Anda di halaman 1dari 7

Fitri,

RF | Tumor Medula Spinalis Intadural Extramedula


Tumor Medula Spinalis Intadural Extramedula


Resti Fratiwi Fitri


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal dimulai dari daerah servikal hingga sakral. Jumlah penderita tumor
medula spinalis di Indonesia belum diketahui secara pasti. Jumlah penderita pria hampir sama dengan wanita dengan
sebaran usia antara 30 hingga 50 tahun. Pasien adalah Ny. D, perempuan, usia 34 tahun datang dengan keluhan lengan dan
tungkai kanan tidak dapat digerakkan dan mati rasa sejak 1 bulan yang lalu. Kelemahan anggota gerak dimulai dari lengan
kiri lalu ke lengan kanan sampai ke kedua tungkai. Pemeriksaan fisik ditemukan tetraparese dan penurunan sensibilitas
pada keempat anggota gerak. Fungsi saraf otonom pasien terganggu. Pasien didiagnosa mengalami tetraparese,
incontinensia urin, tumor medula spinalis servikal 1, diagnosa topis yaitu lesi pada medula spinalis setinggi C1 dengan
etiologi neoplasma. Penatalaksanaan pasien berupa terapi suportif.

Kata kunci: deksametason, tetraparese, tumor medula spinalis

Extramedula Intadural Spine Tumor



Abstract
Spinal cord tumor is a tumor in the spinal region from the first cervical to the sacral area. Number of patients with spinal
cord tumors in Indonesia is not yet known with certainty. The number of male patients is similar to the distribution of
women between 30 to 50 years. Patient is Mrs. D, female, 34 years old came with arm and right leg could not move and
numbness from one month ago. Limb weakness was starting from the left arm to the right arm, forwarded to both legs.
Physical examination found tetraparese and decreased of sensibility in four limbs. Patients with impaired autonomic nerve
function. Patients diagnosed with tetraparese, incontinensia urine, and cervical spinal cord tumor. Lesions in the spinal cord
as high as C1 caused by neoplastic. Suportive treatment had choosen for her treatment.

Keywords: dexametasonem, spinal cord tumor, tetraparese,

Korespondensi: Resti Fratiwi Fitri, alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, e-mail restifratiwifitri@gmail.com

Pendahuluan
Tumor medula spinalis adalah tumor di
daerah spinal dimulai dari daerah servikal
pertama hingga sakral. Dibedakan menjadi
tumor primer dan sekunder. Tumor primer
bersifat; 1) jinak berasal dari tulang berupa
osteoma dan kondroma, serabut saraf berupa
schwannoma,
selaput
otak
berupa
meningioma, dan jaringan otak berupa glioma,
ependimoma. 2) ganas berasal dari jaringan
saraf berupa astrocytoma, neuroblastoma dan
sel muda berupa kordoma. Tumor sekunder
merupakan anak sebar atau metastase dari
tumor ganas di daerah rongga dada, perut,
pelvis dan tumor payudara.1
Jumlah penderita tumor medula
spinalis di Indonesia belum diketahui secara
pasti. Jumah kasus tumor medula spinalis di
Amerika Serikat mencapai 15% dari total
jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf
pusat dengan perkiraan insidensi sekitar 0,52,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun.
Jumlah penderita pria hampir sama dengan
wanita dengan sebaran usia antara 30 hingga

50 tahun. Penyebaran 25% tumor terletak di


segmen servikal, 55% di segmen thorakal dan
20% terletak di segmen lumbosakral. 2,3,4

Kasus
Pasien adalah Ny. D, wanita, 34 tahun
dengan keluhan lengan dan tungkai kanan
tidak dapat digerakkan dan mati rasa sejak
lebih kurang 1 bulan yang lalu. Selain itu,
lengan dan tungkai kiri juga dirasakan
melemah dan mati rasa.
Punggung pasien terasa seperti
terbakar, dan leher terasa kaku. Kelemahan
anggota gerak dimulai dari lengan kiri lalu ke
lengan kanan, diteruskan ke kedua tungkai.
Pasien mempunyai riwayat penyakit darah
tinggi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampak sakit sedang.
Pemeriksaan motorik ekstremitas superior
ditemukan tetraparese dengan kekuatan otot
ekstremitas superior 2/5, ekstremitas inferior
0/1. Tonus otot normal, tidak ditemukan
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 161

Fitri, RF | Tumor Medula Spinalis Intadural Extramedula


adanya klonus dan atrofi. Refleks fisiologis


pada bisep, trisep, patella dan achiles
meningkat. Reflek patologi tidak ditemukan.
Pemeriksaan sensibilitas eksteroseptif tidak
didapatkan rasa raba halus (thigmanesthesia)
dan kurang merasa suhu panas atau dingin
(hypesthesia) setinggi C1-C2. Tes tunjuk
hidung dengan lengan kanan menunjukkan
adanya gangguan. Pronasi dan supinasi
menggunakan tangan kanan tidak dapat
dilakukan. Fungsi luhur dalam batas normal.
Terhadap pasien telah dilakukan
pemeriksaan CT-Scan kepala kesan tidak
tampak kelainan (Gambar 1).
Pemeriksaan MRI tulang belakang
didapatkan kesimpulan Sugestif SOL solid
intadural-ekstramedulla yang meluas ke
ekstradural, diagnosis banding Schwannoma
dan Meningioma (Gambar 2).
Diagnosa klinis pada pasien adalah
tetraparese, inkontinensia urin, tumor medula
spinalis servikal 1, diagnosa topis terdapat lesi
pada medula spinalis setinggi C1 dengan

etiologi neoplasma. Pada pasien direncanakan


untuk operasi.

Gambar 1. CT-Scan Kepala


Pembahasan
Anamnesis didasarkan pada penemuan
klinis yaitu dengan cara menanyakan gejala
defisit neurologis baik saraf kranial maupun
saraf otonom, fungsi motorik dan sensorik
serta
tanda-tanda
peningkatan
TIK.
Pertanyaan ini dilengkapi dengan onset dan
progresifitas. Gejala yang timbul menunjukkan
lokasi massa. Rasa panas, kesemutan dan
terbakar

Gambar 2. MRI Tulang belakang 14 Juli 2014. Tanda panah menunjukkan lesi menekan radiks spinalis
segmen C1 dan menyebabkan stenosis foramen magnum dan canalis spinalis di daerah tersebut

merupakan lesi khas pada kelainan medulla


spinalis. 5,6,7
Pada
anamnesis
didapatkan
keluhan/gejala defisit neurologik terjadi
secara bertahap dan dirasakan oleh pasien
sejak lebih kurang 7 bulan yang lalu dan

terjadi secara bertahap. Keluhan berupa otot


yang terasa melemah, kesemutan, dan panas
seperti terbakar yang dimulai dari lengan kiri,
ke lengan kanan, lalu ke leher dan kepala dan
terakhir kedua tungkai secara bersamaan.
Timbul tanda dan gejala sesuai dengan lokasi
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 162

Fitri, RF | Tumor Medula Spinalis Intadural Extramedula


massa berada. Kelumpuhan terjadi pada


lengan dan tungkai.
Lumpuh pada empat ekstremitas
menunjukkan terdapat lesi di bagian medula
spinalis atas yang mensuplai saraf untuk
semua organ. Organ paling atas yang
mengalami keluhan adalah kulit kepala. Kulit
kepala mendapatkan suplai saraf dari
vertebrae servikal ke-2. Kemungkinan massa
tumor berada ditingkat vertebrae servikal ke-2
atau di atas nya. 7,8,9,10
Sensasi abnormal atau kehilangan
sensasi pada ekstremitas, seperti sensasi
dingin di lengan, tungkai atau di area lain
merupakan gangguan sensorik. Gangguan
sensorik terjadi karena penekanan pada saraf
sensorik yang menyuplai persarafan pada
organ tertentu, dalam hal ini adalah anggota
gerak, dada, perut dan punggung. Batas
abnormal sensasi sensorik adalah setinggi
vertebrae paling atas yang mengalami
penekanan oleh tumor. Rasa nyeri di
punggung yang makin bertambah buruk

