PENDAHULUAN
Kapsula interna merupakan bagian yang sangat penting dalam susunan saraf
pusat karena dilalui oleh berbagai macam serabut saraf motorik dan sensorik atau
dilewati oleh susunan piramidal dan ektrapiramidal, sehingga menjamin integrasi
yang baik antar bagian dari susunan saraf. Kapsula interna menjaga korelasi antara
impuls-impuls saraf aferen agar sampai pada area tertentu di korteks serebri dan
menjaga korelasi sistem motorik sehingga impuls saraf eferen sampai pada tujuannya.
(Ropper, 2005).
Neuroanatomi dan neurofisiologi sangat penting dan saling berkaitan dalam
mempelajari kapsula interna dimana dalam neurofisiologi diulas mengenai fungsi dari
suatu struktur organ yang dalam tinjauan pustaka ini adalah kapsula interna.
Neurofisiologi menjelaskan peranan dan proses-proses normal yang terjadi pada
suatu struktur. Apabila terjadi suatu proses patologi pada suatu organ serta di dukung
oleh anamnesis dan pemeriksaan fisik maka akan dapat ditegakkan diagnosis klinis
dan diagnosis topis dari suatu penyakit. Dari diagnosis topis dapat diketahui diagnosis
etiologi yaitu penyebab yang mungkin menyebabkan gangguan pada kapsula interna.
Penyebab tersering dan paling umum adalah gangguan vaskuler berupa stroke,
penyebab yang lain yaitu infeksi, trauma, autoimun, gangguan metabolisme, idiopatik
dan neoplasma (Duus, 2005).
Kapsula interna berada di dalam serebrum, simetris kanan dan kiri. Letaknya
diantara nukleus lentiformis dengan nukleus kaudatus dan thalamus. Dilayani oleh
percabangan arteri karotis interna yaitu percabangan arteri serebri media dan arteri
serebri anterior. Apabila ada gangguan vaskuler pada percabangan arteri tersebut
maka akan timbul berbagai gejala klinis berupa stroke. Bila lesinya kecil misal suatu
infark lakunar dapat timbul suatu pure motor hemiplegi. Bila lesinya cukup besar
maka akan timbul gejala hemiplegi dan hemianestesi. Bila lesinya luas dapat timbul
gejala trias kapsula interna yaitu hemiplegi, hemianestesi dan hemianopsi secara
lengkap. Bila awitannya akut maka kemungkinan besar adalah suatu stroke tetapi
bila berlangsung kronis progresif apalagi disertai nyeri kepala dan papil edem maka
kemungkinan suatu proses desak ruang intra kranium (Netter, 2002; Young, 2008).
Penting untuk mengetahui letak dan fungsi traktus yang melalui kapsula
interna dan pembuluh darah yang melayaninya karena berhubungan erat dengan
gejala klinis yang timbul apabila terjadi lesi pada kapsula interna. Dalam tinjauan
pustaka ini akan dijelaskan tentang neurofisiologi kapsula interna secara umum dan
fungsi traktus-traktus yang melewati kapsula interna secara lebih spesifik. Terutama
yang akan lebih ditonjolkan dalam pustaka ini adalah proses gerak, dikarenakan
kapsula interna lewati jaras jaras yang mempengaruhui gerakan manusia
BAB II
NEUROFISIOLOGI KAPSULA INTERNA
Gambar 2.1 Potongan horizontal serebrum dilihat dari atas, menunjukkan batas
antara kapsula interna, nukleus lentiformis, nukleus kaudatus dan thalamus
(Snell,2010)
Pada penampang horisontal, kapsula interna terlihat terbagi menjadi tiga bagian
yaitu krus anterior, krus posterior dan genu kapsula interna yang terletak diantara
kedua krus tersebut. (Saunder, 2007).
Sebelum masuk kebagian bagian Kapsula Interna, saya akan membahas
mengenai proses gerak.
melalui radix anterior, nervus spinalis dan saraf tepi. Lower motorneuron memiliki
dua jenis yaitu alfa-motorneuron memiliki akson yang besar, tebal dan menuju ke
serabut otot ekstrafusal (aliran impuls saraf yang berasal dari otak/medulla spinalis
menuju ke efektor), sedangkan gamma-motorneuron memiliki akson yang ukuran
kecil, halus dan menuju ke serabut otot intrafusal (aliran impuls saraf dari reseptor
menuju ke otak/medulla spinalis). Begitu halnya dengan nervi cranialis merupakan
dari LMN karena nervus-nervus cranialis ini sudah keluar sebelum medulla spinalis
yaitu di pons dan medulla oblongata (Sidharta, 2009 ; Snell, 2007).
A. Jaras Motorik
Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia.
Gerakan diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area
motorik di korteks, ganglia basalis, dan cerebellum. Jaras untuk sistem motorik ada
dua, yaitu traktus piramidal dan ekstrapiramidal.
Jaras piramidal dan ektrapiramidal
Sistem saraf somatis secara umum melibatkan tiga tingkat neuron yang
disebut neuron descendens. Neuron tingkat satu sistem saraf somatis berada di sistem
saraf pusat tempat impuls tersebut berasal. Neuron tingkat pertama memiliki badan
sel di dalam cortex cerebri atau berada di tempat asal impuls. Neuron tingkat kedua
adalah sebuah neuron internuncial (interneuron) yang terletak di medulla spinalis.
Akson neuron tingkat kedua pendek dan bersinaps dengan neuron tingkat ketiga di
columna grisea anterior (Snell, 2002).
pathway mengontrol tonus otot dan pergerakan kasar daerah leher, dada dan
ekstremitas bagian proksimal (Martini, 2006).
Tractus Corticospinal
Serabut tractus corticospinal berasal dari sel pyramidal di cortex cerebri. Dua
pertiga serabut ini berasal dari gyrus precentralis dan sepertiga dari gyrus
postcentralis. Serabut desendens tersebut lalu mengumpul di corona radiata,
kemudian berjalan melalui crus posterius capsula interna. Pada medulla oblongata
tractus corticospinal nampak pada permukaan ventral yang disebut pyramids. Pada
bagian caudal medulla oblongata tersebut 85% tractus corticospinal menyilang ke sisi
kontralateral pada decussatio pyramidalis sedangkan sisanya tetap pada sisi ipsilateral
walaupun akhirnya akan tetap bersinaps pada neuron tingkat tiga pada sisi
kontralateral pada medulla spinalis. Tractus corticospinalis yang menyilang pada
ducassatio akan membentuk tractus corticospinal lateral dan yang tidak menyilang
akan membentuk tractus corticospinal anterior (Snell, 2002)
Tractus Corticobulbar
Serabut tractus corticobulbar mengalami perjalanan yang hampir sama dengan
tractus corticospinal, namun tractus corticobulbar bersinaps pada motor neuron
nervus cranialis III, IV, V, VI, VII, IX, X, XI, XII. Tractus coricobulbar menjalankan
fungsi kontrol volunter otot skelet yang terdapat pada mata, dagu, muka dan beberapa
otot pada faring dan leher. Seperti halnya dengan tractus corticospinal, tractus
corticobulbar pun mengalami persilangan namun persilangannya terdapat pada
tempat keluarnya motor neuron tersebut. (Martini, 2006).
Medial Pathway
Medial Pathway (jalur medial) mempersarafi dan mengendalikan tonus otot
dan pergerakan kasar dari leher, dada dan ekstremitas bagian proksimal. Upper motor
neuron jalur medial berasal dari nukleus vestibularis, colliculus superior dan formasio
retikularis. (Martini, 2006).
Nukleus vestibularis menerima informasi dari N VIII dari reseptor di
vestibulum untuk mengontrol posisi dan pergerakan kepala. Tractus descendens yang
berasal dari nukleus tersebut ialah tractus vestibulospinalis. Tujuan akhir dari sistem
ini ialah untuk menjaga postur tubuh dan keseimbangan. (Martini, 2006).
Colliculus superior menerima sensasi visual. Tractus descendens yang berasal
dari colliculus superior disebut tractus tectospinal. Fungsi tractus ini ialah untuk
mengatur refleks gerakan postural yang berkaitan dengan penglihatan (Snell, 2002).
Formasio retikularis ialah suatu sel-sel dan serabut-serabut saraf yang
membentuk jejaring (retikular). Jaring ini membentang ke atas sepanjang susunan
9
saraf pusat dari medulla spinalis sampai cerebrum. Formatio reticularis menerima
input dari hampir semua seluruh sistem sensorik dan memiliki serabut eferen yang
turun memengaruhi sel-sel saraf di semua tingkat susunan saraf pusat. Akson motor
neuron dari formatio retikularis turun melalui traktus retikulospinal tanpa menyilang
ke sisi kontralateral. Fungsi dari tractus reticulospinalis ini ialah untuk menghambat
atar memfasilitasi gerakan voluntar dan kontrol simpatis dan parasimpatis
hipotalamus (Martini 2006; Snell, 2002).
10
Lateral Pathway
Lateral Pathway (jalur lateral) berfungsi sebagai kontrol tonus otot dan presisi
pergerakan dari ekstremitas bagian distal. Upper motor neuron dari jalur lateral ini
terletak dalam nukleus ruber (merah) yang terletak dalam mesencephalon. Akson
motor neuron dari nukleus ruber ini turun melalui tractus rubrospinal. Pada manusia
tractus rubrospinal kecil dan hanya mencapai corda spinalis bagian cervical. (Martini,
2006).
Traktus Ekstrapiramidal
System ekstrapiramidal tersusun dari semua jaras motorik yang tidak melalui
piramis medulla oblongata dan berkepentingan untuk mengatur sirkuit umpan balik
motorik pada medulla spinalis, batang otak, serebelum, dan kortek serebri. Selain itu,
system ini juga mencakup serabut-serabut yang menghubungkan kortek serebri
dengan masa kelabu ( seperti striata, nucleus ruber, dan subtantia nigra), dengan
formation rerikuaris dan dengan nucleus tegmental batang otak lainnya.
Susunan ekstrapiramidal terdiri atas korpus striatum, globus palidus, inti-inti
talamik, nukleus subtalamikus, subtansia nigra, formatio retikularis batang
otak,serebelum berikut dengan korteks motorik tambahan, yaitu area 4, area 6 dan
area 8. komponen-komponen tersebut dihubungkan satu dengan yang lain oleh akson
masing-masing komponen itu.
11
12
Pada jaras ekstra piramidal, jaras ini disebut juga jaras striatal. Ini
menyampaikan saraf motorik tanpa meleawti kompinen jalur piramidal.jaras ini
penting dalam pengaturan propioseptif tubuh. Jaras ini tersusun atas komponen 3 :
1.
2.
3.
4.
13
dalam
14
Gangguan pada krus anterior akan menimbulkan gejala klinis berupa: (Duus,
2005 ; Moeller 2007)
a. Sindrom lobus frontal dengan perubahan kepribadian (hilangnya representasi
diri).
b. Gangguan fungsi kognisi yaitu penurunan perhatian, tidak dapat berkonsentrasi
pada satu aktivitas dan mudah dialihkan oleh stimulus yang baru.
c. Gangguan memori terutama memori jangka pendek, IQ formal dan memori
jangka panjang relatif tetap masih utuh.
d. Gangguan fungsi eksekutif seperti tidak mampu merencanakan masa depan,
melakukan penilaian dan membuat keputusan. Penurunan fungsi ini
berlangsung secara drastis.
e. Emosi tidak tergambar pada wajah dan suara, misalnya saat merasa bahagia
tidak tersenyum. Pasien cenderung mengalami depresi, penurunan motivasi,
tidak ingin dan tidak semangat melakukan aktivitas sehari-hari.
f. Berkurangnya spontanitas dalam bentuk komunikasi, pasien tampak malas,
letargik, tidak ingin membersihkan dan merawat dirinya sendiri, berpakaian
dengan bantuan dan tidak berniat melakukan pekerjaan yang regular.
g. Anestesi total pada sisi tubuh kontralateral, rasa nyeri, rabaan kasar (umum)
dan suhu dapat pulih kembali.
h. Gangguan rasa raba spesifik, rasa posisi dan rasa gerakan anggota tubuh lambat
pulih dan mengalami gangguan berat (Greenstein, 2000).
i. Kelemahan otot-otot dagu (N.V), paralisis wajah bagian bawah dan kelemahan
ringan pada area dahi (N. VII) dan kelemahan otot lidah (N.XII) karena lesi
pada krus anterior terutama pada traktus frontopontin. (Snell, 2010).
15
2.2
yang berasal dari daerah optokinetik frontal daerah muka (facies) pada korteks area
motorik yaitu bagian inferior girus presentralis (daerah 4) dan dari dekat girus
postsentralis. Serabut kortikonuklearis turun melalui korona radiata dan genu kapsula
interna. Kemudian melintas melalui mesensefalon sebelah medial serabut
kortikospinalis dalam basis pedunkulus. Ujung serabut bersinaps langsung dengan
lower motor neuron dalam nukleus saraf kranialis atau tidak langsung melalui
neuron-neuron internuklearis. Sebagian besar serabut kortikonuklearis ke nuklei
motorik saraf kranialis menyilang bidang medial sebelum sampai ke nuklei.
Hubungan bilateral pada semua nuklei motorik saraf kranial kecuali nukleus fasialis
yang mempersarafi otot bagian bawah wajah dan nukleus hipoglosus yang
mempersarafi muskulus genioglossus. (Snell, 2010)
16
17
Gambar
2.3. Traktus
Kortikonuklear
(Netter,
2002)
Gangguan pada
area genu
akan
menimbulakan
gejala
klinis yaitu :
a. Penderita tidak dapat mengadakan abduksi bola mata pada sisi kontralateral lesi,
walaupun fiksasi otomatis atau gerakan mengikuti sesuatu (following eye
movements) tidak terganggu. Gangguan gerakan di bawah pengendalian kemauan
tersebut diatas menghilang dalam waktu singkat, mungkin disebabkan karena
adanya traktus kortikonuklear yang tidak menyilang garis median yang melayani
nukleus abduscens. Gangguan gerakan bola mata melirik ke bawah dan gerakan
bola mata ke segala arah. (Campbell 2005)
18
b.
19
Memahami traktus ini berarti memahami pula bagaimana satu sisi tubuh
dikendalikan oleh
bagian otak
mengontrol sisi tubuh kanan dan hemisfer kanan mengontrol sisi tubuh bagian kiri.
Korteks motorik mengirim impuls ke daerah spinal seperti mengirim suatu pesan.
Traktus kortikospinal mengatur gerakan volunter seperti gerakan pada lengan,
tungkai, jari-jari tangan dan kaki (Campbell, 2005 ; Wibowo, 2011).
2.3.1.2. Traktus Kortikorubra
Traktus ini berasal dari area Brodmann 6 menuju ke nukleus ruber pada sisi
homolateral. Termasuk dalam sistem ekstrapiramidal, bekerja terutama untuk
mengendalikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan sikap atau gerakangerakan pelan, penyesuaian tonus otot, gerakan asosiasi dan integrasi otonom.
Umumnya bersifat sebagai penghambat pusat-pusat motorik subkortikal dan
neuron-neuron motorik. (Moeller, 2007)
21
berfungsi dalam
mengaktivasi non spesifik impuls sensori dan merupakan stasiun relay untuk
impuls sensorik khusus yang kemudian dihantarkan ke area korteks yang sesuai.
Traktus ini mengendalikan sensibilitas yaitu rasa raba dan proprioseptif (Young,
2008).
22
2.3.2
23
24
25
26
2.3.3
dari
empat
traktus
yaitu
traktus
kortikotegmentalis,
traktus
optik yang berkaitan dengan gerakan-gerakan leher dan trunkus. Area Brodmann
18 berperan dalam lapang pandang atas dan bawah, sedangkan area Brodmann 19
berperan dalam memori topografi. (Scanlon, 2006; Moeller, 2007).
2.3.3.3. Traktus Kortikorubra
Traktus Kortikorubra merupakan serabut saraf berjalan dari korteks area
Brodmann 19 menuju nukleus ruber. Area Brodmann 19 berperan dalam memori
topografi sedangkan nukleus ruber berperan dalam lengkung reflek yang mengatur
postur tubuh dan gerakan volunter yang tepat dan halus (Campbell, 2005).
2.3.3.4. Traktus kortikonigralis
Traktus Kortikonigralis merupakan serabut saraf berasal dari korteks area
Brodmann 19 menuju ke substansia nigra yang homolateral. Substansia nigra
adalah nukleus motorik yang besar terletak di antara tegmentum dan krus serebri
kedua sisi. Merupakan komponen penting pada sistem motorik ekstrapiramidal
(Duus, 2005; Young, 2008).
Lesi krus posterior kapsula interna menyebabkan :
a.
Fase akut menyebabkan reflek tendon profunda akan bersifat hipoaktif dan
terdapat kelemahan flaksid pada otot. Reflek muncul kembali beberapa hari
atau beberapa minggu kemudian dan menjadi hiperaktif karena spindel otot
berespon lebih sensitif terhadap regangan dibandingkan dengan keadaan
28
29
dan atensi karena termasuk ke dalam sistem ARAS (Snell, 2010 ; Wibowo,
c.
2011).
Lesi pada krus posterior juga akan menimbulkan gangguan dalam bidang
auditorik yaitu gangguan persepsi nada dan persepsi fonemi, gangguan dalam
belajar, memori verbal, memori visual, prosopagnosia yaitu kehilangan
d.
kemampuan mengenali wajah orang lain dan dirinya sendiri (Ropper, 2005).
Lesi juga mengakibatkan terjadinya skotoma sentral, mata kontralateral
berdeviasi ke dalam pada tatapan primer (saat melihat lurus ke depan) dan tidak
dapat diabduksi karena paresis muskulus rektus lateralis. Terdapat mata yang
juling ke dalam disebut juga strabismus konvergen. Ketika melihat kearah
hidung mata yang paresis berotasi ke atas dan dalam karena dominasi kerja
muskulus
obliquus
inferior.
Lesi
pada
traktus
kortikotegmentalis
BAB III
30
RINGKASAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32
33
Singh, Vishram. 2010. Textbook of Clinical Neuroanatomy. 2nd Ed. New Delhi :
Elsevier. Pp 165-168.
Snell, R. 2010. Clinical Neuroanatomy. 7th ed. USA: Lippincott. pp.155-157.
Wibowo, D. 2011. Neuroanatomi Untuk Mahasiswa Kedokteran. 1th ed. Malang:
Banyu Media Publising. pp.127-128.
Young, Paul A. 2008. Basic Clinical Neuroscience. 2th ed. USA: Lippincott. pp. 6578.
34