Bronkitis
Disusun oleh :
Inata Yefta Krisma Pratama
42180246
Pembimbing :
dr. Margareta Yuliani, Sp.A
I. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : An. Arka
No. RM : 02-07-xx-xx
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 02 Agustus 2014
Usia : 4 tahun 7 bulan
Alamat : Jl. Pramuka No 28, Umbulharjo, Yogyakarta
Masuk Bangsal : Minggu, 12 April 2019, pukul 12.10 WIB
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan ke nenek pasien pada hari Jumat, 12 April 2019 di Bangsal
Galilea III RS Bethesda Yogyakarta.
1. Keluhan utama
Batuk
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3 HSMRS (Selasa, 9 April 2019)
Pada selasa pagi pasien mengeluhkan batuk berdahak, dahak berwarna
putih kental, darah (-), sesak nafas (-). Pasien juga mengeluhkan mual dan
muntah sehabis makan. Batuk bertambah parah pada saat beraktivitas. Pasien
tidak mengeluhkan demam. Nafsu makan pasien berkurang. Belum diberi obat
untuk mengurangi gejala.
2 HSMRS (Rabu, 10 April 2019)
Pasien masih mengalami batuk berdahak putih kental, darah (-). Batuk
bertambah parah dari hari sebelumnya, sesak nafas (-). Pasien merasakan
gejala berkurang saat beristirahat. Pasien masih merasakan mual (+) dan
muntah (+) sehabis makan. Pasien mulai demam pada siang hari 38,5o C.
Makan berkurang karena nafsu makan semakin menurun.
1 HSMRS (Kamis, 11 April 2019)
Pasien masih merasakan batuk berdahak putih kental, darah (-), masih
ada mual (+) dan muntah (+), sempat mengalami sesak nafas (+). Pasien
dibawa ke bidan dan diberi obat batuk dan obat demam. Setelah diberi obat,
keluhan batuk tidak berkurang, namun demam turun.
71 64
36 32 30 29
33
4 5bl
n
Keterangan :
: Pasien
4
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: Asma
Kesan: Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti Diabetes Mellitus,
Penyakit Jantung, kejang demam, namun ibu memiliki riwayat asma.
6. Riwayat Makan
• 0 bulan – 6 bulan ASI eksklusif
• 6 bulan – 12 bulan ASI, MPASI (makanan lunak) dan susu formula
• 12 bulan – sekarang Makanan keluarga
Kesan: ASI eksklusif dan pemberian MPASI sesuai usia.
7. Lifestyle
Aktivitas sehari-hari
Pasien merupakan anak yang aktif. Kegiatan sehari-hari bermain di rumah
dengan kakek dan neneknya juga teman-teman yang tinggal di sekitar
rumahnya. Pasien sudah masuk kelas TK besar.
Pola makan dan minum
Sehari-hari pasien makan 3x. Makanan yang dimakan sehari-hari adalah sayur,
nasi dan lauk pauk. Pasien arang mengonsumsi buah seperti. Minum air putih
sehari-hari cukup. Nenek pasien mengatakan pasien lumayan sering
mengkonsumsi makanan kemasan atau makanan ringan seperti chiki dan juga
jarang mengonsumi minuman kemasan. BAB pasien baik, tidak sembelit dan
juga tidak cair. Begitupun juga BAK tidak mengalami gangguan.
Kesan: Aktivitas pasien sesuai dengan usianya, pola makan baik, cukup
minum air putih, makan buah dan sayur.
8. Riwayat Persalinan
• Antenatal Care
- Saat hamil usia ibu 28 tahun
- Kunjungan ANC selama kehamilan dilakukan rutin di dokter spesialis
kandungan (>4 kali).
