Anda di halaman 1dari 13

Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio

cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi.

Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian bersekala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga. Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang bermukim disekitarnya.

Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu belum merasakan keluhan berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tibatiba terjadi diare dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan samarnya jenis diare yg dialami.
Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang ditampakkan, antara lain ialah : - Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus. - Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang menusuk.

- Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih. - Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak. - Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya. - Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat. - Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-tandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.

Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mandapatkan penaganan segera, yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang terjadi. Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah penyakit kolera pemberian makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde). Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi (meninggal dunia), sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang adekuat meninggal dunia. (massachusetts medical society, 2007 : Getting Serious about Cholera).

Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang. Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita.

Epidemiologi kolera harus ditinjau secara global, karena perangainya yang pandemik. Penyakit ini dengan mudah menyebar secara luas, melampui batas-batas geografis Asiatik. Ciri khas dari kolera, bila menyerang suatu daerah yang baru sama sekali, yang sebelumnya belum pernah mengenal kolera, maka insidens paling tinggi terjadi pada laki-laki dewasa muda. Tetapi ketika penyakit sudah mulai menjadi endemik, insidens pada wanita dan anak-anak akan meningkat.Dalam waktu 30 tahun terakhir, hasil studi laboratorium dan epidemiologik telah membawa ke suatu perubahan besar di dalam pemikiran mengenai kolera. Apa yang dulu diyakini, yaitu bahwa manusia merupakan satu-satunya reservoir V.cholerae O1, kini telah berubah karena V.cholerae O1 ternyata dapat hidup di alam bebas dan memiliki reservoir alamiah. Ini berarti bahwa pengendalian kolera tidak akan berhasil bila hanya dipusatkan pada individu yang terinfeksi. Upaya haruslah diarahkan kepada (i) cara-cara untuk mengubah kondisi paparan terhadap reservoir infeksi yang sebelumnya tidak terdeteksi, atau (ii) pengendalian penyebaran sekunder penyakit.

Di alam bebas, V.cholerae ditemukan hidup di lingkungan akuatik, baik di daerah yang tidak ditemukan kolera maupun daerah yang endemik. Beberapa laporan barubaru ini menunjukan bahwa Vibrio patogen dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan air yang tidak mengalir, bersuhu hangat dengan konsentrasi kegaraman (salinity) dan nutrien yang tinggi. Suhu air merupakan faktor paling penting yang memegang peranan di dalam kemampuan Vibrio patogen untuk bertahan hidup di dalam lingkungan alam bebas. Semua spesies Vibrio yang patogen menyesuaikan diri pada lingkungan dengan kadar garam antara 5 sampai 30 (86mM500mM). Vibrio patogen dapat tumbuh di air yang berkadar garam rendah, asalkan suhunya hangat dan banyak terdapat sedimen yang mengandung nutrien organik. Collins juga melaporkan bahwa adanya nutrien organik dalam konsentrasi tinggi dapat mengatasi keadaan kurangnya konsentrasi garam.

Di banyak daerah endemik, kolera menunjukkan adanya pola musiman di mana pada bulan-bulan tertentu insidensnya tinggi dan pada bulan lain insidensnya rendah. Sekali terjadi keadaan endemik pada suatu daerah, kolera cenderung untuk menampakkan diri dalam pola musiman (seasonality) yang jelas. Di Bangladesh, misalnya, musim kolera (El Tor) di mulai setelah musim hujan yaitu pada bulan Agustus atau September, dengan puncaknya pada musim dingin, 1-3 bulan kemudian, setelah itu dengan cepat menurun. Awal dari musim kolera bertepatan dengan saat suhu menghangat, turunnya permukaan air sungai, berhentinya hujan, dan berakhir ketika cuaca dingin dan kering. Untuk alasan yang belum diketahui, kasus-kasus yang disebabkan oleh V.cholerae biotipe klasik cenderung terjadi pada bulan-bulan yang lebih tua, yaitu Nopember atau Desember. Pola musiman untuk daerah-daerah yang berbeda, tidak sama. Misalnya di Calcutta, India, yang letaknya kurang dari 500 km dari Bangladesh, puncak kolera terjadi pada bulan April, Mei dan Juni. Di Amerika Selatan, kolera juga menunjukkan suatu periodisitas yang sama dengan konsentrasi kasus-kasus pada bulan Januari dan Februari. Perbedaan pola musiman ini juga terlihat di Indonesia. Di bagian barat Indonesia pola kolera sangat berbeda dengan bagian timur. Mirip dengan keadaan di Bangladesh, kolera sporadik ataupun epidemik di bagian barat Indonesia berkaitan dengan periode curah hujan yang subnormal, yaitu pada bulan September dan Oktober, sedangkan di Indonesia bagian timur kasus-kasus kolera mencapai puncaknya justru pada musim hujan, yaitu Februari dan April.

Di daerah-daerah yang endemik, puncak kasus-kasus kolera banyak dijumpai pada anakanak berumur 2 sampai 9 tahun, menyusul wanita masa produktif yaitu antara 15-35 tahun. Derajat infeksi yang lebih rendah pada anak-anak di bawah 1 tahun mungkin berkaitan dengan sedikitnya mereka berada dalam paparan infeksi, atau karena adanya efek protektif dari air susu ibu. Pada wanita usia produktif, diperkirakan bahwa meningkatnya jumlah kasus pada golongan ini disebabkan karena penurunan imunitas pada saat mengurus anak. Sebaliknya, di daerah-daerah di mana kolera menyerang penduduk yang paparannya rendah, penyakit cenderung untuk mengenai semua kelompok umur dengan frekuensi yang sama besarnya. Ini terlihat pada epidemi yang terjadi di Amerika Selatan, seperti misalnya di Peru, di mana derajat serangan (attack rate) pada anak-anak <1 tahun, anak-anak berumur 1-4 tahun dan anak-anak yang lebih besar serta orang dewasa adalah sekitar 0,5 0,6%.

- Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. - Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga. - Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.

Adapun saran Penyusun kepada pembaca adalah hendaknya para pembaca selalu melakukan hidup bersih, melakukan sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.

Anda mungkin juga menyukai