Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

LOBUS FRONTAL

Pembimbing :
dr. Perwitasari Bustomi, Sp.S

dr. Eny Waeningsih, Sp.S, M.Kes

Disusun oleh :
ANNISA APRILIA ATHIRA
1102014029

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


KEPANITERAAN DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SYARAF
RSUD DR DRADJAT PRAWIRANEGARA
2019
REFERAT

A. Anatomi Lobus Frontalis

Otak manusia terletak di dalam tengkorak dan dikelilingi oleh lapisan meningeal dan

cairan serebrospinal. Lapisan meningeal terdiri dari tiga lapisan, lapisan yang paling tipis

adalah piamater, menutupi keseluruhan otak hingga mengikuti bentuk lekukan fisura. Lapisan

arachnoid meliputi otak tetapi tidak mengikuti lekukan fisura. Lapisan duramater adalah

lapisan paling luar yang melindungi otak. Sedangkan, cairan serebrospinal akan mengisi ruang

antara lapisan piamater dan arachnoid, menciptakan tempat seperti sebuah kasur apung untuk

otak.

Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun

neuron. Otak terbagi menjadi dua bagian besar yang disebut hemisfer, kanan dan kiri. Alur

yang membagi kedua hemisfer disebut fisura longitudinal. Setiap hemisfer memiliki ventrikel

yang memanjang dari lobus parietal, frontal, occipital, dan temporal. Lateral ventrikel ini

berkoordinasi dengan ventrikel ketiga yang berada di antara kedua hemisfer. Dari ventrikel

tersebut terdapat cerebral aquaduct yang menuju ke ventrikel keempat.

Sulkus dan girus yang berada di permukaan hemisfer serebri akan membagi hemisfer

serebri menjadi lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Fisura

lateral nantinya akan memisahkan lobus temporalis di atas dari lobus frontalis dan lobus

temporalis di atasnya. Di dasar fisura lateral terdapat area korteks yang dikenal sebagai insula

dan lobus frontalis, lobus parietalis, dan lobus temporalis yang menutupinya disebut sebagai

operkulum.

Lobus frontal terdiri dari 14 area yaitu area granular (4,6,24,25,32), area disgranular

(8,44,45) dan area granular (9,10,11,12,46,47). Korteks frontal dapat dibedakan menjadi dua

domain fungsional yang besar yaitu korteks motorik dan korteks prefrontal (asosiasi). Korteks

motorik berada di depan sulkus sentralis dan meluas sepanjang permukaan medial hemisfer.
Korteks prefrontal menempati regio yang luas yang berada di rostral korteks motorik

presentralis. Korteks motorik dibedakan menjadi korteks motorik primer (M1) dan korteks

motorik non primer.

Tepat di anterior dan sejajar dengan sulkus sentralis terletak girus presentalis yang

dikenal sebagai korteks motorik primer. Area ini berfungsi sesuai brodmann 4. Fungsinya

adalah mengendalikan gerakan terampil volunter (disadari), kadang-kadang disebut juga

sebagai gerakan fraksional.

Gambar 1. Anatomi Lobus Frontalis

Area tepat di anterior korteks motorik primer dikenal sebagai kortek premotorik (area

brodmann 6). Area ini berfungsi dalam pemrogaman dan persiapan gerakan serta pengendalian

sikap (postur). Area ini termasuk bagian posterior dari girus frontalis superior, medius dan

inferior. Korteks premotorik menimbulkan aksinya sebagian melalui korteks motorik primer

yang dihubungkan oleh serabut-serabut asosiasi dan sebagian lagi oleh serabut-serabut

kortikospinal dan kortikobulbar. Pada permukaan medial hemisfer korteks premotorik terdapat

daerah korteks motorik suplementer. Korteks ini akan merepresentasi somatotopik tubuh

secara bilateral di kedua hemisfer.


Pada girus frontalis medius terletak frontal eye field (area brodmann 8). Area ini

mengendalikan deviasi konjugata volunter mata yang terjadi ketika memindai lapangan

pandang. Area ini terletak di depan korteks premotorik.

Pada girus frontalis inferior hemisfer dominan terletak area bicara motorik yang biasa

dikenal sebagai area broca (area brodmann 44 dan 45). Area ini mempunyai interkoneksi

dengan bagian-bagian lobus temporalis, parietal, dan oksipitalis.

Daerah luas korteks lobus frontalis yang berada di bawah area premotorik disebut

korteks prefrontalis. Korteks ini mempunyai hubungan luas dengan korteks parietalis,

temporalis, dan oksipitalis melalui serabut-serabut saraf asosiasi panjang di substansia alba

subkortikal. Aferen subkortikal terutama berasal dari nukleus mediodorsalis dan anterior

talamus. Korteks ini mempunya fungsi yang berhubungan dengan kognitif, seperti kemampuan

intelektual, pertimbangan, dan prediksi, serta perencanaan perilaku.

Lobus frontalis mendapat suplai darah melalui dua pasang pembuluh darah besar, yaitu

arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Darah kapiler yang memasuki vena meninggalkan

otak melalui vena interna dan eksterna yang mengalir ke dalam sinus duralis besar. Dari sinus,

darah kembali ke jantung melalui vena jugularis interna, vena anonima, dan vena kava superior.

Sejumlah kecil darah meninggalkan serebrum melalui pleksus venosus dari kanalis spinalis dan

vena emisarius.
Daerah luas korteks lobus frontalis yang berada di bawah area premotorik disebut

korteks prefrontalis. Korteks ini mempunyai hubungan luas dengan korteks parietalis,

temporalis, dan oksipitalis melalui serabut-serabut saraf asosiasi panjang di substansia alba

subkortikal. Aferen subkortikal terutama berasal dari nukleus mediodorsalis dan anterior

talamus. Korteks ini mempunya fungsi yang berhubungan dengan kognitif, seperti kemampuan

intelektual, pertimbangan, dan prediksi, serta perencanaan perilaku. Korteks prefrontalis dibagi

menjadi:

Gambar 2. Area Broadman

 Orbitofrontal cortex (area 10)

Merupakan bagian yang berperan pada proses kogntif decision-making

 Dorsolateral prefrontal cortex (area 9, 46)

Korteks prefrontal dorsolateral penting untuk "kognitif" dan ‘fungsi eksekutif’ seperti

working memory,pembentukan niat tindakan yang goal-directed, penalaran abstrak, dan

pengendalian attensi (perhatian).

 Ventrolateral prefrontal cortex (area 47, 45, 44)


pemeliharaan informasi jangka pendek yang sementara tidak dapat dilakukan dalam

working memory (misalnya, mengingat nomor telepon yang baru saja dikatakan sebelum

diketik pada telepon).

Gambar 3. Korteks Prefrontalis

B. Fisiologi Lobus Frontalis

Lobus frontalis yang terletak di korteks bagian depan bertanggung jawab terhadap tiga

fungsi utama, yaitu aktivitas motorik volunter, kemampuan berbicara, elaborasi pikiran.

Daerah di lobus frontalis belakang tepat di depan sulkus sentralis dan dekat dengan korteks

somatosensorik adalah korteks motorik primer. Daerah ini memberi kontrol volunter atas

gerakan yang dihasilkan otot-otot rangka. Seperti pada pengolahan sensorik, korteks motorik

di tiap-tiap sisi otak terutama mengontrol otot di sisi tubuh yang berlawanan. Jaras-jaras saraf

yang berasal dari korteks motorik hemisfer kiri menyebrang (menyilang) sebelum turun ke

korda spinalis untuk berakhir di neuron-neuron motorik eferen yang mencetuskan kontraksi
otot rangka di sisi kanan tubuh. Dengan demikian, kerusakan di korteks motorik di sisi kiri

otak akan menimbulkan paralisis di sisi kanan tubuh dan demikian sebaliknya.

Stimulasi daerah-daerah yang berlainan di korteks motorik primer juga menyebabkan

timbulnya gerakan di bagian-bagian tubuh yang berbeda. Seperti homunkulus sensorik untuk

korteks somatosensorik, homunkulus motorik yang melukiskan lokasi dan jumlah relatif

korteks motorik yang diabdikan sebagai keluaran ke otot-otot tiap bagian tubuh, juga terbalik

dan mengalami distorsi. Jari tangan, ibu jari tangan, dan otot-otot yang penting untuk berbicara,

terutama otot-otot lidah dan bibir, digambarkan secara berlebihan yang mencerminkan kontrol

motorik halus atas bagian-bagian tubuh ini. Bandingkan ini dengan seberapa kecil jaringan otak

yang mengontrol badan, lengan, dan ekstremitas bawah, yang tidak mampu melakukan gerakan

kompleks. Dengan demikian, luas representasi di korteks motorik sebanding dengan presisi

dan kompleksitas keterampilan motorik yang diperlukan oleh bagian yang bersangkutan.

Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi kompleks dengan kata-kata yang secara tertulis

atau lisan melambangkan benda dan menyanpaikan gagasan. Bahasa melibatkan integrasi dua

kemampuan terpisah yaitu ekspresi dan pemahaman masing-masing berkaitan dengan daerah

tertentu di korteks. Daerah primer spesialisasi kortikal untuk bahasa adalah daerah Broca dan

daerah Wernicke.

Daerah Broca yang bertanggung jawab untuk kemampuan berbicara, terletak di lobus

frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang mengontrol otot-otot yang

penting untuk artikulasi. Sedangkan daerah wernicke terletak di korteks kiri pada pertemuan

lobus-lobus parietalis, temporalis, dan oksipitalis, berhubungan dengan pemahaman bahasa,

baik pemahaman bahasa tertulis maupun lisan. Selain itu daerah ini bertanggung jawab untuk

memformulasikan pola pembicaraan koheren yang disalurkan melalui seberkas serat ke daerah

Broca, kemudian mengontrol artikulasi pembicaraan ini.


Karena berbagai aspek bahasa terletak di daerah-daerah korteks yang berlainan,

kerusakan di daerah tertentu di otak dapat menyebabkan gangguan bahasa selektif. Kerusakan

daerah Broca menyebabkan kegagalan pembentukan kata, walaupun pasien masih dapat

mengerti kata lisan dan tertulis. Para individu tersebut mengetahui apa yang hendak mereka

katakan, tetapi tidak mampu mengekspresikan diri mereka. Walaupun mereka dapat

menggerakkan bibir dan lidah, mereka tidak dapat melakukan perintah motorik yang benar

untuk mengartikulasikan kata-kata yang mereka inginkan.

Korteks Asosiasi Prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat di anterior

korteks motorik. Peran yang diperkirakan berkaitan dengan daerah ini adalah perencanaan

aktivitas volunter, pertimbangan konsekuensi-konsekuensi tindakan mendatang dan penentuan

bermacam-macam pilihan untuk berbagai situasi sosial atau fisik dan sifat-sifat kepribadian.

Stimulasi daerah ini tidak menimbulkan efek yang dapat diamati, tetapi defisit di daerah ini

menimbulkan perubahan kepribadian dan perilaku sosial.

Hubungan antara motorik dan premotor. Premotor bertugas untuk mempengaruhi

gerakan, menerima proyeksi, dan berhubungan area motorik untuk menggerakkan anggota

tubuh, menerima proyeksi untuk gerakan mata dan mengirimnya pada area yang akan

mengeksekusi kontrol gerakan mata.

Hubungan dengan prefrontal area. Dorsolateral prefrontal cortex berfungsi untuk

menerima input utama dari posterior parietal area dan sulkus superior temporal. Area lainnya

berfungsi untuk menerima proyeksi dari lobus temporal dari area auditory dan visual.

Fungsi luhur dan juga yang paling umum dari prefrontal korteks adalah pengaturan

temporal terhadap tujuan biologis dan kognitif. Ini merupakan esensi dari pengaturan

prefrontal korteks dengan pengaturan umum dari semua bentuk aksi (pergerakan somatik,

pergerakan bola mata, perilaku emosional, penampilan intelektual, bicara, dsb). Prefrontal

korteks – khususnya daerah lateralnya - memiliki spesifikasi di temporal dalam menyusun


beberapa tindakan-tindakan baru dan kompleks, baik itu berupa perilaku, perkataan, atau

alasan. Hal yang baru dan kerumitan dari aksi-aksi tersebut yang ditentukan oleh prefrontal

korteks atau dikenal juga dengan “organ kreatifitas”. Lebih jauh lagi, peran dari prefrontal

korteks menentukan alternatif dalam membuat keputusan dan dalam mengeksekusi aksi-aksi

terstruktur adalah alasan juga mengapa korteks ini disebut “eksekutif sentral”

Dengan maksud menampilkan perannya dalam mengintegrasi, prefrontal korteks harus

dapat diakses dan mengakses secara sekaligus semua informasi sensorik, motorik, dan

mnemonik yang membentuk struktur-struktur perilaku.

Pengaturan sementara dari perilaku adalah fungsi utama dari lobus frontalis. Jika

korteks motorik memfasilitasi mekanisme eksekusi dari pergerakan individual maka premotor

cortex memilih pergerakan mana yang akan dieksekusi. Passingham mengusulkan bahwa

bagian premotor berfungsi untuk memilih perilaku dalam merespon tanda dari eksternal dan

korteks motorik tambahan. Passingham menyarankan bahwa area 8 dispesialisasikan untuk

gerakan terhadap stimulus langsung (stimulus-directed movement), dan area 8A bertugas untuk

gerakan yang distimulasi oleh drive internal (internally driven movements). Korteks motorik

bertugas untuk membuat pergerakan. Korteks premotor bertugas untuk memilih pergerakan.

Maka korteks prefrontal bertugas untuk mengontrol proses kognitif agar pergerakan yang tepat

dapat dipilih disaat yang tepat dan di tempat yang tepat.

Korteks motorik mengarahkan neuron motorik spinal untuk mengontrol anggota gerak,

tangan, kaki, dan pergerakan jari dan untuk menyesuaikan neuron motorik nervus kranialis

untuk mengontrol pergerakan fasial. Serta mengarahkan struktur motorik lainnya seperti

ganglia basalis dan nukleus. Area premotor dapat mempengaruhi pergerakan secara langsung

melalui proyeksi kortikospinal atau secara tidak langsung melalui proyeksi ke korteks motorik.
Daerah premotorik juga melalui proyeksi dari area parietal posterior, PE dan PF. Maka, daerah

premotor berkaitan dengan area yang mengeksekusi pergerakan aggota gerak.

Lapangan pandang mata (area 8 dan 8A) menerima proyeksi dari daerah yang

mengontrol pergerakan mata dan mengirim proyeksi ke daerah ini. maka, daerah ini menerima

input visual dari daerah parietal posterior PG dan kolikulus superior. Semua area premotor

menerima proyeksi dari korteks prefrontal dorsolateral, sehingga mengakibatkan daerah

prefrontal ini memiliki peran dalam mengontrol anggota gerak dan mata.

Lobus frontalis menentukan perilaku dan merumuskan tindakan terhadap lingkungan.

Disfungsi dari lobus frontalis menghasilkan beberapa sindrom neuropsikiatri. Gangguan

berpikir, mood, motivasi dan ketidakmampuan mengontrol perilaku.

Lobus frontal adalah satu-satunya area anatomis dengan informasi yang memadai untuk

membentuk pandangan global seseorang, lingkungan dan sejarah dari satu individu. Bagian ini

ditentukan untuk menunda respon tindakan dan membentuk sebuah respon berdasarkan kajian

dari masa lalu dan tujuan dari dari respon tersebut. Bagian dorsolateral korteks prefrontal juga

memiliki koneksi aferen yang luas, memiliki hubungan timbal balik yang luas dengan beberapa

area dimana bagian ini menerima masukan.


Sebagai tambahan bagian ini memiliki gambaran luas di kepala pada nucleus kaudatus,

hubungan pertama dari sirkuit dorsolateral prefrontal-subkortikal yang terdiri dari konveksitas

frontal, nucleus kaudatus, globus pallidus dan substansia nigra dan nucleus dorsomedial dari

thalamus. Korteks orbitofrontal menerima proyeksi dari lobus temporal melalui fasciculus

uncinatus, nucleus dorsomedial di thalamus, hipotalamus, dan amigdala. Terdapat juga

masukan dari area asosiasi sensorik dan korteks asossiasi frontal.

C. Patofisiologi Lobus Frontalis

Terdapat lima sirkuit yang diketahui , yaitu : sirkuit motorik pada area motorik, sirkuit

okulomotor pada lapangan penglihatan frontal, dan tiga sirkuit pada daerah kortek pre frontal

; yaitu sirkuit dorsolateral pre frontal, sirkuit orbitofrontal pre frontal, serta cingulatum

anterior.
Setiap sirkuit mempunyai serabut proyeksi ke struktur striata (nucleus caudatus,

putamen, dan striatum anterior), dan dari striata berhubungan ke globus pallidus dan substansia

nigra, proyeksi ke nucleus thalamus dan kembali ke lobus frontal .

Sirkuit dorsolateral dimulai dari korteks pre frontal dorsolateral  nucleus kaudatus

dorsolateral  globus pallidus dorsomedial lateral  nucleus thalamus dorsomedial dan

anteroventral  regio dorsolateral pre frontal. Kerusakan pada sirkuit ini menyebabkan

gangguan fungsi eksekutif, diantaranya kesulitan mempelajari informasi baru, gangguan

program gerakan motor, gangguan kelancaran verbal dan non verbal, gangguan untuk

menyusun kembali bentukyang kompleks. Sirkuit ini menerima inpuls dari serabut afferent

area prefrontal 4,6 dan area parietal 7a yang berperan dalam proses penglihatan. Serabut aferen

dari sistim limbic diterima melalui proyeksi dopamine dari substansia nigra.

Sirkuit orbitofrontal dimulai dari kortek orbitolateral  nucleus caudatus ventromedial

 globus pallidus dorsomedial medial  nucleus thalamus ventroanterior dan mediodorsal 

kortek orbitolateral. Kerusakan pada sirkuit ini menyebabkan gangguan disinhibisi, berupa

gangguan perilaku berupa mudah, emosi yang labil dan obsesif kompulsif. Sirkuit ini

menerima serabut aferen dari area temporal 22 dan orbito frontal 12 yang terdiri dari bagian

sensorik heteromodal dan para limbik.

Sirkuit cingulatum anterior dimulai dari kortek cingulatum anterior  nucleus akumbens

 globus pallidus rostrolateral  thalamus medio dorsal  kortek cingulatum anterior.

Kerusakan pada sirkuit ini ditandai dengan apati, penurunan kemauan dan tidak adanya emosi.

Sirkuit ini menerima serabut afferent hipokampus, area enttorhinal 28 dan area perirhinal 35.

D. Sindroma Lobus Frontalis

Sindroma lobus frontalis adalah suatu perubahan pola perilaku, emosi dan personality

yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan . Kejadian yang dapat menyebabkan sindroma
ini diantaranya adalah cedera kepala, sindroma vascular, tumor, dementia frontotemporal, dan

akibat pembedahan karena aneurisma .

Lobus frontalis merupakan sepertiga bagian dari kortek serebri manusia.

Setiap bagian lobus frontalis dibagi menjadi 3 daerah, yaitu kortek motor primer , kortek

premotor dan kortek prefrontal. Kortek motor primer terutama untuk gerakan gerakan

voluntary . Kerusakan pda daerah ini akan menyebabkan kelumpuhan pada sisi tubuh yang

berlawanan . Kortek premotor berhubungan dengan kortek motor primer dan penting untuk

integrasi dan program program gerakan yang berurutan . Kortek pre frontal dibagi menjadi 3

regio yaitu , region orbito-frontal ( anterior lobus frontal ) , region dorsolateral, serta cingulum

anterior .

Sindrom yang terjadi karena kerusakan pada area prefrontal dibagi menjadi 3 area, yaitu

dorsolateral prefrontal cortex, ventrolateral prefrontal cortex, dan orbitofrontal cortex. Masing-

masing sindrom tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dorsolateral Prefrontal Cortex

Gangguan pada area ini dapat disebabkan oleh penyakit, trauma, tumor, atau vascular

accident. Dorsolateral prefrontal cortex berkaitan dengan perencanaan, pembentukkan

strategi, dan fungsi eksekutif. Adapula sindrom yang dapat muncul adalah :

 Attention Disorder, gangguan pada selective attention

 Apathy

 Abulia

 Dysexecutive Syndrome

 Gangguan untuk melakukan working memory dan planning behavior

 Prefrontal Aphasia, yaitu language disorder yang disebabkan kerusakan pada bagian

left prefrontal

 Depression, (kerusakan bagian hemisphere kiri)


2. Ventrolateral Prefrontal Cortex

Gangguan pada area ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti penyakit tumor, dan

lain-lain. Adapula sindrom yang dapat muncul adalah :

 Hypokinesia dan Akinesia

 Defective Self-monitoring

 Akinetic Mutism

 Neurovegetative Deteriorentation

3. Orbitofrontal Cortex

Gangguan pada area ini dapat disebabkan oleh penyakit seperti tumor dan aneurysms

anterior communicating arteri, dan lain-lain. Orbitofrontal cortex berkaitan dengan

penghambatan respon. Adapula sindrom yang dapat muncul adalah :

 Gangguan Exclusionary aspect, yaitu divided attention

 Orbirofrontal Hypermotility

 Criminal Sociopath atau Psycopath

 ADHD pada anak yang hiperaktif

 Poor Judgement

 Disinhibition

 Emotional Lability

Berdasarkan patofisologi kerusakan yang terjadi pada lobus frontalis di atas di dapati

gejala-gejala yang muncul secara motoric maupun perubahan perilaku akibat kerusakan lobus

frontalis sebagai berikut :

1. Gangguan fungsi motorik


a) Fine movements, speed and strength - Kerusakan pada korteks motorik primer biasanya

diasosiasikan dengan kehilangan kemampuan untuk melakukan gerakan tangan yang

baik, disebabkan oleh adanya kehilangan proyeksi langsung dari kortikospinal ke motor

neuron.

b) Movement Programming - Kerusakannya menyebabkan adanya gangguan pada

gerakan-gerakan lengan dan wajah. Kerusakan pada kedua bagian lobus frontal, yaitu

bagian kiri dan kanan menyebabkan adanya gangguan dalam menganalisis gerakan-

gerakan wajah, karena lobus frontal juga berpengaruh terhadap pengendalian gerakan-

gerakan wajah.

c) Voluntary Gaze - Kesulitan pasien dengan luka frontal dijumpai dalam tugas visual dan

tugas pencarian menunjukkan pentingnya korteks frontal untuk aspek-aspek tertentu

dari kontrol okulomotoris. Studi oleh Guitton dan rekan memiliki efek lokal di bidang

frontal, tetapi kemungkinan bahwa defisit paling parah dalam melaksanakan tugas-

tugas seperti diasosiasikan dengan kerusakan pada bidang-bidang tersebut.

d) Corollary Discharge - Teuber mengusulkan bahwa harus ada sinyal atau tanda, untuk

menghasilkan gerakan dan juga sinyal yang menandakan bahwa suatu gerakan akan

terjadi. Teuber berpendapat bahwa gerakan yang sengaja dilakukan melibatkan dua set

sinyal lebih dari satu. Ada perintah gerakan, melalui sistem motorik untuk efek gerakan,

dan ada corollary discharge dari asosiasi korteks lobus frontal parietal dan temporal

yang mengatur system sensori untuk mengantisipasi tindakan motorik. Jadi, sistem

sensorik seseorang dapat menginterpretasikan perubahan dalam dunia eksternal dalam

hal informasi tentang dirinya atau gerakannya.

e) Speech - Ada dua area berbicara di lobus frontal: Area Broca, yang dia anggap sebagai

perpanjangan dari area lateral premotor dan area pelengkap berbicara,seperti yang telah

dibahas diatas. Sebaliknya, area berbicara tambahan diperlukan untuk mengambil kata-
kata tanpa isyarat eksternal, yang juga konsistent dengan fungsi umum area motorik

tambahan.

2. Loss of different thinking: Salah satu akibat dari luka yang ada pada lobus frontal adalah

berkurangnya kemampuan dalam melakukan divergent thinking. Beberapa hal yang

mendukung pernyataan tersebut adalah:

a) Behavioral Spontanity: Seseorang yang mengalami luka pada lobus frontal

(baik bagian kiri maupun kanannya) kehilangan spontanitas dalam berbicara

serta kesulitan dalam mengeluarkan kata atau frase yang tepat.

b) Strategy Formation: Seseorang dengan luka pada lobus frontal mengalami

kesulitan untuk melakukan rencana atau strategi kognitif untuk menyelesaikan

masalah.

3. Lemahnya Respon terhadap Hambatan dan Tingkah laku yang tidak fleksibel. - Sifat

yang paling umum yang dapat diamati dari seorang pasien lobus forntal adalah mereka

memiliki kesulitan dalam menggunakn informasi (umpan balik) dari isyarat yang ada di

lingkungannya untuk meregulasi atau merubah perilaku mereka.

4. Response Inhibition : Pasien dengan luka pada lobus frontalis konsisten mengulang

respon setelah penghentian stimulus asli dalam respon pada berbagai situasi tes, khusunya

ketika ada perubahan tuntutan.

5. Risk Taking and Rule Baking : Lobus frontal pasien dibedakan dari pasien lainnya dari

kegagalan mereka untuk mematuhi instruksi tugas. Subjek dengan luka pada lobus frontal

cenderung mengabaikan sinyal, sehingga terus jalan pada jalan yang salah dan membuat

lebih banyak kesalahan.


6. Associative Learning : Banyak yang mengklaim bahwa pasien dengan luka besar pada

lobus frontal tidak bisa meregulasi perilaku mereka dalam merespon internal stimuli.

a) Poor temporal memory - Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jacobsen,

menunjukkan pentingnya peran frontal cortex dalam beberapa jenis dari proses

memori jangka pendek, dan beberapa bagian dari korteks prefrontal berhubungan

dengan penyimpanan jenis-jenis informasi yang berbeda. Corsi merancang suatu

penelitian tentang memori mengenai urutan hal-hal yang sudah terjadi, atau biasa

disebut recency memory. Penelitian ini mengindikasikan lobus frontal kanan

penting untuk recency memori nonverbal atau bergambar, sedangkan lobus frontal

kiri penting untuk verbal recency.

b) Impaired social and sexual behavior - Perilaku sosial dan seksual keduanya

membutuhkan tanggapan yang fleksibel yang sangat tergantung pada isyarat yang

kontekstual, karena itu luka pada lobus frontal akan mengganggu kedua perilaku

tersebut. Dari observasi pada beberapa pasien, ada dua perubahan kepribadian,

yaitu pseudepression dan pseudopsycopathy. Penderita pseudepression

menunjukan symptom seperti apatis dan tidak peduli, kehilangan inisiatif,

penurunan minat seksual, sedikit emosi berlebihan, dan sedikit atau tidak ada sama

sekali verbal output. Penderita pseudopsychopathy menunjukan perilaku yang

kekanakan, kurangnya taktis dan pengendalian, bahasa kasar, perilaku seksual yang

kacau, meningkatnya aktivitas motorik, dan kurangnya keterampilan sosialnya .


DAFTAR PUSTAKA

Cummings JL, Miller BL . The human Frontal Lobe ; function and disorder 3rd ed.

New York : The Guilford Press : 2017.

Waxman SG. Correlative neuroanatomy.27 ed.New York: Lange Med. Publ: 2013 p

195-200

Pirau, Letitia, Forshing Lui. 2018. Frontal Lobe Syndrome

Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.

H.119-22

Nuraini A, Ilmi P, Rininta DR, Megariana, Triasari et al. Lobus Frontalis. [Paper]. 2013

Nelson SL. 2018. Frontal Lobe Syndromes Clinical Presentation.

www.emedicine.medscape.com

Parkin I, Logan B M, McCarthy M J. Core Anatomy Illustrated. Hodder Arnold; 2007. H.

26-27.

Crossman A R, Neary D Neuroanatomy – Buku Ajar Ilustrasi Berwarna, 5th Edition.

Churchill Livingstone ;2014

Snell Klinik Ed.9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGG; 2012.

Neuropsychiatry and behavioural neuroscience. Ch.9 Frontal lobe dysfunction. P. 128-45

Fuster MJ. Frontal lobe and cognitive development. Journal of Neurocytology ; 2002. 31:

373-85

Anda mungkin juga menyukai