Definisi
Kolera adalah suatu infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae. Gejala
utamanya adalah diare dan muntah. Sumber penularan terutama melalui air minum atau
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan bakteri. Keparahan dari diare dan
muntah menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Pengobatan primer dengan
larutan rehidrasi oral dan bila tidak dapat diatasi dengan rehidrasi oral, dapat diberikan secara
intravena. Antibiotik dapat diberikan kepada pasien jika kondisi semakin memburuk.1,2
Langkah Awal setelah Penerimaan Laporan
Sebagai dokter Puskesmas langkah awal yang harus dilakukan setelah menerima laporan
adanya kasus kolera adalah sebagai berikut.1,2
a. Melakukan konfirmasi atau penegakkan diagnosis.
b. Melakukan penanggulangan terhadap penyakit jika diagnosis sudah ditegakkan.
Lakukan pengobatan terhadap pasien berupa tatalaksana pencegahan dehidrasi dan
pemberian antibiotika secara selektif sesuai dengan etiologi.
c. Memastikan adanya suatu Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dibandingkan dengan
periode sebelumnya.
d. Memastikan surveilans berjalan baik, informasi vektor, lingkungan, dan perilaku
penduduk.
e. Melaporkan langsung ke DinKes Kab/Kota dan koordinasi dengan Dinkes Propinsi.
Cara Penularan
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun
sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi
suatu tantangan bagi dunia kesehatan. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan
menyebar melalui feces (kotoran) manusia.1-3
Bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya, maka
orang lain yang melakukan kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu
juga. Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan
dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi
bakteri kolera, bahkan air tersebut (seperti di sungai) dijadikan air minum oleh orang lain
yang bermukim disekitarnya. Hal ini akan semakin meningkatkan resiko terjadinya penyakit
kolera.1-3
Dalam situasi adanya wabah (epidemic), biasanya tinja orang yang telah terinfeksi menjadi
sumber kontaminasi. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di tempat yang tidak
mempunyai penanganan pembuangan kotoran (sewage) dan pengolahan air minum yang
memadai. Pada saat wabah kolera (El Tor) skala besar terjadi di Amerika Latin pada tahun
1991, penularan yang cepat dari kolera terjadi melalui air yang tercemar karena sistem PAM
perkotaan yang tidak baik, air permukaan yang tercemar, serta sistem penyimpanan air di
rumah tangga yang kurang baik. Makanan dan minuman pada saat itu diolah dengan air yang
tercemar dan di jual oleh pedagang kaki lima, bahkan es dan air minum yang dikemaspun
juga tercemar oleh Vibrio cholerae. Biji-bijian yang dimasak dengan saus pada saat wabah itu
terbukti berperan sebagai media penularan kolera.1-3
Vibrio cholerae yang dibawa oleh penjamah makanan dapat mencemari makanan, yang
apabila tidak disimpan dalam lemari es dalam suhu yang tepat dapat meningkatkan jumlah
kuman berlipat ganda dalam waktu 8-12 jam. Sayuran dan buah-buahan yang dicuci dan
dibasahi dengan air limbah yang tidak diolah, juga menjadi media penularan.1-3
Bakteri kolera juga dapat hidup di lingkungan air payau dan perairan pesisir. Kerangkerangan (shellfish) yang dimakan mentah juga dapat menjadi sumber kolera. Seperti di
Amerika Serikat, kasus sporadis kolera timbul karena mengkonsumsi seafood mentah atau
setengah matang yang ditangkap dari perairan yang tidak tercemar. Sebagai contoh, kasus
kolera yang muncul di Louisiana dan Texas menyerang orang-orang yang mengkonsumsi
kerang yang diambil dari pantai dan muara sungai yang diketahui sebagai reservoir alami dari
Vibrio cholera (O1 serotipe Inaba), muara sungai yang tidak terkontaminasi oleh air limbah.
Biasanya penyakit kolera secara langsung tidak menular dari orang ke orang. Oleh karena itu,
kontak biasa dengan penderita tidak merupakan resiko penularan.1-3
Kejadian Luar Biasa
Kejadian luar biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasika merebaknya suatu wabah penyakit. Status KLB biasa diatur Peraturan
Menteri Kesehatan Indonesia. KLB dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu.2-4
Kriteria KLB mengacu pada keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan
Penanggulangan KLB adalah sebagai berikut.1-4
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun)
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
e.
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
Cara Pencegahan
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip
sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada
tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah
dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai
sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah
(lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang. Bila dalam
anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya mendapatkan
pengobatan untuk memutuskan rantai penularan.Karantina harus segera dilakukan minimal 5
hari. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di sterilisasi, searangga lalat
(vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi
orang yang kontak langsung dengan penderita.1,2
Cara Penanggulangan
Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mendapatkan penanganan segera,
yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal (terapi
rehidrasi agresif). Dasar dari terapi kolera adalah rehidrasi agresif melalui oral dan intravena
yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan cairan dan elektrolit, juga untuk mengganti
cairan akibat diare berat yang sedang berlangsung. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip
adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare
atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan
pemberian
antibiotik/antimikrobial
seperti
Tetrasiklin,
Doxycycline
atau
golongan
Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang
terjadi.1-3
Selain itu, untuk menangani penyakit kolera ini juga dapat dilakukan disinfeksi serentak
terhadap tinja dan muntahan serta bahan-bahan dari kain (linen, seperti sprei, sarung bantal
dan lain-lain) serta barang-barang lain yang digunakan oleh penderita, dengan cara di
panaskan, diberi asam karbol atau disinfektan lain. Masyarakat yang memiliki sistem
pembuangan kotoran dan limbah yang modern dan tepat, tinja dapat langsung dibuang ke
dalam saluran pembuangan tanpa perlu dilakukan disinfeksi sebelumnya. Pada kondisi
tertentu,
terutama
diwilayah
yang
terserang
wabah
penyakit
kolera
pemberian
makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde).
Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi (meninggal dunia),
sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang adekuat
meninggal dunia.1,2
Hubungan Epidemiologi
Berhubungan dengan agent, host, dan environment.3,4
a. Agent
Bakteri Vibrio cholerae berbentuk batang sedikit melengkung, bersifat gram negatif,
tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, dan memiliki sifat fermentatif terhadap
glukosa.
b. Host
Penyakit ini ditularkan dari feses penderita maka host adalah manusia sendiri.
c. Environment
Lingkungan yang padat penduduk, sanitasi buruk, dan tempat pembuangan kotoran
rumah tangga yang tidak dibangun secara baik. Sehingga memiliki resiko tinggi
pencemaran feses ke dalam saluran air.
ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang
meningkat. Tipe epidemi kolera adalah propagated/ progresif epidemik yaitu bentuk epidemi
dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang
lebih lama. Tipe endemi ini terjadi karena adanya penularan dari orang le orang baik
langsung maupun melalui vektor, relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi
oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta mobilitas
dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah
penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang rentan.3,4
Berikut adalah beberapa deksripsi dari KLB1-4
a.
Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB berlangsung)
digambarkan dalam suatu kurva epidemik. Kurva epidemik adalah suatu grafik yang
menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama
periode wabah. Penggunaan kurva epidemik untuk menentukan cara penularan penyakit.
Salah satu cara untuk menentukan cara penularan penyakit pada suatu KLB yaitu dengan
melihat tipe kurva epidemik, sebagai berikut:
Kurva epidemik dengan tipe point common source (penularan berasal dari satu
sumber). Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan kasus-kasus yang terpapar dalam
waktu yang sama dan singkat. Biasanya ditemui pada penyakit-penyakit yang
tersebut.)
Tipe kurva epidemik campuran antara common source dan propagated. Tipe kurva ini
terjadi pda KLB yang pada awalnya kasus-kasus memperoleh paparan suatu sumber
secara bersama, kemudian terjadi karena penyebaran dari orang ke orang (kasus
sekunder).
b.
Tujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan petunjuk
populasi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat pekerjaan). Hasil
analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber penularan. Agar tujuan tercapai,
maka kasus dapat dikelompokan menurut daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok
sensus), tempat pekerjaan, tempat (lingkungan) pembuangan limbah, tempat rekreasi,
sekolah, kesamaan hubungan (kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari
orang ke orang atau melalui vektor.
c.
etiologi penyakit. Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status
kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat. Pada tahap dini
kadang hubungan kasus dengan variabel orang ini tampak jelas. Keadaan ini memungkinkan
memusatkan perhatian pada satu atau beberapa variabel di atas. Analisis kasus berdasarkan
umur harus selalu dikerjakan, karena dari age spscific rate dengan frekuensi dan beratnya
penyakit. Analisis ini akan berguna untuk membantu pengujian hipotesis mengenai penyebab
penyakit atau sebagai kunci yang digunakan untuk menentukan sumber penyakit.
terhadap orang-orang yang kemungkinan terpajan dengan satu sumber (Common source)
didaerah yang sebelumnya tidak terinfeksi.1-4
Kegiatan Penyuluhan
Penyuluhan adalah suatu sistem aktivitas manusia (human activities system) berupa proses
pembelajaran secara nonformal dan kolaboratif (collaborative learning process) untuk petani
dan keluarganya, sehingga mereka mengalami perubahan (progresive change), pola pikir
(cognitif), pola sikap (afektif), dan pola tindak/kerja (psikomotor), mereka menjadi tahu, mau,
dan mampu meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat sekitarnya. Penyuluhan
biasanya dilakukan oleh kader.1-4
Penyuluhan untuk mencegah penyakit kolera biasanya berisi hal-hal berikut.1-4
a. Definisi (Pengertian) Kolera
Penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri
Vibrio cholera, bakteri ini masuk ke dalam tubuh seseorang melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi. Kemudian mengeluarkan
enterotoksin (racunnya) pada saluran usus.
b. Penyebab Kolera
Bakteri kolera menghasilkan racun yang menyebabkan usus halus
melepaskan sejumlah besar cairan yang banyak mengandung garam dan
mineral. Karena bakteri sensitif terhadap asam lambung, maka penderita
kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini
c. Tanda dan gejala kolera
Gejala dimulai dalam 1 3 hari setelah terinfeksi bakteri,
bervariasi mulai dari diare ringan-tanpa komplikasi sampai
diare berat-yang bisa berakibat fatal. Beberapa orang yang
terinfeksi tidak menunjukkan gejala.
Penyakit biasanya dimulai dengan diare akut encer seperti air
cucian beras yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit
disertai mual muntah-muntah.
Pada kasus yang berat, diare menyebabkan kehilangan cairan
sampai 1 liter dalam 1 jam. Kehilangan cairan dan garam yang
berlebihan menyebabkan dehidrasi disertai rasa haus yang
hebat, kram otot, lemah dan penurunan produksi air kemih
dan
pembahasan
dengan
segenap
anggota
Panitia
yang tepat.
Sehari sebelum pelatihan dimulai, diadakan pendaftaran calon peserta
pelatihan. Pada saat pendaftaran, calon peserta pelatihan diminta
mengisi formulir, biodata, dan menyerahkan pasfoto 4x6 berwarna
sebanyak 3 lembar
Hari hari selanjutnya diselanggarakan pelatihan mencakup upacara
pembukaan, bina suasana, penyajian materi materi pelatihan,
evaluasi, rencana tindak lanjut, dan pembukaan ppelatihan serta
uoacara penutupan.
o Pemantauan, penilaian, dan pelaporan
Pemantauan
Panitia penyelenggara harus melaksanakan pemantauan terus menerus
terhadap seleuruh proses pelatihan. Apabila ada permasalahan harus dicari jalan
pemeceahannya seawal mungkin.
c. Attack rate : 0,5 0,6@ pada anak anak <1 tahun, anak anak berumur 1-4
tahun dan anak anak yang lebih besar serta orang dewasa.
Daftar Pustaka
1. Kepmenkes, 2008. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit. Jakarta,
Departemen kesehatan dan Kesos.
2. Amelia S, 2006. Vibrio Cholerae. Medan, Universitas Sumatera Utara.
3. Puspandari N, 2010. Investigasi Penyebab Kejadian Luar Biasa Kolera di Jember
Terkait Cemaran Sumber Air. Available online at : http:/ e-journal.akbidpurworejo.ac.id.
M,
2011.
4. Yasir
Catatan
Epidemiologi.
Available
online
at
http://epiders.blogspot.co.id/2011/07/kriteria-klb-menurut-permenkes-1501.html