Anda di halaman 1dari 12

Kolera

Definisi
Kolera adalah suatu infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae. Gejala
utamanya adalah diare dan muntah. Sumber penularan terutama melalui air minum atau
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan bakteri. Keparahan dari diare dan
muntah menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Pengobatan primer dengan
larutan rehidrasi oral dan bila tidak dapat diatasi dengan rehidrasi oral, dapat diberikan secara
intravena. Antibiotik dapat diberikan kepada pasien jika kondisi semakin memburuk.1,2
Langkah Awal setelah Penerimaan Laporan
Sebagai dokter Puskesmas langkah awal yang harus dilakukan setelah menerima laporan
adanya kasus kolera adalah sebagai berikut.1,2
a. Melakukan konfirmasi atau penegakkan diagnosis.
b. Melakukan penanggulangan terhadap penyakit jika diagnosis sudah ditegakkan.
Lakukan pengobatan terhadap pasien berupa tatalaksana pencegahan dehidrasi dan
pemberian antibiotika secara selektif sesuai dengan etiologi.
c. Memastikan adanya suatu Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dibandingkan dengan
periode sebelumnya.
d. Memastikan surveilans berjalan baik, informasi vektor, lingkungan, dan perilaku
penduduk.
e. Melaporkan langsung ke DinKes Kab/Kota dan koordinasi dengan Dinkes Propinsi.
Cara Penularan
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun
sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi
suatu tantangan bagi dunia kesehatan. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan
menyebar melalui feces (kotoran) manusia.1-3
Bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya, maka
orang lain yang melakukan kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu
juga. Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan
dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi
bakteri kolera, bahkan air tersebut (seperti di sungai) dijadikan air minum oleh orang lain

yang bermukim disekitarnya. Hal ini akan semakin meningkatkan resiko terjadinya penyakit
kolera.1-3
Dalam situasi adanya wabah (epidemic), biasanya tinja orang yang telah terinfeksi menjadi
sumber kontaminasi. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di tempat yang tidak
mempunyai penanganan pembuangan kotoran (sewage) dan pengolahan air minum yang
memadai. Pada saat wabah kolera (El Tor) skala besar terjadi di Amerika Latin pada tahun
1991, penularan yang cepat dari kolera terjadi melalui air yang tercemar karena sistem PAM
perkotaan yang tidak baik, air permukaan yang tercemar, serta sistem penyimpanan air di
rumah tangga yang kurang baik. Makanan dan minuman pada saat itu diolah dengan air yang
tercemar dan di jual oleh pedagang kaki lima, bahkan es dan air minum yang dikemaspun
juga tercemar oleh Vibrio cholerae. Biji-bijian yang dimasak dengan saus pada saat wabah itu
terbukti berperan sebagai media penularan kolera.1-3
Vibrio cholerae yang dibawa oleh penjamah makanan dapat mencemari makanan, yang
apabila tidak disimpan dalam lemari es dalam suhu yang tepat dapat meningkatkan jumlah
kuman berlipat ganda dalam waktu 8-12 jam. Sayuran dan buah-buahan yang dicuci dan
dibasahi dengan air limbah yang tidak diolah, juga menjadi media penularan.1-3
Bakteri kolera juga dapat hidup di lingkungan air payau dan perairan pesisir. Kerangkerangan (shellfish) yang dimakan mentah juga dapat menjadi sumber kolera. Seperti di
Amerika Serikat, kasus sporadis kolera timbul karena mengkonsumsi seafood mentah atau
setengah matang yang ditangkap dari perairan yang tidak tercemar. Sebagai contoh, kasus
kolera yang muncul di Louisiana dan Texas menyerang orang-orang yang mengkonsumsi
kerang yang diambil dari pantai dan muara sungai yang diketahui sebagai reservoir alami dari
Vibrio cholera (O1 serotipe Inaba), muara sungai yang tidak terkontaminasi oleh air limbah.
Biasanya penyakit kolera secara langsung tidak menular dari orang ke orang. Oleh karena itu,
kontak biasa dengan penderita tidak merupakan resiko penularan.1-3
Kejadian Luar Biasa
Kejadian luar biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasika merebaknya suatu wabah penyakit. Status KLB biasa diatur Peraturan
Menteri Kesehatan Indonesia. KLB dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu.2-4

Kriteria KLB mengacu pada keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan
Penanggulangan KLB adalah sebagai berikut.1-4
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun)
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
e.

lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.

Cara Pencegahan
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip
sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada
tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah
dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai
sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah
(lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang. Bila dalam
anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya mendapatkan
pengobatan untuk memutuskan rantai penularan.Karantina harus segera dilakukan minimal 5
hari. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di sterilisasi, searangga lalat
(vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi
orang yang kontak langsung dengan penderita.1,2
Cara Penanggulangan
Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mendapatkan penanganan segera,
yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal (terapi
rehidrasi agresif). Dasar dari terapi kolera adalah rehidrasi agresif melalui oral dan intravena
yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan cairan dan elektrolit, juga untuk mengganti
cairan akibat diare berat yang sedang berlangsung. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip
adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare
atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan
pemberian

antibiotik/antimikrobial

seperti

Tetrasiklin,

Doxycycline

atau

golongan

Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang
terjadi.1-3
Selain itu, untuk menangani penyakit kolera ini juga dapat dilakukan disinfeksi serentak
terhadap tinja dan muntahan serta bahan-bahan dari kain (linen, seperti sprei, sarung bantal
dan lain-lain) serta barang-barang lain yang digunakan oleh penderita, dengan cara di
panaskan, diberi asam karbol atau disinfektan lain. Masyarakat yang memiliki sistem
pembuangan kotoran dan limbah yang modern dan tepat, tinja dapat langsung dibuang ke
dalam saluran pembuangan tanpa perlu dilakukan disinfeksi sebelumnya. Pada kondisi
tertentu,

terutama

diwilayah

yang

terserang

wabah

penyakit

kolera

pemberian

makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde).
Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi (meninggal dunia),
sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang adekuat
meninggal dunia.1,2
Hubungan Epidemiologi
Berhubungan dengan agent, host, dan environment.3,4
a. Agent
Bakteri Vibrio cholerae berbentuk batang sedikit melengkung, bersifat gram negatif,
tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, dan memiliki sifat fermentatif terhadap
glukosa.
b. Host
Penyakit ini ditularkan dari feses penderita maka host adalah manusia sendiri.
c. Environment
Lingkungan yang padat penduduk, sanitasi buruk, dan tempat pembuangan kotoran
rumah tangga yang tidak dibangun secara baik. Sehingga memiliki resiko tinggi
pencemaran feses ke dalam saluran air.

KLB Tipe Epidemi


Epidemi adalah

keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit ) yang

ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang
meningkat. Tipe epidemi kolera adalah propagated/ progresif epidemik yaitu bentuk epidemi
dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang

lebih lama. Tipe endemi ini terjadi karena adanya penularan dari orang le orang baik
langsung maupun melalui vektor, relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi
oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta mobilitas
dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah
penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang rentan.3,4
Berikut adalah beberapa deksripsi dari KLB1-4
a.

Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu.

Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB berlangsung)
digambarkan dalam suatu kurva epidemik. Kurva epidemik adalah suatu grafik yang
menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama
periode wabah. Penggunaan kurva epidemik untuk menentukan cara penularan penyakit.
Salah satu cara untuk menentukan cara penularan penyakit pada suatu KLB yaitu dengan
melihat tipe kurva epidemik, sebagai berikut:

Kurva epidemik dengan tipe point common source (penularan berasal dari satu
sumber). Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan kasus-kasus yang terpapar dalam
waktu yang sama dan singkat. Biasanya ditemui pada penyakit-penyakit yang

ditularkan melalui air dan makanan (misalnya: kolera, typoid).


Kurva epidemik dengan tipe propagated. Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan cara
penularan kontak dari orang ke orang. Terlihat adanya beberapa puncak. Jarak antara
puncak sistematis, kurang lebih sebesar masa inkubasi rata rata penyakit

tersebut.)
Tipe kurva epidemik campuran antara common source dan propagated. Tipe kurva ini
terjadi pda KLB yang pada awalnya kasus-kasus memperoleh paparan suatu sumber
secara bersama, kemudian terjadi karena penyebaran dari orang ke orang (kasus
sekunder).

b.

Deskripsi kasus berdasarkan tempat

Tujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan petunjuk
populasi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat pekerjaan). Hasil
analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber penularan. Agar tujuan tercapai,
maka kasus dapat dikelompokan menurut daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok
sensus), tempat pekerjaan, tempat (lingkungan) pembuangan limbah, tempat rekreasi,

sekolah, kesamaan hubungan (kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari
orang ke orang atau melalui vektor.
c.

Deskripsi kasus berdasarkan orang


Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penularan atau

etiologi penyakit. Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status
kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat. Pada tahap dini
kadang hubungan kasus dengan variabel orang ini tampak jelas. Keadaan ini memungkinkan
memusatkan perhatian pada satu atau beberapa variabel di atas. Analisis kasus berdasarkan
umur harus selalu dikerjakan, karena dari age spscific rate dengan frekuensi dan beratnya
penyakit. Analisis ini akan berguna untuk membantu pengujian hipotesis mengenai penyebab
penyakit atau sebagai kunci yang digunakan untuk menentukan sumber penyakit.

