KEPANITERAAN DASAR
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM TARAKAN
IDENTITAS PASIEN
Nama: Ny. ERK Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 56 tahun Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : -
Alamat : Jl. Pembangunan III Dalam RT 015/001 No. Tanggal masuk RS : 4 Maret 2017
20, Petojo Utara, Gambir, Jakarta Utara, DKI Jakarta.
Anamnesis
Autoanamnesis Alloanamnesis
Seorang perempuan berusia 56 tahun datang ke IGD RSUD Tarakan dengan keluhan
batuk berdarah sejak 1 hari yang lalu. Batuk sudah dirasakan sejak 3 minggu yang
1
lalu. Batuk dirasakan 10 kali setiap 2 jam disertai dengan darah berwarna merah segar
sekitar ½ sendok makan bercampur dengan lendir, konsistensi kental, dan ada nyeri
tenggorokan. Pasien juga mengeluh demam sejak seminggu yang lalu, dan demamnya
tidak terlalu tinggi. Pasien mengeluh lemas-lemas belakangan ini dan sesak dirasakan
setiap kali batuk. 1 hari SMRS pasien juga mengeluh ada keringat malam, tidak nafsu
makan, dan ada penurunan berat badan 3-5 kg dalam seminggu terakhir. Pasien
menyangkal adanya keluhan mual muntah, pusing dan sakit kepala, maupun pada
BAB dan BAK.
RIWAYAT PRIBADI :
Riwayat Alergi Riwayat Imunisasi
Tahun Bahan/Obat Gejala Tahun Jenis imunisasi
2
Penggunaan obat-obatan : pasien tidak menggunakan obat – obatan
***Riwayat Obstetri :
Menstruasi :-
Riwayat keturunan : -
Riwayat persalinan : -
Riwayat keguguran : -
Anamnesis Sistem
Kulit
Telinga
(-) Nyeri (-) Tinitus
(-) Sekret (-) Gangguan pendengaran
Hidung
(-) Trauma (-) Gejala penyumbatan
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (-) Pilek
(-) Epistaksis
3
Mulut dan Tenggorokan
(-) Bibir kering (-) Lidah kotor
(-) Gangguan pengecapan (-) Gusi berdarah
(-) Sulit menelan (-) Perubahan suara
(-) Nyeri tenggorokan (-) Stomatitis
(-) Selaput
Payudara
(-) Ulkus
Abdomen
(-) Rasa kembung (-) Perut membesar
(-) Mual (-) Wasir
(-) Muntah (-) Diare
(-) Muntah darah (-) Tinja darah segar
(-) Sukar menelan (-) Tinja berwarna dempul
(-) Nyeri perut (-) Tinja berwarna hitam
(-) Benjolan (-) Konstipasi
Saluran Kemih
(-) Disuria (nyeri berkemih) (-) Kencing nanah
(-) Kolik (nyeri tiba-tiba) (-) Poliuria (banyak kencing)
(-) Anuria/oliguria (-) Polakisuria (kencing sedikit-sedikit5)
(-) Hematuria (kencing berdarah) (-) Kencing batu
(-) Inkontinensia Urin (-) Penyakit prostat
4
Alat Kelamin :
Muskuloskeletal :
Saraf
(-) Anastesi (-) Sukar mengingat
(-) Parestesi (-) Ataksia
(-) Hipo/hiperestesi (-) Kejang
(-) Sinkop (-) Afasia
(-) Kedutan (‘tick’) (-) Amnesia
(-) Vertigo (-) Gangguan bicara (disartri)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : Berat Badan : 60 kg Tinggi Badan : 154 cm, IMT : 25,31 kg/m2
Tanda-Tanda Vital
Pernapasan : 14 x/menit
5
Kulit
Warna : sawo matang
Turgor : tidak tampak kelainan
Efloresensi : tidak tampak kelainan
Kepala
Leher
Mata
Exophtalmus/endopthalmus : tidak ada
Konjungtiva : tidak anemis
Gerakan mata : normal
Strabismus : tidak ada
Tajam penglihatan : normal
Kelopak mata : normal
Sklera : tidak iterik
Lapangan penglihatan : normal
Tekanan bola mata : normal
Telinga
Daun Telinga : tidak tampak kelainan
Tuli : tidak tuli
Serumen : tidak tampak serumen
Sekret : tidak tampak kelainan
6
Hidung
Bentuk : tidak tampak kelainan
Deviasi Septum : tidak tampak kelainan
Konka Hidung : tidak tampak kelainan
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Sinus : tidak tampak kelainan
Mukosa : tidak tampak kelainan
Jantung
7
Paru-paru
ANTERIOR
Inspeksi : Simetris
POSTERIOR
Inspeksi : Simetris
8
Abdomen
Inspeksi : Datar, caput medusa (-), pembuluh darah (-), spider navi (+), dilatasi
vena (-)
Palpasi : Dinding perut : supel, massa (-), defense muscular (-), nyeri tekan (-)
Hati : Tidak teraba pembesaran
Limpa : Tidak teraba pembesaran
Ginjal : Ballotement (-), CVA (-)
Lain-lain : Tidak ada
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)
Auskultasi : Bising usus (-), normoperistaltik
Ekstremitas
Lengan Kanan Kiri
Otot Tonus Normotonus Normotonus
Massa Normal Normal
Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5 (baik) 5 (baik)
Edema Tidak ada Tidak ada
Lain-lain Tidak ada Tidak ada
9
Tungkai dan Kaki Kanan Kiri
Luka Tidak ada Tidak ada
Varises Tidak ada Tidak ada
Otot (tonus dan massa) Normal Normal
Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5 (baik) 5 (baik)
Edema Tidak ada Tidak ada
Refleks
Kanan Kiri
Bisep + +
Trisep + +
Patela + +
Achiles + +
Patologis - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin : 14,4 g/dL
Hematokrit : 41,9 %
Eritrosit : 4,67 juta/µL
Leukosit : 8.190/mm3
Trombosit : 183.100/mm3
Gula Darah
Glukosa darah sewaku : 307 mg/dL
HbaA1c : 12,4 %
10
KIMIA KLINIK
Elektrolit
Natrium : 142 mEq/L
Kalium : 3,8 mEq/L
Klorida : 98 mEq/L
Fungsi Liver
AST (SGOT) : 24 U/L
ALT (SGPT) : 26 U/L
Rontgen Thoraks AP
CTR < 50%, tidak terdapat cardiomegali, tidak ada elongatio aorta, tidak ada deviasi
trakea. Terdapat infiltrat pada kedua apeks paru deangan kavitas, corakan
bronkovaskuler tidak meningkat, hilus normal, tidak ada pelebaran sela iga. Kedua
sinus dan diafragma dalam batas normal.
Pengkajian :
11
paru dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru
akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya
tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Manifestasi klinisnya seperti demam, batuk atau batuk
berdarah, sesak nafas, malaise, penurunan berat badan, dan keringat malam.
Menurut American Thoracic Society dan WHO tahun 1964, diagnosis pasti
tuberkulosis paru adalah dengan menemukan kuman BTA dalam sputum atau
jaringan paru secara biakan. Dalam diagnosis tuberkulosis paru sebaiknya
dicantumkan status klinis, status bakteriologis, dan status radiologis.
Pengobatan TB standar dibagi menjadi :
a) Kategori 1
Kategori 1 diberikan pada pasien TB paru BTA positif, TB paru
BTA negatif foto toraks positif dan TB ekstra paru.
b) Kategori 2
Kategori 2 diberikan pada pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya yaitu pada pasien kambuh, gagal berobat maupun
pasien dengan pengobatan setelah putus berobat. Pada pasien dengan
riwayat pengobatan TB lini pertama, pengobatan sebaiknya
berdasarkan hasil uji kepekaan secara individual. Selama menunggu
hasil uji kepekaan diberikan panduan pengobatan
2HRZES/HRZE/5HRE. HRZE merupakan obat sisipan tahap intensif
yang diberikan selama satu bulan.
c) Kategori 3
Kategori 3 diberikan pada pasien TB Paru BTA – ,lesi minimal,
TB ekstra paru kasus ringan adalah 2HRZ / 4RH atau 6RHE atau
2HRZ/4H3R3.
d) Kategori 4Pasien multi-drug resistant (MDR)
Regimen standar TB MDR di Indonesia adalah:
6Z-(E)-Kn-Lfx-Eto-Cs/ 18Z-(E)-Lfx-Eto-Cs
12
Dasar diagnosis :
Rencana diagnostik :
Rencana terapi :
Rifampisin tablet 450 mg kali sehari.
Isoniazid tablet 300 mg 1 kali sehari.
Pirazinamid tablet 1.000 mg 1 kali sehari.
Ethambutol tablet 1.000 mg 1 kali sehari.
Rencana edukasi :
a) Apabila batuk, buang dahak pada tempat khusus.
b) Pakai masker supaya tidak menularkan ke orang lain.
c) Diperlukan kontrol sampai dan setelah selesai pengobatan.
13
insulin, atau kedua-duanya. PERKENI membagi alur diagnosis diabetes melitus
menjadi dua bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas diabetes melitus.
Gejala khas diabetes melitus terdiri dari poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan
berat badan tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak khas diabetes melitus di
antaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi
ereksi (pria), dan pruritus vulva (wanita). Diabetes melitus ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan gula darah sewaktu >200 mg/dL, kadar glukosa puasa > 126
mg/dL, dan TTGO >200 mg/dL.
1. Untuk penderita DM tipe 2 dengan HbA1C < 7,5 % maka pengobatan non
farmakologis dengan modifikasi gaya hidup sehat dengan evaluasi HbA1C
3 bulan , bila HbA1C tidak mencapai target < 7 % maka dilanjutkan
dengan monoterapi oral
3. Bila obat monoterapi tidak bisa mencapai target HbA1C < 7 % dalam
waktu 3 bulan, maka terapi ditingkatkan menjadi kombinasi 2 macam obat,
yang terdiri dari obat yang diberikan pada lini pertama di tambah obat lain
yang mempunyai mekanisme kerja berbeda
6. Bila dengan kombinasi 3 macam obat masih belum mencapai target maka
langkah berikutnya adalah pengobatan insulin basal plus/bolus/premix
14
Metformin + insulin basal + GLP-1 RA
Dasar diagnostik :
Rencana diagnostik :
Rencana pengobatan:
1. Metformin tablet 3 x 500 mg
2. Pemberian insulin basal
Glargine 10 U disuntikkan secara subkutan, diberikan malam sebelum
tidur.
Rencana edukasi:
a) Turunkan berat badan, olahraga yang teratur minimal 30 menit sehari.
b) Makan secara teratur 3 kali sehari porsi besar dan 3 kali porsi kecil.
c) Kurangi makan makanan indeks glikemik tinggi
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang perempuan usia 56 tahun dengan diagnosis TB paru
kasus baru dan diabetes melitus tipe II. Batuk berdarah sejak 1 hari yang lalu. Batuk
sudah dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Batuk dirasakan 10 kali setiap 2 jam
disertai dengan darah berwarna merah segar sebanyak ½ sendok makan disertai
dengan dahak, konsistensi kental, dan ada nyeri tenggorokan. Demam sejak seminggu
yang lalu, dan demamnya tidak terlalu tinggi. Lemas-lemas belakangan ini dan sesak
dirasakan setiap kali batuk. 1 hari SMRS ada keringat malam, tidak nafsu makan, dan
15
ada penurunan berat badan 3-5 kg dalam seminggu terakhir. Os ada riwayat DM yang
tidak terkontrol sejak 3 tahun yang lalu. Keadaan umum tampak sakit sedang dan
kesadaran compos mentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital hasilnya suhu 38,80C dan
didapatkan suara ronkhi basah kasar pada kedua apeks paru pada auskultasi. Hasil
laboratorium didapatkan kadar gula darah sewaktu : 307 mg/dL, HbaA1c : 12,4 %.
Dari hasil rontgen didapatkan infiltrat pada kedua apeks paru dengan kavitas.
Pengobatan yang diberikan adalah 2HRZE/4HR, juga diberikan metformin,
paracetamol, dan insulin Glargine 10 U. Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam.
16