Anda di halaman 1dari 8

Infeksi Bakteri Vibrio cholerae

Fifi Erlina
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak : Penyakit kolera adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh seseorang
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Akibatnya, seseorang dalam waktu
hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi.
Pada daerah endemik, air terutama berperan dalam penularan kolera. Namun, pada
epidemik yang besar penularan juga terjadi pada makanan yang terkontaminasi oleh tinja
atau air yang mengandung V.cholerae, khususnya pada El Tor yang dapat bertahan
selama beberapa bulan di air. Dasar pengobatan kolera adalah terapi simtomatik dan
kausal secara simultan. Tahap pemeliharaan kolera dilakukan sepenuhnya dengan cairan
rehidrasi oral baik pada kasus dehidrasi berat, sedang, maupun ringan. Pencegahan dapat
dilakukan dengan perbaikan sanitasi, khususnya air dan makanan melalui pendidikan. Dalam
hal ini, masyarakat dunia harus berpartisipasi aktif dalam mengatasi peningkatan wabah
penyakit kolera yang semakin merajalela. Upaya pencegahan dan pengendalian berupa
peningkatan kebersihan individual serta kebersihan lingkungan perlu ditingkatkan.
Dengan demikian, kesehatan masyarakat dunia akan menjadi lebih baik daripada
sebelumnya.
Kata kunci : epidemik, endemik, terapi simtomatik, kausal

1
Bacterial Infection of Vibrio cholerae
Fifi Erlina
Faculty of Medicine University of Christian Krida Wacana

Abstract : Cholera is a disease of acute intestinal tract infection caused by the bacterium
Vibrio cholerae. These bacteria enter the body through contaminated food or beverages.
As a result, a person in just a few days lost a lot of body fluids and signed on the
condition of dehydration. In endemic areas, water play a role in transmission of cholera.
However, in a large epidemic transmission also occur in food or water contaminated by
feces containing V.cholerae, particularly in El Tor that can persist for several months in
water. Basic cholera treatment is symptomatic and causal therapy simultaneously.
Maintenance stage of cholera is conducted entirely with oral rehydration fluids both in
the case of severe dehydration, moderate, or light. Prevention can be done with improved
sanitation, especially water and food through education. In this case, the world
community must participate actively in addressing the increase of cholera outbreaks are
more widespread. Prevention and control efforts by increasing individual hygiene and
environmental hygiene should be improved. Thus, public health world will be better than
before.
Keywords : epidemic, endemic, symptomatic therapy, causal

PENDAHULUAN

Penyakit kolera muncul di beberapa bagian dunia. Kolera menyebabkan diare dan
muntah berat. Hal ini lambat laun akan mengakibatkan dehidrasi. Berdasarkan informasi,
wabah kolera terjadi di Provinsi Sud-Kivu, Republik Demokratik Kongo, Laos, Uganda,
Djibouti, Afganistan, Nepal, dan Papua Nugini. Penyakit kolera ini disebabkan oleh air
yang tidak bersih, buruknya higieni, serta bakteri vibrio cholerae. 1
Pembuatan tinjauan pustaka ini bertujuan untuk membahas lebih terperinci
mengenai penyakit kolera di dunia yang semakin merajalela sehingga penduduk dunia

2
mampu berpartisipasi dan waspada akan penyakit kolera yang mengancam hidup
manusia. Dengan demikian, peran manusia dalam menjaga kebersihan diri sendiri
maupun lingkungan menjadi lebih baik lagi. Hal ini dikarenakan, kesehatan penduduk
dunia sangatlah diharapkan. Perlu diketahui bahwa pada tinjauan pustaka ini akan
dibahas satu per satu mengenai penyakit kolera itu sendiri seperti apa, penyebab, parasit,
penanggulanganan, dsb.

PEMBAHASAN

Asal kolera
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh seseorang
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan
enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai
muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari
kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi. Apabila dehidrasi
tidak segera ditangani, maka akan berlanjut ke arah hipovolemik dan asidosis metabolik
dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila penanganan tidak
adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu. Penderita kolera
membutuhkan infus cairan gula dan garam atau bentuk cairan infus yang dicampur
keduanya. 1

Morfologi
Vibrio cholerae termasuk bakteri Gram negatif, berbentuk batang bengkok seperti
koma dengan ukuran panjang 2 – 4 μm. Pada isolasi, Koch menamakannya
“kommabacillus”, tetapi bila pembiakan diperpanjang, kuman ini bisa menjadi batang
yang lurus. Bakteri ini dapat bergerak sangat aktif karena mempunyai 1 buah flagella
polar yang halus. Bakteri ini tidak membentuk spora. Pada kultur dijumpai koloni yang
cembung (convex), halus, bulat keruh dan bergranul bila disinari. Vibrio cholerae dan
sebagian vibrio lainnya tumbuh dengan baik pada suhu 37 0C pada berbagai perbenihan.

3
Vibrio cholerae tumbuh dengan baik pada agar TCBS. Selain itu, organisme ini juga
mempunyai ciri khas yaitu tumbuh pada pH yang sangat tinggi (8,5-9,5) dan dengan
cepat dibunuh oleh asam. 2

Klasifikasi
Klasifikasi dari Vibrio cholerae :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio cholerae 3

Penyebaran dan Penularan


Pada daerah endemik, air terutama berperan dalam penularan kolera. Namun,
pada epidemik yang besar penularan juga terjadi pada makanan yang terkontaminasi oleh
tinja atau air yang mengandung V.cholerae khususnya pada El Tor yang dapat bertahan
selama beberapa bulan di air. Tidak ada hewan reservoir. Dosis infeksi relatif tinggi,
tetapi ditandai dengan penurunan hipoklorhidrik pada individu yang menggunakan
antasida, dan ketika asam lambung dibuffer oleh makanan. Pada daerah endemik, kolera
terutama merupakan penyakit pada anak dengan perbandingan 10:1, tetapi menyerang
orang dewasa dan anak sama saja ketika masuk. Pada orang dewasa insiden pada pria
lebih tinggi daripada wanita. Sementara, belum diketahui pengaruh musim dalam
penyebaran. Di daerah endemik, anak- anak di bawah usia 2 tahun sedikit yang terkena
kolera berat daripada anak yang berusia lebih tua, mungkin disebabkan karena imunitas
pasif yang didapatkan dari ASI.

4
Gambar 1. Perjalanan Bakteri Vibrio cholerae di dalam Tubuh Manusia 1

Patogenesis
Dalam keadaan ilmiah, Vibrio cholerae hanya patogen terhadap manusia. Beberapa
pengobatan dan keadaan yang dapat menurunkan kadar asam di lambung membuat
seseorang lebih sensitif terhadap infeksi Vibrio cholerae.
- Enterotoksin
Enterotoksin adalah suatu protein dengan berat molekul 84.000 dalton tahan panas tetapi
tidak tahan asam. Resisten terhadap tripsin tetapi dirusak oleh protease. Toksin kolera
mengandung dua subunit yaitu B (binding) dan A (active). Sub unit B mengandung lima
polipeptida, dimana masing- masing molekul memiliki aktivitas ADP ribosyltransferase
dan menyebabkan transfer ADP ribose dari NAD ke sebuah guanosine triphosphat.
Binding protein yang mengatur aktivitas adenilat siklase yang mengakibatkan produksi
cAMP yang menghambat absorpsi NaCl dan merangsang ekskresi klorida yang
menyebabkan hilangnya air, NaCl, Kalium, dan Bikarbonat.
- Perlekatan (adheren)
Vibrio cholerae tidak bersifat invasif, kuman ini tidak masuk dalam aliran darah tetapi
tetap berada dalam saluran usus. Vibrio cholerae yang virulen harus menempel pada
mikrovili permukaan sel epitel usus baru menimbulkan keadaan patogen. Di sana mereka
melepaskan toksin kolera (enterotoksin). Toksin kolera diserap di permukaan gangliosida

5
sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida dan menghambat absorpsi natrium.
Akibatnya, kehilangan banyak cairan dan elektrolit. Secara histologi, usus tetap normal.

Imunitas
Asam lambung memberikan perlindungan terhadap Vibrio cholerae yang termakan dalam
jumlah sedikit. Serangan kolera akan diikuti oleh kekebalan terhadap reinfeksi, tetapi
lama dan derajat kekebalan yang sebenarnya tidak diketahui. Imunitas terhadap toksin
kolera dan antigen permukaan bakteri sama dengan respon infeksi alami. Kebanyakan
studi terhadap respon imun telah mengukur antibody bacterial serum, meskipun proteksi
in vivo kemungkinan besar dimediasi oleh IgA sekretorik. 4

Pengobatan
Dasar pengobatan kolera adalah terapi simtomatik dan kausal secara simultan.
Tatalaksana meliputi penggantian kehilangan cairan tubuh secara cermat dan tepat,
koreksi gangguan elektrolit dan bikarbonat, serta terapi antimikrobial.
Rehidrasi dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu terapi rehidrasi dan rumatan. Pada
kedua tahap ini perlu diperhitungkan kebutuhan harian akan cairan dan nutrisi, terutama
bila diare berlangsung lama dan pada pasien pediatrik. Pada dehidrasi berat yang disertai
renjatan hipovolemik, muntah yang tidak terkontrol atau pasien dengan penyulit yang
berat yang dapat mempengaruhi hasil pengobatan, terapi rehidrasi harus diberikan secara
infus intravena. Pada kasus yang ringan dan sedang, rehidrasi dapat dilakukan dengan
cara per oral dengan cairan rehidrasi oral. Sedangkan, tahap pemeliharaan dilakukan
sepenuhnya dengan cairan rehidrasi oral baik pada kasus dehidrasi berat, sedang, maupun
ringan. Cairan yang terbukti baik manfaatnya adalah ringer laktat yang komposisinya
kurang lebih sama dengan susunan elektrolit tinja kolera dan terbukti dapat perfusi ke sel
tubuh dengan baik. Cairan lainnya adalah NaCl fisiologis dan larutan isotonik lain.

Pencegahan dan pengendalian


Pencegahan dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi, khususnya air dan makanan
melalui pendidikan. Pasien kolera seharusnya diisolasi, ekskresinya didisinfeksi dan
orang-orang kontak diawasi. Khemoprofilaksis dengan obat antimikrobia mungkin

6
diperlukan. Bagi wisatawan yang memasuki daerah endemik kolera, sebaiknya memasak
makanan sampai matang sebelum mengkonsumsinya. Pemberian imunisasi dengan
vaksin yang mengandung ekstrak lipopolisakarida dari vibrio atau suspensi pekat vibrio
dapat memberikan perlindungan yang terbatas pada orang-orang yang rentan (misalnya
kontak antar anggota keluarga), tetapi tidak efektif sebagai alat kontrol epidemik. Vaksin
ini memberikan proteksi 60 – 80% untuk masa 3 – 6 bulan. Di beberapa negara, meminta
pelancong dari daerah endemik yang datang untuk menunjukkan sertifikat bahwa mereka
telah divaksinasi. Sertifikasi vaksinasi untuk kolera dari WHO hanya berlaku selama 6
bulan. Imunisasi toksoid kolera pada manusia tidak lebih baik daripada vaksinasi standar
yang telah disebutkan di atas. Hingga saat ini, perbaikan higiene / sanitasi saja yang
memberikan pencegahan yang mantap terhadap kolera. 5

PENUTUP
Masyarakat dunia harus berpartisipasi aktif dalam mengatasi peningkatan wabah
penyakit kolera yang semakin merajalela. Upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan
pengobatan jika telah terjangkit penyakit kolera karena bakteri. Selain itu juga, upaya
pencegahan dan pengendalian berupa peningkatan kebersihan individual serta kebersihan
lingkungan perlu ditingkatkan. Dengan demikian, kesehatan masyarakat dunia akan
menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Indra S. Penyakit kolera. Jurnal Kesehatan. Edisi Juli 2010. Diunduh dari
www.bt.cdc.gov. 30 Agustus 2010.

2. Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Mikrobiologi kedokteran. Ed 20th. Jakarta: EGC;
2007 hal. 256.

3. Natadisastra D, Agoes R. Parasitologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2009 hal 79.

4. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Ed 5th . Jakarta: Penerbit Erlangga;
2002 hal. 221-4.

5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadribata M, Setiati S. Ilmu Penyakit Dalam III.
Ed 4th. Jakarta: Departemen IPD FK UI; 2002 hal. 1749-52.

Anda mungkin juga menyukai