Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Slamet Sunarno Harjosuwarno, MPH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vertigo merupakan salah satu penyakit yang seringkali ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Vertigo adalah suatu gangguan dengan gejala sensasi tubuh atau perasaan tubuh
yang berputar terhadap lingkungannya ataupun sebaliknya. Berdasarkan etiologinya, vertigo
dibagi menjadi vertigo central dan vertigo perifer. Vertigo sentral penyebabnya karena ada
gangguan vaskuler, sedangkan vertigo perifer berkaitan dengan kondisi patologis di telinga
(Dewanto et al., 2009).
Menurut Miralza Diza (2008) pada tahun 2009 di Indonesia angka kejadian vertigo
terhitung sangat tinggi yaitu sekitar 50% dari orang tua yang berusia 75 tahun. Di Puskesmas
Sanden penyakit vertigo ini termasuk salah satu penyakit dalam 20 besar penyakit yang
sering ditemukan di masyarakat. Walaupun vertigo bukan suatu penyakit serius yang dapat
mengancam nyawa seseorang, namun vertigo dapat mengakibatkan hal yang berbahaya bagi
penderitanya yaitu seperti terjadinya vertigo di saat sedang berendara atau saat ditempat yang
kurang aman dkibatkan cedera. Hal ini kemudian menjadi penghambat dalam melakukan
aktifivitas sehari-hari bagi penderita vertigo serta berpengaruh juga terhadap kualitas hidup
penderita. Pengetahuan masyarakat sendiri terkait vertigo juga terbilang masih sangat kurang.
Oleh sebab itu melalui makalah ini penulis ingin memberikan suatu gambaran mengenai
vertigo khususnya di lingkup Puskesmas Sanden.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran dan faktor resiko terjadinya vertigo pada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Sanden.
2. Untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh pasien vertigo.
3. Untuk menilai serta memberikan pengetahuan & kesadaran masyarakat mengenai
vertigo.
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui dan memahami permasalahan yang dialami oleh pasien vertigo
terkait penyakitnya.
2. Dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang vertigo.
3. Dapat memberikan informasi bagi pihak Puskesmas dan tenaga kesehatan dalam
menentukan serta meningkatkan program terutama untuk para lansia yang berkaitan
dengan vertigo.
BAB II
METODE PENGAMBILAN DAN INTERPRETASI DATA
Pemeriksaan klinis dilakukan pada hari Kamis, 13 September 2018 di BP- Umum Puskesmas
Sanden.
B. KAJIAN EPIDEMIOLOGI
I. ANALISIS DISTRIBUSI
1. ORANG TERKENA (PERSON)
Berdasarkan data dari Puskesmas Sanden dari tanggal 1 Januari 2018 hingga
tanggal 20 September 2018 didapatkan kasus vertigo di Kecamatan Sanden sebanyak 415
kasus. Dari data tersebut diketahui bahwa vertigo menempati urutan ke-16 dalam 20 besar
penyakit Puskesmas Sanden antara Januari hingga September 2018. Dari 415 kasus
vertigo ini didapatkan jumlah kunjungan pasien perempuan lebih banyak dibandingkan
dengan laki-laki dimana jumlah kunjungan laki-laki sebanyak 161 kasus (39%) dan
perempuan sebanyak 254 kasus (61%).
Jumlah Pasien Vertigo
berdasarkan Jenis Kelamin
39% Laki-laki
Perempuan
61%
Ditinjau dari segi usia dimana usia pasien vertigo di Puskesmas Sanden dari 1
Januari 2018 hingga 20 September 2018 bervariasi, yaitu mulai usia 14 tahun hingga 91
tahun. Kejadian vertigo terbanyak terdapat pada kelompok usia 18-55 tahun yaitu
sebanyak 200 kasus (51%). Terdapat 19 kasus (5%) pada kelompok usia kurang dari 18
tahun, sedangkan untuk usia lebih dari 55 tahun terdapat 170 kasus (44%).
< 18 tahun
44%
18 - 55 tahun
28% Gadingsari
35%
Srigading
Gadingharjo
Murtigading
12% 25%
3. WAKTU
Berdasarkan data kunjungan pasien vertigo yakni sejak 1 Januari- 20 September
tahun 2018 Puskesmas Sanden menerima 415 kunjungan terkait vertigo. Kunjungan
terbanyak terdapat pada bulan Maret yaitu 65 kasus, sedangkan jumlah kunjungan paling
sedikit terdapat pada bulan September.
Jumlah Kunjungan Pasien Vertigo berdasarkan Waktu
70
60
65
50 56
40 53
46 42 44 43
30
35 31
20
10
0
a. PEJAMU/HOST
Host adalah organisme yang memiliki risiko untuk sakit dan pada kasus ini Ibu S
selaku pasien yang merupakan host/pejamunya. Ada beberapa hal yang mempengaruhi
sehingga beresiko mengalami vertigo dari sisi pejamu ini yaitu usia. Saat ini pasien berusia
56 tahun dimana vertigo sering terjadi pada usia rata-rata 51-57 tahun walaupun sebenarnya
vertigo dapat mengenai semua golongan usia. Hal lainnya terkait jenis kelamin pasien juga
meningkatkan risiko terjadinya vertigo. Diketahui bahwa perempuan beresiko lebih tinggi
terkena vertigo dibandingkan laki-laki. Berdasarkan data kasus vertigo pada Puskesmas
Sanden juga terdapat lebih banyak pasien wanita yang mengalami vertigo dibandingkan laki-
laki. Pasien hanya mengetahui bahwa terlalu letih merupakan penyebab terjadinya maupun
terulangkembalinya vertigo. Pengetahuan pasien mengenai vertigo yang masih sangat minim
ini berpengaruh terhadap perilaku pasien dalam menghadapi penyakit yang dialaminya.
Selain itu, suatu kebiasaan melakukan perubahan posisi secara mendadak atau tiba-tiba juga
mempengaruhi. Aktivitas pasien sehari-hari selain sebagai Ibu Rumah Tangga juga mengurus
kedua cucunya dimana pasien mengatakan sering terbangun mendadak karena dibangunkan
oleh cucunya. Ini dapat menjadi faktor resiko terulang kembalinya vertigo pada pasien,
seperti yang diketahui bahwa gerakan kepala adalah salat satu pencetus terjadinya vertigo.
b. AGEN
Terjadinya vertigo disebabkan karena multifactorial. Ada beberapa penyebab
terjadinya vertigo yaitu dapat dikarenakan akibat suatu kecelakaan, ada gangguan pada
telinga misalnya infeksi telinga bagian dalam, faktor obat-obatan tertentu, faktor stress, tumor
dan lain-lain. Menurut PERDOSSI tahun 2016, secara spesifik vertigo diklasifikasikan
menjadi :
Vertigo vestibular
- Vertigo perifer yang terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis dan disebabkan
oleh Benign Paroxysmal Positional Disease (BPPV), Meniere’s Disease, neuritis
vestibularis, oklusi arteri labirin, labirhinitis, obat ototoksik, autoimun, tumor nervus
VIII, microvascular compression, fistel perilimfe.
- Vertigo sentral yang terjadi pada lesi di nucleus vestibularis batang otak, thalamus
sampai ke korteks serebri dan dapat disebabkan oleh migren, CVD, tumor, epilepsi,
demielinisasi, degenerasi.
Vertigo non vestibular
Rasa goyang, melayang, mengambang yang timbul pada gangguan sistem proprioseptif
atau sistem visual, dapat disebabkan polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma
leher, presinkop, hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension headache, penyakit sistemik.
c. LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di luar diri pejamu atau host,
dapat berupa benda mati maupun benda hidup, bersifat nyata atau abstrak. Dalam hal ini,
dikarenakan vertigo merupakan suatu penyakit tidak menular, sehingga faktor lingkungan
tidak terlalu berpengaruh. Dimana kondisi lingkungan pasien tidak bising sehingga tidka
memicu vertigo. Namun peran dari keluarga yang tinggal serumah dnegan pasien merupakan
hal yang cukup penting. Pihak keluarga dapat menghibur pasien agar tidak stress, menjaga
lingkungan rumah teetap bersih, serta mengingatkan pasien untuk menghindari perubahan
posisi kepala yang mendadak agar vertigonya tidak terpicu.
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS
Berdasarkan hasil identifikasi masalah komunitas yang ada, maka diagnosis komunitas
adalah Tingginya penyakit vertigo pada kalangan masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas
Sanden. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
vertigo dan upaya penanganannya serta adanya faktor resiko yang belum tertangani.
REFLEKSI
Ada beberapa hal yang mejadi kesulitan bagi saya ketika saya membuat laporan ini
dan melakukan penanganan terhadap kasus yang ada. Dimana saya harus memiliki cara
berpikir yang sedikit berbeda dari stase bagian lain yang pernah saya lewati. Disini saya harus
melihat secara keseluruhan pada suatu kasus yang ada, tidak hanya berfokus pada pasiennya
saja melainkan melihat apa yang terjadi pada masyarakat tersebut kemudian mencari datanya
lalu merumuskan masalahnya, mencari peluang dan melihat ancaman yang ada serta
menentukan program yang sesuai sebagai terapi pada komunitas tersebut. Ini merupakan
pertama kali bagi saya untuk melakukan secara langsung kajian epidemiologi. Dan ternyata
tidak semudah yang saya pikirkan sebelumnya untuk menentukan program bagi masyarakat.
Sehingga saya mengambil komitmen untuk ke depannya lebih mendalami lagi terkait hal ini
karena menurut saya penting untuk bekal saya ketika saya nantinya menjadi dokter di tengah-
tengah masyarakat. Sehingga saya dapat melihat apa yang memang dibutuhkan oleh
masyarakat dan dapat menentukan program yang tepat yang bisa diberikan agar dapat
bersama-sama menyelesaikan permasalahan kesehatan yang ada dimasyarakat dan
terciptanya penanganan kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat.
LAMPIRAN
TOPIK : OSTEOARTRITIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran dan faktor resiko terjadinya Osteoartritis pada masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Sanden.
2. Untuk menilai serta memberikan pengetahuan & kesadaran masyarakat terutama lansia
mengenai Osteoartritis.
C. Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan masyarakat terutama lansia di kecamatan Sanden
mengenai Osteoatritis
2. Dapat menambah wawasan dokter muda dalam melakukan suatu pengkajian masalah di
komunitas terkait Osteoartritis
3. Dapat memberikan informasi bagi pihak Puskesmas dan tenaga kesehatan dalam
menentukan serta meningkatkan program terutama untuk para lansia yang berkaitan
dengan Osteoartritis
BAB II
A. HASIL
Berdasarkan wawancara dan diskusi bersama dengan para kader diperoleh informasi
bahwa keluhan yang sering dialami oleh para lansia yaitu nyeri sendi terutama sendi lutut dan
sering kaku di pagi hari. Menurut para kader, masyarakat belum pernah mendapatkan
penyuluhan mengenai Osteoartritis dari pihak Puskemas Sanden. Sehingga masyarakat tidak
memahami mengenai faktor resiko, tanda dan gejala, maupun tindakan yang dapat dilakukan
untuk mengurangi gejala Osteoartritis.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang dokter di Puskesmas
Sanden saya memperoleh beberapa permasalahan kesehatan yang diderita lansia pada
kegiatan Posyandu Lansia yang termasuk cakupan Puskesmas Sanden. Selain Diabetes
Melitus dan Hipertensi, banyak dari lansia yang menderita penyakit Osteoarthritis.
B. KAJIAN EPIDEMIOLOGI
I. ANALISIS DISTRIBUSI
1. ORANG TERKENA (PERSON)
Berdasarkan data yang berasal dari Puskesmas Sanden yaitu data dari bulan Januari
tahun 2018 hingga bulan September tahun 2018 didapatkan 357 kasus Osteoartritis di
Kecamatan Sanden. Dari data 357 kasus Osteoarthritis ini diketahui bahwa jumlah perempuan
lebih banyak yang terkena Osteoartritis dibandingkan dengan laki-laki dimana perempuan
angka kejadiannya sebanyak 201 kasus (57,42%) sedangkan laki-laki sebanyak 156 kasus
(43,69%).
Jumlah Penderita OA
berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
43,69% Perempuan
57,42%
Dilihat dari segi usia, kelompok usia yang paling banyak menderita Osteoarthritis
ialah kelompok usia 61 - 70 tahun yaitu sebanyak 111 kasus. Untuk kelompok usia terendah
yang menderita Osteoartritis ialah kelompok usia dibawah 40 tahun dengan jumlah 20 kasus.
Sedangkan untuk kelompok usia 41 - 50 tahun penderita OA sebesar 37 kasus dan usia 51 –
60 tahun sebanyak 88 kasus, dan 101 kasus untuk usia penderita OA diatas 70 tahun.
Gambar 2. Diagram jumlah kunjungan penderita Osteoartritis berdasarkan usia di Puskesmas Sanden
periode Januari – September 2018
2. TEMPAT/ WILAYAH
Kecamatan Sanden memiliki 4 desa yaitu desa Murtigading, Gadingsari, Srigading
dan Gadingharjo. Dari keempat desa tersebut didapatkan bahwa kasus Osteoarthritis
paling banyak berada di desa Gadingsari yaitu sebanyak 128 kasus. Untuk kasus
Osteoarthritis di desa Murtigading yaitu sebanyak 98 kasus dan di desa Srigading yaitu
sejumlah 89 kasus. Sedangkan desa dengan penderita Osteoarthritis yang paling sedikit
yaitu desa Gadingharjo dengan jumlah 42 kasus.
Gambar 3. Diagram Persebaran penderita Osteoartritis di kecamatan Sanden periode Januari – September
2018
3. Waktu
Pada Tahun 2018 ditemukan jumlah kunjungan kasus Osteoarthritis di Puskesmas
Sanden terbanyak pada bulan Januari 2017 yaitu sebanyak 68 kasus. Sedangkan jumlah
kunjungan pasien OA paling sedikit terdapat pada bulan Maret dan bulan Juni yaitu
masing-masing sebanyak 29 kasus.
Jumlah Kunjungan Pasien OA tahun
2018
70
64
60
50 48
41
40 39 42
30 33 32
29 29
20
10
0
Gambar 4. Diagram jumlah kunjungan penderita Osteoartritis berdasarkan waktu kunjungan di Puskesmas
Sanden periode Januari – September 2018
Terdapat 3 hal yang saling berinteraksi sehingga dapat menyebabkan terjasinya suatu
penyakit yaitu pejamu / host, agent dan faktor lingkungan.
a. PEJAMU/ HOST
b. AGEN
Penyebab terjadinya osteoartritis ada yang dikarenakan idiopatik dan sekunder.
Dimana yang termasuk penyebab sekunder terjadinya OA adalah adanya kelainan
anatomi maupun adanya penyakit metabolik lainnya yang dialami.
c. FAKTOR LINGKUNGAN
Mayoritas penduduk di kecamatan Sanden bekerja sebagai petani. Dimana sehari-
harinya aktivitas mereka cukup berat. Tanpa mereka sadari hal tersebut berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan mereka. Terutama para petani yang telah lanjut usia. Para
lansia tidak menyadari pengaruh hal tersebut dikarenakan mereka merasa bahwa itu
memang suatu hal yang mereka harus lakukan karna merupakan pekerjaan mereka untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka.
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS
REFLEKSI