanjutnya dilakukan kultur
urin, Foto Polos Abdomen, USG Ginjal sehingga dapat disimpulkan ISKB yang dapat
ditatalaksana dengan pemberian antibiotic, antiinflamasi, antipiretik, dan dicegah
dengan menjaga kebersihan genital sesuai syariat islam.
SASARANBELAJAR
1. MM Anatomi Saluran Kemih Bawah
1.1 Makroskopik
1.2 Mikroskopik
1.3 Vaskularisasi & Inervasi
2. MM Fisiologi Berkemih
2.1 Proses Berkemih
2.2 Lintas Persyarafan, Pengaruh pusat yang lebih tinggi pada reflex berkemih
3. MM ISK (Atas&Bawah)
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Epidemiologi
3.4 Klasifikasi
3.5 Patofisiologi & Patogenesis
3.6 Manifestasi Klinis
3.7 Diagnosis & Diagnosis Banding
3.8 Tatalaksana
3.8.1 Farmako
3.8.2 Non Farmako
3.8.3 Pencegahan
3.9 Komplikasi
3.10 Prognosis
4. MM Salasil Baul
4.1 Batasan Hukum Islam Rukhshah Bagi Penderita Salasil Baul, Cara Thaharah, cara
penunaian ibadah mahdah yang dipersyaratkan Thaharah
URETHRA
Adalah saluran terakhir dari saluran urinarius mulai dari orificium internum
urethra sampai ke orificium urethra externa ( tempat urine dikeluarkan ). Urethra pada
laki laki lebih panjang dapi perempuan sebab pada laki laki terdapat penis dan
kelenjar prostat sedangkan pada wanita tidak ada. Pada laki laki panjang urethra ( 1820 ) cm dan pada wanita hanya ( 5-8 ).
STRUKTUR ANATOMI URETHRA :
Pada laki laki terbagi atas 3 daerah yaitu :
1. Pars prostatica :
o Urethrae melalui prostat, di bagian dorsal ostium urethrae internum ada
tonjolon di sebut uvula vesicae yang akan melanjutkan diri ke dinding
1.2 MIKROSKOPIS
Saluran kemih / Traktus urinaria
Bagian atas ureter yang melebar (pelvis)terletak didalam hilus membelah menjadi
kaliks mayor dan minor.
Setiap kaliks minor melingkupi papila medulla
Dindingnya lebih tipis dari dinding ureter.
Ureter
Mukosa
Terlipat kedalam
Muscularis
Vesica urinaria
Tunika muskularis terdiri dari otot polos tiga lapis : longitudinal, sirkular
longitudinal
Mengatur pengeluaran urin
Otot polos=sfingter internal
Urethra
Urethra perempuan
Pendek, 4-5 cm
Dilapisi epitel berlapis gepeng, dibeberapa tempat terdapat epitel bertingkat torak
Dipertengahan urethra terdapat sphinter eksterna (muskular bercorak).
Pars prostatica
Glandula Prostat
Kandung kemih terisi permukaan epitel meluas dengan cara vesikelvesikel sitoplasma disisipkan ke dalam membran permukaan melalui proses
eksositosis.
Isi kandung kemih keluar vesikel-vesikel ditarik melalui proses
eksositosis.
Kandung kemih harus memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup,
sehingga urin tidak perlu terus menerus dikeluarkan.
Sfingter uretra interna, terdiri dari otot polos dan berada di bawah kontrol
involunter. Sewaktu kandung kemih melemas/ rileks, susunan anatomis
uretra interna menutupi pintu keluar kandung kemih.
Sfingter uretra eksterna, diperkuat seluruh diafragma pelvis, dipersarafi
neuron motorik, di bawah kesadaran karena merupakan otot rangka. Dapat
dengan sengaja dikontraksikan untuk mencegah pengeluaran urin sewaktu
kandung kemih kontraksi & sfingter uretra interna terbuka.
ISK rekuren.
Reinfeksi :Episode terinfeksi dengan interval > 6 minggu dengan
mikroorganisme yang berlainan.
Relapsing infection : Setiap kali infeksi disebabkan mikroorganisme
yang sama, disebabkan sumber infeksi tidak diobati adekuat.
3.3 ETIOLOGI
Gram Negatif
Famili
Enterobacteriaceae
Pseudomonadaceae
Gram Positif
Famili
Micrococcaceae
Streptococcaceae
Genus
Escherichia
Klebsiella
Proteus
Enterobacter
Providencia
Morganella
Citrobacter
Serratia
Pseudomonas
Spesies
coli
pneumoniae, oxytosa
mirabilis, vulgaris
cloacae, aerogenes
rettgeri, stuartii
morganii
freundii, diversus
morcescens
Aeruginosa
Genus
Staphylococcus
Streptococcus
Spesies
Aureus
fecalis, enterococcus
Penyebab lainnya bisa dai virus seperti Adenovirus dan jamur seperti Chlamydia
dan Mycoplasma.
E. coli dapat menyebabkan infeksi asimtomatik ataupun simtomatik. E.coli
mempunyai pili tipe P yang akan melekat pada bagian antigen golongan darah P,
struktur pengenal minimalnya adalah disakarida -D-galaktopiranosil-(1-4)-D-galaktopiranosida (adhesi pengikatan GAL-GAL)
Proteus sp dan Staphylococcus dengan koagulase negatif sering ditemukan pada
anak laki-laki berusia 5 tahun. ISK yang disebabkan oleh proteus sp akan
menghasilkan urease sehingga mengakibatkan hidrolisis urea secara cepat dan
membebaskan amonia sehingga urin bersifat basa dan mudah sekali terjadi
pembentukan batu. Ditambah lagi motilitas proteus sp yang cepat.
Infeksi pseudomonas sp dan mikroorganisme lainnya
Peran patogenisitas bakteri. Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli
diduga terkait dengan etiologi ISK. Patogenisitaas E.coli terkait dengan bagian
permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin (LPS). Hanya IG serotype dari 170
serotipe O/ E.coli yang berhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain
E.coli ini mempunyai patogenisitas khusus (Sukandar, E., 2009).
Penentu Virulensi
Fimbriae
Kapsul antigen K
Alur
Adhesi
Pembentuk jaringan ikat (scarring)
Resistensi terhadap pertahanan tubuh
Perlengketan (attachment)
Lipopolysacharide side chains (O Resistensi terhadap fagositosis
antigen)
Lipid A endotoksin
Inhibisi peristalsis ureter
Pro-inflamatori
Membran protein lainnya
Kelasi besi
Antibiotika resisten
Kemungkinan perlengketan
Hemolysin
Inhibisi fungsi fagosit
Sekuestrasi besi
Tabel 2. Faktor Virulensi Escherichia coli
Peran bacterial attachment of mucosa. Penelitian membuktikan bahwa fimbriae
merupakan satu pelengkap patogenesis yang mempunyai kemampuan untuk melekat
pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada umumnya P fimbriae akan terikat pada P
blood group antigen yang terdpat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah
(Sukandar, E., 2009).
Peranan faktor virulensi lainnya. Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan
dengan toksin. Dikenal beberapa toksin seperti -hemolisin, cytotoxic necrotizing
factor-1(CNF-1), dan iron reuptake system (aerobactin dan enterobactin). Hampir 95%
-hemolisin terikat pada kromosom dan berhubungan degan pathogenicity island (PAIS)
dan hanya 5% terikat pada gen plasmio. (Sukandar, E., 2009)
Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan
bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini menunjukan ini
menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di antara individu dan
lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam kandung
kemih dan ginjal. (Sukandar, E., 2009)
Peranan Faktor Tuan Rumah (host)
Faktor Predisposisi Pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik mendukung
hipotensi peranan status saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus
ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan
penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bacteria sering
mengalami kambuh (eksasebasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi
saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi
saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat
peka terhadap infeksi. Endotoksin (lipid A) dapat menghambat peristaltik ureter.
Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan hilang sendiri bila mendapat
terapi antibiotika. Proses pembentukan jaringan parenkim ginjal sangat berat bila
refluks visikoureter terjadi sejak anak-anak. Pada usia dewasa muda tidak jarang
dijumpai di klinik gagal ginjal terminal (GGT) tipe kering, artinya tanpa edema
dengan/tanpa hipertensi. (Sukandar, E., 2009)
Status Imunologi Pasien (host). Penelitian laboratorium mengungkapkan
bahwa golongan darah dan status sekretor mempunyai konstribusi untuk
kepekaan terhadap ISK. Pada tabel di bawah dapat dilihat beberapa faktor yang
dapat meningkatkan hubungan antara berbagai ISK (ISK rekuren) dan status
secretor (sekresi antigen darah yang larut dalam air dan beberapa kelas
immunoglobulin) sudah lama diketahui. Prevalensi ISK juga meningkat terkait
dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan
dengan fenotipe golongan darah Lewis. (Sukandar, E., 2009)
3.6 PATOFISIOLOGI
Pada pasien yang sehat uropathogens kebanyakan berasal dari flora dubur dan
memasuki saluran kemih melalui uretra ke dalam kandung kemih .Hal ini dikenal
sebagai rute mendaki dan uropathogens awalnya mematuhi dan menjajah urothelium
dari uretra distalPeningkatan rute ini diperburuk pada pasien dengan mengotori
sekitar perineum, pada pasien dengan kateter urin dan pada wanita yang
menggunakan agen spermisida. Pada pasien dengan sistitis didirikan hingga 50%
dari infeksi dapat naik ke saluran kemih atas dan sebagian besar episode pielonefritis
disebabkan oleh kenaikan bakteri dari kandung kemih melalui ureter dan ke pelvis
ginjal. Pendakian bakteri dibantu oleh kondisi seperti kehamilan dan obstruksi
saluran kemih sebagai kondisi menghambat gerak peristaltik saluran kemih. Bakteri
yang mencapai pelvis ginjal dapat menembus parenkim ginjal melalui saluran
pengumpul dan mengganggu tubulus ginjal.
Pada infeksi individu sehat dari ginjal melalui rute hematogen jarang terjadi.
Kadang-kadang, parenkim ginjal dapat breeched pada pasien dengan bakteremia
Staphylococcus aureus atau fungaemia Candida yang berasal dari sumber oral pada
pasien imunosupresi Pada kesempatan langka bakteri dari organ-organ yang
berdekatan dapat menembus saluran kemih melalui limfatik. Kondisi yang
berhubungan dengan rute limfatik adalah abses retroperitoneal dan infeksi usus yang
parah.
Klasifikasi ISK
Pathogenesis
Sekali-sekali ISK
Reinfeksi
Sering ISK
Mikroorganism
e
Berlainan
Berlainan
Sama
Sama
Gender
Laki-laki
atau
wanita
Wanita
Wanita atau laki-laki
Wanita atau laki-laki
ISK
terapi
Tidak
adekuat Terapi
inefektif Sama
Wanita atau laki-laki
(relapsing)
setelah reinfeksi
Infeksi persisten
Sama
Wanita atau laki-laki
Reinfeksi cepat
Sama/berlainan
Wanita atau laki-laki
Fistula
Berlainan
Wanita atau laki-laki
enterovesikal
Tabel 3. Klasifikasi ISK Rekuren dan Mikroorganisme (MO)
3.7MANIFESTASIKLINIS
Berawan urin atau darah, yang mungkin memiliki bau busuk atau kuat
Demam rendah (tidak semua orang akan mengalami demam)
Nyeri atau terbakar dengan buang air kecil
Tekanan atau kram di perut bagian bawah (biasanya tengah) atau kembali
Kuat perlu sering buang air kecil, bahkan setelah kandung kemih telah
dikosongkan
Pada bayi baru lahir, bayi, anak, dan orang lanjut usia, gejala klasik infeksi
saluran kemih mungkin tidak hadir. Gejala lain mungkin menunjukkan adanya
infeksi saluran kemih.