apabila batuk, bersin atau saat meregangkan


otot dan dipengaruhi suhu serta inkontinensia
alvi dan urin merupakan manifestasi gangguan
saraf otonom.7,9
Gangguan saraf otonom terjadi karena
medula spinalis merupakan pusat saraf
otonom, yaitu parasimpatis dan simpatis.2,11,12
Pada kasus ini gangguan parasimpatis
menonjol yaitu inkotinensia urin. Kelemahan
otot terutama pada kaki dan progresif.
Kontraksi otot seperti fasikulasi atau spasme.
Pemeriksaan fisik ditemukan reflek
abnormal yaitu hiperrefleksia, peningkatan
tonus otot, kehilangan rasa nyeri, kehilangan
rasa sensasi suhu, kelemahan otot, rasa kaku
dan nyeri pada tulang belakang. Pada tes rasa
raba ditemukan perbedaan rasa raba pada
leher ketika menggunakan kapas. Perbedaan
rasa raba berada pada ketinggian 2 cm di atas
tiroid, yaitu pada dermatome setinggi C1.
Berikut adalah tabel tentang tanda
dan gejala tumor medula spinalis berdasarkan
lokasi lesi (Tabel 1).


Tabel 1. Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis

1,6,11,12,13,14,15

Lokasi

Tanda dan Gejala

Foramen
Magnum

Asimptopmatis. Gejala awal adalah nyeri servikalis posterior disertai hiperestesia pada
dermatom vertebra servikalis kedua (C2). Peningkatan tekanan intra kranial akibat
aktivitas (contoh; batuk, mengedan, mengangkat barang, atau bersin) dapat
memperburuk nyeri. Gejala tambahan adalah gangguan sensorik dan motorik pada
tangan. Perluasan tumor menyebabkan kuadriplegia spastik dan hilangnya sensasi secara
bermakna. Gejala-gejala lainnya adalah pusing, disartria, disfagia, nistagmus, kesulitan
bernafas, mual dan muntah, serta atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup hiperrefleksia, rigiditas
nuchal, gaya berjalan spastik, palsi N.IX hingga N.XI, dan kelemahan ekstremitas.

Servikal

Tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi radikular dengan keterlibatan bahu dan
lengan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas (misal, diatas C4) disebabkan
oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melalui arteria spinalis anterior. Pada
umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan. Tumor servikalis yang
lebih rendah (C5, C6, C7) menyebabkan refleks tendon ekstremitas atas (biseps,
brakioradialis, triseps) menjadi hilang. Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial
lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk
pada lesi C7, dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.

Torakal

Kelemahan spastik yang timbul perlahan pada ekstremitas bagian bawah kemudian
mengalami parestesia. Nyeri, perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan abdomen.
Pada lesi torakal bagian bawah, refleks perut bagian bawah dan tanda Beevor (umbilikus
menonjol apabila penderita pada posisi telentang mengangkat kepala melawan suatu
tahanan) dapat menghilang.

Lumbosakral

Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas menghilangkan refleks kremaster dan
menyebabkan kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah. Refleks lutut,
refleks pergelangan kaki dan tanda Babinski bilateral dapat menghilang. Nyeri dialihkan
keselangkangan. Lesi yang melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral
bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki, serta
kehilangan refleks pergelangan kaki. Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia yang
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 163

Fitri, RF | Tumor Medula Spinalis Intadural Extramedula


disertai gangguan kontrol usus dan kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang
mengenai daerah sakral bagian bawah.
Kauda Ekuina

Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tanda-tanda khas lainnya adalah
nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkai.
Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang terkena dan terkadang asimetris.

