Pemeriksaan Penunjang
• Anemia-normocytic,
normochromic
• Absolute reticulocyte count low
• Bone Marrow Puncture : dry
aspirate, hypocellular with fat
(>70% yellow marrow)
ANEMIA APLASTIK
Tatalakasana
• Definitive therapy
• Bone marrow transplantation
• Immunosuppression
• Antithymocyte globulin (ATG)
• Antilymphocyte glubulin (ALG)
• Cyclosporin
• Intensive immunosupression : cyclophosphamide
• Corticosteroids
03
Wanita, 63 tahun, diantar anaknya ke dokter dengan keluhan mudah
mengalami perdarahan gusi maupun mimisan sejak sejak 1 bulan terakhir.
Saat dilakukan pemeriksaan pasien tampak lemah, konjungtiva anemis.
Pemeriksaan laboratorium dijumpai Hb 9 gr/dL, Leukosit 90.000, Trombosit
160.000. Hapusan darah tepi tampak adanya gumpalan bahan granula
azurophilik seperti jarum yang memanjang di dalam sitoplasma leukosit.
Diagnosis pasien ini adalah...
a. Chronic lymphocytic leukemia
b. Chronic myelogenous leukemia
c. Acute lymphoblastic leukemia
d. acute myeloid leukemia
e. Immune Thrombositic Purpura
03
Wanita, 63 tahun, diantar anaknya ke dokter dengan keluhan mudah
mengalami perdarahan gusi maupun mimisan sejak sejak 1 bulan terakhir.
Saat dilakukan pemeriksaan pasien tampak lemah, konjungtiva anemis.
Pemeriksaan laboratorium dijumpai Hb 9 gr/dL, Leukosit 90.000, Trombosit
160.000. Hapusan darah tepi tampak adanya gumpalan bahan granula
azurophilik seperti jarum yang memanjang di dalam sitoplasma leukosit.
Diagnosis pasien ini adalah...
a. Chronic lymphocytic leukemia
b. Chronic myelogenous leukemia
c. Acute lymphoblastic leukemia
d. acute myeloid leukemia
e. Immune Thrombositic Purpura
LEUKEMIA
LEUKEMIA
Sel blas dengan Auer rod pada leukemia Leukemia mielositik kronik
mieloblastik akut
Definisi
• Krisis hipertensi: peningkatan TD secara cepat yang memerlukan
penurunan tekanan darah segera.
• Hipertensi emergency: situasi dimana diperlukan penurunan tekanan
darah (≥180/120) yang segera karena adanya kerusakan organ
target
• Hipertensi urgency: situasi dimana terdapat peningkatan tekanan
darah yang bermakna (≥180/120) tanpa adanya kerusakan organ
target atau gejala yang berat
Penyebab Hipertensi Emergency
• Hipertensi maligna terakselerasi dan• Akibat katekolamin di sirkulasi: krisis
papiledema feokromositoma, interaksi makanan
• Kondisi serebrovaskular: ensefalopati atau obat dengan MAO inhibitor,
hipertensi, infark otak aterotrombotik penggunaan obat simpatomimetik,
dengan hipertensi berat, perdarahan mekanisme rebound akibat penghentian
intraserebral, perdarahan subarahnoid, mendadak obat antihipertensi,
dan trauma kepala • Eklamsia
• Kondisi jantung: diseksi aorta akut,• Kondisi bedah: hipertensi berat pada
gagal jantung kiri akut, infark miokard pasien yang memerlukan operasi
akut, pasca operasi bypass koroner segera, hipertensi pasca operasi,
• Kondisi ginjal: GN akut, hipertensi perdarahan pasca operasi dari garis
renovaskular, krisis renal karena jahitan vaskular
penyakit kolagen-vaskular, hipertensi• Luka bakar berat
berat pasca transplantasi ginjal
HIPERTENSI EMERGENCY:
• Secara umum tidak bijaksana untuk menurunkan tekanan darah terlalu
cepat atau terlalu banyak karena bisa memicu iskemia organ karena
pembuluh darah yang telah terbiasa dengan tekanan darah yang lebih
tinggi (sifat autoregulasi).
• Untuk sebagian besar keadaan hipertensi emergensi, MAP harus dikurangi
secara bertahap sekitar 10-20% pada jam pertama dan dilanjutkan 5-
15% selama 23 jam berikutnya.
• Ini sering menghasilkan target tekanan darah <180 / <120 mmHg untuk
jam pertama dan <160 /<110 mmHg untuk 23 jam berikutnya (tetapi
jarang <130 / <80 mmHg selama jangka waktu tersebut).
• Setelah periode yang sesuai (seringkali 8 hingga 24 jam) dari kontrol
tekanan darah pada target di ICU, obat oral biasanya diberikan dan terapi
intravena awal dikurangi dan dihentikan.
HIPERTENSI EMERGENCY:
• Pengecualian dilakukan pada:
– Fase akut stroke iskemik - Tekanan darah biasanya tidak diturunkan
kecuali ≥185/110 mmHg pada pasien yang merupakan kandidat untuk
terapi reperfusi atau ≥220/120 mmHg pada pasien yang bukan
kandidat untuk terapi reperfusi (trombolitik).
– Diseksi aorta akut - Tekanan darah sistolik harus diturunkan dengan
cepat ke target 100 hingga 120 mmHg (dicapai dalam 20 menit) untuk
mengurangi shear forces pada aorta.
– Perdarahan intraserebral - Untuk pasien dengan ICH akut dengan TD
sistolik 150-220 mmHg, target TD sistolik adalah 140 mmHg. Untuk
pasien dengan ICH akut dengan TD sistolik > 220 mmHg, TD
diturunkan secara agresif dengan antihipertensi intravena dan
pemantauan TD setiap lima menit. TD sasaran yang optimal tidak pasti,
tetapi 140-160 mmHg adalah target yang masuk akal.
Drug Dose range Adverse effects¶ RoleΔ
Vasodilators
Fenoldopam Initially 0.1 mcg/kg per minute◊ Tachycardia, headache, nausea, Most hypertensive emergencies.
as IV infusion titrated to a flushing Use caution or avoid with glaucoma or
maximum of 1.6 mcg/kg per increased intracranial pressure.
minute
Hydralazine 10 to 20 mg IV Sudden precipitous drop in blood In general, hydralazine should be
pressure, tachycardia, flushing, avoided due to its prolonged and 10 to 20 mg IM (40 mg
headache, vomiting,aggravation of unpredictable hypotensive effect.
maximum per labeling) angina Labetalol and nicardipine are generally
preferred choices for treatment of
eclampsia.
Nicardipine 5 to 15 mg/hour as IV infusion. Tachycardia, headache, dizziness, Most hypertensive emergencies,
Some patients may require up nausea, flushing, local phlebitis, edema including pregnancy induced.
to 30 mg/hour. Avoid use in acute heart failure.
Caution with coronary ischemia.
Vesicolithiasis – BNO
UROLITHIASIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• CT-scan tanpa kontras/NCCT
• Gold Standard, menggantikan peran IVP
• Beberapa batu yang tampil radiolusen di foto polos dapat terlihat
hiperdense di CT scan
• Batu asam urat
• Batu sistin
• Batu indinavir dan batu matriks akan tetap terlihat hipodense di CT
Scan
UROLITHIASIS
Tatalaksana
UROLITHIASIS
• Tatalaksana
Jenis Intervensi Indikasi
Medical Expulsion Batu ureter tanpa komplikasi dengan ukuran < 10
Therapy mm, observasi selama 4-6 minggu
ESWL - Bagus untuk batu ureter proksimal
(Extracorporeal - Batu ginjal yang tidak berada di kutub bawah
Shock Wave dengan ukuran < 20 mm
Lithotripsy) - Batu ginjal kutub bawah dengan ukuran < 10
mm
Ureteroscopy - Batu ureter tengah dan distal yang gagal
dengan MET (first line)
- Batu ginjal yang tidak berada di kutub bawah
dengan ukuran < 20 mm
- Batu ginjal kutub bawah dengan ukuran < 10
mm
American Urological Association 2016
UROLITHIASIS
• Tatalaksana
Jenis Intervensi Indikasi
Nephrectomy Batu ginjal dengan kondisi ginjal yang sudah tidak fungsional lagi
Temuan Khas :
• Azotemia
NEFRITIK
• Red blood cast
• Dominan hematuria
• Oligouria
• Proteinuria
• Biasanya post-infeksi
• Hipertensi (streptokokus)
• Edema periorbita
SINDROM NEFRITIK
• Terjadi inflamasi dan kerusakan pada membran
glomerulus yang terjadi akibat deposit kompleks
imun (antigen-antibodi)
• Komplikasi
• Acute renal failure, Hyperkalemia, Hyperphosphatemia
Hypocalcemia
• Acidosis, Hypertensive encephalopathy, Seizures
• Coma, Heart failure, Pulmonary edema
GNAPS
❑GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOCOCCUS
• Merupakan salah satu Acute Nephritic Syndrome yang disebabkan karena
post-infeksi Group A-Beta Hemolytic Streptococci
❑Manifestasi Klinis :
• 1 – 2 minggu setelah faringitis streptococcal atau 3 – 6 minggu setelah
streptococcal pyoderma
• Sering terjadi pada anak usia 5 – 12 tahun
❑Terjadi pembentukan antibodi terhadap Streptococcus (Anti- Streptolysin
O/ASTO) → menyebar dalam sirkulasi tubuh →membentuk kompleks imun
antibodi-antigen → terdeposit di glomerular basement membrane
❑Komplikasi tersering → CHF, ensefalopati, ARF
GNAPS
❑Pemeriksaan Penunjang :
• Darah lengkap (Anemia ringan normokrom, leukositosis ringan)
• Fungsi ginjal → Peningkatan BUN/Cr, metabolic acidosis
• Urinalisis → Hematuria, proteinuria
• Serologis, kultur swab tenggorok/kulit → Peningkatan ASTO (+)
• Serum complement level → Penurunan serum C3
• USG ginjal dan biopsi ginjal → Apabila dari hasil Pemeriksaan Fisik
dan Penunjang lainnya atipikal
SINDROMA NEFRITIK
❑Tatalaksana Awal
• Loop Diuretik (furosemid) untuk mengurangi edema jika terdapat tanda
edema berat
❑Tatalaksana Definitif
• Bila hipertensi tidak terkontrol dengan diuretik, dapat ditambahkan ACE
inhibitor (captopril) atau ARB (candesartan) → antiproteinuria
• Immunosupresan dan kortikosteroid (prednison)
• Tirah baring, diet nefritik (diet rendah garam – 2 gram Na per hari, rendah
protein – 0,5-1 gram/kgBB/hari, dan restriksi cairan – 1 liter/hari)
• Antibiotik: amoksisilin 50 mg/kgBB/hari 3 dd 1 (7-10 hari) atau eritromisin 30
mg/kgBB/hari 3 dd 1 (7-10 hari) → HANYA PADA GNAPS
17
Laki-laki, 58 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan tidak sadarkan diri secara
tiba-tiba. Pasien baru saja pulang dari IGD karena mengeluhkan nyeri ulu
hati, mual dan muntah serta berkeringat dingin. Saat itu dokter memberikan
antasida dan obat mual untuk pasien. Pemeriksaan tanda vital tidak
didapatkan nafas dan tidak teraba nadi. Setelah dipasang monitor EKG
tampak gambaran seperti berikut. Tindakan selanjutnya adalah …
a. Defibrilasi 200 Joule
b. Lakukan RJP
c. Injeksi Epinefrin
d. Injeksi Amiodarone
e. Injeksi Sulfas Atropin
17
Laki-laki, 58 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan tidak sadarkan diri secara
tiba-tiba. Pasien baru saja pulang dari IGD karena mengeluhkan nyeri ulu
hati, mual dan muntah serta berkeringat dingin. Saat itu dokter memberikan
antasida dan obat mual untuk pasien. Pemeriksaan tanda vital tidak
didapatkan nafas dan tidak teraba nadi. Setelah dipasang monitor EKG
tampak gambaran seperti berikut. Tindakan selanjutnya adalah …
a. Defibrilasi 200 Joule
b. Lakukan RJP
c. Injeksi Epinefrin
d. Injeksi Amiodarone
e. Injeksi Sulfas Atropin
18
Laki-laki, 54 tahun, datang ke praktik dokter umum dengan keluhan sesak
nafas yang memberat dalam 3 bulan ini. Sesak dirasakan terutama saat
beraktivitas maupun saat beristirahat. Pasien hanya bisa tertidur apabila
diganjal dengan 3 bantal. Riwayat merokok dijumpai sejak 25 tahun yang
lalu. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 170/100 mmHg, HR 98 x/menit,
RR 30 x/menit, suhu 37.3C. Pemeriksaan fisik didapatkan JVP meningkat,
kardiomegali (+), S3 gallop, dan edema tungkai bilateral. Pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis adalah ….
a. Troponin T
b. CK-MB
c. Ureum dan kreatinin serum
d. NT-proBNP
e. Spirometri
18
Laki-laki, 54 tahun, datang ke praktik dokter umum dengan keluhan sesak
nafas yang memberat dalam 3 bulan ini. Sesak dirasakan terutama saat
beraktivitas maupun saat beristirahat. Pasien hanya bisa tertidur apabila
diganjal dengan 3 bantal. Riwayat merokok dijumpai sejak 25 tahun yang
lalu. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 170/100 mmHg, HR 98 x/menit,
RR 30 x/menit, suhu 37.3C. Pemeriksaan fisik didapatkan JVP meningkat,
kardiomegali (+), S3 gallop, dan edema tungkai bilateral. Pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis adalah ….
a. Troponin T
b. CK-MB
c. Ureum dan kreatinin serum
d. NT-proBNP
e. Spirometri
GAGAL JANTUNG
GAGAL JANTUNG
• Disfungsi jantung → berkurangnya aliran darah dan suplai oksigen ke
jaringan → tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
• PEMBAGIAN:
• GAGAL JANTUNG KANAN (terjadi pada hipertensi pulmonal primer,
tromboemboli), dengan gejala kongesti cairan sistemik dan GAGAL
JANTUNG KIRI (akibat kelemahan ventrikel kiri) berakibat pada penurunan
perfusi sistemik.
• Low output heart failure (biasanya terjadi akibat hipertensi, kardiomiopati
dilatasi, kelainan katub) dan high output heart failure (ditemukan pada
penurunan resistensi vaskular sistemik, seperti hipertiroid, anemia dan
kehamilan)
GAGAL JANTUNG KONGESTIF
ALUR
DIAGNOSIS
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
PENYAKIT KATUP JANTUNG
• Lokasi Katup
PENYAKIT KATUP JANTUNG
HAFALAN CARCEP!
• Ingat MISAS :
• Mitral Insufisiensi, Stenosis Aorta → Murmur Sistolik
• Ingat MSAID :
• Mitral Stenosis, Aorta Insufisiensi → Murmur Diastolik
26
Perempuan, 26 tahun datang ke IGD RS karena sesak nafas sejak 2 jam lalu.
Pasien sedang hamil trimester kedua dan juga memiliki riwayat asma sejak
kecil. Keluhan sesak nafas ini telah dirasakan pasien 2 kali dalam minggu ini.
Setelah dilakukan terapi, keluhan pasien mereda dan pasien diperbolehkan
pulang. Tatalaksana yang tepat diberikan untuk mencegah serangan pada
pasien ini adalah?
A. Salmeterol inhalasi
B. Flutikason inhalasi
C. Dexamethason oral
D. Salbutamol oral
E. Salbutamol inhalasi
26
Perempuan, 26 tahun datang ke IGD RS karena sesak nafas sejak 2 jam lalu.
Pasien sedang hamil trimester kedua dan juga memiliki riwayat asma sejak
kecil. Keluhan sesak nafas ini telah dirasakan pasien 2 kali dalam minggu ini.
Setelah dilakukan terapi, keluhan pasien mereda dan pasien diperbolehkan
pulang. Tatalaksana yang tepat diberikan untuk mencegah serangan pada
pasien ini adalah?
A. Salmeterol inhalasi
B. Flutikason inhalasi
C. Dexamethason oral
D. Salbutamol oral
E. Salbutamol inhalasi
ASMA
• Inflamasi kronik pada saluran nafas yang berhubungan
dengan hiperreaktifitas saluran respirasi & keterbatasan
aliran udara akibat adanya penyempitan bronchus yang
bersifat reversibel.
• Gejala klinis
• Kondisi stabil (steady-state) → keluhan batuk malam hari dan sesak
nafas saat olahraga
• Saat serangan asma (asthma-attack exacerbation) → sesak berat dan
ditandai dengan suara nafas mengi.
ASMA
• Diagnosis asma didasari oleh riwayat penyakit /
gejala :
• Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa
pengobatan
• Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan
berdahak
• Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
• Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
• Respons terhadap pemberian bronkodilator
• Pemeriksaan Gold Standar → Spirometri dengan
kombinasi bronkodilator GINA 2017
ASMA
Gejala yang meningkatkan kemungkinan kemungkinan penegakan diagnosa
penegakan diagnosa asma asma
• Lebih dari satu jenis gejala (mengi, sesak • Batuk terisolasi tanpa gejala
napas, batuk, dada sesak) pernapasan lainnya
• Gejala seringkali memburuk pada malam • Produksi dahak kronis
hari atau di pagi hari • Sesak napas yang berhubungan
• Gejala bervariasi dari waktu ke waktu dan dengan pusing, pusing, atau
dalam intensitas kesemutan pada bagian tepi
• Gejala dipicu oleh infeksi virus, olahraga, • Nyeri dada
paparan alergen, perubahan cuaca, tawa, • Dispnea yang diinduksi oleh
iritan seperti asap knalpot mobil, asap, atau olahraga dengan inspirasi yang
bau menyengat berisik (stridor)
Gejala yang menurunkan
ASMA
• Kriteria Diagnosis
Karakteristik Kriteria
Riwayat gejala respirasi variatif Wheezing, • Umumnya terdapat > 1 gejala respirasi
napas pendek, dada terasa sesak dan • Gejala bervariasi dari segi waktu dan intensitas
batuk • Gejala lebih berat saat malam hari/bangun tidur
• Dicetuskan oleh aktivitas fisik, tertawa, alergen, udara dingin
• Timbul/semakin parah dengan infeksi virus
Confirmed variable expratory airflow limitation:
Obstruksi saluran napas yang variatif • FEV1 < 80%, dan minimal pada satu kali pengukuran dimana FEV1
<80%, didapatkan FEV1/FVC <75% (dewasa) / <90% (anak)
• Semakin variatif, diagnosis asma semakin kuat.
Positive bronchodilator reversibility test (lebih Dewasa: peningkatan FEV1>12% dan >200 mL baseline dalam 10-
mungkin positif jika sebelumnya terapi 15 menit pemberian albuterol 200-400 mcg/ekuivalennya
dihentikan: SABA stop ≥ 4 jam, LABA ≥ 15 Anak: peningkatan FEV1 >12% nilai prediksi
jam)
Variabilitas eksesif dalam pengukuran peak Dewasa: rerata variabilitas diurnal PEF > 10% Anak: rerata
expiratory flow 2x sehari selama 2 minggu variabilitas diurnal PEF > 13%
ASMA
• Kriteria Diagnosis
Karakteristik Kriteria
Confirmed variable expratory airflow limitation:
Positive exercise challenge test • Dewasa: FEV1 turun >10% dan >200 mL baseline
• Anak: FEEV1 turun >12% prediksi atau PEF >15%
Positive bronchial challenge test (umumnya Penurunan FEV1 ≥ 20% dengan pemberian dosis standar metacholine atau
pada dewasa) histamin, atau FEV1 turun ≥ 15% dengan hiperventilasi standar, uji salin
hipertonik atau manitol
Variabilitas eksesif antar kunjungan Dewasa: variasi FEV1 >12% dan >200 mL pada setiap
rawat jalan (less reliable) kunjungan, di luar kasus infeksi respirasi
Anak: variasi FEV1 >12% atau PEF >15% (dapat termasuk kasus infeksi
respirasi)
ASMA
Klasifikasi berdasarkan
Frekuensi Eksaserbasi
ASMA
Klasifikasi Derajat
Eksaserbasi
ASMA
Tatalaksana
Eksaserbasi Pada
Layanan Primer
ASMA
Tatalaksana
Eksaserbasi Pada
Layanan Primer
ASMA
Tatalaksana
Eksaserbasi Pada IGD
ASMA
Tatalaksana
Eksaserbasi Pada IGD
ASMA
Tatalaksana
Eksaserbasi Pada IGD
ASMA
Tatalaksana
Maintenace di Rumah
/ STABIL
30
Laki-laki, 40 tahun datang dengan keluhan batuk berdarah sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan penurunan berat badan dan
keringat malam. Pasien sebelumnya telah terdiagnosis terinfeksi HIV
dengan CD4 250/mm3. Penanganan yang tepat pada pasien ini
adalah .
a. OAT diberikan bersamaan dengan ARV
b. Tunda ARV hingga selesai pengobatan OAT
c. ARV diberikan segera setelah OAT ditoleransi
d. Tunda OAT hingga selesai pengobatan ARV
e. ARV diberikan setelah fase intensif
30
Laki-laki, 40 tahun datang dengan keluhan batuk berdarah sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan penurunan berat badan dan
keringat malam. Pasien sebelumnya telah terdiagnosis terinfeksi HIV
dengan CD4 250/mm3. Penanganan yang tepat pada pasien ini
adalah .
a. OAT diberikan bersamaan dengan ARV
b. Tunda ARV hingga selesai pengobatan OAT
c. ARV diberikan segera setelah OAT ditoleransi
d. Tunda OAT hingga selesai pengobatan ARV
e. ARV diberikan setelah fase intensif
TUBERKULOSIS
• Penyakit infeksi ec Mycrobacterium tubercolosis
• Kuman TB berbentuk batang, memiliki sifat tahan asam terhadap pewarnaan
Ziehl Neelsen sehingga dinamakan Basil Tahan Asam (BTA).
• Media kultur TB yang dipakai adalah Loenstein Jensen
TUBERKULOSIS
• TUBERKULOSIS PRIMER
• M. tb → saluran napas → sarang/afek primer di bagian paru mana pun → saluran
getah bening → kgb hilus (limfadenitis regional).
• Dapat sembuh tanpa bekas atau terdapat garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus.
• Morfologi: radang putih keabuan, perkejuan sentral.
• TUBERKULOSIS POSTPRIMER
• Muncul bertahun-tahun setelah tb primer, di segmen apikal lobus superior atau lobus
inferior.
• Dapat sembuh tanpa bekas atau sembuh dengan jaringan fibrosis, pengapuran, atau
kavitas yang menciut & terlihat seperti bintang.
• Morfologi: fokus putih keabuan-kuning berbatas tegas, perkejuan sentral, & fbrosis
perifer.
TUBERKULOSIS
TUBERKULOSIS
• Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan
terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis.
• Pemeriksaan bakteriologis →
• Pemeriksaan Mikroskopis,
• Tes Cepat Molekuler TB Dan
• Biakan.
• Pemeriksaan TCM untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan
pemantauan evaluasi pengobatan dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskop
TUBERKULOSIS
Penegakan DIagnosis
• Faskes yang tidak mempunyai alat TCM dan kesulitan mengakses
TCM, penegakan diagnosis TB tetap menggunakan mikroskop.
• Jumlah contoh uji dahak untuk pemeriksaan mikroskop sebanyak 2
(dua) dengan kualitas yang bagus. Contoh uji dapat berasal dari
dahak Sewaktu-Sewaktu atau Sewaktu-Pagi.
• BTA (+) →jika salah satu atau kedua contoh uji dahak menunjukkan
hasil pemeriksaan BTA positif.
• Pasien yang menunjukkan hasil BTA (+) pada pemeriksaan dahak
pertama, → ditegakkan sebagai pasien dengan BTA (+)
Algoritma TB Nasional 2016
Faktor risiko :
• Riwayat ispa oleh virus (EBV)
• Riwayat infeksi saluran cerna (Campylocbacter jejuni)
• Pembedahan
GULLAIN BARRE SYNDROME
Manifestasi Klinis
• Paralisis ascending simetris
• Kelemahan ekstremitas dari tungkai
bawah kemudian ke tubuh bagian atas
• Glove and stocking phenomenon
• Parasthese/penurunan sensorik pada
kedua tangan dan kaki
• Gangguan motorik > sensorik
• Hilangnya refleks tendon
GULLAIN BARRE SYNDROME
Pemeriksaan Penunjang
• Pungsi lumbal : peningkatan protein CSF tanpa disertai peningkatan leukosit
(mononuclear cell <10/mm3) (Disosiasi Sitoalbumin)
• Emg : adanya tanda demyelinisasi
• Pemeriksaan fungsi paru
Tatalaksana
• IVIG 100mg atau 0.4 g/kg (5 hari)
• Plasmapheresis / plasma exchange 40-0 mL/kg (7-10 hari)
• Neuroprotector : piridoxyn, citicholine, vit B complex
Komplikasi
• Depresi pernafasan
• Th/ perawatan intensif (ventilator)
33
Laki-laki, 57 tahun, datang ke IGD dibawa keluarganya dengan keluhan
kelemahan sisi tubuh sebelah kanan mendadak sejak 1 jam yang lalu. Keluhan
dirasakan tiba-tiba oleh pasien saat sedang bekerja. Kelemahan dirasakan
pasien lebih berat pada bagian tubuh atas dibanadingkan bawah. Pasien
sulit mengerti isi pembicaraan atau perintah orang lain, namun dapat
berkata-kata dengan jelas. Diagnosis serta gangguan yang terkena pada
kasus pasien adalah …
a. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri anterior
b. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri media
c. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri posterior
d. Stroke iskemik ec pecahnya aneurisme charcoat
e. Stroke iskemik ec pecahnya aneurisme berry
33
Laki-laki, 57 tahun, datang ke IGD dibawa keluarganya dengan keluhan
kelemahan sisi tubuh sebelah kanan mendadak sejak 1 jam yang lalu. Keluhan
dirasakan tiba-tiba oleh pasien saat sedang bekerja. Kelemahan dirasakan
pasien lebih berat pada bagian tubuh atas dibanadingkan bawah. Pasien
sulit mengerti isi pembicaraan atau perintah orang lain, namun dapat
berkata-kata dengan jelas. Diagnosis serta gangguan yang terkena pada
kasus pasien adalah …
a. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri anterior
b. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri media
c. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri posterior
d. Stroke iskemik ec pecahnya aneurisme charcoat
e. Stroke iskemik ec pecahnya aneurisme berry
STROKE
Defenisi
Merupakan sindrom klinis yang terdiri dari defisit
neurologis, baik fokal maupun global, yang terjadi
secara tiba-tiba, dengan progresivitas yang cepat,
yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan
oleh gangguan vaskular atau peredaran darah otak
nontraumatik
Terminologi Stroke
Transient Ischemic Attack (TIA)
• defisit neurologis fokal akut yang timbul karena gangguan aliran darah otak
sepintas dan menghilang kembali secara lengkap tanpa sisa dalam waktu tidak
lebih dari 24 jam.
Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
• defisit neurologis fokal akut yang timbul karena gangguan aliran darah otak
berlangsung lebih dair 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 72 jam.
Prolonged Reversible Iscemic Neurological Deficit (PRIND)
• defisit neurologis fokal akut yang timbul karena gangguan aliran darah otak
berlangsung lebih dair 72jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 7 hari
Terminologi Stroke
Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
• deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak yang
berlangsung progresif dan mencapai maksimal dalam beberapa jam
hingga beberapa hari4.
Stroke in Resolution Stroke in resolution:
• deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak yang
memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal dalam beberapa jam
sampai bebrapa hari.
Completed Stroke (Infark serebri):
• defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan peredaran darah
otak yang secara cepat menjadi stabil tanpamemburuk lagi
Klasifikasi Stroke
Stroke Iskemik / Non-hemoragik
• Stroke Trombotik
❑Sebagian besar terjadi saat tidur (dinamika sirkulasi menurun). Berkaitan dengan lesi
aterosklerotik.
• Stroke Embolik
❑Asal stroke embolik ialah arteri distal atau jantung. Biasanya terjadi saat pasien
beraktivitas.
Stroke Hemoragik
• Perdarahan intraserebral
• Perdarahan subarachnoid
Ischemic Stroke Intracerebral Subarachnoid
Hemorrhage Hemorrhage
FAST Keluhan :
• Hemiparesis satu sisi
•Facial movement • Gangguan sensorik satu sisi
•Arm movement • Hemianopia
• Afasia
•Speech • Disartria
•Test all three • Diplopia
• Disfagia
Perbedaan SH dan SI
Stroke Hemoragik
Gejala Stroke Iskemik
ICH SAH
Defisit Fokal Berat Ringan Berat/Ringan
Onset Cepat (Menit-Jam) Cepat (1-2 menit) Lambat (Jam-Hari)
Nyeri Kepala Hebat Sangat Hebat Ringan
Peningkatan TIK Sering Sering Tidak
Hipertensi Hampir Selalu Biasanya Tidak Sering Sekali
Enteroinvasive E. coli (EIEC) Present most commonly as watery diarrhea. Minority of patients experience a
dysentery syndrome, with fever, systemic toxicity, crampy abdominal pain,
tenesmus, and urgency
Enteropathogenic E. coli (EPEC) Profuse watery, nonbloody diarrhea with mucus, vomiting and low-grade fever.
Chronic diarrhea and malnutrition can occur. Usually at < 2 y.o, esp <6 mo (at
weaning period)
Shigatoxin-producing E. coli Symptoms ranging from mild diarrhea to severe hemorrhagic colitis and
(STEC)/EHEC hemolytic-uremic syndrome in all ages
Enteroaggregative E. coli (EAggEC) Watery, mucoid, secretory diarrhea with low-grade fever and little or no vomiting.
One third of patients have grossly bloody stools. The watery diarrhea usually persist
≥14 days
DIARRHEAGENIC E-COLI
Strain Syndrome
Enterotoxigenic E. coli (ETEC) Watery diarrhea
Enteropathogenic E. coli (EPEC) Infantile diarrhea
Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) Hemorrhagic colitis and hemolytic
uremic syndrome
Enteroinvasive E. coli (EIEC) Dysentery
Enteroaggregative E. coli (EAEC) Persistent diarrhea in children and
patients infected with HIV
Disentri: Basiler (Shigellosis) vs Amoeba
CHARACTERISTICS AMOEBIC DYSENTERY BACILLARY DYSENTERY
MACROSCOPIC
Number 6-8 motions a day Over 10 motions a day
Blood mucus, mainly watery
Appearance and Amount Blood mucus, semi formed
Odour Offensive (fishy odour) Odourless
Colour Dark red (altered blood) Bright red (fresh blood)
Reaction Acidic Alkaline
Consistency Not adherent to the container Adherent to the container
Microscopic
Discrete, sometimes in clumps due to
RBCs In clumps
rouleaux formation
Pus Cells Few Numerous
Numerous, many of them contain RBCs hence may
Macrophages Few
be mistaken for E. histolytica
Eosinophils Present Scarce
Charcot-Leyden (C-L) crystals* Present Absent
Pyknotic bodies** Present Absent
Ghost Cells*** Absent Present
Parasites Seen Trophozoites of E. histolytica Absent
Scanty, nonmotile (Shigella is non motile
Bacteria Seen Many motile bacteria
bacteria)
Culture
Growth on MacConkey Agar Various intestinal flora may grow Pure growth of Shigella spp. may be seen
AMOEBIASIS
AMOEBIASIS INTESTINAL
• Inkubasi: 8 hari - beberapa bulan
Etiologi
• Entamoeba histolytica
Manifestasi Klinis :
• Kolitis amuba: nyeri perut kuadran bawah, distensi
• Manifestasi ekstraintestinal: ABSES HEPAR
• Tahap Akut
• Diare dengan epitelium (tanpa darah, nyeri perut, << BB, flatulens dan konstipasi
• Infeksi Berat 10-20 hari
• Diare dengan epitelium dan darah, nyeri perut (mulas), dehidrasi dan demam
AMOEBIASIS
ALUR INFEKSI
• Kista infektif (kista matang,
berinti 4) tertelan →
Ekskistasi di ileum terminal/
kolon → trofozoit (bentuk
invasif) → penetrasi dan
invasi ke mukosa kolon →
destruksi jaringan, diare
berdarah, dan kolitis
• Trofozoit juga bisa
menyebar secara
hematogen lewat sirkulasi
portal ke hati atau organ
jauh
AMOEBIASIS
Pemeriksaan Penunjang : Spesimen Feces
• Bentuk kista → feses yang padat
• Bentuk trophozoit → feses yang cair Binucleated
• Temuan diagnostik: erythrophagocytic Uninucleated cyst cyst
trophozoites in dysenteric specimens
Trofozoitnya memiliki ciri-ciri morfologi :
• Ukuran 10 – 60 μm
• Sitoplasma bergranular dan mengandung Sel darah
eritrosit
• Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai merah
dengan karyosom padat di tengah inti, serta Quadrinucleated cyst
kromatin di pinggiran inti
• Alat gerak ektoplasma lebar, disebut
pseudopodia.
AMOEBIASIS
Terapi
• Metronidazol 3 x 500-750 mg/hari selama 5-10 hari
ABSES HATI:
• Metronidazol 3 x 750 mg/hari selama 10 hari
• Tinidazole
• Intestinal amebiasis 1 x 2 g selama 3 hari
• Amebic liver abscess 1 x 2 g selama 3-5 hari
43
Wanita, 42 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas kadang
disertai mual sejak 1 bulan terakhir. Pasien mengaku urin berwarna
kecoklatan dan feces berwarna kuning-kecoklatan. Pasien juga mengeluhkan
demam. Pemeriksaan tanda vital TD 120/70 mmHg, HR 80 x/menit, RR 18
x/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan tiba-tiba menahan napas ketika
pasien dilakukan palpasi pada perut kanan atas. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan peningkatan kolesterol. Diagnosis yang sesuai adalah ….
a. Kolesistitis
b. Kolangitis
c. Koledokolitiasis
d. Kolelitiasis
e. Pankreatitis
43
Wanita, 42 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas kadang
disertai mual sejak 1 bulan terakhir. Pasien mengaku urin berwarna
kecoklatan dan feces berwarna kuning-kecoklatan. Pasien juga mengeluhkan
demam. Pemeriksaan tanda vital TD 120/70 mmHg, HR 80 x/menit, RR 18
x/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan tiba-tiba menahan napas ketika
pasien dilakukan palpasi pada perut kanan atas. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan peningkatan kolesterol. Diagnosis yang sesuai adalah ….
a. Kolesistitis
b. Kolangitis
c. Koledokolitiasis
d. Kolelitiasis
e. Pankreatitis
KOLESISTITIS
Defenisi
• Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu yang paling
sering terjadi karena penyumbatan saluran kistik oleh batu
empedu yang timbul dari kandung empedu (kolelitiasis).
Gejala klinis :
• sakit perut (sakit perut kanan atas),
• Mual, muntah dan demam.
KOLESISTITIS
Diagnosis:
• Murphy sign atau nyeri tekan abdomen
kanan atas
• Demam, leukositosis, atau peningkatan
CRP
• Aminotransferase meningkat sedang
(biasanya <5 kali batas atas)
• Bilirubin meningkat ringan (<5
mg/dl), bila tinggi kemungkinan
koledokolitiasis
KOLESISTITIS
Pemeriksaan Penunjang :
USG :
• Sonographic Murphy sign (nyeri tekan timbul ketika
probe USG ditekan ke arah kandung empedu)
• Penebalan dinding kandung empedu (>4 mm),
double rim cairan perikolesistik, dilatasi duktus
biliaris
• Pembesaran kandung empedu (long axis diameter
>8 cm, short axis diameter >4 cm)
• Impacted stone.
KOLESISTITIS
Terapi Medik
• Puasa, NGT, tatalaksana cairan & elektrolit
• NSAID (ketorolac)
• Antibiotik IV: (Ceftriaxone/ Cefepime/ Ciprofloxacine/ Levofloxacin) +
Metronidazole; Carbapenems (Ertapenem, Meropenem); Piperacillin-
tazobactam
Terapi Bedah
• Kolesistektomi dini (dalam 72 jam)
46
Laki-laki, 50 tahun, mengeluh lemas dan lesu sejak 6 bulan terakhir. Pasien
sering haus dan BAK, terutama malam hari. Pemeriksaan vital sign didapatkan
TD 120/80 mmHg, HR 80 kali/menit, RR 20 kali/menit dan suhu afebris. Pada
pemeriksaan lab didapatkan GDS 110 mg/dL. Pasien mempunyai riwayat
cedera kepala 1 minggu yang lalu. Kemungkinan diagnosis pasien adalah?
A. Diabetes mellitus tipe 1
B. Diabetes mellitus tipe 2
C. Prediabetes
D. Diabetes insipidus tipe nefrogenik
E. Diabetes insipidus tipe neurogenic
46
Laki-laki, 50 tahun, mengeluh lemas dan lesu sejak 6 bulan terakhir. Pasien
sering haus dan BAK, terutama malam hari. Pemeriksaan vital sign didapatkan
TD 120/80 mmHg, HR 80 kali/menit, RR 20 kali/menit dan suhu afebris. Pada
pemeriksaan lab didapatkan GDS 110 mg/dL. Pasien mempunyai riwayat
cedera kepala 1 minggu yang lalu. Kemungkinan diagnosis pasien adalah?
A. Diabetes mellitus tipe 1
B. Diabetes mellitus tipe 2
C. Prediabetes
D. Diabetes insipidus tipe nefrogenik
E. Diabetes insipidus tipe neurogenic
Diabetes Insipidus
• Antidiuretic hormone (ADH)
atau vasopressin merupakan
hormon yang dikeluarkan oleh
hipofisis posterior, berfungsi
agar ginjal meretensi air.
• Kriteria diagnosis:
• Volume urine >3 liter per hari
• Osmolaritas urin <300
mOsm/kg
Jenis Diabetes Insipidus (DI)
DI tipe sentral
• Karena kurangnya sekresi ADH dari hipofisis posterior
• Etiologi: idiopatik, trauma, infeksi hipofisis karena TB atau jamur,
operasi hipofisis.
DI tipe nefrogenik
• Karena resistensi ginjal terhadap ADH
• Etiologi: efek samping obat (lithium, amfoterisin B), hipokalemia berat
Harus juga dibedakan dengan polidipsi psikogenik, yaitu perilaku minum air dalam jumlah berlebihan
tanpa adanya stimulus dari otak untuk minum. Biasanya kondisi ini berkaitan dengan gangguan
psikiatri, seperti skizofrenia dan skizoafektif.
Penegakan Diagnosis Diabetes Insipidus
❑Diagnosis KAD:
• Kadar glukosa 250 mg/dL
• pH <7,35
• HCO3 rendah
• Anion gap tinggi
• Keton serum (+)
Copyrights a pply
Terapi HHS Berdasarkan American
Diabetes Association
Copyrights apply
48
Wanita, 13 tahun dibawa ke UGD karena pusing dan hampir pingsan setelah
mengikuti lomba lari jauh di sekolah. Pasien mengatakan sering menggunakan
obat suntik di perutnya setiap sebelum makan dalam 2 tahun terakhir.
Pemeriksaan klinis, pasien masih respon terhadap rangsangan nyeri, pucat,
dan berkeringat dingin. Pemeriksaan tanda vital : suhu tubuh 36,5C,
pernapasan 16x/menit, nadi 80x/menit. Tidak ada gejala neurologis yang
patologis. Diagnosis yang paling mungkin adalah…
A. Asidosis metabolik
B. DM Hiperglikemi
C. Ketoasidosis diabetes
D. DM Hipoglikemi
E. Heat stroke
48
Wanita, 13 tahun dibawa ke UGD karena pusing dan hampir pingsan setelah
mengikuti lomba lari jauh di sekolah. Pasien mengatakan sering menggunakan
obat suntik di perutnya setiap sebelum makan dalam 2 tahun terakhir.
Pemeriksaan klinis, pasien masih respon terhadap rangsangan nyeri, pucat,
dan berkeringat dingin. Pemeriksaan tanda vital : suhu tubuh 36,5C,
pernapasan 16x/menit, nadi 80x/menit. Tidak ada gejala neurologis yang
patologis. Diagnosis yang paling mungkin adalah…
A. Asidosis metabolik
B. DM Hiperglikemi
C. Ketoasidosis diabetes
D. DM Hipoglikemi
E. Heat stroke
Hipoglikemia
• Hipoglikemia → menurunnya kadar
glukosa darah < 70 mg/dL dengan atau
tanpa gejala otonom
• Whipple triad
• Gejala hipoglikemia
• Kadar glukosa darah rendah
• Gejala berkurang dengan pengobatan
• Penurunan kesadaran pada DM harus
dipikirkan hipoglikemia terutama yang
sedang dalam pengobatan
Hipoglikemia Tanda Gejala
Autonomik Rasa lapar, berkeringat, gelisah, paresthesia, Pucat, takikardia, widened pulse
palpitasi, Tremulousness pressure
Neuroglikopenik Lemah, lesu, dizziness, pusing, confusion, Cortical-blindness, hipotermia,
perubahan sikap, gangguan kognitif, pandangan kejang, koma
kabur, diplopia
Hiperpigmentasi mukosa
• 90% disebabkan oleh autoimun
• Penyebab lain: tuberkulosis, adrenalektomi, neoplasia, genetik,
iatrogenik, obat (eg. Etomidad→inhibisi sintesis kortisol)
ADDISON CRISIS/ KRISIS ADRENAL
TATALAKSANA
1. Glucocorticoid replacement
• Hydrocortisone 15 to 25 mg orally in two or three divided doses (largest dose in
morning upon awakening; typically 10 mg upon arising in morning, 5 mg early
afternoon, 2.5 mg late afternoon) or
• Prednisone 5 mg (range: 2.5 to 7.5 mg) orally at bedtime; or Dexamethasone 0.75
mg (range: 0.25 to 0.75 mg) orally at bedtime Monitor clinical symptoms and
morning plasma ACTH.
2. Mineralocorticoid replacement*
• Fludrocortisone 0.1 mg (range: 0.05 to 0.2 mg) orally.
• Liberal salt intake.
• Monitor lying and standing blood pressure and pulse, edema, serum potassium, and
plasma renin activity.
TATALAKSANA
3. Androgen replacement
• Dehydroepiandrosterone (DHEA)¶ initially 25 to 50 mg orally (only in women with impaired
mood or sense of well-being despite optimal glucocorticoid and mineralocorticoid
replacement).
4. Patient education
5. Emergency precautions
6. Treatment of minor febrile illness or stress
• Increase glucocorticoid dose 2-3 fold for the few days of illness. Don’t change
mineralocorticoid dose. Patient is instructed to contact clinician if illness worsens or persists
for more than three days.
7. Emergency treatment of severe stress or trauma
• Each patient should have an injectable glucocorticoid in preparation for severe stress or trauma
and get medical help immediately after injection.
Tatalaksana Krisis Adrenal
Emergency measures
1. Establish intravenous access with a large-gauge needle.
2. Draw blood for immediate serum electrolytes and glucose and routine measurement of plasma cortisol and ACTH. Do not wait for
laboratory results.
3. Infuse 2 to 3 liters of isotonic saline or 5% dextrose in isotonic saline as quickly as possible. Frequent hemodynamic monitoring
and measurement of serum electrolytes should be performed to avoid iatrogenic fluid overload.
4. Give hydrocortisone (100 mg intravenous bolus), followed by 50 mg intravenously every 6 hours (or 200 mg/24 hours as a
continuous intravenous infusion for the first 24 hours). If hydrocortisone is unavailable, alternatives include prednisolone,
prednisone, and dexamethasone.
5. Use supportive measures as needed (Electrolyte abnormalities may include hyponatremia, hyperkalemia or rarely hypercalcemia.
Hyponatremia is rapidly corrected by cortisol and volume repletion)
Subacute measures after stabilization of the patient
1. Continue intravenous isotonic saline at a slower rate for next 24 to 48 hours.
2. Search for and treat possible infectious precipitating causes of the adrenal crisis.
3. Perform a short ACTH stimulation test to confirm the diagnosis of adrenal insufficiency, if patient does not
have known adrenal insufficiency.
4. Determine the type of adrenal insufficiency and its cause if not already known.
5. Taper parenteral glucocorticoid over 1 to 3 days, if precipitating or complicating illness permits, to oral glucocorticoid maintenance
dose.
6. Begin mineralocorticoid replacement with fludrocortisone, 0.1 mg by mouth daily, when saline infusion is
stopped.
50
Laki-laki, 45 tahun datang ke puskesmas dengan menyerahkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang dibawa dari kantor. Didapatkan nilai
GDP 145 mg/dl. Pasien tidak mengeluhkan apa-apa. Dokter
memutuskan untuk cek profil gula ulang dan ditemukan GDP 120 mg/dl
dan TTGO 155 mg/dl. Apa diagnosa pasien saat ini yang tepat?
A. Normal
B. Prediabetes
C. Toleransi Glukosa Terganggu
D. Gula darah puasa terganggu
E. Diabetes melitus
50
Laki-laki, 45 tahun datang ke puskesmas dengan menyerahkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang dibawa dari kantor. Didapatkan nilai
GDP 145 mg/dl. Pasien tidak mengeluhkan apa-apa. Dokter
memutuskan untuk cek profil gula ulang dan ditemukan GDP 120 mg/dl
dan TTGO 155 mg/dl. Apa diagnosa pasien saat ini yang tepat?
A. Normal
B. Prediabetes
C. Toleransi Glukosa Terganggu
D. Gula darah puasa terganggu
E. Diabetes melitus
DIABETES MELITUS
❑DM TIPE 1 • Defek genetik pada fungsi sel ;
• destruksi sel → defisiensi insulin • Defek genetik pada kerja insulin;
absolut • Penyakit eksokrin pancreas;
• Immune-mediated atau Idiopatik, • Endokrinopati;
biasa pada usia muda • Diinduksi obat atau zat kimia;
❑DM TIPE 2 • Infeksi; Bentuk tidak lazim dari
• Predominan resistensi insulin immune mediated DM;
dengan defisiensi insulin relatif • Sindrom genetik lain, yang kadang
• Biasa pada usia dewasa berkaitan dengan DM
❑TIPE SPESIFIK LAIN : ❑DM GESTASIONAL
DIABETES MELITUS
Tirotoksikosis:
manifestasi peningkatan
hormon tiroid dalam
sirkulasi.
Hipertiroidisme:
tirotoksikosis yang
disebabkan oleh kelenjar
tiroid hiperaktif.
Kumar and Clark Clinical Medicine
Hipertiroid Primer & Sekunder
Human Physiology.
Graves’ disease
❑Defenisi: • ophthalmopati: 90% kasus
• Pr:Lk → 5–10:1, usia terbanyak 40 • Edema periorbital, retraksi
- 60 thn kelopak, proptosis
• Antibodi tiroid (+): TSI atauTBII • myxedema pretibial (3%):
(+pada 80%), anti-TPO, • edema di tungkai bawah
antithyroglobulin; ANA akibat dermopati infiltratif
• Manifestasi klinis yaitu gejala
hipertiroid ditambah:
• Goiter
• diffusa, tdk nyeri, terdengar
bruit
Hipertiroidisme
❑Pemeriksaan penunjang • Skor<11 eutiroid
• ↑FT4 &FT3; ↓TSH (↑ pada sebab • Antara 11-19 equivocal
sekunder)
• Tidak perlu periksa autoantibodi❑Hipertiroid Subklinis
kecuali pada kehamilan (resiko • ↓TSH ringan &free T4 normal,
fetal Graves) tanpa gejala klinis
• Dapat terjadi hipercalciuria, • 15% → hipertiroid dlm 2 thn;
↑resiko AF & osteoporosis
hipercalcemia, anemia
• Indeks Wayne
• Skor>19 hipertiroid
20.Radioactive Iodine
Tatalaksana
• Methimazole: • PTU:
– dosis awal 20 – 30 mg / – resiko ↑nekrosis hepatosellular;
hari. efek lebih lambat
– 70% rekuren setelah 1 thn – dosis awal 300 – 600 mg /
– ES: pruritus,rash, arthralgia, hari, dosis maksimal 2.000
demam, &agranulocytosis pd mg/hari
0.5% kasus – Evaluasi: fx hepar, DPL, dan
– DOC untuk pasien dewasa, TSH sebelum terapi dan saat
anak-anak dan ibu hamil follow-up
trimester kedua dan ketiga – DOC pada ibu hamil trimester
pertama
Tatalaksana
• Awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-6 minggu
→eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan
– memantau klinis, FT4/T4/T3 dan TSHs.
• Obat antitiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis
terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid selama
12-24 bulan
– Setelah 12-24 bln, dihentikan, dan dinilai apakah terjadi
remisi
– Remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid dihentikan,
pasien masih dalam keadaan eutiroid
Tatalaksana
• Radioactive iodine (RAI): • Alergi antitiroid
• Premedikasi psn dgn obat antitiroid utk • tidak dapat menerima yodium radioaktif
mencegah tirotoksikosis, hentikan 3 hari • Adenoma toksik, struma multinodosa toksik,
sebelum terapi agar RAIbisa di uptake Graves yang berhubungan dengan satu atau
• 75% pasisen setelah terapi radioaktif menjadi lebih nodul
hipotiroid dan siap operasi • Radioablasi
• β blocker: • ≥35 tahun
• dosis 40 – 200 mg dalam 4 dosis, mengontrol • kambuh setelah dioperasi
takikardia (propranolol juga↓ konversi T4 • Gagal remisi
→T3) • Tidak mampu atau tidak mau obat antitiroid
• Tindakan bedah • Adenoma toksik, struma multinodosa toksik
• usia muda dengan struma besar tidak respons
dengan antitiroid
• hamil trimester kedua yang memerlukan obat
dosis tinggi
54
Wanita, 24 tahun G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu dibawa ke Puskesmas oleh
keluarganya karena nyeri perut sejak semalam. Keluar cairan, lendir dan sedikit
darah dari jalan lahir sejak 3 jam yang lalu. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD
120/70 mmHg, HR 100 /menit, RR 21 x/menit, dan suhu 36,4C. Pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan lengkap, kemudian dokter langsung memimpin persalinan.
Setelah bayi lahir dokter langsung melakukan manajemen kala III. 15 menit
kemudian plasenta belum lahir juga. Apakah tindakan yang selanjutnya dilakukan?
a. Injeksi oksitosin 10 unit IM
b. Injeksi oksitosin 10 unit IV
c. Drip oksitosin 10 unit dalam1000 ml NaCl 0,9% dengan kecepatan 40 tpm
d. Manual plasenta
e. Rujuk ke RS
54
Wanita, 24 tahun G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu dibawa ke Puskesmas oleh
keluarganya karena nyeri perut sejak semalam. Keluar cairan, lendir dan sedikit
darah dari jalan lahir sejak 3 jam yang lalu. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD
120/70 mmHg, HR 100 /menit, RR 21 x/menit, dan suhu 36,4C. Pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan lengkap, kemudian dokter langsung memimpin persalinan.
Setelah bayi lahir dokter langsung melakukan manajemen kala III. 15 menit
kemudian plasenta belum lahir juga. Apakah tindakan yang selanjutnya dilakukan?
a. Injeksi oksitosin 10 unit IM
b. Injeksi oksitosin 10 unit IV
c. Drip oksitosin 10 unit dalam1000 ml NaCl 0,9% dengan kecepatan 40 tpm
d. Manual plasenta
e. Rujuk ke RS
KALA PERSALINAN: KALA III
DEFENISI
• Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban
• Tanda pelepasan plasenta
• Semburan darah dengan tiba-tiba: Karena penyumbatan retroplasenter pecah saat
plasenta lepas
• Pemanjangan tali pusat: Karena plasenta turun ke segmen uterus yang lebih bawah
atau rongga vagina
• Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat): Disebabkan oleh
kontraksi uterus
• Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus didalam abdomen: Sesaat setelah
plasenta lepas TFU akan naik, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta
ke segmen uterus yang lebih bawah
KALA PERSALINAN: KALA III
MANAGEMEN
Sumber: Sivalingam VN, Duncan WC, Kirk E, Shephard LA, Horne AW. Diagnosis and management of ectopic pregnancy. J Fam Plann Reprod
Health Care, 2011;: 1-10
KET: Kuldosentesis
• Teknik untuk mengidentifikasi bercampur darah sesuai
hemoperitoneum dengan diagnosis
• Serviks ditarik kearah simfisis hemoperitoneum akibat
menggunakan tenakulum → kehamilan ektopik
jarum 16-18 G dimasukkan
lewat forniks posterior
kearah cul-de-sac
• Cairan yang mengandung
gumpalan darah, atau cairan
KET: Tatalaksana
Tatalaksana Umum yang mengandung hasil konsepsi)
• Restorasi cairan tubuh dengan cairan • Jika terjadi kerusakan ringan pada
tuba, usahakan melakukan
kristaloid NaCl 0,9% atau RL (500 salpingostomi untuk
mL dalam 15 menit pertama) atau 2 mempertahankan tuba (hasil
L dalam 2 jam pertama konsepsi dikeluarkan, tuba
• Segera rujuk ibu ke RS dipertahankan)
• Sebelum memulangkan pasien,
berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan
Tatalaksana Khusus ulang setelah 4 minggu
• Laparotomi: eksplorasi kedua • Atasi anemia dengan pemberian
ovarium dan tuba fallopii tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari
• Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, selama 6 bulan
lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba
59
Wanita, 30 tahun, P1A0, sedang memasuki postpartum kala 3. Dilakukan
proses melahirkan plasenta tanpa terlebih dahulu melakukan perasat Kustner.
Penolong persalinan melakukan tarikan secara terburu-buru karena kamar
bersalin sedang banyak ibu yang akan partus. Setelah dilakukan tarikan
didapatkan adanya massa menonjol pada introitus vagina. Tidak teraba
uterus pada palpasi abdomen bawah. Keadaan tersebut merupakan kondisi...
a. Inversio uterus
b. Prolaps uterus
c. Ruptur uterus
d. Mioma geburt
e. Atonia Uterus
59
Wanita, 30 tahun, P1A0, sedang memasuki postpartum kala 3. Dilakukan
proses melahirkan plasenta tanpa terlebih dahulu melakukan perasat Kustner.
Penolong persalinan melakukan tarikan secara terburu-buru karena kamar
bersalin sedang banyak ibu yang akan partus. Setelah dilakukan tarikan
didapatkan adanya massa menonjol pada introitus vagina. Tidak teraba
uterus pada palpasi abdomen bawah. Keadaan tersebut merupakan
kondisi...
a. Inversio uterus
b. Prolaps uterus
c. Ruptur uterus
d. Mioma geburt
e. Atonia Uterus
HPP: Inversio Uteri
• Etiologi persalinan yang masif akibat atonia
• Tonus otot rahim lemah uteri yang menyertainya.
• Tekanan/tarikan pada fundus (tekanan• Jenis
intraabdominal, tekanan dengan
tangan, tarikan pada tali pusat) • Complete: fundus uteri terdapat dalam
vagina dengan selaput lendirnya
• Kanalis servikalis yang longgar berada diluar
• Oleh karena servik mendapatkan • Incomplete: fundus hanya menekuk ke
pasokan darah yang sangat banyak dalam dan tidak keluar ostium uteri
maka inversio uteri yang total dapat• Bila uterus yang berputar balik
menyebabkan syok dan memicu keluar dari vulva: inversio prolaps
terjadinya perdarahan pasca
Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri
dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan
menyebabkan inversio uteri
Hemorrhagia Post Partum: Inversio Uteri
• Gejala
• Syok
• Fundus uteri tidak teraba/ teraba lekukan
• Kadang tampak massa merah di vulva
atau teraba massa dalam vagina dengan
permukaan kasar
• Perdarahan
• Terapi
• Atasi syok
• Reposisi dalam anestesi
• Bila plasenta belum lepas: reposisi uterus
baru dilepaskan karena dapat memicu
perdarahan >>
61
Wanita, 22 tahun G2P1A0 usia kehamilan 32 minggu datang ke UGD RS
karena nyeri perut seperti akan melahirkan. Riwayat anak pertama lahir
prematur. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 86 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,3C. Pemeriksaan
abdomen didapatkan TFU 33 cm, letak kepala, his 2x 10’ 35”, DJJ
150x/menit. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 2 cm, ketuban (+).
Dokter berencana untuk melakukan pematangan paru. Di bawah ini
tatalaksana yang benar untuk pematangan paru adalah…
a. Deksametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
b. Deksametason 6 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
c. Betametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali
d. Betametason 12 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali
e. Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
61
Wanita, 22 tahun G2P1A0 usia kehamilan 32 minggu datang ke UGD RS
karena nyeri perut seperti akan melahirkan. Riwayat anak pertama lahir
prematur. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 86 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,3C. Pemeriksaan
abdomen didapatkan TFU 33 cm, letak kepala, his 2x 10’ 35”, DJJ
150x/menit. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 2 cm, ketuban (+).
Dokter berencana untuk melakukan pematangan paru. Di bawah ini
tatalaksana yang benar untuk pematangan paru adalah…
a. Deksametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
b. Deksametason 6 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
c. Betametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali
d. Betametason 12 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali
e. Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
Partus Prematurus Iminens
• POGI (Semarang, 2008): persalinan preterm adalah persalinan yang
terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
• (Wibowo, 1997): Kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20
minggu dan sebelum 37 minggu dengan interval kontraksi 5-8 menit
atau kurang + satu atau lebih tanda berikut:
• Perubahan serviks yang progresif
• Dilatasi serviks 2 cm atau lebih
• Penipisan serviks 80 % atau lebih
Faktor Risiko & Diagnosis PPI
Janin & Plasenta
• Perdarahan trimester I, perdarahan antepartum, KPD, pertumbuhan janin
terhambat, cacat kongenital, gemeli, polihidramnion
Ibu
• DM, preeklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk
uterus, riwayat partus preterm/abortus berulang, inkompetensi serviks,
narkotika, trauma, perokok berat, kelainan imun/rhesus, serviks terbuka >
pada 32 minggu, riwayat konisasi
Kriteria Diagnosis PPI (American College of Obstetricians and Gynecologists, 1997)
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi 4x dalam 20 menit atau 8x dalam 60
menitplus perubahan progresif pada serviks
2. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm
3. Pendataran serviks > 80%
Agen Tokolitik pada Persalinan Preterm
• Most Effective tocolytic drugs:
• Inhibitor prostaglandin sintetase (COX inhibitor): Indometasin
• Antagonis calcium channel : Nifedipin
• Beta Agonis: Terbutalin, Ritodrine
• Less Effective tocolytic drugs:
• Magnesium sulfat
• Antagonis oksitosin: Atosiban
Tokolitik
Obat Dosis Kontraindikasi
MgSO4 • 6 gram intravenous load over 20 minutes, followed by women with myasthenia gravis,
a continuous infusion of 2 g/hour. myocardial compromise or cardiac
• The infusion rate is titrated based upon assessment of conduction defects because of its
contraction frequency and maternal toxicity. anti- inotropic effects.
• The optimum regimen has not been
determined
Penghambat Indometachin: 50 to 100 mg loading dose (may be given Maternal contraindications to COX
Prostaglandin orally or per rectum), followed by 25 mg orally every four to inhibitors include platelet
(indometasin) six hours dysfunction or bleeding diathesis,
hepatic dysfunction, gastrointestinal
ulcerative disease, renal
dysfunction
Pematangan Paru
• Akselerasi pematangan fungsi • DOC: eritromisin 3 x 500 mg selama
paru janin 3 hari
• Bila usia kehamilan < 35 minggu • Ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari
• Obat: • Klindamisin
• Betametason 2 x 12 mg IM, jarak • Kontra indikasi: amoksiklav risiko
pemberian 24 jam necrotizing enterocolitis
• Deksametason 4 x 6 mg IM, jarak
pemberian 12 jam
• Peningkat surfaktan: thyrotropin
releasing hormone 200 ug IV ATAU
inositol
• Pencegahan infeksi
65
Laki-laki, 34 tahun datang dengan keluhan bercak kemerahan di perutnya
yang terasa gatal sejak 2 minggu yg lalu. Bercak bertambah gatal saat
berkeringat. Dari pemeriksaan status lokalis didapatkan patch eritematosus
dengan central healing. Kerokan dengan KOH 10% ditemukan hifa bersepta.
Apakah terapi yang tepat pada pasien diatas?
a. Itrakonazole 2x100mg/hari selama 2 minggu
b. Terbinafin 5% cream selama 3 bulan
c. Griseofulvin 400 mg/ hari selama 2 minggu
d. Itrakonazole 2x300mg/hari selama 2 minggu
e. Terbinafin 250mg/hari selama 2 minggu
65
Laki-laki, 34 tahun datang dengan keluhan bercak kemerahan di perutnya
yang terasa gatal sejak 2 minggu yg lalu. Bercak bertambah gatal saat
berkeringat. Dari pemeriksaan status lokalis didapatkan patch eritematosus
dengan central healing. Kerokan dengan KOH 10% ditemukan hifa bersepta.
Apakah terapi yang tepat pada pasien diatas?
a. Itrakonazole 2x100mg/hari selama 2 minggu
b. Terbinafin 5% cream selama 3 bulan
c. Griseofulvin 400 mg/ hari selama 2 minggu
d. Itrakonazole 2x300mg/hari selama 2 minggu
e. Terbinafin 250mg/hari selama 2 minggu
DERMATOFITOSIS
Keyword:
• Trichophyton
• Epidermophyton
• Microsporum
• Tepi aktif, central healing
• KOH: hifa panjang bersekat.
TIDAK ADA ragi
Fluoresensi Diagnosis
Fluoresensi kuning
Tinea capitis
kehijauan
Fluoresensi kuning
Pitiriasis versikolor
keemasan
Luka + kolonisasi
Fluoresensi kebiruan
Pseudomonas
TINEA KORPORIS
• Etiologi tersering = T. rubrum.
• Manifestasi Klinis :
• Gatal terutama saat
beraktivitas/berkeringat
• Pemeriksaan fisik :
• Mengenai kulit berambut halus
• Lesi batas tegas, polisiklik,
tepi(pinggir) aktif, normal di
tengah (central healing), dan
lesi tepi polimorfi (eritema,
skuama, dan kadang papul
dan vesikel di tepi.)
TINEA
Pemeriksaan Penunjang :
• Pemeriksaan mikroskop dan KOH 20% (Kulit dan Kuku) 10% (Kepala) :
tampak hifa panjang dan atau artrospora.
• Spesimen pada tinea kapitis dapat dilakukan dengan:
• Mencabut rambut.
• Menggunakan skalpel untuk mengambil rambut dan skuama.
• Menggunakan swab (untuk kerion) atau menggunakan cytobrush.
• Pengambilan sampel terbaik di bagian tepi lesi.
• Lampu Wood : berfluoresensi kuning kehijauan pada tinea kapitis yang
disebabkan oleh Microsposrum spp. (kecuali M.gypsium).
TINEA
• Pemeriksaan mikroskop Tinea Kapitis:
• Ektotriks : arthroconidia kecil/besar membentuk lapisan di sekitar
batang rambut, atau
• Endotriks : arthroconidia di dalam batang rambut.
• Kultur terbaik dengan agar Sabouraud plus Kultur terbaik
dengan agar Sabouraud plus (Mycosel , Mycobiotic ) →
pada suhu 28C selama 1-4 minggu (bila dihubungkan
dengan pengobatan, kultur tidak harus selalu dikerjakan
kecuali pada tinea unguium)
TINEA
• Tatalaksana
TATALAKSANA DERMATOFITA
DERMATOFITA DO
C Kapitis
Tinea • Perlu terapi sistemik untuk mencapai folikel rambut
• Griseofulvin : DOC sp Microsporum maupun Trichophyton
• Terbinafin: DOC sp Trichophyton
• Griseofulvin merupakan DOC jika spesies penyebab tinea kapitis tidak
jelas
Tinea manum, Tinea • Terapi utama adalah topikal: topikal azole, alt. topikal azol
pedis • DOC sistemik: Terbinafin, itrakonazol, flukonazol
• Griseovulfin kurang efektif dan butuh waktu yang lebih panjang
Tinea barbae • Butuh terapi sistemik untuk mencapai folikel rambut
• DOC: griseovulfin/ Terbinafin selama 2-4 minggu; alternatif:
itrakonazol, flukonazol
Tinea facialis, Tinea • Mengenai struktur kulit superfisial → terapi topikal adalah yg utama
korporis, tinea kruris • DOC sistemik: terbinafin, alternatif griseofulvin, itraconazole,
Parasat Dix hallpike → provokasi respon nistagmus, respon vertigo → bila Respon
+,dapat dilanjutkan CRT ( canalith repositioning Treatment)
POLIP KOANA
- keabu-abuan - kemerahan
- tidak nyeri - nyeri bila ditekan
- tampon epinefrin - tampon epinefrin
→ tidak menciut → menciut
POLIP NASI
• STADIUM:
“Mackay & Lund”
• 1 → Terbatas di meatus media
(belum keluar)
• 2 → sudah keluar, menutupi ½
cavum nasi
• 3 → masif, menutupi seluruh
cavum nasi sampai keluar dari
nares anterior
POLIP NASI
• TATALAKSANA
• Stadium 1 → Kortikosteroid intra nasal
• Fluticasone 2x200 mcg
• Budesonide 2x200 mcg
• Mometason 1x280 m
• Stadium 2-3 → Operatif
• Polipektomi
• Etmoidektomi intranasal → sinus etmoid
• Operasi caldwell-luc → sinus maxila (tembus gusi atas malar 2-3)
• ESS (Endoscopic Sinus Surgery)
82
Seorang laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada leher sejak 2
hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri menelan sehingga pasien tidak dapat
makan dan minum, mulut tidak bisa terbuka dan demam. Pada pemeriksaan
tanda vital, TD: 120/90 nadi: 90x/m, RR: 24x/m. Pemeriksaan fisik
didapatkan tonsil t1-t4, hiperemis dan edema, peritonsil hiperemis dan
edema, uvula ke arah kanan, faring tidak dapat di evaluasi. Diagnosis
pasien?
a. Abses retrofaring
b. Abses quisy
c. Absel bukal
d. Abses parafaring
e. Abses submandibular
82
Seorang laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada leher sejak 2
hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri menelan sehingga pasien tidak dapat
makan dan minum, mulut tidak bisa terbuka dan demam. Pada pemeriksaan
tanda vital, TD: 120/90 nadi: 90x/m, RR: 24x/m. Pemeriksaan fisik
didapatkan tonsil t1-t4, hiperemis dan edema, peritonsil hiperemis dan
edema, uvula ke arah kanan, faring tidak dapat di evaluasi. Diagnosis
pasien?
a. Abses retrofaring
b. Abses quisy
c. Absel bukal
d. Abses parafaring
e. Abses submandibular
ABSES PERITONSIL
• Komplikasi dari tonsilitis akut
• Infiltrasi supuratid pada bagian superior dan lateral fossa
tonsilaris sehingga palatum mole membengkak
• Stadium infiltrat : edema dan hiperemis peritonsil dan
palatum mole sehingga mendorong tonsil dan uvula ke
kontralateral.
• Biasanya UNILATERAL
ABSES PERITONSIL
• Gejala: • Pemeriksaan fisik:
• Demam – TRIAS QUINSY:
• Malaise – Tonsil membesar unilateral
• Nyeri tenggorokan (biasa – Palatum, mole edema
1 sisi lebih berat)
• Disfagia – hiperemis
• Otalgia – mendorong tonsil ke kontralateral
– uvula terdorong ke kontralateral
– trismus
– drooling saliva (ngences)
– Hot potato voice (vokal bulat)
– halitosis
ABSES PERITONSIL
• Komplikasi:
• Abses pecah: perdarahan, emfisema
• Penyebaran ke ruang leher dalam lainnya
• mediastinitis
• Intrakranial: meningitis dan abses otak
INFILTRAT PERITONSIL
• Satu tahap sebelum terjadinya abses
• Jumlah pus belum banyak dan terlokalisir
• Tidak ada fluktuasi
• Komplikasi tonsilitis yang tidak diobati sempurna
• Gejala:
• Pemeriksaan fisik:
• nyeri menelan
• hipersalivasi – palatum mole edema
• trismus ringan – uvula bergeser
Tatalaksana Abses Peritonsil
• Antibiotik (Penisilin, Ampisilin)
• Obat kumur, gargarisma
• Simptomatis
• Insisi drainase : pada abses
• Punksi : ada pus di tonsil
83
Seorang anak usia 8 tahun datang dengan keluhan penurunan pendengaran
telinga kanan sejak beberapa hari terakhir ini. Riwayat OMA (-) dan riwayat
keluar cairan dari telinga sebelumnya (-). Pada pemeriksaan didapatkan
adanya cerumen. Hasil pemeriksaan garpu tala didapatkan rinne (+) kanan,
Weber lateralisasi ke kanan, swabach memanjang. Apakah jenis ketulian yang
dialami pasien?
a. Tuli Konduksi
b. Tuli Campuran
c. Tuli Sensorineural
d. Tuli akibat bising
e. Tuli kongenital
83
Seorang anak usia 8 tahun datang dengan keluhan penurunan pendengaran
telinga kanan sejak beberapa hari terakhir ini. Riwayat OMA (-) dan riwayat
keluar cairan dari telinga sebelumnya (-). Pada pemeriksaan didapatkan
adanya cerumen. Hasil pemeriksaan garpu tala didapatkan rinne (+) kanan,
Weber lateralisasi ke kanan, swabach memanjang. Apakah jenis ketulian yang
dialami pasien?
a. Tuli Konduksi
b. Tuli Campuran
c. Tuli Sensorineural
d. Tuli akibat bising
e. Tuli kongenital
Serumen Obturans
• Hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit
yg terlepas, dan partikel debu
• Letaknya: 1/3 luar telinga
Serumen Obturans
• Warna kuning kecoklatan
• Gejala:
• Tuli konduktif
• Rasa penuh di telinga
• Nyeri telinga
• Tinitus
• Otoskopi: massa kanalith berwarna hitam di liang telinga
• Ada 2 jenis serumen: kering dan basah
Serumen Obturans
• Serumen lembek → dibersihkan dengan kapas yg dililitkan pada
pelilit kapas
• Serumen keras → dikeluarkan dengan pengait atau kuret → hook
(runcing), loop (kaca serumen). Apabila tidak bisa, maka dilunakkan
dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari (seruminolitik)
• Serumen yg sudah terlalu jauh terdorong ke dalam liang telinga
dikeluarkan dengan irigasi air hangat/ spooling NaCl 0,9% yg suhunya
sesuai dengan suhu tubuh → pastikan tidak ada perforasi pada
membran timpani dan tinnitus
Tes Garpu Penala
1. RINNE TEST
• menilai bone conduction dan air
conduction
2. WEBER TEST
• menilai bone conduction kiri dan
kanan
3. SWABACH TEST
• membandingkan bone conduction
pasien dan pemeriksa
Tes Penala
84
Pasien laki-laki, 50 tahun datang dengan keluhan perdarahan dari hidung 2
jam yang lalu. Keluhan pasien ini disertai dengan riwayat adanya hidung
tersumbat dan berbau sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan
adanya benjolan di leher. Benjolan tidak terasa nyeri. Saat rinoskopi anterior
terlihat massa. Apakah penyebab kelainan pada pasien?
a. merokok
b. nitrosamin
c. infeksi
d. makanan pengawet
e. Alergi
84
Pasien laki-laki, 50 tahun datang dengan keluhan perdarahan dari hidung 2
jam yang lalu. Keluhan pasien ini disertai dengan riwayat adanya hidung
tersumbat dan berbau sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan
adanya benjolan di leher. Benjolan tidak terasa nyeri. Saat rinoskopi anterior
terlihat massa. Apakah penyebab kelainan pada pasien?
a. merokok
b. nitrosamin
c. infeksi
d. makanan pengawet
e. Alergi
Ca Nasofaring (NPC)
- Sering pada usia tua
- Massa berbenjol, permukaan tidak rata, batas tidak tegas pada
nasofaring
- Faktor resiko:
- Infeksi virus epstein bar
- Merokok
- Ikan asin
- Zat karsinogenik lain
Ca Nasofaring (NPC)
- Gejala:
- NASOFARING
- Epistaksis → masif, deras dan berulang → massa menekan arteri
sphenopalatina di nasofaring
- Hidung tersumbat → massa menekan konka dan meatus anterior
- TELINGA
- Tinitus dan otalgia → massa menekan tuba eustachius
- MATA DAN SARAF
- Diplopia → massa menekan N.III, IV, VI dan V
- METASTASIS
- Pembesaran leher, benjolan unilateral/ bilateral → KGB
supraklavikula dan axila
85
Seorang pria datang ke IGD diantar teman-temannya karena keluar
darah dari lubang hidung kiri sejak setengah jam SMRS. Pada
pemeriksaan rhinoskopi ditemukan bahwa perdarahan aktif dari bagian
septum nasi anterior dan tidak didapatkan darah pada segmen
posterior hidung. Dari manakah sumber perdarahan pada kasus diatas?
a. Plexus Kiesselbach
b. Arteri spenopalatina
c. Arteri palatina major
d. Arteri ehtmoidalis
e. Arterimaxillaris
85
Seorang pria datang ke IGD diantar teman-temannya karena keluar
darah dari lubang hidung kiri sejak setengah jam SMRS. Pada
pemeriksaan rhinoskopi ditemukan bahwa perdarahan aktif dari bagian
septum nasi anterior dan tidak didapatkan darah pada segmen
posterior hidung. Dari manakah sumber perdarahan pada kasus diatas?
a. Plexus Kiesselbach
b. Arteri spenopalatina
c. Arteri palatina major
d. Arteri ehtmoidalis
e. Arterimaxillaris
EPISTAKSIS
EPISTAKSIS ANTERIOR EPISTAKSIS POSTERIOR
ANISOMETROPIA
• Perbedaan kanan dan kiri:
– ≥ 2 D → miopia
– ≥ 1,5 D → hipermetropia
87
Seorang laki-laki 35 tahun mengeluhkan penurunan tajam penglihatan pada
mata kanan secara mendadak. Mata merah dan terasa nyeri hebat. Pasien
juga mengalami nyeri kepala disertai muntah. Pada pemeriksaan didapatkan
injeksi konjuntiva serta injeksi silier, terdapat edema kornea, serta tekanan
intraokular meningkat pada palpasi. Tampak sudut bilik mata depan dangkal.
Obat apa yang tidak boleh diberikan?
a. Pilocarpin
b. Atropin
c. Timolol
d. Asetazolamid
e. Manitol
87
Seorang laki-laki 35 tahun mengeluhkan penurunan tajam penglihatan pada
mata kanan secara mendadak. Mata merah dan terasa nyeri hebat. Pasien
juga mengalami nyeri kepala disertai muntah. Pada pemeriksaan didapatkan
injeksi konjuntiva serta injeksi silier, terdapat edema kornea, serta tekanan
intraokular meningkat pada palpasi. Tampak sudut bilik mata depan dangkal.
Obat apa yang tidak boleh diberikan?
a. Pilocarpin
b. Atropin
c. Timolol
d. Asetazolamid
e. Manitol
Glaukoma
• Penyakit saraf mata yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan bola mata.
• Akibat produksi dan sekresi aquous humor tidak seimbang
• TRIAS:
• Peningkatan tekanan intraokuler (TIO normal: 10-21
mmHg)
• Pencekungan diskus optikus (saraf penglihatan) →
penglihatan kabur
• Penyempitan lapangan pandang (tunnel vision)
Klasifikasi Glaukoma
GLAUKOMA PRIMER
1. SUDUT TERBUKA
• Penyumbatan di jaringan
trabekular → aliran terganggu
→ aquas humor terjebak di COA
• bersifat kronis
• COA dalam
• TIO 50-70 mmHg
• Gejala: penyempitan lapangan
pandang perlahan
Klasifikasi Glaukoma
GLAUKOMA PRIMER
2. SUDUT TERTUTUP
• Produksi aquous humor terlalu
banyak, iris menutup sudut →
tidak dapat dialirkan
• bersifat akut
• COA dangkal
• TIO 21-23 mmHg
• Gejala: nyeri hebat pada mata
dan kepala, mual muntah, halo
(melihat pelangi), penyempitan
lapangan pandang
Klasifikasi Glaukoma
GLAUKOMA SEKUNDER GLAUKOMA NORMOTENSI
Komplikasi penyakit mata lain • Nervus optikus rusak,
seperti uveitis, hifema, katarak penurunan penglihatan dan
hipermatur, tumor dan penggunaan penyempitan lapangan
steroid berlebih. pandang, namun TIO normal
(<22mmHg)
GLAUKOMA KONGENITAL • Pada glaukoma sudut terbuka
TRIAS: - bofthalmus (mata besar/ kerbau)
- fotosensitif
- mata berair berlebihan
Pemeriksaan
• Tonometri → mengukur TIO (>20
mmHg)
• Funduskopi → menilai diskus optikus:
pembesaran cekungan diskus (Cup disc
ratio > 0,5) dan pemucatan diskus
• Gonioskopi → menitai sudut kamera
anterior (COA)
• Pemeriksaan lapangan pandang
• Perimetri (dengan alat)
• Kampimetri (dengan alat)
• Uji konfrontasi (gerakan tangan)
Tatalaksana
• AKUT (defenitif: IRIDEKTOMI)
• carbonic anhidrase inhibitor : hambat produksi aquous humor
• SISTEMIK → Acetazolamide 500 mg IV atau 4x125-250 mg oral (harus segera diberikan,
efek mulai bekerja 1 jam, puncak 4 jam)
• TOPIKAL → Dorzolamide hydrochloride 2% atau brinzolamide 1% (2-3 kali/hari)
• Betablocker : menurunkan produksi aquous humor
• Timolol maleat 0,25% atau 5%
• Betaxolol 0,25% atau 5%
• Pilokarpin 1-2%: mengecilkan pupil (miotikum) dan memfasilitasi aliran keluar aqueous humor
• setiap menit selama 5 menit. tiap 1 jam selama 24 jam
• mata sebelahnya juga diteteskan
• Diuretik : agen hiperosmolar untuk menurunkan volume vitreus
• Manitol 1,5-2MK/kgBB dalam larutan 20%
• Gliserol 1 gram/kgBB dalam larutan 50%
Tatalaksana
• KRONIS (defenitif: TRABEKULEKTOMI)
• Betablocker : menurunkan produksi aquous humor
• Timolol maleat 0,25% atau 5%
• Betaxolol 0,25% atau 5%
• Analog prostaglandin: memfasilitasi aliran keluar aqueous humor
• Latanoprost 0,005%
• Bimatoprost 0,003%
• Travoprost 0,004%
• 1 kali sehari
88
Seorang perempuan 50 tahun datang ke IGD RSUD Bangkalan Pinang
dengan keluhan pandangan mata kabur sejak 5 jam lalu. Visus OD
5/60 dan OS 5/5. Pasien merasa melihat kilatan cahaya dan
pandangan seperti terhalang tirai. Segmen anterior mata tenang.
Apakah kemungkinan penyebab dari kasus tersebut?
a. Peningkatan tekanan intraokuler
b. Lapang pandang menyempit
c. Retina lepas dari tempatnya
d. Infeksi kornea
e. Rusaknya saraf optik
88
Seorang perempuan 50 tahun datang ke IGD RSUD Bangkalan Pinang
dengan keluhan pandangan mata kabur sejak 5 jam lalu. Visus OD
5/60 dan OS 5/5. Pasien merasa melihat kilatan cahaya dan
pandangan seperti terhalang tirai. Segmen anterior mata tenang.
Apakah kemungkinan penyebab dari kasus tersebut?
a. Peningkatan tekanan intraokuler
b. Lapang pandang menyempit
c. Retina lepas dari tempatnya
d. Infeksi kornea
e. Rusaknya saraf optik
ABLASIO RETINA
Definition :
• Multilayer neurosensory retina separates from the underlying retinal
pigment epithelium and choroid.
• Retinal detachments can be :
• Rhegmatogenous (caused by a break in the retina; FR : Miopia tinggi
• Nonrhegmatogenous caused by:
• leakage or exudation from beneath the retina [exudative retinal
detachment] → ec HT, CRAO
• Vitreous traction pulling on the retina [traction retinal detachment]) → DM
Retinopati
ABLASIO RETINA
❑ Anamnesis:
• Riwayat trauma
• Riwayat operasi mata
• Riwayat kondisi mata sebelumnya (cth: uveitis, miopia berat)
• Durasi gejala visual & penurunan penglihatan
❑ Gejala & Tanda:
• Fotopsia (kilatan cahaya) → gejala awal yang sering
• Defek lapang pandang → bertambah seiring waktu
• Floaters
ABLASIO RETINA
❑ Funduskopi : adanya robekan retina, retina yang terangkat
berwarna keabuabuan, biasanya ada fibrosis vitreous atau fibrosis
preretinal bila ada traksi. Bila tidak ditemukan robekan
kemungkinan suatu ablasio nonregmatogen
ABLASIO RETINA
❑ Ablasio retina → kegawatdaruratan mata
❑ Tatalaksana awal:
• Puasakan pasien u/ persiapan operasi
• Hindari tekanan pada bola mata
• Batasi aktivitas pasien sampai diperiksa spesialis mata
• Segera konsultasi spesialis retina → konservatif (untuk
nonregmatogen), pneumatic retinopexy, bakel sklera,
vitrektomi tertutup
89
Anak laki-laki berusia 7 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mata
merah dan gatal dialami sejak 4 hari ini. Keluhan sering dirasakan tiap tahun
pada musim panas. Riwayat pengobatan (-). Riwayat atopi keluarga. Pada
pemeriksaan fisik tampak tanda vital normal, pemeriksaan mata tampak
injeksi konjungtiva, giant papillae (+), dan horner-trantas dots (+) pada
limbus. Tatalaksana apa yang tepat diberikan pada pasien dengan kondisi
diatas?
a. Antibiotik
b. Antiviral
c. Anti jamur
d. Antihistamin
e. Tetes air mata
89
Anak laki-laki berusia 7 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mata
merah dan gatal dialami sejak 4 hari ini. Keluhan sering dirasakan tiap tahun
pada musim panas. Riwayat pengobatan (-). Riwayat atopi keluarga. Pada
pemeriksaan fisik tampak tanda vital normal, pemeriksaan mata tampak
injeksi konjungtiva, giant papillae (+), dan horner-trantas dots (+) pada
limbus. Tatalaksana apa yang tepat diberikan pada pasien dengan kondisi
diatas?
a. Antibiotik
b. Antiviral
c. Anti jamur
d. Antihistamin
e. Tetes air mata
Konjungtivitis Vernal
• spring catarrh/seasonal
conjunctivitis/warm weather conjunctivitis
• Sering pada: anak-anak, alergi debu,
angin, dll..
• Pemeriksaan fisik:
• Tantras dots (di limbus)
• Cobblestone/ papil raksasa/ giant
papil (di konjungtiva tarsal)
Tatalaksana Konjungtivitis
1. VIRUS selain herpes → Artificial tears
2. BAKTERI selain GO → Kloramfenikol, Gentamisin
topikal
3. VERNAL →
1. Sel mast stabilizer → Natrium kromoglikat 2%, sodium kromolin
2. Anti histamin
3. Steroid topikal
4. Artificial tears → Tetrahidralazin, hidrozoline, metilselulosa
4. ALERGI selain vernal: antihistamin, steroid topikal,
artificial tears
90
Wanita berusia 60 tahun datang ke dokter mengeluhkan mata kabur dialami
sejak 2 hari yang lalu. Mata terasa perih serta berair banyak. Demam
disangkal. Pasien menyangkal riwayat alergi dan DM. Pada pemeriksaan fisik
tampak adanya edema cornea, injeksi konjungtiva, serta pemeriksaan
flouresens menunjukkan adanya lesi dendritik. Apakah diagnosis yang sesuai
pada kasus diatas?
a. Keratitis herpes zooster
b. Keratitis herpes simplex
c. Keratitis bacterial
d. Konjungtivitis alergi
e. Konjungtivitis vernal
90
Wanita berusia 60 tahun datang ke dokter mengeluhkan mata kabur dialami
sejak 2 hari yang lalu. Mata terasa perih serta berair banyak. Demam
disangkal. Pasien menyangkal riwayat alergi dan DM. Pada pemeriksaan fisik
tampak adanya edema cornea, injeksi konjungtiva, serta pemeriksaan
flouresens menunjukkan adanya lesi dendritik. Apakah diagnosis yang sesuai
pada kasus diatas?
a. Keratitis herpes zooster
b. Keratitis herpes simplex
c. Keratitis bacterial
d. Konjungtivitis alergi
e. Konjungtivitis vernal
KERATITIS
• Peradangan pada kornea • Gejala:
• Lapisan kornea: – Nyeri
• Epitelium – Fotofobia
• Membran bowman → keratitis – Lakrimasi
• Stroma → ulkus kornea – Blefarospasme
• Descent membran → perforasi kornea – Penurunan visus
• Endotelium
KERATITIS
• Pemeriksaan fisik:
• Infiltrat
• Neovaskularisasi (pembuluh darah baru)
• Injeksi perikornea/ injeksi siliar
• Superfisial → bercabang, membran bowman
• Profunda → lurus seperti sisir, stroma
• Lebih dalam: iridosiklitis dengan hipopion → pus di COA
KERATITIS
• Stadium:
• Infiltrasi → infiltrasi epitel stroma, epitel rusak, edema, nekrosis lokal
• Regresi → ulkus dengan infiltrasi, vaskularisasi >>, fluoresensi tes (+)
• Sikatriks → epitelisasi, ulkus menetap, jaringan sikatriks, kornea kabur
KERATITIS
• Jenis:
• Bakteri (trauma, benda asing, operasi, lensa kontak)
• gram (+) → batas tegas, tidak luas, putih abu abu
• gram (-) → cepat meluas, hipopion, bisa perforasi
• Virus
• herpes simpleks → lesi dendritik, geografik, ranting pohon
• herpes zooster → pseudodendritik
• Jamur (tumbuh-tumbuhan, steroid) → lesi satelit, nodul, finger ekstensi
• Protozoa (lensa kontak + berenang) → ring shaped, cincin indolen
• Helminth → korioretinitis
Keratitis
91
Wanita 45 tahun datang ke dokter karena mengeluh pandangan matanya
buram. Pasien menggunakan kacamata sebelumnya, namun sekarang terasa
tidak nyaman. Pada pemeriksaan langsung didapatkan visus OD 6/40 dan
OS 6/20, dikoreksi OD C -1,00 axis 90 visus 6/6 dan OS S-3,00 visus 6/20.
Saat ditambahkan lensa +1,50 mata menjadi nyaman untuk membaca.
Apakah diagnosis pasien dengan kondisi diatas?
a. OD astigmatisma miopia simplex, OS miopia, ODS presbiopia
b. OD astigmatisma miopia simplex, OS miopia
c. OD astigmatisma miopia kompositus, OS miopia, ODS presbyopia
d. OD astigmatisma hipermetropia simplex, OS myopia
e. OD astigmatisma hipermetropia kompositus, OS myopia
SYNDROME.UKMPPD
91
Wanita 45 tahun datang ke dokter karena mengeluh pandangan matanya
buram. Pasien menggunakan kacamata sebelumnya, namun sekarang terasa
tidak nyaman. Pada pemeriksaan langsung didapatkan visus OD 6/40 dan
OS 6/20, dikoreksi OD C -1,00 axis 90 visus 6/6 dan OS S-3,00 visus 6/20.
Saat ditambahkan lensa +1,50 mata menjadi nyaman untuk membaca.
Apakah diagnosis pasien dengan kondisi diatas?
a. OD astigmatisma miopia simplex, OS miopia, ODS presbiopia
b. OD astigmatisma miopia simplex, OS miopia
c. OD astigmatisma miopia kompositus, OS miopia, ODS presbyopia
d. OD astigmatisma hipermetropia simplex, OS myopia
e. OD astigmatisma hipermetropia kompositus, OS myopia
SYNDROME.UKMPPD
ASTIGMATISMA
• Ketika cahaya yang masuk ke dalam mata secara
paralel tidak membentuk satu titik fokus di retina.
• Kornea seharusnya berbentuk hampir sferis
sempurna (bulat) → pada astigmat kornea
berbentuk seperti bola rugby.
• Bagian lengkung yang paling landai dan yang
paling curam mengakibatkan cahaya direfraksikan
secara berbeda dari kedua meridian →
mengakibatkan distorsi bayangan
TIPS & TRIK
• Rumus hapalan ini bisa digunakan untuk menentukan jenis jenis
astigmatisme berdasarkan kedudukannya di retina kalau disoal
diberikan rumus astigmatnya sbb
1. sferis (-) silinder (-) pasti miop kompositus
2. Sferis (+); silinder (+) pasti hipermetrop kompositus
3. Sferis (tidak ada); silinder (-) pasti miop simpleks
4. Sferis (tidak ada); silinder (+) pasti hipermetrop simpleks
• Agak sulit dijawab jika di soal diberikan rumus astigmat sbb:
1. Sferis (-) silinder (+)
2. Sferis (+) silinder (-)
• BELUM TENTU astigmatisme mikstus!!
92
Pasien laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD RS karena tajam penglihatan
menurun serta mata terasa nyeri setelah pasien berkelahi dengan temannya.
Pasien sempat mendapat pukulan di area mata. Pada pemeriksaan langsung
oleh dokter didapatkan pada bilik mata depan terdapat darah mengisi 1⁄2
bagian bilik mata depan. Apakah diagnosis yang sesuai untuk pasien dengan
kasus diatas?
a. Hifema gr 1
b. Hifema gr 2
c. Hifema gr 3
d. Hifema gr 4
e. HIfema gr 5
SYNDROME.UKMPPD
92
Pasien laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD RS karena tajam penglihatan
menurun serta mata terasa nyeri setelah pasien berkelahi dengan temannya.
Pasien sempat mendapat pukulan di area mata. Pada pemeriksaan langsung
oleh dokter didapatkan pada bilik mata depan terdapat darah mengisi 1⁄2
bagian bilik mata depan. Apakah diagnosis yang sesuai untuk pasien dengan
kasus diatas?
a. Hifema gr 1
b. Hifema gr 2
c. Hifema gr 3
d. Hifema gr 4
e. HIfema gr 5
SYNDROME.UKMPPD
HIFEMA TRAUMATIK
❑ Akumulasi darah pada COA
❑ Etiologi tersering : Trauma, bisa juga spontan
❑Manifestasi Klinis → nyeri (+), gangguan visus (darah menutupi aksis
visual), fotofobia.
❑ Komplikasi
• Perdarahan ulang/Re-bleeding
• Glaukoma sekunder → cek TIO : Tonometer Schiotz
• Corneal blood staining
• Atrofi saraf optic
• Sinekia Anterior Perifer
HIFEMA TRAUMATIK
➢ Derajat Hifema
93
Pasien laki-laki berusia 54 tahun datang ke dokter karena keluhan
pandangan mata kabur. Keluhan mata merah disangkal dan tidak ada
riwayat trauma mata sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang
tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya penurunan visus
6/30. Segmen mata depan tampak tenang. Pada pemeriksaan menggunakan
ophtalmoscope, ditemukan adanya gambaran cotton wool appearance, retinal
hemorrhage, dan hard exudate, serta papil edema. Apakah diagnosis yang
sesuai untuk pasien dengan kasus diatas?
a. Retinopati hipertensi Grade I
b. Retinopati hipertensi Grade II
c. Retinopati hipertensi Grade III
d. Retinopati hipertensi Grade IV
e. Retinopati hipertensi Grade V
SYNDROME.UKMPPD
93
Pasien laki-laki berusia 54 tahun datang ke dokter karena keluhan
pandangan mata kabur. Keluhan mata merah disangkal dan tidak ada
riwayat trauma mata sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang
tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya penurunan visus
6/30. Segmen mata depan tampak tenang. Pada pemeriksaan menggunakan
ophtalmoscope, ditemukan adanya gambaran cotton wool appearance, retinal
hemorrhage, dan hard exudate, serta papil edema. Apakah diagnosis yang
sesuai untuk pasien dengan kasus diatas?
a. Retinopati hipertensi Grade I
b. Retinopati hipertensi Grade II
c. Retinopati hipertensi Grade III
d. Retinopati hipertensi Grade IV
e. Retinopati hipertensi Grade V
SYNDROME.UKMPPD
RETINOPATI HIPERTENSI
• Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi
→ arteri besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina,
perdarahan retina
• Kelainan pembuluh darah dapat berupa : penyempitan umum/setempat,
percabangan yang tajam, fenomena crossing, sklerose
• Pada retina tampak :
• warna pembuluh darah lebih pucat
• kaliber pembuluh lebih kecil
• akibat sklerose (refleks copper wire/silver wire, lumen pembuluh irreguler, fenomena
crossing)
• perdarahan atau eksudat retina (gambaran seperti bintang, cotton wool patches)
• perdarahan vena (flame shaped)
RETINOPATI HIPERTENSI
RETINOPATI HIPERTENSI
❑ Pemeriksaan rutin:
• Pemeriksaan tajam penglihatan
• Pemeriksaan biomikroskopi
• Pemeriksaan fundus
❑ Pemeriksaan penunjang:
• Foto fundus
• Fundus Fluorescein Angiography
❑ Tatalaksana :
• Kontrol tekanan darah dan faktor sistemik lain (konsultasi
penyakit dalam)
• Bila keadaan lanjut terjadi pendarahan vitreous dapat
dipertimbangkan Vitrektomi
• Fotokoagulasi laser
94
Pasien wanita berusia 38 tahun datang ke dokter dengan keluhan mata
merah dan pandangan mata terasa silau sejak 3 hari terakhir. Pandangan
mata buram atau penurunan tajam penglihatan disangkal. Pasien memiliki
riwayat SLE. Pada pemeriksaan segmen anterior mata, didapatkan sklera
bengkak, injeksi (+) dan kemerahan di area sklera, dan saat ditetes dengan
fenilefrin warna mata menjadi putih. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Skleritis
b. Episkleritis
c. Uveitis anterior
d. Uveitis posterior
e. Konjungtivitis
SYNDROME.UKMPPD
94
Pasien wanita berusia 38 tahun datang ke dokter dengan keluhan mata
merah dan pandangan mata terasa silau sejak 3 hari terakhir. Pandangan
mata buram atau penurunan tajam penglihatan disangkal. Pasien memiliki
riwayat SLE. Pada pemeriksaan segmen anterior mata, didapatkan sklera
bengkak, injeksi (+) dan kemerahan di area sklera, dan saat ditetes dengan
fenilefrin warna mata menjadi putih. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Skleritis
b. Episkleritis
c. Uveitis anterior
d. Uveitis posterior
e. Konjungtivitis
SYNDROME.UKMPPD
EPISKLERITIS
• Unilateral, lebih luar dan ringan
• Tidak berhubungan dengan penyakit sistemik
• Gejala: nyeri minimal, mengganjal, sekret (-)
• Pemeriksaan: nodul berbatas tegas, mobile, merah muda “Salmon
pink”
• Ditetes fenilefrin 2,5 % → merah berkurang
• Terdiri dari 2:
• Simple/ diffuse → menyebar hampir di seluruh kuadran
• Nodular → Nodul (+)
EPISKLERITIS
• Tatalaksana: self limited disease
• Artificial tears → simple/ diffuse
• Steroid topikal → nodular
• NSAID → Ibuprofen 3x100 bila nyeri
SKLERITIS
• Bilateral, lebih dalam dan berat
• Berhubungan dengan penyakit sistemik → TB, autoimun
• Gejala: nyeri hebat, bisa terjadi penurunan visus
• Pemeriksaan: nodul berbatas tidak tegas, warna lebih gelap/
keunguan “Browny sklera”
• Ditetes fenilefrin 2,5 % → merah tidak berkurang
• Tatalaksana: Steroid topikal dan NSAID oral
SKLERITIS
Scleritis vs episcleritis
95
Seorang perempuan berusia 26 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
benjolan pada kelopak mata atas sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan tidak
kemerahan dan pasien tidak rasakan nyeri. Tidak ada riwayat trauma mata
sebelumnya. Pada pemeriksaan terdapat benjolan terasa keras, tidak tampak
kemerahan, pada palpebra inferior. Apa penyebab penyakit pasien ini?
a. Radang supuratif kelenjar Moll
b. Sebukan sel radang di kelopak mata akibat infeksi bakteri
c. Radang granulomatosa kronik kelenjar Meibom
d. Hiperproliferasi epitel kelenjar meibom
e. Hiperplasia epitel kelenjar Zeiss
SYNDROME.UKMPPD
95
Seorang perempuan berusia 26 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
benjolan pada kelopak mata atas sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan tidak
kemerahan dan pasien tidak rasakan nyeri. Tidak ada riwayat trauma mata
sebelumnya. Pada pemeriksaan terdapat benjolan terasa keras, tidak tampak
kemerahan, pada palpebra inferior. Apa penyebab penyakit pasien ini?
a. Radang supuratif kelenjar Moll
b. Sebukan sel radang di kelopak mata akibat infeksi bakteri
c. Radang granulomatosa kronik kelenjar Meibom
d. Hiperproliferasi epitel kelenjar meibom
e. Hiperplasia epitel kelenjar Zeiss
SYNDROME.UKMPPD
KALAZION
- Infeksi kronis
- Kelenjar Meibom yang meradang → lanjutan dari hordeolum interna
- Tanda radang (-)
- Tatalaksana: Insisi dan kuretase vertikal
HORDEOLUM
• Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata
• Infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
• Gejala: kelopak bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah, nyeri
bila ditekan, ada pseudoptosis/ptosis akibat bertambah berat kelopak
• Gejala
• nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah
• berwarna kemerahan.
• Pada hordeolum interna, benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka
kelopak mata.
• Rasa mengganjal pada kelopak mata
• Nyeri takan dan makin nyeri saat menunduk.
• Kadang mata berair dan peka terhadap sinar.
HORDEOLUM
2 bentuk :
• Hordeolum internum: infeksi kelenjar Meibom
di dalam tarsus. Tampak penonjolan ke
daerah kulit kelopak, pus dapat keluar dari
pangkal rambut
• Hordeolum eksternum: infeksi kelenjar Zeiss
atau Moll. Penonjolan terutama ke daerah
konjungtiva tarsal
HORDEOLUM
Tatalaksana
• Self-limited dlm 1-2 mingu
• Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4x/hari
• Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin,
Polimyxin B, Chloramphenicol
• Jika tidak menunjukkan perbaikan : Antibiotika oral (diminum), misalnya:
Ampisilin, Amoksisilin,Eritromisin, Doxycyclin
• Insisi bila pus tidak dapat keluar
• Pada hordeolum interna, insisi vertikal terhadap margo palpebra supaya tidak
memotong kelenjar meibom lainnya
• Pada hordeolum eksterna, insisi horizontal supaya kosmetik tetap baik
96
• Pasien anak laki-laki berusia 1 tahun datang dibawa oleh ibunya ke IGD
karena kejang 1 jam yang lalu. Kejang diawali kaku kemudian kelojotan
di seluruh tubuh selama 3 menit. Ini adalah kejang yang pertama kali
dialami oleh anak. Sebelumnya pasien batuk pilek dan panas tinggi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak kompos mentis tapi menangis.
Tanda vital normal kecuali suhu 38,5C, tanda rangsang meningeal tidak
ditemukan. Laboratorium GDS 130 mg/dL, Hb 13 g/dL, Ht 39%,
Leukosit 4.000/mm Trombosit 200.000/mm. Diagnosis yang paling tepat
ialah....
a. Kejang demam sederhana
b. Kejang demam kompleks
c. Meningitis
SYNDROME.UKMPPD
96
• Pasien anak laki-laki berusia 1 tahun datang dibawa oleh ibunya ke IGD
karena kejang 1 jam yang lalu. Kejang diawali kaku kemudian kelojotan
di seluruh tubuh selama 3 menit. Ini adalah kejang yang pertama kali
dialami oleh anak. Sebelumnya pasien batuk pilek dan panas tinggi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak kompos mentis tapi menangis.
Tanda vital normal kecuali suhu 38,5C, tanda rangsang meningeal tidak
ditemukan. Laboratorium GDS 130 mg/dL, Hb 13 g/dL, Ht 39%,
Leukosit 4.000/mm Trombosit 200.000/mm. Diagnosis yang paling tepat
ialah....
c. Kejang
a. Meningitis
demam sederhana
d. Ensefalitis
b. Kejang demam kompleks
e. Meningoensefalitis
SYNDROME.UKMPPD
KEJANG DEMAM
Kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38 C)
yang penyebabnya berasal dari ekstrakranial, pada usia 6 bulan – 5
tahun dan tidak ditemukan penyebab kejang lainnya (infeksi otak,
epilepsi, gangguan elektrolit, dll) selain demam.
0,3-0,5 HOSPITAL
DZP IV
mg/kgBB
ICU
Kejang Demam
Profilaksis Intermiten
- Diazepam oral/rektal: 0,3 mg/kgBB/kali tiap 8 jam
Hanya diberikan selama episode demam, terutama dalam waktu 24 jam
setelah timbulnya demam.
Profilaksis Kontinu
- Asam valproat: 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
- Fenobarbital: 4-6 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
SYNDROME.UKMPPD
98
Anak perempuan dengan usia 10 tahun datang bersama dengan ibunya untuk
berobat dengan keluhan buang air besar cair. Frekuensi BAB 3-5x/ hari, 2-3 sendok
makan per BAB. Bab cair, warna kuning berbau busuk dengan lendir dan kadang
terdapat sedikit darah. Mual ada, muntah tidak ada. Hasil mikroskop eritrosit 25-30
/lpb, leukosit terutama eosinofil 15-20 /lpb. Apa etiologi dan stadium infektif dari
penyakit tersebut?
a. E. coli dan tropozoit
b. E. Histolytica dan tropozoit
c. E. coli dan kista berinti dua
d. E. Histolytica dan kista berinti empat
e. E. coli dan kista berinti satu
SYNDROME.UKMPPD
DISENTRI
• Khas: Diare berlendir dan berdarah
• Terdiri dari 2:
• Disentri Basiler
• Etiologi → Shigella sonei (>>), flexneri, dysentriae (jarang namun
berat)
• Terjadi secara akut (hitungan hari)
• Demam (+), nyeri perut (+)
• Disentri Amoeba
• Etiologi → Entamoeba hystolitica
• Terjadi secara kronik (>7 hari)
• Umumnya asimptomatis, demam (-)
AMOEBIASIS
Amoebiasis Intestinal Amoebiasis Ekstraintestinal
• Masa inkubasi : 8 hari-bulan • Abses Liver
• Kolitis amoeba : nyeri perut kuadran • Penyakit pleuropulmonal
bawah, distensi • Peritonitis
• Tahap Akut
• Diare dengan epitelium ( tanpa
• Perikarditis
darah, nyeri perut, <<BB, latulens • Abses otak
dan konstipasi • Penyakit genitourinaria
• Infeksi Berat
• 10-20 hari
• Diare dengan epitelium dan darah,
nyeri perut, dehidrasi dan demam
AMOEBIASIS
• Gambaran Mikroskopik
SYNDROME.UKMPPD
99
Anak perempuan dengan usia 3 tahun, dibawa orangtua ke UGD dengan
keluhan batuk yang sangat mengganggu, sulit berhenti hingga pasien sulit
menarik napas. Hal ini telah terjadi sejak 3 minggu yang lalu. Batuk terus
menerus, membaik setelah muntah berisi dahak. Napas terengah- engah.
Organisme kausatif pada kasus ini ialah....
a. Bordetella pertussis, batang gram positif
b. Haemophilus influenza, batang gram negative
c. Streptococcus pneumoniae, kokus gram positif
d. Streptococcus pneumoniae, kokus gram negative
e. Bordetella pertussis, batang gram negatif
SYNDROME.UKMPPD
Pertusis
• Etiologi: Bordetella pertusis (bakteri batang gram negatif)
• Fase kataralis: flu like symptom (7 hari)
• Fase paroksismal: whooping cough (muntah diselangi batuk), setelah
batuk inspirasi dalam (7-14 hari)
• Fase konvalesens: proses penyembuhan (2-3 minggu)
• Tatalaksana: eritromisin 30-50 mg/kgbb/ 6 jam 7 hari
100
Pasien anak laki-laki berusia usia 5 bulan datang dengan keluhan kuning dan kencing
pekat. Selain itu, kotoran berwarna dempul disertai penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal, mukosa mata Mdak anemis, sklera
kuning, hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae, lien membesar (S2). Pemeriksaan
laboratorium bilirubin total 14.0 mg/dL (normal 0,2-1 mg/dL), bilirubin direk 11,8 (normal
< 0,35 mg/dL), SGOT 317 IU (normal 20-60 IU), SGPT 183 (normal 6-50 IU), Gamma GT
360 IU (normal 11–82 IU). Temuan USG yang mungkin didapatkan ialah...
a. Pseudokidney sign
b. Dilatasi duktus koledokus dengan gambaran hyperechoic dan posterior acoustic shadow
c. Triangular cord sign
d. Whirlpool sign
e. Penebalan dinding kantung empedu
SYNDROME.UKMPPD
100
Pasien anak laki-laki berusia usia 5 bulan datang dengan keluhan kuning dan kencing
pekat. Selain itu, kotoran berwarna dempul disertai penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal, mukosa mata Mdak anemis, sklera
kuning, hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae, lien membesar (S2). Pemeriksaan
laboratorium bilirubin total 14.0 mg/dL (normal 0,2-1 mg/dL), bilirubin direk 11,8 (normal
< 0,35 mg/dL), SGOT 317 IU (normal 20-60 IU), SGPT 183 (normal 6-50 IU), Gamma GT
360 IU (normal 11–82 IU). Temuan USG yang mungkin didapatkan ialah...
a. Pseudokidney sign
b. Dilatasi duktus koledokus dengan gambaran hyperechoic dan posterior acoustic shadow
c. Triangular cord sign
d. Whirlpool sign
e. Penebalan dinding kantung empedu
SYNDROME.UKMPPD
ATRESIA BILIER
• Tidak memiliki kandungan empedu
• Gejala:
• BAB dempul warna putih abu-abu
• Feses alkali/ basa
• USG: Triangular cord sign
• Klasifikasi:
• Perinatal → pada bayi baru lahir
• Embrional → pada bayi masih dalam kandungan
101
Anak laki-laki, usia 2 tahun, dibawa oleh orangtuanya ke IGD RS dalam kondisi
kejang. Pasien memiliki riwayat kejang demam saat usia 1 tahun. Saat kejang
sekarang, pasien mengalami demam karena infeksi telinga. Sebelum tiba di RS
sudah diberi diazepam perrectal 2x namun kejang tetap berlanjut. Saat tiba di
RS pasien mendapat diazepam IV, namun kejang tidak berhenti. Saat ini kejang
sudah lebih dari 15 menit. Apa tatalaksana yang akan dilakukan saat ini?
a. Fenitoin IV
b. Fenitoin IM
c. Fenobarbital IV
d. Diazepam IV
e. Fenobarbital IM
SYNDROME.UKMPPD
101
Anak laki-laki, usia 2 tahun, dibawa oleh orangtuanya ke IGD RS dalam kondisi
kejang. Pasien memiliki riwayat kejang demam saat usia 1 tahun. Saat kejang
sekarang, pasien mengalami demam karena infeksi telinga. Sebelum tiba di RS
sudah diberi diazepam perrectal 2x namun kejang tetap berlanjut. Saat tiba di
RS pasien mendapat diazepam IV, namun kejang tidak berhenti. Saat ini kejang
sudah lebih dari 15 menit. Apa tatalaksana yang akan dilakukan saat ini?
a. Fenitoin IV
b. Fenitoin IM
c. Fenobarbital IV
d. Diazepam IV
e. Fenobarbital IM
SYNDROME.UKMPPD
Tatalaksana Kejang
DZP RECTAL
<12 kg: 5mg
>12 kg: 10 mg
0,3-0,5 HOSPITAL
DZP IV
mg/kgBB
ICU
102
Anak laki-laki berusia 4 tahun datang diantar ibunya ke poliklinik RS dengan
keluhan sering terjatuh saat berjalan. Ibunya memperhaMkan kalau berjalan selalu
berjinjit, dan saat bangun tidur tangan selalu menopang di paha. pada pemeriksaan
fisik didapatkan lordosis lumbal dan pseudohipertrofi dari gastroknemius. Hasil
laboratorium didapat enzim creatinin phosphokinase meningkat. Apakah etiologi
pada penyakit di atas?
a. Penyakit herediter resesif x linked
b. Penyakit herediter autosomal resesif
c. Penyakit autoimun
d. Penyakit akibat trauma jalan lahir
e. Penyakit akibat infeksi kongenital
SYNDROME.UKMPPD
102
Anak laki-laki berusia 4 tahun datang diantar ibunya ke poliklinik RS dengan
keluhan sering terjatuh saat berjalan. Ibunya memperhaMkan kalau berjalan selalu
berjinjit, dan saat bangun tidur tangan selalu menopang di paha. pada pemeriksaan
fisik didapatkan lordosis lumbal dan pseudohipertrofi dari gastroknemius. Hasil
laboratorium didapat enzim creatinin phosphokinase meningkat. Apakah etiologi
pada penyakit di atas?
a. Penyakit herediter resesif x linked
b. Penyakit herediter autosomal resesif
c. Penyakit autoimun
d. Penyakit akibat trauma jalan lahir
e. Penyakit akibat infeksi kongenital
SYNDROME.UKMPPD
Duchene Muscular Dystrophy
- X linked resesif pada gen distrofin
- Untuk menghubungkan sitoskeleton dalam sel otot
- Onset 2-5 tahun
- Laki laki
- Gejala:
- Otot proksimal terkena lebih dahulu
- Betis disisi lemak/ pseudohipotrofi
- Kesulitan berdiri dan berjalan
- Gower sign (+)
- PP: biopsy otot, dijumpai jaringan lemak
- TX: steroid + terapi fisik + suportif
103
• Anak laki-laki usia 3 tahun mengalami kejang lebih dari 15 menit badan
kelonjotan melihat ke atas dan keluar busa dari mulut. Di IGD pasien
telah ditangani dan diberikan diazepam intravena. Setelah kejang
pasien tidur dan ngompol. Riwayat kejang sebelumnya tidak ada. Sejak 2
hari yang lalu demam tinggi. Hasil pemeriksaan suhu aksila 39,8C. Terapi
yang tepat untuk mencegah berulangnya kejang pada anak ini adalah....
a. Diazepam oral 3 x 0.3 mg/kg selama 2 hari jika demam
b. Fenitoin 10-15 mg/kg/hari
c. Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari
d. Carbamazepin 200 mg/hari
e. Fenobarbital 3-4mg/kg/hari SYNDROME.UKMPPD
103
• Anak laki-laki usia 3 tahun mengalami kejang lebih dari 15 menit badan
kelonjotan melihat ke atas dan keluar busa dari mulut. Di IGD pasien
telah ditangani dan diberikan diazepam intravena. Setelah kejang
pasien tidur dan ngompol. Riwayat kejang sebelumnya tidak ada. Sejak 2
hari yang lalu demam tinggi. Hasil pemeriksaan suhu aksila 39,8C. Terapi
yang tepat untuk mencegah berulangnya kejang pada anak ini adalah....
a. Diazepam oral 3 x 0.3 mg/kg selama 2 hari jika demam
b. Fenitoin 10-15 mg/kg/hari
c. Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari
d. Carbamazepin 200 mg/hari
e. Fenobarbital 3-4mg/kg/hari SYNDROME.UKMPPD
KEJANG DEMAM
Kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38 C)
yang penyebabnya berasal dari ekstrakranial, pada usia 6 bulan – 5
tahun dan tidak ditemukan penyebab kejang lainnya (infeksi otak,
epilepsi, gangguan elektrolit, dll) selain demam.
0,3-0,5 HOSPITAL
DZP IV
mg/kgBB
ICU
Kejang Demam
Profilaksis Intermiten
- Diazepam oral/rektal: 0,3 mg/kgBB/kali tiap 8 jam
Hanya diberikan selama episode demam, terutama dalam waktu 24 jam
setelah timbulnya demam.
Profilaksis Kontinu
- Asam valproat: 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
- Fenobarbital: 4-6 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
SYNDROME.UKMPPD
106
• Seorang laki-laki berusia 24 tahun datang ke dokter praktik umum dengan keluhan
nyeri di lutut kanan sejak 2 jam yang lalu. Pasien merasa kaki tidak stabil dan pasien
tidak bisa jalan. Keluhan dirasakan ketika pasien sedang berolahraga basket. Bila
ditekuk, lutut berbunyi PLOP!! Serta kaku dan sulit diluruskan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan regio genu tampak eritema dan swelling, serta ada hematom pada lutut
kanan. Anterior drawer test (+). Apa kemungkinan diagnosis pada kasus ini?
a. Dislokasi patella
b. Ruptur meniscus medial
c. Ruptur anterior cruciate ligament
d. Osteoarthritis genu
e. Fraktur tertutup suprakondiler femoral
SYNDROME.UKMPPD
Knee Injury –RupturACL & PCL
❑ Terdapat 6 ligamen pada lutut
• Anterior cruciatum ligamen
• Posterior cruciatum ligamen
• Medial meniscus
• Lateral meniscus
• Medial kolateral ligamen
• Lateral kolateral ligamen
Knee Injury
• Ruptur Anterior cruciatum • Ruptur Posterior cruciatum
ligamen ligamen
• Twisting injury (berputar) – Dashboard injury/ direct blow
• Lachman test (+) – Posterior drawer test (+)
• Sudut 20-30, paling sensitif
• Anterior drawer test (+)
• Sudut 60-90, tarik tibia ke
posterior → klik
• Pivot Shift Test(+)
Knee Injury
• Ruptur Medial collateral ligamen • Ruptur Lateral collateral ligamen
• Valgus stress test (+) – Varus Stress test (+)
Knee Injury
• Ruptur Meniscus Medial • Ruptur Meniscus Lateral
• McMurray test eksorotasi(+) • McMurray test endorotasi(+)
• Apley test endorotasi (+) • Apley test eksorotasi (+)
• Komplit → garis
patahan melalui
seluruh penampang
tulang atau kedua
korteks tulang
• Inkomplit → garis
patahan tidak melalui
seluruh penampang
tulang
FRAKTUR
• PATOLOGIS • STRESS FRACTURE
• tulang melemah karena – pada tulang normal, yang
perubahan struktur terkena beban berulang
(Osteoporosis, osteogenesis
imperfecta, paget’s disease, – atlet, penari, anggota
kista tulang, keganasan, militer dan latihan
metastasis) melelahkan
FRAKTUR TERBUKA
Kegawatan ortopedi. Kontaminasi →
infeksi
Klasifikasi: Gustilo - Anderson
Tipe 1 Tipe 2
Luka < 1 cm, minimal soft tissue Luka 1- 10 cm
damage. Antibiotik: sefalosporin gen.1 (mis:
Umumnya bakteri gram positif cefazolin) hingga 24 jam post closure
Antibiotik: sefalosporin gen.1 (mis:
cefazolin) hingga 24 jam post closure
Tipe 3A
Hemoroid Interna
– Dilatasi pleksus rektalis superior dan media
– Timbul di atas linea dentata dan mukosa
– Derajat:
• I → tidak menonjol keluar anus
• II → menonjol keluar, dapat masuk sendiri
• III → menonjol keluar, dapat dimasukkan dengan jari
• IV → menonjol keluar, tidak dapat dimasukkan lagi
HEMORRHOIDS
Tatalaksana :
• Simptomatik → analgetik
• Sitzbaths (duduk di air hangat, 10-20 menit, dapat mengurangi nyeri)
• Perubahan gaya hidup (serat tinggi, hindari menahan BAB / BAB
mengejan)
• Tindakan operatif
• Grade I-II → diet serat +
analgetik
• Grade III → rubber band
ligation
• IV → hemoroidektomi
109
• Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan nyeri pada skrotum kanan yang tiba-tiba sejak 2 jam
yang lalu. Pemeriksaan TD 120/80mmHg, nadi 80x/ menit, laju napas
18x/ menit, dan suhu afebris. Pemeriksaan status lokalis testis kanan
tampak lebih tinggi dari testis kiri. Dilakukan tes dengan mengangkat
skrotum kanan didapatkan skrotum tetap nyeri saat diangkat.
Pemeriksaan yang dilakukan diatas adalah...
a. Tes Valsava
b. Tes Phren
c. Tes Ziemman
d. Tes Transluminasi
SYNDROME.UKMPPD
109
• Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan nyeri pada skrotum kanan yang tiba-tiba sejak 2 jam
yang lalu. Pemeriksaan TD 120/80mmHg, nadi 80x/ menit, laju napas
18x/ menit, dan suhu afebris. Pemeriksaan status lokalis testis kanan
tampak lebih tinggi dari testis kiri. Dilakukan tes dengan mengangkat
skrotum kanan didapatkan skrotum tetap nyeri saat diangkat.
Pemeriksaan yang dilakukan diatas adalah...
a. Tes Valsava
b. Tes Phren
c. Tes Ziemman
d. Tes Transluminasi
SYNDROME.UKMPPD
Torsio Testis
Testis terputar di dalam skrotum, biasanya ke arah medial
Menyebabkan aliran darah ke distal kurang → iskemia → nekrosis
Pembengkakan testis 2
Testis teraba keras pada palpasi 2 • skor 6-7 → high risk
• sk0r 1-5 → intermediate risk
Mual/ muntah 1
• skor 0 → low risk
Testis asimetris (high riding) 1
Refleks kremaster (-) 1
Torsio Testis
Pemeriksaan penunjang
• USG Doppler → aliran darah ke testis berkurang
Tatalaksana
• Awal → manual detorsi dengan USG Doppler (Golden
period : 6 jam)
• Definitif:
• onset ≤ 6 jam → orchidopeksi (bedah detorsio)
• onset > 6 jam → orchidektomi → sudah nekrosis
110
• Seorang perempuan berusia 16 tahun datang ke Klinik Dokter Umum
dengan keluhan benjolan di payudara kiri. Benjolan baru dirasakan
sejak 3 minggu yang lalu. Benjolan tidak disertai rasa nyeri dengan
ukuran 2 cm. Keadaan umum baik, TD 110/70 mmHg, Nadi 80x/ menit,
laju respirasi 20x/ menit, dan Suhu 36,5C. Perabaan payudara kiri
terdapat massa kenyal pada region lateral atas payudara kiri, mobile,
dan tidak disertai rasa nyeri. Apa kemungkinan diagnosisnya?
a. Ca Mammae
b. Galactocele
c. Tumor phyloides
d. Fibroadenoma Mammae
SYNDROME.UKMPPD
110
• Seorang perempuan berusia 16 tahun datang ke Klinik Dokter Umum
dengan keluhan benjolan di payudara kiri. Benjolan baru dirasakan
sejak 3 minggu yang lalu. Benjolan tidak disertai rasa nyeri dengan
ukuran 2 cm. Keadaan umum baik, TD 110/70 mmHg, Nadi 80x/ menit,
laju respirasi 20x/ menit, dan Suhu 36,5C. Perabaan payudara kiri
terdapat massa kenyal pada region lateral atas payudara kiri, mobile,
dan tidak disertai rasa nyeri. Apa kemungkinan diagnosisnya?
a. Ca Mammae
b. Galactocele
c. Tumor phyloides
d. Fibroadenoma Mammae
SYNDROME.UKMPPD
Penyakit pada Payudara
Fibroadenoma - Usia muda (20-30 tahun)
mammae (FAM) - Benjolan padat kenyal, batas tegas, mobile, soliter
- Tidak nyeri
- Tx: eksisi (bila terus membesar)
Tumor Phyllodes - Seperti FAM yang sangat besar hampir seluruh payudara
- Usia 35-40 tahun
- Batas tegas, kulit diatas tumor regang, merah mengkilap
- ”Leaf like pattern”
- Tx: simpel mastektomi
Fibrokistik - Multipel, bilateral
- Batas tidak tegas, kistik
- Nyeri berhubungan dengan menstruasi
- Tx: marsupialisasi
Tumor Jinak Payudara
Atresia Ileum
Multiple Bubble
116
Anak laki-laki berusia 4 tahun dibawa oleh ayahnya ke IGD Rumah Sakit karena
merasa kesakitan pada daerah kemaluan sejak 2 jam yang lalu. Dua jam yang lalu,
pasien menarik-narik preputium ke bel akang, dan tidak dapat dikembalikan.
Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriskaan fisik tampak glans
penis merah kebiruan, preputium menjepit pada sulcus coronarius. Tatalaksana yang
tepat pada kondisi tersebut adalah...
a. Steroid topikal
b. Antibiotik topikal
c. Antibiotik oral
d. Analgetik oral
e. Dorsumsisi
SYNDROME.UKMPPD
116
Anak laki-laki berusia 4 tahun dibawa oleh ayahnya ke IGD Rumah Sakit karena
merasa kesakitan pada daerah kemaluan sejak 2 jam yang lalu. Dua jam yang lalu,
pasien menarik-narik preputium ke bel akang, dan tidak dapat dikembalikan.
Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriskaan fisik tampak glans
penis merah kebiruan, preputium menjepit pada sulcus coronarius. Tatalaksana yang
tepat pada kondisi tersebut adalah...
a. Steroid topikal
b. Antibiotik topikal
c. Antibiotik oral
d. Analgetik oral
e. Dorsumsisi
SYNDROME.UKMPPD
Kelainan Preputium
Fimosis Parafimosis
Parafimosis
• Preputium dapat ditarik ke belakang tetapi tidak dapat kembali →
• menjepit glans penis
• Kondisi emergensi
• Gejala
• Kulit prepusium edema, terdapat cincin menjepit penis → dapat terjadi iskemia
• → NEKROSIS
• Tatalaksana
• Manual reduksi, kompres cairan hipertonik, pungsi/ aspirasi, insisi vertikal,
• sirkumsisi/dorsumsisi cito
Parafimosis
Tatalaksana
• Dorsumsisi atau dorsal slit, hanya dilakukan insisi
minor
Fimosis
• Preputium tidak dapat ditarik ke belakang
• Bukan kondisi emergensi
• Gejala
• Ujung penis menggembung, pancaran urin lemah
• Komplikasi
• Balanitis (radang pada glans, akibat akumulasi smegma), balanopostitis
(radang pada glans dan preputium), scarring, infeksi saluran kemih, kanker
penis (jangka panjang)
• Tatalaksana definitif → sirkumsisi (elektif)
Fimosis
Tatalaksana
• Pada sirkumsisi, preputium dibuang
117
Laki laki, 40 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam yang lalu, kemudian dibawa
ke klinik tempat Anda praktik. Tanda vital pasien stabil tetapi mengerang sangat
kesakitan saat dipegang kaki kirinya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sulit
menggerakan tungkai bawah sinistra, area kruris sinistra ditemukan krepitasi (+),
tampak pucat, bengkak, kesemutan, nyeri saat dilakukan dorsofleksi pasif dengan nadi
dorsalis pedis teraba lemah dan kesemutan. Pasien akan Anda rujuk tetapi jarak
dengan rumah sakit besar 6 jam. Tindakan yang pertama kali dilakukan adalah?
a. Pasang ORIF emergency
b. Melakukan bebat tekan
c. Melakukan insisi ganda pada kruris kiri
d. Pasang dan loading infus RL
e. Langsung rujuk
SYNDROME.UKMPPD
117
Laki laki, 40 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam yang lalu, kemudian dibawa
ke klinik tempat Anda praktik. Tanda vital pasien stabil tetapi mengerang sangat
kesakitan saat dipegang kaki kirinya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sulit
menggerakan tungkai bawah sinistra, area kruris sinistra ditemukan krepitasi (+),
tampak pucat, bengkak, kesemutan, nyeri saat dilakukan dorsofleksi pasif dengan nadi
dorsalis pedis teraba lemah dan kesemutan. Pasien akan Anda rujuk tetapi jarak
dengan rumah sakit besar 6 jam. Tindakan yang pertama kali dilakukan adalah?
a. Pasang ORIF emergency
b. Melakukan bebat tekan
c. Melakukan insisi ganda pada kruris kiri
d. Pasang dan loading infus RL
e. Langsung rujuk
SYNDROME.UKMPPD
Sindroma Kompartemen
• Suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan intertisial di dalam
ruangan yang terbatas, yaitu kompartemen osteofasial yang tertutup.
• Gejala “5P”
• Pain → nyeri
• Pallor → pucat
• Parestesia → (-) sensorik
• Paralisis → (-) motorik
• Pulselessness → (-) nadi
• Tatalaksana: Fasciotomi (Golden period: 4-6 jam)→ bila fasilitas
memadai; longgarkan bidai → bila fasilitas tidak memadai
118
Seorang anak perempuan berusai 7 tahun dibawa orangtuanya ke Rumah Sakit
dengan demam sejak 3 hari yang lalu. Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien
terjatuh saat bersepeda. Pada saat itu pasien dibawa ke Puskesmas dan dokter
mendiagnosis adanya fraktur terbuka cruris sinistra. Namun keluarga menolak
penngobatan yang dilakukan oleh dokter dan hanya diurut. Pemeriksaan awal apa
yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis?
a. CT-scan
b. X-ray
c. MRI
d. USG
e. Angiografi
SYNDROME.UKMPPD
118
Seorang anak perempuan berusai 7 tahun dibawa orangtuanya ke Rumah Sakit
dengan demam sejak 3 hari yang lalu. Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien
terjatuh saat bersepeda. Pada saat itu pasien dibawa ke Puskesmas dan dokter
mendiagnosis adanya fraktur terbuka cruris sinistra. Namun keluarga menolak
penngobatan yang dilakukan oleh dokter dan hanya diurut. Pemeriksaan awal apa
yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis?
a. CT-scan
b. X-ray
c. MRI
d. USG
e. Angiografi
SYNDROME.UKMPPD
OSTEOMIELITIS
• Peradangan pada tulang dan sumsum tulang (bone marrow)
• Etiologi: Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Enterobacteriaceae
• Patogenesis:
• Hematogen
• Inokulasi langsung
• Kontaminasi fokus infeksi
• Gejala klinis: demam, menggigil, malaise, letargi
• Pemeriksaan fisik: bengkak, merah, nyeri
Osteomielitis Akut Osteomielitis Sub akut Osteomielitis Kronis
onset < 2 minggu onset 2-6 minggu onset > 6 minggu
SYNDROME.UKMPPD
125
Seorang laki-laki berusia 28 tahun, dibawa keluarganya ke Puskesmas karena dikatakan
kerasukan. Sejak 5 hari yang lalu penderita mengalami perubahan tingkah laku berupa sulit
tidur, sering bicara sendiri, mondar-mandir dan marah- marah tanpa sebab. Penderita
merasa kerasukan arwah neneknya yang sudah meninggal, sehingga perbuatannya sering
dikendalikan oleh arwah tersebut. Dari pemeriksaan status psikiatri didapatkan adanya
waham kendali pikir, waham sisip pikir , dan halusinasi auditorik. Tidak ada riwayat
gangguan jiwa sebelumnya. Apakah diagnosis yang paling mendekati untuk kasus di atas?
a. Gangguan Afektif
b. Psikotik Akut
c. Skizofrenia
d. Gangguan Waham Menetap
e. Gangguan Mentall Organik
SYNDROME.UKMPPD
Skizofrenia
• Waham (delusi) → keyakinan yang salah
• Halusinasi
• Auditori → bisikan-bisikan
• Visual → bayangan
• Olfaktori → cium bau-bauan
• Talktil → ada yang merayap
• Perilaku katatonik → gaduh gelisah, mempertahankan postur tertentu, atau
gejala negatif → menarik diri, apatis
• Gejala muncul dalam waktu minimal 1 bulan
• Bila <1bulan → gangguan psikotik akut (<2 minggu)
126
• Pasien anak laki-laki berusia 8 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
demam yang sudah dirasakan setidaknya selama 7 hari. Demam
terutama pada sore hari yang dirasakan makin tinggi suhunya dari hari
ke hari. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu 39C dan
terdapat bradikardi relatif. Terapi yang sesuai untuk pasien tersebut
adalah...
a. Kotrimoksasol 2 x 24 mg/kgBB selama 14 hari
b. Cefixime 2 x 200 mg selama 7 hari
c. Cefriaxone 1 x 50-75 mg/kgBB selama 5 hari
d. Kloramfenikol 4 x 12,5-25 mg/kgBB selama 14 hari
e. Siprofloksasin 2 x 500 mg selama 7 hari
SYNDROME.UKMPPD
126
• Pasien anak laki-laki berusia 8 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
demam yang sudah dirasakan setidaknya selama 7 hari. Demam
terutama pada sore hari yang dirasakan makin tinggi suhunya dari hari
ke hari. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu 39C dan
terdapat bradikardi relatif. Terapi yang sesuai untuk pasien tersebut
adalah...
a. Kotrimoksasol 2 x 24 mg/kgBB selama 14 hari
b. Cefixime 2 x 200 mg selama 7 hari
c. Cefriaxone 1 x 50-75 mg/kgBB selama 5 hari
d. Kloramfenikol 4 x 12,5-25 mg/kgBB selama 14 hari
e. Siprofloksasin 2 x 500 mg selama 7 hari
SYNDROME.UKMPPD
DEMAM TIFOID
• Termasuk penyakit wabah
• Etiologi: Salmonella typhi (96%), Salmonella paratyphi
• Penularan: fecal oral
• Masa inkubasi: 10-14 hari
• Patogenesis:
Makanan terkontaminasi → masuk ke lambung → sebagian
dihancurkan, sebagian lagi lolos ke usus → peyerpatch ileum
distal → ductus thoracicus → ke organ RES
DEMAM TIFOID
• Gejala klinis:
Minggu 1
-Fase prodromal: malaise, nyeri kepala,
batuk, nyeri tenggorokan
-Demam stepladder/ kontinu bertangga >7 hari
(naik pada malam hari, turun pada pagi hari
tapi tidak pernah mencapai suhu normal)
-Nyeri perut, konstipasi atau diare
-Mual muntah, anoreksia
-Coated tongue (lidah tengahnya kotor,
pinggir merah dan tremor)
DEMAM TIFOID
Minggu 2
-Hepatosplenomegali
-Bradikardi relatif (kenaikan suhu tidak
disertai kenaikan nadi)
-Rose spot (ptekie di abdomen)
Minggu 3
-Typhoid state: apatis, delirium,
disorientasi, koma
-PSMBB (perforasi usus)
DEMAM TIFOID
WIDAL TEST
• Laboratorium:
• Dilakukan akhir minggu 1 (hari ke-
• Leukopenia atau leukositosis
7), minggu 2, 3, 4 → mendeteksi
• Trombositopenia
antibodi dari Salmonella
• Anemia ringan • Dengan cara memasukkan antigen
• LED tinggi kuman yang sudah dimatikan
• SGOT, SGPT tinggi
DEMAM TIFOID
• Semakin tinggi titer aglutinin, semakin tinggi kemungkinan
terinfeksi
• Aglutinin O → dari tubuh kuman
• Aglutinin H → flagel
• Aglutinin Vi → simpai → CARRIER
• BERMAKNA: kenaikan titer 4x lipat dari awal dalam 2 minggu,
atau titer O > 1/320, atau titer H > 1/640
(normal: 1/80)
• Fase akut → titer O meningkat disertai titer H
• Titer O menetap hingga 6 bulan, titer H menetap hingga 1
tahun
DEMAM TIFOID
• Gold standar:
• Kultur sumsum tulang
→ minggu 1 (80-90%,
paling baik, namun invasif)
• Kultur darah → minggu 1
(70-80%)
• Kultur feses → minggu 2
• Kultur urin → minggu 3
DEMAM TIFOID
• Tatalaksana:
• Cairan & kalori
• Antipiretik
• Diet: makanan bersih, rendah serat dan mudah dicerna
• Antibiotik
: Ibu
hamil:
•Amoksisilin/ Seftriakson
Dewasa tidak hamil:
• Quinolon → Siprofloksasin 15 mg/kg 7 hari
DEMAM TIFOID
Anak:
• Kloramfenikol 4x500 mg 10-14 hari (efek samping:
hipoplasia sum-sum tulang →pansitopenia)
• Tiamfenikol 4x500 mg 10-14 hari (minimal efek samping)
• Kotrimoksazol 6 mg/kgBB/hari 10 hari
• Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari 10 hari
• Seftriakson 3 gram/hari 3-5 hari
127
Anak usia 9 tahun dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan lemas. Demam dirasakan
sejak 4 hari dan pada hari pertama demam mendadak. Kesadaran pasien apatis,
nadi tidak teraba, suhu 36.1 dan tekanan darah tidak terukur. Pemeriksaan lab Hb
18.1 g/dL, leukosit 1.700/mm, trombosit 20.000/mm, hematokrit 56%. Pada
pemeriksaan rontgen didapatkan efusi pleura kanan. Diagnosis pasien adalah...
a. Dengue fever
b. Dengue hemorrhagic fever grade I
c. Dengue hemorrhagic fever grade II
d. Dengue hemorrhagic fever grade III
e. Dengue hemorrhagic fever grade IV
SYNDROME.UKMPPD
127
Anak usia 9 tahun dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan lemas. Demam dirasakan
sejak 4 hari dan pada hari pertama demam mendadak. Kesadaran pasien apatis,
nadi tidak teraba, suhu 36.1 dan tekanan darah tidak terukur. Pemeriksaan lab Hb
18.1 g/dL, leukosit 1.700/mm, trombosit 20.000/mm, hematokrit 56%. Pada
pemeriksaan rontgen didapatkan efusi pleura kanan. Diagnosis pasien adalah...
a. Dengue fever
b. Dengue hemorrhagic fever grade I
c. Dengue hemorrhagic fever grade II
d. Dengue hemorrhagic fever grade III
e. Dengue hemorrhagic fever grade IV
SYNDROME.UKMPPD
DENGUE HAEMORRHAGE FEVER
• Etiologi: Virus Dengue (Famili: Flaviviridae)
• Virus dengue memiliki 4 serotipe DEN-I, DENII, DEN-III, dan DEN-IV (paling
banyak di Indonesia DEN-III)
• Imunitas yang didapat dari virus dengue bersifat seumur hidup (yang
berarti maksimal seseorang terinfeksi virus dengue sebanyak 4 kali)
• Vektor: nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus betina
• Manifestasi infeksi dengue dapat beragam, berupa Dengue Fever
(DF), Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) grade I-IV
DHF
• Pada umumnya, DF terjadi akibat infeksi salah satu serotipe virus
dengue
• DHF terjadi akibat infeksi sekunder virus dengue dengan serotipe
berbeda
Dengue Fever
• DF dapat memiliki manifestasi perdarahan (Epistaksis, hipermenore,
dan perdarahan saluran cerna).
• Bedakan DF dengan DHF. Pada DF tidak ada plasma leakage (efusi
pleura, ascites, peningkatan Ht sebesar >20% dari baseline, serum
albumin <3.5 gr%)
DHF
• Plasma leakage bisa ditegakkan dengan peningkatan Ht ≥20% dari
baseline, bukan angka Ht diatas ≥20%.
• Anggap Ht normal = 35-45% (nilai ini bisa disesuaikan dengan tabel referensi
UKMPPD)
• Jika menggunakan angka ini, Plasma Leakage bisa ditegakkan apabila Ht
pasien minimal 42%
Contoh :
• Peningkatan Ht minimal = 20%*Ht Baseline = 20%*35% = 7%
• Ht minimal untuk menegakkan Plasma Leakage = 35% + 7% =
42%
DHF
❑ Pemeriksaan :
• Torniquet test
• NS1 (antigen) : dapat dideteksi
pada awal demam (hari 1-2)
• IgM (antibodi) : terdeteksi mulai
hari 3-5, meningkat sampai minggu
ke 3, menghilang setelah 60-90
hari
• IgG (antibodi) : pada infeksi
primer, IgG mulai terdeteksi pada
hari ke 14, pada infeksi sekunder
mulai terdeteksi hari ke 2 Uji Torniquet
DHF
❑ Warning Signs
• Demam turun namun keadaan anak memburuk
• Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
• Muntah yang menetap
• Letargi, gelisah
• Perdarahan mukosa
• Pembesaran hati
• Akumulasi cairan
• Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan cepat jumlah
trombosit
• Hematokrit awal tinggi
DHF
• Indikasi cairan intravena:
• Intake cairan oral tidak adekuat
• Peningkatan hematokrit hingga 10-20% meskipun telah diberikan rehidrasi oral
• Impending shock
• Terdapat tanda-tanda syok
• Cairan Kristaloid
• Ringer Laktat / Ringer Asetat / NaCl 0,9%
• Grade I/II → 5-7 cc/kgBB secepatnya (1 jam)
• Grade III/IV → 10-20 cc/kgBB secepatnya (0.5
jam) Dimulai dari starting dose.
128
Seorang Laki-laki 24 tahun datang dengan keluhan batuk lebih dari dua bulan, disertai
dahak dan kadang dengan darah. Pasien juga demam dan mengeluhkan nyeri telan,
penurunan berat badan >10kg selama periode tersebut, pemeriksaan kepala-leher
didapatkan leukoplakia ad glossus et palatum, swab langit-langit menunjukkan candida (+).
Pasien terlihat sangat kurus, tulang dada pasien terlihat jelas dan Otot ekstremitas pasien
terlihat mengecil. Pasien memang seorang pengguna jarum suntik dan obat kesukaannya
bermerk illuminados plaga. Pada pemeriksaan tes HIV didapatkan reaktif. Diagnosis pada
pasien ini adalah?
a. TB paru dengan HIV st 1
b. TB paru dengan HIV st 2
c. TB paru dengan HIV st 3
d. TB paru dengan HIV st 4
e. TB paru dengan HIV st 5
SYNDROME.UKMPPD
128
Seorang Laki-laki 24 tahun datang dengan keluhan batuk lebih dari dua bulan, disertai
dahak dan kadang dengan darah. Pasien juga demam dan mengeluhkan nyeri telan,
penurunan berat badan >10kg selama periode tersebut, pemeriksaan kepala-leher
didapatkan leukoplakia ad glossus et palatum, swab langit-langit menunjukkan candida (+).
Pasien terlihat sangat kurus, tulang dada pasien terlihat jelas dan Otot ekstremitas pasien
terlihat mengecil. Pasien memang seorang pengguna jarum suntik dan obat kesukaannya
bermerk illuminados plaga. Pada pemeriksaan tes HIV didapatkan reaktif. Diagnosis pada
pasien ini adalah?
a. TB paru dengan HIV st 1
b. TB paru dengan HIV st 2
c. TB paru dengan HIV st 3
d. TB paru dengan HIV st 4
e. TB paru dengan HIV st 5
SYNDROME.UKMPPD
GEJALA HIV
2 MAYOR + 1 MINOR atau 3 MINOR
MAYOR MINOR
• Penurunan BB >10% dalam 1 • Batuk >1 bulan
bulan • Dermatitis generalisata
• Diare kronis >1bulan • Herpes zoster/ simpleks
• Demam >1bulan • Kandidiasis orofaringeal
• Penurunan kesadaran/ • Limfadenopati generalisata
gangguan neurologis • Infeksi jamur berulang pada
• HIV ensefalopati/ demensia kemaluan
• Retinitis CMV
HIV-AIDS
HIV-AIDS
Wasting Syndrome
Penurunan BB >10%
+
Diare kronik >1bulan atau Demam >1bulan
129
Seorang laki-laki usia 67 tahun mengeluhkan demam, nyeri perut, sejak beberapa hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh keluhan disertai dengan mual muntah. Pada pemeriksan
fisik didapatkan konjungtiva ikterik (+), nyeri otot gastrocnemius (+). Pasien mengaku
sekitar 3 hari yang lalu terdapat riwayat kebanjiran (+). Pada pasien kemudian
dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan ditemukan organisme berbentuk spiral dengan
saling mengait di bagian ujungnya. Terapi yang tepat untuk diberikan adalah...
a. Asiklovir 5x800 mg
b. Ketoconazole 2x200 mg
c. Penisilin 1.5 juta IU
d. Metronidazol 3x500 mg
e. Azithromycin 1x1 gr
SYNDROME.UKMPPD
129
Seorang laki-laki usia 67 tahun mengeluhkan demam, nyeri perut, sejak beberapa hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh keluhan disertai dengan mual muntah. Pada pemeriksan
fisik didapatkan konjungtiva ikterik (+), nyeri otot gastrocnemius (+). Pasien mengaku
sekitar 3 hari yang lalu terdapat riwayat kebanjiran (+). Pada pasien kemudian
dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan ditemukan organisme berbentuk spiral dengan
saling mengait di bagian ujungnya. Terapi yang tepat untuk diberikan adalah...
a. Asiklovir 5x800 mg
b. Ketoconazole 2x200 mg
c. Penisilin 1.5 juta IU
d. Metronidazol 3x500 mg
e. Azithromycin 1x1 gr
SYNDROME.UKMPPD
LEPTOSPIROSIS
❑ Nama lain: Mud fever, Slime fever, Swamp fever, Field fever
❑ Faktor Resiko:
• Pekerja sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, rumah
potong hewan, tambang, dokter hewan
• Kebanjiran
• Riwayat kontak dengan air tergenang
• Rumah banyak tikus, pelihara hewan
• Berkemah, berburu, berenang
LEPTOSPIROSIS
• Etiologi: Leptospira → mikroorganisme spirochaeta bentuk
spiral berflagel
• Banyak di ginjal/ urine tikus, kucing, anjing, babi, lembu, dll
• Dapat masuk ke tubuh manusia lewat kulit dan selaput lendir
• Target kerusakan organ: ginjal, hati, otot, vaskular
LEPTOSPIROSIS
LEPTOSPIROSIS
❑ Manifestasi Klinis : • Ikterik
• Demam tinggi • Nyeri tekan gatroknemius
• mendadak • Splenomegali
• Nyeri otot dan sendi • Hepatomegali
• Sakit kepala • Ruam di kulit
• Diare • Edema
• Mual muntah
• Injeksi konjungtiva
LEPTOSPIROSIS
❑ Pemeriksaan penunjang :
• Leukopenia
• Trombositopenia dapat terjadi
• Shift to the left
• Bilirubin meningkat pada Weil’s disease
• Mikroskop lapangan gelap → paling sederhana, dijumpai bakteri bentuk spiral
• Pemeriksaan serologi IgM antileptospira dengan ELISA
LEPTOSPIROSIS
• Baku emas:
• Pemeriksaan serologi IgM antileptospira dengan metode Microscopic Agglutination
Test (MAT)
• Kultur (hasilnya seringkali negatif) → sangat sulit
• Darah/CSF → < hari ke 10
• Urin/feses → > hari ke 7
WEIL’S DISEASE
❑ Leptospirosis berat
❑ Bila dijumpai salah satu dari:
• Sklera ikterik/ jaundice
• Perdarahan subkonjungtiva
• Oligouria (gangguan ginjal)
• Miokarditis dengan aritmia
LEPTOSPIROSIS
❑ Tatalaksana • MODERATE-SEVERE/ RAWAT
• MILD/ RAWAT JALAN INAP (WEIL’S DISEASE)
• DOC: Doxycycline (100 mg • DOC: Penicillin (1.5 juta unit IV/
PO bid) 6-8 jam)
• Amoxicillin (500 mg PO tid) • Ceftriaxone 1-2 gram/24 jam
Azithromycin dehydrate ( • Cefotaxime 1 gram/6 jam
1gram SD, dilanjutkan 500
mg 2 hari)
130
• Laki laki 45 tahun datang ke puskesmas ingin berkonsultasi karena akan pergi ke Lembah
baliem Papua. Dia akan pergi dalam 2 minggu sejak hari ini dan akan tinggal selama
sebulan. Akan tetapi pasien sedikit takut karena daerah tersebut rawan akan penyakit
malaria dan pasien tidak ingin jatuh sakit. Profilaksis yang tepat diberikan adalah ?
a. Primakuin 0,24/mg/kgbb, 1 minggu sebelum berangkat sampai dengan 1 minggu
setelah kembali
b. Piperakuin 4 mg, 1 minggu sebelum berangkat sampai 2 minggu setelah kembali
c. Kina 10 mg/kgbb , 4 hari sebelum berangkat sampai dengan 4 minggu setelab kembali
d. Chloroquin 500 mg setiap hari, 1 minggu sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah
kembali
e. Doksisiklin 100 mg setiap hari, 1-2 hari sebelum berangkat sampai dengan 4 minggu
SYNDROME.UKMPPD
130
• Laki laki 45 tahun datang ke puskesmas ingin berkonsultasi karena akan pergi ke Lembah
baliem Papua. Dia akan pergi dalam 2 minggu sejak hari ini dan akan tinggal selama
sebulan. Akan tetapi pasien sedikit takut karena daerah tersebut rawan akan penyakit
malaria dan pasien tidak ingin jatuh sakit. Profilaksis yang tepat diberikan adalah ?
a. Primakuin 0,24/mg/kgbb, 1 minggu sebelum berangkat sampai dengan 1 minggu
setelah kembali
b. Piperakuin 4 mg, 1 minggu sebelum berangkat sampai 2 minggu setelah kembali
c. Kina 10 mg/kgbb , 4 hari sebelum berangkat sampai dengan 4 minggu setelab kembali
d. Chloroquin 500 mg setiap hari, 1 minggu sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah
kembali
e. Doksisiklin 100 mg setiap hari, 1-2 hari sebelum berangkat sampai dengan 4
SYNDROME.UKMPPD
MALARIA
Anamnesis:
-demam tinggi, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare, nyeri otot
- Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria
- Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria (Papua, NTT)
- Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
MALARIA
- Stadium prodromal (2-3 hari)
- TRIAS:
- Menggigil (15 menit-1 jam)
- Demam tinggi (2-6 jam) → intermitten, ada fase bebas
demam
- Berkeringat (2-4 jam)
- TRIAS HEMOLITIK: - Anemia
- Ikterik
- Hepatosplenomegali
MALARIA
• Vektor: nyamuk Anopheles betina
• PLASMODIUM: ”Fatro Viter Maqu”
• P. Falciparum → Malaria Tropicana (Maligna) → demam tidak menentu,
gejala berat
• P. Vivax → Malaria Tertiana (Benigna) → demam 1-2-1-2 / per 48 jam / hari
ke 3
• P. Ovale → Malaria Ovale → demam 1-2-1-2 / per 48 jam / hari ke 3
• P. Malariae → Malaria Quartana → demam 1-3-1-3 / per 72 jam / hari ke 4
→ jarang di Indonesia
• P. Knowlesi → Malaria knowlesi → menyerupai falsiparum, jarang di Indonesia
MALARIA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Hapusan darah tepi (pewarnaan Giemsa)
- TEBAL : ADA/ TIDAK PARASIT
- TIPIS : JENIS PARASIT
“Pemeriksaan dilakukan 3 kali setiap 24 jam, jika hasil tetap (-) baru
diagnosis malaria dapat disingkirkan”
- Rapid test → hasil keluar 3-5 menit, untuk plasmodium falciparum
- Optimal test → membedakan p.falciparum dan p.vivax
- Serologi dan PCR
Profilaksis Malaria
• KLOROKUIN (resistensi sudah tinggi)
• 250 mg/minggu → dimakan 1 minggu sebelum pergi, selama di
daerah endemis, sampai 1 bulan setelah pulang
• DOKSISIKLIN (pilihan utama)
• 100 mg/hari→ dimakan 1-2 hari sebelum pergi, selama di daerah
endemis, sampai 1 bulan setelah pulang
• MEFLOKUIN (pilihan untuk ibu hamil) : 250 mg/minggu
• PRIMAKUIN : 0,5 mg/kgBB/hari
131
• Perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan mudah lelah, rambut
rontok, dan sering merasa silau sejak 1 minggu yang lalu. Selain itu
pasien juga mengeluhkan nyeri pada sendi bahu, siku, lutut dan
pergelangan kaki sejak 3 bulan yang lalu. Selain keluhan tersebut,
pasien juga mengeluhkan demam dan terkadang sesak. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi 96 kali/menit, RR
17 kali/menit, suhu 36,7 C. Dari hasil pemeriksaan kepala didapatkan
ruam kemerahan di wajah. Pemeriksaan autoantibodi yg paling spesifik
adalah?
a. DEXA
b. Anti ds-dna
SYNDROME.UKMPPD
c. Rheumatoid factor
131
• Perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan mudah lelah, rambut
rontok, dan sering merasa silau sejak 1 minggu yang lalu. Selain itu
pasien juga mengeluhkan nyeri pada sendi bahu, siku, lutut dan
pergelangan kaki sejak 3 bulan yang lalu. Selain keluhan tersebut,
pasien juga mengeluhkan demam dan terkadang sesak. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi 96 kali/menit, RR
17 kali/menit, suhu 36,7 C. Dari hasil pemeriksaan kepala didapatkan
ruam kemerahan di wajah. Pemeriksaan autoantibodi yg paling spesifik
adalah?
c. Rheumatoid factor
a.
d. DEXA
CD4
b.
e. Anti
Anti ds-dna
SM
SYNDROME.UKMPPD
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
• Autoimun
• Penyakitsistemik,mengenaibanyak organ
• Manifestasi bervariasi, dapat ringan maupun berat
• Prevalensi bisa mengenai semua umur, sering pada wanita
(90%) usia 15-45 tahun
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
• Gejala umum: • Gejala konstitusional:
– kelelahan – rambut rontok
– penurunan berat badan – mual, muntah
– demam – hilang nafsu makan
– pembesaran KGB
– nyeri kepala
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
• Pemeriksaan penunjang:
– AWAL → ANA test (anti
nuclear antibody)
– Lanjutan: – Defisiensi komplemen C3
• anti dsDNA dan C5
• antigen smith – Sel lupuseritematosus (sel
• VDRL positif palsu (pada LE)
onset penyakit)
• LED↑, CRP↑ (inflamasi)
Diagnosis SLE (Kriteria ACR)
Diagnosis SLE (Kriteria ACR)
Diagnosis SLE (Kriteria ACR)
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
• Tatalaksana Non farmakologi:
– Dukungan sosial
– Istirahat, batasi aktivitas fisik
– Edukasi gaya hidup sehat
– Tabir surya (SPFminimal 15)
– Monitoring ketat
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
• Tatalaksana Farmakologis:
– KORTIKOSTEROID → dipakai jika ada
keterlibatan organ (ginjal, otak, vaskuler)
• Metilprednisolon → 5-20 mg/hari dosis tunggal atau
terbagi
• Prednison → 1-2 mg/kgBB/hari
• Bolusmetilprednisolon 1000 mg,5 hari berturut turut
(pada kasusmengancam jiwa)
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
– IMUNOMODULATOR
• siklosfamid
• metotreksat
• siklosporin
• estrogen
• NSAID
• anti malaria
132
Laki laki usia 62 tahun datang dengan keluhan nyeri pada sendi lutut, terutama
pada kaki kiri. Nyeri dirasakan terutama saat beraktivitas seperti naik tangga
dengan awalnya kaku sendi pada pagi hari selama kurang dari 30 menit. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan genu didapatkan krepitasi. Dari foto rontgen didapatkan osteofit, dan
sclerosis subkondral. Grade berapakah penyakit tersebut?
a. I
b. II
c. III
d. IV
e. V
SYNDROME.UKMPPD
132
Laki laki usia 62 tahun datang dengan keluhan nyeri pada sendi lutut, terutama
pada kaki kiri. Nyeri dirasakan terutama saat beraktivitas seperti naik tangga
dengan awalnya kaku sendi pada pagi hari selama kurang dari 30 menit. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan genu didapatkan krepitasi. Dari foto rontgen didapatkan osteofit, dan
sclerosis subkondral. Grade berapakah penyakit tersebut?
a. I
b. II
c. III
d. IV
e. V
SYNDROME.UKMPPD
OSTEOARTHRITIS
Faktor risiko:
• Umur → faktor resiko yg terkuat
• Jenis kelamin → Usia > 50 thn: ♀> ♂
• Kegemukan
• Penyakit Metabolik
• Cedera sendi
• Kelainan pertumbuhan
OSTEOARTHRITIS
Gejala klinis:
• Kaku sendi pagi hari (<30 menit)
• Onsetgradual → nyeri dirasakan berangsur meningkat(onset
gradual)
• Krepitasi → suara sendi berderak
• Pergerakanterbatas, perubahan cara berjalan
• Deformitas
• Ngilu pada saat udara dingin
OSTEOARTHRITIS
Gejala klinis:
• HEBERDEN’S Nodes (di
jari tangan distal)
• BOUCHARD’S nodes (di
jari tangan proximal)
• Bisa disertai tanda-tanda
inflamasi lokal
OSTEOARTHRITIS
Dijumpai:
Pemeriksaan penunjang:
– Penyempitan celah sendi yg
– Foto polos sendi→ asimetris
untukklasifikasi
– Peningkatan densitas (sklerosis)
diagnosis atau untuk
tulang subkondral
merujuk ke ortopaedi
– Osteofit pd pinggir sendi (SPUR)
– Minimal 2
– Kista tulang
proyeksi (
– Perubahanstruktur normal sendi
AP,lateral)
– Hipertrofi sinovial
– Kartilago iregular
Temuan Radiologis OA
Foto Genu:
SYNDROME.UKMPPD
OSTEOARTHRITIS
Tatalaksana Non Farmakologi
• Istirahat sendi
• Berat Badan ideal
• Latihan ringan (jalan kaki, bersepeda, berenang)
• Fisioterapi
• Hindari berdiri lama, jongkok dan duduk bersila
OSTEOARTHRITIS
Tatalaksana Non Farmakologi
• NSAID ( oral & topikal ) → tatalaksana awal
• Injeksi IntraArtikular:
• Steroid (TriamcinoloneHexacetonid 40 mg)
• Hyaluronan
• Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMOADs)
→ tatalaksana yang tepat
• Kondroitin sulfat
• Asam hialuronat
• Diacerrhein
• Vitamin C
• Viscosuplement
133
Seorang wanita usia 50 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri pada punggung
sejak 2 minggu smrs. Pasien memiliki riwayat konsumsi steroid jangka panjang. Pasien
juga mengaku telah mengalami menopause sejak 1 tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/90 mmHg, HR 90x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu
36,5C. Pada pemeriksaan rontgen didapatkan fraktur kompresi L3-L4. Apakah
kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
a. Osteoporosis primer
b. Osteoporosis sekunder
c. Osteoporosis tersier
d. Osteoporosis senilis
e. Osteopenia
SYNDROME.UKMPPD
133
Seorang wanita usia 50 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri pada punggung
sejak 2 minggu smrs. Pasien memiliki riwayat konsumsi steroid jangka panjang. Pasien
juga mengaku telah mengalami menopause sejak 1 tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/90 mmHg, HR 90x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu
36,5C. Pada pemeriksaan rontgen didapatkan fraktur kompresi L3-L4. Apakah
kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
a. Osteoporosis primer
b. Osteoporosis sekunder
c. Osteoporosis tersier
d. Osteoporosis senilis
e. Osteopenia
SYNDROME.UKMPPD
OSTEOPOROSIS
❑ Defenisi :
Penyakittulang sistemikyang ditandai dengan penurunan
densitas massatulang → menjadi rapuh dan mudah patah
OSTEOPOROSIS
❑ Faktor resiko :
• Usia tua
• Genetik (etnis kaukasia dan oriental)
• Riyawat keluarga
• Defisiensi estrogen
• Gaya hidup
• Defisiensi androgen
• Defisiensi kalsium
• Tirotoksikosis
• Aktivitas fisik kurang
• Hiperparatiroidisme
• Konsumsi obat-obatan
• Merokok
• Alkohol
OSTEOPOROSIS
❑ Anamnesis:
• Riwayat fraktur dan mikrofraktur
• Imobilisasi
• Penurunantinggi badan
• Riwayat minumobat-obatan → steroid (menekan osteoklas)
• Riwayat haid dan menopause
❑ Pemeriksaan fisik:
• Cara berjalan
• BBdan TB
• Deformitas tulang
OSTEOPOROSIS
❑ Klasifikasi:
• PRIMER
• TIPE1 → pada pasien menopause, karena defisiensi
estrogen
• TIPE2 → OSTEOPOROSISSENILIS→ pada pasien
usiatua >70 tahun
• SEKUNDER
• Adanya penyakit sistemik, obat-obatan, obesitas,
riwayat operasi rahim (menekan estrogen)
OSTEOPOROSIS
❑ Pemeriksaan penunjang:
• Radiologis → pemeriksaan awal: Foto Polos (AP,
lateral) → penipisan korteks dan trabekuler
(hipolusen), fraktur kompresi, tidak spesifik menilai
densitas massa tulang
• Biokimia tulang: Ca Bone spesific alkalin phospatase,
osteockisin
• Densitometri→ Gold standar → menilai densitas
massa tulang
OSTEOPOROSIS
Fx. kompresi
OSTEOPOROSIS
❑ DENSITOMETRI
• DEXA (Dual Energy Xray Absorbtiometry)
T-SCORE
▪ Normal : ≥ -1
▪ Osteopenia : (-1) - (-2,5)
▪ Osteoporosis: ≤ -2,5
OSTEOPOROSIS
❑ Tatalaksana:
• Edukasi danpencegahan
• Latihan dan rehabilitasi
• Medikamentosa
1. Bifosfonat → pilihan utama, efek samping: refluks
esofagitis (setelah minumjangan berbaring)
– Risedronat 35 mg/ minggu
– Alendronat 10 mg/ hari
– Sodium etidronat 400 mg/hari
OSTEOPOROSIS
SKOR ≥ 6 →RA
RHEUMATOID ARTHRITIS
• Lanjut:
Radiologi:
• Awal: – Lesi pseudokistik
– Pannus (nodulus – Erosi marginal
rheumatoid) – Swan neck deformity
– Erosi tulang – Z deformity ibu jari
– Ruang antar sendi – Boutonniere deformity
sempit – Sub luxasioAtlanto Axial C1-C2
– Osteoporosis periarticular (panggul)
– Protusio acetabuli (kaput femoris
bergeser dari sumbunya)
RHEUMATOIDARTHRITIS
Classic hand sign
Rheumatoid Arthritis
• Edukasi
• Nonfarmakologis: Latihan Rehabilitasi, omega 3 (minyakikan)
• Farmakologis
• DMARD→ mencegahdestruksi tulang dan sendi
– Metotreksat (7,5 – 25 mg/minggu), sulfasalazin, siklosporin, klorokuin
• Agen Biologik
• Kortikosteroid → pada kasusaktif dan progresif dengan dosisminimal
– Prednison10-15 mg/hari, Hidrokortison asetat intra artikular 20-50
mg
• Obat Anti Inflamasi Non Steroid: ibuprofen, naproxen, prioxicam
– Pembedahan
TERBAIK
AWAL
135
Di sebuah sekolah menengah atas terjadi kehebohan. Di gudang penyimpanan
olahraga terdapat karung besar berisi mayat perempuan tak dikenal. Pada jenazah
terdapat banyak luka, tapi jenazah meninggal dicurigai karena tertusuk benda
tajam ke jantung, dengan kedalaman luka 12 cm lebar 4 cm. Alat tajam yg paling
tidak mungkin menyebabkan luka tersebut di bawah ini adalah?
a. lebar 5 cm panjang 12 cm
b. lebar 3 cm panjang 16 cm
c. lebar 4 cm panjang 7 cm
d. lebar 4 cm panjang 10 cm
e. lebar 4 cm panjang 14 cm
SYNDROME.UKMPPD
135
Di sebuah sekolah menengah atas terjadi kehebohan. Di gudang penyimpanan
olahraga terdapat karung besar berisi mayat perempuan tak dikenal. Pada jenazah
terdapat banyak luka, tapi jenazah meninggal dicurigai karena tertusuk benda
tajam ke jantung, dengan kedalaman luka 12 cm lebar 4 cm. Alat tajam yg paling
tidak mungkin menyebabkan luka tersebut di bawah ini adalah?
a. lebar 5 cm panjang 12 cm
b. lebar 3 cm panjang 16 cm
c. lebar 4 cm panjang 7 cm
d. lebar 4 cm panjang 10 cm
e. lebar 4 cm panjang 14 cm
SYNDROME.UKMPPD
Panjang &Lebar Senjata
• Panjang luka = ukuran maksimal lebar senjata
• Dalam luka = ukuran minimal panjangsenjata
Contoh:
- panjang pisau: 20 cm
- lebar pisau: 5 cm
- panjang luka ≥ 5 cm
- dalam luka ≤ 20 cm
136
Seorang laki laki datang dengan luka bakar akibat asam di tangan kanan, laki-laki
tersebut ditemani polisi yang membawa SPV. Dokter melakukan penanganan
sementara dan pasien dikatakan perlu kontrol hingga 7 hari kemudian untuk melihat
respons pengobatan. Apa dokumen yang diberikan kepada polisi di hari ke 7
tersebut?
a. Visum et repertum sementara
b. Visum et repertum tetap
c. Visum et repertum lanjutan
d. Surat keterangan
e. Surat sakit
SYNDROME.UKMPPD
136
Seorang laki laki datang dengan luka bakar akibat asam di tangan kanan, laki-laki
tersebut ditemani polisi yang membawa SPV. Dokter melakukan penanganan
sementara dan pasien dikatakan perlu kontrol hingga 7 hari kemudian untuk melihat
respons pengobatan. Apa dokumen yang diberikan kepada polisi di hari ke 7
tersebut?
a. Visum et repertum sementara
b. Visum et repertum tetap
c. Visum et repertum lanjutan
d. Surat keterangan
e. Surat sakit
SYNDROME.UKMPPD
VISUM ETREPERTUM
• Keterangan yang dibuat dokteratas permintaan penyidiksecara
tertulis yang berwenang, mengenai hasil pemeriksaan medis
terhadap manusia (hidup atau mati) ataupun bagian yang diduga
bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan dibawah
sumpahuntuk kepentinganperadilan
• Alat bukti yang sah (KUHAP 184)
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat → VER
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
VISUM ETREPERTUM
• VER untuk orang hidup
- Visum seketika → langsungdiberikan setelah korban
selesai diperiksa
- Visum sementara → diberikan pada korban yang masih
dalam perawatan, diperlukan untuk menentukan jenis
kekerasan, (-) kesimpulan
- Visum lanjutan → diberikan setelah korban sembuhatau
meninggal, sebagai lanjutan visumyang diberikan
sebelumnya,(+) kesimpulan
VISUM ETREPERTUM
• VER untuk jenazah
- Visum dengan pemeriksaan luar → rambut, kulit, gigi
(kompetensi dokter umum)
SYNDROME.UKMPPD
141
• Sebuah Penelitian dilakukan untuk membandingkan efektivitas manajemen
obat anti hipertensi terbaru golongan calcium channel blocker bernama
Acardipine, sebelum dan setelah 2 jam diberikan terapi pada individu yang
sama. Maka uji hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini adalah
a. Freedom T Test
b. Student T Test
c. Independent T test
d. Paired T Test
e. One Sample T Test
SYNDROME.UKMPPD
• VARIABEL DEPENDEN/ TERIKAT
• YANG DIPENGARUHI : EFEK
• VARIABEL INDEPENDEN/ BEBAS
• YANG MEMPENGARUHU : FAKTOR RESIKO
NURI-KANO
- NUMERIK- RASIO INTERVAL
- RASIO: nilai 0 tidak punya arti (BB, TB, kadar kolesterol)
- INTERVAL: nilai 0 punya arti (suhu, jam)
- KATEGORIK – NOMINAL ORDINAL
- NOMINAL: tidak ada urutan (jenis kelamin, golongan darah)
- ORDINAL: ada urutan (tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan)
• DATA TERDISTRIBUSI NORMAL
• P > 0,05
SYNDROME.UKMPPD
142
Seorang dokter melakukan penelitian hubungan faktor resiko yang berperan dalam
meningkatkan penyakit TB Paru di suatu daerah, di suatu daerah. Didapatkan data
di bawah ini: Dari data di atas mana faktor yang paling berperan meningkatkan
resiko TB?
a. Malnutrisi
b. Merokok
c. DM
d. HIV
e. Usia
SYNDROME.UKMPPD
UKURAN ASOSIASI
RUMUS
Odds Ratio (Case control)
OR= ad
bc
Prevalence ratio (Cross sectional) dan Relative risk (Cohort)
PR= RR = a/(a+b)
c/(c+d)
INTERPRETASI
-RR/OR/PR = 1 menunjukkan tidak ada hubungan antara paparan
dengan outcome.
-RR/OR/PR >1 menunjukkan asosiasi positif (semakin tinggi paparan,
semakin tinggi risiko mengalami penyakit)→paparan yang diteliti
merupakan FAKTOR RISIKO suatu penyakit.
-RR/OR/PR <1 menunjukkan bahwa paparan bersifat protektif
terhadap terjadinya outcome(semakin tinggi paparan, semakin rendah
risiko mengalami penyakit)→paparan yang diteliti merupakan FAKTOR
PROTEKTIF terjadinya suatu penyakit.
Mengambil Kesimpulan
P-VALUE
• Jika nilai p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
independen berhubungan dengan variabel dependennya →
bermakna
• Jika nilai p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
independen tidak berhubungan dengan variabel dependennya →
tidak bermakna
143
Seorang peneliti ingin mengukur penggunaan sebuah obat PPI baru bernama
Toxoprazole untuk perbaikan gejala GERD. Variabel dependen dari penelitian ini
adalah GERD Score dari kedua grup antara Toxoprazole dengan Pantoprazole.
Termasuk jenis data apakah variabel dependen dari penelitian ini?
a. Nominal
b. Ordinal
c. Interval
d. Ratio
e. Kategorikal
SYNDROME.UKMPPD
143
Seorang peneliti ingin mengukur penggunaan sebuah obat PPI baru bernama
Toxoprazole untuk perbaikan gejala GERD. Variabel dependen dari penelitian ini
adalah GERD Score dari kedua grup antara Toxoprazole dengan Pantoprazole.
Termasuk jenis data apakah variabel dependen dari penelitian ini?
a. Nominal
b. Ordinal
c. Interval
d. Ratio
e. Kategorikal
SYNDROME.UKMPPD
• VARIABEL DEPENDEN/ TERIKAT
• YANG DIPENGARUHI : EFEK
• VARIABEL INDEPENDEN/ BEBAS
• YANG MEMPENGARUHU : FAKTOR RESIKO
NURI-KANO
- NUMERIK- RASIO INTERVAL
- RASIO: nilai 0 tidak punya arti (BB, TB, kadar kolesterol)
- INTERVAL: nilai 0 punya arti (suhu, jam)
- KATEGORIK – NOMINAL ORDINAL
- NOMINAL: tidak ada urutan (jenis kelamin, golongan darah)
- ORDINAL: ada urutan (tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan)
144
• Seorang pasien perempuan berusia 55 tahun datang untuk kontrol
pasca operasi. Pasien sebelumnya dioperasi karena didiagnosis Mallory
Weiss Tear. Pasien datang ke poli RS tipe C dan menggunakan
pembayaran menggunakan BPJS untuk kontrolnya. Bagaimana jenis
pembayaran BPJS pada RS ini?
a. Out of pocket
b. Kapitasi
c. INA CBG
d. Fee for service
e. Reimburse
SYNDROME.UKMPPD
144
• Seorang pasien perempuan berusia 55 tahun datang untuk kontrol
pasca operasi. Pasien sebelumnya dioperasi karena didiagnosis Mallory
Weiss Tear. Pasien datang ke poli RS tipe C dan menggunakan
pembayaran menggunakan BPJS untuk kontrolnya. Bagaimana jenis
pembayaran BPJS pada RS ini?
a. Out of pocket
b. Kapitasi
c. INA CBG
d. Fee for service
e. Reimburse
SYNDROME.UKMPPD
Sistem Pembayaran
• Fee for services/ out of pocket → pasien umum, bayar sendiri
• Health insurance
• Pembayaran pra upaya (prospektif)
• Sistem kapitasi → di FKTP
• Sistem paket → di RS (INA CBGs)
145
• Di suatu daerah terdapat peningkatan kasus batuk berdahak serta
demam lama. Puskesmas setempat khawatir terjadi peningkatan kasus TB
karena di daerah itu memang endemis. Untuk itu puskesmas tersebut ingin
menghitung ulang jumlah kasus TB di daerahnya, dengan cara
mendatangi rumah warga satu persatu untuk pencatatan. Tindakan ini
adalah
a. Surveilans aktif
b. Surveilans pasif
c. Identifikasi aktif
d. Identifikasi pasif
e. Surveilans inisiatif SYNDROME.UKMPPD
145
• Di suatu daerah terdapat peningkatan kasus batuk berdahak serta
demam lama. Puskesmas setempat khawatir terjadi peningkatan kasus TB
karena di daerah itu memang endemis. Untuk itu puskesmas tersebut ingin
menghitung ulang jumlah kasus TB di daerahnya, dengan cara
mendatangi rumah warga satu persatu untuk pencatatan. Tindakan ini
adalah
a. Surveilans aktif
b. Surveilans pasif
c. Identifikasi aktif
d. Identifikasi pasif
e. Surveilans inisiatif SYNDROME.UKMPPD
SURVEILANS
• Proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data, serta
penyebarluasan informasi ke penyelenggara program/ instansi secara
sistematis
• Surveilans aktif → petugas turun ke lapangan
• Surveilans pasif → menunggu laporan dari warga
• Surveilans sentinel → penyakit yang difokuskan pada 1 daerah saja
→ data 1 daerah udah merepresentasikan 1 wilayah
146
Sebuah puskesmas mendapatkan banyak terjadi kanker serviks di wilayahnya. Oleh
karena itu dokter Puskesmas melakukan sosialisasi dalam mengantisipasi kanker
serviks dengan melakukan skrining pap smear yang dibiayai oleh BPJS. Level
pencegahan yang dilakukan oleh dokter Puskesmas tersebut adalah:
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
c. Pencegahan tersier
d. Health promotion
e. Rehabilitasi
SYNDROME.UKMPPD
146
Sebuah puskesmas mendapatkan banyak terjadi kanker serviks di wilayahnya. Oleh
karena itu dokter Puskesmas melakukan sosialisasi dalam mengantisipasi kanker
serviks dengan melakukan skrining pap smear yang dibiayai oleh BPJS. Level
pencegahan yang dilakukan oleh dokter Puskesmas tersebut adalah:
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
c. Pencegahan tersier
d. Health promotion
e. Rehabilitasi
SYNDROME.UKMPPD
PENCEGAHAN PRIMER
SYNDROME.UKMPPD
147
Di Indonesia sedang diterapkan prinsip universal health coverage. BPJS memiliki
beberapa prinsip yang menguntungkan pengguna layanan JKN. Salah satu prinsip
BPJS menyebutkan, WNI yang memiliki BPJS dapat berpindah dan tetap mendapat
jaminan BPJS. Prinsip manakah di bawah ini yang menggambarkan hal tersebut?
a. Portabilitas
b. Nirlaba
c. Kegotongroyongan
d. Dana Amanat
e. Keterbukaan
SYNDROME.UKMPPD
SYNDROME.UKMPPD
SYNDROME.UKMPPD
148
• Perempuan usia 28 tahun mengeluh batuk-batuk kering sejak 2 minggu
yang lalu. Pasien bekerja di pabrik benang sejak 3 tahun yang lalu. Tiga
bulan yang lalu pasien dipindahtugaskan ke bagian pewarnaan benang,
selain pasien, teman kerja pasien dari bagian baru juga mengalami
keluhan serupa dengan pasien. Pasien memiliki BPJS ketenagakerjaan.
Jenis BPJS apa yang akan digunakan pada kasus pasien?
a. BPJS kesehatan
b. BPJS ketenagakerjaan
c. BPJS pensiun
d. BPJS hari tua
e. BPJS kecelakaan kerja SYNDROME.UKMPPD
148
• Perempuan usia 28 tahun mengeluh batuk-batuk kering sejak 2 minggu
yang lalu. Pasien bekerja di pabrik benang sejak 3 tahun yang lalu. Tiga
bulan yang lalu pasien dipindahtugaskan ke bagian pewarnaan benang,
selain pasien, teman kerja pasien dari bagian baru juga mengalami
keluhan serupa dengan pasien. Pasien memiliki BPJS ketenagakerjaan.
Jenis BPJS apa yang akan digunakan pada kasus pasien?
a. BPJS kesehatan
b. BPJS ketenagakerjaan
c. BPJS pensiun
d. BPJS hari tua
e. BPJS kecelakaan kerja SYNDROME.UKMPPD
SYNDROME.UKMPPD
149
• Dilakukan suatu pemeriksaan kesehatan dan rokok pada suatu
perusahaan. Didapatkan 40% pegawai merokok dan tidak terdapat
keluhan serta tidak ingin mengubah kebiasaannya. Menurut teori
perubahan perilaku, 40% orang tersebut termasuk dalam tahap
apakah?
a. Action
b. Maintenance
c. Contemplation
d. Pre contemplation
e. Evaluation
SYNDROME.UKMPPD
149
• Dilakukan suatu pemeriksaan kesehatan dan rokok pada suatu
perusahaan. Didapatkan 40% pegawai merokok dan tidak terdapat
keluhan serta tidak ingin mengubah kebiasaannya. Menurut teori
perubahan perilaku, 40% orang tersebut termasuk dalam tahap
apakah?
a. Action
b. Maintenance
c. Contemplation
d. Pre contemplation
e. Evaluation
SYNDROME.UKMPPD
SYNDROME.UKMPPD
150
Seorang pasien datang dengan ulkus DM, saat dibawa ke IGD, tampak pasien
demam tinggi, somnolen, dengan tekanan darah 90/60. Dokter menduga sudah ada
tanda sepsis dan dokter menyarankan amputasi, namun sayangnya keluarga menolak.
Apakah prinsip yang diutamakan dokter ketika memberikan saran tersebut?
a. Justice
b. Beneficience
c. Autonomy
d. Non maleficence
e. Audacity
SYNDROME.UKMPPD
150
Seorang pasien datang dengan ulkus DM, saat dibawa ke IGD, tampak pasien
demam tinggi, somnolen, dengan tekanan darah 90/60. Dokter menduga sudah ada
tanda sepsis dan dokter menyarankan amputasi, namun sayangnya keluarga menolak.
Apakah prinsip yang diutamakan dokter ketika memberikan saran tersebut?
a. Justice
b. Beneficience
c. Autonomy
d. Non maleficence
e. Audacity
SYNDROME.UKMPPD
AUTONOMY
• Prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien →
informed consent
AUTONOMY
• Derivat autonomy:
• Veracity → berbicara benar, jujur, terbuka
• Privacy → menghormati hal keleluasaan pasien
• Confidentiality → menjaga kerahasiaan (informasi medis pasien)
BENEFICENCE
• Prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan kepada
kebaikan pasien.
• Bukan hanya soal perbuatan baik, tapi mencakup pertimbangaan
perbuatan yang manfaatnya lebih besar dari kerugiannya
NON MALEFICENCE
• Prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan
pasien → “primum non nocere” / “above all do no harm”
• Prinsip ini banyak digunakan pada kondisi kegawatdaruratan
JUSTICE
• Prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya → distributive
justice
TERIMAKASIH