Penyakit
ini dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak dan diare yang ditimbulkan dapat
parah hingga menimbulkan dehidrasi.
Kolera merupakan penyakit yang menular melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi bakteri. Kondisi ini biasanya mewabah di daerah yang padat penduduk dan
memiliki lingkungan yang kotor.
Kolera ditandai dengan diare dengan tinja yang cair dan berwarna pucat seperti air
cucian beras. Diare yang dialami bisa ringan, parah, ataupun malah tidak merasakan gejala
sama sekali. Bila penderita mengalami diare yang parah akibat kolera perlu segera
ditangani, karena menyebabkan dehidrasi yang berakibat fatal.
Penyebab Kolera
Kolera disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio cholerae. Bakteri kolera hidup di
alam bebas, terutama di lingkungan perairan seperti sungai, danau, atau sumur. Sumber
penyebaran utama bakteri kolera adalah air dan makanan yang terkontaminasi bakteri
kolera.
Bakteri kolera dapat masuk bersama makanan jika makanan tersebut tidak
dibersihkan dan dimasak dengan baik sebelum dimakan. Contoh jenis makanan yang dapat
menjadi sarana penyebaran bakteri kolera adalah:
Makanan laut seperti kerang dan ikan.
Sayuran dan buah-buahan.
Biji-bijian seperti beras dan gandum.
Meskipun di dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi sehari-hari terdapat
bakteri kolera, orang yang mengonsumsi makanan tersebut tidak langsung terkena penyakit
kolera. Dibutuhkan bakteri kolera dalam jumlah yang banyak di dalam makanan atau
minuman untuk membuat seseorang terkena penyakit kolera.
Ketika infeksi bakteri kolera terjadi, bakteri akan berkembang biak di dalam usus
kecil. Perkembangbiakan bakteri kolera ini akan mengganggu pencernaan manusia dengan
cara mengganggu penyerapan air dan mineral. Gangguan ini menyebabkan seseorang
mengalami diare, yang menjadi gejala utama penyakit kolera.
Selain beberapa sumber infeksi kolera seperti yang disebutkan di atas, ada juga
beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjangkit bakteri kolera, yaitu:
Hidup di lingkungan yang tidak bersih.
Tinggal serumah dengan penderita kolera.
Bergolongan darah O.
Perlu diingat, meskipun tinggal serumah dengan penderita kolera dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk menderita kolera, penyakit kolera tidak menular dari
orang ke orang secara langsung. Hal ini dikarenakan bakteri kolera tidak dapat masuk ke
dalam saluran pencernaan, kecuali bersama makanan atau air
Gejala Kolera
Gejala utama penyakit kolera adalah diare. Diare yang terjadi akibat kolera dapat
dikenali dari tinja penderita yang cair dan berwarna pucat keputihan seperti susu atau air
cucian beras. Beberapa penderita kolera mengalami diare parah, berkali-kali, hingga
kehilangan cairan tubuh dengan cepat (dehidrasi).
Selain diare, gejala lain yang dapat dirasakan penderita kolera adalah:
Mual
Muntah
Kram perut
Gejala kolera pada anak-anak seringkali lebih berat dibandingkan dengan dewasa.
Anak-anak yang terkena kolera lebih rentan terkena gula darah rendah (hipoglikemia) yang
bisa menyebabkan kejang dan penurunan kesadaran..
Kolera dapat menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi. Gejala-gejala dehidrasi
akibat kolera yang harus diperhatikan antara lain:
Mulut terasa kering
Merasa sangat haus
Tubuh terasa lesu
Mudah marah
Jantung berdebar
Mata tampak cekung
Kulit berkerut dan kering
Urine yang keluar hanya sedikit atau bahkan tidak ada
Anak-anak yang menderita kolera lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding
orang dewasa. Oleh karena itu, segera temui dokter jika anak Anda mengalami gejala-
gejala berikut ini:
Diare yang tidak kunjung sembuh setelah 24 jam.
Demam tinggi diatas 39 C
Popok bayi tidak basah 3-4 jam setelah diganti.
Tinja berwarna hitam atau mengandung darah.
Terlihat lemas dan mengantuk.
Mulut atau lidah kering.
Pipi, perut, dan mata terlihat cekung.
Pencegahan Kolera
Risiko terjangkit kolera dapat diminimalkan dengan menjaga kebersihan diri,
misalnya dengan rajin mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun, terutama
sebelum makan dan setelah dari toilet.
Selain kebersihan diri, kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi juga perlu
diperhatikan. Caranya adalah dengan:
Tidak membeli makanan yang tidak terjamin kebersihannya
Tidak mengonsumsi makanan mentah atau setengah matang
Tidak mengonsumsi susu segar yang belum diolah
Minum air mineral botol atau air yang telah dimasak hingga mendidih
Mencuci bersih sayur dan buah sebelum dimakan
Agar lebih terlindungi dari penyakit ini, Anda bisa menjalani vaksinasi kolera, terutama
bila Anda tinggal di daerah yang banyak kasus kolera. Vaksin kolera diminum 2 kali
dengan jarak waktu 7 hari sampai dengan 6 minggu, untuk memberikan perlindungan
selama 2 tahun.
Pengendalian
Program sanitasi pencegahan untuk mengurangi jumlah individu yang terinfeksi.
Model matematika yang digunakan untuk pola penyebaran penyakit tersebut adalah model
Suspectible, Infected and Recovered (SIR) dengan vaksinasi, sanitasi, dan treatment. Pada
model ini diasumsikan adanya tingkat perilaku perlindungan, tubuh dan laju kematian yang
disebabkan oleh penyakit. Analisis kestabilan pada model menghasilkan 2 titik ekuilibrium,
yaitu titik ekuilibrium bebas penyakit dan titik ekuilibrium endemik penyakit. Masing-
masing titik ekuilibrium diuji kestabilannya dengan kriteria nilai eigen danRouth-Hurwitz .
Semakin tinggi tingkat sanitasi dan laju kesembuhan, dapat menurunkan jumlah individu
yang terinfeksi semakin kecil. Akan tetapi semakin tinggi laju kontak, mengakibatkan
individu terinfeksi semakin besar. Penyelesaian sistem menunjukan bahwa jumlah individu
untuk tiap kelompok tidak berubah sepanjang waktu
Salah satu pengendalian terhadap penyakit kolera adalah dengan vaksinasi. Menurut
UNICEF (2009) menyatakan pencegahan penyakit kolera sangat efektif dengan vaksinasi,
selain itu didukung dengan monitoring. Penelitian tentang vaksinasi telah dikembangkan.
Sun dan Hen (2010) menganalisa stabilitas global bebas penyakit dan endemik berdasarkan
model SIR dengan beberapa strategi vaksinasi dilihat dari bilangan reproduksi dasar.
Selanjutnya, Shu dan Yang (2013) juga menganalisa kestabilan berdasakan model SIR
dengan vaksinasi melalui banyak jalan transmisi dilihat dari bilangan reproduksi dasar yang
berbeda. Oral Cholera Vaccine (OVC) direkomendasikan WHO (2014) untuk vaksin
penyakit kolera yang disebabkan bakteri Vibrio cholerae. Sementara,penelitian tentang
vaksinasi untuk penyakit kolera dilakukan Paul dkk. (2013) dengan menganalisa titik
kesetimbangan endemik model kolera berdasarkan model SIR dan memodifikasi dengan
berbagai strategi kontrol dilihat dari bilangan reproduksi dasar.