Anda di halaman 1dari 160

O P T I M A P R E PA R AT I O N

| DR. SEPRIANI | DR. YOLINA | DR. CEMARA |


| DR. AARON | DR. CLARISSA | D R. OKTRIAN | DR. REZA |
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872
WA. 081380385694/081314412212

Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364

w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
1
SOAL

Pada hasil pemeriksaan petugas surveilans di Desa Sukawaringin


ternyata terdapat peningkatan kejadian DBD dalam 30 hari terakhir.

Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dimana terdapat 30 kasus,


pada bulan ini ada 55 orang terdiagnosa DBD. Pada minggu pertama
ada 12 orang yang terkena, minggu kedua ada 18 orang dan minggu
ketiga ada 25 orang.

Disebut apakah kejadian ini?


A.Epidemik
B.Pandemi
C.Endemi
D.Outbreak
E.Hiperendemi
KEJADIAN EPIDEMIOLOGIS PENYAKIT

• Sporadik: kejadian penyakit tertentu di suatu


daerah secara acak dan tidak teratur.
Contohnya: kejadian pneumonia di DKI
Jakarta.

• Endemik: kejadian penyakit di suatu daerah


yang jumlahnya lebih tinggi dibanding daerah
lain dan hal tersebut terjadi terus menerus.
Contohnya: Malaria endemis di Papua.
Epidemiologis Penyakit
• Epidemik dan KLB: Epidemik dan KLB sebenarnya
memiliki definisi serupa, namun KLB terjadi pada
wilayah yang lebih sempit (misalnya di satu
kecamatan saja). Indonesia memiliki kriteria KLB
berdasarkan Permenkes 1501 tahun 2010 (di
slide selanjutnya).

• Pandemik: merupakan epidemik yang terjadi


lintas negara atau benua. Contohnya: kejadian
MERS-COV di dunia tahun 2014-2015.
Kriteria KLB (Permenkes 1501, tahun 2010)
• Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal pada suatu daerah
• Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun
waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya
• Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut
jenis penyakitnya
• Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah
per bulan dalam tahun sebelumnya
• Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya
• Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen)
atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
• Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
2
SOAL

Di dunia modern ini dimana gaya hidup semakin sedentary, terdapat


peningkatan kasus penyakit jantung pada usia muda yang diduga
berhubungan dengan kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan makan
makanan cepat saji (fast food) akibat kurangnya waktu.

Seorang dokter ingin melakukan penelitian mengenai hubungan


berat badan terhadap kadar LDL yang merupakan faktor risiko
penyakit jantung. Berat badan dinyatakan dalam kg dan kadar LDL
dinyatakan dalam mg/dL.

Uji diagnostik apa yang dapat digunakan?


A. Uji T
B. Uji Anova
C. Uji Regresi
D. Uji Korelasi
E. Uji Chi square
TABEL UJI HIPOTESIS
VARIABEL
U J I S TAT I S T I K U J I A LT E R N AT I F
INDEPENDEN DEPENDEN

Fisher (digunakan untuk tabel


Kategorik Kategorik Chi square 2x2)*
Kolmogorov-Smirnov
(digunakan untuk tabel bxk)*

Kategorik T-test independen Mann-Whitney**


Numerik
(2 kategori)
T-test berpasangan Wilcoxon**

One Way Anova (tdk


Kruskal Wallis**
Kategorik berpasangan)
Numerik
(>2 kategori) Repeated Anova
Friedman**
(berpasangan)
Numerik Numerik Korelasi Pearson Korelasi Spearman**
Regresi Linier
Keterangan:
* : Digunakan bila persyaratan untuk uji chi square tidak terpenuhi
**: Digunakan bila distribusi data numerik tidak normal
Korelasi Pearson vs Regresi Linier
• Penelitian yang meneliti hubungan antara dua
variabel, di mana kedua variabel bersifat
numerik, dapat menggunakan korelasi Pearson
dan regresi linier.

• Korelasi pearson digunakan untuk mengetahui


arah dan kekuatan hubungan antara kedua
variabel. Sedangkan regresi linier digunakan
untuk memprediksi nilai variabel dependen
melalui variabel independen (dinyatakan dalam
persamaan Y = a + bX).
Korelasi Pearson vs Regresi Linier
• Contohnya penelitian ingin mengetahui
hubungan berat badan dan tekanan darah.
– Hasil uji korelasi Pearson didapatkan r =+0,8, artinya
terdapat hubungan kuat bahwa semakin tinggi berat
badan, semakin tinggi pula tekanan darah. Sebaliknya,
bila didapatkan nilai r=-(0,8), artinya terdapat
hubungan kuat bahwa semakin tinggi berat badan,
semakin rendah tekanan darah.
– Bila menggunakan regresi linier, akan didapatkan
persamaan untuk memprediksi nilai tekanan darah
melalui berat badan. Misalnya tekanan darah sistolik =
20 + (2 x berat badan).
KOEFISIEN KORELASI
• Penelitian yang meneliti hubungan antara dua variabel numerik
menggunakan uji Korelasi Pearson. Hasil uji korelasi Pearson
dinyatakan dalam R (koefisen korelasi) sebagai berikut:

Prinsip:
Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Nol berarti tidak ada korelasi sama sekali,
sedangkan satu menandakan korelasi sempurna. Koefisien korelasi yang semakin mendekati
angka 1, menunjukkan semakin kuat korelasi .
3
SOAL

Seorang laki-laki tanpa identitas, 44 tahun, dibawa warga sekitar ke RS


karena terlibat kecelakaan lalu lintas. Pasien tidak sadar sejak ditemukan
oleh warga.

Pada pemeriksaan dokter menduga terdapat perdarahan intracranial dan


merencanakan tindakan craniotomi. Keluarga pasien masih dicari oleh
pihak polisi.

Dokter memutuskan untuk melakukan tindakan tanpa persetujuan dari


pasien.

Termasuk informed consent apakah itu?


A. Implied consent
B. Expressed consent
C. Emergency consent
D. Presumed consent
E. Proxy consent
INFORMED CONSENT
• Informed Consent adalah persetujuan tindakan
kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.

• Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan


Permenkes no 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2
menyebutkan dalam memberikan informasi kepada
pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat /
paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting.
Yang Berhak Memberikan Informed Consent

• Pasien yang telah dewasa (≥21 tahun atau


sudah menikah, menurut KUHP) dan dalam
keadaan sadar.
• Bila tidak memenuhi syarat di atas, dapat
diwakilkan oleh keluarga/ wali dengan urutan:
– Suami/ istri
– Orang tua (pada pasien anak)
– Anak kandung (bila anak kandung sudah dewasa)
– Saudara kandung
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
• Persetujuan tindakan medis secara praktis
dibagi menjadi 2:
Implied consent Pasien tidak menyatakan persetujuan baik secara tertulis maupun
lisan, namun dari tingkah lakunya menyatakan persetujuannya.
Contoh: pasien membuka baju untuk diperiksa, pasien
mengulurkan lengan untuk diambil sampel darah.

Expressed Persetujuan dinyatakan secara lisan atau tertulis. Khusus setiap


consent tindakan yang mengandung risiko tinggi, harus diberikan
persetujuan tertulis oleh pasien atau yang berhak mewakili (sesuai
UU No.29 tahun 2004 pasal 45)

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyelidikan,


A. Munim Idries, 2013
Jenis Consent Lainnya
JENIS
PENJELASAN
CONSENT
Consent yang diberikan pada pasien secara tertulis,
Informed consent yang ditandatangani langsung oleh pasien yang
berangkutan.

Consent yang diberikan oleh wali pasien (orangtua,


suami/istri, anak, saudara kandungnya dsb) karena
Proxy consent
pasien tidak kompeten untuk memberikan consent
(misalnya pada pasien anak).

Pasien tidak dapat memberikan consent, namun


diasumsikan bahwa bila pasien sadar, ia akan setuju
Presumed
dengan tindakan medis yang diambil. Consent jenis ini
consent
biasanya dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan atau
pada donor organ dari cadaver.
Appelbaum PS. Assessment of patient ’s competence to consent to treatment. New England Journal of Medicine. 2007; 357: 1834-
1840.
4
SOAL

Seorang mayat ditemukan warga dengan dada ditusuk oleh sebuah pedang katana ke
sebuah tembok. Mayat tersebut dalam posisi terduduk dengan tangan kanan mayat
tersebut tampak kaku memegang bilah pedang yang menusuknya tersebut. Dari warga
sekitar diduga pasien dibunuh oleh perampok yang masuk ke rumahnya semalam.
Mayat dievakuasi lalu diantar polisi ke rumah sakit untuk dilakukan otopsi.

Pada pemeriksaan, dokter forensik menemukan mayat meninggal dengan lengan dan
tangan kanan memegang pedang tersebut, tapi pada bagian lengan kiri dan kedua
paha tidak ada kekakuan, diduga mayat meninggal sekitar 2-3 jam yang lalu.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, sudah dalam fase apa mayat tersebut?


A. Rivor mortis
B. Ligor mortis
C. Cadaveric spasm
D. Stiffening
E. Pugilistic attitude
CADAVERIC SPASM
• Cadaveric spasme atau instantaneous rigor adalah suatu keadaan dimana
terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh
otot, segera setelah terjadi kematian somatis dan tanpa melalui relaksasi
primer.

• Berhubungan dengan kehabisan cadangan glikogen dan ATO yang bersifat


setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat
sesaat sebelum meninggal

• Dapat terjadi pada semua otot di tubuh akan tetapi biasanya pada grup –
grup otot tertentu, misalnya otot lengan atas.

• Kepentingan medikolegal adalah menunjukan sikap terakhir masa


hidupnya, misalnya tangan menggenggam erat benda yang diraihnya pada
kasus tenggelam ; terjadi sesaat setelah kematian, sebelum onset normal
dari rigor mortis.
Rigor mortis atau kaku mayat
• terjadi akibat hilangnya ATP.
• Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin
bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam
postmortem.
• Kemudian dipertahankan selama 12 jam, setelah itu akan
berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya.
• Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah.
• Rigor mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi
dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.
Rigor mortis atau kaku mayat
• Rigor mortis disebabkan oleh habisnya glikogen pada otot untuk
mengubah ADP menjadi ATP.

• Otot kecil mengalami rigor mortis lebih dahulu dibandingkan yang


besar karena berbanding lurus dengan persediaan glikogennya.

• Relaksasi sekunder terjadi setelah rigor mortis ini berakhir akibat


dari proses degenerasi dan pembusukan.

• Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kaku mayat antara lain


persediaan glikogen, kegiatan otot sebelum kematian, suhu udara
sekitarnya, suhu tubuh, volume otot, dan umur.
Cadaveric Spasme atau Rigor Mortis?
• Bedakan rigor mortis dengan cadaveric
spasme.
– Rigor mortis baru terjadi pada 2-4 jam pertama,
terjadi secara komplit pada 6-12 jam paska
kematian,dan terutama terlihat jelas pada otot –
otot kecil.
– Cadavaric spasme segera setelah terjadi kematian
somatis. Dapat terjadi pada semua otot di tubuh
akan tetapi biasanya pada grup – grup otot
tertentu.
5
SOAL

Seorang dokter bernama dokter Klinefelter, yang bekerja di perusahaan


farmasi bernama 3X corporation mau melakukan uji pemeriksaan
menggunakan serum marker darah terbaru dibandingkan dengan marker
AFP sebagai pembanding untuk deteksi kanker hepar.
Berikut ini adalah uji diagnostik alat skrining baru tersebut terhadap
pemeriksaan kanker kolon:
Kanker Hepar
Positif Negatif
Alat Positif 35 40
Skrining Negatif 25 70

Berapakah nilai spesifisitasnya?


A. 35/60
B. 35/75
C. 70/95
D. 70/110
E. 40/110
Soal
Kanker Hepar
Hasil alat skrining Positif Negatif Total
Positif 35 40 75
Negatif 25 70 95
Total 60 110

Untuk Spesifisitas, alat ini mendeteksi 70 orang


negatif dari 110 orang yang benar-benar tidak
menderita kanker hepar, jadi jawabannya
70/110
UJI DIAGNOSTIK
SAKIT (+) SAKIT (-)
HASIL TEST (+) True Positive (TP) False Positive (FP)
HASIL TEST (-) False Negative (FN) True Negative (TN)

SENSITIVITAS =
Kemampuan tes untuk
mendeteksi orang yang sakit
TP
dengan benar. TP+FN
Kemampuan tes untuk TN
S P E S I F I S I TA S = mendeteksi orang yang tidak
sakit dengan benar. FP+TN
Kemampuan tes untuk TP + TN
AKURASI = mendeteksi dengan benar
dari seluruh populasi. Total
UJI DIAGNOSTIK
SAKIT (+) SAKIT (-)

HASIL TEST (+) True Positive (TP) False Positive (FP)

HASIL TEST (-) False Negative (FN) True Negative (TN)

POSITIVE Persentase pasien TP


PREDICTIVE VALUE dengan hasil test (+)
= yang benar-benar sakit TP+FP

NEGATIVE Persentase pasien


TN
PREDICTIVE VALUE dengan hasil test(-) yang
= benar-benar tidak sakit FN+TN
SENSITIVITAS, SPESIFISITAS, PPV, NPV
Rule of thumb:
• Sensitivitas dan spesifisitas TIDAK DIPENGARUHI oleh
prevalensi penyakit di wilayah tempat alat diagnostik
digunakan.
• Sedangkan, PPV dan NPV DIPENGARUHI oleh
prevalensi penyakit di wilayah tempat alat diagnostik
digunakan.
– Pada tempat dengan prevalensi tinggi, PPV akan semakin
tinggi. Pada tempat dengan prevalensi rendah, PPV akan
rendah.
– Sebaliknya, NPV akan semakin rendah pada tempat
dengan prevalensi tinggi. Dan NPV akan tinggi pada tempat
dengan prevalensi rendah.
6
SOAL

Seorang mahasiswa bernama dokter muda Jacob, usia 21 tahun dari


Fakultas kedokteran UVA melakukan penelitian terkait hubungan pajanan
aroma roti yang sering dengan kanker paru-paru menggunakan subjek 80
orang koki dari toko roti setempat.

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan RR 1.03, (95% CI 0.95-1.1).

Apakah maksud dari RR tersebut?


A. Pasien yang sering menghirup aroma roti beresiko 1.03 kali menderita
kanker
B. Pasien yang sering menghirup aroma roti beresiko 1.1 kali menderita
kanker
C. Pasien yang sering menghirup aroma roti beresiko 0.95 kali menderita
kanker, maka aroma roti bersifat protektif terhadap kanker paru
D. Pasien kanker paru identik dengan menghirup aroma roti
E. Sering menghirup aroma roti tidak berhubungan dengan angka kejadian
kanker paru
UKURAN ASOSIASI DALAM PENELITIAN
• Digunakan pada studi analitik (cross sectional,
case control, kohort, studi eksperimental).

• Untuk mengukur kekuatan hubungan sebab-akibat


antara variabel paparan dengan variabel outcome.

• Menunjukkan bagaimana suatu kelompok lebih


rentan mengalami sakit dibanding kelompok
lainnya.
Ukuran Asosiasi yang Sering Digunakan

– Relative risk (RR) ukuran asosiasi dari studi kohort


– Odds ratio (OR)  ukuran asosiasi dari studi case
control
– Prevalence ratio (PR) & prevalence odds ratio (POR)
 ukuran asosiasi dari studi cross sectional
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d

Relative risk (RR):


insidens penyakit pada kelompok yang terpapar (a/(a+b))
dibandingkan dengan insidens penyakit pada kelompok yang tidak
terpapar (c/(c+d))

Rumus RR: a/(a+b)


c/(c+d)
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d

Odds ratio (OR):


Odds penyakit pada kelompok terpapar (a/b) dibandingkan dengan
odds penyakit pada kelompok tidak terpapar (c/d)

Rumus OR: a/b = ad


c/d bc
Interpretasi RR/OR/PR
RR/OR/PR= 1 menunjukkan tidak ada hubungan antara paparan
dengan outcome.

RR/OR/PR lebih dari 1 menunjukkan asosiasi positif (semakin tinggi


paparan, semakin tinggi risiko mengalami penyakit)  paparan
yang diteliti merupakan FAKTOR RISIKO suatu penyakit.

RR/OR/PR kurang dari 1 menunjukkan bahwa paparan bersifat


protektif terhadap terjadinya outcome(semakin tinggi paparan,
semakin rendah risiko mengalami penyakit)  paparan yang diteliti
merupakan FAKTOR PROTEKTIF terjadinya suatu penyakit.
Interpretasi RR/OR/PR
• RR = 1 , faktor risiko bersifat netral; risiko kelompok terpajan
sama dengan kelompok tidak terpajan.
• RR > 1 ; Confident Interval (CI) > 1 , faktor risiko menyebabkan
sakit
• RR < 1 ; Confdient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah sakit

Jika Confidence Interval tidak melewati


Line of no difference (RR = 1) seperti
kedua penelitian ini
Maka RR penelitian ini bermakna secara
statistik

Jika Confidence Interval melewati


Line of no difference (RR = 1) seperti
penelitian ini, Maka RR penelitian ini
RR = 1 tidak bermakna secara statistik
7
SOAL

Sebuah perusahaan farmasi bernama Baby Blues bekerja sama ingin


memasarkan produk terbaru mereka berupa pil ekstrak herbal
terbaru.

Perusahaan ini membayar beberapa peneliti dan ingin meneliti


manfaat pemakaian pil mereka terhadap kadar gula darah, sebelum
dan sesudah pemakaian pil ekstrak herbal.

Sebelumnya dilakukan tes Shapiro-wilk dan didapatkan p = 0.43.

Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah:


A. T test Independent
B. T test paired
C. Wilcoxon
D. Friedman
E. Repeated Anova
Langkah Menentukan Uji Statistik
• Tentukan sifat variabel yang diuji (numerik atau kategorik)

• Bila ada variabel yang bersifat numerik, tentukan apakah


variabel tersebut terdistribusi normal atau tidak. Atau bila
kedua variabel bersifat kategorik, tentukan apakah
memenuhi persyaratan uji chi square. Untuk mengerjakan
soal UKDI, bila tidak disebutkan, maka diasumsikan bahwa
variabel tersebut terdistribusi normal atau memenuhi
persyaratan chi square.

• Lihat tabel untuk menentukan uji hipotesis apa yang sesuai.


One Sample vs Two Sample T-Test
One sample T-test Two Sample T-test
• Mengetahui perbedaan mean • Mengetahui apakah terdapat
(rerata) satu kelompok perbedaan mean antara dua
dibandingkan dengan mean kelompok populasi.
yang sudah ditetapkan peneliti
atau mean sudah diketahui di • Misalnya penelitian ingin
populasi. mengetahui apakah terdapat
perbedaan mean GDS dari
• Misalnya penelitian tentang kelompok pasien DM yang
mean gula darah sewaktu (GDS) diberi metformin dengan
pada pasien DM yang diberi kelompok pasien DM yang
metformin. Contoh pertanyaan diberi insulin?
penelitiannya adalah: apakah
mean GDS pasien DM yang
diberi metformin lebih dari 200
mg/dl?
Independent vs Paired T-Test
Independent T-test Paired T-test
• Prinsipnya adalah setiap • Prinsipnya adalah setiap
subjek hanya dilakukan 1 kali subjek dilakukan pengukuran
pengukuran. lebih dari 1 kali.

• Contoh: penelitian obat A dan • Contoh: penelitian obat A dan


obat B terhadap kadar obat B terhadap kadar
kolesterol. Subyek dibagi dua kolesterol. Subyek dibagi dua
kelompok, kelompok pertama kelompok, kelompok pertama
diberi obat A dan kelompok diberi obat A dan kelompok
kedua diberi obat B. setelah 3 kedua diberi obat B. Sebelum
bulan, tiap subyek diukur mulai penelitian, tiaap subyek
kadar kolesterolnya. diukur kadar kolesterolnya.
setelah 3 bulan, tiap subyek
diukur kadar kolesterolnya
lagi.
Normality Test
Kolmogorov Smirnov Shapiro Wilk
• Null hypothesis dari tes ini • Shapiro Wilk lebih superior
adalah data sampel berasal dalam mendeteksi distribusi
dari populasi dengan distribusi sampel
yang identical atau sama. • Null hypothesis dari Shapiro
(distribusi normal) Wilk adalah populasi sampel
• Jadi jika p value lebih kecil dari terdistribusi secara normal,
nilai alfa yang kita tentukan • jadi jika p value lebih kecil
(biasa 0.05) maka null daripada nilai alfa yang kita
hypothesis ditolak dan data tentukan (biasa 0.05) maka
yang diuji ini tidak memiliki hipotesis null ditolak dan data
distribusi yang normal. yang diuji ini tidak terdistribusi
secara normal dan sebaliknya.
TABEL UJI HIPOTESIS
VARIABEL
U J I S TAT I S T I K U J I A LT E R N AT I F
INDEPENDEN DEPENDEN

Fisher (digunakan untuk tabel


Kategorik Kategorik Chi square 2x2)*
Kolmogorov-Smirnov
(digunakan untuk tabel bxk)*

Kategorik T-test independen Mann-Whitney**


Numerik
(2 kategori)
T-test berpasangan Wilcoxon**

One Way Anova (tdk


Kruskal Wallis**
Kategorik berpasangan)
Numerik
(>2 kategori) Repeated Anova
Friedman**
(berpasangan)
Numerik Numerik Korelasi Pearson Korelasi Spearman**
Regresi Linier
Keterangan:
* : Digunakan bila persyaratan untuk uji chi square tidak terpenuhi
**: Digunakan bila distribusi data numerik tidak normal
8
SOAL

Berdasarkan pada UU No. 24 Thn 2011 pasal 4, Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional guna
meningkatkan taraf kesehatan penduduk Indonesia.

Karena pelaksanaan jaminan sosial menggunakan dana yang berasal dari


masyarakat dan tidak digunakan untuk kepentingan siapapun kecuali
masyarakat itu sendiri, harus ada pengelolaan dana yang transparan dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat Indonesia.

Termasuk apakah prinsip ini?


A. Akuntabilitas
B. Portabilitas
C. Keterbukaan
D. Nirlaba
E. Gotong-royong
Prinsip BPJS
(UU No. 24 Thn 2011 pasal 4)
Kegotong- • prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban
biaya jaminan sosial  kewajiban setiap peserta membayar
royongan iuran sesuai dengan tingkat gaji/tingkat penghasilan.

• prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan


Nirlaba hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-
besarnya dari seluruh peserta.

• prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan


Keterbukaan jelas bagi setiap peserta.

Kehati-hatian • prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.
Prinsip BPJS
(UU No. 24 Thn 2011 pasal 4)
• prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat
Akuntabilitas
dan dapat dipertanggungjawabkan.

• prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta


Portabilitas berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

• prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan


Kepesertaan Bersifat Wajib
sosial.

• iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta


Dana Amanat untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan
sosial.

Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial


dipergunakan seluruhnya untuk • hasil berupa deviden dari pemegang saham yang dikembalikan untuk
pengembangan program dan untuk kepentingan peserta jaminan sosial.
sebesar besar kepentingan peserta
9
SOAL

Seorang laki-laki bernama tuan Behcet, berusia 42 tahun datang


diantar keluarganya ke praktek dokter dengan keluhan mual muntah
dan tidak mau makan sejak tiga hari yang lalu.

Setelah diperiksa pasien dikatakan menderita akut abdomen dan


diharuskan dirawat inap untuk pemeriksaan lanjutan. Pasien
merupakan pegawai swasta dengan gaji Rp 5.000.000,- per bulan
dengan kepesertaan BPJS dibayarkan oleh perusahaan.

Pada kelas berapakah pasien akan dirawat jika menggunakan BPJS


ketenagakerjaannya?
A. VIP
B. 1
C. 2
D. 3
E. 4
HAK KELAS PESERTA BPJS
• Dibagi menjadi kelas I, II, III.

• Tidak ada peserta BPJS kesehatan yang berhak


atas kelas VIP.
– Peserta yang ingin dirawat di kelas VIP harus iur
biaya (membayar selisih biaya kamar rawat inap
VIP dengan biaya kamar yang menjadi hak
kelasnya).
– Peserta PBI tidak boleh naik kelas. Jika tetap naik
kelas, hak PBInya akan gugur.
HAK KELAS PESERTA BPJS
KELAS 1
1. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;

2. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;

3. Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya;

4. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan;

5. Peserta Pekerja Penerima Upah selain di atas (no 1-4) dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri dengan Gaji atau Upah di atas Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah) sampai
dengan Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah); dan

6. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I

https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
HAK KELAS PESERTA BPJS
KELAS 2
1. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota keluarganya;

2. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;

3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;

4. Peserta Pekerja Penerima Upah selain pada poin 1 sampai dengan 3 di atas dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan Gaji atau Upah sampai dengan Rp 4.000.000,00
(empat juta rupiah); dan

5. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.

https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
HAK KELAS PESERTA BPJS
KELAS 3
Peserta PBI Jaminan Kesehatan serta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah;
dan

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III

https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
Golongan Ruang PNS
10
SOAL
Seorang dokter keluarga bernama dokter Aarskog-Scott
mendapatkan seorang pasien dengan sakit perut hebat.

Setelah didiagnosis diduga pasien menderita penyakit peritonitis TB


dengan HIV yang harus ditangani dokter spesialis bedah dan
penyakit dalam sehingga pasien tersebut harus dirujuk ke dokter
spesialis bedah dan juga penyakit dalam sekaligus.

Jenis rujukan yang dilakukan oleh dokter Aarskog-Scott tersebut


adalah...
A. Interval referral
B. Split referral
C. Collateral referral
D. Specialitic referral
E. Vertical referral
Rinitis Medikamentosa
• Kelainan hidung berupa gangguan respons normal vasomotor
akibat pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes hidung atau
semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga
menyebabkan sumbatan menetap  terjadi rebound dilatation dan
rebound congestion
• Patofisiologi Adanya disregulasi pada tonus
sympathetic/parasympathetic oleh molekul vasokonstriktor
• Ditandai dgn kongesti nasal tanpa rinorea dan bersin2 yg dicetus
oleh penggunaan obat-obatan vasokonstriktor lebih dari 4-6 hari.
• Anjuran: pemakaian obat topikal sebaiknya tidak lebih dari 1
minggu
• PF: edema/hipertrofi konka dengan sekret berlebihan. Apabila
diberi tampon, edema tidak berkurang

Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
JENIS RUJUKAN
• Interval referral: pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada dokter
konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka
waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.
• Collateral referral: menyerahkan wewenang dan
tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu
masalah kedokteran khusus saja.
• Cross referral: menyerahkan wewenang dan
tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada
dokter lain untuk selamanya.
• Split referral: menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa
dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi
rujukan tidak ikut campur.
JENIS RUJUKAN PUSKESMAS
• Jenis rujukan secara umum dibagi menjadi 2,
yaitu:
– Rujukan upaya kesehatan individual
– Rujukan upaya kesehatan masyarakat
RUJUKAN UPAYA KESEHATAN RUJUKAN UPAYA KESEHATAN
PERORANGAN MASYARAKAT
• Rujukan kasus untuk keperluan • Rujukan sarana berupa
diagnostik, pengobatan, bantuan laboratorium dan
tindakan operasi dan lain– lain teknologi kesehatan.

• Rujukan bahan (spesimen) • Rujukan tenaga dalam bentuk


untuk pemeriksaan dukungan tenaga ahli untuk
laboratorium klinik penyidikan, sebab dan asal
yang lebih lengkap. usul penyakit atau kejadian
luar biasa suatu penyakit serta
• Rujukan ilmu pengetahuan penanggulangannya pada
antara lain dengan bencana alam, dan lain – lain
mendatangkan atau mengirim
tenaga yang lebih kompeten • Rujukan operasional berupa
atau ahli untuk melakukan obat, vaksin, pangan pada saat
tindakan, memberi terjadi bencana, pemeriksaan
pelayanan, ahli pengetahuan bahan (spesimen) bila terjadi
dan teknologi dalam keracunan massal,
meningkatkan kualitas pemeriksaan air minum
pelayanan. penduduk dan sebagainya
Jenis Rujukan Berdasarkan
Tingkatannya
• Rujukan horizontal : rujukan yang dilakukan
antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan apabila
perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya
sementara atau menetap.
– Misalya rujukan dari RS tipe B ke RS tipe B lainnya

• Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan


antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat
dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
– Misalnya rujukan dari puskesmas ke RS
11
SOAL

Seorang laki laki bernama tuan Nefrotik, 68 tahun, datang dengan


keluhan nyeri perut sejak 1 minggu. Keluhan ini dirasakan pasien
karena mengkhawatirkan keadaan anak bungsunya di rumah yang
hingga sekarang belum menikah.

Padahal kakaknya sudah menikah dan mempunyai satu orang anak,


tapi masih tinggal di rumah pasien. Istri pasien masih ada dan juga
tinggal di rumah.

Bentuk keluarga pasien ini adalah...


A. Keluarga orang tua tunggal
B. Keluarga tinggal bersama
C. Keluarga extended
D. Keluarga komposit
E. Keluarga inti
BENTUK KELUARGA
• Keluarga inti (nuclear family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak kandung.
• Keluarga besar (extended family): Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-
anak kandung, juga sanak saudara lainnya, baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek,
mantu, cucu, cicit), maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang berasal dari pihak
suami atau pihak isteri.
• Keluarga campuran (blended family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung
serta anak-anak tiri.
• Keluarga orang tua tunggal (single parent family): Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita,
mungkin karena bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta
anak-anak mereka tinggal bersama.
• Keluarga hidup bersama (commune family): Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak
yang tinggal bersama, berbagi hak, dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.
• Keluarga serial (serial family): Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta
memiliki anak-anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu
keluarga.
• Keluarga komposit (composite family): keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
• Keluarga kohabitasi(Cohabitation): dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa
memiliki anak atau tidak.
12
SOAL

Pada bulan Januari 2018 terjadi sebuah peristiwa perkosaan


terhadap seorang korban wanita. Korban tersebut bernama Nona
Ablepharon Macrostomia, usia 19 tahun. Korban melapor ke polisi
dan bersama polisi datang ke dokter dengan membawa visum.

Dokter tersebut melakukan pemeriksaan dan ditemukan adanya


bukti semen dari apusan yang diambil dari regio fornix posterior.
Dari hasil pemeriksaan didapati sperma masih bergerak.

Kemungkinan besar perkosaan terjadi...


A. 1 hari yang lalu
B. 5 jam yang lalu
C. 5-10 jam yang lalu
D. 12-24 jam yang lalu
E. 24-36 jam yang lalu
Kejahatan Susila
• Persetubuhan yang diancam di KUHP meliputi pemerkosaan,
persetubuhan dengan wanita tidak berdaya, persetubuhan dengan
wanita yang belum cukup umur.
• Dokter wajib membuktikan:
– Adanya persetubuhan (deflorasi hymen, laserasi vulva atau vagina,
sperma dalam vagina paling sering terdapat pada fornix posterior)
– Adanya tindak kekerasan (memberikan racun/obat/zat agar menjadi
tidak berdaya)
– Usia korban
– Menentukan pantas tidaknya korban untuk dikawin
– Adanya penyakit menular seksual, kehamilan, kelainan pskiatrik atau
kejiwaan
• Pada institusi yang memiliki dokter spesialis kandungan,
pemeriksaan untuk kasus kejahatan susila dilakukan oleh spesialis
tersebut, bila tidak ada dilakukan oleh dokter umum
PEMERIKSAAN DALAM KASUS
KEJAHATAN SEKSUAL

PEMERIKSAAN SEMEN
Pada pakaian, bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap
Pemeriksaan daripada sekitarnya. Dan Bercak yang sudah agak tua berwarna
visual kekuningan.

Bercak mani teraba kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidak menyerap,
Perabaan dan bila tidak teraba kaku, masih dapat dikenali dari permukaan bercak yang
penciuman teraba kasar. Pada penciuman, bau air mani seperti klorin (pemutih) atau
bau ikan

Semen kering (bercak semen) berfluoresensi (bluish-white) putih


kebiruan di bawah iluminasi UV dan menunjukkan warna yang
Ultraviolet (UV) sebelumnya tak nampak. Namun Pemeriksaan ini tidak spesifik,sebab
nanah, fluor albus, bahan makanan, urin, dan serbuk deterjen yang
tersisa pada pakaian sering berflouresensi juga.
PEMERIKSAAN KIMIAWI
Cairan vaginal atau bercak mani yang sudah dilarutkan,
ditetesi larutan yodium (larutan Florence) di atas objek glass
Metode
Hasil yang diharapkan: kristal-kristal kholin peryodida
Florence
tampak berbentuk jarum-jarum / rhomboid yang berwarna
coklat gelap

Cairan vagina atau bercak semen yang sudah dilarutkan,


diteteskan pada objek glass, lalu ditambahkan asam pikrat
Metode
dan diamati di bawah mikroskop.
Berberio
Hasil yang diharapkan: Kristal spermin pikrat akan terbentuk
rhomboik atau jarum yang berwarna kuning kehijauan.

Dapat dilakukan pada cairan vagina dan pada bercak semen


di pakaian.
Fosfatase
Hasil yang diharapkan: warna ungu timbul dalam waktu
asam
kurang dari 30 detik, berarti asam fosfatase berasal dari
prostat.

Bercak pada pakaian diekstraksi dengan cara menempelkan


Metode kertas saring Whatman no.2 yang dibasahi dengan
PA N aquadest, selama 10 menit.
Hasil positif menunjukkan warna merah jambu.
PEMERIKSAAN CAIRAN MANI
Sampel :
1. Forniks posterior vagina
Fosfatase asam, PAN, Berberio, Florence

2. Bercak pada pakaian


Pemeriksaan Taktil, Visual, Sinar UV,
Fosfatase asam, PAN, Berberio, Florence
Pemeriksaan Sperma
• Pemeriksaan Sperma tanpa pewarnaan
– Tujuan: Untuk melihat motilitas spermatozoa.
Pemeriksaan ini paling bermakna untuk
memperkirakan saat terjadinya persetubuhan.
– Sperma didalam liang vagina masih dapat
bergerak dalam waktu 4 – 5 jam post-coitus;
sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak
sampai sekitar 24-36 jam post coital dan bila
wanitanya mati masih akan dapat ditemukan 7-8
hari.
Pemeriksaan Sperma
• Pemeriksaan dengan pewarnaan
– Bila sediaan dari cairan vagina, dapat diperiksa
dengan Pulas dengan pewarnaan gram, giemsa
atau methylene blue atau dengan pengecatan
Malachite-green.
– Bila berasal dari bercak semen (misalnya dari
pakaian), diperiksa dengan pemeriksaan Baechii.
Hasil: spermatozoa dengan kepala berwarna
merah dan ekor berwarna biru muda terlihat
banyak menempel pada serabut benang
Pewarnaan Malachite Green
• Keuntungan dengan pulasan ini
adalah inti sel epitel dan leukosit
tidak terdiferensiasi, sel epitel
berwarna merah muda merata dan
leukosit tidak terwarnai. Kepala
spermatozoa tampak berwarna
ungu, bagian hidung merah muda.

• Dikatakan positif, apabila


ditemukan sperma paling sedikit
satu sperma yang utuh.
Pewarnaan Baechii
• Reagen dapat dibuat dari : Acid
fuchsin 1 % (1 ml), Methylene
blue 1 % (1 ml), Asam klorida 1
% (40 ml).

• Hasil : Serabut pakaian tidak


berwarna, spermatozoa dengan
kepala berwarna merah dan ekor
berwarna biru muda terlihat
banyak menempel pada serabut
benang.
13
SOAL

Pada tanggal 19 September 2016, ada Jenazah seorang perempuan


usia lanjut ditemukan mengambang di tepi sungai. Ketua RT
setempat melaporkan kejadian tersebut kepada polisi untuk
diselidiki, kemudian Polisi meminta dokter di RS untuk
mengidentifikasi penyebab kematian jenazah tersebut.

Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan, kemungkinan korban


diduga meninggal tenggelam hanyut di sungai,

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan korban


tenggelam adalah....
A. Pemeriksaan adakah luka tembak
B. Pemeriksaan getah paru
C. Pemeriksaan tes apung paru
D. Pemeriksaan toksikologi
E. Pemeriksaan vagina dan forniks posterior
KASUS DUGAAN TENGGELAM
• Pada kasus dugaan tenggelam, dapat dilakukan
pemeriksaan luar, serta pemeriksaan dalam dan
pemeriksaan laboratorium seperti:
– Percobaan getah paru (lonset proef)
– Pemeriksaan diatome (destruction test)
– Pemeriksaan kimia darah (gettler test & Durlacher
test).
• Namun karena soal no.182 dokter bertugas di
puskesmas, yang paling mungkin dilakukan
adalah melakukan pemeriksaan luar untuk
menentukan ada tidaknya tanda kekerasan.
Pemeriksaan Luar Korban Tenggelam
• Mayat dalam keadaan basah berlumuran pasir dan benda-benda
asing lainnya yang terdapat di dalam air laut dan kadang-kadang
bercampur lumpur.

• Busa halus putih yang berbentuk jamur (mush room-like mass).


– Masuknya cairan kedalam saluran pernafasan merangsang
terbentuknya mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan
surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya upaya
pernafasan yang hebat. Busa dapat meluas sampai trakea, bronkus
utama dan alveoli.

• Cutis anserina pada ekstremitas akibat kontraksi otot erector pilli


yang dapat terjadi karena rangsangan dinginnya air.
Pemeriksaan Luar Korban Tenggelam
• Washer woman hand. Telapak tangan dan kaki
berwarna keputihan dan berkeriput yang
disebabkan karena inhibisi cairan ke dalam cutis
dan biasanya membutuhkan waktu yang lama.
• Cadaveric spasme. Merupakan tanda vital yang
terjadi pada waktu korban berusaha
menyelamatkan diri., dengan cara memegang apa
saja yang terdapat dalam air.
• Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air.
• Penurunan suhu mayat
• Lebam mayat terutama pada kepala dan leher
Tes getah paru (lonset proef)
• Kegunaan melakukan percobaan paru (lonsef proef)
yaitu mencari benda asing (pasir, lumpur, tumbuhan,
telur cacing) dalam getah paru-paru mayat.
• Syarat melakukannya adalah paru-paru mayat
harus segar / belum membusuk.
• Cara melakukan percobaan getah paru (lonsef proef)
yaitu permukaan paru-paru dikerok (2-3 kali) dengan
menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan iris
permukaan paru-paru. Kemudian teteskan diatas objek
gelas. Syarat sediaan harus sedikit mengandung
eritrosit.
Tes Diatom
TES DIATOM 4 CARA PEMERIKSAAN DIATOM:
• Diatom adalah alga atau ganggang bersel • Pemeriksaan mikroskopik langsung.
satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) Pemeriksaan permukaan paru disiram
yang tahan panas dan asam kuat. dengan air bersih iris bagian perifer
ambil sedikit cairan perasan dari
jaringan perifer paru, taruh pada gelas
• Bila seseorang mati karena tenggelam maka objek tutup dengan kaca penutup.
cairan bersama diatome akan masuk ke Lihat dengan mikroskop.
dalam saluran pernafasan atau pencernaan
kemudian diatome akan masuk kedalam • Pemeriksaan mikroskopik jaringan
aliran darah melalui kerusakan dinding dengan metode Weinig dan Pfanz.
kapiler pada waktu korban masih hidup dan
tersebar keseluruh jaringan organ dalam • Chemical digestion. Jaringan
(seperti ginjal, hepar, otak) dihancurkan dengan menggunakan
asam kuat sehingga diharapkan
diatom dapat terpisah dari jaringan
• Ada/tidaknya diatom pada air sangat
tersebut.
bergantung pada banyak faktor seperti
suhu, pH, kelembaban, musim, dan lain-lain
sehingga pemeriksaan ini kurang sensitif. • Inseneration. Bahan organik
Apabila tidak ditemukan diatom, tidak
dihancurkan dengan pemanasan
dalam oven.
berarti kasus tersebut bukan kasus
tenggelam.
Tes Kimia Darah
TEST KIMIA DARAH • Test Gettler: Menunjukan adanya
• Mengetahui ada tidaknya hemodilusi perbedaan kadar klorida dari darah
atau hemokonsentrasi pada masing- yang diambil dari jantung kanan dan
masing sisi dari jantung, dengan cara jantung kiri. Pada korban tenggelam
memeriksa gaya berat spesifik dari di air laut kadar klorida darah pada
kadar elektrolit antara lain kadar jantung kiri lebih tinggi dari jantung
sodium atau clorida dari serum kanan.
masing-masing sisi.
• Tes Durlacher: Penentuan perbedaan
• Dianggap reliable jika dilakukan berat plasma jantung kanan dan kiri.
dalam waktu 24 jam setelah Pada semua kasus tenggelam berat
kematian jenis plasma jantung kiri lebih tinggi
daripada jantung kanan .
14
SOAL

Seorang laki-laki didapatkan meninggal di kamar kosnya dalam keadaan


tergantung. Mayat laki-laki tersebut ditemukan saat subuh oleh teman
kosnya yang curiga karena korban seharian tidak keluar kamar.
Diketahui bahwa laki-laki tersebut memang sedang depresi karena baru
saja dipecat, namun tidak menyangka korban sampai akan bunuh diri.

Pada pemeriksaan luar forensik ditemukan perdarahan bitnik-bintik


pada konjungtiva dan busa halus pada mulut.

Kemungkinan mekanisme kematian pasien adalah...


A. Refleks Vagal
B. Asfiksia
C. Malingering
D. Hanging
E. Tidak Wajar
SEBAB-MEKANISME-CARA KEMATIAN
• Untuk dapat menentukan sebab kematian,
secara mutlak harus dilakukan otopsi.

• Sedangkan perkiraan sebab kematian dapat


diteliti dari kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan luar.

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Sebab Kematian
• Sebab kematian lebih ditekankan pada alat atau
sarana yang dipakai untuk mematikan korban.
– Contoh: karena tenggelam, karena terbakar, karena
tusukan benda tajam, karena pencekikan, karena
kekerasan benda tumpul.

• Sebab kematian banyak membantu penyidik


dalam melaksanakan tugas, misalnya untuk
mencari dan menyita benda yang diperkirakan
dipakai sebagai alat pembunuh, sehingga sebab
kematian seperti mati lemas tidak tepat.

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Mekanisme Kematian
• Mekanisme kematian menunjukkan
bagaimana korban itu mati setelah
umpamanya tertembak atau tenggelam.
– Contoh: karena perdarahan, karena refleks vagal,
karena hancurnya jaringan otak

• Mekanisme lebih bersifat teoritis dan tidak


selalu dapat diketahui pasti

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Cara Kematian
• Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal 3 cara
kematian, yaitu:
1. Wajar: kematian korban karena penyakit, bukan
karena kekerasan atau rudapaksa.
2. Tidak wajar, yang dibagi menjadi kecelakaan,
bunuh diri, dan pembunuhan.
3. Tidak dapat ditentukan, yang disebabkan karena
keadaan mayat telah sedemikian rusak atau
busuk sehingga luka atau penyakit tidak dapat
ditemukan lagi.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
ASFIKSIA
• Definisi:
kondisi yang disebabkan adanya hambatan respirasi
atau kurangnya oksigen pada udara yang dihirup,
sehingga organ dan jaringan mengalami deprivasi
oksigen (disertai gangguan eliminasi karbon
dioksida)  pingsan atau kematian.
ETIOLOGI ASFIKSIA
Mekanik • hambatan mekanik terhadap aliran udara dalam traktus respiratorik.

• Masuknya oksigen ke dalam paru dihambat oleh penyakit dari saluran


Patologis napas atas atau paru.
• Contoh: edema laring, spasme laring, tumor, abses

• Berhentinya pergerakan respiratorik akibat paralisis dari pusat


Toksik pernafasan pada kasus intoksikasi morfin atau barbiturat

• Bernafas pada lingkungan tercemar atau minim oksigen seperti


Lingkungan ketinggian, inhalasi CO2 atau gas lainnya

• Luka penetrans pada toraks yang menyebabkan pneumotoraks atau


Trauma emboli paru

• Pada pasien dengan penurunan kesadaran sehingga saluran napas


Postural tertutup

Iatrogenik • Dampak dari anestesi


Asfiksia vs Vagal Reflex
• Secara umum, yang sering kali menjadi mekanisme
kematian (terutama pada kasus tenggelam) adalah asfiksia
dan vagal reflex.

• Refleks vagal terjadi sebagai akibat rangsangan pada nervus


vagus pada corpus caroticus (carotid body) di percabangan
arteri karotis interna dan eksterna yang akan menimbulkan
bradikardi dan hypotensi  menyebabkan sudden cardiac
arrest.

• Tidak ada pemeriksaan yang khas yang ditemukan pada


vagal reflex. Oleh karena itu, secara sederhana umumnya
disimpulkan bila tidak ada tanda asfiksia yang ditemukan,
maka mekanisme kematian adalah karena vagal reflex.
15
SOAL

Seorang petani bernama Tuan Ackerman, 56 tahun ditemukan


meninggal di ladang taninya. Pasien diduga meninggal akibat stroke
mendadak tanpa ada seorang pun yang menolong pasien. Pasien
memang sudah memiliki riwayat darah tinggi lama dan perokok
berat.

Saat ditemukan pasien sudah meninggal dan ditemukan di ladang


dengan kondisi kaku & sendi-sendi tidak bisa digerakkan.

Kondisi seperti ini terjadi pada pasien karena...


A. Penurunan suhu tubuh
B. Penguapan cairan
C. Pembusukan
D. Autolisis
E. Penurunan ATP
Motion Sickness
• Unpleasant condition that occurs when persons are
subjected to motion or the perception of motion,
considered to be physiological.
• Common symptoms:
– nausea, nonvertiginous dizziness, and malaise.
• Pathophysiology:
– conflicted input from vestibular, visual, and proprioceptive
receptors.
– Conflict causes more severe symptoms when the patient is
passively moved at certain frequencies.
• Physical signs:
– yawning, belching, perioral and facial pallor.
– Increased salivation, diaphoresis, and flushing.
TANATOLOGI FORENSIK
• Livor mortis atau lebam mayat
– terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah
kematian akibat berentinya sirkulasi dan adanya
gravitasi bumi .
– Eritrosit akan menempati bagian terbawah badan
dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan.
– Muncul pada menit ke-30 sampai dengan 2 jam.
Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap
8-12 jam.
Rigor mortis atau kaku mayat
• terjadi akibat hilangnya ATP.
• Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin
bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam
postmortem.
• Kemudian dipertahankan selama 12 jam, setelah itu akan
berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah
adalah suhu tubuh, volume otot dan suhu lingkungan.
• Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah.
• Rigor mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi
dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.
Penurunan suhu badan
• Pada saat sesudah mati, terjadi proses pemindahan
panas dari badan ke benda-benda di sekitar yang lebih
dingin secara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.
• dipengaruhi oleh suhu lingkungan, konstitusi tubuh dan
pakaian.
• Bila suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan
pakaiannya tipis maka suhu badan akan menurun lebih
cepat.
• Lama kelamaan suhu tubuh akan sama dengan suhu
lingkungan.
Pembusukan mayat (dekomposisi)
• Terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja
bakteri.
• Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai
dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau
busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lain-lain.
• RUMUS CASPER untuk perbedaan kecepatan pembusukan udara:
air: tanah = 8:2:1
• Ini disebabkan karena suhu di dalam tanah yang lebih rendah
terutama bila dikubur ditempat yang dalam, terlindung dari
predators seperti binatang dan insekta, dan rendahnya oksigen
menghambat berkembang biaknya organisme aerobik.
Thanatologi
Livor mortis Livor mortis lengkap
mulai muncul dan menetap

20 30 2 6 8 12 24 36
0 mnt mnt jam jam jam jam jam jam

Rigor mortis Pembus


Rigor mortis Pembusuk ukan
lengkap (8-10
mulai muncul an mulai tampak
jam)
tampak di di
caecum seluruh
tubuh

Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
16
SOAL

Tuan Abruzzo-Erickson, 26 tahun, ditangkap polisi atas tindakan


kekerasan. Pasien memiliki istri simpanan yang kebetulan hamil 2
bulan tanpa memberitahu pasien, ketika istri simpanan pasien
menuntut pasien untuk menikahinya, Tuan Abruzzo-Erickson marah
dan membanting istri simpanannya tersebut ke lantai sehingga
perdarahan dari jalan lahir.

Istri simpanannya itu dilarikan ke rumah sakit dan didapatkan terjadi


abortus, lalu keluarga istri simpanannya tersebut melaporkan ke
polisi, dan tuan Abruzzo-Erickson
Dapat dikenai pasal berapa atas tindakannya tersebut?
A. 351 KUHP
B. 351 KUHAP
C. 352 KUHP
D. 352 KUHAP
E. 90 KUHP
Luka Ringan dan Luka Sedang
• Luka derajat satu (pasal 352 KUHP): Luka
tersebut TIDAK menyebabkan penyakit atau
halangan dalam menjalankan pekerjaan
jabatan/pencaharian.

• Luka derajat dua (pasal 351(1) KUHP)  pasal


tentang penganiayaan.
Pasal 351 KUHP
• (1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara
paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
• (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat,
yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun.
• (3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
• (4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak
kesehatan.
• (5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak
dipidana.
Pasal 352 KUHP
• “Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan,
dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
• Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja
padanya, atau menjadi bawahannya.”
Luka Ringan vs Luka Sedang
• Untuk membedakan luka derajat satu atau dua, maka dilakukan pengujian
dengan beberapa kriteria sbb:
– Apakah luka tersebut memerlukan perawatan medis, seperti penjahitan luka,
pemberian infus dsb
– Apakah luka atau cedera tersebut menyebabkan terjadinya gangguan fungsi
(fungsiolesa)?
– Apakah lokasinya di tempat yang rawan, seperti mulut, hidung, leher,
skrotum?
– Apakah lukanya tunggal, sedikit, atau banyak?

• Bila luka tersebut mutlak memerlukan perawatan medis, menyebabkan


gangguan fungsi, lokasinya pada lokasi rawan dan jumlah lukanya banyak,
maka lukanya pada umumnya merupakan luka derajat dua. Jika tidak ada
satupun hal tersebut yang terpenuhi maka derajat lukanya adalah satu.
Pembedaan luka derajat satu dan dua pada banyak kasus merupakan hal
yang sulit, sehingga kesimpulan seorang dokter dengan dokter lainnya
kadang berbeda.
Luka Berat
• Pasal 90 KUHP menyatakan bahwa luka berat, adalah:
– Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau
– Yang menimbulkan bahaya maut
– Tidak mampu secara terus menerus untuk menjalankan tugas
jabatan atau pekerjaan pencarian
– Kehilangan salah satu pancaindera
– Mendapat cacat berat
– Menderita sakit lumpuh
– Terganggunya daya pikir selama lebih dari empat minggu
– Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
– Luka yang memenuhi salah satu kriteria pada pasal 90 KUHP
merupakan luka derajat tiga atau luka berat. Jika luka tersebut
tidak memenuhi kriteria tersebut diatas, maka lukanya termasuk
derajat satu atau dua.
17
SOAL

Laki-laki bernama Tuan Aicardi, berusia 32 tahun datang ke IGD


dengan luka-luka dibawa oleh warga setempat. Diketahui bahwa
pasien adalah seorang korban penjambretan di area sekitar
Pademangan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Luka terbuka di lengan kiri
pasien, dengan tepi rata ujung lancip sepanjang 9 cm dengan
kedalaman 3 cm.
Apa yang akan dituliskan dokter pada kesimpulan dari kasus
tersebut?
A. Luka akibat kekerasan tumpul
B. Luka akibat kekerasan tajam
C. Luka akibat kekerasan termis
D.Luka akibat kekerasan kimia
E. Luka akibat kekerasan listrik
Perlukaan Akibat Kekerasan
• PELBAGAI JENIS KEKERASAN

– KEKERASAN BERSIFAT MEKANIK


• KEKERASAN TUMPUL
• KEKERASAN TAJAM
• TEMBAKAN SENJATA API

– KEKERASAN BERSIFAT ALAM


• LUKA AKIBAT API
• LUKA AKIBAT LISTRIK

– KEKERASAN BERSIFAT KIMIAWI


• LUKA AKIBAT ASAM KERAS
• LUKA AKIBAT BASA KUAT
Luka Akibat Kekerasan Tumpul
• Luka memar: Tampak sebagai bercak, biasanya
berbentuk bulat/lonjong. Luka memar yang baru
terjadi tampak sebagai bercak biru kemerahan dan
agak menimbul. Proses penyembuhan menyebabkan
warna bercak berubah menjadi kebiruan, kehijauan,
kecoklatan, kekuningan dan akhirnya hilang saat terjadi
penyembuhan sempurna dalam 7-10 hari.

• Luka robek: Luka terbuka tepi tidak rata, ada jembatan


jaringan, pada salah satu sisi dapat ditemukan jejas
berupa luka lecet tekan.
Luka Akibat Kekerasan Tumpul
• Luka lecet tekan: Tampak sebagai bagian kulit
yang sedikit mencekung, berwarna kecoklatan.
Bentuknya memberikan gambaran bentuk benda
penyebab luka.

• Luka lecet geser: Bagian yang pertama bergeser


memberikan batas yang lebih rata, dan saat
benda tumpul meningalkan kulit yang tergeser
berbatas tidak rata. Tampak goresan epidermis
yang berjalan sejajar.
Luka Akibat Kekerasan Tajam
• Luka tusuk: Akibat kekerasan tajam yang mengenai kulit dengan
arah kekerasan tegak terhadap permukaan kulit. Tepi luka rata.
– Lebar luka menggambarkan lebar pisau yang digunakan.
– Karena elastisitas kulit, dalamnya luka tidak menggambarkan
panjangnya pisau

• Luka sayat: Akibat kekerasan tajam yang bergerak k.l sejajar dengan
permukaan kulit. Panjang luka jauh melebihi dalamnya luka.

• Luka bacok: Akibat kekerasan tajam dengan bagian “mata” senjata


yang mengenai kulit dengan arah tegak. Kedua sudut luka lancip
dengan luka yang cukup dalam.
18
SOAL

Suatu survei tentang morbiditas ibu hamil dan melahirkan dilakukan oleh
sebuah lembaga independen yang dikepalai oleh kepala puskesmas yang
bernama dokter Mr. Rime, dengan mengambil subjek penelitian seluruh
penduduk indonesia.

Sampel pertama-tama dilakukan dengan memilih secara acak 22 provinsi


dari 34 provinsi di Indonesia. Dari masing – masing provinsi terpilih diambil
sampel acak sebanyak total 50% dari setiap kabupaten dan kota yang ada.
Selanjutnya dari tiap – tiap kabupaten/kota diambil sampel acak sebanyak
50 orang dari tiap kecamatan yang ada.

Apakah teknik pengambilan sampel yang dilakukan?


A. Simple random sampling
B. Stratified random sampling
C. Multistages random sampling
D. Cluster random sampling
E. Systematic random sampling
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan Sampel
• Probability Sampling  pengambilan acak
Simple Random  Pengambilan sampel dari semua
anggota populasi secara acak tanpa pembagian
apapun (setiap orang punya kesempatan sama), ex:
dadu, koin, “arisan”
Systematic  Dipilih berdasarkan urutan pola
tertentu, ex: tiap kelipatan 10, genap atau ganjil saja
Stratified  Pemilihan berdasarkan strata/tingkatan
dengan karakteristik tertentu (ex: usia, jenis kelamin)
lalu setelah itu diacak sesuai kelompoknya dan
diambil perwakilan sampel dari masing2 kelompok.

Suresh K, et al. Design, data analysis, and sampling techniques for


clinical research. 2011.
Teknik Pengambilan Sampel
• Probability Sampling  pengambilan acak
Cluster  Teknik sampling yang membagi
berdasarkan kriteriatertentu spt wilayah/daerah dan
mengambil sebagian dari total jumlah kelompok
tersebut secara acak dan diambil seluruh sampel dari
wilayah/daerah/kelompok yang terpilih, ex:
mengambil 10 kecamatan di Jakarta dan seluruh
penduduk di kecamatan yang terpilih dijadikan
sampel.
Multi-stage  gabungan 2 teknik sampling atau lebih,
ex: teknik cluster dengan mengambil 10 kecamatan di
Jakarta lalu dari tiap kecamatan dipilih 100 sampel
dengan simple random.

Suresh K, et al. Design, data analysis, and sampling techniques for


clinical research. 2011.
Teknik Pengambilan Sampel
• Non-Probability Sampling  pengambilan tidak acak
 Convenience  memilih siapapun yang ditemui sesuka
hati peneliti
 Quota  anggota sampel pada suatu tingkat dipilih
dengan jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu
 Snowball  Mencari sampel lain dari sampel sebelumnya,
“berantai”, biasanya pada kasus prevalensi sedikit

Suresh K, et al. Design, data analysis, and sampling techniques for


clinical research. 2011.
Teknik Pengambilan Sampel
• Non-Probability Sampling  pengambilan tidak acak
 Purposive/judgemental  sampel dipilih secara khusus
berdasarkan tujuan peneltian karena memenuhi
karakteristik yang diinginkan.
 Consecutive  Orang yang datang pertama dipilih sebagai
subjek

Suresh K, et al. Design, data analysis, and sampling techniques for


clinical research. 2011.
19
SOAL

Seorang pria bernama tuan Grimmsnarl, 67 tahun, datang ke klinik dengan


keluhan susah buang air besar. Riwayat penyakit pasien, menderita
diabetes dan hipertensi. Pasien memiliki seorang istri berusia 60 tahun.
Hidup dengan seorang pembantu rumah tangga. Kedua anak pasien kerja
dan tinggal di kota tidak jauh dengan orang tuanya.

Dokter tersebut ingin mempertimbangkan keadaan keluarga dalam


memberikan pengobatan, melihat dinamika dan fungsi keluarga dalam
memberi kasih sayang, kemitraan, kebersamaan.

Bagaimana dokter melihat fungsi keluarga?


A. Family apgar
B. Family circle
C. Family lifeline
D. Family life cycle
E. Family genogram
FAMILY ASSESSMENT TOOL
• Family dynamic  interaksi dan hubungan antar anggota keluarga
• Family assesment tools alat yang digunakan untuk menilai family dynamic
Saya puas dengan keluarga saya karena masing-masing
ADAPTATION
anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai 0-2
Adaptasi
dengan seharusnya

Saya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu


PARTNERSHIP
memberikan solusi terhadap permasalahan yang saya 0-2
Kemitraan
hadapi

GROWTH Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya


0-2
pertumbuhan untuk mengembangkan kemampuan yang saya miliki

AFFECTION Saya puas dengan kehangatan / kasih sayang yang


0-2
Kasih ssayang diberikan keluarga saya

RESOLVE Saya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk


0-2
Kebersamaan menjalin kebersamaan

Interpretasi :
8-10 = Highly functional family (fungsi keluarga baik)
4-7 = Moderately dysfunctional family (disfungsi keluarga moderat)
0-3 = Severely dysfunctional family (keluarga sakit / tidak sehat)
20
SOAL

Sebuah puskesmas memiliki sebuah posyandu di daerah Kebon Jeruk.

Posyandu ini memiliki 4 orang kader. Program pada puskesmas ini


mencapai target 30% untuk KB, 45% untuk KIA dan 48% untuk imunisasi.
Posyandu ini belum melaksanakan dana tambahan karena masih keteteran
dengan pelaksanaan program akibat kadernya yang masih minim.

Termasuk apakah posyandu ini?


A. Posyandu Madya
B. Posyandu Pratama
C. Posyandu Utama
D. Posyandu Mandiri
E. Posyandu Purnama
JENIS POSYANDU
• Terdapat 4 jenis posyandu:
– Posyandu pratama (warna merah)
– Posyandu madya (warna kuning)
– Posyandu purnama (warna hijau)
– Posyandu mandiri (warna biru)
21
SOAL

Di sebuah kepulauan di wilayah Oceania ada sebuah pulau yang


sangat terpencil dan sulit mendapat akses medis. Di daerah
tersebut juga masih banyak persalinan yang tidak tertangani
dengan baik sehingga banyak kasus partus yang bermasalah.

Dari 1000 anak yang ada di pulau tersebut, didapatkan 50 anak


menderita penyakit cerebral palsy. Saat disurvei kembali pada
tahun 2018 didapatkan 18 kasus baru selain kasus sebelumnya.

Berapakah prevalence rate pada tahun 2018?


A. 5%
B. 4,8%
C. 5,8%
D. 6.8%
E. 3.2%
UKURAN MORBIDITAS
Definisi
PENYAKIT
Rumus
Insidens/ insidens Jumlah kasus baru dalam Jumlah kasus baru/ jumlah populasi
kumulatif/ incidence periode waktu tertentu berisiko di awal periode
rate/ attack rate/
attack risk Attack rate/risk lebih sering
digunakan pada konteks KLB.

Secondary attack rate jumlah penderita baru suatu Jumlah penderita baru pd serangan
penyakit yang terjangkit pada kedua/ (jumlah populasi berisiko-
serangan kedua dibandingkan jumlah orang yang terkena
dengan jumlah penduduk serangan pertama)
dikurangi orang/penduduk yang
pernah terkena penyakit pada
serangan pertama.

Incidence density rate jumlah penderita baru suatu Jumlah kasus baru/ jumlah populasi
(or person-time rate) penyakit yang ditemukan pada berisiko di awal periode (dalam
suatu jangka waktu tertentu satuan orang-waktu)
(dalam satuan orang-waktu)
Ukuran Morbiditas Penyakit (2)
Definisi Rumus
Point prevalence Jumlah seluruh kasus pada satu Jumlah seluruh kasus (kasus lama
waktu tertentu, misalnya jumlah dan kasus baru)/ jumlah populasi
seluruh kasus hipertensi per berisiko pada satu waktu yang
tanggal 1 April 2017. spesifik (tanggal tertentu atau jam
tertentu).

Period prevalence Jumlah seluruh kasus pada satu Jumlah seluruh kasus (kasus lama
periode tertentu, misalnya jumlah dan kasus baru)/ jumlah populasi
seluruh kasus hipertensi dari berisiko pada satu periode
Januari-Desember 2016. tertentu.

Jumlah populasi berisiko diambil


dari jumlah populasi pada
pertengahan periode.
Prevalensi
• Prevalensi adalah jumlah seluruh kasus dibagi
dengan jumlah populasi berisiko pada tahun
tersebut.
• Pada soal, ditanyakan prevalensi pada tahun
2015, maka prevalensinya adalah:
seluruh kasus (50+18) = 6,8%
populasi berisiko 1000 =
22
SOAL

Pada bulan Januari 2017 ditemukan 2 pria tewas dalam sumur.


Kedua pria tersebut diketahui adalah warga desa Ujang yang
bernama Tuan Rilaboom dan tuan Boltund. Kejadian terjadi saat
pagi hari, awalnya kedua pria tersebut awalnya ingin menguras
sumur namun sampai sore mereka tidak kurun pulang.

Dari forensik ditemukan darah korban berwarna merah gelap.

Apa kemungkinan diagnosisnya?


A. Keracunan O2
B. Keracunan CO
C. Keracunan CO2
D. Keracunan arsen
E. Keracunan Nitrogen
Inhalation of suffocating gasses
• Ada 3 cara kematian pada korban kasus
inhalation of suffocating gasses, yaitu menghisap
gas :
1. CO
2. CO2
3. H2S

• Gas CO banyak pada kebakaran hebat. Gas CO2


banyak pada sumur tua dan gudang bawah tanah.
Gas H2S pada tempat penyamakan kulit.
Perbedaan Keracunan CO dan
Keracunan CO2
• Perbedaan terutama terlihat pada warna
darah korban.
– Pada keracunan CO, darah berwarna merah bata
(cherry red)
– Pada keracunan CO2, darah berwarna merah
gelap.
Warna Lebam Mayat

• Dalam keadaan normal, lebam mayat


berwarna merah keunguan.
Intoksikasi Warna Lebam Mayat
Karbon monoksida Merah bata (cherry red)
Karbon dioksida Merah gelap
Sianida Merah terang (bright red)
Nitrit, Potasium, Anilin, Benzena dan zat Merah coklat atau coklat
lain yang menyebabkan
methemoglobinemia
Fosfat Coklat gelap (dark brown)

http://www.forensicpathologyonline.com/e-book/post-mortem-changes/post-mortem-hypostasis
23
SOAL

Seorang dokter jaga UGD RS bernama dokter Eiscue didatangi 2


polisi yang membawa pasien dengan keluhan trauma pada dada,
polisi mengatakan pasien adalah korban penganiyaan sekelompok
preman.

Kemudian polisi meminta secara verbal kepada dokter untuk


membuat keterangan untuk keperluan penyidikan, akan tetapi
dokter Eiscue menolak

Permintaan akan visum dari kedua polisi tersebut tidak sesuai


dengan…
A. Pasal 133 ayat 2 KUHAP
B. Pasal 133 ayat 1 KUHAP
C. Pasal 120 KUHAP
D. Pasal 33 KUHAP
E. Pasal 150 KUHAP
VISUM ET REPERTUM (VER)
• VeR : keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang, mengenai hasil pemeriksaan medik, berdasarkan
keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan
• Pasal 133 KUHAP:
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat
• Permintaan bantuan kepada dokter sebagai ahli hanya dapat diajukan
secara tertulis dengan menyebutkan secara jelas jenis pemeriksaan yang
dikehendaki
• Pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP : yang berwenang meminta
keterangan ahli → penyidik & penyidik pembantu
Pengantar Medikolegal, Budi Sampurna
VISUM ET REPERTUM
• Aspek medis: visum et repertum dibuat
berdasarkan penilaian dokter mengenai kondisi
klinis pasien (dalam hal ini korban), dapat
berdasarkan pemeriksaan langsung atau
berdasarkan pemeriksaan yang tercatat di rekam
medis.

• Aspek hukum: merupakan pelayanan kedokteran


yang dilakukan untuk kepentingan hukum, dan
dibuat berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.
Siapa Yang Berhak Membuat VER?
• Dalam pasal 133 KUHAP disebutkan: penyidik berwenang
untuk mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.

• Sebenarnya boleh saja seorang dokter yang bukan dokter


spesialis forensik membuat dan mengeluarkan visum et
repertum.

• Tetapi, di dalam penjelasan pasal 133 KUHAP dikatakan


bahwa keterangan ahli yang diberikan oleh dokter spesialis
forensik merupakan keterangan ahli, sedangkan yang
dibuat oleh dokter selain spesialis forensik disebut
keterangan.
Syarat Pembuatan Visum et Repertum
Syarat yang menyangkut prosedur yang harus dipenuhi dalam
pembuatannya, yaitu:
• Permintaan visum et repertum haruslah secara tertulis (sesuai
dengan pasal 133 ayat 2 KUHAP)
• Pemeriksaan atas mayat dilakukan dengan cara bedah, jika ada
keberatan dari pihak keluarga korban, maka pihak polisi atau
pemeriksa memberikan penjelasan tentang pentingnya dilakukan
bedah mayat.
• Permintaan visum et repertum hanya dilakukan terhadap peristiwa
pidana yang baru terjadi, tidak dibenarkan permintaan atas
peristiwa yang telah lampau.
• Polisi wajib menyaksikan dan mengikuti jalannya pemeriksaan.
• Isi visum et repertum tidak bertentangan dengan ilmu kedokteran
yang telah teruji kebenarannya
24
SOAL

Seorang laki-laki bernama tuan Noivern usia 26 tahun, post KLL


dibawa ke UGD RS, dengan keadaan umum gelisah, kesadaran
somnolen, TD 86 perpalpasi, RR 30x/menit akral dingin, pekak hepar
menghilang, nyeri tekan seluruh lapang abdomen.

Diagnosis sementara pada pasien ini diduga sebagai


pneumoperitoneum dan dokter langsung melakukan tindakan
bedah dan resusitasi.

Tindakan tersebut sesuai dengan asas...


A. Justice
B. Fidelity
C. Autonomy
D. Beneficence
E. Non maleficence
KAIDAH DASAR MORAL

Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Non-Maleficence
• Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien: tidak boleh
berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien; minimalisasi
akibat buruk
• Primum non nocere: First do no harm
• Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal:
– Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang
penting dan dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
– Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
– Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal)
– Norma tunggal, isinya larangan
• Contoh tindakan:
– Tidak melakukan malpraktik etik, baik sengaja atau tidak; seperti dokter tidak
mempertahankan kemampuan ekspertisnya atau menganggap pasien sebagai
komoditi
– Menghentikan pengobatan yang sia-sia atau pengobatan luar biasa, yaitu
pengobatan yang tidak biasa diperoleh atau digunakan tanpa pengeluaran
amat banyak, nyeri berlebihan, atau ketidaknyamanan lainnya
– Juga membiarkan mati (letting die), bunuh diri dibantu dokter, euthanasia,
sengaja malpraktik etis
Kaidah Dasar
Core biomedical moral principles
Moral dan Turunannya
Core behavioral norms
Autonomy: the norms of respecting and Veracity: to provide accurate, timely, objective, and
supporting individual autonomous comprehensive transmission of information, ensure
decisions patient’s understanding
Privacy: to respect the right that individuals and
families have to keep personal information,
decisions, spaces, activities, and relationships under
their own control
Confidentiality: to prevent the re-disclosure of
private information to anyone else without patient’s
authorization
Beneficence: prioritize relieving, Fidelity: obligation of a professional to faithfully
lessening, or preventing harm, actions carry out an activity that benefits the patient, abstain
that provide benefits to others from an activity that would/could cause harm
Non maleficence: avoiding actions that
would cause harm to others
Justice: fair distribution of benefits, -
risks, and costs among patients
25
SOAL

Perempuan bernama nona Hatterene, 24 tahun, datang ke dokter dengan keluhan


sakit perut berulang disertai sakit kepala dan punggung, terkadang disertai
penurunan nafsu seksual. Pasien minta dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam
karena ingin mencoba endoskopi. Tapi dokter merujuk pasien ke psikiatri, karena
dari hasil pemeriksaan tidak didapatkan kelainan.
Dokter menduga kelainan tersebut diakibatkan psikologis karena pasien mungkin
mengalami ganggua somatisasi. Akan tetapi mendengar itu pasien menolak
karena merasa dirinya bukan orang gila dan menuntut agar tetap dirujuk ke
dokter penyakit dalam.
Dokter tetap tidak mau merujuk karena tidak ada indikasi. Dokter berpendapat,
jika menuruti keinginan pasien, justru pasien akan dirugikan karena hal tersebut
sebenarnya tidak perlu dan hanya membuang biaya serta waktu pasien.
Tindakan dokter tersebut dalam mengambil pilihan kaidah bioetik ini disebut
dengan istilah...
A. Beneficence
B. Non-maleficence
C. Justice
D. Autonomy
E. Prima Facie
Prinsip Prima Facie
• Dalam menghadapi pasien, sering kali dokter
diperhadapkan pada dilema etis, di mana terjadi
“tabrakan” antar kaidah dasar moral pada kasus tersebut.

• Prima facie: dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang


dokter harus melakukan pemilihan 1 kaidah dasar etik ter-
”absah” sesuai konteksnya berdasarkan data atau situasi
konkrit terabsah.

• Contoh keadaan yang membutuhkan prinsip prima facie:


pasien dengan Hb 5 g/dl. Dokter menyatakan bahwa pasien
harus transfusi darah segera. Tetapi pasien menganut
kepercayaan bahwa tidak boleh menerima bagian tubuh
dari manusia lain sama sekali.
“We Build Doctors”

Anda mungkin juga menyukai