Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

ILMU PENYAKIT SARAF

REFLEKS OTONOM

Penyusun :
A.A Istri Rai Spadyani, S. Ked
16710194

Pembimbing :
dr. Muliawan Q. Putera, Sp. S
dr. Diah Ernawati, Sp. S
dr. Lisa Puspitorini, Sp. S

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
2017
BAB I

PENDAHULUAN

Sistem saraf dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf pusat dibagi lagi menjadi otak dan medula spinalis. Sedangkan sistem saraf tepi dibagi
menjadi saraf somatik dan saraf otonom.1 Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral
tubuh disebut sistem saraf otonom. Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas
dan sekresi gastrointestinal pengosongan kandung kemih, berkeringat suhu tubuh dan banyak
aktivitas lainnya. Sistem saraf otonom juga berperan pada sistem penglihatan normal seperti
cabang parasimpatis berperan pada fungsi lakrimasi, dan ukuran pupil dikontrol oleh
keseimbangan antara persarafan simpatis untuk otot dilator iris dan parasimpatis untuk otot
sfingter iris.2

Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula
spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri khususnya korteks
limbik, dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga demikian
mempengaruhi pengaturan otonomik. Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu
sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan.3,5,6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem saraf otonom

Saraf otonom adalah sistem saraf yang melayani organ, otot polos, dan sejumlah
kelenjar yang bekerja secara otonom (gerak tak sadar). Saraf otonom bekerjanya tidak dapat
disadari dan bekerja secara otomatis atau disebut juga otot tak sadar. Sistem saraf otonom
dibagi menjadi dua yaitu: saraf simpatis dan saraf parasimpatis.

B. Anatomi sistem saraf simpatis

Sistem saraf simpatis dimulai dari medula spinalis segmen torakolumbal (torak 1
sampai lumbal 2).3,5,6,7,9 Serabut-serabut saraf ini melalui rangkaian paravertebral simpatetik
yang berada disisi lateral korda spinalis yang selanjutnya akan menuju jaringan dan organ-
organ yang dipersarafi oleh sistem saraf simpatis. Tiap saraf dari sistem saraf simpatis terdiri
dari satu neuron preganglion dan saraf postganglion. Badan sel neuron preganglion berlokasi
di intermediolateral dari korda spinalis.9 Serabut saraf simpatis vertebra ini kemudian
meninggalkan korda spinalis melalui rami putih menjadi salah satu dari 22 pasang ganglia
dari rangkaian paravertebral simpatik.4,9

Selanjutnya serat-serat ini dapat mengalami salah satu dari ketiga hal berikut : (1)
serat-serat dapat bersinaps dengan neuron postganglionik yang ada didalam ganglion yang
dimasukinya. (2) Serat-serat dapat berjalan ke atas atau kebawah dalam rantai dan bersinaps
pada salah satu ganglia lain dalam rantai tersebut. Atau (3) serat itu dapat berjalan melalui
rantai ke berbagai arah dan selanjutnya melalui salah satu saraf simpatis memisahkan diri
keluar dari rantai, untuk akhirnya berakhir di salah satu ganglia paravertebral. 1,4,9,10,11,12,13
Akson-akson neuron preganglion kebanyakan bermielin, hantarannya lambat, tipe B.3,9,14

Pada rangkaian paravertebral simpatik, serabut-serabut preganglion dapat bersinap


badan sel dari neuron postganglion atau melalui cephalad atau caudal untuk bersinap dengan
neuron postganglion (kebanyakan serabut -serabut saraf yang tidak bermielin,tipe C )3,. 9,14 Di
ganglia paravertebral yang lain, neuron-neuron postganglion kemudian keluar dari ganglia
paravertebra menuju ke berbagai organ-organ perifer. Neuron postganglion kembali ke saraf
spinal melalui rami abu-abu, neuron ini selanjutnya akan mempengaruhi tonus otot pembuluh
darah, otot-otot piloerektor, dan kelenjar keringat.4,9

Ganglia prevertebra yang berlokasi di abdomen dan pelvis, terdiri dari ganglia
coeliaca, ganglia aoarticorenal, mesenterica superior dan inferior. Ganglia terminal berlokasi
dekat dengan organ yang disarafi contohnya vesica urinaria dan rektum.4,6

Gambar 2. Alur perjalanan rami putih simpatetik 11

Berdasarkan letaknya, ganglia simpatetik digolongkan menjadi :5,6

1. Ganglia servikalis, terdiri dari 3 ganglia yaitu :


- ganglia servikalis superior
- ganglia servikalis media
- ganglia servikalis inferior
2. Ganglia thorakalis
3. Ganglia lumbalis
Gambar ganglia servikalis dan distribusinya.11
Gambar . Ganglion lumbalis11

a. Saraf simpatis (torakulumbal)

Sistem simpatis memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang yang
menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek dan
serabut post ganglion yang panjang. Serabut pra-ganglion adalah serabut saraf yang menuju
ganglion dan serabut saraf yang keluar dari ganglion disebut serabut post-ganglion.Saraf
simpatis terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom cranial dan saraf otonom
sacral. Terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang belakang
melalui serabut-serabut saraf.

Berikut fungsi dari saraf simpatis :

a. Mempercepat denyut jantung


b. Memperlambat proses pencernaan
c. Memperkecil diameter pembuluharteri
d. Memperbesar pupile.Memperkecil bronkus
e. Mengembangkan kantung kemih,
f. Mensarafi otot jantung.Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
g. Mempersarafi semua alat dalamseperti lambung, pancreas dan usus
h. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
i. Serabut motorik pada otot tak sadardalam kulit
j. Mempertahankan tonus semua otot sadar
b. Saraf parasimpatis
Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan system saraf kraniosakral, saraf pre-
ganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral.Saraf Parasimpatis merupakan saraf vagus
dari medula oblangata, turun melalui leher dari dada dan perut. Saraf parasimpatik memiliki
serabut pra-ganglion yang panjang dan serabut post-ganglion pendek.Susunan saraf
parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar
diseluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf
simpatik.Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem
saraf simpatik.
Berikut fungsi-fungsi saraf parasimpatis:
a.Merangsang sekresi kelenjar airmata, submandibularis dan kelenjar dalam
mukosa rongga hidung
b.Menpersarafi kelenjar ludah
c.Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-
paru,ginjal,pancreas,
d.Mempersarafi kolon desendens,rectum, vesika urinaria dan alat
kelamine.Memperlambat denyut jantung,
f.Mempercepat proses pencernaan
g.Memperbesar diameter pembuluh arteri
h.Memperkecil pupil
i.Mempebesar bronkus
j.Mengerutkan kantung kemih.
Pada kedua sistem tersebut terdapat ganglion yang berfungsi sebagai penghubung
antara sistem saraf pusat dengan struktur tubuh yang dilayani oleh sistem saraf otonom. Saraf
simpatik dan parasimpatik bekerja pada efektor yang sama tetapi pengaruh kerjanya
berlawanan sehingga keduanya bersifat antagonis

Refleks Otonom :
Refleks otonom kardiovaskular. Ada beberapa refleks dalam sistem kardiovaskular
yang terutama membantu mengatur tekanan darah arteri dan frekuensi denyut jantung. Salah
satu refleks ini adalah refleks baroreseptor, secara kasar reseptor regang yang disebut
baroreseptor terletak didalam dinding arteri besar, termasuk arteri karotis dan aorta. 3,17 Bila
reseptor ini teregang oleh tekanan yang tinggi, sinyal akan dijalarkan ke batang otak tempat
mereka menghambat impuls simpatis ke jantung dan pembuluh darah, sehingga tekanan arteri
turun kembali ke nilai normal.3

Refleks otonom gastrointestinal. Bagian teratas dari traktus gastrointestinal dan juga
rektum terutama diatur oleh refleks otonom. Sebagai contoh, bau yang menimbulkan selera
makan atau adanya makanan dalam mulut akan memicu timbulnya sinyal dari hidung dan
mulut menuju nuklei vagus, glosofaringeal, dan salivarius didalam batang otak. Nuklei ini
kemudian menjalarkan sinyal melalui saraf parasimpatis ke kelenjar sekretorik yang ada
didalam mulut dan lambung, sehingga menyebabkan sekresi getah pencernaan bahkan
sebelum makanan masuk kedalam mulut. Dan bila bahan fekal memenuhi rektum di bagian
ujung saluran pencernaan, maka impuls sensorik yang timbul akibat peregangan rektum akan
dikirimkan ke medula spinalis bagian sakral, dan timbul sinyal refleks yang dijalarkan
kembali melalui serat parasimpatis ke kolon bagian distal, dimana sinyal ini menimbulkan
kontraksi peristaltik kuat yang menimbulkan defekasi.3

Refleks otonom lainnya Pengosongan kandung kemih caranya mirip dengan


pengosongan rektum, peregangan kandung kemih menyebabkan timbulnya impuls ke medula
spinalis, dan keadaan ini menyebabkan refleks kontraksi kandung kemih dan relaksasi
sfingter urinaria, sehingga mempermudah pengeluaran urin.3

Yang juga penting adalah refleks seksual yang dapat dipicu oleh rangsangan psikis
dari otak maupun dari organ seksual. Impuls yang berasal dari sumber ini akan disatukan
pada medula spinalis bagian sakral, dan pada pria, mula-mula timbul ereksi terutama akibat
fungsi parasimpatis, dan selanjutnya ejakulasi yang merupakan fungsi simpatis.3

Refleks otonom lainnya meliputi refleks yang membantu pengaturan sekresi kelenjar
pankreas, pengosongan kandung empedu, ekskresi urin pada ginjal, berkeringat, konsentrasi
glukosa darah dan sebagian besar fungsi viseral lainnya.

Sistem simpatis seringkali memberi respon terhadap pelepasan impuls secara masal.
Pada kebanyakan kasus, impuls yang dikeluarkan oleh sistem saraf simpatis hampir
merupakan suatu unit yang sempurna, fenomena ini disebut pelepasan impuls masal (mass
discharge). Peristiwa ini seringkali timbul bila hipotalamus diaktivasi oleh timbulnya rasa
takut atau cemas atau bila mengalami rasa nyeri yang berat. Akibat yang timbul merupakan
reaksi yang menyebar ke seluruh tubuh, disebut respons stres atau tanda bahaya (alarm).
Pada saat lainnya, aktivasi simpatis dapat terjadi pada bagian sistem yang terisolasi, terutama
sebagai respons terhadap refleks yang melibatkan medula spinalis tetapi tidak melibatkan
otak. Yang terpenting dari masalah ini adalah sebagai berikut : pada proses pengaturan suhu,
serat simpatis mengatur pengeluaran keringat dan aliran darah pada kulit tanpa
mempengaruhi organ-organ lainnya yang dipersarafi oleh serat simpatis juga. Pada beberapa
binatang, selama timbulnya aktivitas otot.

Serat vasodilator kolinergik spesifik pada otot skelet akan terangsang secara
tersendiri, terpisah dari sistem simpatis lainnya. Sebagian besar reflek lokal, yang melibatkan
serat afferen sensorik yang berjalan secara sentral di saraf simpatis menuju ganglia simpatis
dan medula spinalis, menyebabkan respons refleks yang sangat terlokalisasi. Sebagai contoh
pemanasan pada suatu daerah kulit setempat menyebabkan vasodilatasi dan meningkatnya
pengeluaran keringat setempat sedangkan pendinginan menimbulkan akibat yang sebaliknya.
Sebagian besar refleks simpatis yang mengatur fungsi gastrointestinal mempunyai ciri
tersendiri, yang kadangkala bekerja melalui jaras saraf namun tidak memasuki medula
spinalis, hanya berjalan dari usus jalan ke ganglia simpatis, terutama di ganglia prevertebral,
dan kemudian kembali ke usus melalui saraf saraf simpatis guna mengatur aktivitas motorik
atau sekretorik.3

Sistem parasimpatis biasanya menyebabkan respon setempat yang spesifik, berbeda


dengan respon yang umum dari sistem simpatis terhadap pelepasan impuls secara masal,
maka fungsi pengaturan sistem parasimpatis sepertinya jauh lebih spesifik. Contohnya, reflek
parasimpatis kardiovaskular biasanya bekerja pada jantung untuk meningkatkan atau
menurunkan frekuensi denyut jantung, demikian juga refleks parasimpatis lainnya
menimbulkan sekresi terutama pada kelenjar mulut, sedangkan pada keadaan lain,
menimbulkan sekresi terutama di kelenjar lambung. Akhirnya refleks pengososngan rektum
yang tidak begitu mempengaruhi bagian usus lainnya.3

Ternyata terdapat hubungan yang erat antara kelompok fungsi parasimpatis ini,
contohnya walaupun sekresi saliva dapat terjadi tanpa adanya sekresi lambung, ternyata
kedua peristiwa sekresi ini sering terjadi secara bersamaan, dan seringkali juga dapat timbul
bersamaan timbul dengan kelenjar pankreas, juga refleks pengosongan rektum seringali dapat
memicu timbulnya refleks pengosongan kandung kemih dan rektum secara bersamaan.
Sebaliknya refleks pengosongan kandung kemih dapat memacu timbulnya pengosongan
rektum.3

BAB III

KESIMPULAN
Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Anatomi dan fisiologi sistem saraf
otonom berguna memperkirakan efek farmakologi obat-obatan baik pada sistem saraf
simpatis maupun parasimpatis.

Sistem saraf simpatis dimulai dari medula spinalis segmen torakolumbal. Saraf dari
sistem saraf parasimpatis meninggalkan sistem saraf pusat melalui saraf-saraf kranial III, VII,
IX dan X serta saraf sakral spinal kedua dan ketiga; kadangkala saraf sakral pertama dan
keempat. Kira-kira 75% dari seluruh serabut saraf parasimpatis didominasi oleh nervus vagus
(saraf kranial X).

Berbeda dengan sistem saraf simpatis, serabut preganglion parasimpatis menuju


ganglia atau organ yang dipersarafi secara langsung tanpa hambatan. Serabut postganglion
saraf parasimpatis pendek karena langsung berada di ganglia yang sesuai, ini berbeda dengan
sistem saraf simpatis, dimana neuron postganglion relatif panjang, ini menggambarkan
ganglia dari rangkaian paravertebra simpatis yang berada jauh dengan organ yang
dipersarafinya.

Serat-serat saraf simpatis maupun parasimpatis mensekresikan salah satu dari kedua
bahan transmiter sinaps ini, asetilkolin atau norepinefrin. Neuron- neuron yang
mengeluarkan norepinefrin ini dikenal dengan serabut adrenergik. Serabut postganglion
sistem saraf parasimpatis mensekresikan asetilkolin sebagai neurotransmitter dan dikenal
sebagai serabut kolinergik.

Semua saraf preganglion simpatis dan parasimpatis melepaskan asetilkolin sebagai


neurotransmitter karenanya dikenal sebagai serabut kolinergik. Sedangkan asetilkolin yang
dilepaskan dari serabut preganglion mengaktivasi baik postganglion simpatis maupun
parasimpatis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Organization of The Nervous System available on URL:http://users.
rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/P/PNS.html
2. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 1997 edisi 9, hal 957-970.
3. Collins VJ. Physiologic and Pharmacologic Bases of Anesthesia, Autonomic Nervous
System.1996 .Vol :.281-301.
4. Definition Autonomic Nervous System available on URL: http://www.medterms.
com/script/main/art.asp?articlekey=2403
5. Autonomic nervous system, available on URL : http://www.merck.
com/mmpe/sec16/ch208/ch208a.html

Anda mungkin juga menyukai