• Riwayat penyakit saat hamil
- Sakit saat masa kehamilan (-), muntah berlebih (-), bintik-bintik merah
(-), kejang (-), hipertensi (-), diabetes (-), demam (-), obesitas (-),
riwayat jatuh saat hamil (-), infeksi TORCH (-), vaksin TT (+)
• Natal Care
No Tahun Kehamilan Persalinan Penolong BB Pendarahan
Aterm (38 3500
1. 2018 Normal Dokter Normal
minggu) gram
Aterm (38 3300
2. 2013 Normal Dokter Normal
minggu) gram
- Tidak ada ketuban pecah dini dan air ketuban jernih.
- Bayi langsung menangis, kulit kemerahan, menangis kuat, gerak aktif,
- Tidak tampak ada kelainan saat lahir.
• Post-Natal Care
Ibu rutin membawa anak kontrol ke dokter untuk pemantauan pertumbuhan
dan perkembangan. Pasien juga mengikuti program imunisasi. Tidak ada
riwayat kuning, tidak tampak biru, tidak ada sesak napas, dan peningkatan
berat badan sesuai usia.
Kesan: Riwayat ANC baik, tidak ada penyulit saat kehamilan maupun
persalinan, bayi lahir melalui persalinan SC, cukup bulan, berat lahir cukup,
tidak asfiksia.
Kesan : BMI menurut usia anak berada di atas garis 1 SD yang menunjukkan anak
normal, sesuai dengan anak seusianya.
Kesan : Riwayat pertumbuhan, perkembangan motorik, sosial dan bahasa pasien sesuai
dengan usia.
5. Status Lokalis
Kepala
Kepala : Normocephali
Mata : Hematoma (-), Sklera Ikterik (-/-), Conjungtiva Anemis (-/-),
pupil isokor, refleks cahaya (+/+), mata cekung (-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-), discharge hidung (-)
Mulut : Mulut sianosis (-), mukosa oral basah
Telinga : Edema (-), discharge telinga (-), kelainan anatomi (-)
Leher
Pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
Thorax (Pulmo)
Inspeksi : Gerakan dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi
interkosta (-), jejas (-)
Palpasi : Tidak teraba benjolan
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Suara paru vesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (+/+)
Thorax (Cor)
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, tanda inflamasi (-), jejas (-)
Palpasi : Iktus cordis teraba di SIC 5 linea axillaris anterior sinistra
Perkusi : Batas/kontour jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 S2 reguler, Bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), tanda inflamasi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen
Palpasi : Abdomen teraba supel, turgor kulit normal, pembesaran organ
intra abdomen (-), turgor kulit normal, nyeri tekan (-), massa (-
), asites (-)
Ekstremitas
Atas: Gerakan aktif, akral teraba hangat, perabaan nadi cukup kuat dan
reguler, capillary refill <2 detik, edema (-), sianosis (-), petechie (-)
Bawah: Gerakan aktif, akral teraba hangat, perabaan nadi cukup kuat dan
reguler, capillary refill <2 detik, edema (-), sianosis (-), Petechie (-)
IV. RESUME
Dari anamnesis didapatkan hasil:
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, 7 bulan dibawa ke IGD RS Bethesda oleh
neneknya dengan keluhan batuk berdahak sejak 3 hari SMRS, sempat mengalami sesak
nafas dan demam dengan suhu awal 38,5° C, pasien tampak lemas, pusing (-), tidak mau
makan minum (+) , BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pola makan nya sehari-hari anak makan tiga kali. Makanan yang dimakan sehari-
hari adalah sayur, nasi dan lauk pauk. Pasien juga sering mengonsumsi buah seperti apel,
pepaya dan pisang. Minum air putih sehari-hari cukup. Orangtua mengatakan pasien
jarang mengonsumsi makanan kemasan atau makanan ringan seperti chiki dan juga
jarang mengonsumi minuman kemasan. BAB pasien baik, tidak sembelit dan juga tidak
cair. Begitupun juga BAK tidak mengalami gangguan.
Dari hasil pemeriksaan fisik menunjukkan KU sedang dan tampak lemas,
kesadaran compos mentis, nadi 118 kali / menit, napas 20 kali / menit, dan suhu 38,40 C.
Pada pemeriksaan head-to-toe ditemukan suara tambahan ronkhi pada pemeriksaan
auskultasi paru, juga ditemukan sedikit suara wheezing. Status gizi anak berdasarkan
WHO dan Waterlow masuk kedalam kategori gizi kurang.
V. DIAGNOSIS BANDING
- Bronkitis akut
- Bronkopneumonia
- TBC
- Bronkiolitis
VI. PLANNING
- Pemeriksaan darah lengkap
- Foto rontgen thorax
- Terapi simptomatis
IX. TATALAKSANA
1. Terapi Cairan
Maintainance : Infus RL, dengan BB = 19 kg
Kebutuhan cairan (Holiday Segar)
Untuk 10 kg pertama = 100 ml/kgBB = 100 x 10 = 1000 ml
Untuk 10 kg kedua = 50 ml/kgBB = 50 x 9 = 450 ml
Kebutuhan total cairan anak dengan BB = 19kg, adalah : 1.450 ml/hari
1450𝑥20
Makro = 20 tpm mikro
24 𝑥 60
2. Antipiretik
Terapi untuk menangani demam dapat diberikan Paracetamol oral
dosis
10-15 mg / kgBB / sekali pemberian
Paracetamol 10-15 mg / kgBB / sekali = 10 mg x 19 kg = 190-285 mg /
kali pemberian, setiap 4 – 6 jam tergantung adanya demam.
R/ Paracetamol tab mg 500 no XV
S.p.r.n 4. d. d. tab 1/2 (jika demam)
3. Bronkodilator
Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas
permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan membuat
kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat. Obat yang digunakan
adalah velutine dengan dosis 2,5 mg dengan nebulizer
R/ Velutine 2,5mg/4ml No. I
S.i.m.m
4. Antiemetik
Pemberian antiemetik digunakan untuk mencegah muntah terus
menerus yang dikeluhkan oleh pasien, agar pasien bisa makan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya. Obat yang digunakan adalah
Domperidon. Dosis yang diberikan adalah 0,25mg/kgBB dengan dosis
pemberian maksimal 0,75mg/kgbb. Diberikan pada saat anak merasa
mual dan muntah.
Domperidon : 0,25 mg x 19 kg = 4,75 mg/kali
R/ Domperidon tab mg 10 no X
S.3.d.d tab 1/2
5. Mukolitik
Mukolitik diberikan untuk mengencerkan dahak sehingga dapat
dikeluarkan dan tidak mengganggu system pernapasan. Diberikan
ambroxol dengan dosis 1,2-1,5mg/kgBB/hari
Ambroxol : 1,2 x 19kg = 22,8-28,5 mg/ hari
R/ Ambroxol tab mg 30 no VX
S.2.d.d tab 1/2
X. FOLLOW UP HARIAN
12 April 2019
S Batuk (+) berdahak (+) darah (-), Demam (+), mual (+), muntah (+), badan masih
lemas (+), nyeri perut (-), pusing (-), nafsu makan & minum menurun, BAB cair
tidak ada lendir / darah dan BAK (tidak ada keluhan).
O KU: Sedang , CM
o
2 VS: S= 38,4 C ; RR= 24 x/mnt ; HR= 120 x/mnt
5 Status Lokalis
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), lidah kotor (-),
13 April 2019
S Batuk (+) berdahak (+) Demam (-), mual (+), muntah (-), badan masih lemas (+),
nyeri perut (-), pusing (-), nafsu makan & minum masih sulit, BAB dan BAK
(tidak ada keluhan).
O KU: Sedang , CM
VS: S= 36,6oC ; RR= 23 x/mnt ; HR= 106 x/mnt
Status Lokalis
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-)
Thorax : Dinding dada simetris , suara paru vesikuler (+/+), suara tambahan
ronkhi dan wheezing (+), jantung dalam batas normal
Abd : distensi (-), peristaltik (+), nyeri tekan (-).
1 Eks: akral teraba hangat , CRT <2 dtk , nadi kuat dan regular
A 4 Bronkitis akut
P • Infus RL 21 tpm
• Ambroxol 4x1 cth
• paracetamol 4x1
• domperidon 3x1
• Nebulizer Velutin 2.5 mg
• Bed Rest
• Rehidrasi Oral dengan mempertahankan asupan makan dan minum yang
cukup
14 April 2019
S Batuk (+) berdahak (+) Demam (-), badan lemas (+), mual (-), muntah (-), nafsu
makan dan minum sudah meningkat, pusing (-), belum BAB dan BAK (dbn).
O KU: Sedang , CM
VS: S= 36,2oC ; RR= 20 x/mnt ; HR= 100 x/mnt
Status Lokalis
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), lidah kotor (-)
Thorax : Dinding dada simetris , suara paru vesikuler (+/+), suara tambahan
ronkhi dan wheezing (+), jantung dalam batas normal
Abd : distensi (-), peristaltik (+), nyeri tekan (-). Eks: akral teraba hangat , CRT <2
dtk , nadi kuat dan regular
A Bronkitis akut
P • Infus RL 20 tpm
• Ambroxol 3x1
• Nebulizer Velutin 2.5 mg
• Bed Rest
• Rehidrasi Oral dengan mempertahankan asupan makan dan minum yang
cukup
15 April 2019
S Batuk (+) berdahak (-) Demam (-), badan lemas (-), mual (-), muntah (-), nafsu
makan dan minum membaik, nyeri perut (-), pusing (-), BAB lunak kuning
kecoklatan sedikit dan BAK (dbn).
O KU: Sedang , CM
VS: S= 36,8oC ; RR= 24 x/mnt ; HR= 118 x/mnt
Status Lokalis
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), lidah kotor (-)
Thorax : Dinding dada simetris , suara paru vesikuler (+/+), ronki (+) wheezing (-)
jantung dalam batas normal
Abd : distensi (-), peristaltik (+), nyeri tekan (-).
Eks: akral teraba hangat , CRT <2 dtk , nadi kuat dan regular
A Bronchitis akut
P 2 • Infus RL 20 tpm
• Ambroxol 3x1
• Bed Rest
• Rehidrasi Oral dengan mempertahankan asupan makan dan minum yang
8
cukup
XI. EDUKASI
Istirahat yang cukup dan tidak melakukan aktivitas yang berat selama fase pemulihan.
Jelaskan ke orangtua tentang penyakit bronchitis.
Asupan cairan dan nutrisi harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang dari tubuh
akibat demam dan kurang makan/minum.
Memberikan informasi mengenai pemberian makanan gizi seimbang.
Selalu menerapkan mencuci tangan dengan sabun setiap sesudah beraktifitas, sebelum
dan sesudah makan.
XII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
BAB II
LANDASAN TEORI
BRONKITIS
A. Definisi
Paru – paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang
berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran
oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan
hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan
tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia, tidak menghirup
oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah peranan penting
paru – paru. Cabang trakea yang berada dalam paru – paru dinamakan bronkus, yang
terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang terletak di bawah
tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin
tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di
udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru – paru. Salah satunya
adalah penyakit yang terletak di bronkus yang dinamakan bronchitis.
Bronkitis digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi
menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan
menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi. Bronkitis adalah suatu penyakit yang
ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan
kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam
dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus.
Bronkus yang terkena umumnya, sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini
dapat memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.
B. Klasifikasi
Bronkitis seringkali diklasifikasikan sebagai akut atau kronik, penjelasannya
sebagai berikut :
1. Bronkitis akut adalah serangan bronkitis dengan perjalanan penyakit yang singkat
(beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Bronkitis akut pada
umumnya ringan. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama
jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan. Disebabkan oleh
karena terkena dingin, hujan, kehadiran polutan yang mengiritasi seperti
rhinovirus, influenza A dan B, coronavirus, parainfluenza dan respiratory synctial
virus , infeksi akut, dan ditandai dengan demam, nyeri dada (terutama disaat
batuk), dyspnea, dan batuk (Depkes RI, 2005).
2. Bronkitis kronik merupakan kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk
kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun
berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya (PDPI, 2003). Sekresi yang
menumpuk dalam bronchioles mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok atau
pemejanan terhadap terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis kronik.
Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran
pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan mikroplasma dapat
menyebabkan episode bronkitis akut. Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti
terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan
bronchospasme bagi mereka yang rentan.
C. Etiologi
Penyebab bronkitis secara umum dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan
faktor penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi polusi
udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri, infeksi
virus atau bisa juga infeksi fungi. Bakteri penyebab yang paling sering adalah
Staphylococcus, Bordetella pertussis, mycoplasma. Infeksi virus yang paling sering
menyebabkan bronkitis adalah RSV, Parainfluenza, Influenza, Adenovirus. Bronkitis
bisa diebabkan fungi, yang paling sering yaitu monolia fungi. Faktor polusi udara
meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis. Sedangkan
faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat penyakit paru
yang sudah ada.
Brokitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, terutama
Mycoplasamapneumoniae dan Chlamydia. Serangan bronkitis berulang bisa terjadi
pada perokok dan penderita penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi
berulang bisa merupakan akibat dari : Sinusitis kronik, bronkiektasis, alergi,
pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak
Bronkitis iritatif Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi
terhadap sesuatu yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis
iritatif bisa disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia,
beberapa pelarut organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan bromine, polusi
udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok
lainnya. Faktor etiologi utama adalah zat polutan.
D. Pathogenesis
Kelainan utama pada bronkus adalah hipertensi kelenjar mukus dan
menyebabkan penyempitan pada saluran bronkus, yang mengakibatkan dinding
bronkus menebal lebih dari 30-40% dari tebalnya dinding bronkus normal, dan akan
terjadi sekresi mukus yang berlebihan dan kental. Sekresi mukus menutupi cilia,
karena lapisan dahak menutupi cilia, sehingga cilia tidak mampu lagi mendorong
dahak keatas, satu-satunya cara mengeluarkan dahak dari bronki adalah dengan batuk
Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan
peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltasi sel-sel radang dan edema pada mukosa
sel bronkus. Pembentukan mukosa yang terus menerus mengakibatkan melemahnya
aktifitas silia dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme pertahananya
sendiri. Pada penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang
terjadi dalam saluran napas
E. Manifestasi Klinis
Gejala umum yang biasa diperlihatkan oleh penderita bronkitis akut maupun bronkitis
kronik adalah:
Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi
setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari
pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau kekuningan.
Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan
penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas
dengan aktivitas dan mulai batuk.
Gejala kelelahan, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit
kepala dapat menyertai gejala utama.
Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri.
Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu.
Sesorang didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama
paling sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik
mungkin saja seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya,
dan batu mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila; pada anamnesa pasien
mempunyai gejala batuk yang timbul tiba – tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa
adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut, eksaserbasi akut
bronkitis. Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat
ditemukan adanya demam, gejala rhinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring
hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi
dada dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi
lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkankemungkinan
pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksisputum yang dicurigai
menderita bronkitis akut, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai
berikut:
• Denyut jantung > 100 kali per menit
• Frekuensi napas > 24 kali per menit
• Suhu > 38°C
• Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara
napas. Bila keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapat
disingkirkan dan dapat mengurangi kebutuhan untuk foto thorax (Sidney S.Braman,
2006). Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk
diagnosis bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus
ditemukan untuk kepentingan terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada bronkitis
kronis. Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karenasebagian besar
penyebabnya adalah virus.Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak
corakan bronkial meningkat. Pada beberapa penderita menunjukkanadanya penurunan
ringan uji fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak perlu dilakukan pada penderita yang
sebelumnya sehat. (Sidney S. Braman, 2006)
Tatalaksana
1. Pemberian antibiotik
Beberapa studi menyebutkan, bahwa sekitar 65 – 80 % pasien dengan
bronkitis akut menerima terapi antibiotik meskipun seperti telah diketahui bahwa
pemberian antibiotik sendiri tidak efektif. Pasien dengan usia tua paling sering
menerima antibiotik dan sekitar sebagian dari merekamenerima terapi antibiotik
dengan spektrum luas. Tren pemberian antibiotik spektrum luas juga dapat dijumpai
di praktek dokter – dokter. Pada pasien bronkitis akut yang mempunyai kebiasaan
merokok atau menjadi perokok pasif, sekitar 90% menerima antibiotik, dimana
sampai saat ini belum ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa pasien bronkitis akut
yang merokok dan tidak mempunya riwayat PPOK lebih perlu diberikan antibiotik
dibandingkan dengan pasien dengan bronkitis akut yang tidak merokok. Terdapat
beberapa penelitian mengenai kegunaan antibiotik terhadap pengurangan lama batuk
dan tingkat keparahan batuk pada bronkitis akut.
2. Bronkodilator
Dalam suatu studi penelitian dari Cochrane, penggunaan bronkodilator tidak
direkomendasikan sebagai terapi untuk bronkitis akut tanpa komplikasi. Ringkasan
statistik dari penelitian Cochrane tidak menegaskan adanya keuntungan dari
penggunaan β-agonists oral maupun dalam mengurangi gejala batuk pada pasien
dengan bronkhitis akut. Namun, pada kelompok subgrup dari penelitian ini yakni
pasien bronkhitis akut dengan gejala obstruksi saluran napas dan terdapat wheezing,
penggunaan bronkodilator justru mempunyai nilai kegunaan. Penggunaan
antikolinergik oral untuk meringankan gejala batuk pada bronkitis akut sampai saat
ini belum diteliti dan oleh karena itu tidak dianjurkan
3. Antitusif
Penggunaan codein atau dekstrometorphan untuk mengurangi frekuensi batuk
dan perburukannya pada pasien bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti secara
sistematis. Dikarenakan pada penelitian sebelumnya, penggunaan kedua obat tersebut
terbukti efektif untuk mengurangi gejala batuk untuk pasien dengan bronkitis kronik,
maka penggunaan pada bronkitis akut diperkirakan memiliki nilai kegunaan. Suatu
penelitian mengenai penggunaan kedua obat tersebut untuk mengurangi gejala batuk
pada common cold dan penyakit saluran napas akibat virus, menunjukkan hasil yang
beragam dan tidak direkomendasikan untuk seringdigunakan dalam praktek
keseharian. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kedua obat ini juga efektif
dalam menurunkan frekuensi batuk per harinya. Dalam suatu penelitian, sebanyak 710
orang dewasa dengan infeksi saluran pernapasan atas dan gejala batuk, secaraacak
diberikan dosis tunggal 30 mg Dekstromethorpan hydrobromide atau placebo dan
gejala batuk kemudian di analisa secara objektif menggunakan rekaman batuk secara
berkelanjutan. Hasilnya menunjukkan bahwa batuk berkurang dalam periode 4 jam
pengamatan.
4. Lain-lain
Antiemetik & antipiretik bila diperlukan dapat diberikan. Pada penderita,
diperlukan istirahat dan asupan makanan yang cukup, kelembaban udara yang cukup
serta masukan cairan ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad Z. 2001. Manifestasi Klinis Penyakit Paru. Dalam: Buku Ajar Penyakit
Dalam. Editor Suyono S, Waspadji S, dkk. Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta :
Braman, SS. 2006. Chronic Cough Due to Acute Bronchitis. Volume,1:1 Januari
2006:hal 95-98
Iskandar. 2010. Penyakit paru dan saluran, PT.Bhuana llmu Populer, Jakarta.
Pelotas,RS.
Wheeze and chest infection in infants under 1 year 2005. Diunduh dari
URL: http//www.paediatrics.org.nz