LOBUS FRONTAL
Pembimbing :
dr. Perwitasari Bustomi, Sp.S
Disusun oleh :
ANNISA APRILIA ATHIRA
1102014029
Otak manusia terletak di dalam tengkorak dan dikelilingi oleh lapisan meningeal dan
cairan serebrospinal. Lapisan meningeal terdiri dari tiga lapisan, lapisan yang paling tipis
adalah piamater, menutupi keseluruhan otak hingga mengikuti bentuk lekukan fisura. Lapisan
arachnoid meliputi otak tetapi tidak mengikuti lekukan fisura. Lapisan duramater adalah
lapisan paling luar yang melindungi otak. Sedangkan, cairan serebrospinal akan mengisi ruang
antara lapisan piamater dan arachnoid, menciptakan tempat seperti sebuah kasur apung untuk
otak.
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun
neuron. Otak terbagi menjadi dua bagian besar yang disebut hemisfer, kanan dan kiri. Alur
yang membagi kedua hemisfer disebut fisura longitudinal. Setiap hemisfer memiliki ventrikel
yang memanjang dari lobus parietal, frontal, occipital, dan temporal. Lateral ventrikel ini
berkoordinasi dengan ventrikel ketiga yang berada di antara kedua hemisfer. Dari ventrikel
Sulkus dan girus yang berada di permukaan hemisfer serebri akan membagi hemisfer
serebri menjadi lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Fisura
lateral nantinya akan memisahkan lobus temporalis di atas dari lobus frontalis dan lobus
temporalis di atasnya. Di dasar fisura lateral terdapat area korteks yang dikenal sebagai insula
dan lobus frontalis, lobus parietalis, dan lobus temporalis yang menutupinya disebut sebagai
operkulum.
Lobus frontal terdiri dari 14 area yaitu area granular (4,6,24,25,32), area disgranular
(8,44,45) dan area granular (9,10,11,12,46,47). Korteks frontal dapat dibedakan menjadi dua
domain fungsional yang besar yaitu korteks motorik dan korteks prefrontal (asosiasi). Korteks
motorik berada di depan sulkus sentralis dan meluas sepanjang permukaan medial hemisfer.
Korteks prefrontal menempati regio yang luas yang berada di rostral korteks motorik
presentralis. Korteks motorik dibedakan menjadi korteks motorik primer (M1) dan korteks
Tepat di anterior dan sejajar dengan sulkus sentralis terletak girus presentalis yang
dikenal sebagai korteks motorik primer. Area ini berfungsi sesuai brodmann 4. Fungsinya
Area tepat di anterior korteks motorik primer dikenal sebagai kortek premotorik (area
brodmann 6). Area ini berfungsi dalam pemrogaman dan persiapan gerakan serta pengendalian
sikap (postur). Area ini termasuk bagian posterior dari girus frontalis superior, medius dan
inferior. Korteks premotorik menimbulkan aksinya sebagian melalui korteks motorik primer
yang dihubungkan oleh serabut-serabut asosiasi dan sebagian lagi oleh serabut-serabut
kortikospinal dan kortikobulbar. Pada permukaan medial hemisfer korteks premotorik terdapat
daerah korteks motorik suplementer. Korteks ini akan merepresentasi somatotopik tubuh
mengendalikan deviasi konjugata volunter mata yang terjadi ketika memindai lapangan
Pada girus frontalis inferior hemisfer dominan terletak area bicara motorik yang biasa
dikenal sebagai area broca (area brodmann 44 dan 45). Area ini mempunyai interkoneksi
Daerah luas korteks lobus frontalis yang berada di bawah area premotorik disebut
korteks prefrontalis. Korteks ini mempunyai hubungan luas dengan korteks parietalis,
temporalis, dan oksipitalis melalui serabut-serabut saraf asosiasi panjang di substansia alba
subkortikal. Aferen subkortikal terutama berasal dari nukleus mediodorsalis dan anterior
talamus. Korteks ini mempunya fungsi yang berhubungan dengan kognitif, seperti kemampuan
Lobus frontalis mendapat suplai darah melalui dua pasang pembuluh darah besar, yaitu
arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Darah kapiler yang memasuki vena meninggalkan
otak melalui vena interna dan eksterna yang mengalir ke dalam sinus duralis besar. Dari sinus,
darah kembali ke jantung melalui vena jugularis interna, vena anonima, dan vena kava superior.
Sejumlah kecil darah meninggalkan serebrum melalui pleksus venosus dari kanalis spinalis dan
vena emisarius.
Daerah luas korteks lobus frontalis yang berada di bawah area premotorik disebut
korteks prefrontalis. Korteks ini mempunyai hubungan luas dengan korteks parietalis,
temporalis, dan oksipitalis melalui serabut-serabut saraf asosiasi panjang di substansia alba
subkortikal. Aferen subkortikal terutama berasal dari nukleus mediodorsalis dan anterior
talamus. Korteks ini mempunya fungsi yang berhubungan dengan kognitif, seperti kemampuan
intelektual, pertimbangan, dan prediksi, serta perencanaan perilaku. Korteks prefrontalis dibagi
menjadi:
Korteks prefrontal dorsolateral penting untuk "kognitif" dan ‘fungsi eksekutif’ seperti
working memory (misalnya, mengingat nomor telepon yang baru saja dikatakan sebelum
Lobus frontalis yang terletak di korteks bagian depan bertanggung jawab terhadap tiga
fungsi utama, yaitu aktivitas motorik volunter, kemampuan berbicara, elaborasi pikiran.
Daerah di lobus frontalis belakang tepat di depan sulkus sentralis dan dekat dengan korteks
somatosensorik adalah korteks motorik primer. Daerah ini memberi kontrol volunter atas
gerakan yang dihasilkan otot-otot rangka. Seperti pada pengolahan sensorik, korteks motorik
di tiap-tiap sisi otak terutama mengontrol otot di sisi tubuh yang berlawanan. Jaras-jaras saraf
yang berasal dari korteks motorik hemisfer kiri menyebrang (menyilang) sebelum turun ke
korda spinalis untuk berakhir di neuron-neuron motorik eferen yang mencetuskan kontraksi
otot rangka di sisi kanan tubuh. Dengan demikian, kerusakan di korteks motorik di sisi kiri
otak akan menimbulkan paralisis di sisi kanan tubuh dan demikian sebaliknya.
timbulnya gerakan di bagian-bagian tubuh yang berbeda. Seperti homunkulus sensorik untuk
korteks somatosensorik, homunkulus motorik yang melukiskan lokasi dan jumlah relatif
korteks motorik yang diabdikan sebagai keluaran ke otot-otot tiap bagian tubuh, juga terbalik
dan mengalami distorsi. Jari tangan, ibu jari tangan, dan otot-otot yang penting untuk berbicara,
terutama otot-otot lidah dan bibir, digambarkan secara berlebihan yang mencerminkan kontrol
motorik halus atas bagian-bagian tubuh ini. Bandingkan ini dengan seberapa kecil jaringan otak
yang mengontrol badan, lengan, dan ekstremitas bawah, yang tidak mampu melakukan gerakan
kompleks. Dengan demikian, luas representasi di korteks motorik sebanding dengan presisi
dan kompleksitas keterampilan motorik yang diperlukan oleh bagian yang bersangkutan.
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi kompleks dengan kata-kata yang secara tertulis
atau lisan melambangkan benda dan menyanpaikan gagasan. Bahasa melibatkan integrasi dua
kemampuan terpisah yaitu ekspresi dan pemahaman masing-masing berkaitan dengan daerah
tertentu di korteks. Daerah primer spesialisasi kortikal untuk bahasa adalah daerah Broca dan
daerah Wernicke.
Daerah Broca yang bertanggung jawab untuk kemampuan berbicara, terletak di lobus
frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang mengontrol otot-otot yang
penting untuk artikulasi. Sedangkan daerah wernicke terletak di korteks kiri pada pertemuan
baik pemahaman bahasa tertulis maupun lisan. Selain itu daerah ini bertanggung jawab untuk
memformulasikan pola pembicaraan koheren yang disalurkan melalui seberkas serat ke daerah
kerusakan di daerah tertentu di otak dapat menyebabkan gangguan bahasa selektif. Kerusakan
daerah Broca menyebabkan kegagalan pembentukan kata, walaupun pasien masih dapat
mengerti kata lisan dan tertulis. Para individu tersebut mengetahui apa yang hendak mereka
katakan, tetapi tidak mampu mengekspresikan diri mereka. Walaupun mereka dapat
menggerakkan bibir dan lidah, mereka tidak dapat melakukan perintah motorik yang benar
Korteks Asosiasi Prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat di anterior
korteks motorik. Peran yang diperkirakan berkaitan dengan daerah ini adalah perencanaan
bermacam-macam pilihan untuk berbagai situasi sosial atau fisik dan sifat-sifat kepribadian.
Stimulasi daerah ini tidak menimbulkan efek yang dapat diamati, tetapi defisit di daerah ini
gerakan, menerima proyeksi, dan berhubungan area motorik untuk menggerakkan anggota
tubuh, menerima proyeksi untuk gerakan mata dan mengirimnya pada area yang akan
menerima input utama dari posterior parietal area dan sulkus superior temporal. Area lainnya
berfungsi untuk menerima proyeksi dari lobus temporal dari area auditory dan visual.
Fungsi luhur dan juga yang paling umum dari prefrontal korteks adalah pengaturan
temporal terhadap tujuan biologis dan kognitif. Ini merupakan esensi dari pengaturan
prefrontal korteks dengan pengaturan umum dari semua bentuk aksi (pergerakan somatik,
pergerakan bola mata, perilaku emosional, penampilan intelektual, bicara, dsb). Prefrontal
alasan. Hal yang baru dan kerumitan dari aksi-aksi tersebut yang ditentukan oleh prefrontal
korteks atau dikenal juga dengan “organ kreatifitas”. Lebih jauh lagi, peran dari prefrontal
korteks menentukan alternatif dalam membuat keputusan dan dalam mengeksekusi aksi-aksi
terstruktur adalah alasan juga mengapa korteks ini disebut “eksekutif sentral”
dapat diakses dan mengakses secara sekaligus semua informasi sensorik, motorik, dan
Pengaturan sementara dari perilaku adalah fungsi utama dari lobus frontalis. Jika
korteks motorik memfasilitasi mekanisme eksekusi dari pergerakan individual maka premotor
cortex memilih pergerakan mana yang akan dieksekusi. Passingham mengusulkan bahwa
bagian premotor berfungsi untuk memilih perilaku dalam merespon tanda dari eksternal dan
gerakan terhadap stimulus langsung (stimulus-directed movement), dan area 8A bertugas untuk
gerakan yang distimulasi oleh drive internal (internally driven movements). Korteks motorik
bertugas untuk membuat pergerakan. Korteks premotor bertugas untuk memilih pergerakan.
Maka korteks prefrontal bertugas untuk mengontrol proses kognitif agar pergerakan yang tepat
Korteks motorik mengarahkan neuron motorik spinal untuk mengontrol anggota gerak,
tangan, kaki, dan pergerakan jari dan untuk menyesuaikan neuron motorik nervus kranialis
untuk mengontrol pergerakan fasial. Serta mengarahkan struktur motorik lainnya seperti
ganglia basalis dan nukleus. Area premotor dapat mempengaruhi pergerakan secara langsung
melalui proyeksi kortikospinal atau secara tidak langsung melalui proyeksi ke korteks motorik.
Daerah premotorik juga melalui proyeksi dari area parietal posterior, PE dan PF. Maka, daerah
Lapangan pandang mata (area 8 dan 8A) menerima proyeksi dari daerah yang
mengontrol pergerakan mata dan mengirim proyeksi ke daerah ini. maka, daerah ini menerima
input visual dari daerah parietal posterior PG dan kolikulus superior. Semua area premotor
prefrontal ini memiliki peran dalam mengontrol anggota gerak dan mata.
Lobus frontal adalah satu-satunya area anatomis dengan informasi yang memadai untuk
membentuk pandangan global seseorang, lingkungan dan sejarah dari satu individu. Bagian ini
ditentukan untuk menunda respon tindakan dan membentuk sebuah respon berdasarkan kajian
dari masa lalu dan tujuan dari dari respon tersebut. Bagian dorsolateral korteks prefrontal juga
memiliki koneksi aferen yang luas, memiliki hubungan timbal balik yang luas dengan beberapa
hubungan pertama dari sirkuit dorsolateral prefrontal-subkortikal yang terdiri dari konveksitas
frontal, nucleus kaudatus, globus pallidus dan substansia nigra dan nucleus dorsomedial dari
thalamus. Korteks orbitofrontal menerima proyeksi dari lobus temporal melalui fasciculus
Terdapat lima sirkuit yang diketahui , yaitu : sirkuit motorik pada area motorik, sirkuit
okulomotor pada lapangan penglihatan frontal, dan tiga sirkuit pada daerah kortek pre frontal
; yaitu sirkuit dorsolateral pre frontal, sirkuit orbitofrontal pre frontal, serta cingulatum
anterior.
Setiap sirkuit mempunyai serabut proyeksi ke struktur striata (nucleus caudatus,
putamen, dan striatum anterior), dan dari striata berhubungan ke globus pallidus dan substansia
Sirkuit dorsolateral dimulai dari korteks pre frontal dorsolateral nucleus kaudatus
anteroventral regio dorsolateral pre frontal. Kerusakan pada sirkuit ini menyebabkan
program gerakan motor, gangguan kelancaran verbal dan non verbal, gangguan untuk
menyusun kembali bentukyang kompleks. Sirkuit ini menerima inpuls dari serabut afferent
area prefrontal 4,6 dan area parietal 7a yang berperan dalam proses penglihatan. Serabut aferen
dari sistim limbic diterima melalui proyeksi dopamine dari substansia nigra.
kortek orbitolateral. Kerusakan pada sirkuit ini menyebabkan gangguan disinhibisi, berupa
gangguan perilaku berupa mudah, emosi yang labil dan obsesif kompulsif. Sirkuit ini
menerima serabut aferen dari area temporal 22 dan orbito frontal 12 yang terdiri dari bagian
Sirkuit cingulatum anterior dimulai dari kortek cingulatum anterior nucleus akumbens
Kerusakan pada sirkuit ini ditandai dengan apati, penurunan kemauan dan tidak adanya emosi.
Sirkuit ini menerima serabut afferent hipokampus, area enttorhinal 28 dan area perirhinal 35.
Sindroma lobus frontalis adalah suatu perubahan pola perilaku, emosi dan personality
yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan . Kejadian yang dapat menyebabkan sindroma
ini diantaranya adalah cedera kepala, sindroma vascular, tumor, dementia frontotemporal, dan
Setiap bagian lobus frontalis dibagi menjadi 3 daerah, yaitu kortek motor primer , kortek
premotor dan kortek prefrontal. Kortek motor primer terutama untuk gerakan gerakan
voluntary . Kerusakan pda daerah ini akan menyebabkan kelumpuhan pada sisi tubuh yang
berlawanan . Kortek premotor berhubungan dengan kortek motor primer dan penting untuk
integrasi dan program program gerakan yang berurutan . Kortek pre frontal dibagi menjadi 3
regio yaitu , region orbito-frontal ( anterior lobus frontal ) , region dorsolateral, serta cingulum
anterior .
Sindrom yang terjadi karena kerusakan pada area prefrontal dibagi menjadi 3 area, yaitu
dorsolateral prefrontal cortex, ventrolateral prefrontal cortex, dan orbitofrontal cortex. Masing-
Gangguan pada area ini dapat disebabkan oleh penyakit, trauma, tumor, atau vascular
strategi, dan fungsi eksekutif. Adapula sindrom yang dapat muncul adalah :
Apathy
Abulia
Dysexecutive Syndrome
Prefrontal Aphasia, yaitu language disorder yang disebabkan kerusakan pada bagian
left prefrontal
Gangguan pada area ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti penyakit tumor, dan
Defective Self-monitoring
Akinetic Mutism
Neurovegetative Deteriorentation
3. Orbitofrontal Cortex
Gangguan pada area ini dapat disebabkan oleh penyakit seperti tumor dan aneurysms
Orbirofrontal Hypermotility
Poor Judgement
Disinhibition
Emotional Lability
Berdasarkan patofisologi kerusakan yang terjadi pada lobus frontalis di atas di dapati
gejala-gejala yang muncul secara motoric maupun perubahan perilaku akibat kerusakan lobus
baik, disebabkan oleh adanya kehilangan proyeksi langsung dari kortikospinal ke motor
neuron.
gerakan-gerakan lengan dan wajah. Kerusakan pada kedua bagian lobus frontal, yaitu
bagian kiri dan kanan menyebabkan adanya gangguan dalam menganalisis gerakan-
gerakan wajah, karena lobus frontal juga berpengaruh terhadap pengendalian gerakan-
gerakan wajah.
c) Voluntary Gaze - Kesulitan pasien dengan luka frontal dijumpai dalam tugas visual dan
dari kontrol okulomotoris. Studi oleh Guitton dan rekan memiliki efek lokal di bidang
frontal, tetapi kemungkinan bahwa defisit paling parah dalam melaksanakan tugas-
d) Corollary Discharge - Teuber mengusulkan bahwa harus ada sinyal atau tanda, untuk
menghasilkan gerakan dan juga sinyal yang menandakan bahwa suatu gerakan akan
terjadi. Teuber berpendapat bahwa gerakan yang sengaja dilakukan melibatkan dua set
sinyal lebih dari satu. Ada perintah gerakan, melalui sistem motorik untuk efek gerakan,
dan ada corollary discharge dari asosiasi korteks lobus frontal parietal dan temporal
yang mengatur system sensori untuk mengantisipasi tindakan motorik. Jadi, sistem
e) Speech - Ada dua area berbicara di lobus frontal: Area Broca, yang dia anggap sebagai
perpanjangan dari area lateral premotor dan area pelengkap berbicara,seperti yang telah
dibahas diatas. Sebaliknya, area berbicara tambahan diperlukan untuk mengambil kata-
kata tanpa isyarat eksternal, yang juga konsistent dengan fungsi umum area motorik
tambahan.
2. Loss of different thinking: Salah satu akibat dari luka yang ada pada lobus frontal adalah
masalah.
3. Lemahnya Respon terhadap Hambatan dan Tingkah laku yang tidak fleksibel. - Sifat
yang paling umum yang dapat diamati dari seorang pasien lobus forntal adalah mereka
memiliki kesulitan dalam menggunakn informasi (umpan balik) dari isyarat yang ada di
4. Response Inhibition : Pasien dengan luka pada lobus frontalis konsisten mengulang
respon setelah penghentian stimulus asli dalam respon pada berbagai situasi tes, khusunya
5. Risk Taking and Rule Baking : Lobus frontal pasien dibedakan dari pasien lainnya dari
kegagalan mereka untuk mematuhi instruksi tugas. Subjek dengan luka pada lobus frontal
cenderung mengabaikan sinyal, sehingga terus jalan pada jalan yang salah dan membuat
lobus frontal tidak bisa meregulasi perilaku mereka dalam merespon internal stimuli.
menunjukkan pentingnya peran frontal cortex dalam beberapa jenis dari proses
memori jangka pendek, dan beberapa bagian dari korteks prefrontal berhubungan
penelitian tentang memori mengenai urutan hal-hal yang sudah terjadi, atau biasa
penting untuk recency memori nonverbal atau bergambar, sedangkan lobus frontal
b) Impaired social and sexual behavior - Perilaku sosial dan seksual keduanya
membutuhkan tanggapan yang fleksibel yang sangat tergantung pada isyarat yang
kontekstual, karena itu luka pada lobus frontal akan mengganggu kedua perilaku
tersebut. Dari observasi pada beberapa pasien, ada dua perubahan kepribadian,
penurunan minat seksual, sedikit emosi berlebihan, dan sedikit atau tidak ada sama
kekanakan, kurangnya taktis dan pengendalian, bahasa kasar, perilaku seksual yang
Cummings JL, Miller BL . The human Frontal Lobe ; function and disorder 3rd ed.
Waxman SG. Correlative neuroanatomy.27 ed.New York: Lange Med. Publ: 2013 p
195-200
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.
H.119-22
Nuraini A, Ilmi P, Rininta DR, Megariana, Triasari et al. Lobus Frontalis. [Paper]. 2013
www.emedicine.medscape.com
26-27.
Fuster MJ. Frontal lobe and cognitive development. Journal of Neurocytology ; 2002. 31:
373-85