Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN UMUM

SISTEM RESPIRASI ANAK


SEORANG ANAK 19 BULAN DENGAN TB PARU PRIMER
Trainer : dr. Dyah Mustika Nugraheni

Disusun Oleh :
1. Adetia Krisna H2A008002
2. Amalia Isnaini H2A010003
3. Dienia Nop R. H2A010010
4. Diskta Winza R. H2A010013
5. Fiska R. H2A010017
6. Indah Nurul M. H2A010025
7. Maria Ulfah H2A010032
8. Nuzulia Nimatina H2A010037
9. Reza Adityas T. H2A010043
10. Sandhy Hapsari A. H2A010046

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014

0
DAFTAR MASALAH
Anamnesis

1. Batuk berdahak 2bulan


2. Keringat dingin malam hari
3. Nenek batuk lama

Pemeriksaan Fisik

4. Limfadenopati multiple bilateral regio colli anterior (1/1) 2 cm/2 cm


5. Demam subfebris 37,80C axiller 2bulan
6. Status Gizi kurang

Diagnosis klinis : TB paru primer (1,3,4,5,6)


Diagnosis lain :
Diagnosis gizi : kesan gizi kurang
Diagnosis Imunisasi : imunisasi dasar tidak lengkap
Diagnosis sosial : ekonomi kurang

Masalah Aktif Masalah Pasif

1. TB paru 1. Bapak merokok


2. Ekonomi kurang

CATATAN MEDIS KASUS ILMU KESEHATAN ANAK

1
I. IDENTITAS
Nama anak : An. Tia
Umur : 19 bulan
Agama : Islam

Nama bapak : Tn. Agus


Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMP
Alamat : Mrican

Nama ibu : Ny. Wiwik


Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Mrican

No RM :
Tgl masuk Pusk : 01 April 2014

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesa dari Ibu Pasien tanggal 01 April
2014 jam 08.30 WIB.
A. Keluhan utama : Benjolan di leher kanan dan kiri
B. RPS :
Seorang ibu dengan anaknya usia 19 bulan datang dengan keluhan
benjolan di leher sejak dua bulan yang lalu. Benjolan berukuran
sebesar kelereng berjumlah dua, ditemukan masing-masing satu di
leher kanan dan kiri. Benjolan awalnya sebesar biji kacang tanah

2
kemudian bertambah besar menjadi sebesar kelereng. Bentuk benjolan
bulat, permukaan halus, konsistensi kenyal dan dapat digerakan. Ibu
pasien merasa bahwa tidak ada faktor yang membuat benjolan
membesar dan mengkecil.
Anak juga batuk disertai dahak selama dua bulan dan sering
kambuh, batuk darah disangkal. Demam nglemeng dua bulan demam
malam hari dan berkeringat dingin.
Berat badan mengalami penurunan, diare disangkal, mual muntah
disangkal. Sesak napas disangkal, BAK normal, BAB normal, pilek
disangkal.
C. RPD :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini dan belum
pernah dilakukan pengobatan sebelumnya.
Riwayat rawat inap : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat batuk lama : disangkal
D. RPK :
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat batuk lama : nenek (belum diperiksa dan belum
dilakukan pengobatan)
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat atau makanan: disangkal

DATA KHUSUS
1. Riwayat Kehamilan/Pre Natal :
An.T adalah anak pertama dari Ny.W saat berusia 23 tahun. Ibu
rutin periksa kehamilan lebih dari 4 kali di bidan. Waktu hamil tidak
pernah sakit, mengkonsumsi obat-obatan Vitamin dan Zat Besi dari
bidan,tidak mengkonsumsi alkohol, maupun rokok. Suntik TT sebanyak
dua kali. kehamilan cukup bulan (39 minggu)
2. Riwayat persalinan/natal :

3
Lahir spontan dengan bantuan bidan, langsung menangis kuat, dan
segera dilakukan inisiasi menyusui dini. Berat badan saat lahir sekitar 3,2
kg, panjang badan tidak ingat.
3. Riwayat pasca persalinan/ post natal :
Tidak ada perdarahan post partum
4. Riwayat Imunisasi :

Macam imunisasi Frekuensi Umur Keterangan


Imunisasi dasar Dilakukan di Bidan

BCG 1 kali 0 bulan Lengkap


DPT 3 kali 1,2,3 bulan Lengkap
Hepatitis B 1 kali 0 bulan Tidak lengkap
Polio 4 kali 1,2,3,4 bulan Lengkap
Campak 1 kali 9 bulan Lengkap
Imunisasi ulangan - - Tidak Dilakukan
Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap

5. Riwayat makan dan minum :

Umur Makanan dan Minuman Jumlah Frekuensi

0 2 bulan ASI saja Semau anak Semau anak


2 5 bulan ASI Semau anak Semau anak
Bubur SUN 2 sdm 2 kali/ hari
Selalu habis
ditambah susu formula 2 sdm diencerkan 2 kali/ hari
60 cc air matang
Selalu habis

4
5 7 bulan ASI Semau anak Semau anak
Susu formula 2 sdm diencerkan 2 kali/ hari
60 cc air matang
Selalu habis
Nasi tim, sayur 2kali /hari
1 piring kecil
wortel,bayam, + buah Selalu habis
(pisang, pepaya)
7 bulan ASI Semau anak Semau anak
Nasi tim, sayur 1 piring kecil 2kali /hari
sekarang
Selalu habis
wortel,bayam, + buah
(pisang, pepaya)

Kesan : ASI tidak eksklusif dan pemberian MPASI terlalu dini.

6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak :


Umur Perkembangan
0-3 bulan Motorik Kasar : mengakat kepa
Motorik Halus : menggerakan kepala
Bahasa : mengoceh
Sosial : tersenyum pada ibu
3-6 bulan Motorik Kasar : telungkup
Motorik Halus : mengangkat kepala
Bahasa : mengeluarkan suara bila senang
Sosial : tersenyum saat bermain
6-9 bulan Motorik Kasar : duduk
Motorik Halus : memungut kelerang
Bahasa : bersuara tanpa arti
Sosial : ciluk ba
9-12 bulan Motorik Kasar : berdiri dengan berpegangan
Motorik Halus : masukan benda kemulut
Bahasa : meniru bunyi
Sosial : mengenal anggota keluarga
12 bulan - sekarang Motorik Kasar : berdiri tanpa pegangan, berjalan
Motorik Halus : bertepuk tangan
Bahasa : memanggil ibu bapak
Sosial : bermain dengan boneka dan ibu
Kesan Perkembangan sesuai umur

Pertumbuhan : BB dan PB bulan lalu tidak diketahui

5
7. Riwayat lingkungan dan sosial ekonomi :
Orangtua pasien merokok, tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol dan obat-obatan. Pasien tinggal bersama kedua orangtua dan
neneknya. Ventilasi rumah kurang, lantai rumah masih berupa ubin,
keadaan rumah lembab dan pencahayaan kurang. Nenek tinggal serumah
menderita batuk lama dan belum sembuh. Tetangga sekitar ada yang
mengalami batuk-batuk namun jarak rumah dengan tetangga agak jauh.
Kesan : Keadaan sosial dan ekonomi kurang

8. Riwayat KB
Riwayat KB suntik 3 bulan.

III. NPEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 1 April 2014 jam 09.15
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign :
TD : tidak diperiksa

Nadi : 110x / menit, isi dan tegangan cukup


RR : 40x / menit, tipe pernafasan torakoabdominal
Suhu : 37,8 0 C (aksiler)

Status Interna
Kepala : Mesocepal, UUB menutup
Mata : Conjungtiva palpebra anemis (-/-), Sklera Ikterik(-/-),
reflek cahaya direct (+/+), reflek cahaya indirect (+/+)
edem palpebra (-/-), pupil isokor 2,5 mm/ 2,5 mm.
Hidung : nafas cuping (-), deformitas (-), secret (-)
Telinga : serumen (-), nyeri mastoid (-), nyeri tragus (-)
Mulut : lembab (+), sianosis (-),faring tidak hiperemis,Tonsil T1-1
tidak hiperemis.
Leher : Tiroid (N), Pembesaran limfonodi leher kanan dan kiri
Kanan kiri
Jumlah 1 1
Ukuran :2cm :2cm
Mobilitas (+) (+)
Nyeri tekan (-) (-)

6
Warna sama dengan kulit sekitar (+) (+)
Konsistensi keras keras
Thorax
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis (teraba tidak kuat angkat), thrill (-)
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, Gallop (-),murmur(-)

Pulmo
Tampak Depan Tampak Belakang

SD Vesikuler SD Vesikuler
Wheezing (-), ronki (-) Wheezing (-), ronki (-)

7
Paru Dextra Sinistra
Depan
Inspeksi Normochest, simetris, Normochest, simetris,
kelainan kulit (-), sudut kelainan kulit (-), sudut
arcus costa dalam batas arcus costa dalam batas
normal, SIC dalam batas normal, SIC dalam batas
normal normal
Palpasi Pengembangan pernafasan Pengembangan pernafasan
paru normal paru normal
Simetris, Nyeri tekan (-), Simetris, Nyeri tekan (-),
SIC dalam batas normal, SIC dalam batas normal,
taktil fremitus normal. taktil fremitus normal.
Perkusi
Auskultasi Gerak dada tidak ada yang Gerak dada tidak ada yang
tertinggal, massa (-) tertinggal, massa (-)
Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Suara dasar vesicular, Suara dasar vesicular,
Wheezing (-), ronki (-) Wheezing (-), ronki (-)
Belakang
Normochest, simetris, Normochest, simetris,
Inspeksi
kelainan kulit (-), kelainan kulit (-)
Pengembangan pernafasan Pengembangan pernafasan
Palpasi paru normal paru normal
Simetris, Nyeri tekan (-), Simetris, Nyeri tekan
SIC dalam batas normal, (-), SIC dalam batas
taktil fremitus normal, normal, taktil fremitus
Gerak dada tidak ada yang normal, Gerak dada
Perkusi
tertinggal, massa (-) tidak ada yang
Auskultasi
tertinggal, massa (-)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tamp

8
Abdomen

Inspeksi : Permukaan cembung tidak mengkilat, warna sama


seperti kulit di sekitar, ikterik (-)

Auskultasi : Bising usus (5x/menit) normal

Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, Pekak sisi (+)


normal, pekak alih (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-),


pembesaran Limfonodi inguinal (-).

Extremitas
Superior Inferior

Akral hangat +/+ +/+

Oedem -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Gerak +/+ +/+

Reflek fisiologis +/+ +/+

Reflek patologis -/- -/-

Capillary Refill < 2/<2 <2/2

Pembengkakan - -

9
Sendi Lutut, falang

IV. PEMERIKSAAN KHUSUS


1. Pemeriksaan Antropometri
- Jenis kelamin : Perempuan
- Umur : 19 bulan
- Berat badan : 9 kg
- Tinggi badan : 81,5 cm
- Lingkar kepala : 47 cm
- Lingar lengan atas : 10,5 cm
- Lingkar dada : 35 cm
- Z score :
BB/U : (9 11,0) /1,2 = - 1,67 (gizi normal)
TB/U : (81,5-81,9)/ 3,1 = - 0,19 (gizi normal)
BB/TB : (9-10,9)/ 0,9 = -2,1 (gizi kurang)
- Kesan gizi: gizi anak kurang
2. Skoring TB

Parameter 0 1 2 3 Jumlah

Laporan
keluarga
Tidak (BTA
Kontak TB - BTA (+) 2
jelas negative
atau tidak
jelas)

Positif
(10mm, atau
Uji
Negatif - - 5mm pada -
tuberkulin
keadaan
imunosupresi)

Berat badan - BB/TB Klinis gizi - 1


atau keadaan <90% buruk atau
gizi atau BB/TB
BB/U <70% atau
BB/U

10
<80% <60%

Demam yang
tidak 2
- - - 1
diketahui minggu
penyebabnya

3
Batuk kronik - - - 1
minggu

Pembesaran
1 cm,
kelenjar
jumlah
limfe kolli, - - - 1
>1, tidak
aksila,
nyeri
inguinal

Pembengkak
an Ada
tulang/sendi - pembeng - - -
panggul, kakan
lutut, falang

Normal / Gambara
kelainan n
Foto toraks - -
tidak sugestif
jelas TB*

Jumlah 6

Kesimpulan: Tuberkulosis Anak

RESUME/KESIMPULAN :

11
Seorang anak usia 19 bulan dengan ibunya dengan keluhan dua
bulan yang lalu terdapat benjolan di colli anterior dextra dan sinistra.,
asimetris, bentuk bulat, diameter 2 cm, permukaan halus, konsistensi
kenyal, bisa digerakkan, dan tidak nyeri tekan. Benjolan semakin lama
semakin membesar. Nafsu makan menurun. Berat badan tidak bertambah.
Selama 2 bulan ini suhu anak subfebris. Batuk lebih dari 1 bulan. Dua bula
ini berkeringat dingin malam hari. Nenek batuk lama belum periksa dan
belum diobati tinggal satu rumah dengan pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu aksila 37,8o C, nadi
110x/menit, RR 40x/menit. Pemeriksaan Z-skor didapatkan kesan gizi
kurang. Skor TB Anak didapatkan nilai 6.

V. DAFTAR MASALAH
Anamnesis

1. Batuk berdahak 2bulan


2. Keringat dingin malam hari
3. Nenek batuk lama

Pemeriksaan Fisik

4. Limfadenopati multiple bilateral regio colli anterior (1/1) 2 cm/2 cm


5. Demam subfebris 37,80C axiller 2bulan
6. Status Gizi kurang

Diagnosis klinis : TB paru primer (1,3,4,5,6)


Diagnosis lain :
Diagnosis gizi : kesan gizi kurang
Diagnosis Imunisasi : imunisasi dasar tidak lengkap
Diagnosis sosial : ekonomi kurang

Masalah Aktif Masalah Pasif

12
1. TB paru 1. Bapak merokok
2. Curiga Kontak dengan 2. Ekonomi kurang
nenek
3. Gizi Kurang

INISIAL PLAN
Ip.Dx : TB paru primer
Ip.Tx Medikamentosa
a. KDT (R75/H50/Z150) 1 tablet sehari selama 2 bulan
b. KDT (R75/H50) 1 tablet sehari selama 4 bulan
c. Vitamin B6
d. Parasetamol syrup 5ml (10-15mg/kgBB/hari syrup 125mg/5ml) tiap 8
jam jika anak febris.
Ip.Tx Non-Medikamentosa
a. Asupan gizi TKTP (Tinggi Karbohidrat dan Tinggi Protein)
b. Menganjurkan nenek diperiksa dan diobati
Ip.Monitoring
a. Monitoring konsumsi obat
b. Monitoring Keadaan Klinis (benjolan, batuk, febris)
c. Monitoring keadaan umum, tanda vital, BB dan TB sesuai umur
d. Monitoring Efek Samping Obat
Ip.Edukasi
a. Dari hasil wawancara dan pemeriksaan fisik anak ibu mengalami batuk
lama yang disebabkan oleh bakteri, bisa jadi ditularkan oleh neneknya
yang mengalami gejala sama. Penyakitnya biasa disebut flek paru atau TB
paru.
b. Pengobatan harus rutin tidak boleh terlambat atau lupa minum obat. Jika
tidak ditangani penyakit dapat menyebar ke tulang dan otak. Jangan takut
jika air kencing anak menjadi warna merah, itu efek dari konsumsi obat.
c. Kontrol rutin tiap seminggu, dan jika ada keluhan atau anak sakit segera
bawa ke dokter.
d. Beri anak makanan yang bergizi, makanan tinggi protein (tempe, tahu,
telor, ikan)
e. Bawa nenek yang menderita batuk kronik untuk memeriksakan diri dan
berobat.
f. Bapak hentikan merokok, atau merokok tetapi tidak di dekat anak atau
anggota keluarga yang lain.

13
PEMBAHASAN

1. DEFINISI
Tuberkulosis merupakan penyakit yang sudah sangat lama dikenal oleh
manusia terbukti dengan penemuan relief orang dengan gibbus pada
peninggalan Mesir kuno. Tuberkulosis di sebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Tuberkulosis paling sering mengenai
paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ-organ lain seperti selaput otak,
tulang kelenjar superfisialis, dan lain-lain. Seseorang yang terinfeksi
Mycobacterium tubercolosis tidak selalu menjadi sakit aktif. Beberapa
minggu (2-12 minggu) setelah terinfeksi Mycobacterium tubercolosis terjadi
respon imunitas selular yang dapat di tunjukkan dengan adanya indurasi
setelah dilakukan uji tuberkulin.
Tuberkulosis pada anak memiliki gejala yang tidak khas. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan menemukan kuman tuberkulosis namun pada anak sulit
diperoleh spesimen diagnosis yang dapat dipercaya karena mikroorganisme
penyebab jarang ditemukan pada sediaan langsung dan kultur. Hal ini
menyebabkan penderita tuberkulosis anak sulit terdiagnosis dan ditangani.1

2. EPIDEMIOLOGI

World Health Organization memperkirakan bahwa sepertiga penduduk


dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi oleh M. tuberculosis, dengan angka
tertinggi di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Tuberkulosis, terutama TB paru,
merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang, tetapi

14
juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab
tingginya angka morbiditas dan mortalitas, baik di negara berkembang
maupun di negara maju dengan jumlah penderita yang semakin meningkat.
Peningkatan jumlah kasus tuberkulosis diberbagai tempat ini diduga
disebabkan oleh berbagai hal yaitu diagnosis yang tidak tepat, pengobatan
tidak adekuat, program penanggulangan tidak dilaksanakan dengan tepat,
infeksi endemik HIV, migrasi penduduk, mengobati sendiri, meningkatnya
kemiskinan dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai.2

3. PATOGENESIS

Mycobacterium tuberculosis disebarkan melalui tetesan kecil di udara,


yang disebut droplet nuklei. Droplet dihasilkan dari batuk, bersin, berbicara,
atau bernyanyi oleh seseorang dengan TB paru. Karena droplet ini sangat
kecil, sehingga dapat tetap di udara selama beberapa menit sampai beberapa
jam setelah dikeluarkan dari tubuh penderita. M. tuberkulosis menginfeksi
pertama kali ke sistem pernapasan, namun, organisme dapat menyebar ke
organ lain, seperti limfatik, pleura, tulang / sendi, atau meningeal, dan
menyebabkan tuberkulosis.3,4

Setelah terhirup, droplet masuk saluran pernafasan. Sebagian besar basil


yang terjebak di bagian atas dari saluran nafas, di mana terdapat sel-sel goblet
penghasil mukus dan sel silia. Kedua jenis sel ini menangkap partikel droplet
kemudian membuangnya melalui mekanisme batuk atau bersin. Sistem ini
merupakan mekanisme pertahanan awal untuk mencegah infeksi pada
kebanyakan orang yang terkena TBC.3,4

Bakteri dalam droplet yang melewati sistem mukosiliar dan mencapai


alveoli dengan cepat dikelilingi dan ditelan oleh makrofag alveolar sel-sel
efektor kekebalan tubuh yang paling banyak di dalam alveolar. Makrofag ini
menyerang dan menghancurkan mikobakteri untuk mencegah infeksi.
Makrofag adalah sel fagosit yang memerangi berbagai sel patogen tanpa
memerlukan paparan sebelumnya.5,6

15
Setelah dihancurkan oleh makrofag, mikobakteri terus bertambah banyak
perlahan, dengan pembelahan terjadi setiap 25-32 jam. Terlepas dari apakah
infeksi menjadi terkontrol atau tetap berlangsung, pengembangan awal
melibatkan produksi enzim proteolitik dan sitokin oleh makrofag dalam
upaya untuk menurunkan bakteri. Sitokin dilepaskan menarik limfosit T ke
situs, sel-sel yang membentuk imunitas diperantarai sel. Makrofag kemudian
menyajikan antigen mikobakteri pada permukaan mereka ke sel T. Proses
kekebalan awal ini berlanjut selama 2 sampai 12 minggu, mikroorganisme
terus tumbuh sampai mereka mencapai jumlah yang cukup untuk sepenuhnya
mendapat respon kekebalan yang dimediasi sel, yang dapat dideteksi dengan
tes kulit.7,8

Langkah defensif berikutnya adalah pembentukan granuloma di sekitar


M.tuberculosis. Akumulasi limfosit T dan makrofag aktif, yang menciptakan
lingkungan mikro yang membatasi replikasi dan penyebaran mikobakteri.
Lingkungan ini menghancurkan makrofag dan menghasilkan nekrosis yang
solid di tengah lesi , namun basil mampu beradaptasi untuk bertahan hidup.
Bahkan, M. tuberculosis dapat mengubah fenotip, seperti regulasi protein,
untuk meningkatkan daya hidup sel. Dengan waktu 2 atau 3 minggu,
lingkungan nekrotik yang menyerupai keju lunak, sering disebut nekrosis
caseous, dan ditandai dengan kadar oksigen rendah, rendah pH, dan nutrisi
yang terbatas. Kondisi ini membatasi pertumbuhan lebih lanjut dan menjadi
laten. Lesi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang memadai
umumnya mengalami fibrosis dan kalsifikasi, berhasil mengendalikan infeksi
sehingga basil yang terkandung dalam aktif, lesi sembuh. Lesi pada orang
dengan sistem kekebalan yang kurang efektif berkembang menjadi TB
progresif primer.9,10

Untuk orang-orang dengan system imun kurang, pembentukan granuloma


terjadi awalnya. Namun pada akhirnya tidak berhasil dalam menghancurkan
basil. Jaringan nekrotik mengalami pencairan, dan dinding berserat
kehilangan integritas struktural. Bahan sel nekrotik menjadi setengah cair

16
kemudian dapat mengalir ke dalam bronkus atau pembuluh darah di dekatnya,
meninggalkan rongga berisi udara pada situs asli. Pada pasien yang terinfeksi
dengan M. tuberkulosis, droplet kemudian dikeluarkan melalui mekanisme
batuk dan menginfeksi orang lain. Basil juga dapat mengalir ke sistem
limfatik dan mengumpulkan dalam kelenjar getah bening tracheobronchial
paru-paru yang terkena dampak, di mana organisme dapat membentuk
granuloma caseous baru.

4. FAKTOR RISIKO11

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB


maupun timbulnya penyakit TB pada anak. Faktor-faktor tersebut dibagi
menjadi faktor resiko infeksi dan faktor risiko penyakit.

Risiko infeksi tuberkulosis

Faktor risiko terjadinya infeksi tuberkulosis antara lain:

a. Anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan tuberkulosis aktif


(kontak TB positif)
b. Daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan
sanitasi yang tidak membaik)
c. Tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara atau panti
perawatan lain) yang banyak terdapat pasien tuberkulosis dewasa aktif.
Risiko transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika
pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum positif, infiltrat luas atau
kavitas pada lobus atas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif
dan kuat, serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat terutama
sirkulasi udara yang kurang baik. Pada kasus An. T ini didapatkan informasi
ada positif kontak dengan orang dewasa yang di curigai menderita TB paru
aktif dalam satu rumah. Di ketahui pula bahwa rumah pasien memiliki
ventilasi yang kurangNamun pasien tuberkulosis anak jarang menularkan
kuman pada anak lain atau orang dewasa di sekitarnya karena:

17
a. Jumlah kuman pada tuberkulosis anak biasanya sedikit (paucibacillary),
tetapi karena imunitas anak masih lemah jumlah yang sedikit tersebut
sudah mampu menyebabkan sakit.

b. Lokasi infeksi primer yang kemudian berkembang menjadi sakit


tuberkulosis primer biasanya terjadi di daerah parenkim yang jauh dari
bronkus, sehingga tidak terjadi produksi sputum.

c. Sedikitnya atau tidak ada produksi sputum dan tidak terdapatnya reseptor
batuk di daerah parenkim menyebabkan jarangnya gejala batuk pada
tuberkulosis anak.

Resiko sakit tuberkulosis

Anak yang telah terinfeksi tuberkulosis tidak selalu akan


mengalami sakit tuberkulosis. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
berkembangnya infeksi tuberkulosis menjadi sakit tuberkulosis antara lain:

a. Usia

Anak berusia 5 tahun mempunyai berisiko lebih besar mengalami


progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selulernya belum
berkembang sempurna (imatur). Namun risiko sakit TB ini akan
berkurang secara bertahap seiring dengan pertambahan usia. Anak
berusia < 5 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami TB
diseminata (seperti TB milier dan meningitis TB). Risiko
progresivitas dari infeksi menjadi sakit tuberkulosis meningkat
pada 1 tahun pertama setelah infeksi, terutama 6 bulan pertama.
Pada bayi, rentang waktu antara terjadinya infeksi dan timbulnya
sakit TB singkat (kurang dari 1 tahun) dan biasanya timbul gejala
yang akut. Jika menilik dari sehingga An. T berisiko lebih besar
mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB, karena usianya baru
19 bulan.

18
b. Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin
(dari negatif menjadi positif) dalam 1 tahun terakhir.

c. Malnutrisi, keadaan imunokompromais, diabetes mellitus, gagal


gijal kronik.

d. Sosial ekonomi yang rendah, kepadatan hunian, penghasilan yang


kurang, pengangguran, pendidikan yang rendah. Virulensi dari M.
Tuberculosis dan dosis infeksinya.

5. MANIFESTASI KLINIK12

Diagnosis TB pada anak sulit ditegakkan, keluhan dapat bersifat umum


dan spesifik. Keluhan umum adalah demam yang lama tanpa diketahui
sebabnya, berat badan yang tidak naik dalam jangka waktu tertentu,
anoreksia, lesu, dan sebagainya. Gejala khusus dapat berupa gibbus, atau
plikten pada konjungtiva, bergantung pada organ yang terlibat.

Adanya demam pada TB merupakan gejala sistemik atau umum yang


sering dijumpai. Demam biasanya tidak terlalu tinggi, naik turun, dan
berlangsung cukup lama. Selain demam, gejala lain yang sering adalah
penurunan berat badan. Keluhan batuk yang merupakan gejala utama pada
TB dewasa, tidak merupakan gejala yang menonjol pada TB anak. Hal ini
disebabkan karena pada TB anak, prosesnya adalah pada parenkim yang tidak
mempunyai reseptor batuk. Meskipun demikian, pada TB anak dapat terjadi
batuk apabila pembesaran kelenjar yang terjadi sudah menekan bronchus.

Gejala khusus yang mungkin timbul adalah gibbus, konjungtivitis


fliktenularis, dan skrofuloderma. Harus dibedakan penyebab
konjungtivitisnya apakah karena TB atau infeksi parasit atau infeksi lainnya.
Demikian pula skrofuloderma harus dibedakan dari limfadenitis non
tuberculosis atau infeksi banal. Pada skrofuloderma terdapat benjolan yang

19
multiple, tidak nyeri tekan, warna kulit sama seperti sekitarnya, ulkus,
bridging dan berwarna livide.

Sistem skoring TB12

Parameter 0 1 2 3 Jumlah
Laporankeluar
Tidak ga (BTA
Kontak TB - BTA (+) 2
jelas negative atau
tidak jelas)
Positif (10
mm, atau 5
Uji tuberkulin Negatif - - mm pada -
keadaan
imunosupresi)
Klinis gizi
BB/TB
Berat badan buruk atau
<90% atau
atau keadaan - BB/TB <70% - 1
BB/U
gizi atau BB/U
<80%
<60%
Demam yang
2
tidak diketahui - - - 1
minggu
penyebabnya
3
Batukkronik - - - 1
minggu
Pembesaran
1 cm,
kelenjar limfe
- jumlah>1, - - 1
kolli,aksila,ing
tidaknyeri
uinal
Pembengkakan
Ada
tulang/sendipa
- pembengk - - -
nggul, lutut,
akan
falang
Normal / Gambaran
Fototoraks kelainanti sugestif - -
dakjelas TB*
Jumlah 6

Anamnesis12,13
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan diri, jelaskan maksud Anda
2. Tanyakan keluhan utama:

20
a. penurunan nafsu makan, berat badan turun atau sulit naik (penurunan
berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal
tumbuh)
b. demam tanpa sebab yang jelas, terutama bila berlanjut sampai 2
minggu
c. batuk kronis lebih dari sama dengan 3 minggu dengan atau tanpa
wheeze
d. benjolan di leher, benjolan di punggung
e. perut membesar atau benjolan di perut, pincang atau pembengkakan
sendi, kejang
3. kontak dengan pasien TB dewasa
4. imunisasi BCG

Pemeriksaan Fisik12,13
1. Terangkan bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik
2. Lakukan pemeriksaan berat badan dan tinggi/panjang badan
3. Tentukan keadaan sakit ringan, sedang atau berat
4. Lakukan pengukuran tanda vital:
a. Kesadaran
b. Tekanan darah
c. Laju nadi
d. Laju pernafasan
e. Suhu tubuh
5. Apakah ada dispneu
6. Periksa sklera, apakah ikterik?
7. Periksa konjungtiva palpebra, apakah anemis? Funduskopi?
8. Periksa leher, ada pembesaran kelenjar getah bening? Adakah tanda
rangsang meningeal?
9. Periksa jantung, bunyi jantung redup/tidak?
10. Periksa paru, adakah ronchi? Tanda-tanda atelektasis? Tanda-tanda efusi
pleura?
11. Periksa abdomen, ada distensi? Sakit daerah abdomen yang difus? Asites?
Benjolan?
12. Periksa hati, apakah ada hepatomegali?
13. Periksa lien, adakah splenomegali?
14. Ekstremitas, adakah kelainan neurologis? Pembengkakan? Deformitas?

Pemeriksaan Penunjang12,13

1. Periksa darah lengkap


2. Periksa urin rutin
3. Periksa feses rutin

21
4. Periksa uji tuberkulin
5. Periksa foto thoraks AP dan lateral, foto sendi/tulang
6. Pemeriksaan BTA/Kultur (biasanya bilas lambung)
7. Bila ada cairan pleura/asites, pemeriksaan sitologi, BTA, dan kultur M.TB
8. Pemeriksaan histopatologi
9. Bila dicurigai meningitis, lakukan pemeriksaan pungsi lumbal.

6. TATALAKSANA14

a. Medikamentosa
Obat TB utama (first line, lini pertama) saat ini adalah (R) rifampisin, (H)
isoniazid, (Z) pirazinamid, (E) etambutol, (S) streptomisin
Rifampisin dan isoniazid merupakan pilihan obat pilihan utama dan
ditambah dengan pirazinamid, etambutol, dan streptomisin.
Obat TB lain (second line, lini kedua) adalah para-aminosalicylic acid
(PAS), cycloserin terizidone, ethionamide, prothionamide, ofloxacin,
levofloxacin, moxiflokxacin, gatifloxacin, ciprofloxacin, kanamycin,
amikacin, dan capreomycin, yang digunakan jika terjadi MDR.

Tabel Obat Antituberkulosis yang Biasa Dipakai dan Dosisnya

Nama Obat Dosis harian Dosis Efek Samping


(mg/kgBB/hari) maksimal

Isoniazid 5-15* 300 hepatitis, neuritis


perifer,
hipersensitivitas

Rifampisin** 10-20 600 gastrointestinal,


reaksi kulit,
hepatitis,
trombositopenia,
peningkatan enzim
hati,

Pirazinamid 15-30 2000 cairan tubuh


berwarna orange
kemerahan

22
toksisitas hati,
atralgia,
gastrointestinal

Etambutol 15-20 1250 Neuritis optik,


ketajaman mata
berkurang, buta
warna merah-hijau,
penyimpatan
lapang pandang

Streptomisin 15-40 1000 Hipersensitivitas,


gastrointestinal
ototoksik,
nefrototoksik

*Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh


melebihi 10 mg/kgBB/hari.
** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain
karena dapat mengganggu bioavailibilitas rifampisin.

Tabel Dosis Kombinasi Pada Tuberkulosis Anak

Berat badan (kg) 2 bulan 4 bulan


RHZ (75/50/150 mg) RH (75/50 mg)

5-9 1 tablet 1 tablet

10-14 2 tablet 2 tablet

15-19 3 tablet 3 tablet

20-32 4 tablet 4 tablet

Pada kasus An. T (BB = 9 kg ) dosis terapi yang diberikan yaitu KDT RHZ
1 tablet sehari selama 2 bulan, di lanjutkan KDT RH 1 tablet sehari 4
bulan dan vitamin B6 1 kali sehari selama terapi.

b. Non medikamentosa
1. Pendekatan DOTS :

23
Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk
dukungan dana
Diagnosis TB dengan pemeriksaan sputum secara mikroskopis
Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat (PMO)
Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu
terjamin
Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan
pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB
2. Sumber penularan dan case finding :dicari sumber penularannya yang
menyebabkan anak tertular. Pelacakan sumber infeksi dilakukan
dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA sputum. Bila sudah
ditemukan, perlu pula dilakukan pelacakan sentrifugal, yaitu mencari
lainnya yang mungkin juga tertular dengan cara uji tuberkulin.
3. Aspek edukasi dan sosial ekonomi : Hygienitas, penanganan gizi yang
baik, meliputi cakupan asupan makanan, vitamin, dan mikronutrien.
Edukasi ditujukan kepada pasien dan keluarganya agar mengetahui
mengenai TB.

24
RINGKASAN

Pada tulisan ini dilaporkan kasus seorang anak dengan benjolan di leher
kanan dan kiri disertai demam selama 2 bulan dan batuk berdahak selama 1
bulan dengan pembahasan diagnosis, pengelolaan dan terapinya.

Klinis didapatkan seorang anak perempuan, 19 bulan, BB 9 kg, panjang


badan 81,5 cm. Dari anamnesis diperoleh bahwa selama 2 bulan ini anak demam,
dan keluar keringat dingin pada malam hari. Terdapat batuk berdahak, tidak sesak
nafas, tidak biru-biru, tidak pilek, tidak mencret, buang air kecil dan air besar
tidak ada kelainan. Anak diberi obat paracetamol tetapi tidak ada perbaikan. Dan
terdapat benjolan di leher kanan dan kiri. Anak kemudian dibawa ke Puskesmas.

Riwayat panas nglemeng sebelumnya disangkal, riwayat alergi disangkal,


riwayat rawat inap disangkal, riwayat asma disangkal. Riwayat kontak dengan
penderita batuk-batuk lama/ penderita TB Paru disangkal namun dari keluarga
tersebut ada yang menderita batuk lama dan belum mendapat pengobatan yaitu
nenek dari anak tersebut.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 110 x/menit (isi dengan tegangan
cukup), frekuensi nafas 40 x/menit, suhu 37,8 0C axiller. Pada pemeriksaan fisik

25
didapatkan mata cekung (-), nafas cuping (-), sekret (-), pembesaran kelenjar limfe
(+). Pada pemeriksaan dada tidak didapatkan kelainan. Pada auskultasi paru
didapatkan suara dasar vesikuler dan tidak ditemukan suara tambahan

Status gizi menurut Z score didapatkan kesan gizi kurang (BB/TB = -2,1 ;
BB/U = -1,67 ; PB/U = -0,19.

Berdasarkan skorring TB didapatkan hasil 6 yang artinya anak tersebut


dinyatakan terkena tuberkulosis primer. Diperlukan pengobatan yang rutin selama
2 bulan dan dilakukan pemantauan dari tanda vital ( tekanan darah, nadi,
respiratory rate, suhu), konsumsi obat. Jika pengobatan 2 bulan berespon baik
maka pengobatan dilanjutkan sampai 4 bulan. Jika anak belum menunjukkan
perbaikan maka anak akan dirujuk untuk dicari penyebab utamanya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak. Jakarta.


2. Editor: R, Nastiti N. S, Bambang. S, Darmawan Budi. 2008. Buku Ajar
Respirologi Anak Edisi Pertama. IDAI
3. Lee RB, Li W, Chatterjee D, Lee RE. Rapid structural characterization of
the arabinogalactan and lipoarabinomannan in live mycobacterial cells
using 2D and 3D HR-MAS NMR: structural changes in the arabinan due
to ethambutol treatment and gene mutation are observed. Glycobiology.
2005;15(2):13915
4. American Thoracic Society and Centers for Disease Control and
Prevention. Diagnostic standards and classification of tuberculosis in
adults and children. Am J Respir Crit Care Med. 2000;161(4 pt 1):1376
1395.
5. Korf JE, Pynaert G, Tournoy K, et al. Macrophage reprogramming by
mycolic acid promotes a tolerogenic response in experimental asthma. Am
J Respir Crit Care Med. 2006;174(2):152160.

6. van Crevel R, Ottenhoff THM, van der Meer JWM. Innate immunity to
Mycobacterium tuberculosis. Clin Microbiol Rev. 2002;15: 294309.

26
7. Porth CM. Alterations in respiratory function: respiratory tract infections,
neoplasms, and childhood disorders. In: Porth CM, Kunert
MP.Pathophysiology: Concepts of Altered Health States. Philadelphia, PA:
Lippincott Williams & Wilkins; 2002:615619.
8. Nicod LP. Immunology of tuberculosis. Swiss Med Wkly. 2007;137(25
26):357362.
9. Li Y, Petrofsky M, Bermudez LE. Mycobacterium tuberculosis uptake by
recipient host macrophages is influenced by environmental conditions in
the granuloma of the infectious individual and is associated with impaired
production of interleukin-12 and tumor necrosis factor alpha. Infect
Immun.2002;70:62236230.
10. Dheda, K, Booth H, Huggett JF, et al. Lung remodeling in pulmonary
tuberculosis. J Infect Dis. 2005;192:12011210.

11. Zain, MS., Dadiyanto, DW.,Anam, MS. Tuberkulosis dalam Buku Ajar
Ilmu KesehatanAnak. Semarang: DepartemenIlmuKesehatanAnak FK
UNDIP, 2011. Hal: 178-192.

12. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman
bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama Di Kabupaten/Kota. Jakarta:
DepartemenKesehatan RI, 2008. Hal: 113-19.

13. Diagnostic Standarts and Classifications of Tuberculosis in Adults and


Children. Am J RespirCrit Care Med 2000; (161). P.1376-95.

14. Pedoman nasional tuberkulosis anak edisi ke-2 UKK Respirologi PP


Ikatan Dokteer Anak Indonesia 2007

27

Anda mungkin juga menyukai