Bayi baru lahir: demam atau hipotermia (suhu rendah), makan yang
buruk, penyakit kuning
Bayi: muntah, diare , demam, nafsu makan, tidak berkembang
Anak-anak: mudah marah, makan buruk, demam yang tidak jelas yang
tidak pergi, kehilangan kontrol buang air besar, perut longgar, perubahan
pola buang air kecil
Orang tua: demam atau hipotermia, kurang nafsu makan, lesu, perubahan
status mental
Ibu hamil berada pada peningkatan risiko untuk ISK. Biasanya, wanita hamil
tidak memiliki gejala yang tidak biasa atau unik. Jika Anda sedang hamil,
urin Anda harus diperiksa selama kunjungan prenatal karena infeksi yang
belum diakui dapat menyebabkan komplikasi kehamilan atau keguguran .
Meskipun kebanyakan orang memiliki gejala dengan infeksi saluran kemih,
beberapa tidak.
Gejala infeksi saluran kemih bisa mirip dengan penyakit seksual menular.
1.
2.
Anyang-anyangan atau rasa masih ingin kencing lagi. Meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar
3.8 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Anamnesis
ISK bawah frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri suprapubik. ISK
atas: nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah, hematuria.
Pemeriksaan fisik: febris, nyeri tekan suprapubik, nyeri ketok sudut
kostovertebra. Laboratorium: lekositosis, lekosituria, kultur urin (+): bakteriuria
> 105/ml urin.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
1) Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi
tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki
dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan
spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang
dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil,
spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara
terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik,
walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus
dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine dalam vesica
urinaria.Yang dinilai adalah sebagai berikut:
a) Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi
berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih
dan infeksi saluran kemih. Positif bila ditemukan 5-10 per lapang pandang sedimen
urin.
b) Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan olehStamm, bila
ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara
dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi
saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter
urin atau > 10.000 per ml urin.
c) Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain :
3)
Pengambilan
spesimen
Aspirasi
supra
pubik
Kateter
>100.000 cfu/ml
Berbagai faktor yang mengakibatkan penurunan jumlah bakteri biakan urin pada infeksi
saluran kemih:
a. Faktor fisiologis
- Diuresis yang berlebihan
b.
c.
-
3) Kimiawi
Dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria,diantaranya yang paling sering
dipakai adalah tes reduksi griess nitrate (untuk bakteri gram negative).
Dasarnyaadalah sebagian besar mikroba kecualienter ococci mereduksi
nitrat.Batasannya bila ditemukan bakteri >100.000.Kepekaannya mencapai
90% dengan spesifitas 99%.
4)Tes Plat-Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempenganplastik
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihanpadat
khusus.Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau
dengandigenangi urin.Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam
tabungplastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC
selama satumalam.Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan
membandingkan polapertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian
gambar yangmemperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga
10.000.000 cfu per mLurin yang diperiksa.Cara ini mudah dilakukan, murah
dan cukup adekuat.Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya
tidak dapat diketahui.
5)Pemeriksaan Kultur Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur
urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni
yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri
yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh
koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh
kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara
uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 10 3 - 105 koloni / ml urin,
kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya
dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat
mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi
berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.
Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis
bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa
telah terkontaminasi.
Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanyabatu
atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.Pemeriksaan ini
dapat berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena,demikian pula dengan
pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan.
Diagnosis Banding
1. Sistitis nonbakterial adalah istilah yang mencakup semuanya yang terdiri berbagai
gangguan kesehatan, termasuk nonbakterial infeksi (virus, mikobakteri, klamidia,
jamur, schistosomal) dan tidak menular ( sistitis radiasi , kimia, autoimun,
hipersensitivitas) sistitis, serta menyakitkan sindrom kandung kemih / sistitis
interstisial ( PBS / IC).
2. Gagal Ginjal karena Pielonefritis akut dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang
signifikan; , pembentukan abses (misalnya, nephric, perinephric); sepsis, atau
sindrom sepsis, syok septik, dan kegagalan multiorgan sistem.
3. Refluks vesicoureteral (VUR) adalah aliran abnormal urin dari kandung kemih ke
saluran kemih atas dan penyakit urologi paling umum di masa kecil.Keberadaannya
adalah patologis, dan merupakan faktor risiko yang paling signifikan untuk anak usia
jaringan parut ginjal dan gejala sisa.
4. Obstruksi saluran kemih dapat terjadi pada setiap titik di saluran kencing, dari ginjal
ke meatus uretra.Uropati obstruktif dapat mengakibatkan rasa sakit, infeksi saluran
kemih, kehilangan fungsi ginjal, atau, mungkin, sepsis atau kematian.Gejala
hematuria mungkin ada dengan atau tanpa infeksi.
3.8 TATALAKSANA
3.8.1 FARMAKOLOGI
Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :
1. Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai
2. Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,
mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan
mengurangi risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian
obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal.
Oleh karenan itu pola pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan
anatomi saluran kemih,serta faktor-faktor penyerta lainnya. Bermacam cara
pengobatan yang dilakukan untuk berbagai bentuk yang berbeda dari ISK, antara
lain :
1. Pengobatan dosis tunggal
2. Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
3. Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
Penyebab tersering
Pilihan antimikroba
Sistitis akut
Nitrofurantion, ampisilin,
trimetroprim
Pielonefritis akut
Prostatitis akut
Kotrimoksazol atau
fluorokuinolon, atau
aminoglikosid+ampisilin
parenteral
Prostatitis kronis
Kotrimoksazol atau
fluorokuinolon atau
trimetroprim
SULFONAMID
Mekanisme kerja: Kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoic-acid)untuk membentuk
asam folat yang digunakan untuk sintesis purin asam nukleat. Sulfonamide merupakan
penghambat kompetitif PABA.
Efek sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik, karena
kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang mengandung basa
purin dan timidin.
Kombinasi dengan Trimetoprim menyebabkan hambatan berangkai dalam reaksi
pembentukan asam tetrahidrofolat.
Farmakokinetik
Absorpsi: melalui saluran cerna mudah dan cepat, terutama pada usus halus, beberapa
jenis sulfa di absorpsi di lambung.
Distribusi: Semua sulfonamis terikat dengan protein plasma terutama albumin dalam
derajat yang berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu
berguna untuk infeksi sistemik.
Obat dapat menembus sawar uri dan menimbulkan efek antimikroba dan efek toksik
pada janin.
Sulfonamide di bagi ke dalam 4 golongan besar:
1. sulfonamide dengan absorpsi dan eksresi cepat
2. sulfonamide yang hanya di absorpsi sedikit bila diberikan per-oral dan kerjanya
dalam lumen usus
3. sulfonamide yang terutama di gunakan untuk pemberian topical sulfasetamid
4. sulfonamide dengan masa kerja panjang
SULFADOKSIN
Efek samping
1. Reaksi ini dapat hebat dan kadang bersifat letal. Bila mulai terlihat adannya gejala
reaksi toksik dan sensitisasi, pemakain secepat mungkin dihentikan. Dan tidak
diberikan lagi.
2. Gangguan
system
hematopoetik:anemia
hemolitik
akut,
Agranulositosis(sulfadiazine), anemia aplastik, trombositopenia ringan, eosinofilia,
gejala HPS.
3. Gangguan saluran kemih: anuria dan kematian dapat terjadi kristaluria atau
hematuria(jarang terjadi)
4. Reaksi alergi: gambaran HPS pada kulit dan mukosa bervariasi, berupa kelainan
morbiliform, purpura, petekia, eritema nodosum, eritema multiformis tipe stevensjohnson, dll. Demam obat dapat terjadi(timbul demam tiba2, pada hari ke tujuh
sampai ke 10 pengobatan, di sertai sakit kepala, menggigil, rasa lemah, dan erupsi
kulit, semuanya bersifat reversible).
