PENDAHULUAN
deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan kranium dan otak.1 Setiap
tahun di Amerika Serikat mencatat 1,7 juta kasus cedera kepala, 52.000 pasien
meninggal dan selebihnya di rawat inap. Cedera kepala juga merupakan penyebab
kematian ketiga dari semua jenis cedera yang dikaitkan dengan kematian. 2 Penyebab
utama cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, kekerasan dan terjatuh. Pejalan
kepala terbanyak pada pasien anak-anak bila dibandingkan dengan pasien dewasa.
Fraktur pada cedera kepala dapar berupa fraktur impresi (depressed fracture),
fraktur linier, fraktur diastasis (traumatic suture separation) dan fraktur basis cranii.3
Fraktur basis cranii dapat disebabkan oleh trauma benda tumpul yang terjadi di tulang
temporal, oksipital, sphenoid, dan / atau ethmoid.4 Fraktur basis cranii sukar
didiagnosa baik secara klinis maupun radiologi. Biasanya, kondisi ini disuspek
dengan indikasi cedera kepala yang berat. Pasien dengan fraktur basis Cranii (fraktur
os temporal) dijumpai dengan otorrhea dan memar pada mastoid (battle sign).
Penampakan fraktur basis Cranii fossa anterior ditandai dengan adanya rhinorrhea
dan memar di sekitar palpebra (raccoon eyes). Selain itu, dapat terjadi penurunan
kesadaran dan Glasgow Coma Scale yang bervariasi, tergantung pada kondisi
patologis intrakranium.
1
Penanganan korban dengan cedera kepala diawali dengan memastikan bahwa
airway, breathing, circulation bebas dan aman. Banyak korban cedera kepala disertai
dengan multipel trauma sehingga menjadi prioritas untuk dilakukan resusisati awal
secara menyeluruh.5 Fraktur basis Cranii sering dikaitkan dengan fraktur wajah
kompleks dan komplikasi yang serius seperti cedera saraf kranium atau cedera
vaskular, kebocoran cairan serebrospinal, atau meningitis. Fraktur basis Cranii yang
seringkali berupa fraktur yang halus sehingga perlu untuk perawatan sesegera
komplikasi yang dapat terjadi. Beberapa komplikasi ini dapat bersifat pasca-traumatik
Fraktur basis cranii sukar dilihat sehingga saat pengambilan gambar, selain dari posisi
samping, dibuat juga foto lateral kepala dengan pasien telentang dan sinar horizontal.
Fraktur basis cranii sering terjadi dan penegakan diagnosis sulit dilakukan hanya
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Maka dari itu, diperlukan pemahaman
lebih dalam mengenai gambaran secara radiologi mengenai fraktur basis cranii
sehingga dapat menghasilkan diagnosa yang lebih tepat. Oleh karena itu tenaga
kesehatan harus terbiasa dengan hal-hal yang berkaitan dengan fraktur basis
cranii baik anatomi, fisiologi dan sejenisnya untuk memberikan interpretasi yang
2
1.2 Batasan Masalah
beberapa literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Anatomi dan Fisiologi
yang membentuk dahi, langit-langit rongga nasal dan langit-langit rongga orbita; os
membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium; os etmoid yang merupakan struktur
penyangga penting dari rongga nasal dan berperan dalam pembentukan orbita mata
orbita, nasal, maksila dan mandibula. Aspek lateral kranium terdiri dari fossa
terletak dua bagian: bagian horisontal, yakni corpus mandibulae dan bagian vertikal,
4
Gambar 2. Sisi lateral6
diraba di bidang median. Linea nuchalis superior yang merupakan batas atas tengkuk,
ubun-ubun satu dari yang lain; dan sutura lamboidea memisahkan os parietal dan os
temporal dari os oksipital. Titik bregma adalah titik temu antara sutura sagitalis dan
sutura coronalis. Titik vertex merupakan titik teratas pada kranium yang terletak pada
sutura sagitalis di dekat titik tengahnya. Titik lambda merujuk kepada titik temu
os oksipital.
cranii anterior, fossa cranii media dan fossa cranii posterior yang membentuk dasar
cavitas cranii.7
Sekitar 70% fraktur basis Cranii berada pada daerah anterior, meskipun
kalvaria tengah adalah bagian terlemah dari basis Cranii namun hanya 20%
Fossa crania anterior melindungi lobus frontal cerebri, dibatasi di anterior oleh
permukaan dalam os frontal, batas superior adalah ala minor ossis spenoidalis.
Dasar fossa dibentuk oleh pars orbitalis ossis frontal di lateral dan oleh lamina
6
menyokong bulbus olfaktorius, dan lubang-lubang halus pada lamini cribrosa
kebocoran CSF yang merembes ke dalam hidung. Fraktur yang mengenai pars
periorbital ekimosis) yang merupakan salah satu tanda klinis dari fraktur basis
Fossa Cranii media terdiri dari bagian medial yang dibentuk oleh corpus os
sphenoid dan bagian lateral yang luas membentuk cekungan kanan dan kiri
yang menampung lobus temporalis cerebri. Di anterior dibatasi oleh ala minor os
sphenoidalis dan terdapat kanalis optik yang dilalui oleh n.opticus dan a.oftalmica,
sementara bagian posterior dibatasi oleh batas atas pars petrosa os temporal. Dilateral
terdapat pars squamous pars os temporal. Fissura orbitalis superior, yang merupakan
celah antara ala mayor dan minor os sphenoidalis dilalui oleh n.lacrimalis, n.frontal,
Fraktur pada basis cranii fossa media sering terjadi, karena daerah ini
merupakan tempat yang paling lemah dari basis Cranii. Secara anatomi kelemahan ini
disebabkan oleh banyaknya foramen dan canalis di daerah ini. Cavum timpani dan
sinus sphenoid merupakan daerah yang paling sering terkena cedera. Bocornya CSF
7
dan keluarnya darah dari canalis acusticus externus sering terjadi (otorrhea). N.
cranialis VII dan VIII dapat cedera pada saat terjadi cedera pada pars perrosus os
temporal. N. cranialis III, IV dan VI dapat cedera bila dinding lateral sinus
cavernosus robek.6
Fossa Cranii posterior melindungi otak belakang, yaitu cerebellum, pons dan
petrosa os temporal dan di posterior dibatasi oleh permukaan dalam pars squamosa os
oksipital. Dasar fossa Cranii posterior dibentuk oleh pars basilaris, condylaris, dan
menempati daerah pusat dari dasar fossa dan dilalui oleh medulla oblongata dengan
a.vertebralis. Pada fraktur fossa Cranii posterior darah dapat merembes ke tengkuk di
mukosa atap nasofaring dapat robek, dan darah mengalir keluar. Pada fraktur yang
8
Gambar 4. Anatomi Basis Cranii6
2.2 Radioanatomi
terhadap sekelompok pasien trauma dan persentase interpretasi sinar X yang salah
cukup besar (15-34,9%) sehingga dianggap sebagai faktor radiologis utama yang
9
Keterangan gambar :
10
Gambar 7. Proyeksi Submentovertikal dari kranium7
11
Gambar 9. Proyeksi Caldwell10
12
Dengan munculnya CT Scan multislice, dimungkinkan untuk mendapatkan
bagian basis kranium dari 0,5 hingga 0,6 mm. CT adalah modalitas pilihan dalam
mengetahui anatomi tulang dari basis kranium serta neurovaskular basis kranium. CT
lebih sensitif dalam mendeteksi lesi basis kranium, kalsifikasi, dan sklerosis. CT scan
adalah teknik standar emas untuk evaluasi fraktur dasar tengkorak dan untuk
Tulang Frontal
Fossa Kraniumis
Ala Mayor Os. Sphenoid Anterior
Eksternus
Tulang Petrous Temporal
13
Tulang yang membentuk dasar kranium mengandung sumsum tulang yang
normal sehingga akan memperlihatkan bagian hiperintens pada gambar T1W. Tulang
basis kranium mungkin tidak memiliki rongga meduler. Sebagai contoh, atap orbital
dan sinus ethmoid tidak memiliki rongga sumsum, sedangkan clivus memiliki rongga
sumsum yang biasanya mengandung banyak lemak. Namun, pada kelompok usia
anak-anak, sumsum tulang mungkin masih hematopoietik dan tidak diganti dengan
memar, dan kerusakan saraf yang kecil. Penelitian telah menunjukkan bahwa CT
tidak dapat mendeteksi sekitar 10-20% kelainan yang terlihat pada MRI. Selain itu,
MRI lebih baik dalam pencitraan batang otak, ganglia basalis, dan talamus.13
2.3 Definisi
Kranium adalah kerangka tulang kepala. Kranium terdiri dari dua bagian yang
terpisah: kranium dan rahang bawah. Mandibula adalah rahang bawah atau rahang,
dan tempurung kepala adalah sisa kranium. Mandibula adalah satu-satunya bagian
mendukung struktur wajah (seperti hidung dan mata), membentuk jarak antara mata,
membentuk posisi telinga untuk membantu otak menentukan arah dan jarak suara dan
15
Fraktur berarti bahwa telah ada kerusakan baik satu atau lebih tulang pada
kranium. Meskipun dalam hal ini sangat menyakitkan, ancaman yang lebih besar
adalah bahwa membran, pembuluh darah, dan bahkan otak, yang berada di dalam
kranium dapat terlindungi. Fragmen kecil dari kranium juga bisa pecah dan
menyebabkan kerusakan tambahan pada otak. Selain itu, energi yang dipakai dalam
Fraktur tulang kranium dapat diklasifikasikan dalam salah satu dari dua cara,
baik dengan jenis cedera yang diderita atau lokasi dari cederanya. Sebuah fraktur
kranium basilar terjadi di dasar kranium. Ini adalah cedera yang sangat jarang terjadi
hanya dalam 4% dari semua kasus fraktur. Fraktur ini pada dasarnya adalah fraktur
linear, atau retak garis lurus di dasar kranium. Patah tulang kranium basilar bisa
sangat berbahaya karena batang otak dapat terluka, yang antara lain mengirimkan
pesan dari otak ke sumsum tulang belakang. Jika otak atau batang otak terluka maka
Fraktur basis Cranii terjadi karena adanya trauma tumpul yang menyebabkan
kerusakan pada tulang dasar kranium. Ini sering dikaitkan dengan perdarahan di
sekitar mata (raccoon eyes) atau di belakang telinga (Battle sign). Garis fraktur dapat
meluas ke sinus wajah yang memungkinkan bakteri dari hidung dan mulut untuk
masuk kedalam dan kontak dengan otak, menyebabkan infeksi yang potensial.5
2.4 Epidemiologi
Fraktur basis Cranii merupakan salah satu fraktur pada area kepala dan leher
yang sulit untuk dievaluasi dan diobatai. Fraktur ini didefinisikan sebagai fraktur
linear dasar kranium, dan biasanya frakturnya banyak pada wajah dan meluas kedasar
16
kranium. Sinus sphenoid, foramen magnum, os temporal dan sphenoid adalah daerah
Sekitar 2 juta cedera kepala terjadi di Amerika Serikat. Kasus ini adalah salah
satu penyebeb utama kecacatan dan kematian pada anak. Kecelakaan kendaraan
bermotor adalah penyebab utama dari trauma ini yang ada dinegara-negara industri.
Persentase cedera kepala dan leher yang terjadi adalah 1/3 dari kecelakaan kendaraan
bermotor, dengan 28% kasus fraktur ada pada kepala dan leher.2
Fraktur basis Cranii terjadi sekitar 20-24% dari semua kasus cedera kepala.
Pada studi retrospektif yang dilakukan oleh Behbahani dkk pada tahun 2013,
mengatakan bahwa dalam hal ini kejadian fraktur basis Cranii hanya terjadi 2% dari
seluruh kasus kejadian trauma. Mereka menemukan bahwa dari 1060 pasien dengan
trauma kepala. 965 pasien mengalami fraktur tulang kepala dengan 220 diantaranya
frakturnya berada pada dasar kranium. Dari 220 fraktur ini diantaranya 78 fraktur os
clivus.3
2.5 Etiologi
Fraktur basis cranii merupakan bagian dari cedera kepala sehingga etilogi dari
fraktur basis cranii dan cedera kepala hampir sama. Menurut Hudak dan Gallo
17
b. Trauma sekunder, terjadi akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang
sistemik.5
2.6 Patofisiologi
Fraktur basis cranii merupakan fraktur akibat benturan langsung pada daerah
daerah dasar tulang kranium (oksiput, mastoid, supraorbita); transmisi energi yang
berasal dari benturan pada wajah atau mandibula; atau efek “remote‟ dari benturan
pada kepala (‘gelombang tekanan’ yang dipropagasi dari titik benturan atau
Tipe dari fraktur basis cranii yang parah adalah jenis ring fracture, karena area
ini mengelilingi foramen magnum, apertura di dasar kranium dimana spinal cord
melewati bagian tersebut. Ring fracture komplit biasanya segera berakibat fatal akibat
cedera batang otak. Ring fracture in komplit lebih sering dijumpai. Kematian
biasanya terjadi seketika karena cedera batang otak disertai dengan avulsi dan laserasi
dari pembuluh darah besar pada dasar kranium. Fraktur basis cranii telah dikaitkan
dengan berbagai mekanisme termasuk benturan dari arah mandibula atau wajah dan
kubah kranium, atau akibat beban inersia pada kepala (sering disebut cedera tipe
whiplash). Terjadinya beban inersia, misalnya, ketika dada pengendara sepeda motor
berhenti secara mendadak akibat mengalami benturan dengan sebuah objek misalnya
pagar. Kepala kemudian secara tiba tiba mengalami percepatan gerakan namun pada
area medula oblongata mengalami tahanan oleh foramen magnum, beban inersia
tersebut kemudian meyebabkan ring fracture. Ring fracture juga dapat terjadi akibat
18
ruda paksa pada benturan tipe vertikal, arah benturan dari inferior diteruskan ke
superior (daya kompresi) atau ruda paksa dari arah superior kemudian diteruskan ke
1. Fraktur Temporal
Dijumpai pada 75% dari semua fraktur basis cranii. Terdapat 3 suptipe dari
temporal, dinding superior dari canalis acusticus externus dan tegmen timpani. Tipe
fraktur ini dapat berjalan dari salah satu bagian anterior atau posterior menuju
cochlea dan labyrinthine capsule, berakhir pada fossa cranii media dekat foramen
spinosum atau pada mastoid air cells. Fraktur longitudinal merupakan yang paling
umum dari tiga suptipe (70-90%). Fraktur transversal dimulai dari foramen magnum
dan memperpanjang melalui cochlea dan labyrinth, berakhir pada fossa cranium
media (5-30%). Fraktur mixed memiliki unsur unsur dari kedua fraktur longitudinal
dan transversal.
Merupakan akibat dari trauma tumpul energi tinggi dengan kompresi aksial,
lateral bending, atau cedera rotasional pada pada ligamentum Alar. Fraktur tipe ini
alternatif membagi fraktur ini menjadi displaced dan stable, yaitu dengan dan tanpa
19
cedera ligamen. Tipe I fraktur sekunder akibat kompresi aksial yang mengakibatkan
kombinasi dari condylus occipital. Ini merupakan jenis cedera stabil. Tipe II fraktur
yang dihasilkan dari pukulan langsung meskipun fraktur basioksipital lebih luas,
fraktur tipe II diklasifikasikan sebagai fraktur yang stabil karena ligamen alar dan
membrane tectorial tidak mengalami kerusakan. Tipe III adalah cedera avulsi sebagai
akibat rotasi paksa dan lateral bending. Hal ini berpotensi menjadi fraktur tidak stabil.
3. Fraktur clivus
bermotor yang dibagi atas longitudinal, transversal, dan tipe oblique. Fraktur
vertebrobasilar. Defisit pada nervus cranial VI dan VII biasanya dijumpai pada
memar pada mastoids (battle sign). Presentasi dengan fraktur basis cranii fossa
anterior adalah dengan rhinorrhea dan memar di sekitar palpebra (raccoon eyes).
20
Kehilangan kesadaran dan Glasgow Coma Scale dapat bervariasi, tergantung pada
pendengaran dan ketulian konduktif yang lebih besar dari 30 dB yang berlangsung
lebih dari 6-7 minggu. Tuli sementara yang akan baik kembali dalam waktu kurang
timpani. Facial palsy, nistagmus, dan facial numbness adalah akibat sekunder dari
Fraktur condylus occipital adalah cedera yang sangat langka dan serius.
Sebagian besar pasien dengan fraktur condylus occipital, terutama dengan tipe III,
berada dalam keadaan koma dan terkait cedera tulang belakang servikal. Pasien ini
juga memperlihatkan cedera lower cranial nerve dan hemiplegia atau guadriplegia.
Sindrom Vernet atau sindrom foramen jugularis adalah keterlibatan nervus cranialis
IX, X, dan XI akibat fraktur. Pasien tampak dengan kesulitan fungsi fonasi dan
aspirasi dan paralisis ipsilateral dari pita suara, palatum mole (curtain sign), superior
adalah fraktur condylus occipital dengan keterlibatan nervus cranial IX, X, XI, dan
XII.15
21
2.8 Diagnosis
Ada beberapa temuan yang konsisten terkait fraktur basis cranii. Temuan khas
pendengaran, kelumpuhan wajah, dan mati rasa di wajah. Fraktur frontal adalah
Setiap temuan klinis memiliki nilai prediktif tersendiri untuk fraktur basis
kranium. Adanya Battle’s sign 100% terkait dengan fraktur kranium, sedangkan
Dalam satu studi dari Journal of Neurosurgical Science pada tahun 2000 dari
Brasil, mereka menemukan korelasi GCS dan gejala. Mereka menemukan bahwa
kontusio, dan pembengkakan) sebesar 78% nya disertai dengan ekimosis periorbital,
Tanda halo atau double-ring adalah tanda klasik untuk menentukan apakah
cairan yang keluar dari telinga atau hidung mengandung cairan serebrospinal (CSF)
atau tidak. Tes ini menggunakan prinsip kromatografi yaitu komponen yang berbeda
dari campuran cairan akan terpisah ketika diteteskan di atas suatu bahan. Meskipun
nilai tanda ini telah diperdebatkan, percobaan menunjukkan bahwa tanda itu secara
22
konsisten terlihat ketika konsentrasi CSF adalah 30% -90% ketika bercampur dengan
darah.
untuk membantu dokter menegakkan diagnosis dari fraktur basis cranii. CT Scan
resolusi tinggi merupakan standar emas untuk evaluasi basis kranium.16 Hal ini
dan perpindahan fragmen fraktur.17 Kriteria New Orleans menyatakan bahwa CT scan
kesadaran dengan temuan neurologis normal dengan risiko medium, salah satunya
yaitu ada tanda-tanda fraktur basis cranii.18 X-Ray di masa lalu digunakan sebagai
karena hanya memberikan sedikit nilai klinis serta menunda pemeriksaan CT Scan.16
Di daerah pedalaman dimana CT-scan tidak tersedia, maka foto polos x-ray
23
lateral, Towne’s view dan submentovertikal terhadap bagian yang mengalami
MRI memberikan detail jaringan lunak yang lebih baik, dan berguna untuk
kranium yang mendasari trauma. Dengan demikian, CT dan MRI melengkapi satu
sama lain dan sering digunakan bersama untuk evaluasi lengkap lesi dasar kranium.20
pemeriksaan ini masih dapat digunakan untuk mendiagnosis fraktur tulang tengkorak.
Fraktur memberikan gambaran garis hitam bertepi tajam dan biasanya berbentuk
lurus.21
fraktur basis kranium. Dalam konteks trauma, tingkat udara / cairan yang terlihat
signifikan. Setidaknya ada tiga pola fraktur frontobasal yang berbeda berdasarkan
paralel dengan cribriform plate dan memanjang untuk memisahkan fosa anterior dan
25
Gambar 17. CT Scan Axial Fraktur frontobasal tipe I
CT Scan Aksial menunjukkan segmen fraktur frontobasal tipe I basilar di fossa
kranium anterior.20
Fraktur tipe II adalah fraktur linear dari tulang fraktur yang meluas
puncak orbital.20
Fraktur tipe 3 merupakan fraktur kominutif dari seluruh segmen tulang depan,
biasanya melibatkan satu lateral dan satu daerah pusat, bersama dengan atap orbital. 22
Fraktur tulang depan tipe III melibatkan satu, dua, atau jarang tiga area kubah depan;
fraktur yang lebih luas melibatkan satu area lateral dan satu area sentral dari frontal
kranium.23
26
Gambar 19. CT Scan Fraktur frontobasal tipe III.
Gambar Koronal (kiri) dan aksial (kanan) menunjukkan fraktur
ditandai comminuted dan melintasi melalui dinding medial dan
lateral dari kedua orbit dengan keterlibatan labirin ethmoid dan atap
orbital.23
Fosa Cranii tengah sering dibagi menjadi basis cranii sentral dan basis cranii
lateral. Sebagian besar fraktur basis cranii tengah adalah ekstensi langsung dari
fraktur frontobasal dan lebih jarang dari clivus atau fossa cranii posterior. Sebagian
besar fraktur ini memiliki orientasi oblique atau sagital dan meluas melalui sella dan
sinus sphenoid.21
Gambar 20. CT Aksial dan Koronal Fraktur Linear Fossa Cranial Tengah
Gambar aksial (kiri) dan koronal (kanan) CT menunjukkan
fraktur linear fossa kranium tengah yang melibatkan kanal karotis kiri
(panah; kiri) dan kedua sinus sphenoid (panah; kanan).21
Sebagai tambahan dan tipe fraktur yang juga sering terjadi adalah fraktur
transversal yang berorientasi pada bidang koronal yang dihasilkan dari pukulan
27
Gambar 21. CT Scan Transversal Fraktur Clivus.
Fraktur transversal clivus dalam bidang aksial (kiri) dan sagital (kanan)
yang melibatkan lantai sella dan kedua kanal karotis (panah).21
langsung ke daerah tengkuk. Fraktur ini sering melibatkan tulang oksipital dan
segmen petrosa tulang temporal. Dampak yang lebih parah dapat mengakibatkan
fraktur klivus yang dikaitkan dengan tingkat kematian yang tinggi (24-80%) karena
bagian anterior tulang oksipital basilar yang bersimpangan dengan tulang sphenoid
dan batang otak sekitarnya, saraf kranium, dan sistem vaskular vertebrobasilar.
Fraktur Clivus telah dilaporkan pada trauma kranium tumpul berat dan trauma ringan
kranium.23
28
Gambar 22. CT Scan Sagital Fraktur Clivus
CT Sagital menunjukkan fraktur clivus (panah).23
Ada 3 jenis fraktur condylus occipital : Tipe 1 adalah fraktur tulang oksipital
tanpa kerusakan ligamentum alar dan membran tectorial. Tipe 2 adalah fraktur yang
Namun, ligamen alar dan membrane tectorial masih utuh dengan pencitraan. Tipe 3
29
Gambar 24. Fraktur Tulang Oksipital tipe 2
Fraktur condylus occipital kanan memanjang melalui dasar tengkorak (panah dimana
terjadi keterlibatan hypoglossal canal(HC) kanan.24
30
Gambar 26. Fraktur Tulang Oksipital tipe 3 Potongan Coronal
CT Scan koronal menunjukkan displaced fraktur condylus occipital bilateral (panah),
dengan pelebaran patologis sendi atlantoaxial kiri (tanda bintang)24
Tulang temporal adalah struktur piramidal di bagian paling tebal dari dasar
kranium. Akibatnya, diperlukan gaya yang sangat besar untuk menyebabkan fraktur. 23
longitudinal dari tulang petrosa. Fraktur longitudinal lebih sering terjadi (70–90%)
dan sejajar dengan piramida petrosa. Sedangkan fraktur transversal terlihat tegak
lurus dengan piramida petrosa, biasanya akibat dari trauma tumpul oksipital. Fraktur
biasanya berasal dari tulang oksipital atau memasuki tulang temporal petrosa dekat
aqueduct vestibular.25
31
Gambar 27. CT Scan Fraktur Longitudinal dan Transversal
Potongan axial fraktur longitudinal (kiri) dan fraktur transversal (kanan)23
Dalam trauma kepala, MRI berperan besar untuk mendeteksi adanya diffuse
menyebabkan kehilangan kesadaran mendadak dan koma selama lebih dari 6 jam.
Penyebab DAI biasanya terkait dengan akselerasi dan deselerasi cepat dari otak.25
Bagian-bagian otak yang lebih rentan terhadap DAI adalah substansia alba di
parasagital lobus frontal, lobus parietal (termasuk deep white matter), corpus
callosum anterior dan posterior, ganglia basalis (termasuk kapsula interna), serebelum
brainstem).25
images.
32
b. Gambaran yang paling sering ditemukan adalah area hiperintens multipel
terjadi ketika sutura normal didiagnosis sebagai patah tulang. Sedangkan interpretasi
negatif palsu dapat terjadi pada fraktur yang halus atau ketika penggunaan teknik
pencitraan kurang optimal. Diagnosis banding fraktur yang paling umum adalah
33
Tabel 1 . Perbedaan antara sutura dengan garis fraktur.25
2.10 Tatalaksana
Pasien dengan cidera kepala selalu dilakukan tindakan primary survey dan
pengawasan vertebra servikal hingga diyakini tidak ada cedera lain. Kemudian
dilakukan penilaian ventilasi dan gerakan dada, serta gas darah arteri. Sirkulasi pasien
34
diperhatikan dengan melakukan penilaian seberapa banyak kehilangan darah,
pengawasan secara rutin tekanan darah pulsasi nadi, dan pemasangan IV line.
Kemudian dilakukan penilaian GCS (Glasgow Coma Scale) secara rutin serta
identifikasi seluruh cedera, dari ujung kepala hingga ujung kaki, dari depan dan
belakang.
fisis menyeluruh pada pasien. Alat monitor tambahan dapat dipasang dan dilakukan
dengan kecurigaan cedera nasal dan basis cranii, sehingga lebih aman jika digunakan
orogastric tube. Evaluasi untuk cedera cranium dan otak adalah langkah berikut yang
paling penting. Cedera kulit kepala atau trauma kapitis yang sudah jelas memerlukan
pemeriksaan dan tindakan dari bagian bedah saraf. Tingkat kesadaran dinilai
berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS), fungsi pupil, dan kelemahan ekstremitas.23
35
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
fraktur basis Cranii anterior yang mengenai lobus frontal yang ditandai dengan
adanya raccoon eyes, fraktur basis Cranii media yang mengenai fossa Cranii
media, dengan gejala khas berupa rhinorrea dan otorrhea serta battle sign, dan fraktur
basis Cranii posterior yang mengenai fossa Cranii posterior namun jarang
Fraktur basis cranii sukar didiagnosa baik secara klinis maupun radiologi.
menegakkan diagnosis dari fraktur basis cranii. CT Scan resolusi tinggi merupakan
standar emas untuk evaluasi basis cranii karena dapat menampilkan orientasi dan
penunjang tambahan karena dapat memberikan detail jaringan lunak yang lebih baik.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Grace, A. Borley R.N. At a Glance: Ilmu bedah, edisi ketiga. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran EMS.2006.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Mobidity and Mortality Weekly
Report . 2011. Diakses pada 22 Maret 2018 dari http://www.cdc.gov/mmwr
3. Ekayuda, Iwan. Radiologi Diagnostik, edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2005.
4. Alhelali I, Tanya CS, Jennifer F,Ibrahim MA, Adrianna R, Hani D, Douglas DF.
Basal skull fractures are associated with mortality inpediatric severe traumatic
brain injury. Journal of Trauma and Acute Care Surgery. 78(6):1155–1161. 2015
5. Bailey, H. Demonstrations of physical signs in clinical surgery, edisi
kesembilanbelas. London: CRC Press. 2016.
6. Moore KL., Agur AMR. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates. Jakarta.2002
7. Moeller TB dan Emil R. MRI parameters and positioning. Eds kedua. New York:
Thieme. 2010.
8. Sylvani. Peran Neuroimaging dalam Diagnosis Cedera Kepala. Jakarta : CDK-
249/ vol. 44 no. 2 th. 2017.
9. Chawla H, et all. Diagnostic Utility of Conventional Radiography in Head Injury.
Journal of Clinical and Diagnostic Research. Vol-9(6): TC13-TC15. 2015.
10. http://www.wikiradiography.net/. 2015. Diakses pada 10 April 2018
11. Raut AA, Naphade PS, Chawla A. Imaging of Skull Base : Pictorial Essay. Mini
Symposia Head and Neck. Mumbai : Indian Journal of Radiology and Imaging;
2012. Vol 22. p 305-315.
12. Mahaprata AK, Kumar R, Kamal R. Textbook of Traumatic Brain Injury. New
Delhi; Jaypee Brothers Medical Publishers. Pp 242-43. 2012.
13. Lee B, Newberg A. Neuroimaging in Traumatic Brain Imaging. Philadelphia : The
Journal of the American Society for Experimental NeuroTherapeutics. Vol. 2,
372–383. 2005.
14. Morani AC, Ramani NS, Wesolowski JR. Skull Base, Orbits,
Temporal Bone, and Cranial Nerves: Anatomy on MR Imaging. Michigan:
Elsevier, 2011.
15. Qureshi NH, Harsh G, Nosko MG, Talavera F, Wailer AR, Zamboni P. Skull
Fracture. On Emedicine Health. 2009.
37
16. Martinez L, Siddiqui F. Basilar Skull Fracture. Grand Rounds Presentation
The University of Texas Medical Branch in Galveston, Department of
Otolaryngology; 2013. p 1-7.
17. Stiell IG, et al. The Canadian CT Head Rule for Patients with Minor Head Injury.
Lancet, 2001.
18. Ticoalu AOJ, Albert J. Fraktur Basis Cranii. Fakultas Kedokteran Universitas
Pelita Harapan. 2012.
19. Job J, Branstetter BF. Imaging of the Posterior Skull Base. Pittsburgh: Radiol Clin
N Am 55, pp 102-121 2017.
20. Bobinsky M, Shen PY, Dublin AB. Basic Imaging of Skull Base Trauma.
Newyork: Georg Thieme Verlag KG Stuttgart. 2016.
21. Manson PN et all. Frontobasal Fractures: Anatomical Classification
and Clinical Significance. American Society of Plastic Surgeon. 2009.
22. Akar O, Yaldiz C, Ozdemir N, Yaman O, Dalbayrak S. Isolated Transverse Clivus
Fracture without Neurodeficit : Case Report and Review of Literature. Istanbul:
Polish Journal of Radiology, 2015.
23. Diaz RC, Cervenka B, Brodie HA. Treatment of Temporal Bone Fractures.
Newyork: Journal of Neurological Surgery—Part B Vol. 77. 2016.
24. Hanson, JA, Anastasia VD, Alexander BB, Wendy AC, Ken FL, Anthony JW, FA
Mann. Radiologic and clinical spectrum of oksipital condyle fractures:
Retrospective review of 107 consecutive fractures in 95 patients. American
Journal of Roentgenology; 178: 1261-1268. 2002.
25. Connor SEJ, Chaudary N. Imaging of Maxillofacial and Skull Base Trauma.
London: Imaging Journal, 2013.
26. Sunder R, Tyler K. Basal Skull Fracture and Halo Sign. Canadian Medical
Association Journal, 2013.
38