Berdasarkan hasil pemeriksaan MRI


didapatkan SOL solid intadural-ekstramedulla
yang meluas ke ekstradural, ec. DD
Schwannoma/ Meningioma.
Berdasarkan lokasinya, tumor medula

spinalis dapat dibagi menjadi dua kelompok,


yaitu tumor intradural dan ekstradural. Tumor
intradural dibagi menjadi tumor intramedular
dan
ekstramedular (Gambar 4).1,2

Gambar 4. (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-ekstramedular, dan (C) Tumor

1,2

Ekstradural


Berdasarkan asal dan sifat sel tumor,
tumor medula spinalis dibedakan menjadi
tumor primer dan tumor sekunder. Tumor
primer dibagi menjadi tumor bersifat jinak dan
tumor bersifat ganas, sementara tumor
sekunder selalu bersifat ganas karena
merupakan metastasis dari proses keganasan

di tempat lain seperti pada kanker paruparu, payudara, kelenjar prostat, ginjal,
kelenjar tiroid atau limfoma. Tumor primer
yang bersifat ganas adalah astrositoma,
neuroblastoma dan kordoma, sedangkan yang
bersifat jinak adalah neurinoma dan glioma.

Penatalaksanaan tumor medula spinalis


sesuai Standar Kompetensi Dokter Indonesia,
dokter praktek umum dituntut untuk bisa
mencapai kompetensi 2, yaitu mendiagnosis

dan merujuk. Lulusan dokter mampu


membuat diagnosis klinik terhadap penyakit
tersebut dan menentukan rujukan yang paling
tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.

1,2,6,11

Tabel 2. Tumor Medula Spinalis Berdasarkan Gambaran Histologisnya


Ekstra dural
Intradural ekstramedular
Intradural intramedular
Chondroblastoma
Ependymoma, tipe myxopapillary
Astrocytoma
Chondroma
Epidermoid
Ependymoma
Hemangioma
Lipoma
Ganglioglioma
Lipoma
Meningioma
Hemangioblastoma
Lymphoma
Neurofibroma
Hemangioma
Meningioma
Paraganglioma
Lipoma
Metastasis
Schwanoma
Medulloblastoma
Neuroblastoma
Neuroblastoma
Neurofibroma
Neurofibroma
Osteoblastoma
Oligodendroglioma
Osteochondroma
Teratoma
Osteosarcoma
Sarcoma
Vertebral hemangioma
1,2

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 164

Fitri, RF | Tumor Medula Spinalis Intadural Extramedula


Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti


sesudah kembali dari rujukan.16
Penatalaksanaan tumor medula spinalis
sesuai
literatur
adalah
pemberian
kortikosteroid, drug of choice adalah
deksametason untuk mengurangi nyeri pada
85 % kasus dan kemungkinan juga
menghasilkan
perbaikan
neurologis.
Deksametason
diberikan
sebelum
pembedahan. 2,6,11,12,17,18,19,20
Pasien mendapatkan H2 bloker. Hal ini
dikarenakan
karena
efek
samping
deksamatasone berupa iritasi pada lambung.
Sehingga pemberian ranitidin pada kasus ini
sudah tepat. 18
Analgesik
parasetamol
untuk
mengurangi rasa nyeri dan vitamin
neurotropik diberikan kepada pasien.
Selanjutnya, pasien direncakan untuk
dilakukan tindakan pembedahan. 12,19,21
Berdasarkan kepustakaan tatalaksana
untuk sebagian besar tumor baik intramedular
maupun ekstramedular adalah dengan
pembedahan. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan tumor secara total dengan
menyelamatkan fungsi neurologis secara
maksimal. Tumor intradural-ekstramedular
dapat direseksi secara total dengan gangguan
neurologis yang minimal atau bahkan tidak
ada post operatif.1,2
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit
jaringan sekelilingnya dengan teknik
myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan
mikroskop digunakan pada pembedahan
tumor medula spinalis.11,22,23,24
Indikasi
pembedahan
sebagai
berikut25,26: 1) Tumor dan jaringan tidak dapat
didiagnosis yaitu pertimbangkan biopsi bila
lesi dapat dijangkau. Catatan: lesi seperti
abses epidural dapat terjadi pada pasien
dengan riwayat tumor dan dapat
disalahartikan sebagai metastase. 2) Medula
spinalis yang tidak stabil atau unstable spinal.
3) Kegagalan radiasi yaitu percobaan radiasi
biasanya selama 48 jam, kecuali signifikan
atau terdapat deteriorasi yang cepat. Biasanya
terjadi dengan tumor yang radioresisten
seperti karsinoma sel ginjal atau melanoma. 4)
Rekurensi atau kekambuhan kembali setelah
radiasi maksimal.
Tumor dengan pertumbuhan cepat dan
agresif secara histologis tidak dapat
dihilangkan secara total namun dapat

ditambahkan dengan terapi radiasi post


operasi. 1,2,6,12,22,23
Penatalaksanaan berdasar evaluasi
radiografik tergantung pada penemuan masa
epidural. Berikut pembagiannya2,12,17: 1) Tidak
ditemukan masa epidural. Penatalaksanaan
adalah rawat tumor primer misalnya dengan
sistemik kemoterapi; terapi radiasi lokal pada
lesi bertulang; analgesik untuk nyeri. 2)
Ditemukan lesi epidural, lakukan bedah atau
radiasi, biasanya 3000-4000 cGy pada 10x
perawatan dengan perluasan dua level di atas
dan di bawah lesi; radiasi biasanya seefektif
seperti laminektomi dengan komplikasi yang
lebih sedikit.
Penatalaksanaan
darurat
berupa
pembedahan/radiasi berdasarkan derajat blok
dan kecepatan deteriorasi 2,6,12,19,22: 1) Apabila
>80% blok komplit atau perburukan yang
cepat: penatalaksanaan dilakukan segera
mungkin (bila merawat dengan radiasi,
teruskan deksamethason keesokan harinya
dengan 24 mg IV setiap 6 jam selama 2 hari,
lalu diturunkan atau tappering selama radiasi,
selama 2 minggu. 2) Apabila <80% blok:
perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan
deksamethason 4 mg selama 6 jam,
diturunkan (tappering) selama perawatan
sesuai toleransi.
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk
tumor intramedular yang tidak dapat diangkat
dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54
Gy. 2,17,22

Simpulan
Penegakan
diagnosis
dan
penatalaksanaan pada kasus ini sudah sesuai
dengan kepustakaan. Penatalaksanaan untuk
sebagian besar tumor baik intramedular
maupun ekstramedular adalah dengan
pembedahan. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan tumor secara total dengan
menyelamatkan fungsi neurologis secara
maksimal.

Daftar Pustaka
1. Chamberlain MC and Tredway TL. Adult
primary intradural spinal cord tumors: a
review. Curr Neurol Neurosci Rep. 2011;
11(2):320-8.
2. Raj VS and Lofton LT. Invited review:
rehabilitation and treatment of spinal

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 165

Fitri, RF | Tumor Medula Spinalis Intadural Extramedula


cord tumors. The Journal of Spinal Cord


Medicine. 2013; 36(1):1-8.
3. American Cancer Society. Cancer facts &
figures 2013. American Cancer Society;
2013.
4. Briggs AM, Smith AJ, Straker LM, Bragge
P. Thoracic spine pain in the general
population: prevalence, incidence and
associated
factors
in
children,
adolescents and adults. A systematic
review. Biomed Central. 2009; 10(77):110.
5. American Cancer Society. Brain and spinal
cord tumors in adults. American Cancer
Society; 2014.
6. Lee CS and Jung CH. Metastatic spinal
tumor. Asian Spine Journal. 2012; 6(1):
71-8.
7. Nittby HR and Bendix T. A review: on the
variations of cervical dermatomes.
International Journal of Anatomy and
research. 2014; 2(3):462-9.
8. Downs MB and Laporte C. Conflicting
dermatome maps: educatioal and clinical
implications. Journal of orthopaedic &
sports physical therapy. 2011; 41(6): 42735.
9. Levin MC. Evaluation of the neurologic
patient [Internet]. Merck Manuals
[internet]. 2012 [diakses tanggal 22
September 2014]. Tersedia dari:
http://www.merckmanuals.com/professi
onal/neurologic-disorders/approach-tothe-neurologic-patient/evaluation-of-theneurologic-patient#v1030781.
10. Singh V, Machikanti L, Onyewu O,
Benyamin RM, Datta S, Geffert S, et al.
Systematic review: an update of the
appraisal of the accuracy of thoracic
discography as a diagnostic test for
chronic spinal pain. Pain Physician
Journal. 2012; 15(1):757-76.
11. Kaloostian PE, Zadnik PL, Etame AB,
Vrionis FD, Gokaslan ZL, Sciubba DM.
Surgical management of primary and
metastatic spinal tumors. Cancer Control.
2014; 21(2):133-139.
12. Serban D, Calina NA, Exergian F, Podea M,
Zamfir C, Morosanu E, et al. The upper
cervical spine tumor pathology C1-C2-
therapeutic
attitude.
Romanian
Nurosurgery Journal. 2012; 19(4): 251-63.

13. Manchikanti L, Singh V, datta S, Cohen SP,


Hirsch JA. Comprehensive review of
epidemiology, scope, and impact of spinal
pain. Pain Physician Journal. 2009;
12(1):35-70.
14. Yin H, Zhang D, Wu Z, Zhou W, Xiao J.
Surgery and outcomes of six patients with
intradural epidermoid cysts in the lumbar
spine. World Journal of Surgical
Oncology. 2014; 12(50):1-7.
15. Malhotra NR, Bhowmick D, Hardesty D,
Whitfield P. Intramedullary spinal cord
tumours: diagnosis, treatment, and
outcomes.
Advances
in
Clinical
Neuroscience and Rehabilitation. 2010;
10(4):21-6.
16. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar
kompetensi dokter indonesia. Jakarta
Pusat : Konsil Kedokteran Indonesia;
2012.
17. Kaloostian PE, Yurter A, Etame AB, Vrionis
FD, Sciubba DM, Gokaslan ZL. Palliative
strategies for the management of primary
and metastatic spinal tumors. Cancer
Control. 2014; 21(2):140-3.
18. Shinde S, Gordon P, Sharma P, Gross J,
Davis MP. Original article: use of nonopioid analgesicd as adjuvants to opioid
analgesia for cancer pain management in
an inpatient palliative unit: does this
improve pain control and reduce opioid
requierments. Suport Care Cancer. 2014;
1:1-9.
19. Leppert W and Buss T. The role of
corticosteroids in the treatment of pain in
cancer patients. Curr Pain Headache Rep.
2012; 16(1):307-13.
20. Schaffer GV. Is the WHO analgesic ladder
still
valid?
(twenty-four
years
experience). Canadian Family Physician.
2010; 56(1):514-7.
21. Scalabrino G, Buccellato FR, Veber D,
Mutti E. Review: new basis of the
neurothrophic action of vitamin B12. In:
Walter de Gruyter, editor. Clin Chem Lab
Med. New York: Walter de Gruyter; 2003.
p. 1436-7.
22. Kim JM, Losina E, Bono CM, Schoenfeld
AJ, Collins JE, Katz JN, et al. Clinical
outcome of metastatic spinal cord
compression treated with surgical
excision with radiation versus radiation

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 166

Fitri, RF | Tumor Medula Spinalis Intadural Extramedula


therapy alone: a systematic review of


literature. Spine. 2012; 37(1):1-12.
23. Parsa AT, Chi JH, Acosta FL, Ames CP,
McCormick PC. Intramedullary spinal cord
tumors: molecular insights and surgical
innovation. CNS. 2010; (10):1-12
24. Avramov T, Kyuchukov G, Kiryakov I,
Obreshkov N, Handjiev D. Result of spinal
tumors surgery. Journal of IMAB. 2009;
1(1):84-9.
25. Tokuhashi Y, uei H, Oshima M, Ajiro Y.
Scoring system for prediction of
metastatic spine tumor prognosis. World
J Orthop. 2014; 5(3):262-71.
26. Putz C, van Middendorp JJ, Pouw MH,
Moradi B, Rupp R, Weidner N, et al.
Malignant cord compression: a critical
appraisal of prognostic factors predicting
functional outcome after surgical
treatment. J Craniovertebr Junction Spine.
2010; 1(2):67-73.


J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015 | 167

Anda mungkin juga menyukai