5. Lain2:mual dan muntah
6. Tidak diberikan pada wanita hamil aterm
CORTIMOKSAZOL
1. Trimetropin + sulfametoksazol
IV, IM
ORAL
Indikasi : ISK, Infeksi saluran nafas, penyakit menular hubungan sex, infeksi tukak dan
sendi, dll.
E.S : mual, muntah, tidak enak diperut : halunisasi, kejang ; hepatotoksik ; fatotoksif dll.
Interaksi obat : antasit = habis berkuran, hambat teofilin, tidak dikombinasi dengan obat
yang dapat perpanjang interval Qtc.
AMINOGLIKOSIDA
1. Farmako dinamik : terhadap MO anaerobik rendah, transpor aminogliko butuh O2,
aktivitas terhadap gram (+) terbatas, aktifitas dipengaruhi pH (alkali lebih tinggi),
aerobik-anarobik, keadaan hiperkapnik. Berdifusi lewat kanal air yang dibentuk
porin protein pada membran luar bakteri gram (-) masuk ke ruang periplasmik.
Setelah masuk sel terikat pada ribosom 30 s dan hambat sintesis protein
kerusakan membran sitosol mati. Bersifat bakterisid.
2. Farmako kinetik : sangat polar, sukar di absorbsi di saluran cerna, per oral hanya
untuk efek lokal di saluran cerna. Untuk kadar sistemik parenteral, ikatan protein
rendah kecuali streptomisin 30-50%. Distribusi ke dalam cairan otak sangat
terbatas, ekskresi di ginjal, kadar dalam urin capai 50-200 mg/ml, gangguan ginjal
hambat ekskresi.
3. Efek samping : alergi, reaksi iritasi (rasa nyeri di tempat suntik), toksik (gangguan
pendengaran dan keseimbangan), ototoksik pada N. VII, nefrotoksik.
a. Kanamisin : untuk E.coli, enterobacter, klebsiella, proteus dll (untuk ISK)
b. Gentamisin, tobramisin, dan netilmisin Indikasi : infeksi karena proteus,
pseudomanas, klebsiella, E.colli, enterobacter
c. Amikasin : untuk E.coli, P.aeruginosa, proteus, enterobacter
ANTISEPTIK
1. Metenamin
a. Indikasi : Untuk Profilaksis terhadap ISK berulang khususnya bila ada residu
kemih.Tidak diindikasikan untuk infeksi akut saluran kemih.
b. Untuk berbagai jenis mikroba, kecuali proteus
c. E.S : iritasi lambung (>500 g ), 4-8 gram/sehari >> 3 mg, iritasi saluran kemih,
proteinuria, hematuria, erupsi kulit.
d. KI : dengan gangguan hati, tidak untuk gagal ginjal, tidak diberikan bersama
sulfonamid.
e. Interaksi obat : susu, antasid tidak diberikan meningkatkan pH
f. Oral 4 x 1 gram/hari
2. Nitrofrantoin
a. Indikasi : Mengobati bakteriuria yang disebabkan oleh ISK bagian bawah
penggunanya terbatas untuk tujuan profilaksis atau pengobatan supresif ISK
menahun yaitu setelah kuman penyebabnya dibasmi atau dikurangi dalam
antimikroba lain dengan yang lebih sensitive.
b. Unruk E.coli, proteus, klebsiella, enterobacter, enterokokus
ISK ATAS
Terapi awal pemberian Antibiotik IV selama 48-72 jam
a) Fluoroquinolon
b) Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
c) Sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida
3.8.2
3.8.3
NON FAMAKOLOGI
PENCEGAHAN
1. Minum banyak cairan, terutama air putih. Minum air membantu mengencerkan
urin Anda dan memastikan bahwa pasien akan buang air kecil lebih
sering . Memungkinkan bakteri akan diekskresikan dari saluran kemih pasien
sebelum infeksi dapat dimulai.
2. Bersihkan organ intim dari depan ke belakang. Melakukan hal setelah buang
air kecil dan setelah buang air besar membantu mencegah bakteri di daerah
anus dari menyebar ke vagina dan uretra.
3. Kosongkan kandung kemih segera setelah berhubungan. Juga, minum segelas
penuh air untuk membantu ekskresi bakteri .
4. Hindari produk feminin berpotensi mengiritasi. Menggunakan semprotan
deodoran atau produk feminin lain, seperti douche dan bubuk, di daerah
kelamin dapat mengiritasi uretra.
3.9 KOMPLIKASI
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi
jangka panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan
terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik. ISK pada kehamilan dengan BAS
(Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati: pielonefritis, bayi prematur, anemia,
Pregnancy-induced hypertension
3.10 PROGNOSIS
4. MM SALASIL BAUL
4.1 RUKSHAH BAGI PENDERITA SALASIL BAUL
Syarat-syarat dibolehkan ibadah dalam keadaan salisul-baul
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tertentu diperbolehkan dalam
keadaan salisul-baul:
1. Sebelum melakukan wudhu harus didahului dengan istinja'
2. Ada kontinyuitas antara istinja' dengan memakaikan kain atau pembalut dan
semacamnya, dan adanya kontinyuitas antara memakaikan kain pada tempat keluar
hadas tersebut dengan wudhu.
3. Ada kontinyuitas antara amalan-amalan dalam wudhu (rukun dan sunnahnya)
4. Ada kontinyuitas antara wudhu dan shalat, yaitu segera melaksanakan shalat
seusai wudhu dan tidak melakukan pekerjaan lain selain shalat. Adapun jika
seseorang berwudhu di rumah maka perginya ke mesjid tidak menjadi masalah dan
tidak menggugurkan syarat keempat.
5. Keempat syarat diatas dipenuhi ketika memasuki waktu shalat. Maka, jika
melakukannya sebelum masuk waktu shalat maka batal, dan harus mengulang lagi di
waktu shalat.
Apabila telah terpenuhi kelima syarat ini maka jika seseorang berwudhu kemudian
keluar air kencing atau kentut dan lainnya aka dia tidak mempunyai kewajiban untuk
melakukan istinja' dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia
lakukan di awal.
Berapa kali seseorang bisa melakukan shalat dalam keadaan salisul-baul?
Seseorang yang memiliki penyakit seperti salisul-baul tersebut hanya diperbolehkan
melakukan ibadah shalat fardhu sekali saja, adapun shalat sunnah bisa dikerjakan
seberapa kali pun.
Niat apa yang dilafalkan oleh seseorang yang mempunyai penyakit salisul-baul?
Seperti disebutkan dalam "Hasyiyah Qalyubi wa 'Umairah" bahwa orang yang
mempunyai
penyakit salisul-baul ini berniat 'li istibahah' (agar diperbolehkan shalat) dan tidak
melafalkan niat 'li raf'il hadas'. Hal tersebut dilandaskan bahwa wudhu dalam
keadaan seperti ini adalah bukan wudhu hakiki akan tetapi wudhu semacam ini adalah
batal karena keluar air kencing atau lainnya namun syariat telah memberikan toleransi
dan keringanan kepada orang yang mengalami penyakit seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC
Ganda Soebrata,(2008). Penuntun Laboratorium Klinik.Dian Rakyat, Jakarta
Jawetz., Melnick., dan Adelberg,.(2007). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. EGC,
Jakarata
Junqueira C.L.,Carneiro, L,. (2007) Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi 10.EGC,
Jakarta
Setyabudi, Rianto. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi edisi 5. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Sukandar,E.,(2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih Pasien
Dewasa. Edisi 5. Jilid 2. Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta