Anda di halaman 1dari 786

01

Wanita, 27 tahun, dibawa suaminya ke IGD dengan keluhan lemas yang


sudah dirasakan 3 bulan ini. Pemeriksaan fisik dijumpai sklera ikterik (+),
konjungtiva anemis (+) serta splenomegali. Pemeriksaan penunjang
didapatkan Hb 8 g/dl, MCV 94 fl, MCH 32 pg. Pemeriksaan penunjang
lanjutan yang paling tepat dilakukan untuk mengetahui penyebab dasar dari
penyakit pasien adalah...
a. Biopsi sumsum tulang
b. Coomb’s test
c. Serologi hepatitis A
d. USG abdomen
e. Hb elektroforesis
01
Wanita, 27 tahun, dibawa suaminya ke IGD dengan keluhan lemas yang
sudah dirasakan 3 bulan ini. Pemeriksaan fisik dijumpai sklera ikterik (+),
konjungtiva anemis (+) serta splenomegali. Pemeriksaan penunjang
didapatkan Hb 8 g/dl, MCV 94 fl, MCH 32 pg. Pemeriksaan penunjang
lanjutan yang paling tepat dilakukan untuk mengetahui penyebab dasar dari
penyakit pasien adalah...
a. Biopsi sumsum tulang
b. Coomb’s test
c. Serologi hepatitis A
d. USG abdomen
e. Hb elektroforesis
ANEMIA HEMOLITIK

• Hemolisis adalah penghancuran atau pengangkatan sel


darah merah dari peredaran sebelum masa hidup
normalnya 120 hari
• Curiga anemia hemolitik bila :
• Klinis : Anemia, Jaundice/Ikterik, Splenomegali/Hepatosplenomegai
• Lab : Retikulosit , Bilirubin total  dominasi bil. Indirek (ikterik pre-
hepatik)
ANEMIA HEMOLITIK
AIHA
AIHA
• AIHA diinduksi obat:
• golongan penisilin, kinin, kuinidin, sulfonamid, sulfonilurea, tiazid, metildopa,
nitrofurantoin, fenazopiridin, asam aminosalisilat (aspirin)
• AIHA diinduksi aloantibodi:
• Reaksi hemolitik transfusi
• Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
AIHA
• Anemia hemolitik autoimun merupakan anemia yang disebabkan oleh
penghancuran eritrosit oleh autoantibodi.
• Dibagi menjadi :
• Primer : tanpa adanya underlying disease
• Sekunder: ada underlying disease, seperti limfoma, Evans syndrome, SLE,
antiphospholipid syndrome, IBD.
AIHA
• Onset dapat gradual atau subakut, berupa mudah lelah, sesak napas,
malaise, ikterik. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemuan
organomegali.
• Hasil lab:
• Anemia NN
• Retikulositosis (>2%)
• Peningkatan LDH
• Peningkatan bil.indirek
• Direct antiglobulin test (DAT)/ Coombs test → untuk membedakan anemia
hemolitik autoimun dengan non-autoimun.
AIHA
Tatalaksana
• LINI PERTAMA: KORTIKOSTEROID
• Prednison 1 mg/kg/hari oral atau metilprednnisolon iv.
• Target Hb >10 g/dl (3 minggu)
• LINI KEDUA
• Terapi lini kedua yang memberikan efikasi paling baik adalah splenektomi
dan anti- CD20 (Rituximab).
• TERAPI LAINNYA
• Pada AIHA yang refrakter, dapat digunakan imunosupresan (seperti
Azathiopirine, Cyclosporine, Mycofenolate mofetil) dan pemberian
Cyclophosphamide dosis tinggi.
02
Laki-laki, 59 tahun, datang ke dokter dengan keluhan pucat, lemas dan
gusi mudah berdarah sejak menjalani pengobatan 3 bulan yang lalu.
Pasien sebelumnya merasakan demam disertai konstipasi dan lidah
kotor. Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil pansitopenia. Gold
standar untuk diagnosis penyakit tersebut adalah...
a. Hapusan darah tepi
b. Biopsi sumsum tulang
c. Tes faal koagulasi
d. Coombs test
e. Hb elektroforesis
02
Laki-laki, 59 tahun, datang ke dokter dengan keluhan pucat, lemas dan
gusi mudah berdarah sejak menjalani pengobatan 3 bulan yang lalu.
Pasien sebelumnya merasakan demam disertai konstipasi dan lidah
kotor. Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil pansitopenia. Gold
standar untuk diagnosis penyakit tersebut adalah...
a. Hapusan darah tepi
b. Biopsi sumsum tulang
c. Tes faal koagulasi
d. Coombs test
e. Hb elektroforesis
ANEMIA APLASTIK
Manifestasi klinis disebabkan oleh sitopenia
• Anemia : Pucat, lemah, dispnea
• Trombositopenia : Ptekiae, epistaksis, perdarahan gusi, menoragia,
hematemesis
• Leukopenia : Demam, infeksi, pioderma, pneumonia
• Tidak ada limfadenopati atau splenomegali
ANEMIA APLASTIK
• Pathology: Penurunan jumlah jaringan hemopoietik →
ketidakmampuan untuk menghasilkan sel matang untuk dibuang ke
aliran darah
• Hallmark: peripheral pancytopenia with hiposelularitas/aplastic
bone marrow
ANEMIA APLASTIK
Penyebab
• Radiation
• Drugs and chemicals Chemotherapy, Benzene
Chloramphenicol
• Viruses: CMV, EBV, Hep B, C,D, HIV
• Immune diseases: eosinophilic fascitis, thymoma
• Pregnancy
• PNH
ANEMIA APLASTIK

Pemeriksaan Penunjang
• Anemia-normocytic,
normochromic
• Absolute reticulocyte count low
• Bone Marrow Puncture : dry
aspirate, hypocellular with fat
(>70% yellow marrow)
ANEMIA APLASTIK
Tatalakasana
• Definitive therapy
• Bone marrow transplantation
• Immunosuppression
• Antithymocyte globulin (ATG)
• Antilymphocyte glubulin (ALG)
• Cyclosporin
• Intensive immunosupression : cyclophosphamide
• Corticosteroids
03
Wanita, 63 tahun, diantar anaknya ke dokter dengan keluhan mudah
mengalami perdarahan gusi maupun mimisan sejak sejak 1 bulan terakhir.
Saat dilakukan pemeriksaan pasien tampak lemah, konjungtiva anemis.
Pemeriksaan laboratorium dijumpai Hb 9 gr/dL, Leukosit 90.000, Trombosit
160.000. Hapusan darah tepi tampak adanya gumpalan bahan granula
azurophilik seperti jarum yang memanjang di dalam sitoplasma leukosit.
Diagnosis pasien ini adalah...
a. Chronic lymphocytic leukemia
b. Chronic myelogenous leukemia
c. Acute lymphoblastic leukemia
d. acute myeloid leukemia
e. Immune Thrombositic Purpura
03
Wanita, 63 tahun, diantar anaknya ke dokter dengan keluhan mudah
mengalami perdarahan gusi maupun mimisan sejak sejak 1 bulan terakhir.
Saat dilakukan pemeriksaan pasien tampak lemah, konjungtiva anemis.
Pemeriksaan laboratorium dijumpai Hb 9 gr/dL, Leukosit 90.000, Trombosit
160.000. Hapusan darah tepi tampak adanya gumpalan bahan granula
azurophilik seperti jarum yang memanjang di dalam sitoplasma leukosit.
Diagnosis pasien ini adalah...
a. Chronic lymphocytic leukemia
b. Chronic myelogenous leukemia
c. Acute lymphoblastic leukemia
d. acute myeloid leukemia
e. Immune Thrombositic Purpura
LEUKEMIA
LEUKEMIA
Sel blas dengan Auer rod pada leukemia Leukemia mielositik kronik
mieloblastik akut

Limfosit matur pada leukemia limfositik kronik


Sel blas pada leukemia limfoblastik akut
11
Wanita, 22 tahun, G1P0A0 dengan usia kehamilan 11 minggu datang
dengan keluhan rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah sejak 3 hari
lalu. Pasien juga mengeluhkan BAK terkadang terasa nyeri. Pemeriksaan
tanda vital TD 110/70 mmHg, HR 84 x/menit, RR 18 x/menit, suhu 37.3C.
Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan suprapubic (+). Tatalaksana kasus
diatas adalah …
a. Ciprofloksasin 2 x 500 mg PO selama 3 hari
b. Kotrimoksazole 2 x 960 mg PO selama 5 hari
c. Amoksisilin 3 x 500 mg PO selama 7 hari
d. Levofloxacine 1 x 750 mg PO selama 3 hari
e. Nitrofurantoin 100 mg PO dosis tunggal
11
Wanita, 22 tahun, G1P0A0 dengan usia kehamilan 11 minggu datang
dengan keluhan rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah sejak 3 hari
lalu. Pasien juga mengeluhkan BAK terkadang terasa nyeri. Pemeriksaan
tanda vital TD 110/70 mmHg, HR 84 x/menit, RR 18 x/menit, suhu 37.3C.
Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan suprapubic (+). Tatalaksana kasus
diatas adalah …
a. Ciprofloksasin 2 x 500 mg PO selama 3 hari
b. Kotrimoksazole 2 x 960 mg PO selama 5 hari
c. Amoksisilin 3 x 500 mg PO selama 7 hari
d. Levofloxacine 1 x 750 mg PO selama 3 hari
e. Nitrofurantoin 100 mg PO dosis tunggal
INFEKSI SALURAN KEMIH
Rute infeksi saluran kemih:
• Ascending : kolonisasi uretra, lalu infeksi menyebar
ke atas
• Hematogen : bakteri ke ginjal berasal dari
bakteremia
• Limfogen : dari abses retroperitoneal atau infeksi
intestin
INFEKSI SALURAN KEMIH
ETIOLOGI tersering:
• Escherichia coli
• Bakteri batang gram (-) → warna merah
• Memfermentasi laktosa
• (+) fimbriae, menyebar secara ascendens
• Klebsiella
• Proteus sp → anak <5 tahun
• Post kateterisasi:
• Pseudomonas → urin warna kehijauan
• Staphylococcus → urin putih keruh
INFEKSI SALURAN KEMIH
KLASIFIKASI
• ISK ATAS
• Pielonefritis → demam tinggi hingga menggigil, nyeri ketok CVA
• ISK BAWAH
• Sistitis → disuria, sering berkemih (frekuensi >>) , tidak bisa
menahan kemih (urgensi), demam subfebris, nyeri suprapubis
• Sindrom uretra akut → gejala (+), kuman (-), sering pada wanita
• Prostatitis
• Epididimitis
• Uretritis
PYELONEPHRITIS
❑Trias gejala :pielonefritis: demam, nyeri ketok CVA,
mual/muntah.
❑Pemeriksaan penunjang:
• Urinalisis: didapatkan pyuria (>5-10 leukosit/LPB, atau
didapatkan esterase leukosit (+), nitrat (+) )
• Kultur Urin (Midstream)
PYELONEPHRITIS
INDIKASI RANAP • Muntah persisten
• Infeksi progresif
• Indikasi Relatif Rawat Inap
• Tersangka sepsis
• Usia > 60 tahun
• Diagnosis belum pasti
• Abnormalitas saluran kemih
• Obstruksi saluran kemih
• Imunokompromais
• Akses follow up kurang adekuat
• Dukungan social kurang

• Indikasi Absolut Rawat Inap


SISTITIS
❑Gejala: disuria, sering berkemih (frekuensi >>) ,
tidak bisa menahan kemih (urgensi), demam
subfebris, nyeri suprapubis
❑Pemeriksaan penunjang:
• Urinalisis: didapatkan pyuria (>5-10 leukosit/LPB, aatau
didapatkan esterase leukosit (+), nitrat (+) )
• Kultur Urin (Midstream)
URETHRITIS
❑Gejala: nyeri saat berkemih, sulit berkemih, BAK keruh,
gatal dan kemerahan di muara uretra. Pada beberapa
kasus asimptomatis.
❑Pemeriksaan penunjang:
• Pewarnaan gram pada urin → Diplococcus gram (-), warna
merah, bulat seperti biji kopi bergandengan → Neisseria
gonnorhea
• NAATs (Nucleic Acid Amplification Tests) → (+) → Klamidia
trakomatis
• Duh ditetesi NaCl 0,9% → dijumpai pear-shaped, tear drop,
protozoa berflagel → Trikomonas vaginalis
INFEKSI SALURAN KEMIH
• TATALAKSANA Rawat Jalan
INFEKSI SALURAN KEMIH
TATALAKSANA Rawat Inap
• Pada umumnya
memerlukan rawat inap
→ memelihari status
hidrasi dan terapi
antibiotik parenteral
minimal 48 jam, setelah
perbaikan dapat diganti
antibiotik oral hingga
total pengobatan selama
1-2 minggu.
12
Wanita, 60 tahun datang dengan keluhan utama nyeri kepala yang
dirasakan tiba tiba serta pandangan buram. Riwayat trauma disangkal.
Pasien mengaku sudah didagnosa hipertensi dan kolesterol namun tidak
pernah berobat rutin. Pemeriksaan tanda vital TD 210/130 mmHg, HR
86 x/m, RR 18 x/m. Tatalaksana yang tepat adalah?
A. Nicardipin IV
B. ISDN IV
C. Captopril sublingual
D. Amlodipin oral
E. Valsartan oral
12
Wanita, 60 tahun datang dengan keluhan utama nyeri kepala yang
dirasakan tiba tiba serta pandangan buram. Riwayat trauma disangkal.
Pasien mengaku sudah didagnosa hipertensi dan kolesterol namun tidak
pernah berobat rutin. Pemeriksaan tanda vital TD 210/130 mmHg, HR
86 x/m, RR 18 x/m. Tatalaksana yang tepat adalah?
A. Nicardipin IV
B. ISDN IV
C. Captopril sublingual
D. Amlodipin oral
E. Valsartan oral
KRISIS HIPERTENSI

Definisi
• Krisis hipertensi: peningkatan TD secara cepat yang memerlukan
penurunan tekanan darah segera.
• Hipertensi emergency: situasi dimana diperlukan penurunan tekanan
darah (≥180/120) yang segera karena adanya kerusakan organ
target
• Hipertensi urgency: situasi dimana terdapat peningkatan tekanan
darah yang bermakna (≥180/120) tanpa adanya kerusakan organ
target atau gejala yang berat
Penyebab Hipertensi Emergency
• Hipertensi maligna terakselerasi dan• Akibat katekolamin di sirkulasi: krisis
papiledema feokromositoma, interaksi makanan
• Kondisi serebrovaskular: ensefalopati atau obat dengan MAO inhibitor,
hipertensi, infark otak aterotrombotik penggunaan obat simpatomimetik,
dengan hipertensi berat, perdarahan mekanisme rebound akibat penghentian
intraserebral, perdarahan subarahnoid, mendadak obat antihipertensi,
dan trauma kepala • Eklamsia
• Kondisi jantung: diseksi aorta akut,• Kondisi bedah: hipertensi berat pada
gagal jantung kiri akut, infark miokard pasien yang memerlukan operasi
akut, pasca operasi bypass koroner segera, hipertensi pasca operasi,
• Kondisi ginjal: GN akut, hipertensi perdarahan pasca operasi dari garis
renovaskular, krisis renal karena jahitan vaskular
penyakit kolagen-vaskular, hipertensi• Luka bakar berat
berat pasca transplantasi ginjal
HIPERTENSI EMERGENCY:
• Secara umum tidak bijaksana untuk menurunkan tekanan darah terlalu
cepat atau terlalu banyak karena bisa memicu iskemia organ karena
pembuluh darah yang telah terbiasa dengan tekanan darah yang lebih
tinggi (sifat autoregulasi).
• Untuk sebagian besar keadaan hipertensi emergensi, MAP harus dikurangi
secara bertahap sekitar 10-20% pada jam pertama dan dilanjutkan 5-
15% selama 23 jam berikutnya.
• Ini sering menghasilkan target tekanan darah <180 / <120 mmHg untuk
jam pertama dan <160 /<110 mmHg untuk 23 jam berikutnya (tetapi
jarang <130 / <80 mmHg selama jangka waktu tersebut).
• Setelah periode yang sesuai (seringkali 8 hingga 24 jam) dari kontrol
tekanan darah pada target di ICU, obat oral biasanya diberikan dan terapi
intravena awal dikurangi dan dihentikan.
HIPERTENSI EMERGENCY:
• Pengecualian dilakukan pada:
– Fase akut stroke iskemik - Tekanan darah biasanya tidak diturunkan
kecuali ≥185/110 mmHg pada pasien yang merupakan kandidat untuk
terapi reperfusi atau ≥220/120 mmHg pada pasien yang bukan
kandidat untuk terapi reperfusi (trombolitik).
– Diseksi aorta akut - Tekanan darah sistolik harus diturunkan dengan
cepat ke target 100 hingga 120 mmHg (dicapai dalam 20 menit) untuk
mengurangi shear forces pada aorta.
– Perdarahan intraserebral - Untuk pasien dengan ICH akut dengan TD
sistolik 150-220 mmHg, target TD sistolik adalah 140 mmHg. Untuk
pasien dengan ICH akut dengan TD sistolik > 220 mmHg, TD
diturunkan secara agresif dengan antihipertensi intravena dan
pemantauan TD setiap lima menit. TD sasaran yang optimal tidak pasti,
tetapi 140-160 mmHg adalah target yang masuk akal.
Drug Dose range Adverse effects¶ RoleΔ
Vasodilators
Fenoldopam Initially 0.1 mcg/kg per minute◊ Tachycardia, headache, nausea, Most hypertensive emergencies.
as IV infusion titrated to a flushing Use caution or avoid with glaucoma or
maximum of 1.6 mcg/kg per increased intracranial pressure.
minute
Hydralazine 10 to 20 mg IV Sudden precipitous drop in blood In general, hydralazine should be
pressure, tachycardia, flushing, avoided due to its prolonged and 10 to 20 mg IM (40 mg
headache, vomiting,aggravation of unpredictable hypotensive effect.
maximum per labeling) angina Labetalol and nicardipine are generally
preferred choices for treatment of
eclampsia.
Nicardipine 5 to 15 mg/hour as IV infusion. Tachycardia, headache, dizziness, Most hypertensive emergencies,
Some patients may require up nausea, flushing, local phlebitis, edema including pregnancy induced.
to 30 mg/hour. Avoid use in acute heart failure.
Caution with coronary ischemia.

Nitroglycerin 5 to 100 mcg/minute as IV Hypoxemia, tachycardia (reflex Potential adjunct to other IV


(glyceryl infusion sympathetic activation), headache, antihypertensive therapy in patients
trinitrate) vomiting, flushing, with coronary ischemia (ACS) or acute
methemoglobinemia, tolerance with pulmonary edema.
prolonged use
Nitroprusside 0.25 to 10 mcg/kg per minute Elevated intracranial pressure, In general, nitroprusside should be
as IV infusion. decreased cerebral blood flow, reduced avoided due to its toxicity.
coronary blood flow in CAD, cyanide Nitroprusside should be avoided in
and thiocyanate toxicity, nausea, patients with AMI, CAD, CVA, elevated
vomiting, muscle spasm, flushing, intracranial pressure, renal impairment,
sweating or hepatic impairment.
Drug Dose range Adverse effects¶ RoleΔ
Adrenergic inhibitors
Esmolol 250 to 500 mcg/kg loading dose Nausea, flushing, bronchospasm, Perioperative hypertension.
over one minute; then initiate IV first-degree heart block, infusion-site Avoid use in acute
infusion at 25 to 50 mcg/kg per pain; half-life prolonged in setting of decompensated heart failure.
minute; titrate incrementally up to
anemia
maximum of 300 mcg/kg per minute
Labetalol Initial bolus of 20 mg IV followed by Nausea/vomiting, paresthesias (eg, Most hypertensive emergencies
20 to 80 mg IV bolus every 10 scalp tingling), bronchospasm, including myocardial ischemia,
minutes (maximum 300 mg) dizziness, nausea, heart block hypertensive encephalopathy,
or pregnancy, and postoperative
0.5 to 2 mg/minute as IV loading hypertension.
infusion following an initial 20 mg IV Avoid use in acute
bolus (maximum 300 mg) decompensated heart failure.
Use cautiously in obstructive or
reactive airway.

Metoprolol Initially 1.25 to 5 mg IV followed by Refer to labetalol Myocardial ischemia,


2.5 to 15 mg IV every three to six perioperative hypertension.
hours Avoid use in acute
decompensated heart failure.
HIPERTENSI URGENCY:
• Penurunan tekanan darah pada dilakukan secara bertahap dalam
hitungan jam hingga hari.
• Pada orang dewasa dengan hipertensi asimptomatik berat, tujuan jangka
pendek dari manajemen adalah untuk mengurangi tekanan darah menjadi
≤160/≤100 mmHg.
• Pada hipertensi urgensi, prinsipnya, tekanan arteri rata- rata tidak boleh
diturunkan lebih dari 25-30% selama beberapa jam pertama.
• Pasien yang harus diturunkan dalam hitungan jam adalah pasien dengan
faktor risiko tinggi/iminen mengalami kejadian kardiovaskular, misalnya
pasien dengan aneurisma aorta atau aneurisma intrakranial (Obat yang
dapat digunakan adalah Kaptopril 6,26-15,5 mg PO, Klonidin 0.1 to 0.2
mg PO).
HIPERTENSI URGENCY:
• Pasien di luar kriteria risiko tinggi/ iminen KV, tekanan darah hendaknya diturunkan dalam
periode hari.
• Dibedakan menjadi yang pernah/sedang konsumsi obat HT dan pasien yang belum pernah
minum obat HT (naive).
• Pada pasien yang baru-baru ini dalam pengobatan hipertensi, strategi yang bisa
digunakan bisa berupa:
• 1) pemberian kembali obat hipertensi pada pasien yang tidak patuh minum obat (pasien yang
menstop konsumsi obat),
• 2) meningkatkan dosis obat HT yang biasa diberikan/ menambah jenis obat,
• 3) memberikan diuretik dan membatasi konsumsi garam pada pasien yang HT memburuk akibat
konsumsi garam yang berlebih.
• Pada pasien yang belum pernah minum obat HT, bisa menggunakan calcium channel blocker,
beta blocker, angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, atau angiotensin receptor
blocker (ARB).
• Contohnya oral nifedipine 30 mg/hari (preparat long-acting), oral metoprolol XL 50 mg/hari, atau
ramipril 10 mg/hari).
13
Wanita, 27 tahun datang dengan keluhan nyeri pada pinggang kanan sejak
3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar hingga ke
lipatan paha sebelah kanan. Pasien juga mengatakan BAK sempat berwarna
merah Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 130/90 mmHg, HR 120
x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36.4C. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok
CVA (+) sebelah kanan. Diagnosis yang mungkin dialami pasien adalah ….
a. Pielonefritis
b. Sistitis
c. Nefrolitiasis
d. Vesikolitiasis
e. Ureterolitiasis
13
Wanita, 27 tahun datang dengan keluhan nyeri pada pinggang kanan sejak
3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar hingga ke
lipatan paha sebelah kanan. Pasien juga mengatakan BAK sempat berwarna
merah Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 130/90 mmHg, HR 120
x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36.4C. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok
CVA (+) sebelah kanan. Diagnosis yang mungkin dialami pasien adalah ….
a. Pielonefritis
b. Sistitis
c. Nefrolitiasis
d. Vesikolitiasis
e. Ureterolitiasis
UROLITHIASIS
Ureterolitiasis
• Nyeri menjalar tiba tiba sesuai arah ureter, nyeri kolik, hematuria
Nefrolitiasis
• Nyeri pinggang atas menetap, tidak menjalar, nyeri ketok CVA (+),
hidronefrosis
Vesikolitiasis
• Kesulitan BAK posisional, berhubungan dengan bph
• Pada anak laki laki → menarik-narik penis; perempuan → menggosok labia
Urethrolitiasis
• Nyeri BAK, BAK mengedan, BAK bercabang, nyeri di ujung kemaluan
UROLITHIASIS : Jenis Batu
• Batu kalsium (80%)
• Ca oksalat → asam, bentuk amplop
• Ca posfat → asam, bentuk petasan/
kincir angin/ bunga matahari
• Batu asam urat → asam, bentuk belah
ketupat
• Batu sistin → asam, bentuk segienam
• Batu struvit/ triple posfat/ magnesium
amonium sulfat → basa, bentuk peti
mati/ tanduk rusa/ staghorn
UROLITHIASIS
FAKTOR RISIKO
• Usia dan jenis kelamin
• Letak geografis → stone belt
• Pekerjaan → white collar worker
• Diet:
• Soft drink >1 liter/minggu, Jus apel, anggur, jeruk
• Makanan asin, Protein >>, diet tinggi purin
• Vitamin C dan D, kalsium
• Air <<
URETEROLITHIASIS
PROKSIMAL MIDDLE DISTAL
Flank pain Flank pain Disuria
Nyeri abdomen atas Nyeri abdomen depan Frequency
Dapat menyerupai gejala apendisitis Nyeri ke daerah selangkangan
(groin pain)
UROLITHIASIS
Pemeriksaan Penunjang
• Urinalisis dan darah lengkap
• USG → primary imaging tools
• Foto polos (BNO/KUB, BNO-IVP)
→sebaiknya tidak dilakukan bila
direncanakan CT-scan
Nephrolithiasis – BNO IVP Uretherolithiasis – BNO

Vesicolithiasis – BNO
UROLITHIASIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• CT-scan tanpa kontras/NCCT
• Gold Standard, menggantikan peran IVP
• Beberapa batu yang tampil radiolusen di foto polos dapat terlihat
hiperdense di CT scan
• Batu asam urat
• Batu sistin
• Batu indinavir dan batu matriks akan tetap terlihat hipodense di CT
Scan
UROLITHIASIS
Tatalaksana
UROLITHIASIS
• Tatalaksana
Jenis Intervensi Indikasi
Medical Expulsion Batu ureter tanpa komplikasi dengan ukuran < 10
Therapy mm, observasi selama 4-6 minggu
ESWL - Bagus untuk batu ureter proksimal
(Extracorporeal - Batu ginjal yang tidak berada di kutub bawah
Shock Wave dengan ukuran < 20 mm
Lithotripsy) - Batu ginjal kutub bawah dengan ukuran < 10
mm
Ureteroscopy - Batu ureter tengah dan distal yang gagal
dengan MET (first line)
- Batu ginjal yang tidak berada di kutub bawah
dengan ukuran < 20 mm
- Batu ginjal kutub bawah dengan ukuran < 10
mm
American Urological Association 2016
UROLITHIASIS
• Tatalaksana
Jenis Intervensi Indikasi

PCNL (Percutaneus - Batu ginjal dengan diameter > 20 mm


Nephrolitothomy) - Bisa dilakukan untuk batu ginjal yang ada di kutub bawah

Open/ laparoscopic - Batu staghorn di pelvis renalis


lithotomy - Obesitas sehingga ESWL dan PCNL sulit dilakukan

Nephrectomy Batu ginjal dengan kondisi ginjal yang sudah tidak fungsional lagi

American Urological Association 2016


15
Anak, 8 tahun dibawa orangtuanya ke IGD RS dengan keluhan utama
bengkak pada kelopak mata sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai
bengkak pada tungkai, nyeri kepala, mata berkunang-kunang dan urin
berwarna gelap. Empat minggu sebelum bengkak, pasien mengalami borok
bernanah yang bekasnya masih tampak hingga saat ini. Keluhan ini baru
pertama kali dirasakan pasien. Apakah pengobatan yang paling tepat?
A. Antihistamin
B. Diuretik
C. Steroid
D. Penicillin
E. ACE inhibitor
15
Anak, 8 tahun dibawa orangtuanya ke IGD RS dengan keluhan utama
bengkak pada kelopak mata sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai
bengkak pada tungkai, nyeri kepala, mata berkunang-kunang dan urin
berwarna gelap. Empat minggu sebelum bengkak, pasien mengalami borok
bernanah yang bekasnya masih tampak hingga saat ini. Keluhan ini baru
pertama kali dirasakan pasien. Apakah pengobatan yang paling tepat?
A. Antihistamin
B. Diuretik
C. Steroid
D. Penicillin
E. ACE inhibitor
PENYAKIT GLOMERULAR
DEFENISI
• Sesuai dengan namanya, penyakit glomerular
merupakan kumpulan penyakit yang mengenai
struktur glomerolus di ginjal.
GEJALA KLINIS penyakit glomerular bervariasi,
mulai dari asimtomatik, proteinuria ringan, hematuria,
sindrom nefrotik, sindrom nefritik, hingga disertai
dengan gagal ginjal akut maupun kronik.
PENYAKIT GLOMERULAR
KLASIFIKASI
• Penyakit GLOMERULAR PRIMER: • UL: sedimen eritrosit (+), hematuri):
• Kelainan minimal • GN proliferatif mesangial
• GLOMERULOSKLEROSIS FOKAL • GN proliferatif endokapiler
SEGMENTAL (Fokal: lesi <80% • GN membranoproliferatif
glomerulus. Segmental: lesi sebagian (mesangiokapiler)
gelung glomerulus) • GN kresentik dan necrotizing
• GLOMERULONEFRITIS (GN) difus (lesi • GN sclerosing
>80% glomerulus): • NEFROPATI IGA
• GN membranosa (nefropati
membranosa) • Penyakit glomerular sekunder:
• GN proliferatif (terdapat sedimen • Nefropati diabetik
aktif pada • Nefritis lupus
• GN pasca infeksi
GLOMERULONEFRITIS
DEFENISI
• Glomerulonefritis merupakan bagian dari penyakit
glomerular, di mana terjadi inflamasi pada glomerolus.
• Terdapat 3 mekanisme dasar yang bisa menyebabkan inflamasi
glomerolus, yaitu
– deposit kompleks imun,
– ANCA positive /vaskulitis pembuluh darah kecil (sering disebut pauci-
immune glomerulonefritis),
– Antibodi anti-Glomerular Basal Membrane (anti-GBM disease).
GLOMERULONEFRITIS
• Glomerulonefritis biasanya memiliki spektrum klinis berupa sindrom
nefritik dengan gejala klinis berupa hematuria dengan Kristal eritrosit
dysmorphic, proteinuria subnephrotic, sering disertai gagal ginjal,
hipertensi, edema.
• Selain itu, bisa juga berkebang menjadi Rapidly progressive
Glomerulonefritis (RPGN) dengan gambaran PA berupa crescentic).
• Salah satu bentuk patologis glomerulonefritis sekunder adalah
glomerulonefritis akut pasca infeksi streptokokus.
SINDROM NEFRITIK

Temuan Khas :
• Azotemia
NEFRITIK
• Red blood cast
• Dominan hematuria
• Oligouria
• Proteinuria
• Biasanya post-infeksi
• Hipertensi (streptokokus)
• Edema periorbita
SINDROM NEFRITIK
• Terjadi inflamasi dan kerusakan pada membran
glomerulus yang terjadi akibat deposit kompleks
imun (antigen-antibodi)
• Komplikasi
• Acute renal failure, Hyperkalemia, Hyperphosphatemia
Hypocalcemia
• Acidosis, Hypertensive encephalopathy, Seizures
• Coma, Heart failure, Pulmonary edema
GNAPS
❑GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOCOCCUS
• Merupakan salah satu Acute Nephritic Syndrome yang disebabkan karena
post-infeksi Group A-Beta Hemolytic Streptococci
❑Manifestasi Klinis :
• 1 – 2 minggu setelah faringitis streptococcal atau 3 – 6 minggu setelah
streptococcal pyoderma
• Sering terjadi pada anak usia 5 – 12 tahun
❑Terjadi pembentukan antibodi terhadap Streptococcus (Anti- Streptolysin
O/ASTO) → menyebar dalam sirkulasi tubuh →membentuk kompleks imun
antibodi-antigen → terdeposit di glomerular basement membrane
❑Komplikasi tersering → CHF, ensefalopati, ARF
GNAPS
❑Pemeriksaan Penunjang :
• Darah lengkap (Anemia ringan normokrom, leukositosis ringan)
• Fungsi ginjal → Peningkatan BUN/Cr, metabolic acidosis
• Urinalisis → Hematuria, proteinuria
• Serologis, kultur swab tenggorok/kulit → Peningkatan ASTO (+)
• Serum complement level → Penurunan serum C3
• USG ginjal dan biopsi ginjal → Apabila dari hasil Pemeriksaan Fisik
dan Penunjang lainnya atipikal
SINDROMA NEFRITIK
❑Tatalaksana Awal
• Loop Diuretik (furosemid) untuk mengurangi edema jika terdapat tanda
edema berat
❑Tatalaksana Definitif
• Bila hipertensi tidak terkontrol dengan diuretik, dapat ditambahkan ACE
inhibitor (captopril) atau ARB (candesartan) → antiproteinuria
• Immunosupresan dan kortikosteroid (prednison)
• Tirah baring, diet nefritik (diet rendah garam – 2 gram Na per hari, rendah
protein – 0,5-1 gram/kgBB/hari, dan restriksi cairan – 1 liter/hari)
• Antibiotik: amoksisilin 50 mg/kgBB/hari 3 dd 1 (7-10 hari) atau eritromisin 30
mg/kgBB/hari 3 dd 1 (7-10 hari) → HANYA PADA GNAPS
17
Laki-laki, 58 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan tidak sadarkan diri secara
tiba-tiba. Pasien baru saja pulang dari IGD karena mengeluhkan nyeri ulu
hati, mual dan muntah serta berkeringat dingin. Saat itu dokter memberikan
antasida dan obat mual untuk pasien. Pemeriksaan tanda vital tidak
didapatkan nafas dan tidak teraba nadi. Setelah dipasang monitor EKG
tampak gambaran seperti berikut. Tindakan selanjutnya adalah …
a. Defibrilasi 200 Joule
b. Lakukan RJP
c. Injeksi Epinefrin
d. Injeksi Amiodarone
e. Injeksi Sulfas Atropin
17
Laki-laki, 58 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan tidak sadarkan diri secara
tiba-tiba. Pasien baru saja pulang dari IGD karena mengeluhkan nyeri ulu
hati, mual dan muntah serta berkeringat dingin. Saat itu dokter memberikan
antasida dan obat mual untuk pasien. Pemeriksaan tanda vital tidak
didapatkan nafas dan tidak teraba nadi. Setelah dipasang monitor EKG
tampak gambaran seperti berikut. Tindakan selanjutnya adalah …
a. Defibrilasi 200 Joule
b. Lakukan RJP
c. Injeksi Epinefrin
d. Injeksi Amiodarone
e. Injeksi Sulfas Atropin
18
Laki-laki, 54 tahun, datang ke praktik dokter umum dengan keluhan sesak
nafas yang memberat dalam 3 bulan ini. Sesak dirasakan terutama saat
beraktivitas maupun saat beristirahat. Pasien hanya bisa tertidur apabila
diganjal dengan 3 bantal. Riwayat merokok dijumpai sejak 25 tahun yang
lalu. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 170/100 mmHg, HR 98 x/menit,
RR 30 x/menit, suhu 37.3C. Pemeriksaan fisik didapatkan JVP meningkat,
kardiomegali (+), S3 gallop, dan edema tungkai bilateral. Pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis adalah ….
a. Troponin T
b. CK-MB
c. Ureum dan kreatinin serum
d. NT-proBNP
e. Spirometri
18
Laki-laki, 54 tahun, datang ke praktik dokter umum dengan keluhan sesak
nafas yang memberat dalam 3 bulan ini. Sesak dirasakan terutama saat
beraktivitas maupun saat beristirahat. Pasien hanya bisa tertidur apabila
diganjal dengan 3 bantal. Riwayat merokok dijumpai sejak 25 tahun yang
lalu. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 170/100 mmHg, HR 98 x/menit,
RR 30 x/menit, suhu 37.3C. Pemeriksaan fisik didapatkan JVP meningkat,
kardiomegali (+), S3 gallop, dan edema tungkai bilateral. Pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis adalah ….
a. Troponin T
b. CK-MB
c. Ureum dan kreatinin serum
d. NT-proBNP
e. Spirometri
GAGAL JANTUNG
GAGAL JANTUNG
• Disfungsi jantung → berkurangnya aliran darah dan suplai oksigen ke
jaringan → tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
• PEMBAGIAN:
• GAGAL JANTUNG KANAN (terjadi pada hipertensi pulmonal primer,
tromboemboli), dengan gejala kongesti cairan sistemik dan GAGAL
JANTUNG KIRI (akibat kelemahan ventrikel kiri) berakibat pada penurunan
perfusi sistemik.
• Low output heart failure (biasanya terjadi akibat hipertensi, kardiomiopati
dilatasi, kelainan katub) dan high output heart failure (ditemukan pada
penurunan resistensi vaskular sistemik, seperti hipertiroid, anemia dan
kehamilan)
GAGAL JANTUNG KONGESTIF
ALUR
DIAGNOSIS

Garis Merah Garis biru


BNP diperiksa jika Pasien yang secara klinis
diagnosis ke arah gagal jelas gagal jantung dapat
jantung belum tegak langsung diperiksa
BNP digunakan untuk ekokardiografi
mengurangi false positif
BNP/NT-proBNP
• B-type Natriuretic Peptide (BNP) adalah hormon yang
dihasilkan oleh otot jantung ketika otot bilik (ventrikel)
jantung meregang atau mengalami tekanan. BNP berfungsi
mengatur keseimbangan pengeluaran garam dan air,
termasuk mengatur tekanan darah. BNP diproduksi sebagai
pre-hormon yang disebut proBNP.
• Jika jantung, khususnya ventrikel kiri fungsinya terganggu,
kadar BNP atau NT-ProBNP di dalam darah akan meningkat.
Karena itu, BNP atau NT-proBNP digunakan sebagai
penanda untuk deteksi gagal jantung.
GAGAL JANTUNG KONGESTIF
TERAPI NON FARMAKOLOGI
1. Monitoring BB : Target IMT 18 – 25. Bila kenaikan BB > 2 kg dalam 3 hari →
waspadai telah terjadi retensi cairan, intake garam berlebih atau dosis
diuretik yang kurang
2. Intake Na : restriksi garam < 2 gr/hari t.u Fungsional Class III-IV dan bila ada
edema perifer
3. Intake Cairan : Pada CHF max 1,5 – 2 lt/hr
4. Hentikan Merokok
5. Aktivitas Fisik dan seksual : keadaan akut → tirah baring stlh tertangani →
aktif.
• FC. II-II aktvitas sehari2 biasa tdk mencetuskan gejala. Olahraga yg bersifat isometrik
(mendorong, menarik) & kompetitif hrs dihindari. Max HR : 220 – Umur X 60 %.
• FC. III-IV → penggunaan sildanafil atau fosfodiesterase inhibitor lainnya tidak dianjurkan
pada CHF apalagi bagi yg masih dalam therapi dg NITRAT
GAGAL JANTUNG
• TATALAKSANA
GAGAL JANTUNG
• TATALAKSANA
20
Wanita, 32 tahun datang dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 4 jam yang
lalu. Nyeri dirasakan seperti tertekan benda berat dengan durasi kurang
lebih 45 menit dan tidak membaik dengan beristirahat. Pemeriksaan tanda
vital didapatkan TD 140/90 mmHg, HR 94x/menit, RR 22 x/menit, suhu
36.6C. Pemeriksaan EKG didapatkan gelombang T inversi pada lead II, III
dan avF. Pemeriksaan enzim jantung tidak dijumpai peningkatan. Tatalaksana
pada kasus tersebut adalah ….
a. Aspirin 320 mg PO
b. Aspirin 80 mg PO
c. Nitrogliserin IV
d. Morphine IV
e. Simvastatin 10 mg
20
Wanita, 32 tahun datang dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 4 jam yang
lalu. Nyeri dirasakan seperti tertekan benda berat dengan durasi kurang
lebih 45 menit dan tidak membaik dengan beristirahat. Pemeriksaan tanda
vital didapatkan TD 140/90 mmHg, HR 94x/menit, RR 22 x/menit, suhu
36.6C. Pemeriksaan EKG didapatkan gelombang T inversi pada lead II, III
dan avF. Pemeriksaan enzim jantung tidak dijumpai peningkatan. Tatalaksana
pada kasus tersebut adalah ….
a. Aspirin 320 mg PO
b. Aspirin 80 mg PO
c. Nitrogliserin IV
d. Morphine IV
e. Simvastatin 10 mg
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Penyakit jantung koroner (PJK) → suatu kelainan
disebabkan oleh penyempitan / penghambatan
pembuluh arteri koronaria yang mengalirkan darah
ke otot jantung
Angina pektoris stabil (kronis)

PJ ACS (Acute Coronary Syndrom)


• Angina pektoris (-) stabil
K • STEMI
• NSTEMI
PENYAKIT JANTUNG KORONER
MANIFESTASI KLINIS
• Nyeri dada seperti tertekan, terbakar/susah bernafas, dada terasa berat
/ seperti diiris-iris
• Nyeri menjalar ke leher, rahang/mastoid, punggung dan turun ke lengan
kiri / ulu hati
• Disertai gejala sistemik seperti keringat dingin, rasa ketarik- tarik pada
kerongkongan, tubuh lemas, jantung berdebar dan pingsan
• Gejala muncul saat beraktivitas namun hilang/berkurang saat istirahat.
• Faktor pemicu seperti sedang emosi, bekerja, sesudah makan / udara
dingin.
ACS :
STEACS &
NSTEACS
ACUTE CORONARY SYNDROME
• Acute Coronary Sndrome Terbagi Tiga :
ACUTE CORONARY SYNDROME
• Lokasi atau Arteri yang terkena
berdasarkan Temuan EKG
UNSTABLE ANGINA PECTORIS
DIAGNOSIS
Bila terdapat minimal 1 keadaan dari 3:
• Terjadi saat istirahat (dengan aktivitas minimal) selama > 10 menit
dan < 30 menit
• Baru terjadi (new onset) dalam 1 bulan
• Nyerinya cresendo (semakin berat dan lama)
• * Tidak disertai dengan peningkatan enzim jantung
NSTEMI & STEMI
Non-STEMI STEMI
(Subendocardial Myocard Infark) (Transmural Myocard Infark)
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
• Myocardial nekrosis tanpa ST • Nekrosis myocard dengan ST
segmen elevasi atau Q wave segmen elevasi
abnormal • Tidak hilang dengan istirahat dan
• Ada peningkatan dari enzim pemberian nitrat sublingual
jantung • Lama > 30 menit
• Infark mengenai seluruh dinding
ventrikel
• Ada peningkatan dari enzim
jantung
ACUTE CORONARY SYNDROME
DIAGNOSIS
• EKG
• Laboratorium: Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Natrium, Kalium, Ureum,
Kreatinin, Gula darah sewaktu, SGOT, SGPT, CK-MB, dan Troponin I
atau Troponin T
• Rontgen Thoraks AP
• Ekokardiografi
ACUTE CORONARY SYNDROME
• Gambaran EKG
ACUTE CORONARY SYNDROME
ACUTE CORONARY SYNDROME
ACUTE CORONARY SYNDROME
PEMERIKSAAN PENUNJANG : ENZIM JANTUNG
• Creatine Kinase (CK atau CPK) → dikeluarkan otot yang
rusak : Mm (otot rangka ), MB (otot jantung ) & BB (jaringan otak
).
• Troponin → protein yang membantu mengatur kontraksi otot
jantung : Troponin I, Troponin T & Troponin C.
• Troponin I dan T → normal tidak ditemukan dalam aliran
darah
• Troponin C → Mengikat ion Ca & (-) digunakan untuk
menentukan jaringan sel / kematian
24
Laki-laki, 55 tahun, datang dengan keluhan utama sesak nafas yang semakin
memberat. Sebelumnya terdapat riwayat hipertensi. Pada pemeriksaan fisik
didapakan TD 150/90 mmhg, HR 80x/mnt, RR 20x/mnt. Pada pemerikasaan
rontgen didapatkan batas jantung kiri melebar, terdengar pansistolik murmur
4/5 pada apeks jantung menjalar hingga aksila. Bruit aorta tidak ditemukan.
Apa kemungkinan penyebab dari kondisi pasien tersebut?
A. Mitral stenosis
B. Mitral regurgitasi
C. Aorta stenosis
D. Aorta regurgitasi
E. Trikuspid regurgitasi
24
Laki-laki, 55 tahun, datang dengan keluhan utama sesak nafas yang semakin
memberat. Sebelumnya terdapat riwayat hipertensi. Pada pemeriksaan fisik
didapakan TD 150/90 mmhg, HR 80x/mnt, RR 20x/mnt. Pada pemerikasaan
rontgen didapatkan batas jantung kiri melebar, terdengar pansistolik murmur
4/5 pada apeks jantung menjalar hingga aksila. Bruit aorta tidak ditemukan.
Apa kemungkinan penyebab dari kondisi pasien tersebut?
A. Mitral stenosis
B. Mitral regurgitasi
C. Aorta stenosis
D. Aorta regurgitasi
E. Trikuspid regurgitasi
PENYAKIT KATUP JANTUNG

Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
PENYAKIT KATUP JANTUNG
• Lokasi Katup
PENYAKIT KATUP JANTUNG
HAFALAN CARCEP!
• Ingat MISAS :
• Mitral Insufisiensi, Stenosis Aorta → Murmur Sistolik
• Ingat MSAID :
• Mitral Stenosis, Aorta Insufisiensi → Murmur Diastolik
26
Perempuan, 26 tahun datang ke IGD RS karena sesak nafas sejak 2 jam lalu.
Pasien sedang hamil trimester kedua dan juga memiliki riwayat asma sejak
kecil. Keluhan sesak nafas ini telah dirasakan pasien 2 kali dalam minggu ini.
Setelah dilakukan terapi, keluhan pasien mereda dan pasien diperbolehkan
pulang. Tatalaksana yang tepat diberikan untuk mencegah serangan pada
pasien ini adalah?
A. Salmeterol inhalasi
B. Flutikason inhalasi
C. Dexamethason oral
D. Salbutamol oral
E. Salbutamol inhalasi
26
Perempuan, 26 tahun datang ke IGD RS karena sesak nafas sejak 2 jam lalu.
Pasien sedang hamil trimester kedua dan juga memiliki riwayat asma sejak
kecil. Keluhan sesak nafas ini telah dirasakan pasien 2 kali dalam minggu ini.
Setelah dilakukan terapi, keluhan pasien mereda dan pasien diperbolehkan
pulang. Tatalaksana yang tepat diberikan untuk mencegah serangan pada
pasien ini adalah?
A. Salmeterol inhalasi
B. Flutikason inhalasi
C. Dexamethason oral
D. Salbutamol oral
E. Salbutamol inhalasi
ASMA
• Inflamasi kronik pada saluran nafas yang berhubungan
dengan hiperreaktifitas saluran respirasi & keterbatasan
aliran udara akibat adanya penyempitan bronchus yang
bersifat reversibel.
• Gejala klinis
• Kondisi stabil (steady-state) → keluhan batuk malam hari dan sesak
nafas saat olahraga
• Saat serangan asma (asthma-attack exacerbation) → sesak berat dan
ditandai dengan suara nafas mengi.
ASMA
• Diagnosis asma didasari oleh riwayat penyakit /
gejala :
• Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa
pengobatan
• Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan
berdahak
• Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
• Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
• Respons terhadap pemberian bronkodilator
• Pemeriksaan Gold Standar → Spirometri dengan
kombinasi bronkodilator GINA 2017
ASMA
Gejala yang meningkatkan kemungkinan kemungkinan penegakan diagnosa
penegakan diagnosa asma asma
• Lebih dari satu jenis gejala (mengi, sesak • Batuk terisolasi tanpa gejala
napas, batuk, dada sesak) pernapasan lainnya
• Gejala seringkali memburuk pada malam • Produksi dahak kronis
hari atau di pagi hari • Sesak napas yang berhubungan
• Gejala bervariasi dari waktu ke waktu dan dengan pusing, pusing, atau
dalam intensitas kesemutan pada bagian tepi
• Gejala dipicu oleh infeksi virus, olahraga, • Nyeri dada
paparan alergen, perubahan cuaca, tawa, • Dispnea yang diinduksi oleh
iritan seperti asap knalpot mobil, asap, atau olahraga dengan inspirasi yang
bau menyengat berisik (stridor)
Gejala yang menurunkan
ASMA
• Kriteria Diagnosis
Karakteristik Kriteria
Riwayat gejala respirasi variatif Wheezing, • Umumnya terdapat > 1 gejala respirasi
napas pendek, dada terasa sesak dan • Gejala bervariasi dari segi waktu dan intensitas
batuk • Gejala lebih berat saat malam hari/bangun tidur
• Dicetuskan oleh aktivitas fisik, tertawa, alergen, udara dingin
• Timbul/semakin parah dengan infeksi virus
Confirmed variable expratory airflow limitation:
Obstruksi saluran napas yang variatif • FEV1 < 80%, dan minimal pada satu kali pengukuran dimana FEV1
<80%, didapatkan FEV1/FVC <75% (dewasa) / <90% (anak)
• Semakin variatif, diagnosis asma semakin kuat.
Positive bronchodilator reversibility test (lebih Dewasa: peningkatan FEV1>12% dan >200 mL baseline dalam 10-
mungkin positif jika sebelumnya terapi 15 menit pemberian albuterol 200-400 mcg/ekuivalennya
dihentikan: SABA stop ≥ 4 jam, LABA ≥ 15 Anak: peningkatan FEV1 >12% nilai prediksi
jam)
Variabilitas eksesif dalam pengukuran peak Dewasa: rerata variabilitas diurnal PEF > 10% Anak: rerata
expiratory flow 2x sehari selama 2 minggu variabilitas diurnal PEF > 13%
ASMA
• Kriteria Diagnosis
Karakteristik Kriteria
Confirmed variable expratory airflow limitation:

Positive exercise challenge test • Dewasa: FEV1 turun >10% dan >200 mL baseline
• Anak: FEEV1 turun >12% prediksi atau PEF >15%

Positive bronchial challenge test (umumnya Penurunan FEV1 ≥ 20% dengan pemberian dosis standar metacholine atau
pada dewasa) histamin, atau FEV1 turun ≥ 15% dengan hiperventilasi standar, uji salin
hipertonik atau manitol

Variabilitas eksesif antar kunjungan Dewasa: variasi FEV1 >12% dan >200 mL pada setiap
rawat jalan (less reliable) kunjungan, di luar kasus infeksi respirasi
Anak: variasi FEV1 >12% atau PEF >15% (dapat termasuk kasus infeksi
respirasi)
ASMA
Klasifikasi berdasarkan
Frekuensi Eksaserbasi
ASMA
Klasifikasi Derajat
Eksaserbasi
ASMA
Tatalaksana
Eksaserbasi Pada
Layanan Primer
ASMA
Tatalaksana
Eksaserbasi Pada
Layanan Primer
ASMA
Tatalaksana
Eksaserbasi Pada IGD
ASMA
Tatalaksana
Eksaserbasi Pada IGD
ASMA
Tatalaksana
Eksaserbasi Pada IGD
ASMA
Tatalaksana
Maintenace di Rumah
/ STABIL
30
Laki-laki, 40 tahun datang dengan keluhan batuk berdarah sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan penurunan berat badan dan
keringat malam. Pasien sebelumnya telah terdiagnosis terinfeksi HIV
dengan CD4 250/mm3. Penanganan yang tepat pada pasien ini
adalah .
a. OAT diberikan bersamaan dengan ARV
b. Tunda ARV hingga selesai pengobatan OAT
c. ARV diberikan segera setelah OAT ditoleransi
d. Tunda OAT hingga selesai pengobatan ARV
e. ARV diberikan setelah fase intensif
30
Laki-laki, 40 tahun datang dengan keluhan batuk berdarah sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan penurunan berat badan dan
keringat malam. Pasien sebelumnya telah terdiagnosis terinfeksi HIV
dengan CD4 250/mm3. Penanganan yang tepat pada pasien ini
adalah .
a. OAT diberikan bersamaan dengan ARV
b. Tunda ARV hingga selesai pengobatan OAT
c. ARV diberikan segera setelah OAT ditoleransi
d. Tunda OAT hingga selesai pengobatan ARV
e. ARV diberikan setelah fase intensif
TUBERKULOSIS
• Penyakit infeksi ec Mycrobacterium tubercolosis
• Kuman TB berbentuk batang, memiliki sifat tahan asam terhadap pewarnaan
Ziehl Neelsen sehingga dinamakan Basil Tahan Asam (BTA).
• Media kultur TB yang dipakai adalah Loenstein Jensen
TUBERKULOSIS
• TUBERKULOSIS PRIMER
• M. tb → saluran napas → sarang/afek primer di bagian paru mana pun → saluran
getah bening → kgb hilus (limfadenitis regional).
• Dapat sembuh tanpa bekas atau terdapat garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus.
• Morfologi: radang putih keabuan, perkejuan sentral.
• TUBERKULOSIS POSTPRIMER
• Muncul bertahun-tahun setelah tb primer, di segmen apikal lobus superior atau lobus
inferior.
• Dapat sembuh tanpa bekas atau sembuh dengan jaringan fibrosis, pengapuran, atau
kavitas yang menciut & terlihat seperti bintang.
• Morfologi: fokus putih keabuan-kuning berbatas tegas, perkejuan sentral, & fbrosis
perifer.
TUBERKULOSIS
TUBERKULOSIS
• Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan
terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis.
• Pemeriksaan bakteriologis →
• Pemeriksaan Mikroskopis,
• Tes Cepat Molekuler TB Dan
• Biakan.
• Pemeriksaan TCM untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan
pemantauan evaluasi pengobatan dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskop
TUBERKULOSIS
Penegakan DIagnosis
• Faskes yang tidak mempunyai alat TCM dan kesulitan mengakses
TCM, penegakan diagnosis TB tetap menggunakan mikroskop.
• Jumlah contoh uji dahak untuk pemeriksaan mikroskop sebanyak 2
(dua) dengan kualitas yang bagus. Contoh uji dapat berasal dari
dahak Sewaktu-Sewaktu atau Sewaktu-Pagi.
• BTA (+) →jika salah satu atau kedua contoh uji dahak menunjukkan
hasil pemeriksaan BTA positif.
• Pasien yang menunjukkan hasil BTA (+) pada pemeriksaan dahak
pertama, → ditegakkan sebagai pasien dengan BTA (+)
Algoritma TB Nasional 2016

Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB


yang terkonfirmasi baik secara bakteriologis
maupun klinis adalah pemeriksaan HIV dan
gula darah. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai
indikasi misalnya fungsi hati, fungsi ginjal, dll)
Jenis-jenis Kasus TB
Kasus baru positif.
• Adalah pasien yang belum pernah• Bila BTA negatif atau biakan negatif
mendapat pengobatan dengan OAT tetapi gambaran radiologik dicurigai
atau sudah pernah menelan OAT lesi aktif / perburukan dan terdapat
kurang dari satu bulan. gejala klinis maka harus dipikirkan
Kasus kambuh (relaps) beberapa kemungkinan :
• Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis
• Adalah pasien tuberkulosis yang dll) Dalam hal ini berikan dahulu
sebelumnya pernah mendapat antibiotik selama 2 minggu, kemudian
pengobatan tuberkulosis dan telah dievaluasi.
dinyatakan sembuh atau pengobatan • Infeksi jamur
lengkap, kemudian kembali lagi • TB paru kambuh
berobat dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif atau biakan
Jenis-jenis Kasus TB
Kasus defaulted atau drop out
• Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut
atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
Kasus gagal
• Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan)
Kasus kronik / persisten
• Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik
Klasifikasi Riw. Pengobatan
• PASIEN BARU TB: adalah pasien yang • PASIEN YANG DIOBATI KEMBALI SETELAH
belum pernah mendapatkan pengobatan TB GAGAL: adalah pasien TB yang pernah
sebelumnya atau sudah pernah menelan diobati dan dinyatakan gagal pada
pengobatan terakhir.
namun kurang dari 1 bulan (< dari 28
dosis). • PASIEN YANG DIOBATI KEMBALI SETELAH
PUTUS BEROBAT (LOST TO FOLLOW-UP):
• Pasien yang pernah diobati TB: adalah adalah pasien yang pernah diobati dan
pasien yang sebelumnya pernah menelan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini
selama 1 bulan atau lebih sebelumnya dikenal sebagai pengobatan
pasien setelah putus berobat /default).
• Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan • Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah
berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, diobati namun hasil akhir pengobatan
yaitu: sebelumnya tidak diketahui. Pasien yang
riwayat pengobatan sebelumnya tidak
• PASIEN KAMBUH: adalah pasien TB yang diketahui.
pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap dan saat ini didiagnosis TB
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis
atau klinis (baik karena benar-benar kambuh
atau karena reinfeksi).
Klasifikasi Hasil Uji Kepekaan Obat
• MONO RESISTAN (TB MR): resistan sekaligus juga resistan terhadap
terhadap salah satu jenis OAT lini salah satu OAT golongan
pertama saja fluorokuinolon dan minimal salah
• POLI RESISTAN (TB PR): resistan satu dari OAT lini kedua jenis
terhadap lebih dari satu jenis OAT suntikan (Kanamisin, Kapreomisin
lini pertama selain Isoniazid (H) dan dan Amikasin)
Rifampisin (R) secara bersamaan • RESISTAN RIFAMPISIN (TB RR):
• MULTI DRUG RESISTAN (TB MDR): resistan terhadap Rifampisin dengan
resistan terhadap Isoniazid (H) dan atau tanpa resistensi terhadap OAT
Rifampisin (R) secara bersamaan lain yang terdeteksi menggunakan
metode genotip (tes cepat) atau
• EXTENSIVE DRUG RESISTAN (TB metode fenotip (konvensional).
XDR): adalah TB MDR yang
TUBERKULOSIS
Tatalaksana • Pasien gagal pada pengobatan
dengan paduan OAT kategori 1
OAT kategori-1: 2(HRZE) / 4(HR)3 sebelumnya
→ • Pasien yang diobati kembali setelah
• Pasien TB paru terkonfirmasi putus berobat (lost to follow-up)
bakteriologis.
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstra paru • Pemberian sisipan tidak
diperlukan lagi pada pedoman TB
terbaru.
Kategori -2: 2(HRZE)S / (HRZE) /
5(HR)3E3) →
• Pasien kambuh
31
Wanita, 45 tahun datang ke poli umum dengan keluhan nyeri pada wajah sisi
kiri sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan semakin bertambah apabila
pasien sedang mengunyah ataupun membuka mulut saat sikat gigi.
Pemeriksaan sensibilitas didapatkan peningkatan sensitivitas terhadap nyeri
pada wajah sisi kiri pasien. Tatalaksana yang tepat adalah …
a. Pregabalin 2 x 75 mg
b. Amitriptiline 10 mg
c. Carbamazepine 2 x 100 mg
d. Prednisone 1 x 60 mg
e. Gabapentin 3 x 100 mg
31
Wanita, 45 tahun datang ke poli umum dengan keluhan nyeri pada wajah sisi
kiri sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan semakin bertambah apabila
pasien sedang mengunyah ataupun membuka mulut saat sikat gigi.
Pemeriksaan sensibilitas didapatkan peningkatan sensitivitas terhadap nyeri
pada wajah sisi kiri pasien. Tatalaksana yang tepat adalah …
a. Pregabalin 2 x 75 mg
b. Amitriptiline 10 mg
c. Carbamazepine 2 x 100 mg
d. Prednisone 1 x 60 mg
e. Gabapentin 3 x 100 mg
TRIGEMINAL NEURALGIA
Defenisi
• Aka TIC DOULOUREUX
• Serangan paroksismal berupa nyeri hebat, singkat dan tajam,
melibatkan satu atau lebih cabang nervus tirgeminal
Pemicu ;
• Mengunyah, berbicara, mencuci muka, menggosok gigi, udara dingin,
atau menyentuh bagian yang sensitif “trigger spot”
TRIGEMINAL NEURALGIA
Manifestasi Klinis
• Nyeri pada daerah nueral trigeminal
• V1 = Oftalmikus
• V2 = Maksilaris
• V3 = Mandibularis
• Nyeri seperti ditusuk, disayat, disetrum
tiba tiba
• Alodinia : rasa nyeri akibat rangsangan
stimulus (+) yang umumnya tidak sama sekali
menimbulkan nyeri
TRIGEMINAL NEURALGIA
Tatalaksana
• Carbamazepine 200-1200 mg/hari
• Phenytoin 300-00 mg
• Nerve block
• Microvascular decompession
32
Wanita, 34 tahun dibawa ke IGD rumah sakit dengan keluhan kelemahan anggota
gerak atas dan bawah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan
dirasakan mulai dari tungkai bawah dan menyebar ke bagian lengan. Satu minggu
sebelumnya pasien mengalami diare namun tidak diobati. Pemeriksaan fisik
didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis didapatkan
kekuatan motorik tungkai bawah 2222/2222 dan lengan 3333/3333 hipotonus
dan hiporefleks. Berikut merupakan pernyataan yang benar, kecuali ….
a. Kemungkinan disebabkan oleh infeksi Campylobacter jejuni
b. Patomekanisme yang terjadi akibat gangguan pada neuromuscular junction
c. Pemeriksaan klinis dijumpai glove and stocking phenomenon
d. IVIG merupakan salah satu pilihan tatalaksana
e. Pemeriksaan lumbal pungsi dijumpai disosiasi sitoalbumin
32
Wanita, 34 tahun dibawa ke IGD rumah sakit dengan keluhan kelemahan anggota
gerak atas dan bawah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan
dirasakan mulai dari tungkai bawah dan menyebar ke bagian lengan. Satu minggu
sebelumnya pasien mengalami diare namun tidak diobati. Pemeriksaan fisik
didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis didapatkan
kekuatan motorik tungkai bawah 2222/2222 dan lengan 3333/3333 hipotonus
dan hiporefleks. Berikut merupakan pernyataan yang benar, kecuali ….
a. Kemungkinan disebabkan oleh infeksi Campylobacter jejuni
b. Patomekanisme yang terjadi akibat gangguan pada neuromuscular junction
c. Pemeriksaan klinis dijumpai glove and stocking phenomenon
d. IVIG merupakan salah satu pilihan tatalaksana
e. Pemeriksaan lumbal pungsi dijumpai disosiasi sitoalbumin
GULLAIN BARRE SYNDROME
GULLAIN BARRE SYNDROME
Defenisi
• Merupakan suatu sindrome neuropati perier (demyelinisasi
saraf tepi) yang dimediasi oleh imun

Faktor risiko :
• Riwayat ispa oleh virus (EBV)
• Riwayat infeksi saluran cerna (Campylocbacter jejuni)
• Pembedahan
GULLAIN BARRE SYNDROME
Manifestasi Klinis
• Paralisis ascending simetris
• Kelemahan ekstremitas dari tungkai
bawah kemudian ke tubuh bagian atas
• Glove and stocking phenomenon
• Parasthese/penurunan sensorik pada
kedua tangan dan kaki
• Gangguan motorik > sensorik
• Hilangnya refleks tendon
GULLAIN BARRE SYNDROME
Pemeriksaan Penunjang
• Pungsi lumbal : peningkatan protein CSF tanpa disertai peningkatan leukosit
(mononuclear cell <10/mm3) (Disosiasi Sitoalbumin)
• Emg : adanya tanda demyelinisasi
• Pemeriksaan fungsi paru
Tatalaksana
• IVIG 100mg atau 0.4 g/kg (5 hari)
• Plasmapheresis / plasma exchange 40-0 mL/kg (7-10 hari)
• Neuroprotector : piridoxyn, citicholine, vit B complex
Komplikasi
• Depresi pernafasan
• Th/ perawatan intensif (ventilator)
33
Laki-laki, 57 tahun, datang ke IGD dibawa keluarganya dengan keluhan
kelemahan sisi tubuh sebelah kanan mendadak sejak 1 jam yang lalu. Keluhan
dirasakan tiba-tiba oleh pasien saat sedang bekerja. Kelemahan dirasakan
pasien lebih berat pada bagian tubuh atas dibanadingkan bawah. Pasien
sulit mengerti isi pembicaraan atau perintah orang lain, namun dapat
berkata-kata dengan jelas. Diagnosis serta gangguan yang terkena pada
kasus pasien adalah …
a. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri anterior
b. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri media
c. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri posterior
d. Stroke iskemik ec pecahnya aneurisme charcoat
e. Stroke iskemik ec pecahnya aneurisme berry
33
Laki-laki, 57 tahun, datang ke IGD dibawa keluarganya dengan keluhan
kelemahan sisi tubuh sebelah kanan mendadak sejak 1 jam yang lalu. Keluhan
dirasakan tiba-tiba oleh pasien saat sedang bekerja. Kelemahan dirasakan
pasien lebih berat pada bagian tubuh atas dibanadingkan bawah. Pasien
sulit mengerti isi pembicaraan atau perintah orang lain, namun dapat
berkata-kata dengan jelas. Diagnosis serta gangguan yang terkena pada
kasus pasien adalah …
a. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri anterior
b. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri media
c. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri posterior
d. Stroke iskemik ec pecahnya aneurisme charcoat
e. Stroke iskemik ec pecahnya aneurisme berry
STROKE
Defenisi
Merupakan sindrom klinis yang terdiri dari defisit
neurologis, baik fokal maupun global, yang terjadi
secara tiba-tiba, dengan progresivitas yang cepat,
yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan
oleh gangguan vaskular atau peredaran darah otak
nontraumatik
Terminologi Stroke
Transient Ischemic Attack (TIA)
• defisit neurologis fokal akut yang timbul karena gangguan aliran darah otak
sepintas dan menghilang kembali secara lengkap tanpa sisa dalam waktu tidak
lebih dari 24 jam.
Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
• defisit neurologis fokal akut yang timbul karena gangguan aliran darah otak
berlangsung lebih dair 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 72 jam.
Prolonged Reversible Iscemic Neurological Deficit (PRIND)
• defisit neurologis fokal akut yang timbul karena gangguan aliran darah otak
berlangsung lebih dair 72jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 7 hari
Terminologi Stroke
Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
• deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak yang
berlangsung progresif dan mencapai maksimal dalam beberapa jam
hingga beberapa hari4.
Stroke in Resolution Stroke in resolution:
• deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak yang
memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal dalam beberapa jam
sampai bebrapa hari.
Completed Stroke (Infark serebri):
• defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan peredaran darah
otak yang secara cepat menjadi stabil tanpamemburuk lagi
Klasifikasi Stroke
Stroke Iskemik / Non-hemoragik
• Stroke Trombotik
❑Sebagian besar terjadi saat tidur (dinamika sirkulasi menurun). Berkaitan dengan lesi
aterosklerotik.
• Stroke Embolik
❑Asal stroke embolik ialah arteri distal atau jantung. Biasanya terjadi saat pasien
beraktivitas.
Stroke Hemoragik
• Perdarahan intraserebral
• Perdarahan subarachnoid
Ischemic Stroke Intracerebral Subarachnoid
Hemorrhage Hemorrhage

Clot occluding artery Bleeding into brain Bleeding around brain


85% 10% 5%
Manifestasi Klinis

FAST Keluhan :
• Hemiparesis satu sisi
•Facial movement • Gangguan sensorik satu sisi
•Arm movement • Hemianopia
• Afasia
•Speech • Disartria
•Test all three • Diplopia
• Disfagia
Perbedaan SH dan SI
Stroke Hemoragik
Gejala Stroke Iskemik
ICH SAH
Defisit Fokal Berat Ringan Berat/Ringan
Onset Cepat (Menit-Jam) Cepat (1-2 menit) Lambat (Jam-Hari)
Nyeri Kepala Hebat Sangat Hebat Ringan
Peningkatan TIK Sering Sering Tidak
Hipertensi Hampir Selalu Biasanya Tidak Sering Sekali

Penurunan Kesadaran Ada Ada Tidak Ada

Kaku Kuduk Jarang Sekali Ada Tidak ada


Hemiparesis Sering dari awal Awal belum muncul Sering dari awal
Gangguan Bicara Bisa Ada Jarang Sering
Likuor Berdaah Berdarah Jernih
Gangguan N III Tidak Ada Bisa Ada Tidak Ada
Pemeriksaan
• CT Scan → sebagai pemeriksaan awal. Perdarahan akan
memperlihatkan gambaran hiperdens. Gambaran iskemik akan
menyebabkan gambaran hipodense.
• MRI → dapat dilakukan untuk menyingkirkan stroke hemoragik dan
menunjang hasil CT scan, namun harga pemeriksaan mahal.
Radiologi : Stroke Iskemik

• Infark akut (4 jam) • Infark subakut (4 hari)


• Gambaan gray-white junction hampir tidak • Perubahan zona gelap (hipodensitas) tampak
kelihatan dan sulcus tidak tampak jelas & “mass eect” (kompresi ventrikel)
Radiologi : PIS

• Perdarahan intraserebral termasuk ke dalam stroke hemoragik


dan sering disebabkan oleh Hipertensi Hemorhhage
Tatalaksana
• TIA :
• Terapi antiplatelet (Aspirin 80-325 mg/hari), pertimbangkan penggunaan
Clopidogrel atau Ticlopidine bila intoleransi tehadap Aspirin
• STROKE ISKEMIK
• Trombolisis r-TPA (recombinant tissue plasminogen activator) → Alteplase,
Steptokinase
• Sesegera setelah diagnosa SI tegak
• Diberikan dalam 3 jam pasca onset
• Antiplatelet
• Aspirin 325 mg dalam 24-48 jam setelah onset (tunda pemberian bila trombolitik sudah
diberikan)
Tatalaksana
• STROKE ISKEMIK
• Antihipertensi
• Turunkan MAP 15% dalam 24 jam apabila TDS > 220 mmHg atau TDD > 120 mmHg
• Labetalol, Nikardipin, Nitropaste, Nitroprusid
• Antikoagulan
• Diberikan pasca stroke emboli (hanya bermanfaat pada emboli)
• Heparin, LMWH
35
Laki-laki, 27 tahun, dibawa ke IGD RS dengan kelemahan gerak kedua
tungkai karena terjatuh dari pohon 3 jam yang lalu. Keluhan disertai rasa
kesemutan dari puting susu hingga ujung kaki. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 120/90 mmHg, HR 88 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36.7C.
Pemeriksaan neurologi didapatkan hipoestesi dari papilla mammae hingga
ujung kaki. Kekuatan motorik tungkai bawah 2222/2222. Tonus otot
meningkat. Refleks fisiologi meningkat. Refleks patologis positif. Manakah
kemungkinan letak kelainan pada kasus diatas …
a. Medulla spinalis C3
b. Medulla spinalis T4
c. Medulla spinalis T10
d. Medulla spinalis L2
e. Medulla spinalis T2
35
Laki-laki, 27 tahun, dibawa ke IGD RS dengan kelemahan gerak kedua
tungkai karena terjatuh dari pohon 3 jam yang lalu. Keluhan disertai rasa
kesemutan dari puting susu hingga ujung kaki. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 120/90 mmHg, HR 88 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36.7C.
Pemeriksaan neurologi didapatkan hipoestesi dari papilla mammae hingga
ujung kaki. Kekuatan motorik tungkai bawah 2222/2222. Tonus otot
meningkat. Refleks fisiologi meningkat. Refleks patologis positif. Manakah
kemungkinan letak kelainan pada kasus diatas …
a. Medulla spinalis C3
b. Medulla spinalis T4
c. Medulla spinalis T10
d. Medulla spinalis L2
e. Medulla spinalis T2
CEDERA MEDULA SPINALIS
• Disebut juga trauma medula spinalis (spinal cord injury) → trauma
langsung atau tidak langsung yang menyebabkan jejas pada medula
spinalis
• Dapat menimbulkan gangguan
• Fungsi sensorik
• Fungsi motoril
• Fungsi autonom
Klasifikasi Sindrom Medula Spinalis
36
Laki-laki, 60 tahun, datang ke puskesmas diantar istrinya dengan keluhan
tidak bisa membaca tulisan sejak 3 minggu ini. Pasien bisa berbicara dan
mengerti isi pembicaraan. Pasien masih bisa menulis. Riwayat hipertensi sejak
5 tahun yang lalu tetapi tidak rutin control. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 150/100 mmHg, HR 90 x/menit, RR 18 x/menit, suhu 36.3C.
Kelainan yang mungkin dialami pasien adalah …
a. Apraksia
b. Ataksia
c. Afasia
d. Alexia
e. Agraphia
36
Laki-laki, 60 tahun, datang ke puskesmas diantar istrinya dengan keluhan
tidak bisa membaca tulisan sejak 3 minggu ini. Pasien bisa berbicara dan
mengerti isi pembicaraan. Pasien masih bisa menulis. Riwayat hipertensi sejak
5 tahun yang lalu tetapi tidak rutin control. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 150/100 mmHg, HR 90 x/menit, RR 18 x/menit, suhu 36.3C.
Kelainan yang mungkin dialami pasien adalah …
a. Apraksia
b. Ataksia
c. Afasia
d. Alexia
e. Agraphia
37
Laki-laki, 36 tahun, datang dengan keluhan nyeri dada dibagian tengah.
Pasien juga mengeluhkan sering bersendawa dan mulut terasa pahit dan air
liur yang banyak. Keluhan disertai perut terasa kembung. Pasien memiliki
kebiasaan mengonsumsi kopi dan alkohol. Hasil pemeriksaan fisik dalam
batas normal. Apakah obat yang sesuai untuk keluhan diatas?
a. Antasida
b. Ranitidin
c. Omeprazole
d. Sukralfat
e. Domperidone
37
Laki-laki, 36 tahun, datang dengan keluhan nyeri dada dibagian tengah.
Pasien juga mengeluhkan sering bersendawa dan mulut terasa pahit dan air
liur yang banyak. Keluhan disertai perut terasa kembung. Pasien memiliki
kebiasaan mengonsumsi kopi dan alkohol. Hasil pemeriksaan fisik dalam
batas normal. Apakah obat yang sesuai untuk keluhan diatas?
a. Antasida
b. Ranitidin
c. Omeprazole
d. Sukralfat
e. Domperidone
ULKUS PEPTIKUM
Defenisi :
• Ketidakseimbangan faktor protektif dan agresif
pada mukosa lambung dan duodenum.
• Faktor Defensif : sekresi mukus, bikarbonat
• Faktor Agresif : asam lambung, pepsin, NSAIDs, H.
pylori
ULKUS PEPTIKUM
• Klasifikasi

DUODENAL ULCER GASTRIC ULCER


• May present < age 40 • Usually seen in 50-60 year olds
• Rarely associated with NSAID use • Strong relationship to NSAID use
• Pain often on empty stomach, better • Pain usually worse after meals
with food or antacids • H. pylori in 70% to 90%
• H. pylori in 90% to 100%
ULKUS PEPTIKUM
Terapi Dietetik:
• Perubahan pola makan, :
• Menghindari makanan pedas, kopi,
alkohol.
• Diet tinggi serat
• Pola makan teratur dengan selingan
makanan
ULKUS PEPTIKUM
Pem penujang eradikasi H.Pylori dengan menggunakan
Urea Breath test
40
Laki-laki, 30 tahun datang ke dokter dengan keluhan BAB disertai lendir dan
darah sejak 4 hari yang lalu dengan frekuensi BAB 4-5 kali sehari. Pasien
juga mengeluhkan mual dan nyeri perut. Pemeriksaan tanda vital TD 110/70
mmHg, HR 90 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 38.2C. Pemeriksaan feces
didapati hasil sebagai berikut.nApakah penyebab diare tersebut …
a. Entamoeba coli
b. Entamoeba histolytica
c. Vibrio cholera
d. Shigella dysenteriae
e. Giardia lamblia
40
Laki-laki, 30 tahun datang ke dokter dengan keluhan BAB disertai lendir dan
darah sejak 4 hari yang lalu dengan frekuensi BAB 4-5 kali sehari. Pasien
juga mengeluhkan mual dan nyeri perut. Pemeriksaan tanda vital TD 110/70
mmHg, HR 90 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 38.2C. Pemeriksaan feces
didapati hasil sebagai berikut.nApakah penyebab diare tersebut …
a. Entamoeba coli
b. Entamoeba histolytica
c. Vibrio cholera
d. Shigella dysenteriae
e. Giardia lamblia
SPEKTRUM DIARE E. COLI
Noninflammatory Diarrheas
Enterotoxigenic E. coli (ETEC) Rapid onset of watery, nonbloody diarrhea of considerable volume, accompanied
by little or no fever. Diarrhea and other symptoms cease spontaneously after 24 to
72 hours
Inflammatory Diarrheas

Enteroinvasive E. coli (EIEC) Present most commonly as watery diarrhea. Minority of patients experience a
dysentery syndrome, with fever, systemic toxicity, crampy abdominal pain,
tenesmus, and urgency

Enteropathogenic E. coli (EPEC) Profuse watery, nonbloody diarrhea with mucus, vomiting and low-grade fever.
Chronic diarrhea and malnutrition can occur. Usually at < 2 y.o, esp <6 mo (at
weaning period)
Shigatoxin-producing E. coli Symptoms ranging from mild diarrhea to severe hemorrhagic colitis and
(STEC)/EHEC hemolytic-uremic syndrome in all ages
Enteroaggregative E. coli (EAggEC) Watery, mucoid, secretory diarrhea with low-grade fever and little or no vomiting.
One third of patients have grossly bloody stools. The watery diarrhea usually persist
≥14 days
DIARRHEAGENIC E-COLI

Strain Syndrome
Enterotoxigenic E. coli (ETEC) Watery diarrhea
Enteropathogenic E. coli (EPEC) Infantile diarrhea
Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) Hemorrhagic colitis and hemolytic
uremic syndrome
Enteroinvasive E. coli (EIEC) Dysentery
Enteroaggregative E. coli (EAEC) Persistent diarrhea in children and
patients infected with HIV
Disentri: Basiler (Shigellosis) vs Amoeba
CHARACTERISTICS AMOEBIC DYSENTERY BACILLARY DYSENTERY
MACROSCOPIC
Number 6-8 motions a day Over 10 motions a day
Blood mucus, mainly watery
Appearance and Amount Blood mucus, semi formed
Odour Offensive (fishy odour) Odourless
Colour Dark red (altered blood) Bright red (fresh blood)
Reaction Acidic Alkaline
Consistency Not adherent to the container Adherent to the container
Microscopic
Discrete, sometimes in clumps due to
RBCs In clumps
rouleaux formation
Pus Cells Few Numerous
Numerous, many of them contain RBCs hence may
Macrophages Few
be mistaken for E. histolytica
Eosinophils Present Scarce
Charcot-Leyden (C-L) crystals* Present Absent
Pyknotic bodies** Present Absent
Ghost Cells*** Absent Present
Parasites Seen Trophozoites of E. histolytica Absent
Scanty, nonmotile (Shigella is non motile
Bacteria Seen Many motile bacteria
bacteria)
Culture
Growth on MacConkey Agar Various intestinal flora may grow Pure growth of Shigella spp. may be seen
AMOEBIASIS
AMOEBIASIS INTESTINAL
• Inkubasi: 8 hari - beberapa bulan
Etiologi
• Entamoeba histolytica
Manifestasi Klinis :
• Kolitis amuba: nyeri perut kuadran bawah, distensi
• Manifestasi ekstraintestinal: ABSES HEPAR
• Tahap Akut
• Diare dengan epitelium (tanpa darah, nyeri perut, << BB, flatulens dan konstipasi
• Infeksi Berat 10-20 hari
• Diare dengan epitelium dan darah, nyeri perut (mulas), dehidrasi dan demam
AMOEBIASIS
ALUR INFEKSI
• Kista infektif (kista matang,
berinti 4) tertelan →
Ekskistasi di ileum terminal/
kolon → trofozoit (bentuk
invasif) → penetrasi dan
invasi ke mukosa kolon →
destruksi jaringan, diare
berdarah, dan kolitis
• Trofozoit juga bisa
menyebar secara
hematogen lewat sirkulasi
portal ke hati atau organ
jauh
AMOEBIASIS
Pemeriksaan Penunjang : Spesimen Feces
• Bentuk kista → feses yang padat
• Bentuk trophozoit → feses yang cair Binucleated
• Temuan diagnostik: erythrophagocytic Uninucleated cyst cyst
trophozoites in dysenteric specimens
Trofozoitnya memiliki ciri-ciri morfologi :
• Ukuran 10 – 60 μm
• Sitoplasma bergranular dan mengandung Sel darah
eritrosit
• Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai merah
dengan karyosom padat di tengah inti, serta Quadrinucleated cyst
kromatin di pinggiran inti
• Alat gerak ektoplasma lebar, disebut
pseudopodia.
AMOEBIASIS
Terapi
• Metronidazol 3 x 500-750 mg/hari selama 5-10 hari
ABSES HATI:
• Metronidazol 3 x 750 mg/hari selama 10 hari
• Tinidazole
• Intestinal amebiasis 1 x 2 g selama 3 hari
• Amebic liver abscess 1 x 2 g selama 3-5 hari
43
Wanita, 42 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas kadang
disertai mual sejak 1 bulan terakhir. Pasien mengaku urin berwarna
kecoklatan dan feces berwarna kuning-kecoklatan. Pasien juga mengeluhkan
demam. Pemeriksaan tanda vital TD 120/70 mmHg, HR 80 x/menit, RR 18
x/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan tiba-tiba menahan napas ketika
pasien dilakukan palpasi pada perut kanan atas. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan peningkatan kolesterol. Diagnosis yang sesuai adalah ….
a. Kolesistitis
b. Kolangitis
c. Koledokolitiasis
d. Kolelitiasis
e. Pankreatitis
43
Wanita, 42 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas kadang
disertai mual sejak 1 bulan terakhir. Pasien mengaku urin berwarna
kecoklatan dan feces berwarna kuning-kecoklatan. Pasien juga mengeluhkan
demam. Pemeriksaan tanda vital TD 120/70 mmHg, HR 80 x/menit, RR 18
x/menit. Pemeriksaan fisik menunjukkan tiba-tiba menahan napas ketika
pasien dilakukan palpasi pada perut kanan atas. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan peningkatan kolesterol. Diagnosis yang sesuai adalah ….
a. Kolesistitis
b. Kolangitis
c. Koledokolitiasis
d. Kolelitiasis
e. Pankreatitis
KOLESISTITIS
Defenisi
• Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu yang paling
sering terjadi karena penyumbatan saluran kistik oleh batu
empedu yang timbul dari kandung empedu (kolelitiasis).
Gejala klinis :
• sakit perut (sakit perut kanan atas),
• Mual, muntah dan demam.
KOLESISTITIS
Diagnosis:
• Murphy sign atau nyeri tekan abdomen
kanan atas
• Demam, leukositosis, atau peningkatan
CRP
• Aminotransferase meningkat sedang
(biasanya <5 kali batas atas)
• Bilirubin meningkat ringan (<5
mg/dl), bila tinggi kemungkinan
koledokolitiasis
KOLESISTITIS
Pemeriksaan Penunjang :
USG :
• Sonographic Murphy sign (nyeri tekan timbul ketika
probe USG ditekan ke arah kandung empedu)
• Penebalan dinding kandung empedu (>4 mm),
double rim cairan perikolesistik, dilatasi duktus
biliaris
• Pembesaran kandung empedu (long axis diameter
>8 cm, short axis diameter >4 cm)
• Impacted stone.
KOLESISTITIS
Terapi Medik
• Puasa, NGT, tatalaksana cairan & elektrolit
• NSAID (ketorolac)
• Antibiotik IV: (Ceftriaxone/ Cefepime/ Ciprofloxacine/ Levofloxacin) +
Metronidazole; Carbapenems (Ertapenem, Meropenem); Piperacillin-
tazobactam
Terapi Bedah
• Kolesistektomi dini (dalam 72 jam)
46
Laki-laki, 50 tahun, mengeluh lemas dan lesu sejak 6 bulan terakhir. Pasien
sering haus dan BAK, terutama malam hari. Pemeriksaan vital sign didapatkan
TD 120/80 mmHg, HR 80 kali/menit, RR 20 kali/menit dan suhu afebris. Pada
pemeriksaan lab didapatkan GDS 110 mg/dL. Pasien mempunyai riwayat
cedera kepala 1 minggu yang lalu. Kemungkinan diagnosis pasien adalah?
A. Diabetes mellitus tipe 1
B. Diabetes mellitus tipe 2
C. Prediabetes
D. Diabetes insipidus tipe nefrogenik
E. Diabetes insipidus tipe neurogenic
46
Laki-laki, 50 tahun, mengeluh lemas dan lesu sejak 6 bulan terakhir. Pasien
sering haus dan BAK, terutama malam hari. Pemeriksaan vital sign didapatkan
TD 120/80 mmHg, HR 80 kali/menit, RR 20 kali/menit dan suhu afebris. Pada
pemeriksaan lab didapatkan GDS 110 mg/dL. Pasien mempunyai riwayat
cedera kepala 1 minggu yang lalu. Kemungkinan diagnosis pasien adalah?
A. Diabetes mellitus tipe 1
B. Diabetes mellitus tipe 2
C. Prediabetes
D. Diabetes insipidus tipe nefrogenik
E. Diabetes insipidus tipe neurogenic
Diabetes Insipidus
• Antidiuretic hormone (ADH)
atau vasopressin merupakan
hormon yang dikeluarkan oleh
hipofisis posterior, berfungsi
agar ginjal meretensi air.

• Diabetes insipidus merupakan


penyakit yang disebabkan
karena kekurangan ADH.

• Kriteria diagnosis:
• Volume urine >3 liter per hari
• Osmolaritas urin <300
mOsm/kg
Jenis Diabetes Insipidus (DI)
DI tipe sentral
• Karena kurangnya sekresi ADH dari hipofisis posterior
• Etiologi: idiopatik, trauma, infeksi hipofisis karena TB atau jamur,
operasi hipofisis.
DI tipe nefrogenik
• Karena resistensi ginjal terhadap ADH
• Etiologi: efek samping obat (lithium, amfoterisin B), hipokalemia berat
Harus juga dibedakan dengan polidipsi psikogenik, yaitu perilaku minum air dalam jumlah berlebihan
tanpa adanya stimulus dari otak untuk minum. Biasanya kondisi ini berkaitan dengan gangguan
psikiatri, seperti skizofrenia dan skizoafektif.
Penegakan Diagnosis Diabetes Insipidus

Water deprivation test


dilakukan dengan cara
meminta pasien untuk
tidak minum sama sekali
selama beberapa jam-
satu hari, setelah itu
dinilai osmolaritas urin.
47
Wanita, 47 tahun, datang dibawa oleh keluarganya ke IGD dengan keluhan
penurunan kesadaran. Pasien sebelumnya memiliki riwayat diabetes mellitus
yang tidak terkontrol. Pemeriksaan tanda-tanda vital kesadaran somnolen, TD
90/70 mmHg, HR 121 x/menit, RR 24 x/menit, suhu 36,4C. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan GDS 655 mg/dL, hiponatremi,
hipokalemi, keton (-), osmolaritas 335. Tatalaksana paling tepat pada pasien
ini ialah…
A. Rehidrasi segera
B. Pemberian insulin
C. Pemberian bikarbonat
D. Koreksi elektrolit
E. Pemberian glukosa
47
Wanita, 47 tahun, datang dibawa oleh keluarganya ke IGD dengan keluhan
penurunan kesadaran. Pasien sebelumnya memiliki riwayat diabetes mellitus
yang tidak terkontrol. Pemeriksaan tanda-tanda vital kesadaran somnolen, TD
90/70 mmHg, HR 121 x/menit, RR 24 x/menit, suhu 36,4C. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan GDS 655 mg/dL, hiponatremi,
hipokalemi, keton (-), osmolaritas 335. Tatalaksana paling tepat pada pasien
ini ialah…
A. Rehidrasi segera
B. Pemberian insulin
C. Pemberian bikarbonat
D. Koreksi elektrolit
E. Pemberian glukosa
Ketoasidosis Diabetik
❑Pencetus KAD:
• Insulin tidak adekuat
• Infeksi
• Infark

❑Diagnosis KAD:
• Kadar glukosa 250 mg/dL
• pH <7,35
• HCO3 rendah
• Anion gap tinggi
• Keton serum (+)

Harrison’s principles of internal medicine


HYPERGLYCEMIC HYPEROSMOLAR STATE
❑Pasien umumnya adalah individu lansia dengan DM tipe 2,
dengan riwayat poliuria selama beberapa minggu, penurunan
berat badan, dan penurunan asupan oral yang berujung
pada kebingungan mental, lesu, atau koma.
❑Pemeriksaan fisik : dehidrasi berat dan hiperosmolalitas
serta menunjukkan hipotensi, takikardia, dan perubahan
status mental.
❑HHS sering dipicu penyakit serius seperti infark miokard atau
stroke, Sepsis, pneumonia.
DKA and HHS

Diabetic Ketoacidosis (DKA) Hyperglycemic Hyperosmolar State (HHS)


Plasma glucose >250 mg/dL Plasma glucose >600 mg/dL
Arterial pH <7.3 Arterial pH >7.3
Bicarbonate <15 mEq/L Bicarbonate >15 mEq/L
Moderate ketonuria or ketonemia Minimal ketonuria and ketonemia
Anion gap >12 mEq/L Serum osmolality >320 mosm/L
Ketoasidosis Diabetik

American Diabetes Association. Hyperglycemic Crises in Patients With Diabetes Mellitus.


Diabetes care, Vol 24, No 1, January 2001
Ketoasidosis Diabetik
❑Prinsip pengobatan KAD:
• Penggantian cairan dan garam yang hilang
• Menekan lipolisis & glukoneogenesis dengan pemberian insulin. Dimulai setelah
diagnosis KAD dan rehidrasi yang memadai.
• Mengatasi stres pencetus KAD
• Mengembalikan keadaan fisiologi normal, pemantauan & penyesuaian terapi
Terapi KAD Berdasarkan American Diabetes
Association

Copyrights a pply
Terapi HHS Berdasarkan American
Diabetes Association

Copyrights apply
48
Wanita, 13 tahun dibawa ke UGD karena pusing dan hampir pingsan setelah
mengikuti lomba lari jauh di sekolah. Pasien mengatakan sering menggunakan
obat suntik di perutnya setiap sebelum makan dalam 2 tahun terakhir.
Pemeriksaan klinis, pasien masih respon terhadap rangsangan nyeri, pucat,
dan berkeringat dingin. Pemeriksaan tanda vital : suhu tubuh 36,5C,
pernapasan 16x/menit, nadi 80x/menit. Tidak ada gejala neurologis yang
patologis. Diagnosis yang paling mungkin adalah…
A. Asidosis metabolik
B. DM Hiperglikemi
C. Ketoasidosis diabetes
D. DM Hipoglikemi
E. Heat stroke
48
Wanita, 13 tahun dibawa ke UGD karena pusing dan hampir pingsan setelah
mengikuti lomba lari jauh di sekolah. Pasien mengatakan sering menggunakan
obat suntik di perutnya setiap sebelum makan dalam 2 tahun terakhir.
Pemeriksaan klinis, pasien masih respon terhadap rangsangan nyeri, pucat,
dan berkeringat dingin. Pemeriksaan tanda vital : suhu tubuh 36,5C,
pernapasan 16x/menit, nadi 80x/menit. Tidak ada gejala neurologis yang
patologis. Diagnosis yang paling mungkin adalah…
A. Asidosis metabolik
B. DM Hiperglikemi
C. Ketoasidosis diabetes
D. DM Hipoglikemi
E. Heat stroke
Hipoglikemia
• Hipoglikemia → menurunnya kadar
glukosa darah < 70 mg/dL dengan atau
tanpa gejala otonom
• Whipple triad
• Gejala hipoglikemia
• Kadar glukosa darah rendah
• Gejala berkurang dengan pengobatan
• Penurunan kesadaran pada DM harus
dipikirkan hipoglikemia terutama yang
sedang dalam pengobatan
Hipoglikemia Tanda Gejala
Autonomik Rasa lapar, berkeringat, gelisah, paresthesia, Pucat, takikardia, widened pulse
palpitasi, Tremulousness pressure
Neuroglikopenik Lemah, lesu, dizziness, pusing, confusion, Cortical-blindness, hipotermia,
perubahan sikap, gangguan kognitif, pandangan kejang, koma
kabur, diplopia

• Probable hipoglikemia → gejala hipoglikemia tanpa pemeriksaan GDS


• Hipoglikemia relatif → GDS>70 mg/dL dengan gejala hipoglikemia
• Hipoglikemia asimtomatik → GDS<70mg/dL tanpa gejala hipoglikemia
• Hipoglikemia simtomatik → GDS<70mg/dL dengan gejala hipoglikemia
• Hipoglikemia berat → pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk
administrasi karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya
Hipoglikemia

Hipoglikemia ringan Hipoglikemia berat


• Konsumsi makanan tinggi karbohidrat • Terdapat gejala neuroglikopenik
• Gula murni → dextrose 20% sebanyak 50
• Glukosa 15-20 g (2-3 sdm) dilarutkan cc (jika tidak ada bisa diberikan
dalam air dextrose 40% 25 cc), diikuti
• Pemeriksaan glukosa darah dengan infus D5% atau D10%
glukometer setelah 15 menit upaya • Periksa GD 15 menit, jika belum
terapi mencapai target dapat diulang
• Kadar gula darah normal, pasien
diminta untuk makan atau konsumsi
• Monitoring GD tiap 1-2 jam
snack untuk mencegah berulangnya
hipoglikemia.
49
Laki-laki, 35 th datang dengan keluhan lemas. Pasien memiliki riwayat sakit
asma sejak 1 tahun yg lalu, dan mengkonsumsi obat deksametason yg dibeli
sendiri di toko obat. Pasien menghentikan konsumsi obat tersebut karena
mengalami nyeri pada ulu hati. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD
90/60 mmHg, HR 80 x/mnt, RR 20 x/mnt, T 37,2C. Apakah yg mendasari
keluhan pasien tersebut?
A. Produksi ACTH yg berlebihan
B. Produksi ACTH yg kurang
C. Insufisiensi adrenal sekunder
D. Tingginya kadar kortisol dalam darah
E. Insufisiensi adrenal primer
49
Laki-laki, 35 th datang dengan keluhan lemas. Pasien memiliki riwayat sakit
asma sejak 1 tahun yg lalu, dan mengkonsumsi obat deksametason yg dibeli
sendiri di toko obat. Pasien menghentikan konsumsi obat tersebut karena
mengalami nyeri pada ulu hati. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD
90/60 mmHg, HR 80 x/mnt, RR 20 x/mnt, T 37,2C. Apakah yg mendasari
keluhan pasien tersebut?
A. Produksi ACTH yg berlebihan
B. Produksi ACTH yg kurang
C. Insufisiensi adrenal sekunder
D. Tingginya kadar kortisol dalam darah
E. Insufisiensi adrenal primer
INSUFISIENSI ADRENAL
• Addison Disease adalah kondisi dimana • obat: ketoconazole, etomidate, rifampin,
terdapat kerusakan pada glandula adrenal antikejang
sehingga tidakmampu menghasilkan• Sekunder kegagalan hipofisis mensekresi
hormon aldosteron, Cortisol dan ACTH (tapi aldosteron tidak terganggu
karena RAA) terapi glukokortikoid, megestrol
Androgen. (progestin dgn efek supresi glucocorticoid)
• Primer (gangguan adrenokorteks Addison’sManifestasi klinis
disease)
• autoimun • Primer atau sekunder:mudah lelah(99%),
anorexia (99%), hipotensiorthostatic(90%),
• infeksi: TB, CMV, histoplasmosis
mual(86%),muntah (75%), hiponatremia
• vaskular:perdarahan, trombosis, trauma (88%)
• metastasis
• deposit: hemochromatosis, amyloidosis,
sarcoidosis
INSUFISIENSI ADRENAL
Maniestasi Klinis
• Primer: hipotensi orthostatic,hiperpigmentasi, hiperkalemia
• Sekunder: + gejala ↓hormon hipofisis lain
Pemeriksaan Penunjang
• Pengukuran kortisol pagi: <3 µg/dL diagnostik; ≥18µg/dL
menyingkirkan diagnosis
• Kelainan lainnya: hipoglikemia, eosinophilia, lymphocytosis,± neutropenia
• ACTH:↑pada kelainan primer, ↓ atau normal pada kelainan sekunder
• Pemeriksaan radiologi: MRI hipofisis, CT adrenal
INSUFISIENSI ADRENAL
KRISIS ADRENAL
• Berikan stimulasi ACTH secepatnya pada pasien hipotensi yang diduga
insuf adrenal.
• Berikan kortikosteroids dini:
• dexamethasone 2–4 mg IV q6jam + fludrocortisone 50 µgsetiap hari ganti
ke hydrocortisone 50–100 mg IV q6– 8jamsetelah tes ACTH.
Tatalaksana
• Akut : resusitasi volume dengan NaCl 0,9%+ hydrocortisone IV
• Kronik
• Hydrocortison: 20–30 mg PO qhari (2⁄3 pagi 1⁄3 siang.) atau prednison5
mg PO
INSUFISIENSI ADRENAL
• Klasifikasi klinis insufisiensi adrenal:
• Insufisiensi adrenal primer (Addison’s
disease): gangguan pada korteks
adrenal
• Insufisiensi adrenal sekunder: sekresi
ACTH menurun.
• Insufisiensi adrenal tersier: sekresi CRH
menurun.
Addison Disease
• Addison disease (or Addison's disease) is
adrenocortical insufficiency due to the
destruction or dysfunction of the entire adrenal
cortex.
Sign and symptoms:
• Hyperpigmentation of the skin and mucous
membranes
• Dizziness
• Myalgias and flaccid muscle paralysis
• Impotence and decreased libido
• progressive weakness, fatigue, poor
• appetite, and weight loss
• Defisiensi kortisol →penurunan umpan balik
pada aksis hipotalamus-pituitary
meningkatkan kadar ACTH plasma
• Defisiensi mineralokortikoid → produksi renin
meningkat oleh sel juxtaglomerular di ginjal
Hiperpigmentasi daerah
friksi

Hiperpigmentasi mukosa
• 90% disebabkan oleh autoimun
• Penyebab lain: tuberkulosis, adrenalektomi, neoplasia, genetik,
iatrogenik, obat (eg. Etomidad→inhibisi sintesis kortisol)
ADDISON CRISIS/ KRISIS ADRENAL
TATALAKSANA

1. Glucocorticoid replacement
• Hydrocortisone 15 to 25 mg orally in two or three divided doses (largest dose in
morning upon awakening; typically 10 mg upon arising in morning, 5 mg early
afternoon, 2.5 mg late afternoon) or
• Prednisone 5 mg (range: 2.5 to 7.5 mg) orally at bedtime; or Dexamethasone 0.75
mg (range: 0.25 to 0.75 mg) orally at bedtime Monitor clinical symptoms and
morning plasma ACTH.
2. Mineralocorticoid replacement*
• Fludrocortisone 0.1 mg (range: 0.05 to 0.2 mg) orally.
• Liberal salt intake.
• Monitor lying and standing blood pressure and pulse, edema, serum potassium, and
plasma renin activity.
TATALAKSANA
3. Androgen replacement
• Dehydroepiandrosterone (DHEA)¶ initially 25 to 50 mg orally (only in women with impaired
mood or sense of well-being despite optimal glucocorticoid and mineralocorticoid
replacement).
4. Patient education
5. Emergency precautions
6. Treatment of minor febrile illness or stress
• Increase glucocorticoid dose 2-3 fold for the few days of illness. Don’t change
mineralocorticoid dose. Patient is instructed to contact clinician if illness worsens or persists
for more than three days.
7. Emergency treatment of severe stress or trauma
• Each patient should have an injectable glucocorticoid in preparation for severe stress or trauma
and get medical help immediately after injection.
Tatalaksana Krisis Adrenal
Emergency measures
1. Establish intravenous access with a large-gauge needle.
2. Draw blood for immediate serum electrolytes and glucose and routine measurement of plasma cortisol and ACTH. Do not wait for
laboratory results.
3. Infuse 2 to 3 liters of isotonic saline or 5% dextrose in isotonic saline as quickly as possible. Frequent hemodynamic monitoring
and measurement of serum electrolytes should be performed to avoid iatrogenic fluid overload.

4. Give hydrocortisone (100 mg intravenous bolus), followed by 50 mg intravenously every 6 hours (or 200 mg/24 hours as a
continuous intravenous infusion for the first 24 hours). If hydrocortisone is unavailable, alternatives include prednisolone,
prednisone, and dexamethasone.
5. Use supportive measures as needed (Electrolyte abnormalities may include hyponatremia, hyperkalemia or rarely hypercalcemia.
Hyponatremia is rapidly corrected by cortisol and volume repletion)
Subacute measures after stabilization of the patient
1. Continue intravenous isotonic saline at a slower rate for next 24 to 48 hours.
2. Search for and treat possible infectious precipitating causes of the adrenal crisis.
3. Perform a short ACTH stimulation test to confirm the diagnosis of adrenal insufficiency, if patient does not
have known adrenal insufficiency.
4. Determine the type of adrenal insufficiency and its cause if not already known.
5. Taper parenteral glucocorticoid over 1 to 3 days, if precipitating or complicating illness permits, to oral glucocorticoid maintenance
dose.
6. Begin mineralocorticoid replacement with fludrocortisone, 0.1 mg by mouth daily, when saline infusion is
stopped.
50
Laki-laki, 45 tahun datang ke puskesmas dengan menyerahkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang dibawa dari kantor. Didapatkan nilai
GDP 145 mg/dl. Pasien tidak mengeluhkan apa-apa. Dokter
memutuskan untuk cek profil gula ulang dan ditemukan GDP 120 mg/dl
dan TTGO 155 mg/dl. Apa diagnosa pasien saat ini yang tepat?
A. Normal
B. Prediabetes
C. Toleransi Glukosa Terganggu
D. Gula darah puasa terganggu
E. Diabetes melitus
50
Laki-laki, 45 tahun datang ke puskesmas dengan menyerahkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang dibawa dari kantor. Didapatkan nilai
GDP 145 mg/dl. Pasien tidak mengeluhkan apa-apa. Dokter
memutuskan untuk cek profil gula ulang dan ditemukan GDP 120 mg/dl
dan TTGO 155 mg/dl. Apa diagnosa pasien saat ini yang tepat?
A. Normal
B. Prediabetes
C. Toleransi Glukosa Terganggu
D. Gula darah puasa terganggu
E. Diabetes melitus
DIABETES MELITUS
❑DM TIPE 1 • Defek genetik pada fungsi sel ;
• destruksi sel  → defisiensi insulin • Defek genetik pada kerja insulin;
absolut • Penyakit eksokrin pancreas;
• Immune-mediated atau Idiopatik, • Endokrinopati;
biasa pada usia muda • Diinduksi obat atau zat kimia;
❑DM TIPE 2 • Infeksi; Bentuk tidak lazim dari
• Predominan resistensi insulin immune mediated DM;
dengan defisiensi insulin relatif • Sindrom genetik lain, yang kadang
• Biasa pada usia dewasa berkaitan dengan DM
❑TIPE SPESIFIK LAIN : ❑DM GESTASIONAL
DIABETES MELITUS

❑Faktor Risiko • Riw. DM gestasional


• Usia > 45 tahun • Riw. TGT atau GDPT
• BB lebih : > 110 % BB • Penderita penyakit jantung
idaman atau IMT > 23 koroner, tuberkulosis.
kg/m2 • Hipertiroidisme
• Hipertensi ( TD ≥ 140/90 • Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dL
mmHg ) dan atau trigliserida ≥
• Riwayat DM keluarga 250 mg/dL
DIABETES MELITUS
❑Manifestasi Klinis
• Keluhan klasik DM : • Keluhan lain :
• Poliuria • Lemah badan
• Polidipsia • Kesemutan
• Polifagia • Pandangan kabur
• Penurunan BB tanpa sebab • Disfungsi ereksi pada pria
jelas • Pruritus vulvae pada
wanita
DIABETES MELITUS
❑Kriteria diagnosis DM:
Glukosa darah puasa (GDP) ≥126 mg/dL.
atau
Glukosa darah-2 jam (GD2PP) ≥200 mg/dL pada Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
atau
Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS) ≥200 mg/dL dengan keluhan
klasik (poliuria, polidipsia, polifagia, unexplained weight loss)
atau
Pemeriksaan HbA1C ≥6,5% dengan metode HPLC yang terstandarisasi
NGSP
*Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam
DIABETES MELITUS
❑Yang tidak memenuhi kriteria normal atau DM → PREDIABETES
• Glukosa darah puasa terganggu (GDPT):
• GDP 100-125 mg/dL, dan Cara pelaksanaan TTGO:
• 3 hari sebelum pemeriksaan,
• TTGO-2 jam <140 mg/dL pasien makan & beraktivitas
seperti biasa,

• Toleransi glukosa terganggu (TGT): • Puasa minimal 8 jam (mulai


malam hari) sebelum
pemeriksaan, boleh minum air
• Glukosa darah TTGO-2 jam 140-199 mg/dL, dan tanpa gula,
• Dilakukan pemeriksaan glukosa
• Glukosa puasa <100 mg/dL puasa,
• Diberikan glukosa 75 gram
• Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT dalam air 250 ml, diminum
dalam 5 menit,
• Diagnosis prediabetes berdasarkan HbA1C: 5,7-6,4% •

Puasa kembali selama 2 jam,
Dilakukan pemeriksaan glukosa
darah 2 jam sesudah beban
glukosa,
• Selama proses pemeriksaan,
subjek tetap istirahat & tidak
merokok.
51
Wanita, 35 tahun, datang ke dokter dengan berdebar-debar sejak 1 minggu
yang lalu. Berat badan dirasa turun drastis padahal banyak makan. Dari hasil
pemeriksaan fisik tanda vital TD 120/80 mmHg, HR 120x/menit, RR
20x/menit suhu 39C. Teraba benjolan difuse di leher bergerak saat menelan.
Benjolan teraba nyeri. Dari hasil pemeriksaan darah lengkap didpatkan
leukositosis dengan PMN dominan. Kemungkinan diagnose pasien saat ini …
a. Grave disease
b. Tiroiditis Hashimoto
c. Tiroiditis Akut Supuratif
d. Tiroiditis De Quervain
e. Goiter Endemis
51
Wanita, 35 tahun, datang ke dokter dengan berdebar-debar sejak 1 minggu
yang lalu. Berat badan dirasa turun drastis padahal banyak makan. Dari hasil
pemeriksaan fisik tanda vital TD 120/80 mmHg, HR 120x/menit, RR
20x/menit suhu 39C. Teraba benjolan difuse di leher bergerak saat menelan.
Benjolan teraba nyeri. Dari hasil pemeriksaan darah lengkap didpatkan
leukositosis dengan PMN dominan. Kemungkinan diagnose pasien saat ini …
a. Grave disease
b. Tiroiditis Hashimoto
c. Tiroiditis Akut Supuratif
d. Tiroiditis De Quervain
e. Goiter Endemis
Tiroiditis
• Akut:
• infeksi bakteri (biasa pada post op)
• Subakut
• tirotoksikosis transient → hipotiroid transient → fgs tiroid normal
• Nyeri (viral, granulomatosa, ataude Quervain’s): demam, ↑LED; terapi dengan NSAID,
ASA, steroid
• Silent (postpartum, autoimun, atau lymphocytic): tidak nyeri, +TPO Abs; pada kasus
postpartum, dpt terjadi rekurensi pd kehamilan berikutnya
• Lain2: amiodarone, thyroiditis
• palpasi, pasca radiasi
• Kronik :
• Hashimoto’s (hipotiroid), Riedel’s (fibrosis idiopathic)
Tiroiditis Hashimoto
Limfosit tersensitisasi oleh antigen tiroid

Sekresi autoantibodi TgAb, TPOAb, TSH- Rab[block/inhibisi]


Infiltrasi limfosit → folikel limfoid & germinal center

Destruksi parenkim tiroid tiroksin

TSH → hipertrofi parenkim, destruksi tetap ada →


struma/tanpa struma → end stage: atrofi

Eutiroid → hipotiroid subklinis → hipotiroid


Hashimoto thyroiditis
• Faktor risiko:
• genetik (anggota keluarga dengan riwayat kelainan thyroid)
• hormon (wanita lebih sering terkena)
• Paparan radiasi
• Kelenjar thyroid dapat membesar dan berlobul atau dapat juga
tidak terpalpasi pembesaran
• Diagnosis
• kadar anti-thyroid peroxidase antibodies, TSH, fT3, fT4, anti thyroglobulin
antibodies
• Dekompensasi hipotiroid dapat menyebabkan koma miksedema.
53
Perempuan, 35 tahun, datang kerumah sakit dengan keluhan benjolan dileher
depan yang cukup besar. Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak 1 tahun
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan indeks Wayne = 22. Dokter
kemudian memberikan metimazol 20 mg/hari. Namun setelah 12 bulan
mengonsumsi keluhan tidak membaik. TSH masih tetap rendah dan FT4 masih
tinggi. Apakah tindakan yang paling tepat dilakukan …
A. Menjalani Tiroidektomi
B. Menambahkan Paracetamol
C. Ganti terapi dengan PTU
D. Ganti terapi dengan RAI
E. Memberikan terapi NaCl
53
Perempuan, 35 tahun, datang kerumah sakit dengan keluhan benjolan dileher
depan yang cukup besar. Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak 1 tahun
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan indeks Wayne = 22. Dokter
kemudian memberikan metimazol 20 mg/hari. Namun setelah 12 bulan
mengonsumsi keluhan tidak membaik. TSH masih tetap rendah dan FT4 masih
tinggi. Apakah tindakan yang paling tepat dilakukan …
A. Menjalani Tiroidektomi
B. Menambahkan Paracetamol
C. Ganti terapi dengan PTU
D. Ganti terapi dengan RAI
E. Memberikan terapi NaCl
Hipertiroidisme

Tirotoksikosis:
manifestasi peningkatan
hormon tiroid dalam
sirkulasi.
Hipertiroidisme:
tirotoksikosis yang
disebabkan oleh kelenjar
tiroid hiperaktif.
Kumar and Clark Clinical Medicine
Hipertiroid Primer & Sekunder

Human Physiology.
Graves’ disease
❑Defenisi: • ophthalmopati: 90% kasus
• Pr:Lk → 5–10:1, usia terbanyak 40 • Edema periorbital, retraksi
- 60 thn kelopak, proptosis
• Antibodi tiroid (+): TSI atauTBII • myxedema pretibial (3%):
(+pada 80%), anti-TPO, • edema di tungkai bawah
antithyroglobulin; ANA akibat dermopati infiltratif
• Manifestasi klinis yaitu gejala
hipertiroid ditambah:
• Goiter
• diffusa, tdk nyeri, terdengar
bruit
Hipertiroidisme
❑Pemeriksaan penunjang • Skor<11 eutiroid
• ↑FT4 &FT3; ↓TSH (↑ pada sebab • Antara 11-19 equivocal
sekunder)
• Tidak perlu periksa autoantibodi❑Hipertiroid Subklinis
kecuali pada kehamilan (resiko • ↓TSH ringan &free T4 normal,
fetal Graves) tanpa gejala klinis
• Dapat terjadi hipercalciuria, • 15% → hipertiroid dlm 2 thn;
↑resiko AF & osteoporosis
hipercalcemia, anemia
• Indeks Wayne
• Skor>19 hipertiroid
20.Radioactive Iodine
Tatalaksana
• Methimazole: • PTU:
– dosis awal 20 – 30 mg / – resiko ↑nekrosis hepatosellular;
hari. efek lebih lambat
– 70% rekuren setelah 1 thn – dosis awal 300 – 600 mg /
– ES: pruritus,rash, arthralgia, hari, dosis maksimal 2.000
demam, &agranulocytosis pd mg/hari
0.5% kasus – Evaluasi: fx hepar, DPL, dan
– DOC untuk pasien dewasa, TSH sebelum terapi dan saat
anak-anak dan ibu hamil follow-up
trimester kedua dan ketiga – DOC pada ibu hamil trimester
pertama
Tatalaksana
• Awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-6 minggu
→eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan
– memantau klinis, FT4/T4/T3 dan TSHs.
• Obat antitiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis
terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid selama
12-24 bulan
– Setelah 12-24 bln, dihentikan, dan dinilai apakah terjadi
remisi
– Remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid dihentikan,
pasien masih dalam keadaan eutiroid
Tatalaksana
• Radioactive iodine (RAI): • Alergi antitiroid
• Premedikasi psn dgn obat antitiroid utk • tidak dapat menerima yodium radioaktif
mencegah tirotoksikosis, hentikan 3 hari • Adenoma toksik, struma multinodosa toksik,
sebelum terapi agar RAIbisa di uptake Graves yang berhubungan dengan satu atau
• 75% pasisen setelah terapi radioaktif menjadi lebih nodul
hipotiroid dan siap operasi • Radioablasi
• β blocker: • ≥35 tahun
• dosis 40 – 200 mg dalam 4 dosis, mengontrol • kambuh setelah dioperasi
takikardia (propranolol juga↓ konversi T4 • Gagal remisi
→T3) • Tidak mampu atau tidak mau obat antitiroid
• Tindakan bedah • Adenoma toksik, struma multinodosa toksik
• usia muda dengan struma besar tidak respons
dengan antitiroid
• hamil trimester kedua yang memerlukan obat
dosis tinggi
54
Wanita, 24 tahun G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu dibawa ke Puskesmas oleh
keluarganya karena nyeri perut sejak semalam. Keluar cairan, lendir dan sedikit
darah dari jalan lahir sejak 3 jam yang lalu. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD
120/70 mmHg, HR 100 /menit, RR 21 x/menit, dan suhu 36,4C. Pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan lengkap, kemudian dokter langsung memimpin persalinan.
Setelah bayi lahir dokter langsung melakukan manajemen kala III. 15 menit
kemudian plasenta belum lahir juga. Apakah tindakan yang selanjutnya dilakukan?
a. Injeksi oksitosin 10 unit IM
b. Injeksi oksitosin 10 unit IV
c. Drip oksitosin 10 unit dalam1000 ml NaCl 0,9% dengan kecepatan 40 tpm
d. Manual plasenta
e. Rujuk ke RS
54
Wanita, 24 tahun G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu dibawa ke Puskesmas oleh
keluarganya karena nyeri perut sejak semalam. Keluar cairan, lendir dan sedikit
darah dari jalan lahir sejak 3 jam yang lalu. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD
120/70 mmHg, HR 100 /menit, RR 21 x/menit, dan suhu 36,4C. Pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan lengkap, kemudian dokter langsung memimpin persalinan.
Setelah bayi lahir dokter langsung melakukan manajemen kala III. 15 menit
kemudian plasenta belum lahir juga. Apakah tindakan yang selanjutnya dilakukan?
a. Injeksi oksitosin 10 unit IM
b. Injeksi oksitosin 10 unit IV
c. Drip oksitosin 10 unit dalam1000 ml NaCl 0,9% dengan kecepatan 40 tpm
d. Manual plasenta
e. Rujuk ke RS
KALA PERSALINAN: KALA III
DEFENISI
• Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban
• Tanda pelepasan plasenta
• Semburan darah dengan tiba-tiba: Karena penyumbatan retroplasenter pecah saat
plasenta lepas
• Pemanjangan tali pusat: Karena plasenta turun ke segmen uterus yang lebih bawah
atau rongga vagina
• Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat): Disebabkan oleh
kontraksi uterus
• Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus didalam abdomen: Sesaat setelah
plasenta lepas TFU akan naik, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta
ke segmen uterus yang lebih bawah
KALA PERSALINAN: KALA III
MANAGEMEN

Peregangan Tali Massase Uterus


Uterotonika Pusat Terkendali
• 1 menit setelah bayi • Tegangkan tali pusat ke arah • Letakkan telapak
lahir bawah sambil tangan yang tangan di fundus →
• Oksitosin 10 unit IM di lain mendorong uterus ke masase dengan
sepertiga paha atas arah dorso-kranial secara gerakan melingkar
bagian distal lateral hati-hati secara lembut hingga
• Dapat diulangi setelah uterus berkontraksi
15 menit jika plasenta (fundus teraba keras).
belum lahir
Retensio plasenta
• Plasenta atau bagian- bagiannya
dapat tetap berada dalam uterus
setelah bayi lahir
• Sebab: plasenta belum lepas dari
dinding uterus atau plasenta sudah
lepas tetapi belum dilahirkan
• Plasenta belum lepas: kontraksi kurang
kuat atau plasenta adhesiva (akreta,
inkreta, perkreta)
• Terapi: manual plasenta
56
Wanita, 32 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 38 minggu datang ke IGD
Puskesmas dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 jam yang
lalu. Pasien post jatuh terpleset di kamar mandi. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 130/80 mmHg, HR 105 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,3C.
Pemeriksaan fisik didapatkan anemis (-), uterus tegang, DJJ 155 x/menit.
Pemeriksaan genetalia didapatkan perdarahan aktif dari jalan lahir, darah
berwarna merah kehitaman. Apakah tatalaksana yang tepat untuk pasien ini?
a. Drip Oksitosin
b. Persalinan pervaginam
c. Ekstraksi vakum
d. SC
e. Rujuk
56
Wanita, 32 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 38 minggu datang ke IGD
Puskesmas dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 jam yang
lalu. Pasien post jatuh terpleset di kamar mandi. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 130/80 mmHg, HR 105 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,3C.
Pemeriksaan fisik didapatkan anemis (-), uterus tegang, DJJ 155 x/menit.
Pemeriksaan genetalia didapatkan perdarahan aktif dari jalan lahir, darah
berwarna merah kehitaman. Apakah tatalaksana yang tepat untuk pasien ini?
a. Drip Oksitosin
b. Persalinan pervaginam
c. Ekstraksi vakum
d. SC
e. Rujuk
Solusio Plasenta
• Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
• Diagnosis
• Perdarahan kehitaman dan cair, syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar
(tersembunyi), anemia berat, gawat janin/ hilangnya DJJ, uterus tegang dan nyeri
• Faktor Predisposisi
• Hipertensi
• Versi luar
• Trauma abdomen
• Hidramnion
• Gemelli
• Defisiensi besi
Solusio Plasenta: Gambaran Klinis
• Solusio placenta ringan • Gejala dan tanda sudah jelas: rasa nyeri
• Luas plasenta yang terlepas < 25% atau < pada perut yang terus menerus, denyut
1/6 bagian (jumlah perdarahan < 250 ml) jantung janin menjadi cepat, hipotensi dan
takikardia
• Kadar fibrinogen plasma lebih dari 250
mg%
• Tumpahkan darah yang keluar terlihat• Solusio placenta berat
seperti pada haid, sukar dibedakan dari
plasenta previa kecuali warna darah yang • Luas plasenta yang terlepas > 50%, dan
kehitaman jumlah perdarahan > 1.000 ml
• Komplikasi terhadap ibu dan janin belum • Gejala dan tanda klinik jelas: keadaan
ada umum penderita buruk disertai syok, dan
hampir semua janinnya telah meninggal.
Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal
• Solusio placenta sedang yang ditandai pada oliguri biasanya telah
• Luas plasenta yang terlepas 25-50% ada
(jumlah perdarahan 250 ml-1.000 ml
• Kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%
Solusio Plasenta: Patofisiologi
• Perdarahan pada pemb. Darah plasenta/uterus → seluruh permukaan uterus akan berbercak biru
hematma pada desidua → plasenta terdesak dan atau ungu (uterus Couvelaire) → Perut terasa
terlepas sangat tegang dan nyeri
• Perdarahan berlangsung teru karena otot uterus• Akibat kerusakan jaringan miometrium dan
yang telah meregang oleh kehamilan tidak mampu pembekuan retroplasenter → banyak trombosit
untuk lebih berkontraksi menghentikan akan masuk ke dalam peredaran darah ibu →
perdarahannya → hematoma retroplasenter pembekuan intravaskuler dimana-mana →
bertambah besar → sebagian/ seluruh plasenta menghabiskan sebagian besar persediaan
lepas dari dinding uterus fibrinogen → hipofibrinogenemia → gangguan
pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi
• Sebagian darah akan menyusup di bawah selaput
juga pada alat-alat tubuh yang lainnya
ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput
ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau
mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut
otot uterus
• Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka
Solusio Plasenta: Tatalaksana
TATALAKSANA • DJJ tidak terdengar namun nadi dan
• Perdarahan hebat (nyata atau tekanan darah ibu normal:
tersembunyi) dengan tanda- tanda awal pertimbangkan persalinan pervaginam
syok pada ibu, lakukan persalinan• DJJ tidak terdengar dan nadi dan
segera bergantung pembukaan serviks: tekanan darah ibu bermasalah:
• Lengkap → ekstraksi vakum • pecahkan ketuban dengan kokher:
• Belum ada/ lengkap → SC • Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan
• Kenyal, tebal, dan tertutup → SC pemberian oksitosin
• Jika perdarahan ringan/ sedang dan• DJJ abnormal (kurang dari 100 atau
belum terdapat tanda-tanda syok, lebih dari 180/menit): lakukan
tindakan bergantung pada denyut persalinan pervaginam segera, atau
jantung janin (DJJ): SC bila tidak memungkinkan
• DJJ normal, lakukan seksio sesarea
58
Wanita, 19 tahun dibawa ke UGD RS diantar oleh orang tuanya karena nyeri
perut bawah sejak kemarin. Pasien mengaku tidak sedang menstruasi. Pasien
tampak pucat. Tanda vital didapatkan TD 90/60 mmHg, HR 105 x/menit, RR
20 x/menit, Suhu 37,2C. Pemeriksaan fisik didapatkan anemis (+), nyeri tekan
abdomen (+). Pemeriksaan genetalia dijumpai flek darah (+), nyeri goyang
portio (+). Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7
g/dL dan Plano test (+). Apakah tatalaksana awal pada kasus ini?
a. Laparotomi
b. Salpingektomi
c. Salpingostomi
d. Rehidrasi dengan koloid
e. Rehidrasi dengan kristaloid
58
Wanita, 19 tahun dibawa ke UGD RS diantar oleh orang tuanya karena nyeri
perut bawah sejak kemarin. Pasien mengaku tidak sedang menstruasi. Pasien
tampak pucat. Tanda vital didapatkan TD 90/60 mmHg, HR 105 x/menit, RR
20 x/menit, Suhu 37,2C. Pemeriksaan fisik didapatkan anemis (+), nyeri tekan
abdomen (+). Pemeriksaan genetalia dijumpai flek darah (+), nyeri goyang
portio (+). Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7
g/dL dan Plano test (+). Apakah tatalaksana awal pada kasus ini?
a. Laparotomi
b. Salpingektomi
c. Salpingostomi
d. Rehidrasi dengan koloid
e. Rehidrasi dengan kristaloid
Kehamilan Ektopik
• Kehamilan yang terjadi di luar • Diagnosis ditegakkan melalui
cavum uteri pemeriksaan USG
• Manifestasi klinis
• Perdarahan pervaginam
• Nyeri abdomen dan pelvis
• Nyeri goyang porsio
• Serviks tertutup
• Pucat
• Hipotensi dan hipovolemia
• Bisa sampai penurunan kesadaran
Predileksi

Sumber: Sivalingam VN, Duncan WC, Kirk E, Shephard LA, Horne AW. Diagnosis and management of ectopic pregnancy. J Fam Plann Reprod
Health Care, 2011;: 1-10
KET: Kuldosentesis
• Teknik untuk mengidentifikasi bercampur darah sesuai
hemoperitoneum dengan diagnosis
• Serviks ditarik kearah simfisis hemoperitoneum akibat
menggunakan tenakulum → kehamilan ektopik
jarum 16-18 G dimasukkan
lewat forniks posterior
kearah cul-de-sac
• Cairan yang mengandung
gumpalan darah, atau cairan
KET: Tatalaksana
Tatalaksana Umum yang mengandung hasil konsepsi)
• Restorasi cairan tubuh dengan cairan • Jika terjadi kerusakan ringan pada
tuba, usahakan melakukan
kristaloid NaCl 0,9% atau RL (500 salpingostomi untuk
mL dalam 15 menit pertama) atau 2 mempertahankan tuba (hasil
L dalam 2 jam pertama konsepsi dikeluarkan, tuba
• Segera rujuk ibu ke RS dipertahankan)
• Sebelum memulangkan pasien,
berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan
Tatalaksana Khusus ulang setelah 4 minggu
• Laparotomi: eksplorasi kedua • Atasi anemia dengan pemberian
ovarium dan tuba fallopii tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari
• Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, selama 6 bulan
lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba
59
Wanita, 30 tahun, P1A0, sedang memasuki postpartum kala 3. Dilakukan
proses melahirkan plasenta tanpa terlebih dahulu melakukan perasat Kustner.
Penolong persalinan melakukan tarikan secara terburu-buru karena kamar
bersalin sedang banyak ibu yang akan partus. Setelah dilakukan tarikan
didapatkan adanya massa menonjol pada introitus vagina. Tidak teraba
uterus pada palpasi abdomen bawah. Keadaan tersebut merupakan kondisi...
a. Inversio uterus
b. Prolaps uterus
c. Ruptur uterus
d. Mioma geburt
e. Atonia Uterus
59
Wanita, 30 tahun, P1A0, sedang memasuki postpartum kala 3. Dilakukan
proses melahirkan plasenta tanpa terlebih dahulu melakukan perasat Kustner.
Penolong persalinan melakukan tarikan secara terburu-buru karena kamar
bersalin sedang banyak ibu yang akan partus. Setelah dilakukan tarikan
didapatkan adanya massa menonjol pada introitus vagina. Tidak teraba
uterus pada palpasi abdomen bawah. Keadaan tersebut merupakan
kondisi...
a. Inversio uterus
b. Prolaps uterus
c. Ruptur uterus
d. Mioma geburt
e. Atonia Uterus
HPP: Inversio Uteri
• Etiologi persalinan yang masif akibat atonia
• Tonus otot rahim lemah uteri yang menyertainya.
• Tekanan/tarikan pada fundus (tekanan• Jenis
intraabdominal, tekanan dengan
tangan, tarikan pada tali pusat) • Complete: fundus uteri terdapat dalam
vagina dengan selaput lendirnya
• Kanalis servikalis yang longgar berada diluar
• Oleh karena servik mendapatkan • Incomplete: fundus hanya menekuk ke
pasokan darah yang sangat banyak dalam dan tidak keluar ostium uteri
maka inversio uteri yang total dapat• Bila uterus yang berputar balik
menyebabkan syok dan memicu keluar dari vulva: inversio prolaps
terjadinya perdarahan pasca
Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri
dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan
menyebabkan inversio uteri
Hemorrhagia Post Partum: Inversio Uteri
• Gejala
• Syok
• Fundus uteri tidak teraba/ teraba lekukan
• Kadang tampak massa merah di vulva
atau teraba massa dalam vagina dengan
permukaan kasar
• Perdarahan

• Terapi
• Atasi syok
• Reposisi dalam anestesi
• Bila plasenta belum lepas: reposisi uterus
baru dilepaskan karena dapat memicu
perdarahan >>
61
Wanita, 22 tahun G2P1A0 usia kehamilan 32 minggu datang ke UGD RS
karena nyeri perut seperti akan melahirkan. Riwayat anak pertama lahir
prematur. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 86 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,3C. Pemeriksaan
abdomen didapatkan TFU 33 cm, letak kepala, his 2x 10’ 35”, DJJ
150x/menit. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 2 cm, ketuban (+).
Dokter berencana untuk melakukan pematangan paru. Di bawah ini
tatalaksana yang benar untuk pematangan paru adalah…
a. Deksametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
b. Deksametason 6 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
c. Betametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali
d. Betametason 12 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali
e. Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
61
Wanita, 22 tahun G2P1A0 usia kehamilan 32 minggu datang ke UGD RS
karena nyeri perut seperti akan melahirkan. Riwayat anak pertama lahir
prematur. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 86 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,3C. Pemeriksaan
abdomen didapatkan TFU 33 cm, letak kepala, his 2x 10’ 35”, DJJ
150x/menit. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 2 cm, ketuban (+).
Dokter berencana untuk melakukan pematangan paru. Di bawah ini
tatalaksana yang benar untuk pematangan paru adalah…
a. Deksametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
b. Deksametason 6 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
c. Betametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali
d. Betametason 12 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali
e. Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
Partus Prematurus Iminens
• POGI (Semarang, 2008): persalinan preterm adalah persalinan yang
terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
• (Wibowo, 1997): Kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20
minggu dan sebelum 37 minggu dengan interval kontraksi 5-8 menit
atau kurang + satu atau lebih tanda berikut:
• Perubahan serviks yang progresif
• Dilatasi serviks 2 cm atau lebih
• Penipisan serviks 80 % atau lebih
Faktor Risiko & Diagnosis PPI
Janin & Plasenta
• Perdarahan trimester I, perdarahan antepartum, KPD, pertumbuhan janin
terhambat, cacat kongenital, gemeli, polihidramnion
Ibu
• DM, preeklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk
uterus, riwayat partus preterm/abortus berulang, inkompetensi serviks,
narkotika, trauma, perokok berat, kelainan imun/rhesus, serviks terbuka >
pada 32 minggu, riwayat konisasi
Kriteria Diagnosis PPI (American College of Obstetricians and Gynecologists, 1997)
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi 4x dalam 20 menit atau 8x dalam 60
menitplus perubahan progresif pada serviks
2. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm
3. Pendataran serviks > 80%
Agen Tokolitik pada Persalinan Preterm
• Most Effective tocolytic drugs:
• Inhibitor prostaglandin sintetase (COX inhibitor): Indometasin
• Antagonis calcium channel : Nifedipin
• Beta Agonis: Terbutalin, Ritodrine
• Less Effective tocolytic drugs:
• Magnesium sulfat
• Antagonis oksitosin: Atosiban
Tokolitik
Obat Dosis Kontraindikasi

Ca antagonis (nifedipin) • optimal nifedipine dosing regimen Calcium channel


for treatment of preterm labor has blockers are
not been established. contraindicated in
• A common approach is to administer an women with known
initial loading dose of 20 to 30 mg hypersensitivity to the
orally, followed by an additional 10 to drugs, hypotension, or
20 mg orally every 3 to 8 hours for up preload-dependent
to 48 hours, with a maximum dose of cardiac lesions and
180 mg/day. should be used with
• Maintenance: 3 x 10 mg caution in women with
heart failure with
reduced ejection
fraction.
Tatalaksana PPI: Tokolitik
Obat Dosis Kontraindikasi
Beta mimetik (terbutalin, ritrodrine, Terbutaline: women with tachycardia-
isoksuprin, salbutamol) 0.25 mg can be administered subcutaneously every sensitive cardiac disease,
20 to 30 minutes for up to four doses or until because of the potent
tocolysis is achieved. Once labor is inhibited, 0.25
mg can be administered subcutaneously every three chronotropic effects of these
to four hours until the uterus is quiescent for 24 drugs, and in women with
hours. poorly controlled
OR hyperthyroidism or diabetes
infusion at 2.5 to 5 mcg/min and increasing by 2.5 mellitus
to 5 mcg/min every 20 to 30 minutes to a maximum
of 25 mcg/min, or until the contractions have
abated. At this point, the infusion is reduced by
decrements of 2.5 to 5 mcg/min to the lowest dose
that maintains uterine quiescence.
Tatalaksana PPI: Tokolitik
Obat Dosis Kontraindikasi

MgSO4 • 6 gram intravenous load over 20 minutes, followed by women with myasthenia gravis,
a continuous infusion of 2 g/hour. myocardial compromise or cardiac
• The infusion rate is titrated based upon assessment of conduction defects because of its
contraction frequency and maternal toxicity. anti- inotropic effects.
• The optimum regimen has not been
determined

Penghambat Indometachin: 50 to 100 mg loading dose (may be given Maternal contraindications to COX
Prostaglandin orally or per rectum), followed by 25 mg orally every four to inhibitors include platelet
(indometasin) six hours dysfunction or bleeding diathesis,
hepatic dysfunction, gastrointestinal
ulcerative disease, renal
dysfunction
Pematangan Paru
• Akselerasi pematangan fungsi • DOC: eritromisin 3 x 500 mg selama
paru janin 3 hari
• Bila usia kehamilan < 35 minggu • Ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari
• Obat: • Klindamisin
• Betametason 2 x 12 mg IM, jarak • Kontra indikasi: amoksiklav risiko
pemberian 24 jam necrotizing enterocolitis
• Deksametason 4 x 6 mg IM, jarak
pemberian 12 jam
• Peningkat surfaktan: thyrotropin
releasing hormone 200 ug IV ATAU
inositol
• Pencegahan infeksi
65
Laki-laki, 34 tahun datang dengan keluhan bercak kemerahan di perutnya
yang terasa gatal sejak 2 minggu yg lalu. Bercak bertambah gatal saat
berkeringat. Dari pemeriksaan status lokalis didapatkan patch eritematosus
dengan central healing. Kerokan dengan KOH 10% ditemukan hifa bersepta.
Apakah terapi yang tepat pada pasien diatas?
a. Itrakonazole 2x100mg/hari selama 2 minggu
b. Terbinafin 5% cream selama 3 bulan
c. Griseofulvin 400 mg/ hari selama 2 minggu
d. Itrakonazole 2x300mg/hari selama 2 minggu
e. Terbinafin 250mg/hari selama 2 minggu
65
Laki-laki, 34 tahun datang dengan keluhan bercak kemerahan di perutnya
yang terasa gatal sejak 2 minggu yg lalu. Bercak bertambah gatal saat
berkeringat. Dari pemeriksaan status lokalis didapatkan patch eritematosus
dengan central healing. Kerokan dengan KOH 10% ditemukan hifa bersepta.
Apakah terapi yang tepat pada pasien diatas?
a. Itrakonazole 2x100mg/hari selama 2 minggu
b. Terbinafin 5% cream selama 3 bulan
c. Griseofulvin 400 mg/ hari selama 2 minggu
d. Itrakonazole 2x300mg/hari selama 2 minggu
e. Terbinafin 250mg/hari selama 2 minggu
DERMATOFITOSIS
Keyword:
• Trichophyton
• Epidermophyton
• Microsporum
• Tepi aktif, central healing
• KOH: hifa panjang bersekat.
TIDAK ADA ragi
Fluoresensi Diagnosis

Fluoresensi merah bata Eritrasma

Fluoresensi kuning
Tinea capitis
kehijauan

Fluoresensi putih Vitiligo

Fluoresensi kuning
Pitiriasis versikolor
keemasan
Luka + kolonisasi
Fluoresensi kebiruan
Pseudomonas
TINEA KORPORIS
• Etiologi tersering = T. rubrum.
• Manifestasi Klinis :
• Gatal terutama saat
beraktivitas/berkeringat
• Pemeriksaan fisik :
• Mengenai kulit berambut halus
• Lesi batas tegas, polisiklik,
tepi(pinggir) aktif, normal di
tengah (central healing), dan
lesi tepi polimorfi (eritema,
skuama, dan kadang papul
dan vesikel di tepi.)
TINEA
Pemeriksaan Penunjang :
• Pemeriksaan mikroskop dan KOH 20% (Kulit dan Kuku) 10% (Kepala) :
tampak hifa panjang dan atau artrospora.
• Spesimen pada tinea kapitis dapat dilakukan dengan:
• Mencabut rambut.
• Menggunakan skalpel untuk mengambil rambut dan skuama.
• Menggunakan swab (untuk kerion) atau menggunakan cytobrush.
• Pengambilan sampel terbaik di bagian tepi lesi.
• Lampu Wood : berfluoresensi kuning kehijauan pada tinea kapitis yang
disebabkan oleh Microsposrum spp. (kecuali M.gypsium).
TINEA
• Pemeriksaan mikroskop Tinea Kapitis:
• Ektotriks : arthroconidia kecil/besar membentuk lapisan di sekitar
batang rambut, atau
• Endotriks : arthroconidia di dalam batang rambut.
• Kultur terbaik dengan agar Sabouraud plus Kultur terbaik
dengan agar Sabouraud plus (Mycosel , Mycobiotic ) →
pada suhu 28C selama 1-4 minggu (bila dihubungkan
dengan pengobatan, kultur tidak harus selalu dikerjakan
kecuali pada tinea unguium)
TINEA
• Tatalaksana
TATALAKSANA DERMATOFITA
DERMATOFITA DO
C Kapitis
Tinea • Perlu terapi sistemik untuk mencapai folikel rambut
• Griseofulvin : DOC sp Microsporum maupun Trichophyton
• Terbinafin: DOC sp Trichophyton
• Griseofulvin merupakan DOC jika spesies penyebab tinea kapitis tidak
jelas
Tinea manum, Tinea • Terapi utama adalah topikal: topikal azole, alt. topikal azol
pedis • DOC sistemik: Terbinafin, itrakonazol, flukonazol
• Griseovulfin kurang efektif dan butuh waktu yang lebih panjang
Tinea barbae • Butuh terapi sistemik untuk mencapai folikel rambut
• DOC: griseovulfin/ Terbinafin selama 2-4 minggu; alternatif:
itrakonazol, flukonazol
Tinea facialis, Tinea • Mengenai struktur kulit superfisial → terapi topikal adalah yg utama
korporis, tinea kruris • DOC sistemik: terbinafin, alternatif griseofulvin, itraconazole,

Tinea Unguium • Oral lebih baik dibanding topikal


• DOC: Terbinafin; alternatif itrakonazole
TINEA KORPORIS DAN KRURIS
Tatalaksana minggu) → hingga klinis membaik
dan hasil pemeriksaan laboratorium
• Topikal: negatif
• DOC : golongan alilamin (krim Alternatif: (urutan berdasarkan
terbinafin, butenafin) 1x/hari (1-2 prioritas)
minggu) • Griseofulvin 500 mg/hari atau 10-
Alternatif: 25 mg/kgBB/hari PO (2-4 minggu)
• Gol. azol : krim mikonazol, • Ketokonazol 200 mg/hari
ketokonazol, klotrimazol 2x/hari (4- • Itrakonazol 2x100 mg/hari (2
6 minggu) minggu)
• Sistemik → Lesi kronik, luas, atau
sesuai indikasi. Obat pilihan:
• Terbinafin 1x250 mg/hari PO (2
68
Wanita, 34 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan keputihan yang sudah
dirasakan dalam 1 minggu ini. Keluhan berwarna putih keabuan disertai bau
amis dan terkadang gatal. Pasien belum menikah dan mengaku memiliki
banyak pacar. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan clue cell (+), KOH (-
), tidak didapatkan luka lecet. Apakah terapi yang tepat pada pasien
diatas?
a. Cefixime 400 mg single dose
b. Ceftriaxone 250 mg im
c. Metronidazole 2x600 mg
d. Metronidazole 2 gram single dose
e. Klindamisin 2x400 mg
68
Wanita, 34 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan keputihan yang sudah
dirasakan dalam 1 minggu ini. Keluhan berwarna putih keabuan disertai bau
amis dan terkadang gatal. Pasien belum menikah dan mengaku memiliki
banyak pacar. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan clue cell (+), KOH (-
), tidak didapatkan luka lecet. Apakah terapi yang tepat pada pasien
diatas?
a. Cefixime 400 mg single dose
b. Ceftriaxone 250 mg im
c. Metronidazole 2x600 mg
d. Metronidazole 2 gram single dose
e. Klindamisin 2x400 mg
VAGINITIS DIFFERENTIATION
BAKTERIAL VAGINOSIS
• Kausa: Gardnerella vaginalis (tersering)
• Inkubasi: Beberapa hari-4 minggu
• Klinis:
• Sekret homogen, putih keabuan, tidak terlalu
banyak, melekat pada dinding vagina, tanda
radang (-), bau amis (esp setelah senggama)
• pH>4,5
• Sediaan basah (larutan Saline)→ ditemukan Clue
Cells
• bakteri menempel pada dinding sel
• Whiff/amine test (+)
• Bau amis bila sekret ditetesi larutan KOH
• Gold standard: Pemeriksaan Gram
Prinsip terapi
• Asimptomatik → tidak perlu• Pasien dianjurkan untuk tidak
terapi mengkonsumsi alkohol selama
• DOC: Metronidazole pengobatan dengan
• Metronidazole 2 x 500 mg p.o metronidazol berlangsung
selama 7 hari sampai 48 jam sesudahnya
• Metronidazole 2 gram p.o single untuk menghindari disulfiram-
dose like reaction
• Alternatif : Klindamisin 2x300
mg/hari p.o selama 7 hari

PPK PERDOSKI 2017


76
Anak perempuan, 5 tahun, datang ke puskesmas diantar bersama ibunya
dengan keluhan keluar cairan yang berbau dari lubang kecil di depan daun
telinga sejak 1 minggu yang lalu. Ibu pasien mengatakan bahwa sebelumnya
pasien pernah mengalami keluhan seperti ini, namun belum pernah diobati
sebelumnya. Kemungkinan diagnosis pasien ini adalah...
a. OMA
b. OM efusi
c. Otitis eksterna difusa
d. Fistel preauricular
e. OMSK
76
Anak perempuan, 5 tahun, datang ke puskesmas diantar bersama ibunya
dengan keluhan keluar cairan yang berbau dari lubang kecil di depan daun
telinga sejak 1 minggu yang lalu. Ibu pasien mengatakan bahwa sebelumnya
pasien pernah mengalami keluhan seperti ini, namun belum pernah diobati
sebelumnya. Kemungkinan diagnosis pasien ini adalah...
a. OMA
b. OM efusi
c. Otitis eksterna difusa
d. Fistel preauricular
e. OMSK
FISTULA PREAURIKULA
• Sering karena kelainan kongenital
• Di depan tragus → muara kelenjar sebasea
• Tidak mengganggu, kecuali terjadi infeksi
• Pemeriksaan: fistulografi
• Komplikasi:
• Fistula terinfeksi
• (+) Tanda radang
• Cairan purulen
• Tx: antibiotik sistemik
FISTULA PREAURIKULA
– Abses preaurikula
• Obstruksi fistel oleh massa
fluktuasi di dalamnya
• (+) tanda radang
• Tx: insisi drainase
77
Seorang laki-laki, 55 tahun, datang ke poliklinik RS dengan keluhan pusing
berputar sejak 30 menit yang lalu. Keluhan pusing berputar dirasakan selama
10-30 detik. Keluhan dirasakan memberat saat pemeriksaan membuka mata
dan pada saat merubah posisi kepala. Pasien juga mengeluh mual dan
muntah sehingga pasien sulit untuk menjadi tidak mau makan. TTV dalam
batas normal. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien untuk
menegakkan diagnosis adalah...
a. Tes Romberg 

b. Tes Dix hallpike 

c. Tes epley maneuver 

d. Tes nystagmus
e. Tes gliserin
77
Seorang laki-laki, 55 tahun, datang ke poliklinik RS dengan keluhan pusing
berputar sejak 30 menit yang lalu. Keluhan pusing berputar dirasakan selama
10-30 detik. Keluhan dirasakan memberat saat pemeriksaan membuka mata
dan pada saat merubah posisi kepala. Pasien juga mengeluh mual dan
muntah sehingga pasien sulit untuk menjadi tidak mau makan. TTV dalam
batas normal. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien untuk
menegakkan diagnosis adalah...
a. Tes Romberg 

b. Tes Dix hallpike 

c. Tes epley maneuver 

d. Tes nystagmus
e. Tes gliserin
BPPV
BPPV (Benign paroxysmal positional vertigo) → Vertigo berhubungan perubahan
posisi kepala → kanalithiasis di kanalis semisirkularis.

Parasat Dix hallpike → provokasi respon nistagmus, respon vertigo → bila Respon
+,dapat dilanjutkan CRT ( canalith repositioning Treatment)

Tujuan CRT → mendorong batu ke utrikulus


CRT/ EPLEY
MANUVER
Epley manuver adalah
untuk menginduksi
migrasi kanalit dengan
menggunakan manuver
kepala
Brandt-Daroff
• Metode latihan Brandt-Daroff adalah metode rehabilitasi untuk
kasus BPPV yang dapat dilakukan di rumah.
• Secara fisiologis, BD berperan dalam proses adaptasi sistem vestibular
dan reposisi otolit.
Farmakologis
• Betahistin 3x6 mg/12 mg
• Flunarizine 2x5 mg
• Dipenhidramine 4x25 mg/50 mg
• Dimenhidrinat 4x25 mg/50 mg
• Siklizin 4x50 mg
78
• Seorang perempuan usia 25 tahun datang ke Klinik Cahaya Medika
dengan keluhan pendengaran berkurang yang makin lama makin berat.
Pasien cenderung bisa mendengar lebih baik apabila berada di tempat
yang ramai. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang berupa CT
Scan. Hasil pemeriksaan Ct scan menunjukan adanya kalsifikasi dari
capsula ottica. Apa tatalaksana yang tepat untuk pasien ini?
a. mastoidektomi
b. miringotomi

c. stapedektomi
d. miringoplasty
e. craniotomy
78
• Seorang perempuan usia 25 tahun datang ke Klinik Cahaya Medika
dengan keluhan pendengaran berkurang yang makin lama makin berat.
Pasien cenderung bisa mendengar lebih baik apabila berada di tempat
yang ramai. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang berupa CT
Scan. Hasil pemeriksaan Ct scan menunjukan adanya kalsifikasi dari
capsula ottica. Apa tatalaksana yang tepat untuk pasien ini?
a. mastoidektomi
b. miringotomi

c. stapedektomi
d. miringoplasty
e. craniotomy
OTOSKLEROSIS
• Usia muda
• Perempuan lebih sering
• Bilateral
• Idiopatik, masalahnya tidak diketahui → di tulang pendengaran
(spongiosis/ sklerosis pada tulang stapes)
• TULI KONDUKTIF
• Tuli nada rendah
OTOSKLEROSIS
• Gejala:
• Penurunan pendengaran progresif
• Tinitus dan vertigo
• Paracusis wilisi → pendengaran lebih baik di ruangan bising
• Flamingo/ blush sign → membran timpani kemerahan
• Schwarte sign → akibat pelebaran pembuluh darah pada
promontorium
o Terapi :
• Stapedektomi, stapes diganti bahan prostesa
• Pemberian Alat Bantu Dengar (ABD)
PRESBIAKUSIS
• Usia tua, >65 tahun
• Simetris kanan dan kiri
• Degeneratif, kerusakan pada struktur koklea (kekakuan koklea) dan
nervus 8 (vestibulokoklearis)
• TULI SENSORINEURAL
• Tuli nada tinggi → dimulai dari frekuensi 1000 Hz
• Gejala:
• Tinitus
• Cocktail party deafness → tidak bisa mendengar di tempat ramai
• Tatalaksana: Alat bantu dengar
79
Laki-laki, 40 tahun, berobat ke puskesmas dengan keluhan hidung tersumbat
sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan disertai adanya lendir kuning kental yang
mengalir di tenggorok dan napas berbau. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konka hidung edema, hiperemis dan secret kental kehijauan di
daerah meatus nasi media. Apakah pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis?
a. Rontgen foto schuller
b. Rontgen foto waters
c. Rontgen foto thorax
d. CT scan brain
e. MRI nasofaring
79
Laki-laki, 40 tahun, berobat ke puskesmas dengan keluhan hidung tersumbat
sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan disertai adanya lendir kuning kental yang
mengalir di tenggorok dan napas berbau. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konka hidung edema, hiperemis dan secret kental kehijauan di
daerah meatus nasi media. Apakah pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis?
a. Rontgen foto schuller
b. Rontgen foto waters
c. Rontgen foto thorax
d. CT scan brain
e. MRI nasofaring
SINUSITIS
•Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus paranasal, dapat
terbentuk nanah mengendap di sinus
•Terdapat 4 sinus paranasal:
1. sinus maksila
2. sinus frontal
3. sinus etmoid
4. sinus sfenoid
•Etiologi : rinitis, polip, kelainanan anatomi hidung, gangguan
silia, infeksi gigi, kelainan imunologik, infeksi tonsil
Gejala Sinusitis
Fungsi sinus:
- menjaga suhu hidung
- produksi sekret bila ada
peradangan
Berdasarkan waktu:
- AKUT → <4 minggu
- SUBAKUT → 4 minggu- 3 bulan
- KRONIK → > 3 bulan
SINUSITIS
Gejala akut:
• Hidung tersumbat
• Nyeri di muka
• Frontal → kepala depan/ dahi
• Etmoid → kantus media/ dekat mata dan hidung
• Sphenoid → tidak spesifik; belakang mata/ kepala (seluruh kepala), saat
bungkuk, verteks
• Maksila → pipi, nyeri alih ke gigi/ gusi
• Sekret purulen
• Post nasal drip → cairan mengalir dari hidung ke tenggorokan
SINUSITIS
Gejala kronik:
• Nyeri kepala kronik → sinus headache
• Serangan asma meningkat
• Sumbatan kronik tuba → gangguan telinga
• Sinobronkhitis
• Bronkiektasis
Pemeriksaan Sinusitis
1. Rhinoskopi
– Anterior → pembesaran konka? hiperemis? sekret?
– Posterior → post nasal drip? sekret di nasofaring?
2. Transiluminasi
– Pemberian cahaya di rongga sinus besar (maksila dan frontal)
– Bila tidak ada fasilitas foto/ CT scan
– Tersebar rata dan terang → sekret (-)
– Redup, (-) cahaya → sekret (+) → SINUSITIS
Pemeriksaan Sinusitis
3. Xray
– Foto posisi walter → rontgen sinus frontal dan maksila
– Foto posisi caldwell → rontgen sinus etmoid dan frontal
– Dijumpai : AIR FLUID LEVEL (cairan numpuk di bawah)
4. CT scan sinus paranasal
– Pada sinusitis kronik
– Rencana operasi
– Dijumpai → HIPERDENS (putih) di sinus
– GOLD STANDAR, potongan coronal
Tatalaksana Sinusitis
SINUSITIS AKUT
- Dekongestan (lokal, sistemik)
- Antibiotik sistemik broad-spectrum
- Simptomatis (mukolitik bila ada PND>>)
SINUSITIS KRONIK
- Antibiotik sistemik 4-8 minggu
- Irigasi sinus: KAAK SPOELING
- Operasi:
- Caldwell-luc (luc operation)
- FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery)
80
Pasien perempuan, 28 tahun, berobat ke poliklinik RS dengan keluhan hidung
tersumbat lebih dari 4 hari dalam seminggu selama 3 bulan berturut-turut.
Keluhan ini disertai bersin lebih dari 5 kali tiap pagi atau saat terkena debu,
tapi tidak sampai menganggu aktivitas. Terdapat riwayat alergi seafood.
Pada pemeriksaan fisik terlihat konka hipertrofi livid dengan sekret putih
banyak. Diagnosis pasien adalah...
a. Rhinitis alergi persisten ringan 

b. Rhinitis intermitten ringan
c. Rhinitis alergi persisten sedang berat
d. Rhinitis vasomotor 

e. Rhinitis alergi intermiten sedang berat
80
Pasien perempuan, 28 tahun, berobat ke poliklinik RS dengan keluhan hidung
tersumbat lebih dari 4 hari dalam seminggu selama 3 bulan berturut-turut.
Keluhan ini disertai bersin lebih dari 5 kali tiap pagi atau saat terkena debu,
tapi tidak sampai menganggu aktivitas. Terdapat riwayat alergi seafood.
Pada pemeriksaan fisik terlihat konka hipertrofi livid dengan sekret putih
banyak. Diagnosis pasien adalah...
a. Rhinitis alergi persisten ringan 

b. Rhinitis intermitten ringan
c. Rhinitis alergi persisten sedang berat
d. Rhinitis vasomotor 

e. Rhinitis alergi intermiten sedang berat
RHINITIS ALERGI
- Pemeriksaan fisik:
- Adanya riwayat atopi (+)
- Rinoskopi anterior : Lividae (pucat)
- Gejala:
- Bersin-bersin - Skin prick test (+)
- Hidung gatal - Di lengan bawah disuntikkan
- Lakrimasi alergen di subkutan (ruam urtika)
- Rinorea
- Hidung tersumbat - Pemeriksaan penunjang:
- IgE total dan spesifik meningkat
- Hitung jumlah eosinofil meningkat
RHINITIS ALERGI
- Gejala spesifik:
- Alergic shinner → panda eyes (bawah mata gelap dan cekung), akibat stasis
vena oleh karena obstruksi
- Alergic sallute → suka menggosok-gosok hidung
- Alergic crease → garis melintang kehitaman di 1/3 bawah dorsum nasi
RHINITIS ALERGI
- Fascies adenoid → karena mulut sering terbuka
- Geographic tongue → gambaran seperti pulau pulau
- Coblestone appearance → dinding post faring granuler dan edema
RHINITIS ALERGI
- Klasifikasi:
- Berdasarkan sifat berlangsungnya
- INTERMITTEN → gejala ≤ 4 hari/ minggu atau ≤ 4 minggu
- PERSISTEN → gejala > 4 hari/ minggu atau > 4 minggu
- Berdasarkan beratnya gejala
- RINGAN → tidak ada gangguan tidur, aktivitas harian,
belajar, bekerja, dll..
- SEDANG-BERAT → ada gangguan tidur, aktivitas harian,
belajar, bekerja, dll..
RHINITIS ALERGI
- Tatalaksana:
- Golongan bersin-bersin → antihistamin, steroid topikal
- Golongan rinorea → antikolinergik topikal
- Golongan hidung tersumbat → steroid topikal, vasokonstriktor
lokal
81
Pasien laki-laki datang dengan keluhan hidung buntu. Keluhan ini sudah lama
dirasakan, tapi saat ini makin terasa menganggu. Terdapat riwayat keluhan
hidung tersumbat hilang timbul dan bersin-bersin, terutama pagi hari. Saat
dilakukan pemeriksaan, didapatkan massa warna pucat bertangkai, massa
menutupi sebagian besar hidung. Diagnosa pasien ini adalah...
a. polip hidung grade I 

b. polip hidung grade II 

c. polip hidung grade III 

d. polip hidung grade IV
e. polip hidung grade V
81
Pasien laki-laki datang dengan keluhan hidung buntu. Keluhan ini sudah lama
dirasakan, tapi saat ini makin terasa menganggu. Terdapat riwayat keluhan
hidung tersumbat hilang timbul dan bersin-bersin, terutama pagi hari. Saat
dilakukan pemeriksaan, didapatkan massa warna pucat bertangkai, massa
menutupi sebagian besar hidung. Diagnosa pasien ini adalah...
a. polip hidung grade I 

b. polip hidung grade II 

c. polip hidung grade III 

d. polip hidung grade IV
e. polip hidung grade V
POLIP NASI
• Massa lunak bertangkai, permukaan licin, putih keabu-abuan
• Infeksi kronik pada mukosa hidung
• Pencetus: infeksi saluran nafas berulang, alergi
• Meatus media
• Berasal dari sinus ethmoid
• Berasal dari sinus maksilaris, tumbuh ke arah belakang dan membesar
ke arah nasofaring → Polip antrokoana
POLIP NASI
• Gejala: • Pemeriksaan:
• hidung tersumbat – massa bertangkai
• rinorea (jernih sampai purulen)
– keabu-abuan, mirip kolang
• hiposmia/ anosmia
kaling
• nyeri pada hidung
– permukaan licin, kenyal
• bernafas dari mulut
• suara sengau – mudah digerakkan pada
• halitosis meatus media
• gangguan tidur
Bedakan polip dan koana?

POLIP KOANA
- keabu-abuan - kemerahan
- tidak nyeri - nyeri bila ditekan
- tampon epinefrin - tampon epinefrin
→ tidak menciut → menciut
POLIP NASI
• STADIUM:
“Mackay & Lund”
• 1 → Terbatas di meatus media
(belum keluar)
• 2 → sudah keluar, menutupi ½
cavum nasi
• 3 → masif, menutupi seluruh
cavum nasi sampai keluar dari
nares anterior
POLIP NASI
• TATALAKSANA
• Stadium 1 → Kortikosteroid intra nasal
• Fluticasone 2x200 mcg
• Budesonide 2x200 mcg
• Mometason 1x280 m
• Stadium 2-3 → Operatif
• Polipektomi
• Etmoidektomi intranasal → sinus etmoid
• Operasi caldwell-luc → sinus maxila (tembus gusi atas malar 2-3)
• ESS (Endoscopic Sinus Surgery)
82
Seorang laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada leher sejak 2
hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri menelan sehingga pasien tidak dapat
makan dan minum, mulut tidak bisa terbuka dan demam. Pada pemeriksaan
tanda vital, TD: 120/90 nadi: 90x/m, RR: 24x/m. Pemeriksaan fisik
didapatkan tonsil t1-t4, hiperemis dan edema, peritonsil hiperemis dan
edema, uvula ke arah kanan, faring tidak dapat di evaluasi. Diagnosis
pasien?
a. Abses retrofaring 

b. Abses quisy 

c. Absel bukal 

d. Abses parafaring 

e. Abses submandibular 

82
Seorang laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada leher sejak 2
hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri menelan sehingga pasien tidak dapat
makan dan minum, mulut tidak bisa terbuka dan demam. Pada pemeriksaan
tanda vital, TD: 120/90 nadi: 90x/m, RR: 24x/m. Pemeriksaan fisik
didapatkan tonsil t1-t4, hiperemis dan edema, peritonsil hiperemis dan
edema, uvula ke arah kanan, faring tidak dapat di evaluasi. Diagnosis
pasien?
a. Abses retrofaring 

b. Abses quisy 

c. Absel bukal 

d. Abses parafaring 

e. Abses submandibular 

ABSES PERITONSIL
• Komplikasi dari tonsilitis akut
• Infiltrasi supuratid pada bagian superior dan lateral fossa
tonsilaris sehingga palatum mole membengkak
• Stadium infiltrat : edema dan hiperemis peritonsil dan
palatum mole sehingga mendorong tonsil dan uvula ke
kontralateral.
• Biasanya UNILATERAL
ABSES PERITONSIL
• Gejala: • Pemeriksaan fisik:
• Demam – TRIAS QUINSY:
• Malaise – Tonsil membesar unilateral
• Nyeri tenggorokan (biasa – Palatum, mole edema
1 sisi lebih berat)
• Disfagia – hiperemis
• Otalgia – mendorong tonsil ke kontralateral
– uvula terdorong ke kontralateral
– trismus
– drooling saliva (ngences)
– Hot potato voice (vokal bulat)
– halitosis
ABSES PERITONSIL
• Komplikasi:
• Abses pecah: perdarahan, emfisema
• Penyebaran ke ruang leher dalam lainnya
• mediastinitis
• Intrakranial: meningitis dan abses otak
INFILTRAT PERITONSIL
• Satu tahap sebelum terjadinya abses
• Jumlah pus belum banyak dan terlokalisir
• Tidak ada fluktuasi
• Komplikasi tonsilitis yang tidak diobati sempurna
• Gejala:
• Pemeriksaan fisik:
• nyeri menelan
• hipersalivasi – palatum mole edema
• trismus ringan – uvula bergeser
Tatalaksana Abses Peritonsil
• Antibiotik (Penisilin, Ampisilin)
• Obat kumur, gargarisma
• Simptomatis
• Insisi drainase : pada abses
• Punksi : ada pus di tonsil
83
Seorang anak usia 8 tahun datang dengan keluhan penurunan pendengaran
telinga kanan sejak beberapa hari terakhir ini. Riwayat OMA (-) dan riwayat
keluar cairan dari telinga sebelumnya (-). Pada pemeriksaan didapatkan
adanya cerumen. Hasil pemeriksaan garpu tala didapatkan rinne (+) kanan,
Weber lateralisasi ke kanan, swabach memanjang. Apakah jenis ketulian yang
dialami pasien?
a. Tuli Konduksi 

b. Tuli Campuran 

c. Tuli Sensorineural 

d. Tuli akibat bising 

e. Tuli kongenital 

83
Seorang anak usia 8 tahun datang dengan keluhan penurunan pendengaran
telinga kanan sejak beberapa hari terakhir ini. Riwayat OMA (-) dan riwayat
keluar cairan dari telinga sebelumnya (-). Pada pemeriksaan didapatkan
adanya cerumen. Hasil pemeriksaan garpu tala didapatkan rinne (+) kanan,
Weber lateralisasi ke kanan, swabach memanjang. Apakah jenis ketulian yang
dialami pasien?
a. Tuli Konduksi 

b. Tuli Campuran 

c. Tuli Sensorineural 

d. Tuli akibat bising 

e. Tuli kongenital 

Serumen Obturans
• Hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit
yg terlepas, dan partikel debu
• Letaknya: 1/3 luar telinga
Serumen Obturans
• Warna kuning kecoklatan
• Gejala:
• Tuli konduktif
• Rasa penuh di telinga
• Nyeri telinga
• Tinitus
• Otoskopi: massa kanalith berwarna hitam di liang telinga
• Ada 2 jenis serumen: kering dan basah
Serumen Obturans
• Serumen lembek → dibersihkan dengan kapas yg dililitkan pada
pelilit kapas
• Serumen keras → dikeluarkan dengan pengait atau kuret → hook
(runcing), loop (kaca serumen). Apabila tidak bisa, maka dilunakkan
dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari (seruminolitik)
• Serumen yg sudah terlalu jauh terdorong ke dalam liang telinga
dikeluarkan dengan irigasi air hangat/ spooling NaCl 0,9% yg suhunya
sesuai dengan suhu tubuh → pastikan tidak ada perforasi pada
membran timpani dan tinnitus
Tes Garpu Penala
1. RINNE TEST
• menilai bone conduction dan air
conduction
2. WEBER TEST
• menilai bone conduction kiri dan
kanan
3. SWABACH TEST
• membandingkan bone conduction
pasien dan pemeriksa
Tes Penala
84
Pasien laki-laki, 50 tahun datang dengan keluhan perdarahan dari hidung 2
jam yang lalu. Keluhan pasien ini disertai dengan riwayat adanya hidung
tersumbat dan berbau sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan
adanya benjolan di leher. Benjolan tidak terasa nyeri. Saat rinoskopi anterior
terlihat massa. Apakah penyebab kelainan pada pasien?
a. merokok 

b. nitrosamin 

c. infeksi 

d. makanan pengawet 

e. Alergi 

84
Pasien laki-laki, 50 tahun datang dengan keluhan perdarahan dari hidung 2
jam yang lalu. Keluhan pasien ini disertai dengan riwayat adanya hidung
tersumbat dan berbau sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan
adanya benjolan di leher. Benjolan tidak terasa nyeri. Saat rinoskopi anterior
terlihat massa. Apakah penyebab kelainan pada pasien?
a. merokok 

b. nitrosamin 

c. infeksi 

d. makanan pengawet 

e. Alergi 

Ca Nasofaring (NPC)
- Sering pada usia tua
- Massa berbenjol, permukaan tidak rata, batas tidak tegas pada
nasofaring
- Faktor resiko:
- Infeksi virus epstein bar
- Merokok
- Ikan asin
- Zat karsinogenik lain
Ca Nasofaring (NPC)
- Gejala:
- NASOFARING
- Epistaksis → masif, deras dan berulang → massa menekan arteri
sphenopalatina di nasofaring
- Hidung tersumbat → massa menekan konka dan meatus anterior
- TELINGA
- Tinitus dan otalgia → massa menekan tuba eustachius
- MATA DAN SARAF
- Diplopia → massa menekan N.III, IV, VI dan V
- METASTASIS
- Pembesaran leher, benjolan unilateral/ bilateral → KGB
supraklavikula dan axila
85
Seorang pria datang ke IGD diantar teman-temannya karena keluar
darah dari lubang hidung kiri sejak setengah jam SMRS. Pada
pemeriksaan rhinoskopi ditemukan bahwa perdarahan aktif dari bagian
septum nasi anterior dan tidak didapatkan darah pada segmen
posterior hidung. Dari manakah sumber perdarahan pada kasus diatas?
a. Plexus Kiesselbach 

b. Arteri spenopalatina 

c. Arteri palatina major 

d. Arteri ehtmoidalis
e. Arterimaxillaris 

85
Seorang pria datang ke IGD diantar teman-temannya karena keluar
darah dari lubang hidung kiri sejak setengah jam SMRS. Pada
pemeriksaan rhinoskopi ditemukan bahwa perdarahan aktif dari bagian
septum nasi anterior dan tidak didapatkan darah pada segmen
posterior hidung. Dari manakah sumber perdarahan pada kasus diatas?
a. Plexus Kiesselbach 

b. Arteri spenopalatina 

c. Arteri palatina major 

d. Arteri ehtmoidalis
e. Arterimaxillaris 

EPISTAKSIS
EPISTAKSIS ANTERIOR EPISTAKSIS POSTERIOR

• Perdarahan dari A. • Perdarahan dari A.


Eithmoidalis anterior atau Eithmoidalis posterior
pleksus kisselbach atau A. Sphenopalatina
• Sering timbul spontan • FR: Hipertensi, penyakit
tanpa penyebab atau kardiovaskular
diawali trauma maupun
infeksi lokal • Terapi: Tampon
• Terapi: Tampon anterior Bellocq/posterior 2-3
2x24 jam hari
Nasal kateter – epistat/xomed,
Nasal tampon merocel/ netcel sponge/ Rol tampon
PEMBAHASAN TRY OUT ONLINE BIMBINGAN BELAJAR UKMPPD KLINIK UKDI

plexus Kiesselbach ( Littles area) di septum nasal: arteri


Sfenopalatina, arteri Palatina Mayor, arteri etmoidalis anterior,
dan arteri Labialis Superior.
EPISTAKSIS
• Kegawatan THT
• Berdasarkan sumber perdarahan, dibagi menjadi:
• Epistaksis anterior → biasanya ringan, dari pleksus Kisselbach atau a.
etmoidalis anterior
• Epistaksis posterior → biasanya lebih hebat, jarang berhenti sendiri, dari a.
etmoidalis posterior atau a. sfenopalatina
• Sering terjadi pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis, atau penyakit
kardiovaskular
EPISTAKSIS
Tatalaksana :
• Tentukan sumber perdarahan (tampon adrenalin, lalu identifikasi
sumber perdarahan)
• Anterior (biasanya berhenti sendiri) → Metode Trottler
• Tekan hidung dari luar 10-15 menit
• Kaustik AgNO3 25-30%
• Tampon anterior dari kassa dan vaselin/salep antibiotik (2-4 buah) selama 2
x 24 jam
• Posterior → tampon Bellocq selama 2-3 hari
• Rawat inap karena resiko hipoventilasi & desaturasi
86
Anak perempuan berusia 10 tahun, keluhan mata buram sejak 6 bulan yang
lalu. Keluhan disertai mata lelah dan diperberat dengan melihat komputer
durasi lama. Pasien tidak ada riwayat menggunakan kacamata sebelumnya.
Pada hasil pemeriksaan: mata kiri visus 6/15 dikoreksi S- 0,75 menjadi 6/6,
mata kanan visus 4/50 dikoreksi S- 5.00 menjadi 6/6. Apa diagnosa pasien
tersebut?
a. Hipermetropia 

b. Miopia berat 

c. Miopia ringan 

d. Anisometropia 

e. Astigmatisma
86
Anak perempuan berusia 10 tahun, keluhan mata buram sejak 6 bulan yang
lalu. Keluhan disertai mata lelah dan diperberat dengan melihat komputer
durasi lama. Pasien tidak ada riwayat menggunakan kacamata sebelumnya.
Pada hasil pemeriksaan: mata kiri visus 6/15 dikoreksi S- 0,75 menjadi 6/6,
mata kanan visus 4/50 dikoreksi S- 5.00 menjadi 6/6. Apa diagnosa pasien
tersebut?
a. Hipermetropia 

b. Miopia berat 

c. Miopia ringan 

d. Anisometropia 

e. Astigmatisma
AMBLIOPIA
• Lazy eye
• Dikoreksi dengan lensa ukuran berapapun, tidak akan mencapai tajam
penglihatan normal
• Unilateral
• Penyebab: kurang rangsangan ekstraneural

ANISOMETROPIA
• Perbedaan kanan dan kiri:
– ≥ 2 D → miopia
– ≥ 1,5 D → hipermetropia
87
Seorang laki-laki 35 tahun mengeluhkan penurunan tajam penglihatan pada
mata kanan secara mendadak. Mata merah dan terasa nyeri hebat. Pasien
juga mengalami nyeri kepala disertai muntah. Pada pemeriksaan didapatkan
injeksi konjuntiva serta injeksi silier, terdapat edema kornea, serta tekanan
intraokular meningkat pada palpasi. Tampak sudut bilik mata depan dangkal.
Obat apa yang tidak boleh diberikan?
a. Pilocarpin 

b. Atropin 

c. Timolol 

d. Asetazolamid 

e. Manitol 

87
Seorang laki-laki 35 tahun mengeluhkan penurunan tajam penglihatan pada
mata kanan secara mendadak. Mata merah dan terasa nyeri hebat. Pasien
juga mengalami nyeri kepala disertai muntah. Pada pemeriksaan didapatkan
injeksi konjuntiva serta injeksi silier, terdapat edema kornea, serta tekanan
intraokular meningkat pada palpasi. Tampak sudut bilik mata depan dangkal.
Obat apa yang tidak boleh diberikan?
a. Pilocarpin 

b. Atropin 

c. Timolol 

d. Asetazolamid 

e. Manitol 

Glaukoma
• Penyakit saraf mata yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan bola mata.
• Akibat produksi dan sekresi aquous humor tidak seimbang
• TRIAS:
• Peningkatan tekanan intraokuler (TIO normal: 10-21
mmHg)
• Pencekungan diskus optikus (saraf penglihatan) →
penglihatan kabur
• Penyempitan lapangan pandang (tunnel vision)
Klasifikasi Glaukoma
GLAUKOMA PRIMER
1. SUDUT TERBUKA
• Penyumbatan di jaringan
trabekular → aliran terganggu
→ aquas humor terjebak di COA
• bersifat kronis
• COA dalam
• TIO 50-70 mmHg
• Gejala: penyempitan lapangan
pandang perlahan
Klasifikasi Glaukoma
GLAUKOMA PRIMER
2. SUDUT TERTUTUP
• Produksi aquous humor terlalu
banyak, iris menutup sudut →
tidak dapat dialirkan
• bersifat akut
• COA dangkal
• TIO 21-23 mmHg
• Gejala: nyeri hebat pada mata
dan kepala, mual muntah, halo
(melihat pelangi), penyempitan
lapangan pandang
Klasifikasi Glaukoma
GLAUKOMA SEKUNDER GLAUKOMA NORMOTENSI
Komplikasi penyakit mata lain • Nervus optikus rusak,
seperti uveitis, hifema, katarak penurunan penglihatan dan
hipermatur, tumor dan penggunaan penyempitan lapangan
steroid berlebih. pandang, namun TIO normal
(<22mmHg)
GLAUKOMA KONGENITAL • Pada glaukoma sudut terbuka
TRIAS: - bofthalmus (mata besar/ kerbau)
- fotosensitif
- mata berair berlebihan
Pemeriksaan
• Tonometri → mengukur TIO (>20
mmHg)
• Funduskopi → menilai diskus optikus:
pembesaran cekungan diskus (Cup disc
ratio > 0,5) dan pemucatan diskus
• Gonioskopi → menitai sudut kamera
anterior (COA)
• Pemeriksaan lapangan pandang
• Perimetri (dengan alat)
• Kampimetri (dengan alat)
• Uji konfrontasi (gerakan tangan)
Tatalaksana
• AKUT (defenitif: IRIDEKTOMI)
• carbonic anhidrase inhibitor : hambat produksi aquous humor
• SISTEMIK → Acetazolamide 500 mg IV atau 4x125-250 mg oral (harus segera diberikan,
efek mulai bekerja 1 jam, puncak 4 jam)
• TOPIKAL → Dorzolamide hydrochloride 2% atau brinzolamide 1% (2-3 kali/hari)
• Betablocker : menurunkan produksi aquous humor
• Timolol maleat 0,25% atau 5%
• Betaxolol 0,25% atau 5%
• Pilokarpin 1-2%: mengecilkan pupil (miotikum) dan memfasilitasi aliran keluar aqueous humor
• setiap menit selama 5 menit. tiap 1 jam selama 24 jam
• mata sebelahnya juga diteteskan
• Diuretik : agen hiperosmolar untuk menurunkan volume vitreus
• Manitol 1,5-2MK/kgBB dalam larutan 20%
• Gliserol 1 gram/kgBB dalam larutan 50%
Tatalaksana
• KRONIS (defenitif: TRABEKULEKTOMI)
• Betablocker : menurunkan produksi aquous humor
• Timolol maleat 0,25% atau 5%
• Betaxolol 0,25% atau 5%
• Analog prostaglandin: memfasilitasi aliran keluar aqueous humor
• Latanoprost 0,005%
• Bimatoprost 0,003%
• Travoprost 0,004%
• 1 kali sehari
88
Seorang perempuan 50 tahun datang ke IGD RSUD Bangkalan Pinang
dengan keluhan pandangan mata kabur sejak 5 jam lalu. Visus OD
5/60 dan OS 5/5. Pasien merasa melihat kilatan cahaya dan
pandangan seperti terhalang tirai. Segmen anterior mata tenang.
Apakah kemungkinan penyebab dari kasus tersebut?
a. Peningkatan tekanan intraokuler 

b. Lapang pandang menyempit 

c. Retina lepas dari tempatnya 

d. Infeksi kornea 

e. Rusaknya saraf optik 

88
Seorang perempuan 50 tahun datang ke IGD RSUD Bangkalan Pinang
dengan keluhan pandangan mata kabur sejak 5 jam lalu. Visus OD
5/60 dan OS 5/5. Pasien merasa melihat kilatan cahaya dan
pandangan seperti terhalang tirai. Segmen anterior mata tenang.
Apakah kemungkinan penyebab dari kasus tersebut?
a. Peningkatan tekanan intraokuler 

b. Lapang pandang menyempit 

c. Retina lepas dari tempatnya 

d. Infeksi kornea 

e. Rusaknya saraf optik 

ABLASIO RETINA
Definition :
• Multilayer neurosensory retina separates from the underlying retinal
pigment epithelium and choroid.
• Retinal detachments can be :
• Rhegmatogenous (caused by a break in the retina; FR : Miopia tinggi
• Nonrhegmatogenous caused by:
• leakage or exudation from beneath the retina [exudative retinal
detachment] → ec HT, CRAO
• Vitreous traction pulling on the retina [traction retinal detachment]) → DM
Retinopati
ABLASIO RETINA
❑ Anamnesis:
• Riwayat trauma
• Riwayat operasi mata
• Riwayat kondisi mata sebelumnya (cth: uveitis, miopia berat)
• Durasi gejala visual & penurunan penglihatan
❑ Gejala & Tanda:
• Fotopsia (kilatan cahaya) → gejala awal yang sering
• Defek lapang pandang → bertambah seiring waktu
• Floaters
ABLASIO RETINA
❑ Funduskopi : adanya robekan retina, retina yang terangkat
berwarna keabuabuan, biasanya ada fibrosis vitreous atau fibrosis
preretinal bila ada traksi. Bila tidak ditemukan robekan
kemungkinan suatu ablasio nonregmatogen
ABLASIO RETINA
❑ Ablasio retina → kegawatdaruratan mata
❑ Tatalaksana awal:
• Puasakan pasien u/ persiapan operasi
• Hindari tekanan pada bola mata
• Batasi aktivitas pasien sampai diperiksa spesialis mata
• Segera konsultasi spesialis retina → konservatif (untuk
nonregmatogen), pneumatic retinopexy, bakel sklera,
vitrektomi tertutup
89
Anak laki-laki berusia 7 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mata
merah dan gatal dialami sejak 4 hari ini. Keluhan sering dirasakan tiap tahun
pada musim panas. Riwayat pengobatan (-). Riwayat atopi keluarga. Pada
pemeriksaan fisik tampak tanda vital normal, pemeriksaan mata tampak
injeksi konjungtiva, giant papillae (+), dan horner-trantas dots (+) pada
limbus. Tatalaksana apa yang tepat diberikan pada pasien dengan kondisi
diatas?
a. Antibiotik 

b. Antiviral 

c. Anti jamur 

d. Antihistamin 

e. Tetes air mata 

89
Anak laki-laki berusia 7 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mata
merah dan gatal dialami sejak 4 hari ini. Keluhan sering dirasakan tiap tahun
pada musim panas. Riwayat pengobatan (-). Riwayat atopi keluarga. Pada
pemeriksaan fisik tampak tanda vital normal, pemeriksaan mata tampak
injeksi konjungtiva, giant papillae (+), dan horner-trantas dots (+) pada
limbus. Tatalaksana apa yang tepat diberikan pada pasien dengan kondisi
diatas?
a. Antibiotik 

b. Antiviral 

c. Anti jamur 

d. Antihistamin 

e. Tetes air mata 

Konjungtivitis Vernal
• spring catarrh/seasonal
conjunctivitis/warm weather conjunctivitis
• Sering pada: anak-anak, alergi debu,
angin, dll..
• Pemeriksaan fisik:
• Tantras dots (di limbus)
• Cobblestone/ papil raksasa/ giant
papil (di konjungtiva tarsal)
Tatalaksana Konjungtivitis
1. VIRUS selain herpes → Artificial tears
2. BAKTERI selain GO → Kloramfenikol, Gentamisin
topikal
3. VERNAL →
1. Sel mast stabilizer → Natrium kromoglikat 2%, sodium kromolin
2. Anti histamin
3. Steroid topikal
4. Artificial tears → Tetrahidralazin, hidrozoline, metilselulosa
4. ALERGI selain vernal: antihistamin, steroid topikal,
artificial tears
90
Wanita berusia 60 tahun datang ke dokter mengeluhkan mata kabur dialami
sejak 2 hari yang lalu. Mata terasa perih serta berair banyak. Demam
disangkal. Pasien menyangkal riwayat alergi dan DM. Pada pemeriksaan fisik
tampak adanya edema cornea, injeksi konjungtiva, serta pemeriksaan
flouresens menunjukkan adanya lesi dendritik. Apakah diagnosis yang sesuai
pada kasus diatas?
a. Keratitis herpes zooster 

b. Keratitis herpes simplex 

c. Keratitis bacterial 

d. Konjungtivitis alergi 

e. Konjungtivitis vernal
90
Wanita berusia 60 tahun datang ke dokter mengeluhkan mata kabur dialami
sejak 2 hari yang lalu. Mata terasa perih serta berair banyak. Demam
disangkal. Pasien menyangkal riwayat alergi dan DM. Pada pemeriksaan fisik
tampak adanya edema cornea, injeksi konjungtiva, serta pemeriksaan
flouresens menunjukkan adanya lesi dendritik. Apakah diagnosis yang sesuai
pada kasus diatas?
a. Keratitis herpes zooster 

b. Keratitis herpes simplex 

c. Keratitis bacterial 

d. Konjungtivitis alergi 

e. Konjungtivitis vernal
KERATITIS
• Peradangan pada kornea • Gejala:
• Lapisan kornea: – Nyeri
• Epitelium – Fotofobia
• Membran bowman → keratitis – Lakrimasi
• Stroma → ulkus kornea – Blefarospasme
• Descent membran → perforasi kornea – Penurunan visus
• Endotelium
KERATITIS
• Pemeriksaan fisik:
• Infiltrat
• Neovaskularisasi (pembuluh darah baru)
• Injeksi perikornea/ injeksi siliar
• Superfisial → bercabang, membran bowman
• Profunda → lurus seperti sisir, stroma
• Lebih dalam: iridosiklitis dengan hipopion → pus di COA
KERATITIS
• Stadium:
• Infiltrasi → infiltrasi epitel stroma, epitel rusak, edema, nekrosis lokal
• Regresi → ulkus dengan infiltrasi, vaskularisasi >>, fluoresensi tes (+)
• Sikatriks → epitelisasi, ulkus menetap, jaringan sikatriks, kornea kabur
KERATITIS
• Jenis:
• Bakteri (trauma, benda asing, operasi, lensa kontak)
• gram (+) → batas tegas, tidak luas, putih abu abu
• gram (-) → cepat meluas, hipopion, bisa perforasi
• Virus
• herpes simpleks → lesi dendritik, geografik, ranting pohon
• herpes zooster → pseudodendritik
• Jamur (tumbuh-tumbuhan, steroid) → lesi satelit, nodul, finger ekstensi
• Protozoa (lensa kontak + berenang) → ring shaped, cincin indolen
• Helminth → korioretinitis
Keratitis
91
Wanita 45 tahun datang ke dokter karena mengeluh pandangan matanya
buram. Pasien menggunakan kacamata sebelumnya, namun sekarang terasa
tidak nyaman. Pada pemeriksaan langsung didapatkan visus OD 6/40 dan
OS 6/20, dikoreksi OD C -1,00 axis 90 visus 6/6 dan OS S-3,00 visus 6/20.
Saat ditambahkan lensa +1,50 mata menjadi nyaman untuk membaca.
Apakah diagnosis pasien dengan kondisi diatas?
a. OD astigmatisma miopia simplex, OS miopia, ODS presbiopia 

b. OD astigmatisma miopia simplex, OS miopia 

c. OD astigmatisma miopia kompositus, OS miopia, ODS presbyopia 

d. OD astigmatisma hipermetropia simplex, OS myopia 

e. OD astigmatisma hipermetropia kompositus, OS myopia 


SYNDROME.UKMPPD
91
Wanita 45 tahun datang ke dokter karena mengeluh pandangan matanya
buram. Pasien menggunakan kacamata sebelumnya, namun sekarang terasa
tidak nyaman. Pada pemeriksaan langsung didapatkan visus OD 6/40 dan
OS 6/20, dikoreksi OD C -1,00 axis 90 visus 6/6 dan OS S-3,00 visus 6/20.
Saat ditambahkan lensa +1,50 mata menjadi nyaman untuk membaca.
Apakah diagnosis pasien dengan kondisi diatas?
a. OD astigmatisma miopia simplex, OS miopia, ODS presbiopia 

b. OD astigmatisma miopia simplex, OS miopia 

c. OD astigmatisma miopia kompositus, OS miopia, ODS presbyopia 

d. OD astigmatisma hipermetropia simplex, OS myopia 

e. OD astigmatisma hipermetropia kompositus, OS myopia 


SYNDROME.UKMPPD
ASTIGMATISMA
• Ketika cahaya yang masuk ke dalam mata secara
paralel tidak membentuk satu titik fokus di retina.
• Kornea seharusnya berbentuk hampir sferis
sempurna (bulat) → pada astigmat kornea
berbentuk seperti bola rugby.
• Bagian lengkung yang paling landai dan yang
paling curam mengakibatkan cahaya direfraksikan
secara berbeda dari kedua meridian →
mengakibatkan distorsi bayangan
TIPS & TRIK
• Rumus hapalan ini bisa digunakan untuk menentukan jenis jenis
astigmatisme berdasarkan kedudukannya di retina kalau disoal
diberikan rumus astigmatnya sbb
1. sferis (-) silinder (-) pasti miop kompositus
2. Sferis (+); silinder (+) pasti hipermetrop kompositus
3. Sferis (tidak ada); silinder (-) pasti miop simpleks
4. Sferis (tidak ada); silinder (+) pasti hipermetrop simpleks
• Agak sulit dijawab jika di soal diberikan rumus astigmat sbb:
1. Sferis (-) silinder (+)
2. Sferis (+) silinder (-)
• BELUM TENTU astigmatisme mikstus!!
92
Pasien laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD RS karena tajam penglihatan
menurun serta mata terasa nyeri setelah pasien berkelahi dengan temannya.
Pasien sempat mendapat pukulan di area mata. Pada pemeriksaan langsung
oleh dokter didapatkan pada bilik mata depan terdapat darah mengisi 1⁄2
bagian bilik mata depan. Apakah diagnosis yang sesuai untuk pasien dengan
kasus diatas?
a. Hifema gr 1 

b. Hifema gr 2 

c. Hifema gr 3 

d. Hifema gr 4 

e. HIfema gr 5 


SYNDROME.UKMPPD
92
Pasien laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD RS karena tajam penglihatan
menurun serta mata terasa nyeri setelah pasien berkelahi dengan temannya.
Pasien sempat mendapat pukulan di area mata. Pada pemeriksaan langsung
oleh dokter didapatkan pada bilik mata depan terdapat darah mengisi 1⁄2
bagian bilik mata depan. Apakah diagnosis yang sesuai untuk pasien dengan
kasus diatas?
a. Hifema gr 1 

b. Hifema gr 2 

c. Hifema gr 3 

d. Hifema gr 4 

e. HIfema gr 5 


SYNDROME.UKMPPD
HIFEMA TRAUMATIK
❑ Akumulasi darah pada COA
❑ Etiologi tersering : Trauma, bisa juga spontan
❑Manifestasi Klinis → nyeri (+), gangguan visus (darah menutupi aksis
visual), fotofobia.
❑ Komplikasi
• Perdarahan ulang/Re-bleeding
• Glaukoma sekunder → cek TIO : Tonometer Schiotz
• Corneal blood staining
• Atrofi saraf optic
• Sinekia Anterior Perifer
HIFEMA TRAUMATIK

➢ Derajat Hifema
93
Pasien laki-laki berusia 54 tahun datang ke dokter karena keluhan
pandangan mata kabur. Keluhan mata merah disangkal dan tidak ada
riwayat trauma mata sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang
tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya penurunan visus
6/30. Segmen mata depan tampak tenang. Pada pemeriksaan menggunakan
ophtalmoscope, ditemukan adanya gambaran cotton wool appearance, retinal
hemorrhage, dan hard exudate, serta papil edema. Apakah diagnosis yang
sesuai untuk pasien dengan kasus diatas?
a. Retinopati hipertensi Grade I 

b. Retinopati hipertensi Grade II 

c. Retinopati hipertensi Grade III 

d. Retinopati hipertensi Grade IV 

e. Retinopati hipertensi Grade V 

SYNDROME.UKMPPD
93
Pasien laki-laki berusia 54 tahun datang ke dokter karena keluhan
pandangan mata kabur. Keluhan mata merah disangkal dan tidak ada
riwayat trauma mata sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang
tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya penurunan visus
6/30. Segmen mata depan tampak tenang. Pada pemeriksaan menggunakan
ophtalmoscope, ditemukan adanya gambaran cotton wool appearance, retinal
hemorrhage, dan hard exudate, serta papil edema. Apakah diagnosis yang
sesuai untuk pasien dengan kasus diatas?
a. Retinopati hipertensi Grade I 

b. Retinopati hipertensi Grade II 

c. Retinopati hipertensi Grade III 

d. Retinopati hipertensi Grade IV 

e. Retinopati hipertensi Grade V 

SYNDROME.UKMPPD
RETINOPATI HIPERTENSI
• Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi
→ arteri besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina,
perdarahan retina
• Kelainan pembuluh darah dapat berupa : penyempitan umum/setempat,
percabangan yang tajam, fenomena crossing, sklerose
• Pada retina tampak :
• warna pembuluh darah lebih pucat
• kaliber pembuluh lebih kecil
• akibat sklerose (refleks copper wire/silver wire, lumen pembuluh irreguler, fenomena
crossing)
• perdarahan atau eksudat retina (gambaran seperti bintang, cotton wool patches)
• perdarahan vena (flame shaped)
RETINOPATI HIPERTENSI
RETINOPATI HIPERTENSI
❑ Pemeriksaan rutin:
• Pemeriksaan tajam penglihatan
• Pemeriksaan biomikroskopi
• Pemeriksaan fundus
❑ Pemeriksaan penunjang:
• Foto fundus
• Fundus Fluorescein Angiography
❑ Tatalaksana :
• Kontrol tekanan darah dan faktor sistemik lain (konsultasi
penyakit dalam)
• Bila keadaan lanjut terjadi pendarahan vitreous dapat
dipertimbangkan Vitrektomi
• Fotokoagulasi laser
94
Pasien wanita berusia 38 tahun datang ke dokter dengan keluhan mata
merah dan pandangan mata terasa silau sejak 3 hari terakhir. Pandangan
mata buram atau penurunan tajam penglihatan disangkal. Pasien memiliki
riwayat SLE. Pada pemeriksaan segmen anterior mata, didapatkan sklera
bengkak, injeksi (+) dan kemerahan di area sklera, dan saat ditetes dengan
fenilefrin warna mata menjadi putih. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Skleritis 

b. Episkleritis 

c. Uveitis anterior 

d. Uveitis posterior 

e. Konjungtivitis

SYNDROME.UKMPPD
94
Pasien wanita berusia 38 tahun datang ke dokter dengan keluhan mata
merah dan pandangan mata terasa silau sejak 3 hari terakhir. Pandangan
mata buram atau penurunan tajam penglihatan disangkal. Pasien memiliki
riwayat SLE. Pada pemeriksaan segmen anterior mata, didapatkan sklera
bengkak, injeksi (+) dan kemerahan di area sklera, dan saat ditetes dengan
fenilefrin warna mata menjadi putih. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Skleritis 

b. Episkleritis 

c. Uveitis anterior 

d. Uveitis posterior 

e. Konjungtivitis

SYNDROME.UKMPPD
EPISKLERITIS
• Unilateral, lebih luar dan ringan
• Tidak berhubungan dengan penyakit sistemik
• Gejala: nyeri minimal, mengganjal, sekret (-)
• Pemeriksaan: nodul berbatas tegas, mobile, merah muda “Salmon
pink”
• Ditetes fenilefrin 2,5 % → merah berkurang
• Terdiri dari 2:
• Simple/ diffuse → menyebar hampir di seluruh kuadran
• Nodular → Nodul (+)
EPISKLERITIS
• Tatalaksana: self limited disease
• Artificial tears → simple/ diffuse
• Steroid topikal → nodular
• NSAID → Ibuprofen 3x100 bila nyeri
SKLERITIS
• Bilateral, lebih dalam dan berat
• Berhubungan dengan penyakit sistemik → TB, autoimun
• Gejala: nyeri hebat, bisa terjadi penurunan visus
• Pemeriksaan: nodul berbatas tidak tegas, warna lebih gelap/
keunguan “Browny sklera”
• Ditetes fenilefrin 2,5 % → merah tidak berkurang
• Tatalaksana: Steroid topikal dan NSAID oral
SKLERITIS
Scleritis vs episcleritis
95
Seorang perempuan berusia 26 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
benjolan pada kelopak mata atas sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan tidak
kemerahan dan pasien tidak rasakan nyeri. Tidak ada riwayat trauma mata
sebelumnya. Pada pemeriksaan terdapat benjolan terasa keras, tidak tampak
kemerahan, pada palpebra inferior. Apa penyebab penyakit pasien ini?
a. Radang supuratif kelenjar Moll 

b. Sebukan sel radang di kelopak mata akibat infeksi bakteri 

c. Radang granulomatosa kronik kelenjar Meibom 

d. Hiperproliferasi epitel kelenjar meibom 

e. Hiperplasia epitel kelenjar Zeiss
SYNDROME.UKMPPD
95
Seorang perempuan berusia 26 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
benjolan pada kelopak mata atas sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan tidak
kemerahan dan pasien tidak rasakan nyeri. Tidak ada riwayat trauma mata
sebelumnya. Pada pemeriksaan terdapat benjolan terasa keras, tidak tampak
kemerahan, pada palpebra inferior. Apa penyebab penyakit pasien ini?
a. Radang supuratif kelenjar Moll 

b. Sebukan sel radang di kelopak mata akibat infeksi bakteri 

c. Radang granulomatosa kronik kelenjar Meibom 

d. Hiperproliferasi epitel kelenjar meibom 

e. Hiperplasia epitel kelenjar Zeiss
SYNDROME.UKMPPD
KALAZION
- Infeksi kronis
- Kelenjar Meibom yang meradang → lanjutan dari hordeolum interna
- Tanda radang (-)
- Tatalaksana: Insisi dan kuretase vertikal
HORDEOLUM
• Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata
• Infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
• Gejala: kelopak bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah, nyeri
bila ditekan, ada pseudoptosis/ptosis akibat bertambah berat kelopak
• Gejala
• nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah
• berwarna kemerahan.
• Pada hordeolum interna, benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka
kelopak mata.
• Rasa mengganjal pada kelopak mata
• Nyeri takan dan makin nyeri saat menunduk.
• Kadang mata berair dan peka terhadap sinar.
HORDEOLUM
2 bentuk :
• Hordeolum internum: infeksi kelenjar Meibom
di dalam tarsus. Tampak penonjolan ke
daerah kulit kelopak, pus dapat keluar dari
pangkal rambut
• Hordeolum eksternum: infeksi kelenjar Zeiss
atau Moll. Penonjolan terutama ke daerah
konjungtiva tarsal
HORDEOLUM
Tatalaksana
• Self-limited dlm 1-2 mingu
• Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4x/hari
• Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin,
Polimyxin B, Chloramphenicol
• Jika tidak menunjukkan perbaikan : Antibiotika oral (diminum), misalnya:
Ampisilin, Amoksisilin,Eritromisin, Doxycyclin
• Insisi bila pus tidak dapat keluar
• Pada hordeolum interna, insisi vertikal terhadap margo palpebra supaya tidak
memotong kelenjar meibom lainnya
• Pada hordeolum eksterna, insisi horizontal supaya kosmetik tetap baik
96
• Pasien anak laki-laki berusia 1 tahun datang dibawa oleh ibunya ke IGD
karena kejang 1 jam yang lalu. Kejang diawali kaku kemudian kelojotan
di seluruh tubuh selama 3 menit. Ini adalah kejang yang pertama kali
dialami oleh anak. Sebelumnya pasien batuk pilek dan panas tinggi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak kompos mentis tapi menangis.
Tanda vital normal kecuali suhu 38,5C, tanda rangsang meningeal tidak
ditemukan. Laboratorium GDS 130 mg/dL, Hb 13 g/dL, Ht 39%,
Leukosit 4.000/mm Trombosit 200.000/mm. Diagnosis yang paling tepat
ialah....
a. Kejang demam sederhana
b. Kejang demam kompleks
c. Meningitis
 SYNDROME.UKMPPD
96
• Pasien anak laki-laki berusia 1 tahun datang dibawa oleh ibunya ke IGD
karena kejang 1 jam yang lalu. Kejang diawali kaku kemudian kelojotan
di seluruh tubuh selama 3 menit. Ini adalah kejang yang pertama kali
dialami oleh anak. Sebelumnya pasien batuk pilek dan panas tinggi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak kompos mentis tapi menangis.
Tanda vital normal kecuali suhu 38,5C, tanda rangsang meningeal tidak
ditemukan. Laboratorium GDS 130 mg/dL, Hb 13 g/dL, Ht 39%,
Leukosit 4.000/mm Trombosit 200.000/mm. Diagnosis yang paling tepat
ialah....
c. Kejang
a. Meningitis

demam sederhana
d. Ensefalitis
b. Kejang demam kompleks
e. Meningoensefalitis
SYNDROME.UKMPPD
KEJANG DEMAM
Kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38 C)
yang penyebabnya berasal dari ekstrakranial, pada usia 6 bulan – 5
tahun dan tidak ditemukan penyebab kejang lainnya (infeksi otak,
epilepsi, gangguan elektrolit, dll) selain demam.

Klasifikasi : Kejang Demam Kejang Demam


Sederhana Kompleks
Durasi < 15 menit ≥ 15 menit
Berulang dalam 24 jam (-) (+)
Jenis kejang General Fokal atau fokal jadi
general
Tatalaksana Kejang
DZP RECTAL
<12 kg: 5mg
>12 kg: 10 mg

DZP RECTAL PRE HOSPITAL

0,3-0,5 HOSPITAL
DZP IV
mg/kgBB

FENITOIN/FENOBARBITAL 10-20 mg/kgBB

FENOBARBITAL/FENITOIN 10-20 mg/kgBB

ICU
Kejang Demam
Profilaksis Intermiten
- Diazepam oral/rektal: 0,3 mg/kgBB/kali tiap 8 jam
Hanya diberikan selama episode demam, terutama dalam waktu 24 jam
setelah timbulnya demam.

Profilaksis Kontinu
- Asam valproat: 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
- Fenobarbital: 4-6 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis

Diberikan sampai 1 tahun bebas kejang, dihentikan bertahap.


Kejang Demam
Indikasi profilaksis kontinu:
- Kejang > 15 menit
- Kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang
(hemiparesa, paresis Todds, cerebral palsy, retardasi
mental, hidrosefalus)
- Kejang fokal
- Bayi <12 bulan
- Kejang berulang ≥4 kali/ tahun
97
• Seorang anak perempuan 2 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik
umum karena belum dapat merangkak dan berjalan. Riwayat kehamilan
normal, persalinan spontan dengan lilitan pusat. Saat dilahirkan, bayi
tidak langsung menangis dan sempat biru. Saat ini pasien belum bisa
respon, hanya dapat berguling, dan terdapat gangguan makan dan
minum. Pemeriksaan fisik didapatkan kontak mata kurang, head lag (+),
terdapat kelemahan pada keempat ekstremitas, hipertonus, refleks
fisiologis meningkat, babinski (+). Apa diagnosis pasien?
a. Serebral palsy tipe tetraparese
b. Serebral palsy tipe diparese

c. Serebral palsy tipe hemiparese
d. Serebral palsy tipe ataksiaSYNDROME.UKMPPD
97
• Seorang anak perempuan 2 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik
umum karena belum dapat merangkak dan berjalan. Riwayat kehamilan
normal, persalinan spontan dengan lilitan pusat. Saat dilahirkan, bayi
tidak langsung menangis dan sempat biru. Saat ini pasien belum bisa
respon, hanya dapat berguling, dan terdapat gangguan makan dan
minum. Pemeriksaan fisik didapatkan kontak mata kurang, head lag (+),
terdapat kelemahan pada keempat ekstremitas, hipertonus, refleks
fisiologis meningkat, babinski (+). Apa diagnosis pasien?
a. Serebral palsy tipe tetraparese
b. Serebral palsy tipe diparese

c. Serebral palsy tipe hemiparese
d. Serebral palsy tipe ataksiaSYNDROME.UKMPPD
CEREBRAL PALSY
• Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang
kekal dan tidak progresif.
• Faktor resiko: premature, asfiksia perinatal, trauma, malformasi
intrakranial
• Cerebral palsy selalu dikaitkan dengan banyak defisit seperti
keterbelakangan mental, gangguan bicara,bahasa dan oromotor.
CEREBRAL PALSY
Tipe Spastik
Peningkatan konstan pada tonus otot , peningkatan reflex otot kadang di
sertai klonus (reflex peregangan otot yang meningkat) dan tanda Babinski
positif.
1. Monoplegia/monoparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi
salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya.
2. Hemiplegia/hemiparesis : kelumpuhan lengan dan tungkai di pihak yang
sama
3. Diplegia/diparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi tungkai
lebih hebat daripada tangan
4. Tetraplegia/tetraparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak ,tetapi
lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
Tipe Ataxic
• Flaccid ketika bayi dan menunjukkan perkembangan retardasi motorik.
• Menjelang akhir tahun pertama ketika mereka memulai menjangkau
suatu objek dan mencoba berdiri, itu mulai tampak dan mereka tidak
seimbang.
• Ketidaknormalan akibat rendahnya tonus otot menetap hingga kanak-
kanak.
• Reflex otot normal dan reflex neonatus hilang sesuai umur normal
Tatalaksana
Pengobatan kasual pada cerebral palsy tidak ada, hanya simtomatik.
98
Anak perempuan dengan usia 10 tahun datang bersama dengan ibunya untuk
berobat dengan keluhan buang air besar cair. Frekuensi BAB 3-5x/ hari, 2-3 sendok
makan per BAB. Bab cair, warna kuning berbau busuk dengan lendir dan kadang
terdapat sedikit darah. Mual ada, muntah tidak ada. Hasil mikroskop eritrosit 25-30
/lpb, leukosit terutama eosinofil 15-20 /lpb. Apa etiologi dan stadium infektif dari
penyakit tersebut?
a. E. coli dan tropozoit

b. E. Histolytica dan tropozoit
c. E. coli dan kista berinti dua
d. E. Histolytica dan kista berinti empat
e. E. coli dan kista berinti satu

SYNDROME.UKMPPD
98
Anak perempuan dengan usia 10 tahun datang bersama dengan ibunya untuk
berobat dengan keluhan buang air besar cair. Frekuensi BAB 3-5x/ hari, 2-3 sendok
makan per BAB. Bab cair, warna kuning berbau busuk dengan lendir dan kadang
terdapat sedikit darah. Mual ada, muntah tidak ada. Hasil mikroskop eritrosit 25-30
/lpb, leukosit terutama eosinofil 15-20 /lpb. Apa etiologi dan stadium infektif dari
penyakit tersebut?
a. E. coli dan tropozoit

b. E. Histolytica dan tropozoit
c. E. coli dan kista berinti dua
d. E. Histolytica dan kista berinti empat
e. E. coli dan kista berinti satu

SYNDROME.UKMPPD
DISENTRI
• Khas: Diare berlendir dan berdarah
• Terdiri dari 2:
• Disentri Basiler
• Etiologi → Shigella sonei (>>), flexneri, dysentriae (jarang namun
berat)
• Terjadi secara akut (hitungan hari)
• Demam (+), nyeri perut (+)
• Disentri Amoeba
• Etiologi → Entamoeba hystolitica
• Terjadi secara kronik (>7 hari)
• Umumnya asimptomatis, demam (-)
AMOEBIASIS
Amoebiasis Intestinal Amoebiasis Ekstraintestinal
• Masa inkubasi : 8 hari-bulan • Abses Liver
• Kolitis amoeba : nyeri perut kuadran • Penyakit pleuropulmonal
bawah, distensi • Peritonitis
• Tahap Akut
• Diare dengan epitelium ( tanpa
• Perikarditis
darah, nyeri perut, <<BB, latulens • Abses otak
dan konstipasi • Penyakit genitourinaria
• Infeksi Berat
• 10-20 hari
• Diare dengan epitelium dan darah,
nyeri perut, dehidrasi dan demam
AMOEBIASIS
• Gambaran Mikroskopik

Kista matang dengan 4 inti


Trofozoit Magna dan Minuta
(FASE INFEKSIUS)
(FASE INVASIF)

Pemeriksaan feses → trofozoit, kista berinti satu, krista charcot-leyden


AMOEBIASIS
Tatalaksana
• Metronidazol 3x500 mg/hari selama 5-10 hari
Komplikasi → ABSES HEPAR
• Nyeri perut kanan atas
• Demam
• Riwayat BAB lendir darah sebelumnya
• USG → gambaran hipoechoic/ anechoic dengan “internal echo”
• Tatalaksana → Metronidazol 3x75- mg
• Insisi bila: ukuran >5 cm, tidak respon dengan anti-amuba setelah 4-
5 hari
99
Anak perempuan dengan usia 3 tahun, dibawa orangtua ke UGD dengan
keluhan batuk yang sangat mengganggu, sulit berhenti hingga pasien sulit
menarik napas. Hal ini telah terjadi sejak 3 minggu yang lalu. Batuk terus
menerus, membaik setelah muntah berisi dahak. Napas terengah- engah.
Organisme kausatif pada kasus ini ialah....
a. Bordetella pertussis, batang gram positif
b. Haemophilus influenza, batang gram negative
c. Streptococcus pneumoniae, kokus gram positif
d. Streptococcus pneumoniae, kokus gram negative
e. Bordetella pertussis, batang gram negatif

SYNDROME.UKMPPD
99
Anak perempuan dengan usia 3 tahun, dibawa orangtua ke UGD dengan
keluhan batuk yang sangat mengganggu, sulit berhenti hingga pasien sulit
menarik napas. Hal ini telah terjadi sejak 3 minggu yang lalu. Batuk terus
menerus, membaik setelah muntah berisi dahak. Napas terengah- engah.
Organisme kausatif pada kasus ini ialah....
a. Bordetella pertussis, batang gram positif
b. Haemophilus influenza, batang gram negative
c. Streptococcus pneumoniae, kokus gram positif
d. Streptococcus pneumoniae, kokus gram negative
e. Bordetella pertussis, batang gram negatif

SYNDROME.UKMPPD
Pertusis
• Etiologi: Bordetella pertusis (bakteri batang gram negatif)
• Fase kataralis: flu like symptom (7 hari)
• Fase paroksismal: whooping cough (muntah diselangi batuk), setelah
batuk inspirasi dalam (7-14 hari)
• Fase konvalesens: proses penyembuhan (2-3 minggu)
• Tatalaksana: eritromisin 30-50 mg/kgbb/ 6 jam 7 hari
100
Pasien anak laki-laki berusia usia 5 bulan datang dengan keluhan kuning dan kencing
pekat. Selain itu, kotoran berwarna dempul disertai penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal, mukosa mata Mdak anemis, sklera
kuning, hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae, lien membesar (S2). Pemeriksaan
laboratorium bilirubin total 14.0 mg/dL (normal 0,2-1 mg/dL), bilirubin direk 11,8 (normal
< 0,35 mg/dL), SGOT 317 IU (normal 20-60 IU), SGPT 183 (normal 6-50 IU), Gamma GT
360 IU (normal 11–82 IU). Temuan USG yang mungkin didapatkan ialah...
a. Pseudokidney sign
b. Dilatasi duktus koledokus dengan gambaran hyperechoic dan posterior acoustic shadow
c. Triangular cord sign
d. Whirlpool sign
e. Penebalan dinding kantung empedu

SYNDROME.UKMPPD
100
Pasien anak laki-laki berusia usia 5 bulan datang dengan keluhan kuning dan kencing
pekat. Selain itu, kotoran berwarna dempul disertai penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal, mukosa mata Mdak anemis, sklera
kuning, hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae, lien membesar (S2). Pemeriksaan
laboratorium bilirubin total 14.0 mg/dL (normal 0,2-1 mg/dL), bilirubin direk 11,8 (normal
< 0,35 mg/dL), SGOT 317 IU (normal 20-60 IU), SGPT 183 (normal 6-50 IU), Gamma GT
360 IU (normal 11–82 IU). Temuan USG yang mungkin didapatkan ialah...
a. Pseudokidney sign
b. Dilatasi duktus koledokus dengan gambaran hyperechoic dan posterior acoustic shadow
c. Triangular cord sign
d. Whirlpool sign
e. Penebalan dinding kantung empedu

SYNDROME.UKMPPD
ATRESIA BILIER
• Tidak memiliki kandungan empedu
• Gejala:
• BAB dempul warna putih abu-abu
• Feses alkali/ basa
• USG: Triangular cord sign
• Klasifikasi:
• Perinatal → pada bayi baru lahir
• Embrional → pada bayi masih dalam kandungan
101
Anak laki-laki, usia 2 tahun, dibawa oleh orangtuanya ke IGD RS dalam kondisi
kejang. Pasien memiliki riwayat kejang demam saat usia 1 tahun. Saat kejang
sekarang, pasien mengalami demam karena infeksi telinga. Sebelum tiba di RS
sudah diberi diazepam perrectal 2x namun kejang tetap berlanjut. Saat tiba di
RS pasien mendapat diazepam IV, namun kejang tidak berhenti. Saat ini kejang
sudah lebih dari 15 menit. Apa tatalaksana yang akan dilakukan saat ini?
a. Fenitoin IV
b. Fenitoin IM
c. Fenobarbital IV
d. Diazepam IV
e. Fenobarbital IM

SYNDROME.UKMPPD
101
Anak laki-laki, usia 2 tahun, dibawa oleh orangtuanya ke IGD RS dalam kondisi
kejang. Pasien memiliki riwayat kejang demam saat usia 1 tahun. Saat kejang
sekarang, pasien mengalami demam karena infeksi telinga. Sebelum tiba di RS
sudah diberi diazepam perrectal 2x namun kejang tetap berlanjut. Saat tiba di
RS pasien mendapat diazepam IV, namun kejang tidak berhenti. Saat ini kejang
sudah lebih dari 15 menit. Apa tatalaksana yang akan dilakukan saat ini?
a. Fenitoin IV
b. Fenitoin IM
c. Fenobarbital IV
d. Diazepam IV
e. Fenobarbital IM

SYNDROME.UKMPPD
Tatalaksana Kejang
DZP RECTAL
<12 kg: 5mg
>12 kg: 10 mg

DZP RECTAL PRE HOSPITAL

0,3-0,5 HOSPITAL
DZP IV
mg/kgBB

FENITOIN/FENOBARBITAL 10-20 mg/kgBB

FENOBARBITAL/FENITOIN 10-20 mg/kgBB

ICU
102
Anak laki-laki berusia 4 tahun datang diantar ibunya ke poliklinik RS dengan
keluhan sering terjatuh saat berjalan. Ibunya memperhaMkan kalau berjalan selalu
berjinjit, dan saat bangun tidur tangan selalu menopang di paha. pada pemeriksaan
fisik didapatkan lordosis lumbal dan pseudohipertrofi dari gastroknemius. Hasil
laboratorium didapat enzim creatinin phosphokinase meningkat. Apakah etiologi
pada penyakit di atas?
a. Penyakit herediter resesif x linked
b. Penyakit herediter autosomal resesif
c. Penyakit autoimun

d. Penyakit akibat trauma jalan lahir

e. Penyakit akibat infeksi kongenital
SYNDROME.UKMPPD
102
Anak laki-laki berusia 4 tahun datang diantar ibunya ke poliklinik RS dengan
keluhan sering terjatuh saat berjalan. Ibunya memperhaMkan kalau berjalan selalu
berjinjit, dan saat bangun tidur tangan selalu menopang di paha. pada pemeriksaan
fisik didapatkan lordosis lumbal dan pseudohipertrofi dari gastroknemius. Hasil
laboratorium didapat enzim creatinin phosphokinase meningkat. Apakah etiologi
pada penyakit di atas?
a. Penyakit herediter resesif x linked
b. Penyakit herediter autosomal resesif
c. Penyakit autoimun

d. Penyakit akibat trauma jalan lahir

e. Penyakit akibat infeksi kongenital
SYNDROME.UKMPPD
Duchene Muscular Dystrophy
- X linked resesif pada gen distrofin
- Untuk menghubungkan sitoskeleton dalam sel otot
- Onset 2-5 tahun
- Laki laki
- Gejala:
- Otot proksimal terkena lebih dahulu
- Betis disisi lemak/ pseudohipotrofi
- Kesulitan berdiri dan berjalan
- Gower sign (+)
- PP: biopsy otot, dijumpai jaringan lemak
- TX: steroid + terapi fisik + suportif
103
• Anak laki-laki usia 3 tahun mengalami kejang lebih dari 15 menit badan
kelonjotan melihat ke atas dan keluar busa dari mulut. Di IGD pasien
telah ditangani dan diberikan diazepam intravena. Setelah kejang
pasien tidur dan ngompol. Riwayat kejang sebelumnya tidak ada. Sejak 2
hari yang lalu demam tinggi. Hasil pemeriksaan suhu aksila 39,8C. Terapi
yang tepat untuk mencegah berulangnya kejang pada anak ini adalah....
a. Diazepam oral 3 x 0.3 mg/kg selama 2 hari jika demam
b. Fenitoin 10-15 mg/kg/hari

c. Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari

d. Carbamazepin 200 mg/hari
e. Fenobarbital 3-4mg/kg/hari SYNDROME.UKMPPD
103
• Anak laki-laki usia 3 tahun mengalami kejang lebih dari 15 menit badan
kelonjotan melihat ke atas dan keluar busa dari mulut. Di IGD pasien
telah ditangani dan diberikan diazepam intravena. Setelah kejang
pasien tidur dan ngompol. Riwayat kejang sebelumnya tidak ada. Sejak 2
hari yang lalu demam tinggi. Hasil pemeriksaan suhu aksila 39,8C. Terapi
yang tepat untuk mencegah berulangnya kejang pada anak ini adalah....
a. Diazepam oral 3 x 0.3 mg/kg selama 2 hari jika demam
b. Fenitoin 10-15 mg/kg/hari

c. Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari

d. Carbamazepin 200 mg/hari
e. Fenobarbital 3-4mg/kg/hari SYNDROME.UKMPPD
KEJANG DEMAM
Kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38 C)
yang penyebabnya berasal dari ekstrakranial, pada usia 6 bulan – 5
tahun dan tidak ditemukan penyebab kejang lainnya (infeksi otak,
epilepsi, gangguan elektrolit, dll) selain demam.

Klasifikasi : Kejang Demam Kejang Demam


Sederhana Kompleks
Durasi < 15 menit ≥ 15 menit
Berulang dalam 24 jam (-) (+)
Jenis kejang General Fokal atau fokal jadi
general
Tatalaksana Kejang
DZP RECTAL
<12 kg: 5mg
>12 kg: 10 mg

DZP RECTAL PRE HOSPITAL

0,3-0,5 HOSPITAL
DZP IV
mg/kgBB

FENITOIN/FENOBARBITAL 10-20 mg/kgBB

FENOBARBITAL/FENITOIN 10-20 mg/kgBB

ICU
Kejang Demam
Profilaksis Intermiten
- Diazepam oral/rektal: 0,3 mg/kgBB/kali tiap 8 jam
Hanya diberikan selama episode demam, terutama dalam waktu 24 jam
setelah timbulnya demam.

Profilaksis Kontinu
- Asam valproat: 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
- Fenobarbital: 4-6 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis

Diberikan sampai 1 tahun bebas kejang, dihentikan bertahap.


Kejang Demam
Indikasi profilaksis kontinu:
- Kejang > 15 menit
- Kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang
(hemiparesa, paresis Todds, cerebral palsy, retardasi
mental, hidrosefalus)
- Kejang fokal
- Bayi <12 bulan
- Kejang berulang ≥4 kali/ tahun
104
Seorang ibu berusia 27 tahun melahirkan bayi laki laki pada usia gestasi 28 minggu
secara spontan di RS. Setelah lahir, bayi tidak langsung menangis. Bayi tampak
merintih, bernafas cepat dan pada pemeriksaan terlihat retraksi dalam di
suprasternal dan interkostal. Tidak ada riwayat infeksi pada ibu dan bayi. Ketuban
jernih. Pada bayi dilakukan resusitasi dan perawatan lanjut di NICU. Apa penyebab
paling mungkin dari sesak yang dialami bayi setelah lahir?
a. Pneumonia neonatal

b. Hyalin Membran Disease

c. Pneumothoraks
d. Kelainan jantung kongenital
e. Meconium Aspiration Syndome
SYNDROME.UKMPPD
104
Seorang ibu berusia 27 tahun melahirkan bayi laki laki pada usia gestasi 28 minggu
secara spontan di RS. Setelah lahir, bayi tidak langsung menangis. Bayi tampak
merintih, bernafas cepat dan pada pemeriksaan terlihat retraksi dalam di
suprasternal dan interkostal. Tidak ada riwayat infeksi pada ibu dan bayi. Ketuban
jernih. Pada bayi dilakukan resusitasi dan perawatan lanjut di NICU. Apa penyebab
paling mungkin dari sesak yang dialami bayi setelah lahir?
a. Pneumonia neonatal

b. Hyalin Membran Disease

c. Pneumothoraks
d. Kelainan jantung kongenital
e. Meconium Aspiration Syndome
SYNDROME.UKMPPD
RESPIRATORY DISTRESS
- Kegawatan nafas pada bayi baru lahir
- Untuk menilainya: Down score

0-4 : Distress nafas ringan


(perlu O2 nasal)
4-7 : Distress nafas sedang
(perlu nasal CPAP)
>7 : Distress nafas berat
(perlu intubasi)
HYALINE MEMBRANE DISEASE
- Sering pada bayi preterm
- Akibat pembentukan surfaktan belum sempura
- Klinis: Takipnea (RR>60), retraksi dada, sianosis, grunting,
pernafasan cuping hidung
- Foto thorax:
- ground glass appearance (infiltrat homogen)
- air bronkogram
- bercak retikulogranular
- snow storm
- Tx: oksigen, resusitasi, surfaktan
TRANSIENT TAKIPNEU OF NEWBORN
- Pada bayi aterm
- Bersih dari mekonium, sehat
- Penyerapan cairan di paru terlambat
- Klinis: sesak ringan, hilang sendiri dalam 3-5 hari
- Faktor resiko: SC, makrosomia, laki-laki
- Foto thorax:
- wet siluet parakardia
- garis perhiler meningkat
- infiltrat parenkimal
- Tx: oksigen
MECONIUM ASPIRATION SYNDROME
• sering pada bayi post matur
•terjadi akibat menelan cairan ketuban yang bercampur
mekonium selama kehamilan post dateatau proses persalinan
• Gejala:
• sesak nafas, hipoksia
• pewarnaan mekonium pada kulit bayi
• kotoran hijau dekat mulut bayi
• air ketuban bercampur mekonium
MECONIUM ASPIRATION SYNDROME
• Foto thorax: infiltrat, konsolidasi, “patchy atelektasis"
• Tatalaksana:
- oksigen
- resusitasi
- surfaktan
- bila sepsis: antibiotik
• Pilihan antibiotik neonatus:
- beta laktam ( penicilin, amoksisilin)
- sefalosporin gen 3 ( seftriakson, sefiksim)
- makrolid (eritromisin, azitromisin)
105
• Bayi laki laki berusia 3 hari datang dibawa ke Puskesmas oleh ibunya
karena ada benjolan di bagian belakang kepala. Bayi lahir spontan
pervaginam ditolong bidan, berat lahir bayi 3200 gram. Saat
persalinan dikatakan berlangsung lama karena ibu kelelahan saat
mengedan. Saat lahir bayi aktif, menangis kuat, menyusu dengan baik
serta berhasil IMD. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya benjolan
berukuran 2x3 cm yang teraba lunak serta melewati garis sutura. Apa
diagnosis yang paling mungkin dari kondisi bayi diatas?
a. Spina bifida
b. Meningocele
c. Subdural hematom
SYNDROME.UKMPPD
105
• Bayi laki laki berusia 3 hari datang dibawa ke Puskesmas oleh ibunya
karena ada benjolan di bagian belakang kepala. Bayi lahir spontan
pervaginam ditolong bidan, berat lahir bayi 3200 gram. Saat
persalinan dikatakan berlangsung lama karena ibu kelelahan saat
mengedan. Saat lahir bayi aktif, menangis kuat, menyusu dengan baik
serta berhasil IMD. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya benjolan
berukuran 2x3 cm yang teraba lunak serta melewati garis sutura. Apa
diagnosis yang paling mungkin dari kondisi bayi diatas?
a. Spina bifida
b. Meningocele
c. Subdural hematom
SYNDROME.UKMPPD
TRAUMA LAHIR
FAKTOR PREDISPOSISI JANIN
IBU - Presentasi abnormal
- Primigravida - BBLSR, prematur
- Disproporsi sefalopelvek - Makrosomia
- Ibu bertubuh kecil - Kelainan janin
- Kelainan panggul
- Partus lama, presipitatus INTERVENSI OBSTETRIK
- Distosia - Forseps, vakum
- Oligohidramnion - Versi, ekstraksi
TRAUMA KEPALA
1. SEFALHEMATOMA
• Perdarahan sub-periosteal
• Penyebab: benturan kepala janin dengan pelvis
• Belum melintasi sutura
• >> di parietal, kadang di occipital
• Ukuran bertambah seiring waktu
TRAUMA KEPALA
2. KAPUT SUKSEDANEUM
• Paling sering dijumpai
• Penyebab : tekanan pada kulit kepala
terhadap serviks
• Akumulasi darah/ serum subkutan,
ekstraperitoneal → tepat di bawah kulit
• Melintasi garis sutura
• Tidak ada gejala klinis, hanya benjolan
• Menghilang dalam beberapa hari
• Tidak perlu terapi
• Komplikasi jarang
TRAUMA KEPALA
3. PERDARAHAN SUBGALEAL
• Darah di bawah galea aponeurosis
• Midforsep dan vakum
• Penyebab: sering berkaitan dengan trauma kepala
(perdarahan intrakranial, fraktur tengkorak, tidak berhubungan
dengan parahnya perdarahan)
• Gejala:
• Pembengkakan kulit kepala, ekimosis
• Massa padat berfluktuasi, berkembang bertahap 12-72 jam
• Hematom menyebar diseluruh kalvarium
• Melintasi garis sutura
• Anemia, syok hipovolemik
• Tatalaksana: observasi, hematokrit, hiperbilirubinemia,
koagulopati, suportif
TRAUMA LAHIR
TRAUMA BAHU
ERB PARALYSIS KLUMPKE PARALYSIS
- Gangguan di C5-C6 - Gangguan di C8-T1
- Pasien dapat menggunakan lengan - Pasien dapat menggerakkan
bawah lengan atas
- Refleks genggam atau refleks - Refleks genggam atau refleks
morro (+) morro (-)
TRAUMA BAHU
ERB PARALYSIS KLUMPKE PARALYSIS
- Gangguan di C5-C6 - Gangguan di C8-T1
- Pasien dapat menggunakan lengan - Pasien dapat menggerakkan
bawah lengan atas
- Refleks genggam atau refleks - Refleks genggam atau refleks
morro (+) morro (-)
106
• Seorang laki-laki berusia 24 tahun datang ke dokter praktik umum dengan keluhan
nyeri di lutut kanan sejak 2 jam yang lalu. Pasien merasa kaki tidak stabil dan pasien
tidak bisa jalan. Keluhan dirasakan ketika pasien sedang berolahraga basket. Bila
ditekuk, lutut berbunyi PLOP!! Serta kaku dan sulit diluruskan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan regio genu tampak eritema dan swelling, serta ada hematom pada lutut
kanan. Anterior drawer test (+). Apa kemungkinan diagnosis pada kasus ini?
a. Dislokasi patella 

b. Ruptur meniscus medial 

c. Ruptur anterior cruciate ligament 

d. Osteoarthritis genu 

e. Fraktur tertutup suprakondiler femoral

SYNDROME.UKMPPD
106
• Seorang laki-laki berusia 24 tahun datang ke dokter praktik umum dengan keluhan
nyeri di lutut kanan sejak 2 jam yang lalu. Pasien merasa kaki tidak stabil dan pasien
tidak bisa jalan. Keluhan dirasakan ketika pasien sedang berolahraga basket. Bila
ditekuk, lutut berbunyi PLOP!! Serta kaku dan sulit diluruskan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan regio genu tampak eritema dan swelling, serta ada hematom pada lutut
kanan. Anterior drawer test (+). Apa kemungkinan diagnosis pada kasus ini?
a. Dislokasi patella 

b. Ruptur meniscus medial 

c. Ruptur anterior cruciate ligament 

d. Osteoarthritis genu 

e. Fraktur tertutup suprakondiler femoral

SYNDROME.UKMPPD
Knee Injury –RupturACL & PCL
❑ Terdapat 6 ligamen pada lutut
• Anterior cruciatum ligamen
• Posterior cruciatum ligamen
• Medial meniscus
• Lateral meniscus
• Medial kolateral ligamen
• Lateral kolateral ligamen
Knee Injury
• Ruptur Anterior cruciatum • Ruptur Posterior cruciatum
ligamen ligamen
• Twisting injury (berputar) – Dashboard injury/ direct blow
• Lachman test (+) – Posterior drawer test (+)
• Sudut 20-30, paling sensitif
• Anterior drawer test (+)
• Sudut 60-90, tarik tibia ke
posterior → klik
• Pivot Shift Test(+)
Knee Injury
• Ruptur Medial collateral ligamen • Ruptur Lateral collateral ligamen
• Valgus stress test (+) – Varus Stress test (+)
Knee Injury
• Ruptur Meniscus Medial • Ruptur Meniscus Lateral
• McMurray test eksorotasi(+) • McMurray test endorotasi(+)
• Apley test endorotasi (+) • Apley test eksorotasi (+)

Meniscus tear (+)


Apley grind test
(+)
107
• Seorang laki-laki berusia 30 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas
1 jam yang lalu. Pasien diantar oleh warga setempat ke IGD Rumah
Sakit. Pasien Compos Mentis, TD 110/70 mmHg, nadi 90x/ menit, laju
pernapasan 18x/ menit, dan suhu 36C. Pemeriksaan status lokalis
didapatkan luka terbuka pada region cruris dextra. Dasar luka adalah
jaringan tulang. Exposure tulang (-). Foto dan hasil rontgen sebagai
berikut: Klasifikasi berdasarkan Gustilo-Anderson yang tepat?
a. 1
b. 2
c. 3a
d. 3b SYNDROME.UKMPPD
107
• Seorang laki-laki berusia 30 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas
1 jam yang lalu. Pasien diantar oleh warga setempat ke IGD Rumah
Sakit. Pasien Compos Mentis, TD 110/70 mmHg, nadi 90x/ menit, laju
pernapasan 18x/ menit, dan suhu 36C. Pemeriksaan status lokalis
didapatkan luka terbuka pada region cruris dextra. Dasar luka adalah
jaringan tulang. Exposure tulang (-). Foto dan hasil rontgen sebagai
berikut: Klasifikasi berdasarkan Gustilo-Anderson yang tepat?
a. 1
b. 2
c. 3a
d. 3b SYNDROME.UKMPPD
FRAKTUR
• Putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang
rawan sendi
• Etiologi: traumatik, stress/fatigue, patologis (keganasan,
osteoporosis)
• Bedasarkan hubungan dengan lingkungan:
• Fraktur terbuka (Compound) → berhubungan dengan udara
luar
• Fraktur tertutup (Simple) → tidak berhubungan dengan udara
luar
Garis Patahan Tulang

• Komplit → garis
patahan melalui
seluruh penampang
tulang atau kedua
korteks tulang
• Inkomplit → garis
patahan tidak melalui
seluruh penampang
tulang
FRAKTUR
• PATOLOGIS • STRESS FRACTURE
• tulang melemah karena – pada tulang normal, yang
perubahan struktur terkena beban berulang
(Osteoporosis, osteogenesis
imperfecta, paget’s disease, – atlet, penari, anggota
kista tulang, keganasan, militer dan latihan
metastasis) melelahkan
FRAKTUR TERBUKA
Kegawatan ortopedi. Kontaminasi →
infeksi
Klasifikasi: Gustilo - Anderson
Tipe 1 Tipe 2
Luka < 1 cm, minimal soft tissue Luka 1- 10 cm
damage. Antibiotik: sefalosporin gen.1 (mis:
Umumnya bakteri gram positif cefazolin) hingga 24 jam post closure
Antibiotik: sefalosporin gen.1 (mis:
cefazolin) hingga 24 jam post closure
Tipe 3A

Tidak perlu flap Extensive periosteal Gangguan neurovaskular,


stripping, perlu flap perlu vaskular repair,
tidak peduli ukuran luka
Antibiotik: kombinasi sefalosporin gen 1 (gram positif)
& aminoglikosida (gram negatif. Hingga 24 – 72 jam
post debridement
Fraktur Terbuka
Tatalaksana awal
• Primary survey, stabilisasi & resusitasi (ABCDE)
• Antibiotik IV
• Kontrol perdarahan (direct pressure)
• Dressing: bersihkan debris, jangan pindahkan fragmen tulang, dressing
gunakan kassa steril yang direndam NaCl
• Stabilisasi : splint / brace (mengurangi nyeri, minimalisi trauma
jaringan lunak)
• Profilaksis tetanus
108
• Seorang perempuan berusia 36 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan benjolan dan nyeri di anus sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan
sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, awalnya pasien masih dapat
dimasukan namun sekarang benjolan tersebut tidak dapat dimasukan ke
dalam dan terasa sangat nyeri saat disentuh. Terkadang keluhan disertai
darah yang menetes dari anus. Tatalaksana yang tepat pada kasus ini
adalah?
a. Transfusi PRC 

b. Asam Tranexamat 

c. Asam Mefenamat 

d. Hemoroidektomi 
 SYNDROME.UKMPPD
108
• Seorang perempuan berusia 36 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan benjolan dan nyeri di anus sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan
sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, awalnya pasien masih dapat
dimasukan namun sekarang benjolan tersebut tidak dapat dimasukan ke
dalam dan terasa sangat nyeri saat disentuh. Terkadang keluhan disertai
darah yang menetes dari anus. Tatalaksana yang tepat pada kasus ini
adalah?
a. Transfusi PRC 

b. Asam Tranexamat 

c. Asam Mefenamat 

d. Hemoroidektomi 
 SYNDROME.UKMPPD
HEMORRHOIDS
- Penebalan bantalan jaringan submukosa (anal cushion) yang terdiri
dari venula, arteriole, dan jaringan otot polos yang terletak di
kanalis analis
- Ganggguan sirkulasi darah berupa pelebaran vena (venektasis anus
dan perianal) akibat bendungan pembuluh darah vena
HEMORRHOIDS
- Alkohol
- Faktor Resiko:
- Obstipasi menahun - Merokok
- Uterus gravidus/ kehamilan - Makanan pedas
- Sirosis hepatis - Makanan berlemak
- Herediter
- Kurang minum air
- BPH
- Tumor rektum - Obesitas
- Usia tua (30-65 tahun)
- Aktivitas berat
HEMORRHOIDS
Hemoroid Eksterna
• Pelebaran dan penonjolan vena hemoroid inferior
• Jarang (di dalam epitel anus)

Hemoroid Interna
– Dilatasi pleksus rektalis superior dan media
– Timbul di atas linea dentata dan mukosa
– Derajat:
• I → tidak menonjol keluar anus
• II → menonjol keluar, dapat masuk sendiri
• III → menonjol keluar, dapat dimasukkan dengan jari
• IV → menonjol keluar, tidak dapat dimasukkan lagi
HEMORRHOIDS
Tatalaksana :
• Simptomatik → analgetik
• Sitzbaths (duduk di air hangat, 10-20 menit, dapat mengurangi nyeri)
• Perubahan gaya hidup (serat tinggi, hindari menahan BAB / BAB
mengejan)
• Tindakan operatif
• Grade I-II → diet serat +
analgetik
• Grade III → rubber band
ligation
• IV → hemoroidektomi
109
• Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan nyeri pada skrotum kanan yang tiba-tiba sejak 2 jam
yang lalu. Pemeriksaan TD 120/80mmHg, nadi 80x/ menit, laju napas
18x/ menit, dan suhu afebris. Pemeriksaan status lokalis testis kanan
tampak lebih tinggi dari testis kiri. Dilakukan tes dengan mengangkat
skrotum kanan didapatkan skrotum tetap nyeri saat diangkat.
Pemeriksaan yang dilakukan diatas adalah...
a. Tes Valsava 

b. Tes Phren 

c. Tes Ziemman 

d. Tes Transluminasi 
 SYNDROME.UKMPPD
109
• Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan nyeri pada skrotum kanan yang tiba-tiba sejak 2 jam
yang lalu. Pemeriksaan TD 120/80mmHg, nadi 80x/ menit, laju napas
18x/ menit, dan suhu afebris. Pemeriksaan status lokalis testis kanan
tampak lebih tinggi dari testis kiri. Dilakukan tes dengan mengangkat
skrotum kanan didapatkan skrotum tetap nyeri saat diangkat.
Pemeriksaan yang dilakukan diatas adalah...
a. Tes Valsava 

b. Tes Phren 

c. Tes Ziemman 

d. Tes Transluminasi 
 SYNDROME.UKMPPD
Torsio Testis
Testis terputar di dalam skrotum, biasanya ke arah medial
Menyebabkan aliran darah ke distal kurang → iskemia → nekrosis

Gejala dan tanda


• Nyeri mendadak
• Testis tampak asimetris
• Phren sign (-) → nyeri tidak berkurang bila testis diangkat
• Refleks kremaster (-) → testis tidak naik ketika paha dalam digores
• Angel sign → posisi testis lebih horizontal dari normal
• Deming sign → posisi testis terpeluntir lebih tinggi dari yang normal
Torsio Testis
TWIST SCORE
(Testicular Workup for Ischemia and Suspected Torsion)

Pembengkakan testis 2
Testis teraba keras pada palpasi 2 • skor 6-7 → high risk
• sk0r 1-5 → intermediate risk
Mual/ muntah 1
• skor 0 → low risk
Testis asimetris (high riding) 1
Refleks kremaster (-) 1
Torsio Testis
Pemeriksaan penunjang
• USG Doppler → aliran darah ke testis berkurang
Tatalaksana
• Awal → manual detorsi dengan USG Doppler (Golden
period : 6 jam)
• Definitif:
• onset ≤ 6 jam → orchidopeksi (bedah detorsio)
• onset > 6 jam → orchidektomi → sudah nekrosis
110
• Seorang perempuan berusia 16 tahun datang ke Klinik Dokter Umum
dengan keluhan benjolan di payudara kiri. Benjolan baru dirasakan
sejak 3 minggu yang lalu. Benjolan tidak disertai rasa nyeri dengan
ukuran 2 cm. Keadaan umum baik, TD 110/70 mmHg, Nadi 80x/ menit,
laju respirasi 20x/ menit, dan Suhu 36,5C. Perabaan payudara kiri
terdapat massa kenyal pada region lateral atas payudara kiri, mobile,
dan tidak disertai rasa nyeri. Apa kemungkinan diagnosisnya?
a. Ca Mammae 

b. Galactocele 

c. Tumor phyloides 

d. Fibroadenoma Mammae 
 SYNDROME.UKMPPD
110
• Seorang perempuan berusia 16 tahun datang ke Klinik Dokter Umum
dengan keluhan benjolan di payudara kiri. Benjolan baru dirasakan
sejak 3 minggu yang lalu. Benjolan tidak disertai rasa nyeri dengan
ukuran 2 cm. Keadaan umum baik, TD 110/70 mmHg, Nadi 80x/ menit,
laju respirasi 20x/ menit, dan Suhu 36,5C. Perabaan payudara kiri
terdapat massa kenyal pada region lateral atas payudara kiri, mobile,
dan tidak disertai rasa nyeri. Apa kemungkinan diagnosisnya?
a. Ca Mammae 

b. Galactocele 

c. Tumor phyloides 

d. Fibroadenoma Mammae 
 SYNDROME.UKMPPD
Penyakit pada Payudara
Fibroadenoma - Usia muda (20-30 tahun)
mammae (FAM) - Benjolan padat kenyal, batas tegas, mobile, soliter
- Tidak nyeri
- Tx: eksisi (bila terus membesar)
Tumor Phyllodes - Seperti FAM yang sangat besar hampir seluruh payudara
- Usia 35-40 tahun
- Batas tegas, kulit diatas tumor regang, merah mengkilap
- ”Leaf like pattern”
- Tx: simpel mastektomi
Fibrokistik - Multipel, bilateral
- Batas tidak tegas, kistik
- Nyeri berhubungan dengan menstruasi
- Tx: marsupialisasi
Tumor Jinak Payudara

Fibroadenoma Phylloides Fibrokista


Ukuran 2-3 cm >15 cm 5-6 cm
Wujud Padat Padat Kistik
Nyeri Tidak Nyeri Tidak Nyeri Menjelang Haid
Discharge Tidak ada Tidak ada Serous/Kehijauan
Histologi Terdapat Kapsul Leaf Like Pattern Tidak ada
Fibrokista vs FAM
FIBROADENOMA MAMMAE
• Etiologi: gangguan pada hormon estrogen
• Manifestasi Klinis
• Membesar saat kehamilan dan mengecil saat menopause
• Muncul sebelum usia 30 th
• Tidak nyeri
• Mobile
• Seringkali soliter
• Konsistensi seperti karet
• Batas tegas
FIBROADENOMA MAMMAE
Pemeriksaan Penunjang
• Mamografi → area hipo/isodense dengan tepi rata dan bulat
• USG mammae → massa makrolobular, berbatas tegas, dengan sifat
hipoekoik yang merata
• Biopsi
• Memiliki komponen stroma dan komponen epitel
• Sel-sel epitel tersusun dalam honeycomb pattern
• Membrana basalis tetap intak → ciri massa jinak
Mamografi FAM USG FAM Histologi FAM
Massa isodense Massa hipoekoik Tanda panah → sel epitel
dengan kalsifikasi berbatas tegas → Stroma hiposelular
FIBROADENOMA MAMMAE
Terapi
• Pada sebagian besar kasus, tidak diperlukan
• Eksisi
• Lumpektomi, jika
• Ukuran besar
• Mengganggu struktur sekitar
111
• Seorang laki-laki berusia 20 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD
Rumah Sakit dengan luka bakar pada kedua tungkai bawah saat
membuat api unggun 1 jam yang lalu. Pemeriksaan tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan tampak luka bakar derajat 2B pada
kedua tungkai mulai dari paha hingga telapak kaki. Berat badan
diketahui 50 Kg, dengan tinggi badan 160 cm. Bagaimana tatalaksana
pemberian cairan pada kasus ini?
a. 3600 ml dalam 8 jam pertama kemudian 3600 ml dalam 16 jam
selanjutnya 

b. 1800 ml dalam 8 jam pertama kemudian 1800 ml dalam 16 jam
selanjutnya 

SYNDROME.UKMPPD
111
Seorang laki-laki berusia 20 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit
dengan luka bakar pada kedua tungkai bawah saat membuat api unggun 1 jam yang
lalu. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan tampak luka
bakar derajat 2B pada kedua tungkai mulai dari paha hingga telapak kaki. Berat
badan diketahui 50 Kg, dengan tinggi badan 160 cm. Bagaimana tatalaksana
pemberian cairan pada kasus ini?
a. 3600 ml dalam 8 jam pertama kemudian 3600 ml dalam 16 jam selanjutnya

b. 1800 ml dalam 8 jam pertama kemudian 1800 ml dalam 16 jam selanjutnya 

c. 3600 ml dalam 12 jam pertama dan 3600 ml dalam 12 jam selanjutnya 

d. 1800 ml dalam 12 jam pertama dan 1800 ml dalam 12 jam selanjutnya 

e. 1000 ml dalam 30 menit pertama, dilanjutkan 1000 ml tiap jam 

SYNDROME.UKMPPD
LUKA BAKAR
• Luka akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api, suhu tinggi, matahari, listrik, bahan kimia, air)
• Derajat luka bakar:
• 1 → superfisial/ epidermal burn → merah, hiperemis, sedikit edema,
nyeri. Tx: irigasi dengan air mengalir, silver sulfadiazin
• 2a → sebagian dermis (superficial) → bula muncul beberapa jam setelah
luka, hiperemis (ditekan pucat, dilepas merah lagi), nyeri
• 2b → sebagian dermis (deep) → bula sudah mulai hilang/ pecah, merah
muda dan putih, masih merasakan nyeri
• 3 → seluruh dermis atau lebih dalam → bula (-), putih, mengering/
menciut, ANESTESI (ujung saraf sudah terkena sehingga tidak nyeri lagi)
Luka Akibat Trauma Listrik
• GRADE 3
• Faktor yang mempengaruhi
• Tegangan (Volt)
• Kuat arus (Ampere)
• Tahanan kulit (Ohm)
• Luas dan lama kontak
• Penyebab kematian
• Fibrilasi ventrikel
• Kelumpuhan pusat pernapasan

Entry wound & Exit wound


Luka bakar derajat I (superficial thickness)
• Melibatkan epidermis
• Merah; Nyeri (+)
• Sembuh dalam waktu 3 – 5 hari
• Terapi: analgetik dan obat topikal yang
mengakselerasi reepitelisasi dan memberikan
kenyamanan
Luka bakar derajat II (partialthickness) IIA
• Epidermis + Dermis superfisial
• Merah terang; eksudat (+); nyeri (+)
• Sembuh dalam 2 minggu, tanpa scarring,
biasanya menyebabkan gangguan pigmentasi
• Terapi: analgetik; dressing lembab (berminyak)
dengan antibiotik ointment
Luka bakar derajat IIIA (fullthickness)
• Epidermis + seluruh dermis
• Coklat-kehitaman (“leathery”); sensorik (-)
• Terapi: eksisi dan skin graft

Luka bakar derajat IIIB


• Epidermis + dermis s.d. zona retikularis Luka bakar derajat III (fullthickness)
• Kombinasi merah pucat dan putih • Epidermis + seluruh dermis
• Penyembuhan spontan → scarring, kontraksi, dan kontraktur • Coklat-kehitaman (“leathery”); sensorik (-)
• Sembuh dalam 3 – 8 minggu, bergantung pada struktur adnexa yg tersisa • Terapi: eksisi dan skin graft
• Jika reepitelisasi belum sempurna pada minggu ke-3: eksisi dan skin graft
Menilai Luas
Luka Bakar
RULE OF 9
Resusitasi Cairan
FORMULA BAXTER/ PARKLAND
Dalam 24 jam pertama:
4 ml x kgBB x % luas luka bakar
- ½ habis dalam 8 jam pertama
- ½ sisanya dalam 16 jam berikutnya
Hari ke-2 : ½ - ¾ cairan hari pertama
Pilihan: Ringer Laktat
Tatalaksana Khusus
LUKA BAKAR LISTRIK
• Penunjang
• EKG serial → Menyebabkan fibrilasi ventrikel
• RFT → Rhabdomiolisis

LUKA BAKAR KIMIA


• Luka akibat basa > akibat asam
• Tx → irigasi dengan air mengalir 20-30 menit
TRAUMA INHALASI
- Luka bakar mengenai wajah dan leher
- Dijumpai bulu hidung / alis terbakar
- Kehitaman pada daerah wajah
- Sputum mengandung arang
- Riwayat terkurung dalam api
- Klinis → suara serak
- Tx → intubasi dan oksigen 100%, trakeostomi
Klasifikasi Luka Bakar
Ringan Berat
- Derajat 2 <15% - Derajat 2 >25%
- Derajat 3 <2% - Derajat 3 >10%
Sedang - Luka bakar pada wajah, ekstremitas
- Derajat 2 15-25% - Luka bakar listrik
- Derajat 3 2-10% - Luka bakar kimia
- Trauma jalan nafas
Indikasi Rawat Inap :
- Fraktur
DERAJAT SEDANG
112
Seorang perempuan 26 tahun datang dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan nyeri perut hebat sejak 1 jam yang lalu. Satu minggu yang lalu
pasien merasa nyeri perut kanan bawah dan sudah berobat ke klinik namun tidak
ada perbaikan. Pemeriksaan TD 110/80 mmHg, nadi 84x/ menit, laju napas 18x/
menit, dan suhu 38C. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan seluruh lapang
abdomen dan defans muskuler (+). Kemungkinan diagnosis pada kasus ini adalah?
a. Peritonis e.c apendisitis perforasi 

b. Peritonitis e.c perforasi gaster 

c. Apendisitis akut 

d. Pankreatitis akut 

e. Hernia inguinalis inkarserata 

SYNDROME.UKMPPD
112
Seorang perempuan 26 tahun datang dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan nyeri perut hebat sejak 1 jam yang lalu. Satu minggu yang lalu
pasien merasa nyeri perut kanan bawah dan sudah berobat ke klinik namun tidak
ada perbaikan. Pemeriksaan TD 110/80 mmHg, nadi 84x/ menit, laju napas 18x/
menit, dan suhu 38C. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan seluruh lapang
abdomen dan defans muskuler (+). Kemungkinan diagnosis pada kasus ini adalah?
a. Peritonis e.c apendisitis perforasi 

b. Peritonitis e.c perforasi gaster 

c. Apendisitis akut 

d. Pankreatitis akut 

e. Hernia inguinalis inkarserata 

SYNDROME.UKMPPD
PERITONITIS
• Peritonitis primer (Spontaneous Bacterial Peritonitis)
• terjadi melalui penyebaran hematogen atau limfatik → sirosis hepatis, alkoholik
• tersering: bakteri gram (-) seperti E. coli
• Peritonitis sekunder
• bakteri mengontaminasi peritoneum akibat kebocoran organ intra abdomen
• Peritonitis tersier
• setelah dilakukan operasi atau tindakan yang seharusnya steril
PERITONITIS
Gejala:
• nafsu makan menurun, mual muntah
• nyeri tumpul berubah jadi nyeri abdomen tajam, persisten, di seluruh
abdomen
• Demam dan mengigil
• Tanda dehidrasi
• Sulit BAB dan flatus
PERITONITIS
Pemeriksaan:
• Distensi abdomen
• Nyeri tekan seluruh lapangan perut
• Muscular rigidity, defans muskular (board like phenomenon) → karena
spasme otot dinding abdomen involunteer
• Chest board phenomenon →perkusi abdomen, timpani dan redup berpindah
pindah → nyeri bergantian
• Rebound tenderness
Tatalaksana: Laparotomi eksplorasi
113
Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa oleh petugas polisi ke IGD Rumah Sakit
setelah mengalami kecelakaan 1 jam yang lalu. Pasien mengeluh kesakitan pada
area bawah perut. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, TD 110/70 mmHg,
nadi 90x/ menit, laju napas 20x/ menit, dan suhu afebris. Pada pemeriksaan
ditemukan darah menetes dari OUE. Dari rectal toucher prostat tidak terfiksasi.
Kemungkinan diagnosis?
a. Ruptur uretra anterior 

b. Ruptur uretra posterior 

c. Ruptur kandung kemih 

d. Fraktur pelvic open book 

e. Trauma tumpul abdomen 

SYNDROME.UKMPPD
113
Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa oleh petugas polisi ke IGD Rumah Sakit
setelah mengalami kecelakaan 1 jam yang lalu. Pasien mengeluh kesakitan pada
area bawah perut. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, TD 110/70 mmHg,
nadi 90x/ menit, laju napas 20x/ menit, dan suhu afebris. Pada pemeriksaan
ditemukan darah menetes dari OUE. Dari rectal toucher prostat tidak terfiksasi.
Kemungkinan diagnosis?
a. Ruptur uretra anterior 

b. Ruptur uretra posterior 

c. Ruptur kandung kemih 

d. Fraktur pelvic open book 

e. Trauma tumpul abdomen 

SYNDROME.UKMPPD
Ruptur OrganRuptur Organ
Organ Gejala
Ginjal Nyeri pinggang, hematuria
Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan,
jarang terjadi hematuria
Vesika Urinaria Nyeri suprapubik, hematuria
Uretra Anterior Nyeri selangkangan, butterfly hematoma,
darah menetes dari OUE
Uretra Posterior Nyeri selangkangan, biasanya disebabkan
fraktur pelvis, floating prostate
Ruptur Uretra
• Klinis: meatal bleeding → darah menetes dari uretra
• Terdiri dari:
• Ruptur uretra anterior
• Akibat cedera kangkang (straddle injury) → jatuh duduk
• Instrumentasi urologi
• Hematom pada penis dan skrotum → Butterfly hematom
• Ruptur uretra posterior
• Biasanya disertai fraktur pelvis
• Floating prostat → ketika di RT, prostat tidak teraba
Ruptur Uretra
• Pemeriksaan penunjang:
• Retrograde uretrografi
• Tatalaksana:
• Sementara : punksi suprapubis
• Lanjutan: sistostomi
• Kontraindikasi: kateter transuretral
114
• Seorang laki-laki 30 tahun datang ke Praktek Dokter Umum karena
belum punya anak. Pasien sudah menikah selama 5 tahun. Keadaan
umum baik, TD 120/80 mmHg, nadi 80x/ menit, laju napas 20x/ menit,
dan suhu afebris. Pada pemeriksaan fisik didapatkan testis kanan lebih
kecil dari testis kiri, dan teraba massa seperti cacing. Analisis sperma
didapatkan hasil Oligospermia. Kemungkinan diagnosis pada kasus ini
adalah?
a. Hidrokel
b. Varikokel
c. Torsio Testis
d. Hernia Scrotalis SYNDROME.UKMPPD
114
• Seorang laki-laki 30 tahun datang ke Praktek Dokter Umum karena
belum punya anak. Pasien sudah menikah selama 5 tahun. Keadaan
umum baik, TD 120/80 mmHg, nadi 80x/ menit, laju napas 20x/ menit,
dan suhu afebris. Pada pemeriksaan fisik didapatkan testis kanan lebih
kecil dari testis kiri, dan teraba massa seperti cacing. Analisis sperma
didapatkan hasil Oligospermia. Kemungkinan diagnosis pada kasus ini
adalah?
a. Hidrokel
b. Varikokel
c. Torsio Testis
d. Hernia Scrotalis SYNDROME.UKMPPD
VARIKOKEL
• Dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis
akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna
• Salah satu penyebab infertilitas pada pria
Patogenesis
• Mengganggu proses spermatogenesis
• Terjadi stagnansi darah balik pada sirkulasi testis : hipoksia
• Peningkatan suhu testis
• Anastomosis pleksis pampiniformis kiri dan kanan sehingga zat hasil
metabolit tidak dapat dialirkan dari testis kiri ke kanan, menyebabkan
gangguan spertamotegenis dan infertilitas
Pemeriksaan Fisik
• Belum punya • Pemeriksaan dilakukan dgn pasien dalam
keturunan posisi berdiri, perhatikan keadaan
skrotum kemudian dilakukan palpasi→
• Benjolan di atas testis
bentukan seperti kumpulan cacing-cacing
terasa nyeri di dalam kantung (bag of worms) yang
berada di sebelah kranial testis, adanya
distensi kebiruan dari dilatasi vena.
• Jika varikokel tidak terlihat secara visual,
struktur vena harus dipalpasi dengan
manuver valsava.
Pemeriksaan Penunjang
• USG Doppler →mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada
pleksus pampiniformis.
• Alat orkidometer →menentukan besar atau volume testis
• Pemeriksaan analisis semen →menilai seberapa jauh varikokel telah
menyebabkan kerusakan pada tubuli seminiferi.
• Analisis semen →menurunnya motilitas sperma , meningkatnya jumlah
sperma muda (immature), kelainan bentuk sperma (tapered).
• Angiografi/Venografi
115
Seorang bayi laki-laki baru lahir sekitar 6 jam yang lalu datang dibawa ke
Puskesmas dengan keluhan muntah hijau beberapa saat setelah diberi ASI. Keadaan
umum pasien tampak lemah, nadi 120x/ menit, laju pernapasan 36x/ menit, dan
suhu 36C. Dokter memutuskan dilakukan pemeriksaan X-Ray Abdomen. Hasil
pemeriksaan tersebut tampak gambaran double bubble. Kemungkinan diagnosis
pada kasus ini adalah?
a. Stenosis Pylorus Hipertropik 

b. Penyakit Hirschprung 

c. Atresia Intestinal 

d. Atresia Esofagus 

e. Atresia Duodenum 

SYNDROME.UKMPPD
115
Seorang bayi laki-laki baru lahir sekitar 6 jam yang lalu datang dibawa ke
Puskesmas dengan keluhan muntah hijau beberapa saat setelah diberi ASI. Keadaan
umum pasien tampak lemah, nadi 120x/ menit, laju pernapasan 36x/ menit, dan
suhu 36C. Dokter memutuskan dilakukan pemeriksaan X-Ray Abdomen. Hasil
pemeriksaan tersebut tampak gambaran double bubble. Kemungkinan diagnosis
pada kasus ini adalah?
a. Stenosis Pylorus Hipertropik 

b. Penyakit Hirschprung 

c. Atresia Intestinal 

d. Atresia Esofagus 

e. Atresia Duodenum 

SYNDROME.UKMPPD
ATRESIA DUODENUM
• Atresia Duodenum
• Obstruksi total duodenum
• Stenosis duodenum
• Obstruksi parsial duodenum (pada gambaran foto polos dapat ditemukan
udara di distal duodenum)
• Diagnosis
• Adanya double bubble pada foto polos
ATRESIA DUODENUM
• Embriologi
• Duodeum berasal dari foregut dan midgut
• Pada usia janin 6 dan 7 minggu, sering terjadi obstruksi usus akibat proliferasi
epitel
• Pada usia 8-10 minggu, terjadi kanalisasi sehingga obstruksi
menghilang dan usus menjadi paten kembali
• Patofisiologi → gagalnya rekanalisasi pada usia janin 8-10 minggu
ATRESIA DUODENUM
• Manifestasi Klinis
• Distensi gaster (bubble pertama)
• Muntah bilier → berwarna kehijauan
• Down syndrome → ditemukan pada 30% kasus atresia duodenum
• Ikterik
• Volvulus → sering ditemukan pada pasien dengan atresia duodenum
• Diagnosis
• Prenatal → double bubble pada USG, polihidramnion
• Post-natal → double bubble pada foto polos abdomen (penunjang untuk
konfirmasi diagnosis), pneumoperitoneum bila perforasi
USG Prenatal Babygram
Atresia Jejenum
Triple Bubble

Atresia Ileum
Multiple Bubble
116
Anak laki-laki berusia 4 tahun dibawa oleh ayahnya ke IGD Rumah Sakit karena
merasa kesakitan pada daerah kemaluan sejak 2 jam yang lalu. Dua jam yang lalu,
pasien menarik-narik preputium ke bel akang, dan tidak dapat dikembalikan.
Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriskaan fisik tampak glans
penis merah kebiruan, preputium menjepit pada sulcus coronarius. Tatalaksana yang
tepat pada kondisi tersebut adalah...
a. Steroid topikal 

b. Antibiotik topikal 

c. Antibiotik oral 

d. Analgetik oral 

e. Dorsumsisi 

SYNDROME.UKMPPD
116
Anak laki-laki berusia 4 tahun dibawa oleh ayahnya ke IGD Rumah Sakit karena
merasa kesakitan pada daerah kemaluan sejak 2 jam yang lalu. Dua jam yang lalu,
pasien menarik-narik preputium ke bel akang, dan tidak dapat dikembalikan.
Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriskaan fisik tampak glans
penis merah kebiruan, preputium menjepit pada sulcus coronarius. Tatalaksana yang
tepat pada kondisi tersebut adalah...
a. Steroid topikal 

b. Antibiotik topikal 

c. Antibiotik oral 

d. Analgetik oral 

e. Dorsumsisi 

SYNDROME.UKMPPD
Kelainan Preputium

Fimosis Parafimosis
Parafimosis
• Preputium dapat ditarik ke belakang tetapi tidak dapat kembali →
• menjepit glans penis
• Kondisi emergensi
• Gejala
• Kulit prepusium edema, terdapat cincin menjepit penis → dapat terjadi iskemia
• → NEKROSIS
• Tatalaksana
• Manual reduksi, kompres cairan hipertonik, pungsi/ aspirasi, insisi vertikal,
• sirkumsisi/dorsumsisi cito
Parafimosis
Tatalaksana
• Dorsumsisi atau dorsal slit, hanya dilakukan insisi
minor
Fimosis
• Preputium tidak dapat ditarik ke belakang
• Bukan kondisi emergensi
• Gejala
• Ujung penis menggembung, pancaran urin lemah
• Komplikasi
• Balanitis (radang pada glans, akibat akumulasi smegma), balanopostitis
(radang pada glans dan preputium), scarring, infeksi saluran kemih, kanker
penis (jangka panjang)
• Tatalaksana definitif → sirkumsisi (elektif)
Fimosis
Tatalaksana
• Pada sirkumsisi, preputium dibuang
117
Laki laki, 40 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam yang lalu, kemudian dibawa
ke klinik tempat Anda praktik. Tanda vital pasien stabil tetapi mengerang sangat
kesakitan saat dipegang kaki kirinya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sulit
menggerakan tungkai bawah sinistra, area kruris sinistra ditemukan krepitasi (+),
tampak pucat, bengkak, kesemutan, nyeri saat dilakukan dorsofleksi pasif dengan nadi
dorsalis pedis teraba lemah dan kesemutan. Pasien akan Anda rujuk tetapi jarak
dengan rumah sakit besar 6 jam. Tindakan yang pertama kali dilakukan adalah?
a. Pasang ORIF emergency 

b. Melakukan bebat tekan 

c. Melakukan insisi ganda pada kruris kiri 

d. Pasang dan loading infus RL 

e. Langsung rujuk 

SYNDROME.UKMPPD
117
Laki laki, 40 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam yang lalu, kemudian dibawa
ke klinik tempat Anda praktik. Tanda vital pasien stabil tetapi mengerang sangat
kesakitan saat dipegang kaki kirinya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sulit
menggerakan tungkai bawah sinistra, area kruris sinistra ditemukan krepitasi (+),
tampak pucat, bengkak, kesemutan, nyeri saat dilakukan dorsofleksi pasif dengan nadi
dorsalis pedis teraba lemah dan kesemutan. Pasien akan Anda rujuk tetapi jarak
dengan rumah sakit besar 6 jam. Tindakan yang pertama kali dilakukan adalah?
a. Pasang ORIF emergency 

b. Melakukan bebat tekan 

c. Melakukan insisi ganda pada kruris kiri 

d. Pasang dan loading infus RL 

e. Langsung rujuk 

SYNDROME.UKMPPD
Sindroma Kompartemen
• Suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan intertisial di dalam
ruangan yang terbatas, yaitu kompartemen osteofasial yang tertutup.
• Gejala “5P”
• Pain → nyeri
• Pallor → pucat
• Parestesia → (-) sensorik
• Paralisis → (-) motorik
• Pulselessness → (-) nadi
• Tatalaksana: Fasciotomi (Golden period: 4-6 jam)→ bila fasilitas
memadai; longgarkan bidai → bila fasilitas tidak memadai
118
Seorang anak perempuan berusai 7 tahun dibawa orangtuanya ke Rumah Sakit
dengan demam sejak 3 hari yang lalu. Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien
terjatuh saat bersepeda. Pada saat itu pasien dibawa ke Puskesmas dan dokter
mendiagnosis adanya fraktur terbuka cruris sinistra. Namun keluarga menolak
penngobatan yang dilakukan oleh dokter dan hanya diurut. Pemeriksaan awal apa
yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis?
a. CT-scan
b. X-ray
c. MRI
d. USG
e. Angiografi
SYNDROME.UKMPPD
118
Seorang anak perempuan berusai 7 tahun dibawa orangtuanya ke Rumah Sakit
dengan demam sejak 3 hari yang lalu. Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien
terjatuh saat bersepeda. Pada saat itu pasien dibawa ke Puskesmas dan dokter
mendiagnosis adanya fraktur terbuka cruris sinistra. Namun keluarga menolak
penngobatan yang dilakukan oleh dokter dan hanya diurut. Pemeriksaan awal apa
yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis?
a. CT-scan
b. X-ray
c. MRI
d. USG
e. Angiografi
SYNDROME.UKMPPD
OSTEOMIELITIS
• Peradangan pada tulang dan sumsum tulang (bone marrow)
• Etiologi: Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Enterobacteriaceae
• Patogenesis:
• Hematogen
• Inokulasi langsung
• Kontaminasi fokus infeksi
• Gejala klinis: demam, menggigil, malaise, letargi
• Pemeriksaan fisik: bengkak, merah, nyeri
Osteomielitis Akut Osteomielitis Sub akut Osteomielitis Kronis
onset < 2 minggu onset 2-6 minggu onset > 6 minggu

- soft tissue swelling - kavitas dikelilingi zona - sekuestrum (tulang yang


- destruksi atau lesi litik sklerosis (abses brodei) nekrosis dan avaskular)
tulang - involukrum (pembentukan
tulang baru)
Tatalaksana
119
Seorang laki-laki berusia 40 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 30 menit yang lalu. Pasien tampak sesak dan
terdapat jejasa pada area dada. Keadaan umum: somnolen, TD 100/70 mmHg, Nadi
120x/ menit, laju napas 32x/ menit, dan suhu 36C. Pemeriksaan fisik didapatkan
konjugtiva anemis, terdapat jejas seat belt pada thorax, pergerakan dada kanan
tertinggal, perkusi dada kanan redup dan auskultasi suara nafas dada kanan hilang.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini?
a. Flail Chest 

b. Tamponade Jantung 

c. Tension Pnemothorax 

d. Hemothorax
e. Obstruksi Jalan Napas
SYNDROME.UKMPPD
119
Seorang laki-laki berusia 40 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 30 menit yang lalu. Pasien tampak sesak dan
terdapat jejasa pada area dada. Keadaan umum: somnolen, TD 100/70 mmHg, Nadi
120x/ menit, laju napas 32x/ menit, dan suhu 36C. Pemeriksaan fisik didapatkan
konjugtiva anemis, terdapat jejas seat belt pada thorax, pergerakan dada kanan
tertinggal, perkusi dada kanan redup dan auskultasi suara nafas dada kanan hilang.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini?
a. Flail Chest 

b. Tamponade Jantung 

c. Tension Pnemothorax 

d. Hemothorax
e. Obstruksi Jalan Napas
SYNDROME.UKMPPD
Hematothorax/Hemothorax
• Terkumpulnya darah di rongga thoraks
• Masif apabila >1500 cc
• Penyebab
• Luka tembus yang merobek pembuluh darah
sistemik/hilus
• Trauma tumpul
Hematothorax/Hemothorax
• Gejala dan tanda
• Sesak nafas
• Anemia
• Syok → hipotensi, takikardi, anuria, akral dingin
• Suara nafas hilang
• Perkusi redup pada sisi hemitoraks yang terkena
Hematothorax
Tatalaksana
• Oksigen
• Resusitasi cairan kristaloid 20 cc/kgBB
• Evaluasi kemungkinan disertai pneumothorax → lakukan needle
decompression
• Pemasangan chest tube untuk drainase darah
• Operasi (thoracotomy) apabila
• Perdarahan masif (>1500 cc) pada drainase
• Peradahan tidak berhenti (150 – 200 cc/jam selama 2 – 4 jam)
• Butuh transfusi darah berulang untuk menjaga hemodinamik
Hematothorax
Tatalaksana
• Kecil (0-15%): Fisioterapi
• Sedang (15-35%): Aspirasi dan transfusi
• Besar (>35%): WSD dan transfusi
120
• Seorang perempuan 18 tahun diantar teman kuliahnya ke UGD dengan
keluhan mengamuk di kampus sejak 1 jam yang lalu. Sejak 3 minggu
yang lalu pasien dikatakan sering terlihat berbicara sendiri dan
mendengar suara- suara yang mengaku ingin memperkosa pasien,
sehingga pasien terlihat ketakutan. Sekitar 2 bulan lalu, pasien putus
dengan pacarnya karena di tinggal menikah. Apakah terapi yang tepat
diberikan untuk pasien saat ini?
a. Haloperidol IM 

b. Diazepam IV 

c. Risperidon IM 

d. CPZ p.o 
 SYNDROME.UKMPPD
120
• Seorang perempuan 18 tahun diantar teman kuliahnya ke UGD dengan
keluhan mengamuk di kampus sejak 1 jam yang lalu. Sejak 3 minggu
yang lalu pasien dikatakan sering terlihat berbicara sendiri dan
mendengar suara- suara yang mengaku ingin memperkosa pasien,
sehingga pasien terlihat ketakutan. Sekitar 2 bulan lalu, pasien putus
dengan pacarnya karena di tinggal menikah. Apakah terapi yang tepat
diberikan untuk pasien saat ini?
a. Haloperidol IM 

b. Diazepam IV 

c. Risperidon IM 

d. CPZ p.o 
 SYNDROME.UKMPPD
Skizofrenia
• Terjadi peningkatan dopamin di otak
• Diagnosis: WH1
• Dijumpai salah satu/beberapa:
• Gangguan isi pikiran
• Echo → isi pikiran bergema
• Controlled → dikendalikan
• Broadcasting → tersiar
• Withdrawal → diambil
• Positivity → pasrah akan kenyataan
Skizofrenia
• Waham (delusi) → keyakinan yang salah
• Halusinasi
• Auditori → bisikan-bisikan
• Visual → bayangan
• Olfaktori → cium bau-bauan
• Talktil → ada yang merayap
• Perilaku katatonik → gaduh gelisah, mempertahankan postur tertentu, atau
gejala negatif → menarik diri, apatis
• Gejala muncul dalam waktu minimal 1 bulan
• Bila <1bulan → gangguan psikotik akut (<2 minggu)
Skizofrenia Paranoid
• Kriteria skizofrenia + waham paranoid
• Persekutorik → merasa dikejar, diancam, dibunuh
• Pengendalian → isi pikiran ada yang mengendalikan
• Referensi → merasa dibicarakan
• Kebesaran → merasa memiliki kekuatan
• Bizzare → aneh, tidak masuk akal
Skizofrenia Hebefrenik
• Kriteria skizofrenia ditambah:
• Onset usia muda (15-25 tahun)
• Perilaku tidak bertanggung jawab; cenderung menyendiri
• Afek dangkal, tidak wajar
• Tertawa sendiri
• Perilaku tanpa tujuan
• Cekikikan, dorong dorongan
Skizofrenia Katatonik
• Kriteria skizofrenia ditambah:
• Gangguan psikomotor: Rigid (mempertahankan posisi tertentu) → tubuh kaku, sikap lilin
• Gaduh gelisah, kurang aktivitas atau tidak bicara
Skizofrenia Residual/ Sisa
• Kambuh atau berulang minimal 1 tahun
• Gejala negatif → banyak diam
• Gejala apatis → afek tumpul, tidak ada gairah, tidak mengurus diri sendiri
Skizofrenia Simpleks
• Gelandangan
• Acak acakan
• Tidak bisa mengurus diri
• Waham dan halusinasi tidak menonjol
Tatalaksana
• Psikoterapi
• Psikofarmako
• APG 1 (antipsikotik tipikal)
• Clorpromazin 50 mg → untuk gejala positif/ gaduh gelisah → efek samping:
hipotensi postural
• Haloperidol 5 mg → antagonis dopamin → untuk gejala positif → efek
samping: parkinson like syndrome: tremor, rigiditas, akinesia/bradikinesia
(jalan seperti robot, sulit memulai gerakan), postural instability
• Gejala lain: Distonia akut (leher kaku), akitisia/ restless leg syndrome (toe
tapping), tardive diskinesia (mulut mengecap), wajah seperti topeng, air liur
menetes
• TX: Triheksifenidil 2 mg → anti kolinergik
Tatalaksana
• APG 2 (antipsikotik atipikal)
• Crisperidone 2 mg → bekerja di reseptor 5HT
• Olanzapine 10 mg IM, bisa diulang tiap 2 jam maksimal 3 kali/ hari
• Clozapine 1-2x 12,5 mg
• Skizofrenia + suicide → gawat darurat → rujuk ke RS
• Skizofenia + sering mencoba suicide → Clozapine

• Saat serangan/ mengamuk:


• Haloperidol IM
• Diazepam IM
• Lorazepam IM
121
Wanita berusia 35 tahun datang ke poli jiwa dengan keluhan selalu merasa cemas
dan gelisah. Pasien mengatakan tidak dapat mengendalikan dirinya untuk tidak
selalu mengecek pintu ketika keluar rumah, selalu ingin berpenampilan dengan
warna yang sama antar atasan dan bawahan, pasien menyuci tangan hingga 3 kali
sebelum mengonsumsi makanan. Pasien sadar hal tersebut tidak baik, namun tidak
paham kenapa ini terjadi serta dapat melawan keinginannya. Berapakah tilikan
pasien?
a. Tilikan 1 

b. Tilikan 2 

c. Tilikan 3 

d. Tilikan 4 

e. Tilikan 5 

SYNDROME.UKMPPD
121
Wanita berusia 35 tahun datang ke poli jiwa dengan keluhan selalu merasa cemas
dan gelisah. Pasien mengatakan tidak dapat mengendalikan dirinya untuk tidak
selalu mengecek pintu ketika keluar rumah, selalu ingin berpenampilan dengan
warna yang sama antar atasan dan bawahan, pasien menyuci tangan hingga 3 kali
sebelum mengonsumsi makanan. Pasien sadar hal tersebut tidak baik, namun tidak
paham kenapa ini terjadi serta dapat melawan keinginannya. Berapakah tilikan
pasien?
a. Tilikan 1 

b. Tilikan 2 

c. Tilikan 3 

d. Tilikan 4 

e. Tilikan 5 

SYNDROME.UKMPPD
Tilikan
• Tilikan 1: Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit (denial)
• Tilikan 2: Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta
pertolongan tetapi menyangkalinya pada saat yang bersamaan
(ambivalensi)
• Tilikan 3: Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain,
faktor luar, medis atau faktor organik yang tidak diketahui
• Tilikan 4: Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang
tidak diketahui pada dirinya.
Tilikan
• Tilikan 5: Tilikan Intelektual : Pengakuan sakit dan mengetahui gejala
dan kegagalan dalam penyesuaian sosial oleh karena perasaan
irrasional atau terganggu, tanpa menerapkan pengetahuannya untuk
pengalaman dimasa mendatang
Tilikan
• Tilikan 6: Tilikan Emosional yang sebenarnya : kesadaran emosional
terhadap motif-motif perasaan dalam, yang mendasari arti dari
gejala; ada kesadaran yang menyebabkan perubahan kepribadian
dan tingkah laku dimasa mendatang; keterbukaan terhadap ide dan
konsep yang baru mengenai diri sendiri dan orang-orang penting
dalam kehidupannya
122
Pasien wanita berusia 21 tahun datang ke dokter karena keluhan merasa sedih dan
putus asa sejak melahirkan anak pertamanya. Keluhan dialami sudah 1 minggu sejak
melahirkan anaknya. Ibu sulit tidur dan sering menangis terus menerus. Namun pasien
masih mau menyusui dan memandikan anaknya, meski merasa lelah karena tidak
dibantu suaminya. Ide bunuh diri disangkal. Apa diagnosis paling sesuai untuk kasus
diatas?
a. Depresi post partum 

b. Post partum blues 

c. Gangguan penyesuaian 

d. Gangguan depresi mayor 

e. Post partum psikosis
SYNDROME.UKMPPD
122
Pasien wanita berusia 21 tahun datang ke dokter karena keluhan merasa sedih dan
putus asa sejak melahirkan anak pertamanya. Keluhan dialami sudah 1 minggu sejak
melahirkan anaknya. Ibu sulit tidur dan sering menangis terus menerus. Namun pasien
masih mau menyusui dan memandikan anaknya, meski merasa lelah karena tidak
dibantu suaminya. Ide bunuh diri disangkal. Apa diagnosis paling sesuai untuk kasus
diatas?
a. Depresi post partum 

b. Post partum blues 

c. Gangguan penyesuaian 

d. Gangguan depresi mayor 

e. Post partum psikosis
SYNDROME.UKMPPD
Gangguan jiwa pasca persalinan
Postpartum blues / Baby blues syndrome / Maternity blues
• Gejala depresi paling ringan
• Biasa dialami oleh perempuan setelah melahirkan antara hari ke-7
hingga 14, yang terjadi untuk sementara (umumnya < 2 minggu)
• Hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan
• Patofisiologinya terkait faktor hormonal
Gangguan jiwa pasca persalinan
Depresi postpartum
• Gejala sama dengan gejala depresi (perasaan sedih, hilangnya minat
dan semangat beraktivitas, malas mengurus anak, sulit tidur atau
terlalu banyak tidur, nafsu makan menurun, merasa tidak mampu
mengurus anak
• Umumnya >2 minggu
• Pada kasus berat, bisa disertai keinginan bunuh diri
• Tatalaksana dengan antidepresan
Gangguan jiwa pasca persalinan
Psikosis postpartum
• Bentuk paling berat, umumnya >2 minggu
• Disertai halusinasi dan waham (anaknya jelmaan setan, makhluk aneh)
• Ada keinginan untuk membunuh anaknya
• Tatalaksana dengan antipsikotik dan pisahkan sementara dari bayi
pasien
123
Perempuan berusia 66 tahun datang dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu.
Sebelumnya 3 hari yang lalu, pasien berobat ke dokter spesialis kesehatan jiwa dan
dinyatakan mengalami gangguan psikosis serta diberikan terapi. Setelah
mengkonsumsi obat tersebut, pasien mengalami demam 40C. Tangan pasien juga
bergerak dengan sendirinya. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak apatis, denyut
nadi 110x/menit, pernapasan 24x/menit. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan
peningkatan tonus otot dan katatonik. Apakah diagnosis kasus tersebut?
a. Skizofrenia 

b. Gangguan dystonia 

c. Drug induced parkinsonism 

d. Tardive dyskinesia 

e. Neuroleptic Malignant Syndrome
SYNDROME.UKMPPD
123
Perempuan berusia 66 tahun datang dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu.
Sebelumnya 3 hari yang lalu, pasien berobat ke dokter spesialis kesehatan jiwa dan
dinyatakan mengalami gangguan psikosis serta diberikan terapi. Setelah
mengkonsumsi obat tersebut, pasien mengalami demam 40C. Tangan pasien juga
bergerak dengan sendirinya. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak apatis, denyut
nadi 110x/menit, pernapasan 24x/menit. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan
peningkatan tonus otot dan katatonik. Apakah diagnosis kasus tersebut?
a. Skizofrenia 

b. Gangguan dystonia 

c. Drug induced parkinsonism 

d. Tardive dyskinesia 

e. Neuroleptic Malignant Syndrome
SYNDROME.UKMPPD
Neuroleptic Maligna Syndrome
• Insidensi jarang
• Reaksi toksik dari obat –batan antipsikosis: haloperidol, clorpromazin (kelebihan dosis)
• Gejala:
• Hipertermi (bisa >40C)
• Rigid (kaku otot)
• Delirium, koma
• Gangguan sistem otonom (HD tidak stabil)
• Laboratorium:
• Peningkatan enzik kreatin fosfokinase
• Tatalaksana:
• STOP OBAT, resusitasi cairan, simptomatis
• Bromokriptin, injeksi difenhidramin
124
• Pasien anak perempuan berusia 15 tahun dibawa orangtuanya ke
dokter karena sering ditemukan berjalan saat dirinya terlelap tidur.
Anak sudah alami hal ini sejak 3 bulan terakhir dan orangtua
mengkhawatirkan anak rentan alami cedera bila ini tetap terjadi. Anak
tidak ingat hal tersebut dan merasa tidurnya baik baik saja. Apa
diagnosis yang mungkin pada kasus diatas?
a. Somnabulisme 

b. Pavor nocturnal 

c. Sleep terror 

d. Nightmare 

e. HIpersomnia 
 SYNDROME.UKMPPD
124
• Pasien anak perempuan berusia 15 tahun dibawa orangtuanya ke
dokter karena sering ditemukan berjalan saat dirinya terlelap tidur.
Anak sudah alami hal ini sejak 3 bulan terakhir dan orangtua
mengkhawatirkan anak rentan alami cedera bila ini tetap terjadi. Anak
tidak ingat hal tersebut dan merasa tidurnya baik baik saja. Apa
diagnosis yang mungkin pada kasus diatas?
a. Somnabulisme 

b. Pavor nocturnal 

c. Sleep terror 

d. Nightmare 

e. HIpersomnia 
 SYNDROME.UKMPPD
INSOMNIA
❑ Tatalaksana
• Tujuan adalah untuk
meningkatkan kualitas tidur saat
malam hari dan mengurangi
gejala/gangguan saat siang
hari
• sleep hygiene therapy
INSOMNIA
❑ Gangguan tidur lainnya:
• NARKOLEPSI → Serangan kantuk mendadak yang bisa
terjadi berkali-kali dalam sehari. Di luar serangan, pasien
tidak merasa mengantuk. Bisa disertai katapleksi, paralisis
tidur, dan halusinasi hipnagogik
• HIPERSOMNIA (Excessive Daytime Sleepness/EDS)→ sering
merasa mengantuk meskipun kuantitas dan kualitas tidur di
malam hari optimal.
INSOMNIA
• PARASOMNIA → segala kondisi abnormal yang muncul saat seseorang tidur
(kecuali sleep apnea). Dapat dibagi menjadi:
• NIGHTMARE → pasien terbangun mendadak dari tidur dan mengingat
serta dapat menceritakan kembali mimpi buruknya, setelahnya dapat
kembali tidur
• SLEEP/NIGHT TERROR → pasien terbangun mendadak dari tidur sambil
berteriak ketakutan, namun tidak ingat mimpinya, setelahnya dapat kembali
tidur
• SOMNAMBULISME → berjalan atau beraktivitas sambil tidur, dan tidak
ingat saat ditanya setelah bangun
• Beberapa contoh lainnya yang lebih jarang: sleep paralysis, sleep aggression,
sexsomnia
125
Seorang laki-laki berusia 28 tahun, dibawa keluarganya ke Puskesmas karena dikatakan
kerasukan. Sejak 5 hari yang lalu penderita mengalami perubahan tingkah laku berupa sulit
tidur, sering bicara sendiri, mondar-mandir dan marah- marah tanpa sebab. Penderita
merasa kerasukan arwah neneknya yang sudah meninggal, sehingga perbuatannya sering
dikendalikan oleh arwah tersebut. Dari pemeriksaan status psikiatri didapatkan adanya
waham kendali pikir, waham sisip pikir , dan halusinasi auditorik. Tidak ada riwayat
gangguan jiwa sebelumnya. Apakah diagnosis yang paling mendekati untuk kasus di atas?
a. Gangguan Afektif 

b. Psikotik Akut 

c. Skizofrenia 

d. Gangguan Waham Menetap 

e. Gangguan Mentall Organik

SYNDROME.UKMPPD
125
Seorang laki-laki berusia 28 tahun, dibawa keluarganya ke Puskesmas karena dikatakan
kerasukan. Sejak 5 hari yang lalu penderita mengalami perubahan tingkah laku berupa sulit
tidur, sering bicara sendiri, mondar-mandir dan marah- marah tanpa sebab. Penderita
merasa kerasukan arwah neneknya yang sudah meninggal, sehingga perbuatannya sering
dikendalikan oleh arwah tersebut. Dari pemeriksaan status psikiatri didapatkan adanya
waham kendali pikir, waham sisip pikir , dan halusinasi auditorik. Tidak ada riwayat
gangguan jiwa sebelumnya. Apakah diagnosis yang paling mendekati untuk kasus di atas?
a. Gangguan Afektif 

b. Psikotik Akut 

c. Skizofrenia 

d. Gangguan Waham Menetap 

e. Gangguan Mentall Organik

SYNDROME.UKMPPD
Skizofrenia
• Waham (delusi) → keyakinan yang salah
• Halusinasi
• Auditori → bisikan-bisikan
• Visual → bayangan
• Olfaktori → cium bau-bauan
• Talktil → ada yang merayap
• Perilaku katatonik → gaduh gelisah, mempertahankan postur tertentu, atau
gejala negatif → menarik diri, apatis
• Gejala muncul dalam waktu minimal 1 bulan
• Bila <1bulan → gangguan psikotik akut (<2 minggu)
126
• Pasien anak laki-laki berusia 8 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
demam yang sudah dirasakan setidaknya selama 7 hari. Demam
terutama pada sore hari yang dirasakan makin tinggi suhunya dari hari
ke hari. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu 39C dan
terdapat bradikardi relatif. Terapi yang sesuai untuk pasien tersebut
adalah...
a. Kotrimoksasol 2 x 24 mg/kgBB selama 14 hari
b. Cefixime 2 x 200 mg selama 7 hari
c. Cefriaxone 1 x 50-75 mg/kgBB selama 5 hari
d. Kloramfenikol 4 x 12,5-25 mg/kgBB selama 14 hari
e. Siprofloksasin 2 x 500 mg selama 7 hari
SYNDROME.UKMPPD
126
• Pasien anak laki-laki berusia 8 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
demam yang sudah dirasakan setidaknya selama 7 hari. Demam
terutama pada sore hari yang dirasakan makin tinggi suhunya dari hari
ke hari. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu 39C dan
terdapat bradikardi relatif. Terapi yang sesuai untuk pasien tersebut
adalah...
a. Kotrimoksasol 2 x 24 mg/kgBB selama 14 hari
b. Cefixime 2 x 200 mg selama 7 hari
c. Cefriaxone 1 x 50-75 mg/kgBB selama 5 hari
d. Kloramfenikol 4 x 12,5-25 mg/kgBB selama 14 hari
e. Siprofloksasin 2 x 500 mg selama 7 hari
SYNDROME.UKMPPD
DEMAM TIFOID
• Termasuk penyakit wabah
• Etiologi: Salmonella typhi (96%), Salmonella paratyphi
• Penularan: fecal oral
• Masa inkubasi: 10-14 hari
• Patogenesis:
Makanan terkontaminasi → masuk ke lambung → sebagian
dihancurkan, sebagian lagi lolos ke usus → peyerpatch ileum
distal → ductus thoracicus → ke organ RES
DEMAM TIFOID
• Gejala klinis:
Minggu 1
-Fase prodromal: malaise, nyeri kepala,
batuk, nyeri tenggorokan
-Demam stepladder/ kontinu bertangga >7 hari
(naik pada malam hari, turun pada pagi hari
tapi tidak pernah mencapai suhu normal)
-Nyeri perut, konstipasi atau diare
-Mual muntah, anoreksia
-Coated tongue (lidah tengahnya kotor,
pinggir merah dan tremor)
DEMAM TIFOID
Minggu 2
-Hepatosplenomegali
-Bradikardi relatif (kenaikan suhu tidak
disertai kenaikan nadi)
-Rose spot (ptekie di abdomen)
Minggu 3
-Typhoid state: apatis, delirium,
disorientasi, koma
-PSMBB (perforasi usus)
DEMAM TIFOID

WIDAL TEST
• Laboratorium:
• Dilakukan akhir minggu 1 (hari ke-
• Leukopenia atau leukositosis
7), minggu 2, 3, 4 → mendeteksi
• Trombositopenia
antibodi dari Salmonella
• Anemia ringan • Dengan cara memasukkan antigen
• LED tinggi kuman yang sudah dimatikan
• SGOT, SGPT tinggi
DEMAM TIFOID
• Semakin tinggi titer aglutinin, semakin tinggi kemungkinan
terinfeksi
• Aglutinin O → dari tubuh kuman
• Aglutinin H → flagel
• Aglutinin Vi → simpai → CARRIER
• BERMAKNA: kenaikan titer 4x lipat dari awal dalam 2 minggu,
atau titer O > 1/320, atau titer H > 1/640
(normal: 1/80)
• Fase akut → titer O meningkat disertai titer H
• Titer O menetap hingga 6 bulan, titer H menetap hingga 1
tahun
DEMAM TIFOID
• Gold standar:
• Kultur sumsum tulang
→ minggu 1 (80-90%,
paling baik, namun invasif)
• Kultur darah → minggu 1
(70-80%)
• Kultur feses → minggu 2
• Kultur urin → minggu 3
DEMAM TIFOID
• Tatalaksana:
• Cairan & kalori
• Antipiretik
• Diet: makanan bersih, rendah serat dan mudah dicerna
• Antibiotik
: Ibu
hamil:
•Amoksisilin/ Seftriakson
Dewasa tidak hamil:
• Quinolon → Siprofloksasin 15 mg/kg 7 hari
DEMAM TIFOID

Anak:
• Kloramfenikol 4x500 mg 10-14 hari (efek samping:
hipoplasia sum-sum tulang →pansitopenia)
• Tiamfenikol 4x500 mg 10-14 hari (minimal efek samping)
• Kotrimoksazol 6 mg/kgBB/hari 10 hari
• Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari 10 hari
• Seftriakson 3 gram/hari 3-5 hari
127
Anak usia 9 tahun dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan lemas. Demam dirasakan
sejak 4 hari dan pada hari pertama demam mendadak. Kesadaran pasien apatis,
nadi tidak teraba, suhu 36.1 dan tekanan darah tidak terukur. Pemeriksaan lab Hb
18.1 g/dL, leukosit 1.700/mm, trombosit 20.000/mm, hematokrit 56%. Pada
pemeriksaan rontgen didapatkan efusi pleura kanan. Diagnosis pasien adalah...
a. Dengue fever
b. Dengue hemorrhagic fever grade I
c. Dengue hemorrhagic fever grade II
d. Dengue hemorrhagic fever grade III
e. Dengue hemorrhagic fever grade IV

SYNDROME.UKMPPD
127
Anak usia 9 tahun dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan lemas. Demam dirasakan
sejak 4 hari dan pada hari pertama demam mendadak. Kesadaran pasien apatis,
nadi tidak teraba, suhu 36.1 dan tekanan darah tidak terukur. Pemeriksaan lab Hb
18.1 g/dL, leukosit 1.700/mm, trombosit 20.000/mm, hematokrit 56%. Pada
pemeriksaan rontgen didapatkan efusi pleura kanan. Diagnosis pasien adalah...
a. Dengue fever
b. Dengue hemorrhagic fever grade I
c. Dengue hemorrhagic fever grade II
d. Dengue hemorrhagic fever grade III
e. Dengue hemorrhagic fever grade IV

SYNDROME.UKMPPD
DENGUE HAEMORRHAGE FEVER
• Etiologi: Virus Dengue (Famili: Flaviviridae)
• Virus dengue memiliki 4 serotipe DEN-I, DENII, DEN-III, dan DEN-IV (paling
banyak di Indonesia DEN-III)
• Imunitas yang didapat dari virus dengue bersifat seumur hidup (yang
berarti maksimal seseorang terinfeksi virus dengue sebanyak 4 kali)
• Vektor: nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus betina
• Manifestasi infeksi dengue dapat beragam, berupa Dengue Fever
(DF), Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) grade I-IV
DHF
• Pada umumnya, DF terjadi akibat infeksi salah satu serotipe virus
dengue
• DHF terjadi akibat infeksi sekunder virus dengue dengan serotipe
berbeda
Dengue Fever
• DF dapat memiliki manifestasi perdarahan (Epistaksis, hipermenore,
dan perdarahan saluran cerna).
• Bedakan DF dengan DHF. Pada DF tidak ada plasma leakage (efusi
pleura, ascites, peningkatan Ht sebesar >20% dari baseline, serum
albumin <3.5 gr%)
DHF
• Plasma leakage bisa ditegakkan dengan peningkatan Ht ≥20% dari
baseline, bukan angka Ht diatas ≥20%.
• Anggap Ht normal = 35-45% (nilai ini bisa disesuaikan dengan tabel referensi
UKMPPD)
• Jika menggunakan angka ini, Plasma Leakage bisa ditegakkan apabila Ht
pasien minimal 42%

Contoh :
• Peningkatan Ht minimal = 20%*Ht Baseline = 20%*35% = 7%
• Ht minimal untuk menegakkan Plasma Leakage = 35% + 7% =
42%
DHF
❑ Pemeriksaan :
• Torniquet test
• NS1 (antigen) : dapat dideteksi
pada awal demam (hari 1-2)
• IgM (antibodi) : terdeteksi mulai
hari 3-5, meningkat sampai minggu
ke 3, menghilang setelah 60-90
hari
• IgG (antibodi) : pada infeksi
primer, IgG mulai terdeteksi pada
hari ke 14, pada infeksi sekunder
mulai terdeteksi hari ke 2 Uji Torniquet
DHF
❑ Warning Signs
• Demam turun namun keadaan anak memburuk
• Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
• Muntah yang menetap
• Letargi, gelisah
• Perdarahan mukosa
• Pembesaran hati
• Akumulasi cairan
• Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan cepat jumlah
trombosit
• Hematokrit awal tinggi
DHF
• Indikasi cairan intravena:
• Intake cairan oral tidak adekuat
• Peningkatan hematokrit hingga 10-20% meskipun telah diberikan rehidrasi oral
• Impending shock
• Terdapat tanda-tanda syok

• Cairan Kristaloid
• Ringer Laktat / Ringer Asetat / NaCl 0,9%
• Grade I/II → 5-7 cc/kgBB secepatnya (1 jam)
• Grade III/IV → 10-20 cc/kgBB secepatnya (0.5
jam) Dimulai dari starting dose.
128
Seorang Laki-laki 24 tahun datang dengan keluhan batuk lebih dari dua bulan, disertai
dahak dan kadang dengan darah. Pasien juga demam dan mengeluhkan nyeri telan,
penurunan berat badan >10kg selama periode tersebut, pemeriksaan kepala-leher
didapatkan leukoplakia ad glossus et palatum, swab langit-langit menunjukkan candida (+).
Pasien terlihat sangat kurus, tulang dada pasien terlihat jelas dan Otot ekstremitas pasien
terlihat mengecil. Pasien memang seorang pengguna jarum suntik dan obat kesukaannya
bermerk illuminados plaga. Pada pemeriksaan tes HIV didapatkan reaktif. Diagnosis pada
pasien ini adalah?
a. TB paru dengan HIV st 1

b. TB paru dengan HIV st 2

c. TB paru dengan HIV st 3
d. TB paru dengan HIV st 4
e. TB paru dengan HIV st 5
SYNDROME.UKMPPD
128
Seorang Laki-laki 24 tahun datang dengan keluhan batuk lebih dari dua bulan, disertai
dahak dan kadang dengan darah. Pasien juga demam dan mengeluhkan nyeri telan,
penurunan berat badan >10kg selama periode tersebut, pemeriksaan kepala-leher
didapatkan leukoplakia ad glossus et palatum, swab langit-langit menunjukkan candida (+).
Pasien terlihat sangat kurus, tulang dada pasien terlihat jelas dan Otot ekstremitas pasien
terlihat mengecil. Pasien memang seorang pengguna jarum suntik dan obat kesukaannya
bermerk illuminados plaga. Pada pemeriksaan tes HIV didapatkan reaktif. Diagnosis pada
pasien ini adalah?
a. TB paru dengan HIV st 1

b. TB paru dengan HIV st 2

c. TB paru dengan HIV st 3
d. TB paru dengan HIV st 4
e. TB paru dengan HIV st 5
SYNDROME.UKMPPD
GEJALA HIV
2 MAYOR + 1 MINOR atau 3 MINOR

MAYOR MINOR
• Penurunan BB >10% dalam 1 • Batuk >1 bulan
bulan • Dermatitis generalisata
• Diare kronis >1bulan • Herpes zoster/ simpleks
• Demam >1bulan • Kandidiasis orofaringeal
• Penurunan kesadaran/ • Limfadenopati generalisata
gangguan neurologis • Infeksi jamur berulang pada
• HIV ensefalopati/ demensia kemaluan
• Retinitis CMV
HIV-AIDS
HIV-AIDS
Wasting Syndrome
Penurunan BB >10%
+
Diare kronik >1bulan atau Demam >1bulan
129
Seorang laki-laki usia 67 tahun mengeluhkan demam, nyeri perut, sejak beberapa hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh keluhan disertai dengan mual muntah. Pada pemeriksan
fisik didapatkan konjungtiva ikterik (+), nyeri otot gastrocnemius (+). Pasien mengaku
sekitar 3 hari yang lalu terdapat riwayat kebanjiran (+). Pada pasien kemudian
dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan ditemukan organisme berbentuk spiral dengan
saling mengait di bagian ujungnya. Terapi yang tepat untuk diberikan adalah...
a. Asiklovir 5x800 mg

b. Ketoconazole 2x200 mg
c. Penisilin 1.5 juta IU

d. Metronidazol 3x500 mg
e. Azithromycin 1x1 gr

SYNDROME.UKMPPD
129
Seorang laki-laki usia 67 tahun mengeluhkan demam, nyeri perut, sejak beberapa hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh keluhan disertai dengan mual muntah. Pada pemeriksan
fisik didapatkan konjungtiva ikterik (+), nyeri otot gastrocnemius (+). Pasien mengaku
sekitar 3 hari yang lalu terdapat riwayat kebanjiran (+). Pada pasien kemudian
dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan ditemukan organisme berbentuk spiral dengan
saling mengait di bagian ujungnya. Terapi yang tepat untuk diberikan adalah...
a. Asiklovir 5x800 mg

b. Ketoconazole 2x200 mg
c. Penisilin 1.5 juta IU

d. Metronidazol 3x500 mg
e. Azithromycin 1x1 gr

SYNDROME.UKMPPD
LEPTOSPIROSIS
❑ Nama lain: Mud fever, Slime fever, Swamp fever, Field fever
❑ Faktor Resiko:
• Pekerja sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, rumah
potong hewan, tambang, dokter hewan
• Kebanjiran
• Riwayat kontak dengan air tergenang
• Rumah banyak tikus, pelihara hewan
• Berkemah, berburu, berenang
LEPTOSPIROSIS
• Etiologi: Leptospira → mikroorganisme spirochaeta bentuk
spiral berflagel
• Banyak di ginjal/ urine tikus, kucing, anjing, babi, lembu, dll
• Dapat masuk ke tubuh manusia lewat kulit dan selaput lendir
• Target kerusakan organ: ginjal, hati, otot, vaskular
LEPTOSPIROSIS
LEPTOSPIROSIS
❑ Manifestasi Klinis : • Ikterik
• Demam tinggi • Nyeri tekan gatroknemius
• mendadak • Splenomegali
• Nyeri otot dan sendi • Hepatomegali
• Sakit kepala • Ruam di kulit
• Diare • Edema
• Mual muntah
• Injeksi konjungtiva
LEPTOSPIROSIS
❑ Pemeriksaan penunjang :
• Leukopenia
• Trombositopenia dapat terjadi
• Shift to the left
• Bilirubin meningkat pada Weil’s disease
• Mikroskop lapangan gelap → paling sederhana, dijumpai bakteri bentuk spiral
• Pemeriksaan serologi IgM antileptospira dengan ELISA
LEPTOSPIROSIS
• Baku emas:
• Pemeriksaan serologi IgM antileptospira dengan metode Microscopic Agglutination
Test (MAT)
• Kultur (hasilnya seringkali negatif) → sangat sulit
• Darah/CSF → < hari ke 10
• Urin/feses → > hari ke 7
WEIL’S DISEASE
❑ Leptospirosis berat
❑ Bila dijumpai salah satu dari:
• Sklera ikterik/ jaundice
• Perdarahan subkonjungtiva
• Oligouria (gangguan ginjal)
• Miokarditis dengan aritmia
LEPTOSPIROSIS
❑ Tatalaksana • MODERATE-SEVERE/ RAWAT
• MILD/ RAWAT JALAN INAP (WEIL’S DISEASE)
• DOC: Doxycycline (100 mg • DOC: Penicillin (1.5 juta unit IV/
PO bid) 6-8 jam)
• Amoxicillin (500 mg PO tid) • Ceftriaxone 1-2 gram/24 jam
Azithromycin dehydrate ( • Cefotaxime 1 gram/6 jam
1gram SD, dilanjutkan 500
mg 2 hari)
130
• Laki laki 45 tahun datang ke puskesmas ingin berkonsultasi karena akan pergi ke Lembah
baliem Papua. Dia akan pergi dalam 2 minggu sejak hari ini dan akan tinggal selama
sebulan. Akan tetapi pasien sedikit takut karena daerah tersebut rawan akan penyakit
malaria dan pasien tidak ingin jatuh sakit. Profilaksis yang tepat diberikan adalah ?
a. Primakuin 0,24/mg/kgbb, 1 minggu sebelum berangkat sampai dengan 1 minggu
setelah kembali
b. Piperakuin 4 mg, 1 minggu sebelum berangkat sampai 2 minggu setelah kembali
c. Kina 10 mg/kgbb , 4 hari sebelum berangkat sampai dengan 4 minggu setelab kembali
d. Chloroquin 500 mg setiap hari, 1 minggu sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah
kembali
e. Doksisiklin 100 mg setiap hari, 1-2 hari sebelum berangkat sampai dengan 4 minggu 


SYNDROME.UKMPPD
130
• Laki laki 45 tahun datang ke puskesmas ingin berkonsultasi karena akan pergi ke Lembah
baliem Papua. Dia akan pergi dalam 2 minggu sejak hari ini dan akan tinggal selama
sebulan. Akan tetapi pasien sedikit takut karena daerah tersebut rawan akan penyakit
malaria dan pasien tidak ingin jatuh sakit. Profilaksis yang tepat diberikan adalah ?
a. Primakuin 0,24/mg/kgbb, 1 minggu sebelum berangkat sampai dengan 1 minggu
setelah kembali
b. Piperakuin 4 mg, 1 minggu sebelum berangkat sampai 2 minggu setelah kembali
c. Kina 10 mg/kgbb , 4 hari sebelum berangkat sampai dengan 4 minggu setelab kembali
d. Chloroquin 500 mg setiap hari, 1 minggu sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah
kembali
e. Doksisiklin 100 mg setiap hari, 1-2 hari sebelum berangkat sampai dengan 4

SYNDROME.UKMPPD
MALARIA
Anamnesis:
-demam tinggi, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare, nyeri otot
- Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria
- Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria (Papua, NTT)
- Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
MALARIA
- Stadium prodromal (2-3 hari)
- TRIAS:
- Menggigil (15 menit-1 jam)
- Demam tinggi (2-6 jam) → intermitten, ada fase bebas
demam
- Berkeringat (2-4 jam)
- TRIAS HEMOLITIK: - Anemia
- Ikterik
- Hepatosplenomegali
MALARIA
• Vektor: nyamuk Anopheles betina
• PLASMODIUM: ”Fatro Viter Maqu”
• P. Falciparum → Malaria Tropicana (Maligna) → demam tidak menentu,
gejala berat
• P. Vivax → Malaria Tertiana (Benigna) → demam 1-2-1-2 / per 48 jam / hari
ke 3
• P. Ovale → Malaria Ovale → demam 1-2-1-2 / per 48 jam / hari ke 3
• P. Malariae → Malaria Quartana → demam 1-3-1-3 / per 72 jam / hari ke 4
→ jarang di Indonesia
• P. Knowlesi → Malaria knowlesi → menyerupai falsiparum, jarang di Indonesia
MALARIA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Hapusan darah tepi (pewarnaan Giemsa)
- TEBAL : ADA/ TIDAK PARASIT
- TIPIS : JENIS PARASIT
“Pemeriksaan dilakukan 3 kali setiap 24 jam, jika hasil tetap (-) baru
diagnosis malaria dapat disingkirkan”
- Rapid test → hasil keluar 3-5 menit, untuk plasmodium falciparum
- Optimal test → membedakan p.falciparum dan p.vivax
- Serologi dan PCR
Profilaksis Malaria
• KLOROKUIN (resistensi sudah tinggi)
• 250 mg/minggu → dimakan 1 minggu sebelum pergi, selama di
daerah endemis, sampai 1 bulan setelah pulang
• DOKSISIKLIN (pilihan utama)
• 100 mg/hari→ dimakan 1-2 hari sebelum pergi, selama di daerah
endemis, sampai 1 bulan setelah pulang
• MEFLOKUIN (pilihan untuk ibu hamil) : 250 mg/minggu
• PRIMAKUIN : 0,5 mg/kgBB/hari
131
• Perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan mudah lelah, rambut
rontok, dan sering merasa silau sejak 1 minggu yang lalu. Selain itu
pasien juga mengeluhkan nyeri pada sendi bahu, siku, lutut dan
pergelangan kaki sejak 3 bulan yang lalu. Selain keluhan tersebut,
pasien juga mengeluhkan demam dan terkadang sesak. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi 96 kali/menit, RR
17 kali/menit, suhu 36,7 C. Dari hasil pemeriksaan kepala didapatkan
ruam kemerahan di wajah. Pemeriksaan autoantibodi yg paling spesifik
adalah?
a. DEXA
b. Anti ds-dna
SYNDROME.UKMPPD
c. Rheumatoid factor
131
• Perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan mudah lelah, rambut
rontok, dan sering merasa silau sejak 1 minggu yang lalu. Selain itu
pasien juga mengeluhkan nyeri pada sendi bahu, siku, lutut dan
pergelangan kaki sejak 3 bulan yang lalu. Selain keluhan tersebut,
pasien juga mengeluhkan demam dan terkadang sesak. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi 96 kali/menit, RR
17 kali/menit, suhu 36,7 C. Dari hasil pemeriksaan kepala didapatkan
ruam kemerahan di wajah. Pemeriksaan autoantibodi yg paling spesifik
adalah?
c. Rheumatoid factor
a.
d. DEXA
CD4
b.
e. Anti
Anti ds-dna
SM
SYNDROME.UKMPPD
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
• Autoimun
• Penyakitsistemik,mengenaibanyak organ
• Manifestasi bervariasi, dapat ringan maupun berat
• Prevalensi bisa mengenai semua umur, sering pada wanita
(90%) usia 15-45 tahun
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
• Gejala umum: • Gejala konstitusional:
– kelelahan – rambut rontok
– penurunan berat badan – mual, muntah
– demam – hilang nafsu makan
– pembesaran KGB
– nyeri kepala
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
• Pemeriksaan penunjang:
– AWAL → ANA test (anti
nuclear antibody)
– Lanjutan: – Defisiensi komplemen C3
• anti dsDNA dan C5
• antigen smith – Sel lupuseritematosus (sel
• VDRL positif palsu (pada LE)
onset penyakit)
• LED↑, CRP↑ (inflamasi)
Diagnosis SLE (Kriteria ACR)
Diagnosis SLE (Kriteria ACR)
Diagnosis SLE (Kriteria ACR)
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
• Tatalaksana Non farmakologi:
– Dukungan sosial
– Istirahat, batasi aktivitas fisik
– Edukasi gaya hidup sehat
– Tabir surya (SPFminimal 15)
– Monitoring ketat
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

• Tatalaksana Farmakologis:
– KORTIKOSTEROID → dipakai jika ada
keterlibatan organ (ginjal, otak, vaskuler)
• Metilprednisolon → 5-20 mg/hari dosis tunggal atau
terbagi
• Prednison → 1-2 mg/kgBB/hari
• Bolusmetilprednisolon 1000 mg,5 hari berturut turut
(pada kasusmengancam jiwa)
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
– IMUNOMODULATOR
• siklosfamid
• metotreksat
• siklosporin
• estrogen
• NSAID
• anti malaria
132
Laki laki usia 62 tahun datang dengan keluhan nyeri pada sendi lutut, terutama
pada kaki kiri. Nyeri dirasakan terutama saat beraktivitas seperti naik tangga
dengan awalnya kaku sendi pada pagi hari selama kurang dari 30 menit. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan genu didapatkan krepitasi. Dari foto rontgen didapatkan osteofit, dan
sclerosis subkondral. Grade berapakah penyakit tersebut?
a. I
b. II
c. III
d. IV
e. V
SYNDROME.UKMPPD
132
Laki laki usia 62 tahun datang dengan keluhan nyeri pada sendi lutut, terutama
pada kaki kiri. Nyeri dirasakan terutama saat beraktivitas seperti naik tangga
dengan awalnya kaku sendi pada pagi hari selama kurang dari 30 menit. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan genu didapatkan krepitasi. Dari foto rontgen didapatkan osteofit, dan
sclerosis subkondral. Grade berapakah penyakit tersebut?
a. I
b. II
c. III
d. IV
e. V
SYNDROME.UKMPPD
OSTEOARTHRITIS
Faktor risiko:
• Umur → faktor resiko yg terkuat
• Jenis kelamin → Usia > 50 thn: ♀> ♂
• Kegemukan
• Penyakit Metabolik
• Cedera sendi
• Kelainan pertumbuhan
OSTEOARTHRITIS
Gejala klinis:
• Kaku sendi pagi hari (<30 menit)
• Onsetgradual → nyeri dirasakan berangsur meningkat(onset
gradual)
• Krepitasi → suara sendi berderak
• Pergerakanterbatas, perubahan cara berjalan
• Deformitas
• Ngilu pada saat udara dingin
OSTEOARTHRITIS

Gejala klinis:
• HEBERDEN’S Nodes (di
jari tangan distal)
• BOUCHARD’S nodes (di
jari tangan proximal)
• Bisa disertai tanda-tanda
inflamasi lokal
OSTEOARTHRITIS
Dijumpai:
Pemeriksaan penunjang:
– Penyempitan celah sendi yg
– Foto polos sendi→ asimetris
untukklasifikasi
– Peningkatan densitas (sklerosis)
diagnosis atau untuk
tulang subkondral
merujuk ke ortopaedi
– Osteofit pd pinggir sendi (SPUR)
– Minimal 2
– Kista tulang
proyeksi (
– Perubahanstruktur normal sendi
AP,lateral)
– Hipertrofi sinovial
– Kartilago iregular
Temuan Radiologis OA
Foto Genu:
SYNDROME.UKMPPD
OSTEOARTHRITIS
Tatalaksana Non Farmakologi
• Istirahat sendi
• Berat Badan ideal
• Latihan ringan (jalan kaki, bersepeda, berenang)
• Fisioterapi
• Hindari berdiri lama, jongkok dan duduk bersila
OSTEOARTHRITIS
Tatalaksana Non Farmakologi
• NSAID ( oral & topikal ) → tatalaksana awal
• Injeksi IntraArtikular:
• Steroid (TriamcinoloneHexacetonid 40 mg)
• Hyaluronan
• Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMOADs)
→ tatalaksana yang tepat
• Kondroitin sulfat
• Asam hialuronat
• Diacerrhein
• Vitamin C
• Viscosuplement
133
Seorang wanita usia 50 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri pada punggung
sejak 2 minggu smrs. Pasien memiliki riwayat konsumsi steroid jangka panjang. Pasien
juga mengaku telah mengalami menopause sejak 1 tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/90 mmHg, HR 90x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu
36,5C. Pada pemeriksaan rontgen didapatkan fraktur kompresi L3-L4. Apakah
kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
a. Osteoporosis primer 

b. Osteoporosis sekunder 

c. Osteoporosis tersier 

d. Osteoporosis senilis 

e. Osteopenia 

SYNDROME.UKMPPD
133
Seorang wanita usia 50 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri pada punggung
sejak 2 minggu smrs. Pasien memiliki riwayat konsumsi steroid jangka panjang. Pasien
juga mengaku telah mengalami menopause sejak 1 tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/90 mmHg, HR 90x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu
36,5C. Pada pemeriksaan rontgen didapatkan fraktur kompresi L3-L4. Apakah
kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
a. Osteoporosis primer 

b. Osteoporosis sekunder 

c. Osteoporosis tersier 

d. Osteoporosis senilis 

e. Osteopenia 

SYNDROME.UKMPPD
OSTEOPOROSIS
❑ Defenisi :
Penyakittulang sistemikyang ditandai dengan penurunan
densitas massatulang → menjadi rapuh dan mudah patah
OSTEOPOROSIS
❑ Faktor resiko :
• Usia tua
• Genetik (etnis kaukasia dan oriental)
• Riyawat keluarga
• Defisiensi estrogen
• Gaya hidup
• Defisiensi androgen
• Defisiensi kalsium
• Tirotoksikosis
• Aktivitas fisik kurang
• Hiperparatiroidisme
• Konsumsi obat-obatan
• Merokok
• Alkohol
OSTEOPOROSIS
❑ Anamnesis:
• Riwayat fraktur dan mikrofraktur
• Imobilisasi
• Penurunantinggi badan
• Riwayat minumobat-obatan → steroid (menekan osteoklas)
• Riwayat haid dan menopause
❑ Pemeriksaan fisik:
• Cara berjalan
• BBdan TB
• Deformitas tulang
OSTEOPOROSIS
❑ Klasifikasi:
• PRIMER
• TIPE1 → pada pasien menopause, karena defisiensi
estrogen
• TIPE2 → OSTEOPOROSISSENILIS→ pada pasien
usiatua >70 tahun
• SEKUNDER
• Adanya penyakit sistemik, obat-obatan, obesitas,
riwayat operasi rahim (menekan estrogen)
OSTEOPOROSIS
❑ Pemeriksaan penunjang:
• Radiologis → pemeriksaan awal: Foto Polos (AP,
lateral) → penipisan korteks dan trabekuler
(hipolusen), fraktur kompresi, tidak spesifik menilai
densitas massa tulang
• Biokimia tulang: Ca Bone spesific alkalin phospatase,
osteockisin
• Densitometri→ Gold standar → menilai densitas
massa tulang
OSTEOPOROSIS
Fx. kompresi
OSTEOPOROSIS
❑ DENSITOMETRI
• DEXA (Dual Energy Xray Absorbtiometry)

T-SCORE
▪ Normal : ≥ -1
▪ Osteopenia : (-1) - (-2,5)
▪ Osteoporosis: ≤ -2,5
OSTEOPOROSIS
❑ Tatalaksana:
• Edukasi danpencegahan
• Latihan dan rehabilitasi
• Medikamentosa
1. Bifosfonat → pilihan utama, efek samping: refluks
esofagitis (setelah minumjangan berbaring)
– Risedronat 35 mg/ minggu
– Alendronat 10 mg/ hari
– Sodium etidronat 400 mg/hari
OSTEOPOROSIS

2. Raloksifen (anti estrogen)


3. Kalsitonin
4. Vitamin D
5. Kalsitriol
6. Kalsium karbonat
134
Seorang perempuan usia 20 tahun mengeluh nyeri pada kedua lutut, pergelangan
tangan kanan dan pergelangan kaki kiri sejak 2 bulan yang lalu dan memberat 2
hari terakhir. Keluhan lain terdapat fotofobia. Ibu pasien memiliki riwayat serupa
pada waktu masih anak- anak. Pada pemeriksaan tampak nyeri, kemerahan pada
kedua lutut, pergelangan tangan kanan, dan pergelangan kaki kiri. Injeksi
konjungtiva (+), injeksi siliar (+). ANA test (+), Rheumatoid Factor (+). Pemeriksaan
penunjang awal yang dilakukan?
a. Foto polos X-Ray Tulang
b. Bone Densitometry

c. USG

d. MRI
e. CT-Scan
SYNDROME.UKMPPD
134
Seorang perempuan usia 20 tahun mengeluh nyeri pada kedua lutut, pergelangan
tangan kanan dan pergelangan kaki kiri sejak 2 bulan yang lalu dan memberat 2
hari terakhir. Keluhan lain terdapat fotofobia. Ibu pasien memiliki riwayat serupa
pada waktu masih anak- anak. Pada pemeriksaan tampak nyeri, kemerahan pada
kedua lutut, pergelangan tangan kanan, dan pergelangan kaki kiri. Injeksi
konjungtiva (+), injeksi siliar (+). ANA test (+), Rheumatoid Factor (+). Pemeriksaan
penunjang awal yang dilakukan?
a. Foto polos X-Ray Tulang
b. Bone Densitometry

c. USG

d. MRI
e. CT-Scan
SYNDROME.UKMPPD
RHEUMATOID ARTHRITIS
• Autoimun
• Reaksihipersensitivitas tipe III
• Ditandai oleh poliartritis perifer yang simetrik
• Penyakitsistemikdengan gejala ekstra-artikular
• Terdapat:
– sinovitis erosif simetrikpada persendianatau
organ tubuh lainnya
– Kartilago sendi menghilang
– Erosi juxtarticular
RHEUMATOID ARTHRITIS
• Mengenai sendikecil pergelangan tangan atau kaki
(metakarpal phalang, proksimal interphalang)
• Umumnya bilateral
• Kebanyakan pada perempuan (3 : 1)
• Etiologi: belum diketahui pasti, genetik, lingkungan,
trauma dan infeksi.
RHEUMATOID ARTHRITIS
Gejala klinis:
• Morning Stiffness ( kaku sendi > 30 menit)
• Polyarthritis Simetris (Kedua sisi tubuh):
bengkak, merah, panas, tenderness, pain, kaku
• Nyeri berkurang dengan aktivitas
• Parastesia, Raynoud’s pnenomenon
• Lemas,mudah lelah
• Penurunannafsu makan danpenurunan
berat badan
RHEUMATOID ARTHRITIS
Laboratorium:
• LEDmeningkat
• Anemia ringan
• Rheumatoid factormeningkat (normal: <8)
→autoantibodi terhadap IgG
→ sensitivitas 60% spesifisitas 80%
• Anti-CCP(Anti CyclicCitrulinated Peptide) / ACPAmeningkat
→ spesifisitas 95%
• Cairan sinovial berupa eksudat
Kriteria Diagnosis RA
Kriteria diagnosis menurutAmericanColege of Rheumatology/
EuropeanLeagueAgainstRheumatism2010

SKOR ≥ 6 →RA
RHEUMATOID ARTHRITIS
• Lanjut:
Radiologi:
• Awal: – Lesi pseudokistik
– Pannus (nodulus – Erosi marginal
rheumatoid) – Swan neck deformity
– Erosi tulang – Z deformity ibu jari
– Ruang antar sendi – Boutonniere deformity
sempit – Sub luxasioAtlanto Axial C1-C2
– Osteoporosis periarticular (panggul)
– Protusio acetabuli (kaput femoris
bergeser dari sumbunya)
RHEUMATOIDARTHRITIS
Classic hand sign
Rheumatoid Arthritis
• Edukasi
• Nonfarmakologis: Latihan Rehabilitasi, omega 3 (minyakikan)
• Farmakologis
• DMARD→ mencegahdestruksi tulang dan sendi
– Metotreksat (7,5 – 25 mg/minggu), sulfasalazin, siklosporin, klorokuin
• Agen Biologik
• Kortikosteroid → pada kasusaktif dan progresif dengan dosisminimal
– Prednison10-15 mg/hari, Hidrokortison asetat intra artikular 20-50
mg
• Obat Anti Inflamasi Non Steroid: ibuprofen, naproxen, prioxicam
– Pembedahan
TERBAIK

AWAL
135
Di sebuah sekolah menengah atas terjadi kehebohan. Di gudang penyimpanan
olahraga terdapat karung besar berisi mayat perempuan tak dikenal. Pada jenazah
terdapat banyak luka, tapi jenazah meninggal dicurigai karena tertusuk benda
tajam ke jantung, dengan kedalaman luka 12 cm lebar 4 cm. Alat tajam yg paling
tidak mungkin menyebabkan luka tersebut di bawah ini adalah?
a. lebar 5 cm panjang 12 cm
b. lebar 3 cm panjang 16 cm
c. lebar 4 cm panjang 7 cm
d. lebar 4 cm panjang 10 cm
e. lebar 4 cm panjang 14 cm

SYNDROME.UKMPPD
135
Di sebuah sekolah menengah atas terjadi kehebohan. Di gudang penyimpanan
olahraga terdapat karung besar berisi mayat perempuan tak dikenal. Pada jenazah
terdapat banyak luka, tapi jenazah meninggal dicurigai karena tertusuk benda
tajam ke jantung, dengan kedalaman luka 12 cm lebar 4 cm. Alat tajam yg paling
tidak mungkin menyebabkan luka tersebut di bawah ini adalah?
a. lebar 5 cm panjang 12 cm
b. lebar 3 cm panjang 16 cm
c. lebar 4 cm panjang 7 cm
d. lebar 4 cm panjang 10 cm
e. lebar 4 cm panjang 14 cm

SYNDROME.UKMPPD
Panjang &Lebar Senjata
• Panjang luka = ukuran maksimal lebar senjata
• Dalam luka = ukuran minimal panjangsenjata

Contoh:
- panjang pisau: 20 cm
- lebar pisau: 5 cm
- panjang luka ≥ 5 cm
- dalam luka ≤ 20 cm
136
Seorang laki laki datang dengan luka bakar akibat asam di tangan kanan, laki-laki
tersebut ditemani polisi yang membawa SPV. Dokter melakukan penanganan
sementara dan pasien dikatakan perlu kontrol hingga 7 hari kemudian untuk melihat
respons pengobatan. Apa dokumen yang diberikan kepada polisi di hari ke 7
tersebut?
a. Visum et repertum sementara
b. Visum et repertum tetap

c. Visum et repertum lanjutan
d. Surat keterangan
e. Surat sakit

SYNDROME.UKMPPD
136
Seorang laki laki datang dengan luka bakar akibat asam di tangan kanan, laki-laki
tersebut ditemani polisi yang membawa SPV. Dokter melakukan penanganan
sementara dan pasien dikatakan perlu kontrol hingga 7 hari kemudian untuk melihat
respons pengobatan. Apa dokumen yang diberikan kepada polisi di hari ke 7
tersebut?
a. Visum et repertum sementara
b. Visum et repertum tetap

c. Visum et repertum lanjutan
d. Surat keterangan
e. Surat sakit

SYNDROME.UKMPPD
VISUM ETREPERTUM
• Keterangan yang dibuat dokteratas permintaan penyidiksecara
tertulis yang berwenang, mengenai hasil pemeriksaan medis
terhadap manusia (hidup atau mati) ataupun bagian yang diduga
bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan dibawah
sumpahuntuk kepentinganperadilan
• Alat bukti yang sah (KUHAP 184)
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat → VER
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
VISUM ETREPERTUM
• VER untuk orang hidup
- Visum seketika → langsungdiberikan setelah korban
selesai diperiksa
- Visum sementara → diberikan pada korban yang masih
dalam perawatan, diperlukan untuk menentukan jenis
kekerasan, (-) kesimpulan
- Visum lanjutan → diberikan setelah korban sembuhatau
meninggal, sebagai lanjutan visumyang diberikan
sebelumnya,(+) kesimpulan
VISUM ETREPERTUM
• VER untuk jenazah
- Visum dengan pemeriksaan luar → rambut, kulit, gigi
(kompetensi dokter umum)

- Visum dengan pemeriksaan dalam → autopsi (kompetensi


dokter spesialis forensik)

- Yangberhak menentukanperlu dilakukan visumdalam atau


luar aalah penyidik
VISUM ETREPERTUM
• VER kejadian yang lalu
✓ Bila permintaan visumdatang beberapa hari setelahkorban
diperiksa?
• Bila pasien/korban tidak keberatan hasilpemeriksaannya
dilaporkan pada penyidik → dokter membuatSURAT
KETERANGAN MEDIS
• VER tetapdibuat berdasarkan keadaan pasien sekarang
• Bila diperlukan, di pengadilan dokter boleh menjelaskan
keadaan korban pertama kali datang secaralisan →
KETERANGAN AHLI (tidak hanyaterbatas pada apa yang
dilihat dan ditemui)
VISUM ETREPERTUM
VISUM ETREPERTUM
• Bagian-bagian VER:
• Pro yustitia
• pengganti materai, artinya “untuk/ demi keadilan”
• Pendahuluan
• Identitas penyidik (yang memintavisum)→ minimal
berpangkat PembantuLetnanDua
• Identitas korban yang diperiksa, kasusdan barang bukti
• Identitas TKP(saat dan sifat peristiwa)
• Identitas pemeriksa (Timkedokteran forensik)
• Identitas (waktu dan tempat) pemeriksaan
VISUM ETREPERTUM
• Pemeriksaan
• Apa yang dilihat dan ditemukan dokter → luka/ cedera (ukuran,
deskripsi luka, lampiran foto); jangan sebutpenyebab, cara, alat yang
digunakan
• Kesimpulan
• Jeniskekerasan(hubungansebab akibat dari temuan)
• Derajat luka
• Berapa lama waktu perawatan yang diperlukan dan harapan sembuh
• Pemerkosaan → tanda persetubuhan, tanda kekerasan, kesadaran
korban
• Penutup
• Dibuat dengan sejujur-jujurnyamenurutpengetahuan untukkepentingan
peradlian
137
• Seorang anak datang dengan keluhan luka di telapak tangan. Anak
tersebut baru saja terjatuh saat bermain bola dan sayangnya tangannya
terluka karena menumpu dan menancap di sebuah paku yang kebetulan
ada. Setelah di bersihkan lukanya, terlihat luka tembus dari palmar ke
dorsum diantara metacarpal 1 dan 2. Diagnosis pada kasus ini adalah...
a. Vulnus punctum
b. Vulnus scissum
c. Vulnus sclopetorum
d. Vulnus penetratum
e. Vulnus morsum
SYNDROME.UKMPPD
137
• Seorang anak datang dengan keluhan luka di telapak tangan. Anak
tersebut baru saja terjatuh saat bermain bola dan sayangnya tangannya
terluka karena menumpu dan menancap di sebuah paku yang kebetulan
ada. Setelah di bersihkan lukanya, terlihat luka tembus dari palmar ke
dorsum diantara metacarpal 1 dan 2. Diagnosis pada kasus ini adalah...
a. Vulnus punctum
b. Vulnus scissum
c. Vulnus sclopetorum
d. Vulnus penetratum
e. Vulnus morsum
SYNDROME.UKMPPD
TRAUMA TUMPUL
LUKA LECET LUKA MEMAR LUKA ROBEK
(VULNUS EKSKORIATUM) (VULNUS KONTUSUM) (VULNUS LASERATUM)
Pada kulit superfisial, Perdarahan jaringan di Luka terbuka yang mudah
epidermis bersentuhan bawah kulit, akibat terbentuk bila trauma pada
dengan benda yang kasar pecahnya pembuluh darah dasar bagian yang
kecil tanpa adanya luka di bertulang
permukaan kulit

Arah luka → epidermis - merah ungu → seketika - Jembatan jaringan (+)


bergeser ke satu posisi/ - 4-5 hari → hijau - Tepi tidak rata
arah - 7-10 hari → kuning
- 14-15 hari → sembuh
TRAUMA TUMPUL

Luka lecet Luka memar Luka robek


TRAUMA TAJAM
LUKA SAYAT LUKATIKAM LUKA BACOK
(VULNUS INSIVUM)
- Panjang > dalam luka - Dalam > panjang luka - Panjang = dalam luka
- Jembatan jaringan (-) - Pinggir luka dapat - Sampai ke tulang
- >>> di pergelangan menunjukkan senjata - Kulit enganga
tangan yang dipakai
TRAUMA TAJAM

Luka sayat Luka tikam Luka bacok


Istilah Luka lain
- Lukatusuk→ vulnus punctum
- Lukatembus→ vulnus perforatum
- Lukaterpotong → vulnusamputatum
- Lukagigitan → vulnusmorsum
- Lukatembak → vulnus schloperatum
- Lukabakar → vulnuscombustio
138
• Seorang Mayat ditemukan di danau. Mayat tampak bercampur dengan
lumpur dan ditemukan beberapa bagian kulit seperti ada bekas gigitan
dan jaringan kulit yang robek. Namun setelah diamati lebih lanjut, tidak
ada tanda-tanda pembusukan, tangan kaki masih bisa digerakkan,
namun terlihat keriput, kulit merah. Kapankah waktu perkiraan kematian?
a. <12jam 

b. >12jam 

c. <24jam 

d. >24jam 

e. 3-4 hari 

SYNDROME.UKMPPD
138
• Seorang Mayat ditemukan di danau. Mayat tampak bercampur dengan
lumpur dan ditemukan beberapa bagian kulit seperti ada bekas gigitan
dan jaringan kulit yang robek. Namun setelah diamati lebih lanjut, tidak
ada tanda-tanda pembusukan, tangan kaki masih bisa digerakkan,
namun terlihat keriput, kulit merah. Kapankah waktu perkiraan kematian?
a. <12jam 

b. >12jam 

c. <24jam 

d. >24jam 

e. 3-4 hari 

SYNDROME.UKMPPD
LIVOR MORTIS
- LEBAM MAYAT
- Akumulasi sel darah merah karena pengaruh gravitasi (jantung
tidak memompa darah)
- Berwarna merah gelap → berikatan dengan CO2
- Muncul30 menit – 1 jam setelahkematian
- < 4 jam → dapat berpindah sesuai posisi
- < 6 jam → hilang dengan penekanan
- menetap dalam 6 jam
LIVOR MORTIS
- Munculdibagian terbawah tubuhsetelah kematian
- Berbaring → di punggung
- Gantung diri → di kaki
- Tengkurap → di perut
- Duduk→ di bokong
- Tenggelam → di wajah
LIVOR MORTIS
DD/ LEBAM MAYAT
1. Kontusio/ luka memar
– di sembarang tempat
– tidak hilang dengan penekanan
2. Intoksiksasi sianida dan CO
– lebam berwarna merahcerahdan merah gelap
– CO → berikatan dengan Hb
– Sianida → menghambat sel
RIGOR MORTIS
- KAKU MAYAT
- Dimulai dari otot kecil karena glikogen untukmemenuhi kebutuhan
sel lebih sedikit (simpanan cadangan<<)
- Muncul2-3 jam setelah kematian
- <2 jam → periode relaksasi primer
- 2-3 jam → kaku otot kecil
- 8-12 jam → kaku otot besar
- >12 jam → kaku sempurna
- > 24 jam → mulai hilang → periode relaksasi sekunder
(dekomposisiaktin dan myosin,anaerob, dilisiskan oleh kuman)
- > 36 jam → hilang sempurna
LIVOR MORTIS
DD/ KAKU MAYAT
Cadaveric spasme
– terjadi bila sebelummeninggal, melakukanaktivitas
– contohnya:berenang, bunuhdiri
– ATPlebih cepat habis
– timbul segera setelah kematian
– mengenai otot-otot volunteer saja
– sangat kaku,perlu tenaga yang kuat untuk melawan
– suhu hangat
– dengan rangsangan listrik: (+) respon otot
Rigor mortis
Cadaveric spasm
ALGOR MORTIS
- PENURUNAN SUHU TUBUH
- Menentukan lama kematian
ALGOR MORTIS RIGOR MORTIS LAMA KEMATIAN
Hangat Tidak kaku < 3 jam
Hangat Kaku 3-8 jam
DIngin Kaku 8-24 jam
DIngin Tidak kaku > 24 jam
DEKOMPOSISI
- Pembusukan
- > 36 jam → pertama kali tampak pada perut kanan
bawah (caecum),warna hijau kekuningan → karena
banyak kuman
- 2 hari → tampak garis-garis pembusukandi seluruh aliran
darah (marbling)
- 2-3 hari → perut kembung (distensi)
- 3-5 hari → perut mengecil kembali
ADIPOSERA
- Terbentukbahan berwarna keputihan lunakatau berminyak
berbau tengik
- Akibat hidrolisislemakyang terjadi di dalam jaringan lunak
tubuh
- Dimulai 1-3 minggu setelah kematian
- Berlangsung hingga 12 bulan
- Faktor yang mempercepat→ kelembapan tinggi, suhuhangat,
lemak tubuh cukup
MUMIFIKASI
- Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup
cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan → pembusukan
berhenti
- Jaringan menjadi keras dan kering, berwarna gelap, keriput,
tidak membusuk
- + / - 3 bulan setelah kematian
139
Seorang perempuan tua usia 65 tahun dengan kanker ovarium stadium akhir datang ke
dokter. Perempuan tersebut merasa resah karena sesak nafas dan sudah sulit untuk
melakukan aktivitas sehari-hari dan sudah tidak tahan menjalani radioterapi dan
kemoterapi. Pasien meminta tindakan euthanasia kepada dokter dan bersedia menanda
tangani inform consent. Bagaimanakah sikap dokter dalam hal ini?
a. Menyetujui tindakan karena pasien memiliki hak autonomi yaitu hak mengakhiri
hidup
b. Menyetujui tindakan karena mengikuti keinginan pasien apapun itu sesuai kaedah
autonomi
c. Menyetujui tindakan karena pasien sudah lansia
d. Menyetujui tindakan karena tidak ada obat untuk pasien
e. Tidak menyetujui kalau eutanasia aktif
SYNDROME.UKMPPD
139
Seorang perempuan tua usia 65 tahun dengan kanker ovarium stadium akhir datang ke
dokter. Perempuan tersebut merasa resah karena sesak nafas dan sudah sulit untuk
melakukan aktivitas sehari-hari dan sudah tidak tahan menjalani radioterapi dan
kemoterapi. Pasien meminta tindakan euthanasia kepada dokter dan bersedia menanda
tangani inform consent. Bagaimanakah sikap dokter dalam hal ini?
a. Menyetujui tindakan karena pasien memiliki hak autonomi yaitu hak mengakhiri
hidup
b. Menyetujui tindakan karena mengikuti keinginan pasien apapun itu sesuai kaedah
autonomi
c. Menyetujui tindakan karena pasien sudah lansia
d. Menyetujui tindakan karena tidak ada obat untuk pasien
e. Tidak menyetujui kalau eutanasia aktif
SYNDROME.UKMPPD
Jenis Euthanasia dari segi pelaksanaan
• Euthanasia aktif
• Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja secara medis melalui intervensi
atau tindakan aktif oleh seorang petugas medis (dokter), bertujuan untuk
mengakhiri hidup pasien. Misalnya: memberikan obat bertakaran tinggi
(overdosis) atau cara lain yang dapat mengakibatkan kematian.

• Indonesia tidak mengizinkan euthanasia aktif


• Euthanasia aktif hanya berlaku dibeberapa negara seperti belanda, dll
Jenis Euthanasia dari segi pelaksanaan
• Euthanasia pasif
• Menghentikan segala tindakan pengobatan/medis yang sedang
berlangsung untuk mempertahankan hidupnya. Menurut kamus hukum,
Euthanasia pasif adalah pihak dokter menghentikan segala obat yang
diberikan kepada pasien, kecuali obat untuk mengurangi atau menghilangkan
rasa sakit atas permintaan pasien.
• INDIRECT → WITHHOLDING (menahan tindakan/ tidak diberikan)
• DIRECT → WITHDRAWING (mengambil tindakan yang sudah ada/ dilepas/ dihentikan)
Jenis Euthanasia dari segi pelaksanaan
• ETIS → dokter tidak wajib memberikan asuhan yang dianggap sia-sia
secara fisiologis meski pasien/ keluarga meminta dengan sangat
• Penghentian/ penundaan bantuan hidup diputuskan oleh 3 dokter →
jelaskan pada keluarga
• Kapan keluarga/ pasien meminta withdrawing:
• Keinginan pasien sendiri (pernyataan melalui surat wasiat)
• Keyakinan keluarga bahwa pasien mau
• →Haru dipenuhi dan dilakukan
Jenis Euthanasia dari segi permintaan
• Euthanasia volunter
• Dilakukan oleh petugas medis berdasarkan permintaan pasien sendiri.
Permintaan ini dilakukan oleh pasien dalam kondisi sadar dan berulang-ulang,
tanpa tekanan dari siapapun.
• Euthanasia involunter
• dilakukan oleh petugas medis kepada pasien yang tidak sadar. Biasanya
permintaan untuk dilakukannya euthanasia ini berasal dari pihak ketiga yaitu
keluarga pasien dengan berbagai alasan, antara lain : biaya perawatan yang
mahal sehingga tidak bisa ditanggung lagi oleh keluarga pasien, kasihan
terhadap penderitaan pasien, dan beberapa alasan lainnya.
140
Seorang dokter bekerja di desa A dengan kasus leptospirosis tinggi bila
dibandingkan dengan desa tetangga. Dokter tersebut mengira hal tersebut
dikarenakan terdapat sistem pembuangan sampah dengan cepat dan harga yang
murah di desa tetangga tersebut. Dokter ingin menganalisis adakah korelasi antara
kasus leptospirosis dengan adanya sistem pembuangan tersebut. Apa metode
penelitian yg bs digunakan?
a. Cohort retrospektif
b. Case control

c. Experimental

d. Cross sectional
e. Cohort prospective
SYNDROME.UKMPPD
140
Seorang dokter bekerja di desa A dengan kasus leptospirosis tinggi bila
dibandingkan dengan desa tetangga. Dokter tersebut mengira hal tersebut
dikarenakan terdapat sistem pembuangan sampah dengan cepat dan harga yang
murah di desa tetangga tersebut. Dokter ingin menganalisis adakah korelasi antara
kasus leptospirosis dengan adanya sistem pembuangan tersebut. Apa metode
penelitian yg bs digunakan?
a. Cohort retrospektif
b. Case control

c. Experimental

d. Cross sectional
e. Cohort prospective
SYNDROME.UKMPPD
CROSS SECTIONAL
- Potong lintang
- Studi epidemiologi yang mempelajari:
- Prevalensi → jumlah kasus yang ada dari suatu penyakit pada suatu waktu
- Distribusi → penyebaran frekuensi kasus
- Hubungan penyakit dan paparan
CROSS SECTIONAL
- Kata kunci: satu populasi, jumlah sampel sudah ditentukan
- Kelebihan:
- Efisien waktu dan biaya (mudah, murah, cepat)
- Dapat mengetahui prevalensi suatu kejadian
- Dapat mengetahui hubungan sebab akibat
- Kekurangan:
- Informasi kurang mendalam, kualitas data rendah
- Tidak dapat memantau perubahan yang terjadi
CASE CONTROL
- Studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan dan
efek penyakit dengan cara: membandingkan kelompok kasus dan
kelompok kontrol
- Faktor resiko dipelajari dengan pendekatan retrospektif → faktor efek diidentifikasi
saat ini, faktor resiko diidentifikasi pada waktu yang lalu
- Efek sudah terjadi, hanya tinggal mengkaji dari data yang ada
CASE CONTROL
- Kelebihan:
- Cocok untuk penyakit langka
- Subjek bisa lebih sedikit
- Dapat mengetahui faktor resiko yang berbahaya
- Tidak ada kendala etik
- Kekurangan:
- Mudah terjadi bias recall (kesalahan ingatan)
- Pengaruh faktor luar selain paparan tidak diperhitungkan
- Data yang didapat tidak dapat divalidasi
- Pemilihan sampel kasus dan kontrol salah
COHORT
- Suatu penelitian epidemiologi yang paling baik dalam
mengkaji hubungan antara faktor resiko dan efek
- Penelitian prospektif/ longitudinal → faktor resiko diidentifikasi terlebih dahulu,
kemudian diikuti ke depan secara propektif hingga terjadi efek
- Insidensi → jumlah kasus baru di suatu tempat pada suatu waktu
COHORT
• Cohort retrospektif → faktor resiko diidentifikasi
dari masa lalu (rekam medis)
• Cohort prospektif → faktor resiko diidentifikasi
saat ini, diikuti kedepan
COHORT
• Kelebihan:
• Perbandingan antara kelompok subjek dan kontrol sejak awal
• Besarnya angka resiko satu waktu ke waktu dapat ditentukan
• Ada keseragaman observasi, paling baik terhadap faktor
resiko maupun efek dari waktu ke waktu
• Kekurangan:
• Perlu waktu lama
• Sarana dan pengelolaan rumit
• Kemungkinan subjek drop out akan mengganggu analiis hasil
• Kurang etis
141
• Sebuah Penelitian dilakukan untuk membandingkan efektivitas manajemen
obat anti hipertensi terbaru golongan calcium channel blocker bernama
Acardipine, sebelum dan setelah 2 jam diberikan terapi pada individu yang
sama. Maka uji hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini adalah
a. Freedom T Test
b. Student T Test

c. Independent T test
d. Paired T Test

e. One Sample T Test

SYNDROME.UKMPPD
141
• Sebuah Penelitian dilakukan untuk membandingkan efektivitas manajemen
obat anti hipertensi terbaru golongan calcium channel blocker bernama
Acardipine, sebelum dan setelah 2 jam diberikan terapi pada individu yang
sama. Maka uji hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini adalah
a. Freedom T Test
b. Student T Test

c. Independent T test
d. Paired T Test

e. One Sample T Test

SYNDROME.UKMPPD
• VARIABEL DEPENDEN/ TERIKAT
• YANG DIPENGARUHI : EFEK
• VARIABEL INDEPENDEN/ BEBAS
• YANG MEMPENGARUHU : FAKTOR RESIKO

NURI-KANO
- NUMERIK- RASIO INTERVAL
- RASIO: nilai 0 tidak punya arti (BB, TB, kadar kolesterol)
- INTERVAL: nilai 0 punya arti (suhu, jam)
- KATEGORIK – NOMINAL ORDINAL
- NOMINAL: tidak ada urutan (jenis kelamin, golongan darah)
- ORDINAL: ada urutan (tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan)
• DATA TERDISTRIBUSI NORMAL
• P > 0,05

• BILA DATA TIDAK TERDISTRIBUSI NORMAL


• P < 0,05 maka turun satu (ikuti panah kebawahnya)
UJI HIPOTESIS
• Kategorik-kategorik → CHI SQUARE
• Kategorik-numerik
• T-berpasangan/ T-paired/ T dependen → sampel harus sama DAN intervensi
harus sama
• T-tidak berpasangan/ T-unpaired/ T-test/ T independen → berbeda
• Numerik-numerik
• Uji korelasi pearson → Cuma bisa tau berpengaruh atau tidak
• Regresi linear → Seberapa besar pengaruhnya
142
Seorang dokter melakukan penelitian hubungan faktor resiko yang berperan dalam
meningkatkan penyakit TB Paru di suatu daerah, di suatu daerah. Didapatkan data
di bawah ini: Dari data di atas mana faktor yang paling berperan meningkatkan
resiko TB?
a. Malnutrisi

b. Merokok

c. DM
d. HIV
e. Usia

SYNDROME.UKMPPD
142
Seorang dokter melakukan penelitian hubungan faktor resiko yang berperan dalam
meningkatkan penyakit TB Paru di suatu daerah, di suatu daerah. Didapatkan data
di bawah ini: Dari data di atas mana faktor yang paling berperan meningkatkan
resiko TB?
a. Malnutrisi

b. Merokok

c. DM
d. HIV
e. Usia

SYNDROME.UKMPPD
UKURAN ASOSIASI
RUMUS
Odds Ratio (Case control)
OR= ad
bc
Prevalence ratio (Cross sectional) dan Relative risk (Cohort)
PR= RR = a/(a+b)
c/(c+d)
INTERPRETASI
-RR/OR/PR = 1 menunjukkan tidak ada hubungan antara paparan
dengan outcome.
-RR/OR/PR >1 menunjukkan asosiasi positif (semakin tinggi paparan,
semakin tinggi risiko mengalami penyakit)→paparan yang diteliti
merupakan FAKTOR RISIKO suatu penyakit.
-RR/OR/PR <1 menunjukkan bahwa paparan bersifat protektif
terhadap terjadinya outcome(semakin tinggi paparan, semakin rendah
risiko mengalami penyakit)→paparan yang diteliti merupakan FAKTOR
PROTEKTIF terjadinya suatu penyakit.
Mengambil Kesimpulan
P-VALUE
• Jika nilai p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
independen berhubungan dengan variabel dependennya →
bermakna
• Jika nilai p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
independen tidak berhubungan dengan variabel dependennya →
tidak bermakna
143
Seorang peneliti ingin mengukur penggunaan sebuah obat PPI baru bernama
Toxoprazole untuk perbaikan gejala GERD. Variabel dependen dari penelitian ini
adalah GERD Score dari kedua grup antara Toxoprazole dengan Pantoprazole.
Termasuk jenis data apakah variabel dependen dari penelitian ini?
a. Nominal

b. Ordinal

c. Interval
d. Ratio
e. Kategorikal

SYNDROME.UKMPPD
143
Seorang peneliti ingin mengukur penggunaan sebuah obat PPI baru bernama
Toxoprazole untuk perbaikan gejala GERD. Variabel dependen dari penelitian ini
adalah GERD Score dari kedua grup antara Toxoprazole dengan Pantoprazole.
Termasuk jenis data apakah variabel dependen dari penelitian ini?
a. Nominal

b. Ordinal

c. Interval
d. Ratio
e. Kategorikal

SYNDROME.UKMPPD
• VARIABEL DEPENDEN/ TERIKAT
• YANG DIPENGARUHI : EFEK
• VARIABEL INDEPENDEN/ BEBAS
• YANG MEMPENGARUHU : FAKTOR RESIKO

NURI-KANO
- NUMERIK- RASIO INTERVAL
- RASIO: nilai 0 tidak punya arti (BB, TB, kadar kolesterol)
- INTERVAL: nilai 0 punya arti (suhu, jam)
- KATEGORIK – NOMINAL ORDINAL
- NOMINAL: tidak ada urutan (jenis kelamin, golongan darah)
- ORDINAL: ada urutan (tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan)
144
• Seorang pasien perempuan berusia 55 tahun datang untuk kontrol
pasca operasi. Pasien sebelumnya dioperasi karena didiagnosis Mallory
Weiss Tear. Pasien datang ke poli RS tipe C dan menggunakan
pembayaran menggunakan BPJS untuk kontrolnya. Bagaimana jenis
pembayaran BPJS pada RS ini?
a. Out of pocket
b. Kapitasi

c. INA CBG

d. Fee for service
e. Reimburse
SYNDROME.UKMPPD
144
• Seorang pasien perempuan berusia 55 tahun datang untuk kontrol
pasca operasi. Pasien sebelumnya dioperasi karena didiagnosis Mallory
Weiss Tear. Pasien datang ke poli RS tipe C dan menggunakan
pembayaran menggunakan BPJS untuk kontrolnya. Bagaimana jenis
pembayaran BPJS pada RS ini?
a. Out of pocket
b. Kapitasi

c. INA CBG

d. Fee for service
e. Reimburse
SYNDROME.UKMPPD
Sistem Pembayaran
• Fee for services/ out of pocket → pasien umum, bayar sendiri
• Health insurance
• Pembayaran pra upaya (prospektif)
• Sistem kapitasi → di FKTP
• Sistem paket → di RS (INA CBGs)
145
• Di suatu daerah terdapat peningkatan kasus batuk berdahak serta
demam lama. Puskesmas setempat khawatir terjadi peningkatan kasus TB
karena di daerah itu memang endemis. Untuk itu puskesmas tersebut ingin
menghitung ulang jumlah kasus TB di daerahnya, dengan cara
mendatangi rumah warga satu persatu untuk pencatatan. Tindakan ini
adalah
a. Surveilans aktif
b. Surveilans pasif
c. Identifikasi aktif
d. Identifikasi pasif
e. Surveilans inisiatif SYNDROME.UKMPPD
145
• Di suatu daerah terdapat peningkatan kasus batuk berdahak serta
demam lama. Puskesmas setempat khawatir terjadi peningkatan kasus TB
karena di daerah itu memang endemis. Untuk itu puskesmas tersebut ingin
menghitung ulang jumlah kasus TB di daerahnya, dengan cara
mendatangi rumah warga satu persatu untuk pencatatan. Tindakan ini
adalah
a. Surveilans aktif
b. Surveilans pasif
c. Identifikasi aktif
d. Identifikasi pasif
e. Surveilans inisiatif SYNDROME.UKMPPD
SURVEILANS
• Proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data, serta
penyebarluasan informasi ke penyelenggara program/ instansi secara
sistematis
• Surveilans aktif → petugas turun ke lapangan
• Surveilans pasif → menunggu laporan dari warga
• Surveilans sentinel → penyakit yang difokuskan pada 1 daerah saja
→ data 1 daerah udah merepresentasikan 1 wilayah
146
Sebuah puskesmas mendapatkan banyak terjadi kanker serviks di wilayahnya. Oleh
karena itu dokter Puskesmas melakukan sosialisasi dalam mengantisipasi kanker
serviks dengan melakukan skrining pap smear yang dibiayai oleh BPJS. Level
pencegahan yang dilakukan oleh dokter Puskesmas tersebut adalah:
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
c. Pencegahan tersier
d. Health promotion
e. Rehabilitasi

SYNDROME.UKMPPD
146
Sebuah puskesmas mendapatkan banyak terjadi kanker serviks di wilayahnya. Oleh
karena itu dokter Puskesmas melakukan sosialisasi dalam mengantisipasi kanker
serviks dengan melakukan skrining pap smear yang dibiayai oleh BPJS. Level
pencegahan yang dilakukan oleh dokter Puskesmas tersebut adalah:
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
c. Pencegahan tersier
d. Health promotion
e. Rehabilitasi

SYNDROME.UKMPPD
PENCEGAHAN PRIMER

Health Promotion Spesific Protection


- promosi gaya -target: orang
hidup sehat sehat namun
- target: orang beresiko
sehat dan -pengendalian
tidak beresiko vektor
imunisasi
PENCEGAHAN SEKUNDER

Early Diagnosis Prompt Treatment


-diagnosa awal - pengobatan
untuk deteksi awal
dini dengan - mengobati
pemeriksaan penyakit
- target: orang sampai tuntas
sakit
PENCEGAHAN TERSIER

Dissability Limitation Rehabiltasi


- mengobati - mencegah
komplikasi kecacatan
penyakit - meningkatkan
- pencegahan agar kualitas hidup
tidak kambuh
- mencegah
keparahan
PROMOSI KESEHATAN
• Sasaran primer : Individu atau kelompok yang diharapkan berubah
perilakunya
• Sasaran sekunder : individu atau kelompok dan organisasi yang
mempengaruhi perubahan perilaku sasaran primer
• Sasaran tersier : individu atau kelompok dan organisasi yang memiliki
kewenangan untuk membuat kebijakan dan keputusan
147
Di Indonesia sedang diterapkan prinsip universal health coverage. BPJS memiliki
beberapa prinsip yang menguntungkan pengguna layanan JKN. Salah satu prinsip
BPJS menyebutkan, WNI yang memiliki BPJS dapat berpindah dan tetap mendapat
jaminan BPJS. Prinsip manakah di bawah ini yang menggambarkan hal tersebut?
a. Portabilitas
b. Nirlaba

c. Kegotongroyongan
d. Dana Amanat
e. Keterbukaan

SYNDROME.UKMPPD
147
Di Indonesia sedang diterapkan prinsip universal health coverage. BPJS memiliki
beberapa prinsip yang menguntungkan pengguna layanan JKN. Salah satu prinsip
BPJS menyebutkan, WNI yang memiliki BPJS dapat berpindah dan tetap mendapat
jaminan BPJS. Prinsip manakah di bawah ini yang menggambarkan hal tersebut?
a. Portabilitas
b. Nirlaba

c. Kegotongroyongan
d. Dana Amanat
e. Keterbukaan

SYNDROME.UKMPPD
SYNDROME.UKMPPD
SYNDROME.UKMPPD
148
• Perempuan usia 28 tahun mengeluh batuk-batuk kering sejak 2 minggu
yang lalu. Pasien bekerja di pabrik benang sejak 3 tahun yang lalu. Tiga
bulan yang lalu pasien dipindahtugaskan ke bagian pewarnaan benang,
selain pasien, teman kerja pasien dari bagian baru juga mengalami
keluhan serupa dengan pasien. Pasien memiliki BPJS ketenagakerjaan.
Jenis BPJS apa yang akan digunakan pada kasus pasien?
a. BPJS kesehatan 

b. BPJS ketenagakerjaan 

c. BPJS pensiun 

d. BPJS hari tua 

e. BPJS kecelakaan kerja SYNDROME.UKMPPD
148
• Perempuan usia 28 tahun mengeluh batuk-batuk kering sejak 2 minggu
yang lalu. Pasien bekerja di pabrik benang sejak 3 tahun yang lalu. Tiga
bulan yang lalu pasien dipindahtugaskan ke bagian pewarnaan benang,
selain pasien, teman kerja pasien dari bagian baru juga mengalami
keluhan serupa dengan pasien. Pasien memiliki BPJS ketenagakerjaan.
Jenis BPJS apa yang akan digunakan pada kasus pasien?
a. BPJS kesehatan 

b. BPJS ketenagakerjaan 

c. BPJS pensiun 

d. BPJS hari tua 

e. BPJS kecelakaan kerja SYNDROME.UKMPPD
SYNDROME.UKMPPD
149
• Dilakukan suatu pemeriksaan kesehatan dan rokok pada suatu
perusahaan. Didapatkan 40% pegawai merokok dan tidak terdapat
keluhan serta tidak ingin mengubah kebiasaannya. Menurut teori
perubahan perilaku, 40% orang tersebut termasuk dalam tahap
apakah?
a. Action
b. Maintenance

c. Contemplation

d. Pre contemplation
e. Evaluation
SYNDROME.UKMPPD
149
• Dilakukan suatu pemeriksaan kesehatan dan rokok pada suatu
perusahaan. Didapatkan 40% pegawai merokok dan tidak terdapat
keluhan serta tidak ingin mengubah kebiasaannya. Menurut teori
perubahan perilaku, 40% orang tersebut termasuk dalam tahap
apakah?
a. Action
b. Maintenance

c. Contemplation

d. Pre contemplation
e. Evaluation
SYNDROME.UKMPPD
SYNDROME.UKMPPD
150
Seorang pasien datang dengan ulkus DM, saat dibawa ke IGD, tampak pasien
demam tinggi, somnolen, dengan tekanan darah 90/60. Dokter menduga sudah ada
tanda sepsis dan dokter menyarankan amputasi, namun sayangnya keluarga menolak.
Apakah prinsip yang diutamakan dokter ketika memberikan saran tersebut?
a. Justice

b. Beneficience

c. Autonomy

d. Non maleficence
e. Audacity

SYNDROME.UKMPPD
150
Seorang pasien datang dengan ulkus DM, saat dibawa ke IGD, tampak pasien
demam tinggi, somnolen, dengan tekanan darah 90/60. Dokter menduga sudah ada
tanda sepsis dan dokter menyarankan amputasi, namun sayangnya keluarga menolak.
Apakah prinsip yang diutamakan dokter ketika memberikan saran tersebut?
a. Justice

b. Beneficience

c. Autonomy

d. Non maleficence
e. Audacity

SYNDROME.UKMPPD
AUTONOMY
• Prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien →
informed consent
AUTONOMY
• Derivat autonomy:
• Veracity → berbicara benar, jujur, terbuka
• Privacy → menghormati hal keleluasaan pasien
• Confidentiality → menjaga kerahasiaan (informasi medis pasien)
BENEFICENCE
• Prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan kepada
kebaikan pasien.
• Bukan hanya soal perbuatan baik, tapi mencakup pertimbangaan
perbuatan yang manfaatnya lebih besar dari kerugiannya
NON MALEFICENCE
• Prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan
pasien → “primum non nocere” / “above all do no harm”
• Prinsip ini banyak digunakan pada kondisi kegawatdaruratan
JUSTICE
• Prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya → distributive
justice
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai