Dengue Fever
Disusun oleh :
Desty Ailika Edyaksa Timur
42180263
Pembimbing :
dr. Margareta Yuliani, Sp.A
I. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : An. DA
No. RM : 02-07-xx-xx
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 16 Juli 2014
Usia : 4 tahun 8 bulan
Alamat : Jl. Balapan No 50, Gondokusuman, Yogyakarta
Masuk Bangsal : Minggu, 24 Maret 2019, pukul 12.10 WIB
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan oleh ibu pasien pada hari Minggu, 24 Maret 2019 di Bangsal
Galilea III RS Bethesda Yogyakarta.
1. Keluhan utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
4 HSMRS (Rabu, 20 Maret 2019)
Pasien mengalami demam hingga 38oC mulai sore hari, demam
muncul mendadak. Kemudian pasien diberikan obat paracetamol untuk
menurunkan panas. Setelah minum paracetamol demam turun, namun
kemudian naik lagi. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah sebelumnya.
Muntahan yang keluar berisi makanan. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut.
Pasien tidak mengeluhkan adanya batuk dan pilek. BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Nafsu makan berkurang.
3 HSMRS (Kamis, 21 Maret 2019)
Pasien masih mengalami demam yang naik turun, kemudian orangtua
pasien membawa pasien ke Puskesmas Danurejan untuk berobat. Saat di
Puskesmas diberikan obat penurun panas (Praxion) dan Isprinol. Setelah
mengkonsumsi obat yang diberikan demamnya turun, namun kemudian naik
lagi.
2 HSMRS (Jumat, 22 Maret 2019)
Pasien masih merasakan demam naik turun, masih ada mual muntah
dan nyeri perut. Makan dan minum masih sulit. Keluhan batuk dan pilek tidak
ada. BAB dan BAK tidak ada gangguan.
1 HSMRS (Sabtu, 23 Maret 2019)
Pasien masih demam naik turun, masih ada mual dan muntah serta
nyeri perut. Muncul keluhan pusing. Orangtua mengatakan pasien terlihat
lemas. Makan dan minum masih sulit. Batuk dan pilek disangkal. BAB dan
BAK tidak ada gangguan. Kemudian orangtua membawa pasien ke RSKIA
Sadewa, Yogyakarta untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Di RSKIA
Sadewa pasien segera dilakukan pemeriksaan darah rutin. Di RSKIA Sadewa,
pasien diberi obat paracetamol dan ondansentron.
4 Jam SMRS (08.10 Minggu, 24 Maret 2019)
Pasien dilakukan pemeriksaan serologi virus untuk mengetahui ada
infeksi virus demam berdarah atau tidak. Orangtua mengatakan hasilnya
positif terinfeksi virus demam berdarah. Kemudian trombosit menurun dan
kekentalan darah meningkat. Kondisi anak masih lemas, makan dan minum
masih sulit, serta pasien merasakan pusing. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Kemudian pihak RSKIA Sadewa merujuk pasien ke RS Bethesda Yogyakarta.
Hari Masuk RS (Minggu, 24 Maret 2019)
Pasien merasa pusing, lemas, dan nyeri perut, masih demam. Makan
dan minum masih sulit. BAB dan BAK tidak ada gangguan. Suhu tubuh terakhir
adalah 39,2oC.
36 32 30 26 29
33
4 2
Keterangan :
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
Kesan: Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti Diabetes Mellitus,
Penyakit Jantung, Asma dan kejang demam.
6. Riwayat Makan
• 0 bulan – 6 bulan ASI eksklusif
• 6 bulan – 12 bulan MPASI (makanan lunak) dan susu formula
• 12 bulan – sekarang Makanan keluarga dan susu formula
Kesan: ASI eksklusif dan pemberian MPASI sesuai usia.
7. Lifestyle
Aktivitas sehari-hari
Pasien merupakan anak yang aktif. Kegiatan sehari-hari bermain di rumah
dengan adik perempuannya dan juga teman-teman yang tinggal di sekitar
rumahnya. Pasien belum menduduki bangku sekolah.
Pola makan dan minum
Sehari-hari pasien makan 3x. Makanan yang dimakan sehari-hari adalah sayur,
nasi dan lauk pauk. Pasien juga sering mengonsumsi buah seperti apel, pepaya
dan pisang. Minum air putih sehari-hari cukup. Orangtua mengatakan pasien
jarang mengonsumsi makanan kemasan atau makanan ringan seperti chiki dan
juga jarang mengonsumi minuman kemasan. BAB pasien baik, tidak sembelit
dan juga tidak cair. Begitupun juga BAK tidak mengalami gangguan.
Kesan: Aktivitas pasien sesuai dengan usianya, pola makan baik, cukup
minum air putih, makan buah dan sayur.
8. Riwayat Persalinan
• Antenatal Care
- Saat hamil usia ibu 26 tahun
- Kunjungan ANC selama kehamilan dilakukan rutin di dokter spesialis
kandungan (>4 kali).
• Riwayat penyakit saat hamil
- Sakit saat masa kehamilan (-), muntah berlebih (-), bintik-bintik merah
(-), kejang (-), hipertensi (-), diabetes (-), demam (-), obesitas (-),
riwayat jatuh saat hamil (-), infeksi TORCH (-), vaksin TT (+)
• Natal Care
No Tahun Kehamilan Persalinan Penolong JK BB H/M Pendarahan
Aterm (38 SC (panggul 3600
1. 2014 Dokter L H Normal
minggu) sempit) gram
Aterm (38 3400
2. 2012 SC Dokter P H Normal
minggu) gram
- Tidak ada ketuban pecah dini dan air ketuban jernih.
- Bayi langsung menangis, kulit kemerahan, menangis kuat, gerak aktif,
- Tidak tampak ada kelainan saat lahir.
• Post-Natal Care
Ibu rutin membawa anak kontrol ke dokter untuk pemantauan pertumbuhan
dan perkembangan. Pasien juga mengikuti program imunisasi. Tidak ada
riwayat kuning, tidak tampak biru, tidak ada sesak napas, dan peningkatan
berat badan sesuai usia.
Kesan: Riwayat ANC baik, tidak ada penyulit saat kehamilan maupun
persalinan, bayi lahir melalui persalinan SC, cukup bulan, berat lahir cukup,
tidak asfiksia.
Kesan : BMI menurut usia anak berada di atas garis 3 SD yang menunjukkan anak
obesitas
Usia Motorik kasar Motorik halus Bahasa Sosial
1–3 Tangan dan kaki Memegang Bereaksi terhadap Menatap wajah ibu
bulan bergerak aktif mainan bunyi lonceng Bisa tersenyum
Mengangkat kepala Bersuara spontan
ooo..aaa.. Memandang
Tertawa/berteriak tangannya
4–5 Tengkurap- Mengamati Menoleh ke arah Meraih mainan
bulan terlentang sendiri suara
6–8 Duduk tanpa Mengambil Menirukan kata- Memasukkan
bulan berpegangan dengan tangan kata/mengoceh makanan ke mulut
Berdiri berpegangan
9-10 Bangkit untuk Mengambil Berbicara satu Melambaikan dan
bulan berdiri kubus kata bertepuk tangan
12 Berjalan Menaruh Berbicara dua Menirukan kegiatan
bulan berpegangan kubus di kata
cangkir
14 Berjalan sendiri Mencorat- Berbicara 3 kata Menggunakan sendok
bulan coret garpu
20 Berjalan naik tangga Menyusun Kombinasi kata Membuka pakaian
bulan menara dari
kubus
2 Melempar bola Menyusun Bicara sebagian Gosok gigi dengan
tahun menara dari dimengerti bantuan
kubus
3 Berdiri 1 kaki 2 Menggoyangk Menyebut 1 Mencuci dan
tahun detik an ibu jari warna mengeringkan tangan,
makan sendiri, minum
dengan cangkir
4-5 Mampu melompat Menggamvar Bercerita singkat Memakai pakaian
tahun dan menari benda dan
Naik sepeda roda manusia
tiga
Kesan : Riwayat pertumbuhan, perkembangan motorik, sosial dan bahasa pasien sesuai
dengan usia.
5. Status Lokalis
Kepala
Kepala : Normocephali
Mata : Hematoma (-), Sklera Ikterik (-/-), Conjungtiva Anemis (-/-),
pupil isokor, refleks cahaya (+/+), mata cekung (-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-), discharge hidung (-)
Mulut : Mulut sianosis (-), mukosa oral basah
Telinga: Edema (-), discharge telinga (-), kelainan anatomi (-)
Leher
Pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
Thorax (Pulmo)
Inspeksi : Gerakan dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi
interkosta (-), jejas (-)
Palpasi : Tidak teraba benjolan
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Suara paru vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Thorax (Cor)
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, tanda inflamasi (-), jejas (-)
Palpasi : Iktus cordis teraba di SIC 5 linea axillaris anterior sinistra
Perkusi : Batas/kontour jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 S2 reguler, Bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), tanda inflamasi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen
Palpasi : Abdomen teraba supel, turgor kulit normal, pembesaran organ
intra abdomen (-), turgor kulit normal, nyeri tekan (+) di upper
right quadrant, massa (-), asites (-)
Ekstremitas
Atas: Gerakan aktif, akral teraba hangat, perabaan nadi cukup kuat dan
reguler, capillary refill <2 detik, edema (-), sianosis (-), petechie (-)
Bawah: Gerakan aktif, akral teraba hangat, perabaan nadi cukup kuat dan
reguler, capillary refill <2 detik, edema (-), sianosis (-), Petechie (-)
6. Status Neurologis
Rangsang meninges :
o Kaku kuduk :-
o Brudzinski I :-
o Brudzinski II :-
o Brudzinski III :-
o Brudzinski IV :-
o Kernig sign :-
IV. RESUME
Dari anamnesis didapatkan hasil:
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, 8 bulan rujukan dari RSKIA Sadewa
dibawa ke IGD RS Bethesda oleh orang tuanya dengan keluhan demam sejak 4 hari
SMRS, demam muncul mendadak dengan suhu awal 38° C, demam naik turun disetai
mual muntah dan nyeri perut, pasien tampak lemas, batuk dan pilek (-), pusing (+), tidak
mau makan minum (+) , BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pola makan nya sehari-hari anak makan tiga kali. Makanan yang dimakan
sehari-hari adalah sayur, nasi dan lauk pauk. Pasien juga sering mengonsumsi buah
seperti apel, pepaya dan pisang. Minum air putih sehari-hari cukup. Orangtua
mengatakan pasien jarang mengonsumsi makanan kemasan atau makanan ringan seperti
chiki dan juga jarang mengonsumi minuman kemasan. BAB pasien baik, tidak sembelit
dan juga tidak cair. Begitupun juga BAK tidak mengalami gangguan.
Dari hasil pemeriksaan fisik menunjukkan KU sedang dan tampak lemas,
kesadaran compos mentis, nadi 118 kali / menit, napas 20 kali / menit, dan suhu 39,20 C.
Pada pemeriksaan head-to-toe ditemukan nyeri tekan abdomen (+) pada upper right
quadrant dan hepatomegali, serta pada ekstremitas tidak ditemukan adanya petechie .
Status gizi anak berdasarkan WHO dan Waterlow masuk kedalam kategori obesitas.
V. DIAGNOSIS BANDING
1. Demam
- Dengue fever
- Demam tifoid
- Infeksi saluran kemih
VI. PLANNING
- Pemeriksaan darah lengkap monitoring HCT dan trombosit
- Pemeriksaan IgM Salmonella typhii
- Pemeriksaan ADV (IgG dan IgM)
- Pemeriksaan urin rutin
IMUNOSEROLOGI
NS 1 (RAPID) Positif Negatif
Hasil pemeriksaan HCT dan AT tanggal 25 Maret 2019 pukul 07.28 di RS Bethesda
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hematokrit 37.6 % 40,0 - 54,0
Trombosit 55 ribu/mmk 150 – 450
Hasil pemeriksaan darah lengkap tanggal 26 Maret 2019 pukul 10.38 di RS Bethesda
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI LENGKAP
Hemoglobin 12.2 g/dL 10.2 – 15.2
Lekosit 6.55 ribu/mmk 5.0 – 17.0
Hitung Jenis
Eosinofil 0.8 % 1–5
Basofil 0.3 % 0–1
Segment neutrofil 30.4 % 32 – 52
Limfosit 62.1 % 23 – 53
Monosit 6.4 % 2 – 11
Hematokrit 35.0 % 40.0 – 54.0
Eritrosit 4.41 Juta/mmk 4.00 – 5.30
RDW 13.0 % 11.5 – 14.5
MCV 79.4 fL 80.0 – 94.0
MCH 27.7 Pg 26.0 – 32.0
MCHC 34.9 g/dL 32.0 – 36.0
Trombosit 68 Ribu/mmk 150 – 450
MPV 12.4 fL 7.2 – 11.1
PDW 14.6 fL 9.0 – 13.0
Hasil pemeriksaan darah lengkap tanggal 28 Maret 2019 pukul 07.27 di RS Bethesda
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI LENGKAP
Hemoglobin 12.6 g/dL 10.2 – 15.2
Lekosit 6.63 ribu/mmk 5.0 – 17.0
Hitung Jenis
Eosinofil 1.2 % 1–5
Basofil 0.3 % 0–1
Segment neutrofil 45.4 % 32 – 52
Limfosit 46.5 % 23 – 53
Monosit 6.6 % 2 – 11
Hematokrit 36.3 % 40.0 – 54.0
Eritrosit 4.55 Juta/mmk 4.00 – 5.30
RDW 12.9 % 11.5 – 14.5
MCV 79.8 fL 80.0 – 94.0
MCH 27.7 Pg 26.0 – 32.0
MCHC 34.7 g/dL 32.0 – 36.0
Trombosit 132 Ribu/mmk 150 – 450
MPV 12.5 fL 7.2 – 11.1
PDW 13.8 fL 9.0 – 13.0
IX. TATALAKSANA
1. Terapi Cairan
Maintainance : Infus RL, dengan BB = 26 kg
Kebutuhan cairan (Holiday Segar)
Untuk 10 kg pertama = 100 ml/kgBB = 100 x 10 = 1000 ml
Untuk 10 kg kedua = 50 ml/kgBB = 50 x 10 = 500 ml
Untuk 6 kg ketiga = 25 ml/kgBB = 25 x 6 = 150 ml
Kebutuhan total cairan anak dengan BB = 26 kg, adalah : 1.650 ml/hari
2. Antipiretik
Terapi untuk menangani demam dapat diberikan Paracetamol oral
dosis
10-15 mg / kgBB / sekali pemberian
Paracetamol 10 mg / kgBB / sekali = 10 mg x 26 kg = 260 mg / kali
pemberian, setiap 4 – 6 jam tergantung adanya demam.
R/ Paracetamol Syr 120 mg/5 ml lag No.I
S.p.r.n 3. d. d. cth II (jika demam)
Paracetamol suppositoria diberikan apabila suhu lebih dari 38,5oC
(menurut rekomendasi WHO). Dosis untuk anak usia 1-6 tahun adalah
3-4 x 125 mg, maksimal 750 mg/hari
R/ Paracetamol suppositoria 125 mg/2,5ml rectal tube No.1I
s.i.m.m
3. Antasida
Pemberian Antasida untuk menangani nyeri perut yang dirasakan
pasien. Pemberian terapi adalah obat Ranitidine dosis 2 – 4
mg/kgBB/x, diminumkan setiap 2-3 kali sehari.
Ranitidine : 4 mg x 26 kg = 104 mg, dibagi menjadi 3 kali sehingga
dosis yang dibutuhkan 35 mg setiap kali konsumsi obat.
Ranitidine injeksi
R/ Inj Ranitidine ampul 50mg/2ml No. I
S.i.m.m
4. Antiemetik
Pemberian antiemetik digunakan untuk mencegah muntah terus
menerus yang dikeluhkan oleh pasien, agar pasien bisa makan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya. Obat yang digunakan adalah
ondansentron injeksi. Dosis yang diberikan adalah 0,15mg/kgBB.
Diberikan pada saat anak merasa mual dan muntah.
Ondansentron injeksi : 0,15 mg x 26 kg = 3,9 mg/kali
R/ Ondansentron injeksi 5mg/2ml lag No.1
S.i.m.m.
X. FOLLOW UP HARIAN
24 Maret 2019
S Demam (+), mual (+), muntah (+), badan masih lemas (+), nyeri perut (+), pusing
(-), nafsu makan & minum menurun, BAB cair tidak ada lendir / darah dan BAK
(tidak ada keluhan).
O KU: Sedang , CM
VS: S= 39,2oC ; RR= 20 x/mnt ; HR= 118 x/mnt
Status Lokalis
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), lidah kotor (-),
bibir dan lidah kering (-)
Thorax : Dinding dada simetris , suara paru vesikuler (+/+), jantung dalam batas
normal
Abd : distensi (-), peristaltik (+), nyeri tekan (+) pada upper right quadrant.
Eks: akral teraba hangat, CRT < 2 detik , nadi kuat dan regular
A Dengue Fever Hari IV
P • Infus RL + Dextrose 40% 23 tpm
• Praxion 3-4 x 6cc
• Isprinol 3x1 cth
• Dumin per rectal 250 mg
• Ranitidine 2x ½ ampul
• Ondancentron 2x 1 ampul
• Bed Rest
• Px. AT dan HCT
• Rehidrasi Oral dengan mempertahankan asupan makan dan minum yang
cukup
25 Maret 2019
S Demam (+), mual (-), muntah (-), badan masih lemas (+), nyeri perut (+), pusing
(-), nafsu makan & minum masih sulit, BAB cair tidak ada lendir / darah dan BAK
(tidak ada keluhan).
O KU: Sedang , CM
VS: S= 37,2oC ; RR= 20 x/mnt ; HR= 118 x/mnt
Status Lokalis
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-)
Thorax : Dinding dada simetris , suara paru vesikuler (+/+), jantung dalam batas
normal
Abd : distensi (-), peristaltik (+), nyeri tekan (+).
Eks: akral teraba hangat , CRT <2 dtk , nadi kuat dan regular
A Dengue Fever Hari V
P • Infus RL + dextrose 40% 23 tpm
• Proxion 3-4 x 6cc
• Isprinol 3x1 cth
• Ranitidine 2x ½ ampul
• Ondancentron 2 x 1 ampul
• Bed Rest
• Px. AT dan HCT
• Rehidrasi Oral dengan mempertahankan asupan makan dan minum yang
cukup
26 Maret 201
26 Maret 2019
S Demam sudah turun, badan lemas (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan dan
minum sudah baik, nyeri perut sudah berkurang, pusing (-), belum BAB dan BAK
(dbn).
O KU: Sedang , CM
VS: S= 36,6oC ; RR= 22 x/mnt ; HR= 120 x/mnt
Status Lokalis
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), lidah kotor (-)
Thorax : Dinding dada simetris , suara paru vesikuler (+/+), jantung dalam batas
normal
Abd : distensi (-), peristaltik (+), nyeri tekan (-). Eks: akral teraba hangat , CRT <2
dtk , nadi kuat dan regular
A Dengue Fever Hari VI
P • Infus RL 23 tpm
• Proxion 3-4 x 6cc
• Isprinol 3x1 cth
• Ranitidine 2x ½ ampul
• Ondancentron 2 x 1 ampul
• Bed Rest, Px PDL
• Rehidrasi Oral dengan mempertahankan asupan makan dan minum yang
cukup
27 Maret 2019
S Demam (-), badan lemas (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan dan minum
membaik, nyeri perut (-), pusing (-), BAB lunak kuning kecoklatan sedikit dan
BAK (dbn).
O KU: Sedang , CM
VS: S= 36,8oC ; RR= 24 x/mnt ; HR= 118 x/mnt
Status Lokalis
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), lidah kotor (-)
Thorax : Dinding dada simetris , suara paru vesikuler (+/+), jantung dalam batas
normal
Abd : distensi (-), peristaltik (+), nyeri tekan (-).
Eks: akral teraba hangat , CRT <2 dtk , nadi kuat dan regular
A Dengue Fever Hari VII
P • Infus RL 23 tpm
• Proxion 3-4 x 6cc
• Isprinol 3x1 cth
• Ranitidine 2x ½ ampul
• Ondancentron 2 x 1 ampul
• Bed Rest
• Rehidrasi Oral dengan mempertahankan asupan makan dan minum yang
cukup
28 Maret 2019
S Demam (-), badan lemas (-), batuk(-), mual (-), muntah (-) pusing (-), nyeri perut
(-), nafsu makan dan minum meningkat, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
O KU: Sedang , CM
VS: S= 36 C ; RR= 18 x/mnt ; HR= 112 x/mnt
Status Lokalis
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), lidah kotor (-)
Thorax : Dinding dada simetris , suara paru vesikuler (+/+), jantung dalam batas
normal
Abd : distensi (-), peristaltik (+), nyeri tekan (-).
Eks: akral teraba hangat , CRT <2 dtk , nadi kuat dan regular
A Dengue Fever Hari VIII
P • Infus RL 23 tpm
• Proxion 3-4 x 6cc
• Isprinol 3x1 cth
• Ranitidine 2x ½ ampul
• Ondancentron 2 x 1 ampul
• Bed rest
• Px. PDL
• Rehidrasi Oral dengan mempertahankan asupan makan dan minum yang
cukup
• BLPL, kontrol hari Senin, 1 April 2019 di poli Anak RS.Bethesda
Grafik Perubahan Frekuensi Nafas Pasien (x/menit)
30
25
20
Frekuensi Nafas (x/menit)
15
10
0
24-Mar 25-Mar 26-Mar 27-Mar 28-Mar
XI. EDUKASI
Istirahat yang cukup dan tidak melakukan aktivitas yang berat selama fase pemulihan.
Asupan cairan dan nutrisi harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang dari tubuh
akibat perdarahan atau keadaan lainnya (demam).
Memberikan informasi mengenai pemberian makanan gizi seimbang.
Selalu menerapkan mencuci tangan dengan sabun setiap sesudah beraktifitas, sebelum
dan sesudah makan.
Melaksanakan bentuk kegiatan 3M Plus sebagai pencegahan diikuti dengan :
1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan
2. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk
3. Menggunakan kelambu saat tidur
4. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
5. Menanam tanaman pengusir nyamuk
6. Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa
menjadi tempat istirahat nyamuk
XII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
BAB II
LANDASAN TEORI
INFEKSI DENGUE
A. Definisi
Virus dengue dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus betina yang berperan sebagai vector. Transmisi penularan virus
dengue pada umumnya bergantung dari faktor biotik dan abiotik. Termasuk dalam
faktor biotik adalah virus, vector nyamuk, dan host (manusia). Beberapa contoh faktor
host yang menyebabkan transmisi penularan virus adalah urbanisasi dan
meningkatnya global traveling. Sedangkan faktor abiotic adalah suhu lingkungan,
kelembapan, dan curah hujan. Menurut WHO tahun 2011, transmisi virus dengue
terjadi pada tiga siklus, yaitu :
1. Enzootic cycle penularan antara hewan, contohnya penularan dari kera –
nyamuk Aedes aegypti – kera yang dilaporkan di daerah Asia Selatan dan
Africa, pada serotype DEN 1-4.
2. Epizootic cycle penularan antara hewan dengan manusia
3. Epidemic cycle penularan antara manusia – nyamuk Aedes aegypti –
manusia.
Berdasarkan sifat antigennya, terdapat 4 serotype virus dengue, yaitu DENV-1,
DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Masing-masing memiliki serotype dan genotype
yang berbeda-beda. Serotype pada setiap negara atau area geografis yang ditemukan,
memiliki jenis yang berbed-beda. Dari keempat serotype dengue tersebut, yang
banyak terdapat di Indonesia adalah jenis serotype DEN-3 dan DEN-2. Serotype
DEN-3 tersebut merupakan serotype yang dominan dan banyak berhubungan dengan
kasus berat, selanjutnya diikuti oleh serotype DEN-2. Spektrum klinis infeksi dengue
dapat dibagi menjadi (WHO, 2011) :
Undifferentiated fever (demam akut, diikuti munculnya maculopapular pada
kulit dan kadang disertai dengan munculnya gejala ISPA dan gangguan
gastrointestinal).
Demam dengue (DD)
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Expanded dengue syndrome
Demam dengue/DD dan Demam berdarah dengue/DBD (Dengue
Haemorhagic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/atau nyeri sendi yang disertai oleh
leukopenia, timbul ruam pada kulit, limfadenopati, trombositopeni, dan diatesis
hemoragik. Pada DBD terjadi manifestasi perdarahan, misalnya pada test rumple leed
ditemukan adanya pethecie di daerah ekstremitas, wajah, aksila dan palatum mole
Selain itu, manifestasi perdarahan lain yang ditemukan adalah epistaksis, gusi
berdarah dan perdarahan saluran cerna yang merupakan dampak dari keadaan
trombositopeni. Pada DBD yang tidak terkontrol, akan menyebabkan terjadinya
Dengue syok syndrome (DSS) akibat adanya kebocoran plasma dan ditandai dengan
tanda-tanda syok hipovolemik. Terjadi hemokonsentrasi sel darah merah, yang
ditandai dengan peningkatan hematokrit (HCT) >20% dari HCT pasien saat normal
dalam 24-48 jam.
B. Klasifikasi
Menurut WHO 2011, infeksi virus dengue diklasifikasikan menjadi beberapa
keadaan:
a. Asimptomatik
b. Simptomatik
Undifferentiated fever (sindrom virus)
Pada bayi, anak ataupun dewasa yang terinfeksi pertama kali
(infeksi primer) biasanya menunjukkan manifestasi klinis berupa demam
yang tidak khas, sulit dibedakan dengan demam akibat infeksi virus lain.
Demam dengue
Ditemukan pada anak, remaja dan dewasa setelah melewati masa
inkubasi 4-6 hari. Demam timbul mendadak dan tinggi (39oC-40oC).
Gejala yang muncul berupa demam, mialgia, sakit punggung, malaise,
anoreksia dan gangguan rasa kecap.
Demam berdarah dengue
Disebut sebagai demam berdarah dengue apabila terjadi kebocoran
plasma, yang ditandai dengan peningkatan hematokrit pada pemeriksaan
laboratorium >20% dalam 24-48 jam dari angka HCT pasien sebelum
sakit. Terdapat tiga fase perjalanan penyakit demam berdarah dengue,
yaitu fase demam, fase kritis dan fase konvalesens. Setiap fase muncul
pada hari-hari tertentu selama periode demam. Masing-masing fase
memiliki manifestasi klinis yang berbeda-beda Pada demam berdarah
dengue, yang perlu diwaspadai adalah pada saat fase kritis. Sebab apabila
tidak terkontrol, pasien dapat mengalami syok hipovolemik akibat adanya
kebocoran plasma.
Expanded dengue syndrome
Merupakan infeksi virus dengue yang sudah mengalami komplikasi
ke otak, hati, ginjal dan jantung.
C. Etiologi
Virus dengue termasuk genus flavivirus dari family flaviviridae. Selain virus
dengue, virus lain yang termasuk dalam genus ini adalah japanesse encephalitis virus
(JEV), yellow fever virus, west nile virus, dan tickborne encephalitis virus (TBEV).
Masing-masing virus tersebut mempunyai kemiripan dalam struktur antigeniknya
sehingga memungkinkan terjadi reaksi silang secara serologic. Berdasarkan genom
yang dimiliki, virus dengue termasuk virus RNA. Genom ini dapat ditranslasikan
langsung menghasilkan suatu rantai polipeptida berupa tiga protein structural
(capsid=C, pre-membrane=prM, dan envelope=E) dan tujuh protein non-struktural
(NS!,NS2A, NS2B, NS3, NS4B, dan NS5). Selanjutnya, melalui aktivitas berbagai
enzim baik yang berasal dari virus maupun dari sel pejamu polipeptida tersebut
membentuk menjadi masing-masing protein.
Protein prM yang terdapat pada saat virus belum matur oleh enzim yang
berasal dari sel pejamu diubah menjadi protein M sebelum virus tersebut disekresikan
oleh sel pejamu. Protein M bersama dengan protein C dan E membentuk kapsul dari
virus, sedangkan protein nonstructural tidak ikut membentuk struktur virus. Protein
NS1 merupakan satu-satunya protein nonstructural yang dapat disekresikan oleh sel
pejamu mamalia tapi tidak oleh nyamuk, sehingga dapat ditemukan dalam darah
pejamu sebagai antigen NS1. Masing-masing protein mempunyai peran yang berbeda
dalam pathogenesitas, replikasi virus, dan aktivasi respons imun, baik humoral atau
selular (Hadinegoro, 2014)
D. Pathogenesis
Patogenesis infeksi virus dengue berhubungan dengan faktor virus (serotype,
jumlah dan virulensi), faktor host (genetik, usia, status gizi, penyakit komorbid, dan
interaksi antara virus dengan pejamu) dan faktor lingkungan (perubahan iklim,
musim, curah hujan, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan kesehatan
lingkungan). Peran sistem imun dalam infeksi virus dengue adalah sebagai berikut :
- Infeksi pertama kali (primer) menimbulkan kekebalan seumur hidup untuk
serotype penyebab.
- Bayi lahir dari ibu yang memiliki antibody dapat menunjukan manifestasi
klinis berat walaupun pada infeksi primer
- Perembesan plasma sebagai tanda karakteristik untuk DBD terjadi pada saat
jumlah virus dalam darah menurun.
- Perembesan plasma terjadi dalam waktu singkat ( 24-28 jam ) dan pada
pemeriksaan patologi tidak ditemukan kerusakan dari sel endotel pembuluh
darah.
Imunopatogenesis
Secara umum pathogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh interaksi
berbagai komponen dari respon imun atau reaksi inflamasi yang terjadi secara
terintegrasi. Sel imun yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus dengue
yaitu sel dendrit, monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit. Akibat interaksi
tersebut akan dikeluarkan berbagai mediator antara lain sitokin, peningkatan aktivasi
sistem komplemen, serta terjadi aktivasi limfosit T. Apabila aktivasi sel imun tersebut
berlebihan, akan diproduksi sitokin (terutama proinflamasi), kemokin dan mediator
inflamasi lain dalam jumlah banyak. Akibat produksi berlebihan dari zat-zat tersebut
akan menimbulkan berbagai kelainan yang akhirnya menimbulkan berbagai bentuk
tanda dan gejala infeksi virus dengue (Rezeki, 2014).
Respon Imun Selular
Respon imun selular yang berperan yaitu limfosit T (selT). Sama dengan
respon imun humoral, respon sel T terhadap infeksi virus dengue dapat
menguntungkan sehingga tidak menimbulkan penyakit atau hanya berupa infeksi
ringan, namun juga sebaliknya dapat terjadi hal yang merugikan bagi pejamu. Sel T
spesifik untuk virus dengue dapat mengenali sel yang terinfeksi virus dengue dan
menimbulkan respon beragam berupa proliferasi sel T, menghancurkan (lisis) sel
terinfeksi dengue, serta memproduksi berbagai sitokin. Pada penelitian in vitro,
diketahui bahwa baik sel T CD4 maupun sel T CD8 dapat menyebabkan lisis sel
target yang terinfeksi dengue. Dalam menjalankan fungsinya sel T CD4 lebih banyak
sebagai penghasil sitokin dibandikngkan dengan fungsi menghancurkan sel terinfeksi
virus dengue. Sebaliknya, sel T CD8 lebih berperan untuk lisis sel target dibandingkan
dengan produksi sitokin.
Pada infeksi sekunder oleh virus dengue serotype yang berbeda, ternyata sel T
memori mempunyai aviditas yang lebih besar terhadap serotype yang sebelumnya
dibandingkan dengan serotype virus yang baru. Fenomena ini disebut sebagai original
antigenic sin. Dengan demikian, fungsi lisis terhadap virus yang baru tidak optimal,
sedangkan produksi sitokin berlebihan. Sitokin yang dihasilkan oleh sel T pada
umumnya berperan dalam memacu respon inflamasi dan meningkatkan permeabilitas
sel endotel vascular (Rezeki, 2014).
Mekanisme Autoimun
Di antara komponen protein virus dengue yang berperan dalam pembentukan
antibody spesifik yaitu protein E,prM dan NS1. Protein yang paling berperan dalam
mekanisme autoimun dalam pathogenesis infeksi virus dengue yaitu protein NS1.
Antibody terhadap protein NS1 dengue menunjukan reaksi silang dengan sel endotel
dan trombosit, sehingga menimbulkan gangguan pada kedua sel tersebut serta dapat
memacu respon inflamasi. Sel endotel yang diaktivasi oleh antibody terhadap protein
NS1 denuga ternyata dapat mengekspresikan sitokin, kemokin dan molekul adhesi.
Selain antibody terhadap protein NS1 ternyata antibody terhadap prM juga dapat
menyebabkan reaksi autoimun. Autoantibodi terhadap protein prM tersebut dapat
bereaksi silang dengan sel endotel. Proses autoimun ini diduga kuat karena terdapat
kesamaan atau kemiripan antara protein NS1 dan prM dengan komponen tertentu
yang terdapat pada sel endotel dan trombosit yang disebut sebagai molecular mimicry.
Autoantibodi yang bereaksi dengan komponen dimaksud, mengakibatkan sel yang
mengandung molekul hasil ikatan antara keduanya akan dihancurkan oleh makrofag
atau mengalami kerusakan. Akibatnya pada trombosit terjadi penghancuran sehingga
menyebabkan trombositopenia dan pada sel endotel terjadi peningkatan permeabilitas
yang mengakibatkan perembesan plasma (Rezeki, 2014).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue sangat luas dan dapat bersifat
asimptomatik, demam yang tidak khas/sulit dibedakan dengan infeksi virus lain
(sindrom virus/viral syndrome, undifferentiated fever), demam dengue (DD), demam
berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue syndrome/organopati (manifestasi
klinis yang tidak lazim (IDAI, 2014).
Sindrom Virus
Bayi, anak-anak, dan dewasa yang telah terinfeksi virus dengue, terutama
untuk pertama kalinya (infeksi primer), dapat menunjukan manifestasi klinis berupa
demam sederhana yang tidak khas yang sulit dibedakan dengan demam akibat infeksi
virus lain. Manifestasi klinis tersebut umumnya ditemukan pada saat dilakukan
penelitian mengenai penyebab demam pada kelompok masyarakat tertentu. Ruam
makulopapular dapat menyertai demam atau pada saat penyembuahan. Gejala
gangguan saluran napas dan pencernaan sering ditemukan (Rahma, 2015).
Perjalanan penyakit
Sindrom virus akan sembuh sendiri (self limited), namun dikhawatirkan
apabila dikemudian hari terkena infeksi yang kedua, manifestasi klinis yang diderita
akan lebih berat berupa demam dengue, demam berdarah dengue atau expanded
dengue syndrome (Rahma, 2015).
Demam Dengue
Demam dengue sering ditemukan pada anak besar, remaja dan dewasa.
Setelah melalui masa inkubasi dengan rata-rata 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul
gejala berupa demam, myalgia, sakit punggung dan gejala constitutional lain yang
tidak spesifik seperti malaise, anoreksia, dan gangguan rasa kecap. Demam pada
umumnya timbul mendadak tinggi (39C-40C), terus menerus (pola demam kurva
kontinua), bifasik, biasanya berlangsung antara 2-7 hari. Pad ahari ketiga sakit pada
umumnya suhu tubuh turun, namun masih diatas normal, kemudian suhu tubuh tinggi
kembali, pola ini disebut sebagai pola demam bifasik. Demam disertai dengan
myalgia, sakit punggung (karena gejala ini demam dengue dimasa lalu disebut sebagai
blackbone fever), arthralgia, muntah, fotofobia dan nyeri retroorbital pada saat mata
digerakkan atau ditekan. Gejala lain dapat ditemukan berupa gangguan pencernaan
(diare atau konstipasi), nyeri perut, sakit tenggorok dan depresi (Rahma, 2015).
Pada hari sakit ke-3 atau 4 ditemukan ruam makulopapular atau rubelioformis,
ruam ini segera berkurang sehingga sering luput dari perhatian orang tua. Pada masa
penyembuhan timbul ruam dikaki dan tangan berupa ruam makulopapilar dan ptecie
diselingi bercak-bercak putih (white islands in tehe sea of red), dapat disertai rasa
gatal yang disebut sebagai ruam konvalesens. Manifestasi perdarahan pada umumnya
sangat ringan berupa uji tourniquet yang positif (≥10 ptekie dalam area 2.8 cm x 2.8
cm) atau beberapa petekie spontan. Pada beberapa kasus demam dengue dapat terjadi
perdarahan massif (Rahma, 2015).
Pemeriksaan laboratorium menunjukan jumlah leukosit yang normal namun
dalam beberapa kasus ditemukan leukositosis pada awal demam, namun kemudian
terjadi leukopenia dengan jumlah PMN yang turun, dan ini berlangsung selama fase
demam. Jumlah trombosit dapat normal atau menurun (100.000-150.000 mm3),
jarang ditemukan jumlah trombosit kurang dari 50.000/mm3. Peningkatan nilai
hematocrit sampai 10% mungkin ditemukan akibat dehidrasi karena demam tinggi,
muntah, atau karena asupan cairan yang kurang. Pemeriksaan serum biokimia pada
umumnya normal, SGOT dan SGPT dapat meningkat (Rahma, 2015).
Perjalanan Penyakit Demam Dengue, lama sakit dan beratnya penyakit
bervariasi diantara individu. Masa konvalesens berlangsung singkat dan sembuh
segera, namun rasa lemah dan myalgia kadang berlangsung lama. Pada pasien remaja
masa penyembuhan dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu yang sering disertai
dengan rasa letih dan depresi. Bradikardia dapat ditemukan pada masa konvalesens.
Manifestasi perdarahan berat seperti perdarahan saluran cerna, epistaksis massif,
hipermenore jarang sekali ditemukan, namun apabila ditemukan dapat merupakan
penyebab kematian terutama pada anak besar. Demam dengue dengan manifestasi
perdarahan berat harus dibedakan dari demam berdarah dengue (Rahma, 2015).
Fase Demam
Pada kasus ringan , semua tanda dan gejala sembuh seiring dengan
menghilangnya demam. Penurunan demam terjadi secara lisis, artinya suhu tubuh
menurun segera, tidak secara bertahap. Menghilangnya demam dapat disertai
berkeringat dan perubahan pada laju nadi dan tekanan darah, hal ini merupaka
gangguan rignan sistem sirkulasi akibat kebocoran plasma yang tidak berat. Pada
kasus sedang sampai berat terjadi kebocoran plasma yang bermakna sehingga akan
menimbulkan hipovolemi dan bila berat menimbulkan syok dengan mortalitas tinggi
(Rahma, 2015).
Anamnesis
- Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2 – 7 hari
- Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri perut
Manifestasi klinis yang paling utama pada infeksi dengue adalah demam. Demam
pada infeksi dengue memiliki pola yang khas disebut demam pola pelana kuda yang
pada perjalanan penyakit fase infeksi dibagi menjadi 3 fase (IDAI, 2010) :
Fase Manifestasi Klinis
Febris (hari ke 1-3) Onset demam dengue diiringi dengan meningkatnya suhu dan pola
bifasik, berlangsung selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, flushing,
rash (makulopapular atau rubeliform) sesudah 3 atau 4 hari demam
dan umumnya di wajah, leher, dan bagian tubuh lainnya. Nyeri dapat
terjadi pada retro-orbital, otot, sendi atau tulang.
Kritis/Leakage (Hari Fase ini terjadi sesudah hari 3-4 hari dari onset demam. Plasma
ke 4-5) leakage dan tingginya hematokrit yang kemungkinan berkembang
menjadi hipotensi. Hemostasis abnormal dan kebocoran plasma
mengarah ke syok, perdarahan, akumulasi cairan pada pleura dan
kavitas abdomen. Periode dari kebocoran plasma ini terjadi selama
36-48 jam.
Konvalensens/recover Cairan yang keluar dari kapiler selama sakit masuk kembali ke dalam
y (hari ke 6-7) sistem sirkulasi. Fase ini terjadi saat 6-7 hari setelah demam, dan
berlangsung selama 2-3 hari. Jika terjadi overload cairan dapat
menyebabkan edema pulmonal.
Pemeriksaan Fisik
- Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial flush, muntah,
nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan faring hiperemis,
nyeri di bawah lengkung iga kanan.
- Perbedaan antara demam dengue dan demam berdarah dengue adalah pada
demam berdarah dengue terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
menyebabkan perembesan plasma, hipovolemi, dan syok
- Fase kritis sekitar hari ke 3-5 perjalanan penyakit. Pada saat ini suhu turun,
dapat merupakan awal penyembuhan pada infeksi ringan namun pada DBD
berat merupakan tanda awal syok.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan NS1
NS1 antigen adalah modalitas diagnostik yang mampu mendeteksi infeksi
virus dengue(sejak hari pertama demam) lebih awal dibandingkan pemeriksaan
antibodi IgM (muncul sekitar hari ke-7) dan IgG dengue (muncul sekitar 3 bulan).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang cukup baik
dimiliki oleh pemeriksaan NS1 antigen dalam menegakkan diagnosis IVD.
Sensitivitas NS1 antigen dilaporkan mencapai 98,9% (82,0%-98,9%).
Spesifisitasnya bahkan mencapai 100%, artinya jika hasil pemeriksaan NS1
antigen positif artinya pasien tersebut dapat dipastikan terinfeksi virus dengue.
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi, hemotasis dan
imunoserologi.
Pemeriksaan hematologi yang penting adalah hitung trombosit
(trombositopenia = 100.000/ μL) dan hematokrit (meningkat sampai 20 %);
disamping itu juga hitung leukosit (leukopenia). Pada sediaan darah tepi sering
dapat dijumpai peningkatan limfosit plasma biru, yang walaupun tidak spesifik
untuk virus Dengue tetapi bila jumlahnya meningkat mendukung diagnosis.
Pemeriksaan imunoglobulin
Hasil Interpretasi
IgG IgM
+ + Dengue sekunder
- + Dengue primer
+ - Dugaan dengue sekunder
- - Non dengue atau primer awal
Re-test setelah 4-7 hari
Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis
infeksi virus dengue. Kedua antibodi ini muncul 5-7 hari setelah infeksi. Hasil
negatif bisa saja muncul mungkin karena pemeriksaan dilakukan pada awal
terjadinya infeksi. IgM akan tidak terdeteksi 30-90 hari setelah infeksi, sedangkan
IgG dapat tetap terdeteksi seumur hidup. IgM yang positif memiliki nilai
diagnostik bila disertai dengan gejala yang mendukung terjadinya demam
berdarah. Pemeriksaan IgG dan IgM ini juga bisa digunakan untuk membedakan
infeksi dengue primer atau sekunder.
- Dengue primer
Dengue primer terjadi pada pasien tanpa riwayat terkena infeksi
dengue sebelumnya. Pada pasien ini dapat dideteksi IgM muncul secara
lambat dengan titer yang rendah.
- Dengue Sekunder
Dengue sekunder terjadi pada pasien dengan riwayat paparan virus
dengue sebelumnya. Kekebalan terhadap virus dengue yang sama atau
homolog muncul seumur hidup. Setelah beberapa waktu bisa terjadi
infeksi dengan virus dengue yang berbeda. Pada awalnya akan muncul
antibodi IgG, sering pada masa demam, yang merupakan respon memori
dari sel imun. Selain itu juga muncul respon antibodi IgM terhadap infeksi
virus dengue yang baru.
Pemeriksaan radiologi
Kasus DBD, terdapat beberapa kerlainan yang dapat dideteksi yaitu :
1. Dilatasi pembuluh darah paru
2. Efusi pleura
3. Kardiomegali dan efusi perikardium
4. Hepatomegali, dilatasi V. heapatika dan kelainan parenkim hati
5. Cairan dalam rongga peritoneum
Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan
darah tidak terukur.[
(Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana infeksi Virus Dengue pada Anak, IDAI 2014)
A. Tatalaksana
Suportif
Mengatasi kehilangan cairan plasma akibat peningkatan permeabilitas kapiler
dan perdarahan.
Cairan intravena diperlukan, apabila (1) anak terus-menerus muntah, tidak
mau minum, demam tinggi, dehidrasi yang dapat mempercepat terjadinya
syok, (2) nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala
(IDAI,2010).
DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue, derajat III dan IV)
Penggantian volume plasma segera, cairan IV RL 10-20 ml/kgbb bolus
diberikan dalam waktu 30 menit. Bila syok belum teratasi tetap berikan RL 20
ml/kgbb ditambah koloid 20-30 ml/kgbb/jam, maksimal 1500/hari.
Pemberian cairan 10ml/kgbb/jam tetap diberikan 1-4 jam pasca syok. Volume
cairan diturunkan menjadi 7ml/kgbb/jam, selanjutnya 5ml, dan 3ml apabila
tanda vital dan diuresis baik.
Jumlah urin 1 ml/kgbb/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik
Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi setelah syok teratasi
Oksigen 2-4 l/menit pada DBD syok
Koreksi asidosis metabolik dan elektrolit pada DBD syok (IDAI,2010)
Indikasi Transfusi Darah
Terdapat perdarahan klinis
Setelah pemberian cairal kristaloid dan koloid, syok menetap, hematokrit turun,
diduga telah terjadi perdarahan, beri darah segar 10ml/kgbb
Apabila kadar hematokrit tetap > 40 vol% maka berikan darah dalam volume kecil
Plasma segar beku dan suspensi trombosit berguna untuk koreksi gangguan
koagulopati atau koagulasi intravaskular desiminata pada syok berat yang
menimbulkan perdarahan masif
Pemberian transfusi suspensi trombosit pada KID harus selalu disertai plasma
segar (berisi faktor koagulasi yang diperlukan), untuk mencegah perdarahan lebih
hebat (IDAI, 2010).
Pencegahan
Pencegahan demam berdarah yang efektif adalah dengan pemberantasan
sarang nyamuk. Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan
kasus ini sangat menentukan. Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus dilakukan secara berkelanjutan
sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan.
Program PSN , yaitu:
1. Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat
penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air
minum, penampung air lemari es dan lain-lain.
2. Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti
drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya
3. Mengubur barang barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana infeksi Virus Dengue pada Anak, IDAI
2014
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit Pedoman Bagi Rujukan
CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.
PPM IDAI (Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia). 2010. Infeksi
https://humasidikabbekasi.files.com diagnosis-dan-tatalaksana-dbd-
Rezeki S, Moedjito I, Chairulfatah A. (2014) Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana
Infeksi Virus Dengue pada Anak. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan
htttps://saripediatri.org/index.php/saripediatri/article/viewFile/448/pdf