Anda di halaman 1dari 3

A.

Penyakit Kolera (Cholera)


Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Kemudian, bakteri tersebut
mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus.
Infeksi bakteri tersebut biasanya ringan atau tanpa gejala, tapi terkadang parah. Kurang
lebih 1 dari setiap 20 penderita mengalami sakit yang berat dengan gejala diare yang
sangat encer, muntah-muntah, dan kram di kaki. Bagi penderita, kehilangan cairan tubuh
secara cepat ini dapat mengakibatkan dehidrasi dan shock atau reaksi fisiologik hebat
terhadap trauma tubuh. Jika tidak diatasi, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam.

B. Penularan Penyakit Kolera


Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik.
Meskipun sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini
tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kesehatan. Bakteri Vibrio cholerae berkembang
biak dan menyebar melalui feces (kotoran) manusia.
Bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya,
maka orang lain yang melakukan kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit
kolera itu juga. Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau
makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air
terkontaminasi bakteri kolera, bahkan air tersebut (seperti di sungai) dijadikan air minum
oleh orang lain yang bermukim disekitarnya. Hal ini akan semakin meningkatkan resiko
terjadinya penyakit kolera.
Dalam situasi adanya wabah (epidemic), biasanya tinja orang yang telah terinfeksi
menjadi sumber kontaminasi. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di tempat yang
tidak mempunyai penanganan pembuangan kotoran (sewage) dan pengolahan air minum
yang memadai.
Pada saat wabah kolera (El Tor) skala besar terjadi di Amerika Latin pada tahun 1991,
penularan yang cepat dari kolera terjadi melalui air yang tercemar karena sistem PAM
perkotaan yang tidak baik, air permukaan yang tercemar, serta sistem penyimpanan air di
rumah tangga yang kurang baik. Makanan dan minuman pada saat itu diolah dengan air
yang tercemar dan di jual oleh pedagang kaki lima, bahkan es dan air minum yang
dikemaspun juga tercemar oleh Vibrio cholerae. Biji-bijian yang dimasak dengan saus
pada saat wabah itu terbukti berperan sebagai media penularan kolera.
Vibrio cholerae yang dibawa oleh penjamah makanan dapat mencemari makanan, yang
apabila tidak disimpan dalam lemari es dalam suhu yang tepat dapat meningkatkan
jumlah kuman berlipat ganda dalam waktu 8-12 jam. Sayuran dan buah-buahan yang
dicuci dan dibasahi dengan air limbah yang tidak diolah, juga menjadi media penularan.
Bakteri kolera juga dapat hidup di lingkungan air payau dan perairan pesisir. Kerang-
kerangan (shellfish) yang dimakan mentah juga dapat menjadi sumber kolera. Seperti di
Amerika Serikat, kasus sporadis kolera timbul karena mengkonsumsi seafood mentah
atau setengah matang yang ditangkap dari perairan yang tidak tercemar. Sebagai contoh,
kasus kolera yang muncul di Louisiana dan Texas menyerang orang-orang yang
mengkonsumsi kerang yang diambil dari pantai dan muara sungai yang diketahui sebagai
reservoir alami dari Vibrio cholera (O1 serotipe Inaba), muara sungai yang tidak
terkontaminasi oleh air limbah.
Biasanya penyakit kolera secara langsung tidak menular dari orang ke orang. Oleh karena
itu, kontak biasa dengan penderita tidak merupakan resiko penularan.

C. Gejala dan Tanda Penyakit Kolera


Pada orang yang fecesnya ditemukan bakteri kolera, mungkin selama 1-2 minggu belum
merasakan keluhan berarti. Tetapi saat terjadinya serangan infeksi, maka tiba-tiba terjadi
diare dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan
samarnya jenis diare yang dialami.
Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang
ditampakkan, antara lain ialah :
a. Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
b. Feces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan
putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis
yang menusuk.
c. Feces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan
mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
d. Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
e. Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah
merasakan mual sebelumnya.
f. Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
g. Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-
tandanya seperti : detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hipotensi
dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang
hilang dapat mengakibatkan kematian.

D. Pencegahan Penyakit Kolera


Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip
sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feces) pada
tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah
dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai
sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah
(lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.
Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya
mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di
sterilisasi, serangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi
kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita.

E. Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kolera


Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mendapatkan penanganan segera,
yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal
(terapi rehidrasi agresif). Dasar dari terapi kolera adalah rehidrasi agresif melalui oral dan
intravena yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan cairan dan elektrolit, juga
untuk mengganti cairan akibat diare berat yang sedang berlangsung. Pemberian cairan
dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan
cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi
yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti Tetrasiklin,
Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam
dapat menghentikan diare yang terjadi.
Selain itu, untuk menangani penyakit kolera ini juga dapat dilakukan disinfeksi serentak
terhadap tinja dan muntahan serta bahan-bahan dari kain (linen, seperti sprei, sarung
bantal dan lain-lain) serta barang-barang lain yang digunakan oleh penderita, dengan cara
di panaskan, diberi asam karbol atau disinfektan lain. Masyarakat yang memiliki sistem
pembuangan kotoran dan limbah yang modern dan tepat, tinja dapat langsung dibuang ke
dalam saluran pembuangan tanpa perlu dilakukan disinfeksi sebelumnya.
Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah penyakit kolera
pemberian makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke
lambung (sonde). Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi
(meninggal dunia), sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan
kurang adekuat meninggal dunia. (massachusetts medical society, 2007 : Getting Serious
about Cholera).

Kepustakaan:

Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kolera


Diakses dari http://ubatpenyakit.blogjom.com/ubat/penyakit-kolera-cholera

Anda mungkin juga menyukai