I. IDENTITAS PASIEN
Data Pasien Ayah Ibu
Nama An. N Tn.D Ny.N
Umur 2 hari 25tahun 36 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan
Alamat Jl. Merpati RT 07 RW 07 Randugunting
Agama Islam Islam Islam
1
Selama kehamilan baik trimester 1,2,3 tidak pernah keluar darah dari jalan lahir,
ibu juga tidak mengkonsumsi obat-obatan. Tekanan darah ibu tidak tinggi. Ibu tidak
menderita kencing manis.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita sakit seperti ini. Riwayat
alergi dan asma pada keluarga disangkal.
Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta. Ibu pasien tidak bekerja.Menurut ibu
pasien penghasilan sekitar Rp. 1.500.000 sebulan cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari hari.
Riwayat Lingkungan
2
HPHT : 14April2012
Taksiran partus : 21Januari 2013
Tanggal kelahiran : 30 Januari 2013
Keadaan bayi
Berat badan lahir : 3400 gram
Panjang badan lahir : 50 cm
Lingkar kepala :-
Langsung menangis :-
Nilai APGAR :6
Kelainan bawaan :-
Kesan : riwayat kelahiran dan kehamilan baik
B. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pasien mengikuti program Keluarga Berencana dengan minum pil KB.
Pertumbuhan
- Panjang badan : 50 cm
- Lingkar kepala :-
- Lingkar dada :-
Perkembangan
D. Riwayat Makanan
Sejak lahir sampai sekarang ibu pasien mengaku anaknya belum minum
Asi karena ASInya kurang lancer, pasien meminum susu formula menggunakan
sonde karena terkadang anaknya tidak mau menghisap botol susu. Biasanya
sehari diberikan susu sedikit hanya 5-7 kali.
E. Riwayat Imunisasi
VAKSIN DASAR (umur) ULANGAN (umur)
3
BCG - - - - - -
DPT/ DT - - - - - -
POLIO - - - - - -
CAMPAK - - - - - -
HEPATITIS B 30/01/2013 - - - - -
Kesan : Imunisasi Hepatitis B pertama sudah diberikan
F. Riwayat Keluarga
Corak Reproduksi
No Tanggal Jenis Hidup Lahir Abortus Mati Keterangan
Lahir Kelamin Mati
Susunan keluarga
IV.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 31 Januari 2013, pukul 14.00 WIB di ruang
perina. Bayi laki-laki, usia 2 hari, berat badan sekarang 3400 gram, panjang
badan 50 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 31 cm.
Kesan umum :
4
Tanda vital
Pernapasan : 54x/menit
SpO2 : 99 %
Status Generalis
Kepala
Mata
Mata cekung (-/-), palpebra oedem (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva
anemis (-/-), katarak kongenital (-/-), galukoma kongenital (-/-)
Hidung
Terpasang NGT, Nafas cuping hidung (-/-), bentuk normal, sekret (-/-),
septum deviasi (-)
Telinga
Mulut
Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), bercak-bercak putih pada lidah dan
mukosa (+), bibir kering (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
5
Leher
Thorax
Paru
Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Abdomen
Inspeksi :datar
Perkusi :timpani
Tulang Belakang
Tidak ada spina bifida, tidak ada meningocele
6
Genitalia
Laki-laki, testis sudah turun
Anorektal
Anus (+), diaper rash (-)
Anggota gerak
tangan dan kaki sempurna
Ekstremitas
Superior Inferior
Deformitas - /- - /-
Akral dingin - /- - /-
Akral sianosis - /- - /-
Ikterik - /- - /-
CRT <2 detik <2 detik
Tonus Normotoni Normotoni
Kulit
Tampak sedikit pengelupas pada regio abdomen dan dada, sianotik (-), ikterik (-),
anemis (-), turgor kulit baik.
Refleks Primitif :
Refleks Oral :
Refleks Hisap : ( +)
Refleks Rooting :(+)
Refleks Moro :(+)
Refleks Palmar Grasp :(+)
Refleks Plantar Grasp :(+)
Pemeriksaan Khusus :
BALLARD SCORE
7
Maturitas neuromuskuler Poin Maturitas fisik Poin
Sikap tubuh 4 Kulit 3
Jendela siku-siku 3 Lanugo 3
Rekoil lengan 4 Lipatan telapak kaki 3
Sudut popliteal 4 Payudara 2
Tanda Selempang 3 Bentuk telinga 3 8
Tumit ke kuping 3 Genitalia (laki-laki) 4
Total 21 Total 18
New Ballard Score = maturitas neuromuskular + maturitas fisik
= 21 + 18
= 39
Kesan : kelahiran aterm 39 minggu
KURVA LUBCHENKO
BBL : 3400 gr
Usia Kehamilan : 41 minggu
Hasil : Sesuai Masa Kehamilan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 30Januari 2013 pukul 10:010
Hematologi Hasil Rujukan
9
Lekosit L 5600/ul
6.0-21.0/ul
Eritrosit 3.9 juta/Ul
3.9-5.9/ul
Hemoglobin 15.0 g/dL
13.0-20.0 g/dL
Hematokrit 46.6 %
42-66 %
MCV H 119.2 U
76-100 U
MCH H 38.4 pcg
27-31 pcg
MCHC L 32.2 g/dL
33.0-37.0 g/dL
Trombosit L 98.000/ul
150-400/ul
GDS 62 mg/dl
45-170 mg/dl
- RR : 52x/ menit
Foto thorax
10
31Januari 2013
S: Demam (-), Kejang (-), Sesak (-), Kulit kuning (-), Kulit kebiruan (-), BAB-BAK
normal
O: KU: gerak kurang aktif, menangis kurang kuat, tampak sesak (-), sianosis (-)
Terpasang O2 headbox 5 L/menit, terpasang NGT
- S : 36.60C
- RR : 64x/ menit
1 Februari 2013
S: Demam (-), Kejang (-), Sesak (-), Kulit kuning (-), Kulit kebiruan (-), BAB-BAK
normal
O: KU: gerak kurang aktif, menangis kurang kuat, tampak sesak (-), sianosis (-)
Terpasang O2 headbox 5 L/menit
- S : 37.20C
- RR : 60x/ menit
11
Abdomen : datar, BU (+) meningkat, supel, timpani, turgor kulit baik
Ekstremitas superior : akral hangat +/+, eodem -/-, CRT <2detik
Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, eodem -/-, CRT <2detik
A: Distress Respirasi
Neonatal aterm DD/ posterm
Hiperbilirubinemia
P : O2 inkubator
IVFD Dextrose 10 % 300cc/13 tetes
NaCl 3 % 13,2cc/500cc D10%
KCl 11,3cc/ 500cc D 10%
Glukonas Ca 20cc/500cc D10 %
Ceftazid 2 x 500/3
Genta 7,5
Kimia klinik
Bilirubin Total 9.64 mg/dl
0-1.10 mg/dl
Bilirubin Direk 1.68 mg/dl
0-0.25 mg/dl
2 Februari 2013
S: Demam (-), Kejang (-), Sesak (-), Kulit kuning (-), Kulit kebiruan (-), BAB-BAK
normal
O: KU: gerak kurang aktif, menangis kurang kuat, tampak sesak (-), sianosis (-)
Terpasang O2 headbox 5 L/menit, terpasang NGT
- S : 37.30C
- RR : 56x/ menit
12
NaCl 3 % 13,2cc/500cc D10%
KCl 11,3cc/ 500cc D 10%
Glukonas Ca 20cc/500cc D10 %
Ceftazid 2 x 500/3
Genta 7,5
B. PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum :
Menangis kurang kuat, gerak kurang aktif, tampak sesak (-). Terpasang O2
headbox 5 L/menit, terpasang NGT.
Tanda vital
Pernapasan : 54x/menit
SpO2 : 99 %
Status Generalis
13
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Abdomen
Tulang Belakang
Genitalia
14
Anorektal
Kulit
Tampak sedikit pengelupas pada regio abdomen dan dada, sianotik (-),
ikterik (-), anemis (-), turgor kulit baik.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :
Tanggal 30 Januari 2013
Hematologi Hasil Rujukan
Lekosit L 5600/ul
6.0-21.0/ul
Eritrosit 3.9 juta/Ul
3.9-5.9/ul
Hemoglobin 15.0 g/dL
13.0-20.0 g/dL
Hematokrit 46.6 %
42-66 %
MCV H 119.2 U
76-100 U
MCH H 38.4 pcg
27-31 pcg
MCHC L 32.2 g/dL
33.0-37.0 g/dL
Trombosit L 98.000/ul
150-400/ul
GDS 62 mg/dl
45-170 mg/dl
Kimia klinik
Bilirubin Total 9.64 mg/dl
0-1.10 mg/dl
Bilirubin Direk 1.68 mg/dl
0-0.25 mg/dl
Distres Respirasi
15
Hiperbilirubinemia
DD :
2. Distres Respirasi
3. Hiperbilirubinemia
DD:
- Produksi yang berlebihan
- Gangguan dalam proses uptake dn konjugasi hepar
- Gangguan transportasi
- Gangguan dalam ekskesi
X. DIAGNOSIS KERJA
1. Neonatus aterm SMK
2. Distres Respirasi
3. Hiperbiirubinemia
XI. TERAPI
A. TERAPI AWAL
Medikamentosa
16
- Injeksi Gentamicin 2 x 7,5 mg IV
PROGRAM
Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
Jaga kehangatan
Latihan menyusui
Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
Awasi tanda-tanda gangguan pernapasan
Awasi tanda-tanda dehidrasi
Jaga kehangatan
Rawat tali pusat
XII. USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan darah rutin ulang (atas indikasi)
Pemeriksaan GDS ulang (atas indikasi)
Pemeriksaan Apusan darah tepi
Pemeriksaan elektrolit
Pemeriksaan Bilirubin ulang (atas indikasi)
XIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
17
ANALISA KASUS
DISTRESS RESPIRASI
Definisi
Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan
tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang
menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang
spesifik.Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya
infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark 1986).
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan
sesak nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea ), sianosis yang
menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru,adanya
gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis,
kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat
otopsi.
Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory
distress syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologis yang
terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan
sulit mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas.Istilah-istilah
Hyaline Membrane Disease (HMD) sering kali digunakan saling bertukar dengan
RDS (Bobak, 2005).
Respiratory Distress Syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh
ketidakmaturan dari sel tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk menghasilkan
surfaktan yang memadai.(Dot Stables, 2005).
Etiologi
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi
surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda
usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting
penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal
diabetes, seksual sesaria..Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur.
Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi
udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang
18
menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur.Sindrom ini dapat
terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan
dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini
adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH),
Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan
kurang sempurna kerana dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang
sempurna.Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-
paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya
pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi
berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi
yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli
tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan
berwarna kemerahan seperti hati.Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan
pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang
luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti
dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II.
Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi
surfaktan ini.
19
yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu
dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).
Pencegahan RDS
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada
bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan
seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen
yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi.
Tindakan yang efektif utntuk mencegah RDS adalah:
Mencegah kelahiran < bulan (premature).
Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.
Management yang tepat.
Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
Optimalisasi kesehatan ibu hamil.
Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam.
Obat-obat tocolysis (-agonist : terbutalin, salbutamol)
Contoh : Salbutamol (ex: Ventolin Obstetric injection) 5mg/5 ml (utk asma: 5 mg/ml)
Untuk relaksasi uterus : 5 mg salbutamol dilarutkan dalam infus 500 ml
dekstrose/NaCl diberikan i.v (infus) dgn kecepatan 10 50 g/menit dgn monitoring
cardial effect. Jika detak jantung ibu > 140/menit kecepatan diturunkan atau obat
dihentikan
Steroid (betametason 12 mg sehari untuk 2x pemberian, deksametason 5 mg setiap
12 jam untuk 4 x pemberian)
Cek kematangan paru (lewat cairan amniotik pengukuran
rasio lesitin/spingomielin : > 2 dinyatakan mature lung function)
20
takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada,
dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan
foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :pertama, terdapat
sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara, kedua, bercak
retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram
udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung
dengan penurunan aerasi paru. ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua
lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat,
bronchogram udara lebih luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung )
sehingga jantung tak dapat dilihat.
0 1 2
Frekuensi < 60x/menit 60-80 x/menit >80x/menit
Nafas
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang dengan O2 Sianosis menetap
walaupun diberi O2
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan udara masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar dengan stetoskop Dapat didengar
tanpa alat bantu
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :
Pertama, terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara,
Kedua, bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran
airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi
bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
Ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih
opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
21
Keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat
dilihat.
Penunjang / Diagnostik
Laboratory Evaluation for Respiratory Distress in the Newborn
Test Indication
Blood culture May indicate bacteremia Not helpful initially because results
may take 48 hours
Blood gas Used to assess degree of hypoxemia if arterial sampling, or
acid/base status if capillary sampling (capillary sample usually
used unless high oxygen requirement)
Blood glucose Hypoglycemia can cause or aggravate tachypnea
Chest radiography Used to differentiate various types of respiratory distress
Complete blood Leukocytosis or bandemia indicates stress or infection
count with
differential
Neutropenia correlates with bacterial infection
Low hemoglobin level shows anemia
High hemoglobin level occurs in polycythemia
Low platelet level occurs in sepsis
Lumbar puncture If meningitis is suspected
Pulse oximetry Used to detect hypoxia and need for oxygen supplementation
Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk
mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :
1) Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2) Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3) Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4) Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5) Mencegah hipotermia.
6) Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
22
a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan
bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
Pantau selalu tanda vital
Jaga kepatenan jalan nafas
Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
b. Jika bayi mengalami apneu
Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
Lakukan penilaian lanjut
c. Bila terjadi kejang potong kejang
d. Segera periksa kadar gula darah
e. Pemberian nutrisi adekuat
Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan
kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik
atau menajemen lanjut:
Gangguan nafas ringan
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada
waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut Transient Tacypnea of the Newborn
(TTN).Terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik
dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa
kasus.Gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
Gangguan nafas sedang
Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak
dapat diberikan o2 4-5 liter/menit dengan sungkup.Bayi jangan diberi minum.
Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk
terapi kemungkinan besar sepsis.
o Suhu aksiler <> 39C
o Air ketuban bercampur mekonium
o Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18
jam)
Bila suhu aksiler 34- 36,5 C atau 37,5-39C. tangani untuk masalah suhu abnormal
dan nilai ulang setelah 2 jam:
Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan, berikan
antibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis
23
Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal ulangi tahapan
tersebut diatas.
Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam
Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam,
terapi untuk kemungkinan besar sepsis
Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi o2secara
bertahap .Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat
menyusu, berikan ASI peras dengan memakai salah satu cara pemberian minum
Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali
tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minumbaik dan tak ada alasan
bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan.
24
Komplikasi Penyakit
Komplikasi jangka pendek dapat terjadi : 1. kebocoran alveoli : Apabila dicurigai
terjadi kebocoran udara ( pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium,
emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala
klinikal hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap. 2.
Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan
jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul kerana tindakan invasiv
seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi. 3. Perdarahan
intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler terjadi
pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan
ventilasi mekanik.
Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan
yang tinggi dalam paru, memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju
ke otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi : 1.
Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang
disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD
berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu
menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A.
Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi. 2. Retinopathy prematur
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan
masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
Bantuan pernafasan
Bila O2 dg head box tidak berhasil, harus segera berikan bantuan Napas
diberikan dalam bentuk CPAP (continuous positive airway pressure) atau intermittent
mandatory ventilation (IMV).CPAP : bantuan pernapasan dengan cara meningkatkan
tekanan pulmoner secara artifisial pada saat fase ekspirasi pada bayiyang bernapas
secara spontan . Intermittent Positive Pressure Ventilation (IPPV) atau Intermittent
Mandatory Pressure Ventilation (IMV) : pernapasan bayi diambil alih sepenuh nya
oleh mesin ventilator mekanik dan meningkatkan tekanan pulmoner baik pada fase
inspirasi maupun ekspirasi.
25
untuk menjaga saturasi pada pulse oximeter. Gangguan nafas sedang atau berat dan
apnu berulang. Skor 3 atau lebih pada (arterial blood gas)ABG menunjukkan
kebutuhan untuk CPAP(continuous positive airway pressure ) atau ventilasi mekanis.
Bila bayi sering apnu : berarti CPAP gagal harus segera dilakukan intubasi dan
pemberian ventilasi.
CPAP gagal maka harus segera diberikan bantuan napas dengan Ventilator
mekanik
_ 1. Retraksi sedang sampai berat
_ 2. Laju pernapasan > 70 /menit
_ 3. Sianosis dengan FiO2 > 0.4
_ 4. Serangan apnu berulang
_ 5. Syok atau ancaman syok
_ 6. PaO2 < 50 mm Hg dengan FiO2 > 1.0
_ 7. PaCO2 > 60
26
_ 8. PH < 7.25 14
HIPERBILIRUBINEMIA
Definisi
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan dimana kadar bilirubin
serumtotal yang lebih dari 10 mg% pada bayi preterm dan lebih dari 12 mg% pada
bayi aterm yang ditandai dengan ikterus padakulit, sclera dan organ
lain.Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25 50%
neonatuscukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan)
Metabolisme bilirubin
Bilirubin adalah pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian sel
darah merah yang using.Masa hidup sel darah merah dalam system sirkulasi rata-
rata adalah 120 hari. Sel darah merah yang using dikeluarkan dari darah oleh
makrofag yang melapisi sinusoid hati dan yang terletak di bagian tubuh lain.
Bilirubin adalah produk akhir yang dihasilkan oleh penguraian bagian heme dari
hemoglobin yang terkandung di dalam sel-sel darah merah tersebut.Bilirubin ini
diekstraksi dari darah oleh hepatosit dan secara aktif disekresikan ke dalam
empedu.
27
baru mampu mengeksresikan bilirubin apabila zat ini telah dimodifikasi sewaktu
melalui hati dan usus.
Metabolisme Bilirubin
Klasifikasi Ikterus
1. Ikterus Fisiologis
- Timbul pada hari ke dua.
- Kadar bilirubin total tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan
dan12,5 mg% untuk neonatus lebih bulan.
- Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
- Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
28
- Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik.
2. Ikterus Patologik
- Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
- Kadar bilirubin indirek melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan
atau melebihi12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
- Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari.
- Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
- Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
- Mempunyai hubungan dengan keadaan patologik.
29
- Prematuritas
- Polisitemia
- Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
- Hipoalbuminemia
Patofisiologi Hiperbilirubinemia
1. Ikterus prahepatik
Disebut juga ikterik hemolitik karena sering disebabkan oleh hemolisis
berlebihan sel darah merah, sehingga hati menerrima lebih banyak bilirubin
daripada kemampuan hati mengekskresinya.
30
2. Ikterus hepatic
Terjadi jika hati sakit dan tidak mampu menangani beban normal
bilirubin.
3. Ikterus posthepatik
Sering juga disebut ikterus obstruktif karena terjadi bila duktus biliaris
tersumbat, misalnya oleh batu empedu, sehingga bilirubin tidak dapat dieliminasi
melalui feses.
Manifestasi Klinik
Secara umum gejala dari penyakit hiperbilirubin ini antara lain:
- Pada permukaan tidak jelas, tampak mata berputar-putar
- Letargi
- Kejang
- Tidak mau menghisap
- Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental
- Bila bayi hidup pada umur lanjut disertai spasme otot, kejang, stenosis
yangdisertai ketegangan otot
- Perut membuncit
- Pembesaran pada hati
- Feses berwarna seperti dempul
- Ikterus
- Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap.
Penatalaksanaan
Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi :
1. Fototherapi
Fototerapi dilakukan dengan memaparkan neonatus pada cahaya
dengan intensitasyang tinggi sehingga diharapkan dapat menurunkan
bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengancara
memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya
yangdiabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua
isomer yang disebutfotobilirubin.Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke
pembuluh darah melaluimekanisme difusi.Di dalam darah fotobilirubin
31
berikatan dengan albumin dan di kirimke hati. Fotobilirubin kemudian
bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalamduodenum untuk di buang
bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasilfotodegradasi
terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan
melaluiurine.
Indikasi dilakukan fototerapi
- Bilirubin indirect > 12 mg%
- Saat atau pasca transfuse tukar
- Bila terdapat ikterus pada hari 1 yang disertai dengan proses hemolisis
2. Transfusi Tukar
Transfusi pengganti digunkan untuk:
- Mengganti eritrosit yang hemolisis
- Membuang antibody yang menyebabkan hemolisis
- Menurunkan kadar bilirubin 1
Indikasi dilakukan transfuse tukar
3. Terapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim
yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan
mengekskresikannya.Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih
menjadi pertentangankarena efek sampingnya (letargi).Coloistrin dapat
mengurangi bilirubin denganmengeluarkannya lewat urine sehingga
menurunkan siklus enterohepatika.
32
Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi kern ikterus
yaitukeruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern
ikterusgejala klinik meliputi :
- Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada
neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
- Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi
hipertonus dan opistonus
33
DAFTAR PUSTAKA
34
35