Anda di halaman 1dari 66

Case Report

DEMAM TIFOID
Ni Ketut Maharani
2065050121

Pembimbing :
dr. Keswari Aji Patriawati, Sp. A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 29 NOVEMBER – 15 JANUARI 2022
JAKARTA
2021
01
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Tanggal Masuk : 26/11/2021
Nama : An. FA
Usia :1 Tahun 3 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 3 Agustus 2020
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pendidikan : -
Alamat : Jln. Mayjen Sutoyo
IDENTITAS ORANG TUA/WALI
IBU AYAH
Nama : Ny.KN Nama : Tn. AB
Usia : 29 Tahun Usia : 41 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien: Hubungan dengan pasien:
Ibu Kandung Ayah Kandung
SKEMA KELUARGA

Laki-laki

Perempuan

Pasien
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 30 November
2021 di Ruang Anggrek RS UKI

Keluhan Utama
Demam Naik Turun Sejak 3 Hari
SMRS

Keluhan Tambahan
Muntah, Nyeri Pada Perut,
Nafsu Makan Berkurang
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Pasien datang ke IGD RS UKI diantar oleh orang tuanya dengan keluhan demam sejak ± 3
hari SMRS. Demam dirasakan semakin hari semakin meningkat terutama pada sore menjelang
malam hari dan pasien menggigil. Demam tidak disertai kejang. Orang tua pasien mengaku belum
mengukur demam dengan termometer sebelumnya. Pasien mengatakan keluhan demam mulai
dirasakan kurang ± 1 minggu terakhir. Ketika habis jajan diluar bersama kakaknya,dan pasien
mengalami muntah-muntah sebanyak 3 kali . Pasien sebelumnya minum obat untuk menurunkan
demamnya yaitu paracetamol namun keluhan tidak berkurang. Pasien juga merasakan keluhan
mual (+) muntah (+), nyeri pada perut (+). Pasien juga merasakan lidah terasa pahit sehingga
nafsu makan menurun, keluhan mimisan, gusi berdarah, batuk, pilek disangkal oleh pasien. BAK
seperti air teh disangkal, nyeri atau merasakan anyang-anyangan saat BAK disangkal
TIME LINE PERJALANAN PENYAKIT
21 November 23 November 25 November 26 November
2021 2021 2021 2021
 Pasien
 Pasien jajan  Datang ke IGD RS
merasakan  Pasien masih
diluar bersama UKI
demam yang demam yang
saudaranya  Pasien masih
tinggi terutama semakin merasakan demam
pada sore meningkat  Keluhan disertai
menjelang malam  Pasien mimum pusing hilang
hari paracetamol 3x1 timbul, mual dan
 Disertai dengan muntah, serta nyeri
muntah dan pada perut, nafsu
pasien menjadi makan menurun
rewel
Riwayat Penyakit
Dahulu
Orang tua pasien mengatakan sebelumnya pasien belum pernah
mengalami keluahn yang sama. Riwayat alergi makanan dan obat
disangkal, Riwayat kejang demam disangkal.

Riwayat Pola
Kebiasaan
Sehari-hari pasien makan 3 kali sehari dengan lauk ikan,telur dan sayur
serta sering makan jajanan diluar rumah bersama kakaknya

Riwayat Penyakit
Keluarga
Keluarga dan lingkungan sekitar pasien tidak ada yang
memiliki keluhan yang sama dengan pasien
RIWAYAT KEHAMILAN DAN
Perawatan Antenatal
KELAHIRANPenyakit Kehamilan
Trimester I : 2 kali / bulan di bidan
Disangkal Oleh Ibu Pasien
Trimester II : 1 kali/ bulan di bidan
Trimester III : 1 kali/ bulan di bidan
Keadaan Bayi
Penyakit Kelahiran Lahir bayi perempuan dengan BBL
3300 gram, PBL 51 cm, dengan lingkar
Tempat Lahir : Di Klinik
kepala 29 cm, saat lahir bayi langsung
Penolong persalinan : Bidan menangis, tidak ikterik, tidak sianosis,
Cara Persalinan : Spontan tidak terdapat udem, tidak pucat dan
Penyulit : Tidak Ada tidak sesak. Bayi berwarna merah muda.
Masa Gestasi : Cukup Bulan Bayi tidak memiliki kelainan bawaan.
PERKEMBANGAN DAN
MOTORIK KASAR KEPANDAIAN
MOTORIK HALUS
0-6 - Duduk tanpa pegangan 0-6 - Meraih
Bulan - Bangkit kepala tegak Bulan - Mengamati manik – manik
- Membalik - Tangan bersentuhan

6-15 - Berjalan dengan baik 6-15 - Membenturkan 2 kubus


Bulan - Berjalan mundur Bulan - Menaruh kubus di cangkir

BAHASA SOSIAL
0-6 - Menoleh ke arah suara 0-6 - Makan sendiri
Bulan - Berteriak Bulan - Mengamati tangannya
- Tertawa - Tersenyum spontan

6-15 - Mengoceh 6-15 - Menyatakan keinginan


Bulan - 1 kata Bulan - Menirukan kegiatan

Kesan : tidak terdapat gangguan perkembangan menurut milestone


RIWAYAT IMUNISASI
Progam Pengembangan Imunisasi Progam Imunisasi Non-PPI
(PPI diwajibkan) (dianjurkan)

Jenis Vaksin Dasar Ulangan Jenis Vaksin


BCG 1 bulan - Hib 2,4, 6 bulan 15 bulan
Hepatitis B Saat lahir,1, 4 - Pneumokokus - -
bulan (PCV)

Polio 0,2,4,6 bulan - Influenza -


MMR -
DTP 2,4,6 bulan -
Tifoid - -
Campak - -
Hepatitis A - -

Kesan : Riwayat imunisasi dasar tidak lengkap Varisela - -


menurut KEMENKES
RIWAYAT MAKANAN
0-6 bulan ASI ekslusif setiap 2 jam selama 20 menit, hisapan kuat
bergantian payudara kanan dan kiri

6-12 bulan ASI setiap 2 jam selama 15-20 menit + MPASI (bubur
saring +wortel+ kuah kaldu ayam)

12 bulan- sekarang Nasi + makanan (sayuran, daging/ikan/ayam/telur +


buah) 3x sehari

Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan sesuai dengan pertumbuhan usia


RIWAYAT PENYAKIT
RIWAYAT DAN DATA
KELUARGA
No Tanggal lahir Jenis Hidup Lahir Abortus Lahir Keterangan
kelamin mati mati kesehatan
1 19/2/2009 P + Sehat

2 3/8/2020 P + Sehat

3 5/12/2014 P + Sehat

4 17/6/2010 L + Sehat

Keterangan Ayah Ibu

Perkawinan ke 1 1

Umur saat menikah 34 tahun 20 tahun

Keadaan kesehatan Sehat Sehat


DATA PERUMAHAN
Kepemilikan Rumah : Pribadi
Keadaan Rumah
 Ukuran : 90 m
 Dinding : Terbuat dari batu bata
 Atap : Seng
 Jarak Septic tank ke sumber air bersih > 15 m
Keadaan Lingkungan :
• Berupa perumahan kompleks
• Ada tempat pembuangan sampah
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pemeriksaan fisik di RS UKI pada tanggal 23 Oktober 2021

Tanda vital :
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Komposmentis
• Tekanan darah : 110/90 mmHg
• Frekuensi nadi : 101 kali/menit
• Frekuensi nafas : 26 kali/menit
• Suhu : 39,3 ° C
• SpO2 : 98%

Data antropometri
Bera badan : 9 kg
Tinggi badan : 72 cm
Menurut kurva WHO
BB / U : Berat Badan Cukup
TB/ U : Normal
BB/ TB : Gizi Baik
PEMERIKSAAN FISIK
● KEPALA
• Bentuk : Normocephali
• Rambut : Warna hitam, tumbuh merata, tidak mudah dicabut
• Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), skelra ikterik (-/-)
• Telinga : Liang telinga lapang kanan dan kirim, sekret (-/-)
• Hidung : Cavum nasi lapang, septum deviasi (-), sekret (-/-)
• Bibir : Sianosis (-), mukosa bibir lembab (+)
• Gigi : Lengkap, gigi berlubang (-)
• Lidah : Terletak di tengah, coated tounge (+)
• Tonsil : T1-T1, hiperemis (-/-)
• Faring : Arcus faring simetris, hiperemis (-)
• Leher : Tidak teraba adanya pembesaran KGB
PEMERIKSAAN FISIK
● Thoraks
 Paru
• Inspeksi : Dinding thoraks laterolateral > anteroposteior, pergerakkan dinding dada
simetris
• Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri
• Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, peranjakan hepar 2 jari pasien
• Auskultasi : bunyi nafas dasar vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

 Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicula sinistra
• Perkusi : Sonor-redup (batas paru-jantung), nyeri ketok (-)
• Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
● Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
Ekstremitas
• Auskultasi : Bising usus (+) 5 kali/ menit
• Atas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema -/-
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
• Bawah : Akral hangat, CRT <2 detik, edema
• Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) di regio
-/-
egigastric, hepatomegali (-), turgor baik cubitan
• Kulit : Warna sawo matang, ikterik (-)
kembali cepat
● Nervus Kranialis
• I : Normotia
• II : Visus kasar baik
• III : Pergerakkan bola mata baik kesegala arah (medial, superior, lateral)
• IV : Pergerakkan bola mata kearah medial, inferior baik
• V : Tidak dilakukan pemeriksaan
• VI : Pergerakkan bola mata ke arah lateral inferior baik
• VII : Sikap wajah simetris
• VII : Gesekan jari (+), rinne +/+, weber tidak ada lateralisasi, swabach sama dengan pemeriksa
• IX : Arkus faring simetris
• X : Disfonia (-)
• XI : Angkat bahu (+/+)
• XII : Tremor tidak ada, fasikulasi tidak ada
• Refleks fisiologis : Biceps (++/++), triceps (++/++), KPR (++/++), APR (++/++)
• Refleks patologis : Hoffman-tromner (-/-), babinski (-/-), chaddock (-/-), oppenheim (-/-), gordon (-/-),
schaffer (-/-), rosolimo (-/-), mendel (-/).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal

LED 45 mm/Jam < 20 mm/Jam


Hemoglobin 13 g/dl 13-16 g/dl
35,4 %
Hematokrit 40-48%
3,2 ribu/uL
Leukosit 4000-10.000 / μl
125 ribu/uL
Trombosit 150.000 – 450.000 / μl
0%
Basofil 1% 0-1 %
Eosinofil 1% 1-3 %
Netrofil batang 50 % 2-6 %
Netrofil segmen 40% 50-70 %
Limfosit 8% 20-40%
Monosit 2-8%
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan ELEKTROLIT Hasil Nilai normal

Elektrolit
134 mmol/L 136 – 145 mmol/L
Natrium
4,5 mmol/L 3.5 – 5.1 mmol/L
Kalium
111 mmol/L
107 mmol/L
Clorida
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan WIDAL Hasil

S. Typhose H (+) 1/160


S. Paratyphi A H NEGATIF
S. Paratyphi B H NEGATIF
(+) 1/80
S. Paratyphi C H
(+) 1/320
S. Typhose O
NEGATIF
S. Paratyphi A O
(+) 1/160
S. Paratyphi B O NEGATIF
S. Paratyphi C O
DIAGNOSA
Diagnosis Kerja Diagnosis Banding

Hepatitis A
Demam Typoid
Demam dengue
TERAPI
PRO Rawat Inap

Tirah Baring

Diet Lunak

IVFD : D5 ½ NS 37 tetes per menit (mikro)


Inj. Ceftriaxone 2 x 400 mg (IV)

Paracetamol Syrup 3 x 5 ml (PO)


Domperidone Syrup 2 x 2,5 ml (PO)
PROGNOSIS
● Ad vitam : Bonam
● Ad fungsionam : Bonam
● Ad sanationam : Bonam
FOLLOW UP
Follow Up dilakukan pada tanggal 30 November 2021
S O A P

Pasien masih KU : tampak sakit sedang Demam tifoid -Tirah baring


merasakan demam Kesadaran : komposmentis -Diet : lunak
yang hilang timbul, RR : 25 x / menit IVFD :
tidak menggigil (-). Nadi : 100 x / menit (reguler, isi cukup dan kuat angkat) • D5 ½ NS 37 tetes per menit (mikro)
Pasien mengatakan Suhu : 37,9 derajat C (suhu axilla) • Inj. Ceftriaxone 2 x 400 mg (IV)
Nyeri perut (-), mual Kepala : normocephali
setelah makan, Mata : CA -/-, SI -/- MM/
muntah (+), batuk (-), Leher : tidak teraba adanya pembesaran KGB • Paracetamol Syrup 3 x 5 ml (PO)
pilek (-).Nyeri kepala Lidah : coated tounge (+) • Domperidone Syrup 2 x 2,5 ml (PO)
(-), nafsu makan Thorax :
masih berkurang. I :Pergerakan dinding dada simetris, ictus cordis tidak terlihat
P : Vokal fremitus simetis,ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicularis
sinistra
P : Sonor/ sonor
A : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, BJ I & II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen :
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 5x/ menit
P : Timpani, NK (-)
P : Supel, NT (+) di regio epigastrium
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
FOLLOW UP
Follow Up dilakukan pada tanggal 1 Desember 2021
S O A P

Pasien masih KU : tampak sakit sedang Demam tifoid -Tirah baring


merasakan demam Kesadaran : komposmentis -Diet : lunak
yang hilang timbul, RR : 23 x / menit IVFD :
tidak menggigil (-). Nadi : 105 x / menit (reguler, isi cukup dan kuat angkat) • D5 ½ NS 37 tetes per menit (mikro)
Pasien mengatakan Suhu : 37,0 derajat C (suhu axilla) • Inj. Ceftriaxone 2 x 400 mg (IV)
Nyeri perut (-), mual Kepala : normocephali
setelah makan, Mata : CA -/-, SI -/- MM/
muntah (-), batuk (-), Leher : tidak teraba adanya pembesaran KGB • Paracetamol Syrup 3 x 5 ml (PO)
pilek (-). Nyeri kepala Lidah : coated tounge (+) • Domperidone Syrup 2 x 2,5 ml (PO)
(-), nafsu makan Thorax :
masih berkurang. I :Pergerakan dinding dada simetris, ictus cordis tidak terlihat
P : Vokal fremitus simetis,ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicularis
sinistra
P : Sonor/ sonor
A : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, BJ I & II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen :
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 5x/ menit
P : Timpani, NK (-)
P : Supel, NT (+) di regio epigastrium
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
FOLLOW UP
Follow Up dilakukan pada tanggal 2 Desember 2021
S O A P

Pasien masih KU : tampak sakit sedang Demam tifoid -Tirah baring


merasakan demam Kesadaran : komposmentis -Diet : lunak
yang hilang timbul, RR : 20x / menit IVFD :
tidak menggigil (-). Nadi : 98 x / menit (reguler, isi cukup dan kuat angkat) • D5 ½ NS 37 tetes per menit (mikro)
Pasien mengatakan Suhu : 36,9 derajat C (suhu axilla) • Inj. Ceftriaxone 2 x 400 mg (IV)
Nyeri perut (-), mual Kepala : normocephali
setelah makan, Mata : CA -/-, SI -/- MM/
muntah (-), batuk (-), Leher : tidak teraba adanya pembesaran KGB • Paracetamol Syrup 3 x 5 ml (PO)
pilek (-). Nyeri kepala Lidah : coated tounge (+) Kalau Masih Demam
(-), nafsu makan Thorax : • Domperidone Syrup 2 x 2,5 ml (PO)
sudah membaik. I :Pergerakan dinding dada simetris, ictus cordis tidak terlihat STOP PENGGUNAAN
P : Vokal fremitus simetis,ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicularis
sinistra
P : Sonor/ sonor
A : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, BJ I & II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen :
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 5x/ menit
P : Timpani, NK (-)
P : Supel, NT (+) di regio epigastrium
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
02
ASUPAN NUTRISI
PEDIATRIK
ASSESSMENT

• Berat badan : 9 kg
Data • BB ideal : 8,5 kg
Antropometri
• Tinggi badan : 72 cm

• BB / U : Berat Badan Cukup


Menurut Kurva • TB/ U : Normal
WHO
• BB/ TB : Gizi Baik
BERDASARKAN MENURUT KURVA WHO

PB/U
Kasus : Pd grafik, titik PB 72 cm,
Berada tepat pada garis kurva
persenitil -2SD .

Panjang badan ideal anak berdasarkan


usia, seharusnya berada garis kurva
P50 atau garis kurva 0 pada usia
1 tahun 3 bulan tahun adalah 77 cm

PB/U : -2 SD s/d + 2 SD : Normal


BERDASARKAN MENURUT KURVA WHO

BB/U
Kasus ini : Titik BB anak berada di
bawah garis kurva persentil 50
(P50)

BB ideal berdasarkan usia, seharusnya


untuk anak perempuan, usia 1 thn 3
bualn tepat pd titik potong garis
kurva di P50 9,2 kg
BB/U : -2 SD s/d +2 SD = Berat Badan
Cukup
BERDASARKAN MENURUT KURVA WHO
BB/PB

Kasus ini : Titik BB/PB anak berada di


atas gari kurva persentil 50 (P50)

BB/PB seharusnya untuk anak


perempuan, usia 1 thn 3 bualn tepat
pd titik potong garis kurva di P50 8,5
kg
BB/TB : -2 SD s/d +2 SD = Gizi Baik
PEMENUHAN
KEBUTUHAN KALORI
• BB Ideal (BB/TB) = 8,5 kg
• Umur TB (height-age) = RDA usia 1 tahun = 102
kkal/kgBB/hari
• Kal/ Energi : 102 kkal/kgBB = 102 x 8,5 = 867kkal/ hari
• Protein : 1,23 gr/kgBB = 1,23 x 8,5 = 10,45 gram/hari
• Cairan (Holiday Segar) = BB < 10 kg = 100 x BB = 100 x 9
kg = 900 ml/hari
Penentuan Cara Pemberian

Pemberian nutrisi melalui oral sebab


tidak ada gangguan fungsional pada
tractus gastrointestinal -> Enteral
Pemantauan Jenis
Makanan
Fungsi gastrointestinal normal polimerik

Monitoring dan evaluasi


• Pemantauan makanan yang diberikan
• Pemantauan demam pada pasien
• Pemantauan mual dan muntah pada pasien
• Pemantauan apakah nutrisi sudah adekuat dengan
mengevaluasi tumbuh kembang anak
03
ANALISIS KASUS
H.Sri Rezeki, et all. 2018. Buku Ajar Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi Keempat. IDAI

ANAMNESIS
Pada pasien ditemukan :
• Demam ± 1 minggu
• Demam semakin hari
semakin meningkat, terutama
sore menjelang malam hari
• Muntah
• Nyeri perut
• Nafsu makan menurun
PEMERIKSAAN
FISIK
Pada pemeriksaan lidah didapatkan
coated tounge (+), pemeriksaan
abdomen dilakukan palpasi
didapatkan nyeri tekan (+) di regio
egigastric.

H.Sri Rezeki, et all. 2018. Buku Ajar Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi Keempat. IDAI
Pemeriksaan Jenis
pemeriksaan
Hasil Nilai normal

Laboratorium LED 45 mm/Jam < 20 mm/Jam


Hemoglobin 13 g/dl 13-16 g/dl
35,4 %
Hematokrit 40-48%
3,2 ribu/uL
Leukosit 4000-10.000 / μl
125 ribu/uL
Trombosit 150.000 – 450.000 / μl
0%
Basofil 1% 0-1 %
Eosinofil 1% 1-3 %
Netrofil batang 50 % 2-6 %
Netrofil segmen 40% 50-70 %
Limfosit 8% 20-40%
Monosit 2-8%

Sri Rezeki S. Hadinegoro. Demam Tifoid. Buku


Ajar Infeksi & Penyakit Tropis. IDAI. 2012.edisi
keempat
Jenis pemeriksaan WIDAL Hasil

S. Typhose H (+) 1/160


S. Paratyphi A H NEGATIF
S. Paratyphi B H NEGATIF
(+) 1/80
S. Paratyphi C H
(+) 1/320
S. Typhose O
NEGATIF
S. Paratyphi A O
(+) 1/160
S. Paratyphi B O NEGATIF
S. Paratyphi C O
Tatalaksana
 Pro Rawat Inap
 IVFD : D5 ½ NS 37
tetes per menit (mikro)
 Inj. Ceftriaxone 2x 400
mg (IV)
 Paracetamol Syrup 3 x
5 ml (PO)
 Domperidone Syrup 2
x 2,5 ml (PO)
H.Sri Rezeki, et all. 2018. Buku Ajar Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi Keempat. IDAI
04
TINJAUAN
PUSTAKA
Pendahuluan
• Demam enterik masih sering terjadi di negara berkembang. Demam enterik adalah kelompok dari
penyakit enterik yang disebabkan oleh Salmonella typhi dan S. Paratyphi A, B dan C.
• Demam tifoid merupakan bagian dari demam enterik, disebabkan oleh S. Typhi yang ditularkan secara
fecal-oral melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.
• Di Indonesia demam tifoid masih merupakan penyakit endemik.*
• Demam tifoid menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah penderita sebanyak
41.081, dan 274 diantaranya meninggal.

Data dari Bagian Ilmu Sebagian besar dari penderita Demam tifoid lebih
Kesehatan Anak (80%) yang dirawat akibat demam sering menyerang anak
FKUI RSCM Jakarta tifoid berumur diatas lima tahun usia 5-15 tahun

• Diagnosis demam tifoid dengan anamnesis yang baik (gejala khas), temuan
pada pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang yang cukup
beragam
Penatalaksanaan Mencegah komplikasi dan
Diagnosis
yang cepat dan tepat prognosis menjadi baik
Definisi
• Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typhoid fever

• Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan


oleh Salmonella typhi.

• Terminologi lain penyakit ini adalah paratifoid


• Infeksi berasal dari saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
Epidemiologi
- Data tahun 2010
• Pada negara berkembang, termasuk di
demam tifoid masih tetap Indonesia,
merupakanmasyarakat, berbagai upaya yang dilakukan
kesehatan masalah
untuk memberantas penyakit ini tampaknya belum
memuaskan.
• Pada negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang
sudah mampu menurunkan insidensi penyakit ini.*

• Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia


Estimasi global jumlah kasus demam tifoid
sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal sebesar:
mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat
luas. 13,9-26,9 juta
Dengan estimasi kasus di negara
berkembang sebesar 20.6 juta kasus,
dan 223.000 kematian
Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia
dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000 penduduk

 Dengan sebaran menurut kelompok umur:

0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun)

148,7/100.000 penduduk (2–4 tahun)

180,3/100.000 (5-15 tahun)

51,2/100.000 (≥16
tahun)

Angka ini menunjukkan bahwa penderita terbanyak


adalah pada kelompok usia 5-15 tahun
Etiologi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi

• Salmonella typhi adalah bakteri dari


famili Enterobacteriaciae
• berbentuk batang, gram negatif
• bergerak, berflagel
• tidak berspora, tidak berkapsul,
• tumbuh dengan baik pada suhu optimal 37oC
dengan pH antara 6-8
• bersifat fakultatif anaerob
• hidup subur pada media yang
mengandung empedu*
• Bakteri salmonella typhi mempunyai beberapa
komponen antigen (O, H, Vi) **

Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid yang secara patologik maupun klinis adalah sama dengan
demam tifoid namun biasanya lebih ringan.
Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B C.
Rasio terjadinya penyakit yang disebabkan oleh Salmonella thypi dan Salmonella parathypi adalah 10:1.
Cara Penularan Faktor Risiko
Penularan demam tifoid secara fecal-oral
melalui berbagai cara yang dikenal dengan 5F* • Higiene perorangan * *
• Higiene makanan dan minuman yang rendah
• Sanitasi lingkungan yang kumuh
• Penyediaan air bersih
1 Food • Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat
• Pasien atau karier tifoid yang tidak diobati secara
2 Feses sempurna
• Pengetahuan yang rendah
• Tifoid sering menyerang kelompok usia anak dan dewasa
3 Finger muda.
Pada anak-anak:

4
Fomitus o
o
kuku yang panjang dan kotor
kebiasaan mencuci tangan yang buruk
o perilaku jajan atau makan diluar
o pengetahuan ibu dan keluarga dalam mengelola makanan dan
5
Fly o
minuman serta perilaku hidup sehat
Status gizi yang kurang dapat menurunkan daya tahan tubuh anak
Patofisiologi *

Demam Nafsu makan turun


Rangsang N.Vagal dan CTZ
di hipotalamus

Tifoid
Inflamasi
***
Nyeri perut

Patogenesis (serotipe
Bakteremia primer
invasif)

Epitel usus
Lamina propria respons inflamasi
fagositosis
endotoxin (lokal, sistemik)
10-14hari
multiplikasi Plaque Payeri Lokal: inflamasi PGE2 di
Sistemik: pengeluaran
Demam hipotalamus
Makrofag sitokin ->
Penurunan
Duktus torasikus Demam,depp SSTl mengigau SSP Pirogen Bakteremia Sekunder
Kesadaran
bakteriemi primer sirkulasi **
Nyeri tekan, Hepar
Organ target RES (hati,limpa,ss.tl) nafsu makan dan limpa
menurun
bakteriemi sekunder

Organ lain ( fenomena metastasis)

**
MANIFESTAS
I KLINIS
Periode inkubasi antara 5-40 hari
dengan rata rata antara 10 – 14 hari
Keluhan dan Gejala Demam Tifoid

Rose spot
Demam

Demam tinggi yang menetap

Diare / konstipasi
Coated tongue
DIAGNOSIS

Pemeriksaa Pemeriksaa
Anamnesi
n Fisik n
s
Penunjang
ANAMNE
SIS
Gejala
Demam Gejala SSP
Gastrointestinal

• Onset • Mual atau muntah • Apakah anak sempat


• Tipe demam (demam • Anoreksia mengalami tidak sadar? Atau
terutama • Malaise hanya sebatas ngelindur atau
pada malam hari dan • Perut kembung mengigau saja waktu tidur
turun menjelang pagi hari) • Diare (sejak frekuensi,
• Menggigil atau tidak kapan, +/-, konsistensi, volume
ampas
• Keringat dingin tiap diare, warna, darah, lendir)
• Disertai kejang atau tidak • Konstipasi (sejak kapan mulai
tidak
BAB)
• Nyeri perut
PEMERIKSAAN
• FISIK
Keadaan Umum anak biasanya tampak lemah atau lebih rewel dari biasanya.

• Pada pemeriksaan kepala dan leher observasi tanda- tanda dehidrasi (mata
cekung dan bibir kering dan pecah-pecah dengan rasa haus yang meningkat)
yang mungkin terjadi akibat diare/mual muntah sebagai suatu symptom yang
dapat terjadi pada infeksi demam tifoid.

• Pemeriksaan intra oral evaluasi lidah apakah didapatkan Tifoid Tongue dengan
pinggir yang hiperemi (Coated Tongue) sampai tremor.

• Pemeriksaan Thorax: pada umumnya jarang didapatkan kelainan, kecuali pada


demam tifoid yang sangat berat dengan komplikasi extraintestinal pada cavum
pleura yang menyebabkan pleuritis, namun sangat jarang terjadi pada anak- anak

• Pemeriksaan abdomen: Meteorismus (Volume gas ↑, kembung) : (+).


Hepatosplenomegali,

• Pemeriksaan extremitas, thorax, abdomen, atau punggung biasanya didapatkan


rose spot atau Roseola, yaitu ruam makulopapular kemerahan dengan diameter
1-5 mm (namun tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak Indonesia).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN DARAH TEPI 2. PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS DENGAN
ISOLASI DAN BIAKAN KUMAN

 Anemia (ringan -sedang )


• Bahan spesiemen diambil dari darah, urine, feses,
 LED ↑
sumsum tulang, cairan duodenum dengan media SSA
Leukopenia / Leukosit normal /
leukositosis
 Trombositopenia ringan
 aneosinofilia
 SGOT/SGPT ↑
PEMERIKSAAN PENUNJANG
3. UJI SEROLOGIS
Uji Tubex

Uji Widal
• Tes ini sangat cepat, hanya membutuhkan waktu 5-10 menit,
sederhana dan akurat.
• Dasar reaksi uji Widal adalah reaksi aglutinasi antara
• Tes ini mendeteksi serum antibodi IgM terhadap antigen O9 LPS
antigen kuman Salmonella Typhi dengan antibodi
yang sangat spesifik terhadap bakteri Salmonella Typhi.
(aglutinin).
• Tes Tubex® merupakan tes yang subjektif dan semikuantitatif
• Aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis.
dengan cara membandingkan warna yang terbentuk
Secara umum, aglutinin O mulai muncul pada hari ke 6-8
• Nilai > 6 menunjukan nilai positif (indikasi kuat demam tifoid) +
dan aglutinin H mulai muncul pada hari ke 10-12 dihitung
sejak hari timbulnya demam. gejala tifoid
• Hari pemeriksaan terbaik adalah pada anak dengan demam ≥5 hari
• Diagnosis demam tifoid baru dapat ditegakkan jika pada
ulangan pemeriksaan Widal selang 1-2 minggu terdapat
kenaikan titer agglutinin O sebesar 4 kali atau  1/200
PEMERIKSAAN PENUNJANG
3. UJI SEROLOGIS 4. PCR

• Pemeriksaan whole blood culture PCR terhadap S. Typhi


Uji Typhidot hanya membutuhkan waktu kurang dari 8 jam, dan
memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga lebih unggul
dibanding pemeriksaan biakan darah biasa yang
membutuhkan waktu 5–7 hari.
• Hasil uji
Typhidot® dinilai
• Sampai saat ini, pemeriksaan PCR di Indonesia masih
positif
didapatkan apabilareaksi
terbatas dilakukan dalam penelitian.
dengan
yang intensitas
atau
samalebih besar dari
dengan
reaksi kontrol, terlihat 5. Pemeriksaan Radiologik
pada kertas saring
komersial yang telah
 Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
disiapkan.
 Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal
seperti perforasi usus atau perdarahan saluran cerna.
Pada perforasi usus tampak: distribusi udara tak merata, airfluid
level, dan bayangan radiolusen di daerah hepar - udara bebas pada
abdomen
TATALAKSANA
TATA LAKSANA

• Obat lini pertama


telah dipakai selama
puluhan tahun untuk
Kotrimoksazole Kloramfenikol Ampicilin
pengobatan demam
Anak : 4-6 Anak : 100 Anak : 100 tifoid
mg/kgBB/hari, mg/kgBB/hari, mg/kgBB/hari • Sekarang timbul
per oral, dibagi per oral atau per oral atau IV
intravena, dibagi resistensi  Multi
2 dosis, selama dibagi 3 dosis,
10 hari 4 dosis selama selama 10 hari drug resistant
10-14 hari
S.Typhi (MDRST)
TATA LAKSANA

Dalam kasus MDR S.typhi  pilihan obat


berpindah ke :

• Ceftriaxone :
60-80
Sefalospori mg/kgBB/hari
n generasi IV selama 7-14
ke III hari
• Cefixime : 20
mg/kgBB/hari
KOMPLIKASI DEMAM TIFOID

PERFORASI
USUS

PERDARAHAN
DI GI
PROGNOSIS
• Prognosis demam tifoid bergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh,
jumlah dan virulensi Salmonella, cepat dan tepatnya pengobatan serta ada tidaknya
komplikasi.

• Di negara maju dengan terapi antibiotic yang adekuat angka mortalitasnya <1%,
sedangkan di negara berkembang nilai mortalitasnya >10% biasanya karena
keterlambatan diagnosis, perawatan dan pengobatan, serta pencegahan

• Munculnya komplikasi seperti perforasi gastrointenstinal, pendarahan hebat, meningitis,


endocarditis dan pneumonia mengakibatkan morbiditas dan mortalitas meningkat/tinggi
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai