Disusun Oleh:
Pembimbing:
Dr. Dicky Hilarius Kambey, Sp.M
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat dan ridha-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Teknik Operasi Katarak
Terbaru”. Penulisan referat ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh
kepanitraan klinik di bagian departemen ilmu mata di RSUD Kabupaten Bekasi.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan kasus ini tidak terlepas dari
bantuan dan dorongan banyak pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada
dr. Dicky Hilarius Kambey, Sp.M yang telah memberikan arahan serta bimbingan ditengah
kesibukan dan padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari penulisan presentasi kasus ini masih jauh dari sempurna mengingat
keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan presentasi kasus ini. Akhir kata penulis
berharap penulisan presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak adalah suatu jenis penyakit pada mata karena lensa mata menjadi keruh
sehingga menghalangi cahaya yang masuk. Penglihatan penderita katarak menjadi terganggu
dan bahkan bisa menjadi buta bila semakin parah dan tidak ditangani secara baik. Pada
umumnya katarak disebabkan oleh faktor utama yaitu proses degeneratif atau bertambahnya
usia. Selain usia yang sudah senja penyakit katarak pun bisa disesabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah katarak traumatic yang disebabkan oleh riwayat trauma atau cidera pada
mata, kemudian katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit atau gangguan metabolisme
dan lain-lain. Selanjutnya katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi dan sinar UV
yang langsung pada mata dalam waktu yang lama, katarak yang disebabkan oleh penggunaan
obat-obatan jangka panjang seperti kortikosteroid. Serta katarak congenital yang dipengaruhi
oleh faktor genetik.
Operasi katarak dengan teknik yang lama, menggunakan cara manual, yaitu ECCE
(Extra Capsular Cataract Extraction), dengan insisi atau luka yang besar dan memerlukan
jahitan pada proses penutupan luka operasi.Perkembangan teknologi operasi katarak pada saat
ini sudah sangat maju, menggunakan mesin operasi katarak yang di sebut Fakoemulsifikasi.
Operasi dengan alat ini menggunakan insisi atau luka yang kecil, sehingga proses
penyembuhan lebih cepat dengan hasil yang lebih baik, dan tidak memerlukan jahitan. Operasi
katarak modern dengan mesin Phacoemulsifikasi jauh memberikan hasil operasi yang lebih
baik di bandingkan dengan metode operasai katarak sebelumnya. Operasi Katarak dengan
metode Phacoemulsifikasi menggunakan energi ultrasound untuk menghancurkan masa lensa
yang keruh, kemudian menjadi bagian kecil, sehingga mudah di aspirasi kedalam mesin. Hal
ini yang perlu diluruskan karena masyarakat awam, menganggap metode operasi katarak
Fakoemulsifikasi adalah metode operasi dengan laser, padahal teknologinya menggunakan
energy ultrasound.
Dengan berkembangnya teknologi yang jauh lebih maju kini operasi katarak tak perlu
lagi dengan pisau atau sayatan, melainkan dengan teknologi operasi katarak laser yaitu
Femtosecond Laser Assisted Cataract Surgery (FLACS) yang digunakan untuk pembedahan
katarak laser. Operasi katarak laser adalah pengangkatan lensa mata yang telah
mengembangkan kekeruhan yang disebut sebagai katarak dengan bantuan sinar laser dalam
insisi katarak yang dikendalikan dengan sistem komputer, sehingga proses penyembuhan jauh
lebih cepat dengan hasil yang tepat dan jauh lebih baik tanpa jahitan. Tidak semua rumah sakit
atau klinik mata di Indonesia yang memiliki teknologi operasi katarak Femtosecound Cataract
Surgery, karena harga teknologi yang masih mahal.
Sepertiga kasus katarak kongenital adalah diturunkan, sepertiga berkaitan dengan penyakit
sistemik, dan sisanya idiopatik. Separuh katarak kongenital disertai anomali mata lainnya,
seperti PHPV (Primary Hyperplastic Posterior Vitreous), aniridia, koloboma, mikroftalmos,
dan buftalmos (pada glaukoma infantil) (Cantor, 2015)
Katarak senilis
Seiring berjalannya usia, lensa mengalami kekeruhan, penebalan, serta penurunan daya
akomodasi, kondisi ini dinamakan katarak senilis. Katarak senilis merupakan 90% dari semua
jenis katarak ( Prilly, 2018)
Terdapat tiga jenis katarak senilis berdasarkan lokasi kekeruhannya, yaitu :
1. Katarak nuklearis
Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan perubahan warna lensa menjadi
kuning atau cokelat secara progresif perlahan-lahan yang mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan. Derajat kekeruhan lensa dapat dinilai menggunakan slitlamp. Katarak jenis ini
biasanya terjadi bilateral, namun dapat juga asimetris. Perubahan warna mengakibatkan
penderita sulit untuk membedakan corak warna. Katarak nuklearis secara khas lebih
mengganggu gangguan penglihatan jauh daripada penglihatan dekat. Nukleus lensa
mengalami pengerasan progresif yang menyebabkan naiknya indeks refraksi, dinamai
miopisasi. Miopisasi menyebabkan penderita presbiopia dapat membaca dekat tanpa harus
mengenakan kacamata, kondisi ini disebut sebagai second sight (Prilly A, 2018)
2. Katarak kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan presipitasi protein pada sel-sel
serat lensa. Katarak jenis ini biasanya bilateral, asimetris, dan menimbulkan gejala silau
jika melihat ke arah sumber cahaya. Tahap penurunan penglihatan bervariasi dari lambat
hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi untuk melihat ada tidaknya vakuola
degenerasi hidropik yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan lensa
mengalami elongasi ke anterior dengan gambaran seperti embun (Prilly A, 2018)
3. Katarak subkapsuler
Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi keruh seluruhnya dan visus menurun drastis menjadi
1/300 atau hanya dapat melihat lambaian tangan dalam jarak 1 meter. Pada pemeriksaan
didapatkan shadow test negative (Suhardjo, 2012)
Hipermatur
Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh dan lensa jadi turun dari kapsulnya
(Morgagni). Lensa terlihat keruh seluruhnya, visus sudah sangat menurun hingga bisa
mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi berupa uveitis dan glaukoma. Pada pemeriksaan
didapatkan iris tremulans, bilik mata depan dalam, sudut bilik mata terbuka, serta shadow test
positif palsu.(Suhardjo, 2012)
Fakoemulsifikasi diperkenalkan pada tahun 1967 oleh Dr Charles Kelman. Sejak itu, ada
peningkatan yang signifikan dalam fluidics, pengiriman energi, efisiensi dan keamanan
prosedur ini. Keuntungan termasuk ukuran sayatan kecil, pemulihan lebih cepat dan
pengurangan risiko komplikasi. ( Aravind, 2017)
Operasi katarak sayatan manual kecil (MSICS) adalah bentuk sayatan kecil ECCE
dengan luka yang bisa menutup sendiri yang terutama digunakan di rangkaian dengan sumber
daya rendah. MSICS memiliki beberapa keunggulan dibandingkan phacoemulsifikasi,
termasuk waktu operasi yang lebih pendek, lebih sedikit kebutuhan akan teknologi dan biaya
yang lebih rendah. Ini juga sangat efektif dalam menangani katarak tingkat lanjut dan keras.
Seperti teknik ECCE modern, MSICS juga memungkinkan lensa ditanamkan. ( Aravind, 2017)
Pengantar baru-baru ini adalah operasi katarak berbantuan laser femtosecond, di mana
laser digunakan untuk membedah jaringan pada tingkat mikroskopis. Hasil awal dari uji coba
FEMCAT baru-baru ini menunjukkan sedikit atau tidak ada peningkatan dalam keamanan dan
akurasi dibandingkan dengan phacoemulsifikasi standar, dan prosedur membawa serta
tantangan klinis dan keuangan baru. Saat ini, walaupun fakoemulsifikasi dianggap sebagai
standar emas untuk menghilangkan katarak di negara-negara berpenghasilan tinggi, MSICS
sangat populer dan dipraktikkan secara luas di banyak negara di dunia karena penerapannya
yang universal, efisiensi dan biaya rendah. ( Zoltan z, 2014)
2.4 Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa besama kapsul. Dapat dilakukan pada
zonula Zinn telah rapuh atau bergenerasi dan mudah diputus. Pada katarak ekstraksi
intrascapular tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang
sangat lama populer. Akan tetapi pada tehnik ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada
pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai segmen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedaha ini yaitu astigmat, glaucoma, uveitis, endoftalmitis
dan perdarahan, sekarang jarang dilakukan
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa
dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi
korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan ( Suhardjo, 2012)
1. Risiko pasien berlebih dengan fakoemulsifikasi, mis. Zonula lemah, ruang anterior dangkal,
brunescent lensa, distrofi endotel kornea
2. Konversi ke ekstraksi katarak ekstrasapsular ekstraksi besar (ECCE) dapat diindikasikan jika
terdapat fragmen nuklir yang cukup besar setelah ruptur penangkapan posterior +/- kehilangan
vitreous
Kontrol yang tepat dari insisi kornea (ukuran, panjang, kedalaman, dan konfigurasi),
capsulorhexis (centration, size and regularity), dan pelunakan atau fragmentasi nukleus adalah
beberapa keuntungan potensial yang dirasakan awal untuk operasi katarak laser femtosecond.
Potensi untuk mengendalikan semua langkah pembedahan ini mencakup prinsip-prinsip
pembedahan katarak modern, yang bertujuan untuk melakukan pembedahan dengan dampak
bias minimal pada kornea, trauma intraokular yang lebih sedikit, dan pemekatan lensa
"premium" intraocular lens (IOL) yang akurat. Untuk semua alasan ini, teknologi yang dapat
mengontrol kinerja sayatan dan capsulorhexis dan meminimalkan penggunaan mesin
phacoemulsifikasi di dalam mata dapat menghasilkan hasil bedah yang lebih baik (Rozkowska
A et al, 2018)
Laser Femtosecond mewakili teknologi inovatif dan batas baru dalam operasi katarak.
Banyak manfaat potensial yang ditawarkan oleh pengenalan laser femtosecond ke bidang
operasi katarak. FSL mampu melakukan tiga langkah penting dalam operasi katarak seperti
sayatan kornea, capsulotomy, dan fragmentasi lensa. Saat ini ada beberapa platform laser yang
digunakan untuk Femto Laser Assisted Cataract Surgery (FLACS). Semua laser masuk dalam
kontak dengan permukaan mata dengan apa yang disebut, fase docking, setelah itu, struktur
mata divisualisasikan. Setelah gambar yang ditangkap dikonfirmasi, semua platform
diprogram untuk mendeteksi margin struktur mata sebelum tindakan laser, untuk pemotongan
yang benar-benar aman. Setelah laser sirkulotomi sirkuler, fragmentasi nukleus dapat
dilakukan melalui pola pemotongan berbeda yang dipilih oleh ahli bedah sesuai dengan
kekerasan katarak. Prosedur daripada diselesaikan secara manual oleh ahli bedah. LenSx,
LensAR dan LDV Z8 memungkinkan untuk menjalankan seluruh operasi di tempat tidur
operasi yang sama, hanya memindahkan platform laser dengan resolusi mikrometri. (Jorge L
et al, 2014)
Indikasi terpenting dari operasi katarak femtolaser
• Kapsulotomi anterior
• Laser fragmentasi lensa kristal (lensa lebih keras)
• Pencairan laser dari lensa kristal (lensa lunak)
• Pesawat tunggal atau multiplane (uniplanar, biplanar, triplanar, dll) potongan kornea
dengan 2-3 sayatan
• Sayatan kornea arkuata untuk mengontrol kornea preoperative
• Astigmatisme
Indikasi klinis:
• Katarak
• Pertukaran lensa bias (RLE)
• Katarak traumatik (pecahnya kapsul anterior)
• Zonular dehiscence (trauma, sindrom Marfan)
• Glaukoma sudut tertutup (ruang anterior sempit)
• Sindrom pseudoekspoliasi
• Katarak pediatrik (untuk anterior dan posterior capsulotomy)
Kontraindikasi (relatif)8
• Pupil kecil, tidak melebar
Satu-satunya kontraindikasi relatif adalah pupil yang tidak melebar yang berdiameter kurang
dari 5.0 mm (secara optimal harus lebih besar dari 6.0 mm). Capsulotomy dimungkinkan pada
kasus area pupillary pusat berdiameter 5,0 mm, tetapi karena tepi iris berada dalam 1,0 mm,
kemungkinan mengenai edge pupilary tinggi; pupil mungkin lebih sempit saat memulai
phacoemulsifikasi dari yang diharapkan. Kapsulotomi yang lebih kecil juga dapat dilakukan,
tetapi kemungkinan phimosis kapsuler meningkat jika diameter capsulotomy kurang dari 4,0
mm. Untuk pupil yang tidak melebar, cincin Malyugin menawarkan solusi yang baik.17 Cincin
harus ditempatkan di ruang anterior, viskoelastik dilepas, dan luka dijahit sementara dengan
nilon 10/0. Setelah melakukan capsulorhexis dan fragmentasi, operasi mirip dengan kasus
dilatasi normal
Urutan prosedur femtolaser
• Pemilihan pasien
• Menyetujui
• Posisi kepala pasien
• Dilakukan anestesi
• Capsulorhexis
• Pencairan atau fragmentasi lensa
• Koreksi astigmatisme (sayatan arkuata pada kedalaman 80%)
• Luka kornea
2.6.1 Jenis Platform Laser Femtosecond
Saat ini terdapat lima platform untuk operasi katarak laser femtosecond: LenSX (Alcon
LenSX, Inc., Aliso Viejo, CA), LensAR (LENSAR, Inc., Winter Park, FL), Sistem Laser
Presisi Catalys (OptiMedica, Abbott Medical Optik, Santa Ana, CA), VICTUS (Bausch &
Lomb, St. Louis, MO), dan, yang terbaru, aplikasi Model FEMTO LDV Z untuk operasi
katarak (Ziemer Ophthalmic Systems AG, Port, Swiss). Mereka secara teknologi serupa, tetapi
pada dasarnya berbeda dalam pengambilan gambar, fleksibilitas, docking, pola fragmentasi
lensa, dan kecepatan aksi (Jorge L et al, 2014)
Yang pertama menciptakan empat atau lebih potongan horisontal dalam nukleus
(seperti memotong), sedangkan yang kedua adalah kombinasi dari pola pelunakan dan pola
segmentasi. Urutan prosedur dimulai dengan docking setelah posisi pasien dan kemudian
penentuan tingkat kapsuler untuk capsulorhexis "delta," pola dan diameter fragmentasi,
kedalaman tindakan laser untuk fragmentasi lensa "dipandu dengan kapsul," dan akhirnya
parameter sayatan. Kemudian capsulorhexis dilakukan, diikuti oleh fragmentasi lensa dan
sayatan kornea. Operasi selesai di luar sistem dengan penyelesaian pelepasan lensa dan
implantasi IOL. Versi terbaru dari perangkat lunak LenSX memberikan batas lebar sayatan
maksimum hingga 4 mm dan kemampuan untuk memprogram satu atau dua sayatan sekunder
(untuk operasi katarak microincision). Ini juga memungkinkan pemrograman dua sayatan
arkuata dengan sudut busur independen. Persetujuan Food and Drug Administration (FDA) AS
yang baru memungkinkan teknologi Alcon digunakan untuk pembuatan flap kornea dalam
prosedur refraktif (Jorge L et al, 2014)
untuk melakukan prosedur kornea refraktif dan operasi katarak menggunakan satu peralatan,
menjadikannya sistem laser femtosecond serbaguna. Fleksibilitas ini dicapai dengan
menggabungkan Optical-Acoustic Modulator. Sistem pengambilan gambar adalah OCT
spektral-domain yang menangkap gambar real-time dan mengidentifikasi struktur segmen
anterior. Sistem VICTUS menggunakan dua komponen untuk laser docking, cincin suction
silikon tekanan rendah dan kerucut antarmuka melengkung, yang juga digunakan untuk operasi
kornea refraksi. Adaptasi cone antarmuka melengkung dikendalikan oleh sensor cerdas, yang
mengubah tingkat tekanan yang diberikan pada mata tergantung pada perawatan (laser kornea
atau lensa). Mengenai fragmentasi lensa, platform VICTUS memungkinkan ahli bedah untuk
secara manual menemukan area fotodisupsi dalam nukleus dan jaraknya ke kapsul posterior.
Laser femtosecond memberikan kemungkinan untuk memilih berbagai pola fragmentasi inti
lensa dengan kombinasi yang berbeda (Gambar 6) (Jorge L et al, 2014)
FSL digunakan dalam operasi katarak untuk melakukan kapsulotomi anterior, framentasi lensa,
insisi korena dan irisan limbal.
Kapsulotomi anterior
Melakukan lengkung kapsulotomi yang terus menurus merupakan hal yang krusial
dalam operasi katarak. Pembuatan manual kapsulotomi adalah salah satu aspek yang
menantang dalam operasi katarak untuk dikuasai. Femtosecond laser memberikan
keunggulan tersendiri pada langkah ini, karena bisa membuat kapsulotomi yang lebih
akurat dalam ukuran dan pembuatanya. FSL juga memproduksi lensa intra okuler yang
tumpang tindih oleh kapsul anterior yang akan menyebabkan posisi lensa intra okuler
ke arah yang lebih baik. Kapsulotomi yang optimal akan membuat penggunaan lensa
intra okuler yang lebih luas dengan hasil visual paska operasi yang lebih baik.
Fragmentasi lensa
Penggunaan energi ultrasound yang berlebihan selama proses phakoemulsifikasi dapat
menyebabkan kerusakan endothelium kornea dan cedera termal pada kornea di tempat
penyisipan insisi. Terlebih dahulu, sistem femtosecond laser akan merawat lensa
menggunakan pola fragmentasi untuk segmen nukleus dan melembutkan katarak keras,
yang bisa mengurangi jumlah energi ultrasonik dari phakoemulsifikasi. Hal ini
menurunkan jumlah instrumen intraokular yang digunakan dan gerakan intraokular.
Sistem FSL telah terbukti mengurangi pemanfaatan energi ultrasonik untuk semua
grade Katarak. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan apakah
fragmentasi lensa laser secara signifikan akan memperbaiki profil dan hasil
keselamatan pperasi katarak.
Insisi kornea
Bagi sebagian besar dokter spesialis mata, metode yang disukai untuk mengakses ruang
anterior adalah pelepasan sendiri (self-sealing clear) insisi kornea, dengan
penyembuhan yang dan bagus hasil visual yang bagus. Masalah yang dihadapi adalah
saat di membram descmemt, dapat ditemukan adanya celah di korna dan berisiko
endofthalmitis. Pembuatan insisi kornea merupakan aspek lain dari operasi katarak
yang berpotensi mendapat manfaat dari sistem FSL.Sebuah studi mata telah
menunjukkan kondisi yang lebih stabil jika menggunakan sistem FSL. Selain itu,
tekanan mekanis pada mata selama prosedur operasi FSL, dapat menyebabkan
penyembuhan lebih cepat dan lebih sedikit irisan. Namun dibutuhkan lebih banyak data
dalam.
Insisi limbal
Insisi ini bisa memperbaiki astigimatisme dengan signifikan. Dengan teknis dari
sayatan manual dan hasil yang tidak konsisten, hanya kecil. persentase pasien yang
berpotensi terobati. FSL dapat menghasilkan insisi limbal kornea yang sengat akurat.
Hal ini mungkin nantinya akan membantu dalam pengobatan astigmatisme yang sudah
ada sebelumnya.
Studi perbandingan klinis yang dilakukan pada serangkaian kasus yang dipilih telah gagal
untuk menunjukkan signifikansi statistik dari operasi femtosecond berbantuan laser versus
konvensional fakoemulsifikasi mengenai hasil visual dan ketajaman visual yang dikoreksi.
13,26 Hasil refraksi dalam operasi katarak tergantung pada beberapa faktor: Rumus
perhitungan IOL, kontrol perubahan astigmatik yang diinduksi oleh sayatan kornea yang jelas,
dan capsulotomy (centration and size), yang dapat menyebabkan perubahan pada evolusi akhir
kantong kapsuler yang mengarah ke posisi IOL dan perubahan posisi lensa efektif. sebuah studi
perbandingan prospektif antara LenSx dan phacoemulsifikasi standar, hasil refraksi (yaitu,
perbedaan antara prediksi dan pencapaian setara bola) secara signifikan lebih rendah dengan
LenSX (0,38 ± 0,28 dioptri) dibandingkan dengan standar (0,50 ± 0,38 dioptri)
phacoemulsifikasi (P = 0,04), ”mungkin karena posisi IOL akhir yang lebih stabil di femto
kelompok laser kedua. Kami percaya bahwa perbedaan ini akan menjadi relevan secara klinis
ketika jaringan parut kapsul berkembang. Hasil visual yang lebih baik, lebih sedikit
penyimpangan internal, dan kualitas optik yang lebih baik juga dilaporkan dengan LenSX
(Thais P et al, 2016)
Kemerahan atau perdarahan subkonjungtiva
Biasanya, kemerahan dan perdarahan ringan hingga sedang dapat dicatat, terutama pada pasien
yang menggunakan terapi antikoagulan yang cenderung mengalami kemerahan konjungtiva.
Pasien siap menerima fenomena ini jika diberi informasi pra operasi yang tepat. Kemerahan
biasanya hilang dengan cepat. Kemerahan konjungtiva juga dapat dikurangi dengan
menurunkan kekuatan isap yang diberikan oleh antarmuka pasien (khan, 2010)
Konstriksi pupil
Konstriksi pupil adalah masalah yang sering terjadi selama tahun-tahun awal operasi katarak
laser femtosecond. Ini disebabkan oleh gaya isap dan gelembung-gelembung mungkin muncul
di ruang anterior, menghasilkan sejumlah kecil radikal bebas. Sebelum operasi, pupil harus
berdiameter minimal 6,0 mm (Khan, 2010)
Gelombang kejut dari pulsa laser bisa dekat dengan iris, terutama dalam kasus di mana iris
tidak melebar dengan baik, yang dapat menyebabkan miosis yang tidak disengaja. Sebelum
operasi, agen yang lebih dilatasi disarankan, serta obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID;
misalnya tetes diklofenak). selama pemrograman laser, diameter capsulotomy harus setidaknya
1,0 mm lebih kecil dari diameter pupillary. Ahli bedah harus menunggu sesingkat mungkin
antara pretreatment femtolaser dan operasi katarak (dianjurkan 5-10 menit). Dalam kasus
normal, dilatasi dengan baik, pretreatment pada 2-3 pasien dapat dicapai, tetapi jika
memungkinkan, satu femtolaser diikuti oleh satu operasi katarak adalah pola yang disukai.
Pada kasus yang tidak melebar, cincin Malyugin adalah solusi yang baik untuk melakukan pra-
perawatan femtolaser (Garg, 2012)
Sindrom penyumbatan kapsul
Sindrom penyumbatan kapsul intraoperatif pertama kali dilaporkan pada tahun 2011 selama
hidrodiseksi. Kanula hidrodiseksi berdiameter besar dengan jalan keluar cairan berkecepatan
tinggi dapat menghalangi gelembung gas meninggalkan inti. Konsekuensi peningkatan tekanan
di dalam lensa dapat menyebabkan pecahnya kapsul posterior, dengan akibatnya
menenggelamkan nukleus ke dalam rongga vitreous. Teknik yang disebut "rock-and-roll"
menurut Nagy membantu untuk menghindari kemungkinan komplikasi ini, yaitu, setelah
hidrodiseksi yang teliti, lambat, dan lembut, dokter bedah harus menekan sedikit (untuk "batu")
nukleus sedikit dan memindahkannya (untuk "menggulung"). Modifikasi teknik bedah yang
disarankan ini (injeksi cairan hidrodiseksi yang dititrasi dan membelah nukleus dengan cermat)
membantu melepaskan gelembung gas intralenticular dan untuk menghindari komplikasi yang
mengancam ini. Sehubungan dengan perbedaan dalam operasi katarak femtolaser, dengan
mengakui pentingnya kurva belajar dan menjaga prinsip-prinsip yang disebutkan di atas,
sindrom penyumbatan kapsul yang ditakuti dapat dihindari. Setelah laporan pertama, ahli
bedah menjadi lebih berhati-hati dan sekarang dapat mencegah sindrom penyumbatan. (Chen,
2014)
Ukuran dan posisi sayatan kornea
Lebar sayatan yang dibuat Femtolaser mungkin lebih ketat dari yang diharapkan; oleh karena
itu, dianjurkan untuk meregangkan tepi sayatan dengan gerakan tangan halus menggunakan
spatula pembuka. Pada pemrograman, ahli bedah harus memperhatikan konsentrasi yang tepat
dari antarmuka pasien. Jika antarmuka pasien tidak terpusat sempurna, luka kornea yang
sebenarnya lebih sentral daripada yang dimaksudkan, yang dapat menyebabkan astigmatisme
yang diinduksi melalui pembedahan (SIA). Docking sempurna adalah wajib untuk
menghindari kemiringan lensa dan sayatan kornea yang bergeser dari pusat. Dalam kasus
terakhir, capsulotomy lensa dan fragmentasi juga dapat asimetris yang mengarah ke
capsulotomy parsial dan fragmentasi (Zoltan Z et al, 2014)
Dokter menggunakan pisau untuk membuat Laser Femtosecond membuat irisan pada
irisan pada korea korea
Katarak dipisahkan secara manual dan Laser Femtosecond membagi lensa menjadi
dikeluarkan dengan fakoemulsifikasi potongan – potongan yang lebih kecil untuk
memudahkan proses ekstraksi dengan tenaga
ultrasound yang lebih sedikit untuk
mengeluarkan katarak
FLACS dapat menandai adanya kemajuan teknologi yang lebih akurat, teliti dan
adanyakemajuan beberapa langkah dioperasi katarak. Saat ini, terutama digunakan diinsisi
kornea, kapsulotomi anterior dan fragmentasi lensa dengan hasil yang sangat menjanjikan..
Namun, kemampuan finansial harus dipertimbangkan. Harus dipersiapkan peralatan, pelatihan
staf, penyesuaian alur kerja dan pendidikan pasien. Teknologi FSL baru saja ada sejak beberapa
tahun lalu dan studi lebih lanjut mungkin diperlukan untuk penilaian yang lebih baik. FLACS
diharapkan pada tahun-tahun mendatang akan dapat terbukti memiliki manfaat yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aravind Haripriya, Hemant Sonawane, RD Thulasiraj, changing techniques in cataract
surgery: how have patients benefited? Community Eye Health. 2017; 30(100): 80–
81.
Boyd K. Parts of the Eye. American Academy of Ophthalmology; 2016. Available from:
https://http://www.aao.org/eye-health/anatomy/parts- of-eye.
Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015 Basic and clinical
Science course. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2015.
Garg, A., & Alio, J.L. 2012. femtosecond laser: techniques and technology. Jaypee
Brothers Medical publishers. London.
Khan MT, Jan S, Hussain Z, Karim S, Khalid MK, Mohammad L. Visual outcome and
complications of manual sutureless small incision cataract surgery. Pak J
Ophthalmol. 2010;26(1):32-8.
Jorge L. Alió, MD, PhD; Ahmed A. Abdou, MD, PhD; Alfonso Arias Puente, MD; Miguel
Angel Zato, MD; Zoltan Nagy, MD Femtosecond Laser Cataract Surgery: Updates
on Technologies and Outcomes Article in J Refract Surg. 2014;30(6):420-427
Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed. Yogyakarta: Departemen Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2012.
Thais Pinheiro Callou Renato Garcia Adriana Mukai Natalia T Giacomin Rodrigo
Guimarães de Souza Samir J Bechara Department of Ophthalmology, University of
Sao Paulo, Sao Paulo, Brazil. Advances in femtosecond laser technology Clinical
Ophthalmology 2016:10 697–703
Roszkowska A, Mario Urso, Alberto Signorino, Pasquale Aragona Ophthalmology
Section, Department of Surgery, University Hospital of Messina, 98124 Messina,
Italy. Department of Ophthalmology, Andrzej Frycz Modrzewski Kraków
University, Cracow, Poland. Use of the Femtosecond Lasers in Ophthalmology . EPJ
Web of Conferences 167, 05004 (2018)
https://doi.org/10.1051/epjconf/201816705004 PPLA 2017
Zoltan Z Nagy Department of Ophthalmology, Semmelweis University, Budapest, Hungary
New technology update: femtosecond laser in cataract surgery Clinical
Ophthalmology 2014:8 1157–1167