Teknik Pencarian Kasus


Pencarian kasus dilakukan untuk mengatasi suatu wabah. Pencarian kasus terdiri dari dua
teknik yaitu.3,4
a. Active case finding
Pencarian kasus secara aktif biasanya dilakukan dengan screening. Hanya mencari
yang dicurigai sakit. Dibagi menjadi dua yaitu backward tracking (mencari sumber
penularan) dan forward tracking (mencari kasus baru).
b. Passive Case Finding
Pencarian kasus secara pasif yaitu dengan cara mencari data dari pasien yang datang
berobat ke fasilitas kesehatan dan mengandalkan laporan yang ada.
Lakukan surveilans terhadap orang yang minum dan mengkonsumsi makanan yang sama
dengan penderita kolera, selama 5 hari setelah kontak terakhir. Jika terbukti kemungkinan
adanya penularan sekunder didalam rumah tangga, anggota rumah tangga sebaiknya di beri
pengobatan kemoprofilaksis. Kemoprofilaksis masal untuk semua anggota masyarakat tidak
pernah di lakukan karena dapat menyebabkan resistensi terhadap antibiotika. Imunisasi
terhadap kontak tidak dianjurkan. Lakukan investigasi terhadap kemungkinan sumber infeksi
berasal dari air minum dan makanan yang terkontaminasi. Makanan yang dikonsumsi 5 hari
sebelum sakit harus di tanyakan. Pencarian dengan cara mengkultur tinja untuk kasus-kasus
yang tidak dilaporan hanya disarankan dilakukan terhadap anggota rumah tangga atau

terhadap orang-orang yang kemungkinan terpajan dengan satu sumber (Common source)
didaerah yang sebelumnya tidak terinfeksi.1-4

Kegiatan Penyuluhan
Penyuluhan adalah suatu sistem aktivitas manusia (human activities system) berupa proses
pembelajaran secara nonformal dan kolaboratif (collaborative learning process) untuk petani
dan keluarganya, sehingga mereka mengalami perubahan (progresive change), pola pikir
(cognitif), pola sikap (afektif), dan pola tindak/kerja (psikomotor), mereka menjadi tahu, mau,
dan mampu meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat sekitarnya. Penyuluhan
biasanya dilakukan oleh kader.1-4
Penyuluhan untuk mencegah penyakit kolera biasanya berisi hal-hal berikut.1-4
a. Definisi (Pengertian) Kolera
Penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri
Vibrio cholera, bakteri ini masuk ke dalam tubuh seseorang melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi. Kemudian mengeluarkan
enterotoksin (racunnya) pada saluran usus.
b. Penyebab Kolera
Bakteri kolera menghasilkan racun yang menyebabkan usus halus
melepaskan sejumlah besar cairan yang banyak mengandung garam dan
mineral. Karena bakteri sensitif terhadap asam lambung, maka penderita
kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini
c. Tanda dan gejala kolera
Gejala dimulai dalam 1 3 hari setelah terinfeksi bakteri,
bervariasi mulai dari diare ringan-tanpa komplikasi sampai
diare berat-yang bisa berakibat fatal. Beberapa orang yang
terinfeksi tidak menunjukkan gejala.
Penyakit biasanya dimulai dengan diare akut encer seperti air
cucian beras yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit
disertai mual muntah-muntah.
Pada kasus yang berat, diare menyebabkan kehilangan cairan
sampai 1 liter dalam 1 jam. Kehilangan cairan dan garam yang
berlebihan menyebabkan dehidrasi disertai rasa haus yang
hebat, kram otot, lemah dan penurunan produksi air kemih

Banyaknya cairan yang hilang dari jaringan menyebabkan mata


menjadi cekung dan kulit jari-jari tangan menjadi keriput.
Jika tidak diobati, ketidakseimbangan volume darah dan
peningkatan konsentrasi garam bisa menyebabkan gagal ginjal,
syok dan koma.
Gejala biasanya menghilang dalam 3 6 hari. Kebanyakan
penderita akan terbebas dari organisme ini dalam waktu 2
minggu, tetapi beberapa diantara penderita menjadi pembawa
dari bakteri ini
d. Cara dan penanganan kolera
Yang sangat penting adalah segera mengganti kehilangan
cairan, garam dan mineral dari tubuh, dengan menilai derajat
dehidrasi, dengan pemberian oralit ad lib.
Untuk penderita yang mengalami dehidrasi berat, cairan
rehidrasi diberikan melalui infus (cairan Ringer Lactat atau bila
tidak tersedia bisa menggunakan cairan NaCl 0,9%). Di daerah
wabah, kadang-kadang cairan diberikan melalui selang yang
dimasukkan lewat hidung menuju ke lambung.
Penggunaan antibiotik
o Tetracycline
Anakanak : 12,5 mg/kgBB ( 4 x sehari selama
3 hari )
Dewasa : 500 mg ( 4 x sehari selama 3 hari )
o Trimethoprim (TMP) Sulfamethoxazole (SMX)
Anak-anak : TMP 5 mg/kgBB dan SMX 25

mg/kgBB (2 x sehari selama 3 hari)


Dewasa : TMP 160 mg dan SMX 800 mg (2 x

sehari selama 3 hari)


Bila dehidrasi sudah diatasi tujuan pengobatan selanjutnya
adalah menggantikan jumlah cairan yang hilang karena diare
dan muntah. Makanan padat bisa diberikan setelah muntahmuntah berhenti dan nafsu makan sudah kembali.
Pengobatan awal dengan tetrasiklin atau antibiotik lainnya bisa
membunuh bakteri dan biasanya akan menghentikan diare
dalam 48 jam.
Lebih dari 50% penderita kolera berat yang tidak diobati
meninggal dunia. Kurang dari 1% penderita yang mendapat
penggantian cairan yang adekuat, meninggal dunia

Peran kader dalam kesehatan dapat dilihat sebagai berikut :


o Pengobatan ringan / sederhana, pemberian obat cacing, pengobatan terhadap
diare dan pemberian larutan gula garam, obat obatan sederhana dan lain
lain.
o Penimbangan dan penyuluhan gizi.
o Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi,
pemberian distribusi obat / alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya
menamakan NKKBS.
o Penyediaan dan distribusi obat / alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya
menamakan NKKBS.
o Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkugan,
oembuatan jamban keluarga dan saran air sederhana
Paada penyelenggaraan pelatihan kader posyandu meliputi tahap persiapan,
pelaksanaan serta pemantauan, penilaian dan pelaporan.
o Persiapan pelatihan
Paling sedikit 2 minggu sebelum penylenggaraan pelatihan, panitia
penyelenggara sudah harus menyiapkan hal hal berikut :
Penggandaan makalah dan bahan bahan lainnya
Menghubungi dan memanggil peserta pelatihan
Menghubungi dan memberitahuan pelatih / fasilitator
Pengiriman jadwal dan paket pelatihan kepada pelatih dan

meminta bahan bahan yang perlu digandakan.


Menyiapkan tempat pelatihan, akomodasi, perlengkapan dan

alat alat yang diperlukan


Memberitahukan pihak pihak yang berwenang dan terkait

dengan penyelenggaraan pelatihan


Menyelesaikan izin pelatihan kader yang diperlukan
Selama seminggu sebelum penatalaksanaan pelatihan, dilakukan
kegiatan

dan

pembahasan

dengan

segenap

anggota

Panitia

Penyelenggara dan Tim Pelatih / fasilitator, meliputi :


Peninjauan persiapan pelatihan dalam melakukan perubahan
dan penyempurnaan apabila diperlukan
Persiapan bahan dan alat / media yang diperlukan
Pengecekan kesiapan bahan dan alat / media yang diperlukan.
o Pelaksanaan pelatihan
Kegiatan pelatihan teori dan praktek dalam kelas dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang sudah disusun. Namun dapat disesuaikan dengan
keadaa. Keberhasilan kegiatan ini banyak ditentukan oleh penyediaan

bahan bahan, kesiapan pelatih / fasilitator dan peserta pada waktu

yang tepat.
Sehari sebelum pelatihan dimulai, diadakan pendaftaran calon peserta
pelatihan. Pada saat pendaftaran, calon peserta pelatihan diminta
mengisi formulir, biodata, dan menyerahkan pasfoto 4x6 berwarna

sebanyak 3 lembar
Hari hari selanjutnya diselanggarakan pelatihan mencakup upacara
pembukaan, bina suasana, penyajian materi materi pelatihan,
evaluasi, rencana tindak lanjut, dan pembukaan ppelatihan serta

uoacara penutupan.
o Pemantauan, penilaian, dan pelaporan
Pemantauan
Panitia penyelenggara harus melaksanakan pemantauan terus menerus
terhadap seleuruh proses pelatihan. Apabila ada permasalahan harus dicari jalan
pemeceahannya seawal mungkin.

Program Pemerintah dalam Menangani Kolera


Pemberian imunisasi dan vaksin merupakan salah satu cara pemerintah untuk
menggulangi masalah kesehatan yang terjadi karena dalam waktu 4-6 minggu setelah
imunisasi akan timbul antibodi spesifik yang efektif mencegah penularan penyakit,
sehingga anak tidak mdah tertular infeksi, tidak menderita sakit berat, serta tidak
terjadi wabah dan kematian. Program imunisasi nasional pada anak sangat efektif
untuk mencegah penyakit dan kematian. Pentingnya imunisasi didasarkan pada
pemikiran paradigma sehat bahwa upaya promotif dan preventif merupakan hal yang
terpenting dalam peningkatan status kesehatan. Salah satu upaya preventif yang bisa
dilakukan adalah meningkatkan cakupan dan kelengkapan imunisasi. Vaksinasi
dilakukan secara besar besaran melalui penyuntikan sehingga penderita kolera
akhirnya dapat dibatasi jumlahnya.3,4
Untuk menuntaskan masalah kesehatan yang terjadi khususnya kematian pada anak
aibat penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasim cakupan dan kelengkapan
imunisasi dsara yang belum mencapai target maka solusi yang harus ditempuh ialah
melaksanakan upaya pemberdayaan masyarakat untuk mencegah dan meningkatkan
status kesehatan dan menata lingkungan sehat secara mandiri dengan anggaran yang

kecil serta mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Dalam upaya


promotif dan preventif masyarakat tidak berperan sebagai objek atau sasaran program
melainkan masyarakat harus dijadikan sebagai subjek yang melaksanakan upaya
peningkatan kesehatan secara mendiri berawal dari pribadi, keluarga dan masyarakat
secara luas. 3,4
Selain itu ada beberapa alternatif solusi yang bisa ditempuh untuk menyelamatkan
anak indonesia melalui imunisasi antara lain : mengaktifkan program srveilens secara
baikm menutamakan promotif dan preventi dengan tidak mengabaikan rehabilitatif
dan kuratif, menggerakkan lintas sektor, membina suasana yang kondusif, advokasi,
pengoranisasian masyarakat, pengembangan sumber daya manusia, alokasi dana yang
cukup, serta melakukan evaluasi secara alamiah dengan melakukan penelitian.

Alur Pelaporan Kasus


Dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit melalui SP2TP (LB), SPRS (RL), STP
dan rekapitulasi kolera. Karena kolera termasuk penyakit yang dapat menimbulkan
wabah maka perlu dibuat laporan mingguan (W2). Untuk dapat membuat laporan
rutin perlu pencatatan setiap hari (register) penderita kolera yang datang ke sarana
kesehatan, posyandu atau kader agar dapat dideteksi tandatanda akan terjadinya
KLB/wabah sehingga dapat segera dilakukan tindakan penanggulangan secepatnya.
Laporan rutin ini dikompilasi oleh petugas RR/Diare di Puskesmas kemudian
dilaporkan ke Tingkat Kabupaten/Kota melalui laporan bulanan (LB) dan STP setiap
bulan.Petugas/Pengelola Diare Kabupaten/Kota membuat rekapitulasi dari masingmasing Puskesmas dan secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat Propinsi dengan
menggunakan formulir rekapitulasi diare. Dari tingkat Propinsi direkap berdasarkan
kabupaten/kota secara rutin (bulanan) dan dikirim ke Pusat.1
Prevalensi, Insidensi, Attack Rate4
a. Prevalensi : prevalensi kolera 1-3 kasus per 1000 penduduk.
b. Insidensi : Jika menyerang suatu daerah yang baru, maka insidensi paling
tinggi terjadi pada laki laki muda. Tetapi ketika di daerah endemik, maka
insidensi meningkat pada wanita dan anak anak.

c. Attack rate : 0,5 0,6@ pada anak anak <1 tahun, anak anak berumur 1-4
tahun dan anak anak yang lebih besar serta orang dewasa.

Daftar Pustaka
1. Kepmenkes, 2008. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit. Jakarta,
Departemen kesehatan dan Kesos.
2. Amelia S, 2006. Vibrio Cholerae. Medan, Universitas Sumatera Utara.
3. Puspandari N, 2010. Investigasi Penyebab Kejadian Luar Biasa Kolera di Jember
Terkait Cemaran Sumber Air. Available online at : http:/ e-journal.akbidpurworejo.ac.id.
M,
2011.

4. Yasir

Catatan

Epidemiologi.

Available

online

at

http://epiders.blogspot.co.id/2011/07/kriteria-klb-menurut-permenkes-1501.html

Anda mungkin juga menyukai