PEMBINAAN
Disusun oleh :
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
YOGYAKARTA
2020
BAB 1
HASIL DAN KEJADIAN
B. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 1 Bulan 25 Hari
Tanggal Lahir : 1 Juni 2019
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Pendidikan : -
Alamat : Cengkehan, Wukirsari, Imogiri
Kunjungan : Sabtu, 25 Juli 2020
C. IDENTITAS KELUARGA
Ibu kandung
Nama : Ny. E
Usia : 33 tahun
Tempat, Tgl Lahir : Bantul, 22 Desember 1986
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga, Kader Posyandu
Pendidikan : SMA
Ayah kandung
Nama : Tn. S
Usia : 34 tahun
Tempat, Tgl Lahir : Bantul, 20 Mei 1986
Pekerjaan : Pegawai Wiraswasta
Pendidikan : D3
D. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Berat badan bayi lahir rendah
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Berat badan lahir pasien rendah, dengan berat badan lahir 1920 gram.
Orangtua bayi merencakan kehamilan sebelumnya. Bayi merupakan anak ke
2 dari 2 bersaudara. Pada saat awal kehamilan, ibu bayi tidak mengalami
keluhan apapun. Ibu bayi rutin melaksanakan ANC di puskesmas, berat badan
ibu naik sesuai dengan program, dan tidak ditemukan adanya masalah pada
saat ANC.
Pada minggu ke 35 kehamilan pada saat ibu bayi melaksanakan ANC,
didapatkan tekanan darah sistolik ibu 160 mmHg. Ibu bayi melaksanakan
pemeriksaan air seni, dan diapatkan kandungan protein pada air seni +3. Ibu
bayi kemudian dirujuk ke RSUP Sardjito untuk mendapatkan penanganan
segera.
Ibu bayi kemudian dirawat di RSUP Sardjito. Pihak rumah sakit
menyatakan bahwa bayi harus segera dilahirkan, karena kondisi ibu dapat
membahayakan nyawa bayi. Ibu bayi beserta keluarga awalnya meminta
untuk dipertahankan terlebih dahulu kehamilannya, mengingat usia kehamilan
ibu masih 35minggu. Setelah mendapatkan penjelasan dari pihak RSUP, ibu
bayi pun setuju untuk segera melahirkan bayi
Pasien lahir dengan bantuan dokter spesialis kandungan dan
kehamilan. Pasien lahir secara normal dengan bantuan obat pacu. Obat pacu
diberikan melalui vagina ibu sebanyak 4x, akan tetapi belum berhasil. Obat
pacu kemudia diberikan melalui tetesan infus. Pasien lahir berwarna
kemerahan, menangis, dan bergerak aktif.
Setelah lahir pasien lahir dibawa ke ruang perawatan akan tetapi tidak
masuk inkubator. Kondisi Pasien stabil, berat badan pasien naik perlahan, dan
pasien dapat menetek ibu dengan baik selama proses perawatan. Pasien
diperbolehkan untuk pulang setelah menjalani perawatan selama 14 hari di
RSUP. Pasien sempat mondok kembali untuk menjalani terapi sinar, karena
pasien sempat kuning.
Saat ini pasien tinggal bersama ibu, ayah, kakak, serta kakenya di
rumah. Pasien selalu dalam pengawasan ibunya selama satu hari penuh. Berat
badan Pasien sudah mulai naik secara perlahan. Pasien menjalani ASI eklusif
sejak lahir hingga saat ini.
Keluarga pasien belum berkeinginan untuk memiliki anak lagi untuk
jangka waktu yang dekat. keluarga pasien merasa sedikit trauma dengan
kejadian yang dialami sebelumnya. Keluarga pasien masih sedikit berharap
untuk memiliki anak lagi, terutama anak laki-laki.
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat mondok (+) RSUP Sardjito, 14 hari pertama kehidupan
Riwayat demam (-)
Riwayat Diare (-)
Riwayat penyakit jantung bawaan (-)
Riwayat alergi makanan (-), alergi obat (-)
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit serupa (-)
Riwayat HT(+), Nenek pasien dan Ibu pasien
Riwayat DM (-)
Riwayat overweight (+) ibu pasien
Riwayat alergi makanan (-), alergi obat (-)
e. Anamnesa Sistemik
Sistem neurologis : tidak ada keluhan.
Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan.
Sistem respiratorius : tidak ada keluhan.
Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan.
Sistem urogenital : tidak ada keluhan.
Sistem integumentum : tidak ada keluhan.
g. Riwayat Imunisasi
Hb 0 Minggu ke 3 kehidupan, di Puskesmas
h. Gaya Hidup
Pasien tinggal. bersama kedua orangtua, kakek, serta kakaknya di daerah
cengekehan, wukirsari, Imogiri. Sehari-hari, Pasien ditemani oleh ibunya.
ibunya memberikan ASI setiap maksimal 2 jam sekali atau setiap Pasien ingin
menetek. Pasien dimandikan oleh ibunya dua kali dalam satu hari dengan air
hangat. Pasien menggunakan baju bersih yang sudah dicuci sebelumnya
seusai mandi.
i. Family Life Cycle
Pasien tinggal dalam 1 rumah bersama dengan ayah, ibu, kakak dan kakeknya.
Jumlah keseluruhan yang tinggal dirumah adalah 5 orang. Keluarga Ibu An. A
memiliki riwayat hipertensi, yaitu Nenek an. A.
65 62 67
34 30 29 28 34 30 29
5 0
Keterangan:
: Laki laki
: Perempuan
: Hipertensi
: Pasien stunting
: Meninggal
j. FAMILY SCREEM
Social : Hubungan antara keluarga terjalin dengan baik. Pasien tinggal
bersama kedua orang tua, kakek, dan kakaknya. Pasien sering diasuh oleh
ibunya.
Culture : Pasien dan keluarganya merupakan orang suku Jawa. Kedua orang
tua pasien asli dari Bantul.
Religious : Pasien dan keluarganya menganut agama Islam dan tidak ada
kendala dalam menjalankan ibadah.
Education : Saat ini pasien belum sekolah. Ayah pasien lulusan D3 dan Ibu
pasien lulusan SMA. Ibu pasien tidak meneruskan pendidikan ke perguruan
tinggi karena terkendala masalah biaya
Ekonomi : Ayah pasien merupakan seorang pegawai wiraswasta, sedangkan
Ibu pasien merupakan ibu rumah tangga dan kader posyandu. Pemasukan
perbulan dari keluarga ini sebesar Rp 4.000.000,00. Berdasarkan hasil
observasi, kondisi ekonomi keluarga pasien tergolong minimal dalam
memenuhi kebutuhannya.
Medical : Pasien dan keluarganya memiliki jaminan kesehatan berupa “Kartu
Indonesia Sehat”. Keluarga pasien sering memeriksakan diri ke Puskesmas
Imogiri 1.
E. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada 25 Juli 2020 di Rumah pasien :
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
TB : 53 cm
BB : 3,9 Kg
Vital Sign :
Tekanan Darah : - mmHg
Nadi : 140 x/menit
Frekuensi Nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,6 oC
b. Status Lokalis
Kepala : Normocephali
Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek
pupil isokor, reflek cahaya (+/+), diplopia (-)
Hidung : Deformitas (-)
Mulut : Sianosis (-)
Wajah : ikterik (-)
Leher : Limfonodi tidak teraba, peningkatan JVP (-)
Thorax : Simetris, retraksi dinding dada (-), perkusi sonor,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), S1/S2
normal, tidak ada suara tambahan, bising jantung (-)
Abdomen :
Inspeksi : Jejas (-), Distensi Abdomen (-)
Auskultasi : Peristaltik usus 16x/menit
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-) hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
F. PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
G. DIAGNOSIS
Diagnosa Klinis :
Berat badan bayi lahir rendah (BBLR) et causa Preeklampsia Berat (PEB)
bayi lahir kurang bulan – sesuai masa kehamilan (KB – SMK)
Diagnosa Komunitas :
kurangnya pengetahuan keluarga akan BBLR dan preeklampsia
H. TATALAKSANA
a. Pada kasus ini dilakukan home visit untuk meninjau lebih jauh penyebab
terjadinya BBLR pada pasien dan PEB pada ibu E
b. Dilakukan pengumpulan data terkait faktor-faktor lain yang mungkin
menyebabkan BBLR
c. Melakukan analisis penyebab BBLR
d. Melakukan pembinaan pada ibu dan keluarga mengenai BBLR dan PEB
e. Melakukan evaluasi lebih lanjut
Non Medikamentosa
Memeberikan ASI eklusif selama 6 bulan, ASI diberikan selama setiap (maksimal) 2
jam sekali atau on demand
Motivasi dan edukasi pada keluarga pasien terlebih pada ibu pasien untuk lebih
memantau gizi anak dalam memberikan ASI. Cara menyimpan ASI adalah :
o ASI perah tahan 8 jam jika ditaruh pada suhu ruangan sekitar 25oC
o ASI perah tahan hingga 24 jam, saat disimpan di dalam kotak pendingin
yang ditambah kantung es (ice pack)
o ASI perah tahan sampai 48 jam, ketika ditaruh pada kulkas bagian bawah
freezer (laci) lemari pendingin dengan suhu minimal 4 oC
o ASI perah tahan hingga 6 bulan apabila disimpan di dalam freezer dengan
suhu -18 oC atau lebih rendah lagi.
o ASI perah tahan hingga 2 minggu apabila disimpan pada kulkas 1 pintu.
Tips mencairkan ASI :
o Untuk mencairkan ASI perah yang dibekukan, dapat menggunakan
penghangat ASI elektrik yang bisa digunakan di rumah atau di mobil. Jika
tidak tersedia, maka dapat menempatkan ASI perah ke dalam panic atau
mangkuk berisi air hangat. Diamkan beberapa saat (jangan menaruh panic
atau baskom tersebut diatas kompor yang menyala).
Memberikan edukasi pada keluarga pasien untuk memantau perkembangan anak
dengan hadir rutin setiap acara posyandu dari puskesmas jika posyandu sudah dilaksanakan
kembali.
Menjelaskan mengenai kasus BBLR; penyebab BBLR, komplikasi yang dapat terjadi,
dan pencegahan dari BBLR.
I. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Ad Functionam : Dubia ad Bonam
BAB II
METODE PENGAMBILAN DATA DAN INTERPRETASI DATA
Laki-laki Perempuan
Tabel 2.1: jumlah kelahiran pada tiap desa di Wilayah Imogiri 1 berdasarkan jenis
kelamin pada bulan Januari 2020 – Februari 2020
Berdasarkan data yang ada, jumlah kelahiran paling banyak ada di Desa Wukirsari
dengan total kelahiran 17 bayi (8 bayi laki-laki, 9 bayi perempuan). jumlah kelahiran di
tiap-tiap desa; Desa Girirejo 10 bayi (5 bayi laki-laki, 5 bayi perempuan), Desa Imogiri 8
bayi (7 bayi laki-laki, 1 bayi perempuan), dan Desa Karangtalun 7 bayi (5 bayi laki-laki,
2 bayi perempuan).
2. Jumlah Kelahiran berdasarkan Penolong Kelahiran
p er b an d in g a n ju mlah k ela h ir an b er d a sa r k an p en o lo n g
p er sa lin an
p ad a b u lan Jan u ar i 2020 - Feb r u ar i 2020
dokter Bidan penolong lain
43%
57%
Gambar 2.2 : perbandingan jumlah kelahiran berdasarkan penolong persalinan pada bulan
Januari 2020 – Februari 2020
Berdasarkan data di atas persalinan di wilayah Imogiri 1 100% dibantu oleh tenaga
kesehatan. Terdapat 44 persalinan yang terjadi di bulan Januari 2020 hingga bulan
Februari 2020 , 25 persalinan (57%) dibantu oleh bidan, sedangkan 19 persalinan (43%)
persalinan dibantu oleh dokter.
0
Girirejo Imogiri Karangtalun Wukirsari
Gambar 2.4 Jumlah bayi berdasarkan usia kehamilan ibu saat persalinan pada bulan Januari
2020 – Februari 2020
Berdasarkan data diatas pada bulan Januari 2020 hingga Februari 2020 jumlah bayi
terbanyak dilahirkan dari seorang ibu yang berusia kehamilan 38-42 minggu. Bayi kurang
bulan terdapat paling banyak di Desa Wukirsari (2 bayi), sedangkan pada Desa Karangtalun
tidak terdapat bayi kurang bulan. Tidak ditemukan bayi lebih bulan di wilayah cakupan
Puskesmas Imogiri 1.
Gambar 2.4 Jumlah Bayi berdasarkan berat bayi lahir saat persalinan pada bulan Januari 2020
– Februari 2020
Berdasarkan data diatas pada bulan Januari 2020 hingga Februari 2020 jumlah bayi
lahir dengan berat bayi lahir 2.500 – 3.500 gram ada sebanyak 39 bayi. Terdapat BBLR
sebanyak 4 bayi, BBLR paling banyak ditemukan di Desa Imogiri (50% dari BBLR). Bayi
lahir besar ditemukan pada Desa Girirejo dan Wukirsari sebanyak 1 bayi. Desa Karangtalun
tidak terdapat BBLR ataupun bayi lahir besar.
C. Tinjauan Pustaka
c.1.Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. BBLR dibagi menjadi tiga grup, yaitu prematuritas, intra uterine
Bayi Berat Lahir Rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
Klasifikasi
Bayi berat lahir rendah dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
1.500-2.500 gram.
b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan
c. Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan
2. Menurut Pantiawati (2010), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi
a. Prematuritas murni
minggu dimana berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia
b. Dismaturitas
Merupakan bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan bayi Kecil
Epidemiologi
Prevalensi global bayi berat lahir rendah di dunia adalah sebesar 15,5%
(sekitar 20 juta kasus) dimana 95% dari mereka berasal dari negara-negara
Bayi berat lahir rendah di Indonesia sendiri pada tahun 2013 sebesar 10,2%.
2010, yaitu 11,1%. Persentase BBLR tertinggi tahun 2013 terdapat pada Provinsi
terendah terdapat pada Provinsi Sumatra Utara, yaitu sebesar 7,2%. Padahal
target nasional BBLR berdasarkan Renstra Indonesia Sehat 2010 adalah sebesar
Faktor Resiko
1. Faktor Ibu
a. Umur ibu
dilahirkan oleh ibu dengan usia dibawah 20 dan diatas 35 tahun (Depkes
RI, 2009 ). Ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik
belum matang. Sedangkan pada ibu yang sudah tua, kondisi tubuh dan
b. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik
beberapa, yaitu :
kali hamil) yang mempengaruhi kondisi kejiwaan ibu yang berakibat juga
kesehatan ibu yang menurun. Ibu dengan paritas lebih dari empat anak
memiliki resiko 2,4 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR (Aisyah et al,
2010).
daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali diregangkan oleh
melahirkan BBLR. Hal ini dapat mempengaruhi suplai gizi dari ibu ke janin
dan semakin tinggi paritas maka resiko untuk melahirkan BBLR semakin
Jika jarak persalinan dengan awal kehamilan kurang dari 2 tahun atau
bila terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik.
Ibu yang hamil dengan kondisi kesehatan yang kurang sehat ini, merupakan
salah satu faktor penyebab kematian ibu dan bayi yang dilahirkan serta
Indonesia, 2006).
d. Pendidikan
makanan bagi ibu hamil untuk mencegah terjadinya BBLR. Penelitian oleh
e. Status Gizi
pertumbuhan sejak di dalam rahim. Hal ini diakibatkan dari ibu yang
disebabkan adanya defisiensi zat besi dalam tubuh. Hal tersebut bisa
berefek pada janin terlebih pada trimester III, dimana kebutuhan zat besi
f. Anemia
darah kurang dari normal. Pada keadaan normal kadar hemoglobin dalam
kelancaran seluruh fungsi organ tubuh ibu dan proses tumbuh kembang
kadar hemoglobin pada wanita hamil kurang dari 10 g% (pada wanita tidak
Merokok atau pun terpapar asap rokok dari orang lain dan terhisap
sebesar 200 gram. Asap rokok yang terhirup sendiri menyebabkan ibu
memiliki resiko dua kali lipat untuk melahirkan BBLR. Studi juga
menemukan bahwa berat bayi lahir akan berkurang sebesar 192 gram
(Menzalia, 2012).
h. Antenatal Care
Imunisasi TT). Dari paket tersebut diharapkan ibu dapat secara rutin
sebaran, 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester ke dua, dan 2 kali
semester.
i. Sosial ekonomi
rendah, karena keadaan gizi dan pengawasan yang kurang baik. Namun
tidak semua yang sosial ekonominya baik dapat terhindar dari kejadian
BBLR.
2. Faktor Kehamilan
a. Polihidramnion
dari normal, yang biasanya melebihi 2000 cc. Seharusnya pada keadaan
normal air ketuban banyaknya mencapai 100 cc saja yang kemudian akan
yang berisiko karena bisa membahayakan janin dan ibu. Prognosis pada
janin agak buruk dengan mortalitas + 50%, terutama salah satunya karena
b. Perdarahan antepartum
dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal
1) Pre-eklamsia/eklamsia
preeklamsia ringan dan berat yang terjadi saat hamil, saat melahirkan,
diakibatkan oleh infeksi yang berasal dari vagina dan serviks (Mansjoer,
2008). Ibu dengan riwayat ketuban pecah dini akan mempunyai peluang
3. Faktor Janin
infeksi yang terjadi selama masa kehamilan, seperti infeksi saluran kencing
sehingga aliran nutrisi ke janin terganggu atau berkurang. Oleh karena itu,
dan kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2015). Ibu yang hamil dengan
infeksi rubella dapat menyebabkan bayi BBLR, cacat bawaan, dan kematian
b. Kehamilan ganda
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan dari pada janin
janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil
plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-
rata 1000 gram lebih ringan dari pada kehamilan tunggal (Prawirohardjo,
2011).
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat
berbeda antara 50-1000 gram, karena pembagian darah pada plasenta untuk
kedua janin tidak sama. Pada kehamilan ganda distensi uterus berlebihan,
c. Cacat bawaan
Cacat bawaan merupakan kelainan bawaan pertumbuhan dari struktur
kematian bayi setelah persalinan pada minggu pertama. Dilihat dari hal
BBLR sebesar 20%. Hal ini bisa disebabkan karena gaya hidup ibu yang
Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009), adapun tanda dan gejala yang
terdapat pada bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) sebagai berikut :
Komplikasi BBLR
1. Asfiksia
Bayi berat lahir rendah (BBLR) bisa terjadi pada kehamilan kurang,
cukup atau lebih bulan, yang semua dapat berdampak pada proses adaptasi
pada pernafasan saat lahir, sehingga BBLR dapat mengalami asfiksia lahir.
2. Gangguan nafas
Gangguan nafas yang sering dialami pada bayi dengan BBLR kurang
bulan adalah penyakit membran hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan
adalah aspirasi mekonium. BBLR yang mengalami gangguan nafas seperti itu
3. Hipotermi
Hipotermi dapat terjadi karena hanya ada sedikitnya lemak tubuh dan
sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir yang belum matang.
Metode kangguru dengan “kontak kulit dengan kulit” membantu BBLR tetap
hangat.
4. Hipoglikemi
pada bayi baru lahir dengan BBLR. Jadi pada BBLR membutuhkan ASI
sesegera mungkin setelah lahir dan minum sangat sering (setiap 2 jam) pada
minggu pertama.
energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat mengisap. Maka BBLR
sering mendapatkan ASI dengan bantuan, pemberian ASI juga dalam jumlah
yang sedikit tapi sering. BBLR dengan kehamilan > 35 minggu dan berat lahir
> 2000 gram pada umumnya sudah bisa langsung menyusui (Kemenkes RI,
2011).
6. Infeksi
matang. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat bayi dengan BBLR
Ikterus pada bayi biasanya disebabkan fungsi hati yang belum matang.
BBLR menjadi kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi yang cukup
beratnya.
8. Perdarahan
sistem pembekuan darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K1 dengan dosis
semua bayi baru lahir dapat mencegah kejadian perdarahan ini. Injeksi ini
Penatalaksanaan BBLR
Pada BBLR saat ataupun setelah lahir mendapatkan penanganan yang sama
dengan bayi baru lahir lainnya. Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu, segera
keringkan dengan kain yang bersih dan hangat, lalu berikan pada ibu untuk
kontak kulit ibu dengan kulit bayi untuk dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Untuk memandikan ditunda setidaknya 6 jam – 24 jam setelah lahir (Kemenkes
RI, 2011).
secara IM pada paha kiri anterolateral dan antibiotika salep mata juga sama
seperti bayi baru lahir normal lainnya. Pada perawatan tali pusat secara kering,
tidak dibubuhi apapun, dan terbuka. Jika berat lahirnya > 2000 gram dan tanpa
masalah atau penyulit, dapat diberikan vaksinasi Hepatitis B pertama pada paha
Bayi dengan berat lahir < 2000 gram harus segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang lebih canggih, tidak boleh dirawat dirumah. Sama dengan bayi
yang mempunyai berat > 2000 gram dengan satu atau lebih gejala seperti
penatalaksaan diatas, ada juga beberapa penatalaksaan yang dapat dilakukan pada
a. Dukungan respirasi
Hal ini dilakukan dengan tujuan utama dalam asuhan bayi risiko tinggi,
lebih baik, dan terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit
panas, ruangan yang hangat, dan inkubator. Namun terdapat metode terbaru
dalam perawatan BBLR yang dianggap paling mudah dan murah untuk
dan waktu untuk penyesuaian kehidupan di luar rahim. Selain itu juga BBLR
membutuhkan bantuan untuk tetap hangat dan mendapatkan ASI yang cukup
Metode ini memiliki keuntungan bagi bayi dan juga bagi ibu.
Keuntungan bagi bayi sendiri adalah pernafasan bayi menjadi lebih teratur dan
stabil, suhu tubuh lebih stabil dalam kisaran 36,5 OC – 37,5OC, dapat
pemenuhan nutrisi lebih baik sehingga berat badan juga lebih cepat meningkat,
bayi lebih nyaman dan aman, dan cukup istirahat. Sedangkan pada ibu
keuntungannya adalah ibu akan merasa lebih dekat dengan bayinya secara
PMK dapat dilakukan oleh orang lain juga tidak hanya ibu saja, seperti
ayah, tante, nenek, ataupun keluarga yang lain. PMK sendiri dilakukan sebagai
pengganti inkubator dengan catatan bayi dalam kondisi yang stabil, boleh juga
dilakukan di rumah pasien dengan kriteria bayi memiliki berat > 2000 gram
dan semua jenis kain dapat digunakan selama kain tersebut dapat menopang
bayi secara aman dan nyaman, tidak mengganggu aktivitas ibu dan
Pada PMK ini posisi bayi harus diletakan di antara kedua payudara ibu
secara tegak lurus. Kemudian keadaan kepala bayi sedikit tengadah menoleh
tubuh ibu dan diikat. Setelah itu ibu dapat mengenakan pakaian dan
Ibu merupakan sumber panas bagi bayi. Kontak kulit dengan kulit
diupayakan segera setelah lahir dan berlanjut siang dan malam. Bayi biasanya
hanya memakai topi untuk menjaga kondisi kepala tetap hangat dan bayi
menggunakan popok yang dilapisi plastik atau pembalut wanita, sehingga bayi
mendapatkan sumber panas secara terus menerus melalui konduksi dan radiasi
PMK dihentikan bila bayi sudah mencapai berat 2500 gram atau bayi
sudah merasa tidak nyaman (rewel) saat digendong dalam posisi PMK
tersebut. Bagi bayi yang dirawat dirumah sakit, bisa diizinkan pulang sebelum
mencapai 2000 gram dengan catatan ada fasilitas kesehatan yang saat
sempurna, sehingga sangat rentan terhadap penyakit. Beberapa hal yang dapat
1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus cuci tangan
terlebih dahulu.
teratur.
4) Petugas dan orang tua yang memiliki penyakit infeksi tidak boleh
disyaratkan agar memakai alat pelindung, seperti masker atau pun sarung
c.2.Preeklampsia Berat
Definisi
Preeklampsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah
yang tinggi dan tanda-tanda kerusakan sistem organ, biasanya adalah hati dan ginjal.
Preeklampsia biasa muncul pada usia kehamilan 20 minggu pada perempuan yang
biasanya tekanan darahnya normal
Etiologi
Penyebab pasti dari preeklampsia berat hingga saat ini masih belum diketahui
dengan pasti. terdapat beberapa teori yang menjadi penyebab preeklampsia, antara
lain:
penurunan nitrogen oksida (NO)
penurunan hemeoxygenase
penurunan catechol-O-methyltransferase (COMT)
peningkatan stress oksidatif
factor genetis / immunologis
adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin (AT1-AA)
Pathogenesis
Pathogenesis dari preeklampsia sampai saat ini tidak diketahui dengan pasti, akan
tetapi selama satu dekade terakhir, pathogenesis dari penyakit ini mulai dipahami oleh
peneliti. Plasenta telah menjadi penyebab utama dari preeklampsia, mengingat
penghilangan plasenta sangatlah penting guna mengurangi gejala dari preeklampsia
berat. Pemeriksaan biopsi pada plasenta ibu dengan preeklampsia mendapatkan
adanya infark dan penyempitan arteriola pada plasenta serta kelainan inplantasi pada
lapisan trofoblas. Kedua hal ini menyebabkan iiskemia pada plasenta serta pelepasan
antiangiogenic factors (AF). AF menyebabkan penurunan perfusi pada plasenta, yang
mana mengganggu aliran darah dari ibu ke fetus.
Faktor risiko
Preeklampsia adalah salah satu komplikasi pada kehamilan yang sering terjadi.
Preeklampsia lebih mudah muncul pada kondisi :
hipertensi kronik
kehamilan pertama
usia ibu saat hamil terlalu dini dan terlalu tua ( >35 tahun)
obesitas
kehaimlan multiple
Penatalaksanaan
Medikasi pada kasus preeklampsia dimulai jika tekanan darah maternal >160/110mmHg.
Terminasi kehamilan dianjurkan jika ada tanda-tanda distress pada fetus (HR < 120 BPM
atau HR > 160 BPM). adapun rekomendasi tatalaksana medikasi yang dianjurkan anatara
lain:
1. Pencegahan dan penanganan preeklampsia / eklampsia
inrevensi Penelitian Keuntungan Kualitas Keterangan
Data
Suplementasi Berdasarkan 13 RR = 45% Tinggi Dosis tinggi kalsium (>1
kalsium RCT, dengan gram/hari) menurunkan resiko
subjek penelitian preeklampsia jika dibandingkan
15.730 perempuan dengan yang tidak menerima
suplementasi
Suplementasi RCT multicenter RR = 120% Tinggi Pasien yang diberikan 1000 mg
Vitamin C melibatkan 1877 vitamin C dan 400 IU vitamin
dan E perempuan. E, termasuk pada bayi berat
lahir rendah
RCT multicenter RR = 97%
melibatkan 2410
perempuan
Aspirin Berdasarkan 34 Sebelum Tinggi, Penurunan preeklamsia,
RCT yang kehamilan 16 Cukup baik terutama pada perempuan
melibatkan 11.348 minggu, RR dengan usia kehamilan sebelum
perempuan. = 47%. 16 minggu dengan risiko
Setelah tinggi.
kehamilan 16
minggu, RR
= 81%.
Profil Keluarga
Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan
Bp. N Ayah L 34 tahun D3 Pegawai
Wiraswasta
Ibu L Ibu P 34 tahun SMA Ibu RT
Kader
Posyandu
Bp. W Kakek P 68 tahun SD Tidak
Bekerja
An. D Anak P 8 tahun - SD kelas 2
An. A Anak P 1 bulan - -
A. Analisis Kasus
Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Pasien lahir premature dengan berat
badan lahir 1.920 gram, lahir dikarenakan ibu pasien mengalami PEB. Pasien tergolong
dalam berat bayi lahir rendah (BBLR) dikarenakan berat lahir kurang dari 2.500 gram.
Pasien lahir kurang bulan dan pasien lahir sesuai dengan masa kehamilannya.
Semenjak lahir pasien mendapatkan perhatian penuh dari ibu dan keluarganya. Pasien
secara rutin diperiksa di RSUP untuk memantau tumbuh kembang serta fungsi organ indera
pasien. Pasien menjalani ASI ekslusif, dimana pasien menetek setiap kali pasien ingin
menetek. Tidak ada hambatan dalam pertumbuhan pasien, dilihat dari nilai z score yang
masih dalam rentang normal (median hingga – 2 SD).
Selama diberikan penyuluhan serta pembinaan dengan metode 2 jalur komunikasi,
didapatkan bahwa orangtua pasien memiliki pengetahuan yang minimal mengenail BBLR
dan preeklampsia yang menjadi penyebab BBLR. Ibu pasien masih belum memahami
bahaya dari preeklampsia saat kehamilan anak keduanya, karena tidak bergejala apapun. Ibu
dan Ayah pasien sangat antusias dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai
preeklampsia dan BBLR yang menjadi salah satu komplikasi dari preeklampsia. Pemahaman
dan pengertian akan BBLR dan preeklampsia menjadi sangat penting bagi keluarga pasien.
Berdasarkan jenjang pendidikan terakhir, Ayah pasien lulusan D3 dan saat ini sedang
menjalani jenjang pendidikan S1, ibu pasien lulusan SMA, sedangkan kakek pasien lulusan
SD. Faktor pendidikan mempengaruhi pengetahauan dasar yang dimiliki serta kemampuan
menangkap informasi baru dari keluarga pasien. Hal ini nampak dari pengetahuan dan
pemahaman orangtua pasien akan preeklampsia, di mana ayah pasien nampak lebih
memahami akan pengaruh bahaya tekanan darah tinggi saat kehamilan dan pengobatan yang
perlu dijalani. Sangatlah penting melibatkan ayah pasien dalam penyuluhan dan pembinaan
pada keluarga pasien, sehingga ayah pasien dapat membantu anggota keluarga lain untuk
lebih memahami dan mengerti akan BBLR dan preeklampsia sebagai salah satu
penyebabnya.
Lingkungan sosial dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya
BBLR. Pendapatan keluarga yang minimal membuat ibu pasien yang berperan sebagai
ibu rumah tangga kesulitan dalam menentukan menu makan yang bergizi dan sehat. Ibu
pasien memilih menu makan yang praktis dan murah, yaitu gorengan pada setiap menu
makan sehari-harinya.
PEMBINAAN
Aisyah, Siti, Titi Chandrawati, Sri Tatminingsih, Dian Novita, Denny Setiawan, Untung
Laksana Budi, dan Mukti Amini (2010) Perkembangan dan Konsep Dasar
Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Badan Pusat Statistik (2012) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Baker, S. E. (2006) Aspergillus Niger Genomics : Past, Present, and Into The Future :
Medical Mycology. 44 : 517-521. Diakses pada 12 Oktober 2017, dari :
https://academic.oup.com/mmy/article-lookup/doi/10.1080/13693780600921037.
Feliandra, Yana dan Yulidasari, Fahrini (2016) Hubungan Antara Usia Ibu Pada Saat Hamil
Dan Status Anemia Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Jurnal
Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 3, Nomor 1, pp. 20-25.
Gibney, Michael, J., Margetts, Barrie, M., Kearney, John, M. dan Arab, Lenore (2009) Gizi
Kesehatan Masyarakat (Public Health Nutrition)(Hartono Andry, Alih Bahasa).
Jakarta: EGC.
Hall, John E. 2016. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 13 th Ed. Philadelphia:
Elsevier.
Himawan, A.W. (2006) Hubungan Antara Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Balita di
Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang. Skripsi. Semarang: UNS.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2004) Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta: IDAI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah
Untuk Bidan dan Perawat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) Modul Manajemen Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) Untuk Bidan Di Desa. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Lilly, Leonard S. 2016. Pathophysiology of Heart Disease 6th Ed. Philadelphia: Wolters
Kluwer.
Mansjoer, Arif (2008) Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius.
Manuaba, I Bagus Gde (2012) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Maryunani, Anik dan Nurhayati (2009) Asuhan Kegawatan Dan Penyulit Pada Neonatus.
Jakarta: Trans Info Medika.
Meilani, Niken, Nanik Setiyawati, dan Dwiana Estiwidani (2009) Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta: Fitramaya.
Merzalia, N. (2012) Determinan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten
Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2011. Skripsi.
Depok: Universitas Indonesia.
Muliarini, P. (2010) Pola Makan Dan Gaya Hidup Sehat Selama Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Murti, Bhisma (2010) Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
di Bidang Kesehatan Edisi Ke-2. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Pandji, Maya Sintowati. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2018.
Yogyakarta: Pemerintah Kabupaten Bantul.
Pinontoan, Veronica Magdalena dan Tombokan, Sandra G.J. (2015) Hubungan Umur Dan
Paritas Ibu Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Ilmiah Bidan, Volume 3
Nomor 1, pp. 20-25.
Prawirohardjo, Sarwono (2011) Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Proverawati, Ismawati (2010) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Puspitasari, Rani (2014) Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Skripsi. Yogyakarta:
Stikes Aisyiyah.
Rantung, Feibi Almira, Rina Kundre, dan Jill Lolong (2015) Hubungan Usia Ibu Bersalin
Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM
Manado. Jurnal Keperawatan, Volume 3, Nomor 3.
Roudbari, I. (2007) Faktor Resiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Wilayah Kerja
Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. Diakses pada 12 Oktober
2017, dari : http://eprints.undip.ac.id/32555/1/379_Ismi_Trihardiani_G2C309005.pdf
Rochjati, Poeji. (2003) Screening Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga University
Press.
Quinn, Julie-Anne. 2016. Preterm Birth: Case Definition and Guidelines for Data
Collection, Analysis, and Presentation of Immunisatio Safety Data. Diakses pada 2
Agustus 2020 melalui https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5139808/.
Saifuddin, Abdul Bari (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari (2006) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternitas dan
Neonatal. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Trihardiani, Ismi (2011) Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Wilayah
Kerja Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. Skripsi. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Wiharjo, Siti Handayani (2010) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Bayi BBLR Di
RSUD Cibinong Tahun 2009. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Wiknjosastro, Hanifa (2010) Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wong, L. Donna (2009) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN