Anda di halaman 1dari 17

STATUS RESPONSI

ILMU KESEHATAN ANAK

KEJANG DEMAM

Disusun oleh :

Irstina Tassa Novera 4151131458


Dita Siwi Wulandari 4151131462
Gusti Ayu Sinta D.A 4151131475
Yudha Febrian 4151131477
Yustina Amelia 4151131419
Fitri Dwiyani 4151131431
Rosalina Helmi 4151131453
Yunike Putri Nurfauzia 4151131470
Primandika Rachmanda 4151131508
XLIII-EF

Preceptor:
Elly Noer Rochmah, dr., SpA., M.Kes
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RS DUSTIRA / FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI
CIMAHI
2014

STATUS RESPONSI
I. ANAMNESIS (Heteroanamnesis tanggal 20 November 2014)

A. KETERANGAN UMUM
Nama Penderita : An. HH
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Cimahi, 18 Maret 2013 ( umur 1 th 8 bln )
Partus : Spontan Oleh : Bidan
Alamat : Kp. Sukawangi, Jelegong RT/RW 03/05
Soreang Bandung
Kiriman dari : UGD RS Dustira
Dengan diagnosis : Kejang Demam Kompleks
AYAH : Nama : Tn. AM
Umur : 37 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp 2.000.000/bulan
Alamat : Kp. Sukawangi, Jelegong RT/RW 03/05
Soreang Bandung
IBU : Nama : Ny. I
Umur : 37 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh pabrik
Alamat : Kp. Sukawangi, Jelegong RT/RW 03/05
Soreang Bandung
Jumlah Anak :2
Anak Yang Hidup :2
1. DK 17 Tahun/Laki-laki/Sehat
2. HH 1 Tahun/Laki-laki/Sakit
Tgl. Masuk : 19 November 2014
Tgl. Pemeriksaan : 20 November 2014

B. KELUHAN UTAMA
Kejang
C. ANAMNESIS KHUSUS
Ibu pasien mengatakan pasien kejang 30 menit SMRS. Kejang terjadi
sebanyak 5 kali dalam 1 hari, masing-masing selama 15 menit dan anak tidak sadar
diantara kejang. Kejang didahului oleh demam 3 jam sebelumnya. Saat kejang anak
tidak sadarkan diri dan kejang diawali dengan mata terbelalak ke atas, diikuti dengan
kejang pada kedua sisi tubuh anak. Setelah kejang, anak tidak sadarkan diri dan
mengompol.

D. ANAMNESIS UMUM
Keluhan seperti ini baru pertama kali terjadi pada pasien. Ibu pasien
mengatakan kakak pasien juga pernah mengalami kejang yang didahului demam saat
berusia 2 tahun. Riwayat kejang tanpa demam di keluarga disangkal. Riwayat trauma
kepala sebelumnya, luka di tubuh, tertusuk paku, sukar membuka mulut, kaku tubuh
disangkal. Menurut ibu pasien, 3 hari sebelum demam pasien mengalami batuk dan
pilek dengan sekret yang berwarna kehijauan. Keluhan tidak disertai dengan suara
menangis serak.

E. ANAMNESIS TAMBAHAN

1. RIWAYAT IMUNISASI

Nama Dasar (bulan) Ulangan (tahun)

Hepatitis B 0 1 6
BCG 1
DTP 2 4 6
Polio 0 2 4 6
Campak 9
Imunisasi dasar lengkap
2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah : Sehat
Ibu : Sehat
Saudara : Sehat
3. KEPANDAIAN
Berbalik : 4 bulan
Duduk tanpa bantuan : 6 bulan
Duduk tanpa pegangan : 7 bulan
Bicara 1 kata : 12 bulan
Bicara 1 kalimat : 15 bulan
Berjalan 1 tangan dipegang : 13 bulan
Berjalan tanpa dipegang : 18 bulan

4. GIGI GELIGI
- Pertama : 9 bulan Gigi Tetap : 7654321 1234567
7654321 1234567
- Sekarang : 20 buah Keterangan :
X : Gigi tanggal
O : Gigi karies
5. MAKANAN
KUALITAS
UMUR JENIS MAKANAN KUANTITAS
-ASI eksklusif On Demand Baik
0 4 Bulan

-ASI On Demand Baik


4 6 Bulan -Bubur susu 1-2 Mangkok kecil /hr Cukup
-Buah buahan 1-2 x sehari
-ASI On Demand Baik
-Bubur Susu 2-3 Mangkok kecil /hr Cukup
6 10 Bulan
- Biskuit +/- 3 keping / hari Cukup
- Buah buahan 1-2 x sehari Cukup
-ASI On Demand Baik
-Nasi Tim + Sayur + 2 Mangkok sdng /hr Cukup
10 12 Bulan
Daging
-Buah buahan 1-2 x sehari Cukup
12 24 Bulan -ASI On Demand Baik
-Nasi + daging + 3 Mangkok sdng /hr Cukup
sayur
Cukup
-Buah buahan 1-2 x sehari

-Nasi + daging + 3 Mangkok sdng /hr


24 bulan Cukup
sayur
Sekarang
-Buah buahan 1-2 x sehari
Cukup

6. PENYAKIT YANG SUDAH DIALAMI (Beri tanda V pada yang dialami)

Campak Diare Asma

Batuk rejan Demam Tifoid Eksim

TBC Kuning Kaligata

Dif teri Cacar Batuk pilek

Tetanus Kejang

II. PEMERIKSAAN FISIK

1. PENGUKURAN
Umur : 1 tahun 8 bulan
Berat Badan : 10,6 Kg
Panjang Badan : 85 cm
Lingkar Kepala : 49 cm
Status Gizi : BB/U = Presentil 0 s/d -1
TB/U = Presentil 0
BB/TB = Presentil -1
LK/U = Presentil 1s/d 2

KEADAAN UMUM (Kesan Umum dari pemeriksa)


Keadaan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TANDA VITAL
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 132 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 49 x/menit, tipe abdominothorakal
Suhu : 38,8oC

2. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Kepala : Simetris, Normochepal
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera : Ikterik : -/-
Konjungtiva : Anemis : -/-
Pupil : Bulat isokhor
THT : Hidung : PCH (-) Rhinorea -/-
Telinga : Tidak ada kelainan
Tenggorokan : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 T1, tenang, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Bibir : Basah
Mulut : Lidah : Tidak ada kelainan
Gusi : Tidak ada kelainan
Gigi : Tidak ada kelainan

2. Leher
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba
Kaku Kuduk : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

3. Thorax
a. Dinding Dada
Depan
R L
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-

Belakang Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris L R


Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-

b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
R L
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS 5 Linea
Midclavicularis Sinistra
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni reguler
Bunyi Jantung tambahan tidak ada

4. Abdomen
Inspeksi : Datar, supel
Palpasi : Lembut, Nyeri tekan (+) a/r epigastrium
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Perkusi : Thympani
Auskultasi : Bising usus (+)

5. Genitalia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Maturitas : Tanner I
Kelainan : Tidak ada kelainan

6. Anggota Gerak
Atas
Kulit : Tidak ada kelainan
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Tidak ada kelainan
Refleks : Tidak ada kelainan
Bawah
Kulit : Tidak ada kelainan
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Tidak ada kelainan
Refleks : Tidak ada kelainan

7. Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-)

8. Pemeriksaan Saraf
GCS : 15 5 5
Kekuatan otot :
KPR/APR : +/+
5 5
Atrofi otot: (-)
Fungsi vegetatif: (+)
Sensorik : t.a.k
Motorik : t.a.k

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. LABORATORIUM tanggal 19 November 2014
Lab 19/11/14
HS: 3, HR:2
Hb (gr/dl) 9,6
Leukosit (sel/mm3) 17.000
Ht (gr/dl) 29,6
Trombosit (sel/mm3) 260.000
Eritrosit (sel/mm3) 4,3 juta
MCV (fl) 69,3
MCH (pq) 22,5
MCHC (gr/dl) 32,4
RDW (%) 17,0
Basofil (%) -
Eosinofil (%) -
Segmen (%) 79,6
IV.RESUME Limfosit (%) 10,9
Monosit (%) 9,5 Dari
heteroanamnesa Ibu pasien mengatakan pasien kejang sebanyak 5 kali dalam 1 hari.
Masing-masing selama 15 menit, anak tidak sadar diantara kejang. Kejang didahului
oleh demam 3 jam sebelumnya. Saat kejang anak tidak sadarkan diri dan kejang
diawali dengan mata terbelalak ke atas, diikuti dengan kejang pada kedua sisi tubuh
anak. Setelah kejang, anak tidak sadarkan diri dan mengompol.
3 hari sebelum demam pasien mengalami batuk dan pilek dengan sekret yang
berwarna kehijauan. Keluhan tidak disertai dengan suara menangis serak. Keluhan
baru pertama kali terjadi pada pasien. Riwayat kejang demam kakak (+), riwayat
epilepsi di keluarga (-), Riwayat trauma kepala, tetanus (-).
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 132 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 49 x/menit, tipe abdominothorakal
Suhu : 38,8oC
Mata : Sklera : Ikterik : -/-
Konjungtiva Anemis: -/-
Pupil : Bulat isokhor
THT : Hidung : Rhinorrhea -/-
Tenggorokan: Hiperemis (-)
Tonsil : T1 T1, tenang, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Thorax :
Bentuk dan gerak simetris, VBS ki=ka
BJ I & II Murni reguler, bunyi jantung tambahan (-)
Abdomen :
Datar, soepel, nyeri tekan (-), distensi abdomen (-)
Hepatomegali (-), Splenomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2detik
Pemeriksaan Saraf
GCS : 15 5 5
Kekuatan otot :
KPR/APR : +/+
5 5
Atrofi otot: (-)
Fungsi vegetatif: (+)
Sensorik : t.a.k
Motorik : t.a.k
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan:

Hb (gr/dl) 9,6
Leukosit (sel/mm3) 17.000
Ht (gr/dl) 29,6
Trombosit (sel/mm3) 260.000
Eritrosit (sel/mm3) 4,3 juta
V. DIAGNOSIS
Diagnosis Differential :
- Kejang demam kompleks e.c rhinofaringitis
- Kejang demam kompleks e.c. Tonsilofaringitis

Diagnosis Kerja :
- Kejang demam kompleks e.c rhinofaringitis

VI. USUL PEMERIKSAAN:


- Analisa Gas Darah
- EEG
- CT-scan
DISKUSI

Berdasarkan heteroanamnesis yang didapatkan dari orang tua os, os berusia 1

tahun 8 bulan datang dengan keluhan kejang sebanyak 5x dengan durasi masing-

masing 15 menit. Kejang didahului panas badan. Kejang demam terjadi suatu proses

ekstrakranial yaitu suatu kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38 C ), kejang disertai

demam pada anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam tidak termasuk dalam

kejang demam. Kejang demam biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan sampai 5

tahun dengan puncak pada usia 18 bulan. Sebagian besar kejang demam adalah tonik

klonik, orang tua sering melaporkan bentuk kejang adalah kaku kedua sisi tubuh,

klojotan, pucat, dan ngompol, diikuti oleh periode tidur. Berdasarkan manifestasi

kliniknya, kejang demam dapat dibagi 2 yaitu:

Kejang demam kompleks :


Bila ada satu dari gejala berikut
1. Kejang berlangsung lama 15 menit atau lebih
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang

parsial
3. Kejang berlangsung 2 kali atau lebih dalam 24 jam
Kejang demam sederhana
Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria kejang demam kompleks disebut

sebagai kejang sederhana.


1. Biasanya berlangsung kurang dari 15 menit
2. Bangkitan kejang tonik klonik umum
3. Serangan sering kali berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal dan tidak

berulang dalam waktu 24 jam


4. Kejang demam sederhana tidak disertai kelainan neurologik yang jelas

sebelum dan sesudah kejang

Keluhan didahului dengan febris dan rhinitis sejak 3 hari SMRS. Berdasarkan

heteroanamnesa yang didapatkan, os febris disertai dengan rhinitis akut.


Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik ditemukan reflex fisiologis +/+ normal

dan reflex patologis (-). Hal ini menunjukkan bahwa pada os tidak terjadi kejang

akibat proses intra kranial.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi lengkap
Dapat dilakukan untuk membantu mengetahui etiologi demam
b. Pemeriksaan elektrolit dan glukosa darah
Dilakukan bila anak mengalami diare, muntah atau hal lain yang dapat

mengganggu keseimbangan elektrolit atau gula darah


2. Pungsi Lumbal
Indikasi pungsi lumbal adalah menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan

meningitis. Bila pasti bukan meningitis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

Pungsi lumbal dianjurkan pada :


o Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
o Bayi antara 12-18 bulan
3. Elekroenselografi (EEG)
Pemeriksaan elektroenselografi tidak dapat memprediksi berlangsungnya

kejang, atau memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan

kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karena itu

pemeriksaan ini tidak direkomendasikan

Patofisiologi

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1c akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15% dan meningkatkan kebutuhan oksigen sebesar 20%.

Sehingga kenaikan suhu tertentu dapat menyebabkan perubahan keseimbangan dari

membran sel neuron terhadap Na+. Dalam waktu singkat akan terjadi peningkatan

natrium ke dalam sel melalui membran tersebut. Akibatnya timbul potensial aksi.

Potensial aksi dihantarkan ke seluruh sel saraf melalui sinap dengan perantara

neurotransmitter sehingga timbul lah kejang. Kejang demam yang berlangsung


singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Pada kejang

yang lebih dari 15 menit akan menigkatkan kebutuhan oksigen dan energi untuk

kontraksi otot skelet sehingga pada akhirnya dapat menimbulakan hipoksemia,

hiperkapnia, asidosis laktat, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak

teratur dan suhu tubuh yang semakin meningkat.

peningkatan natrium
Demam ke dalam sel
tinggi

mengakibatkan kenaikan metabolisme basal


10-15% dan meningkatkan kebutuhan
oksigen sebesar 20%

perubahan keseimbangan dari membran sel


neuron terhadap Na+

timbul potensial aksi

Potensial aksi dihantarkan ke seluruh sel


saraf

Kejang

<15 menit >15 menit

tidak menigkatkan kebutuhan


menimbulkan oksigen dan energi untuk
gejala sisa kontraksi otot skelet
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat, hipotensi arterial disertai
denyut jantung yang tidak teratur
dan suhu tubuh yang semakin
meningkat.
Tatalaksana

Umum

- Edukasi orangtua bahwa kejang demam sebagian besar tidak

berbahaya
- Jelaskan pada orangtua cara menangani kejang demam di rumah.

KhususPemberian Obat pada saat demam

a. Antipiterik
Pemberian antpiretik pada saat demam dianjurkan, dosis 10-

15mg/kgBB/kali pemberian, 2-3x sehari hingga demam hilang.

Belum ditemukan bukti bahwa pemberian antipiretik saja dapat

mengurangi risiko terjadinya kejang demam


b. Antikonvulsan (pengobatan intermitten)
Pemberian diazepam dosis 0,3-0,5 mg/kgBB tiap 8 jam pada saat

demam dapat menurunkan risiko berulangnya kejang demam.

Diazepam dapat diberikan selama demam (biasanya 2-3 hari).

Diazepam per rektal juga dapat digunakan, dosis 5 mg untuk

berat badan <10kg dan dosis 10 mg untuk berat badan >10kg.

Pemberian fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat

demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.

Pengobatan kejang (anak datang dalam keadaan kejang)


Pemberian diazepam per rektal pada saat kejang sangat efektif untuk

menghentikan kejang dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah.

Apabila kejang masih berlangsung maka pemberian diazepam per rektal

dapat diulang satu kali sebelum dibawa ke urmah sakit.

Pemberian antikonvulsan terus-menerus (rumatan)

Fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis dan asam valproat 20-

40mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis terus menerus dapat digunakan untuk

menurunkan risiko berulangnya kejang demam. Antikonvulsan rumatan

diberikan selama 1 tahun. Perlu dipertimbangkan keuntungan dan

kerugian pemberian obat antikonvulsan rumatan, efeks amping yang

harus diperhatikan pada pemakaian fenobarbital yaitu penurunan fungsi

kognitif dan gangguan perilaku. Asam valproat juga dapat

mengakibatkan gangguan fungsi hati yang berat terutama bila diberikan

pada anak usia <2tahun disamping harganya yang cukup mahal.

Indikasi pemberian antikonvulsan rumatan adalah bila lama kejang > 15

menit, ditemukan kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah

kejang, dan apabila tipe kejang fokal atau parsial.

Prognosis

Risiko berulangnya kejang demam

Sekitar 1/3 anak dapat mengalami kejang demam berulang, 10% dapat

terjadi > 3x. faktor risiko yang tetap yaitu adanya riwayat kejang

demam di keluarga, usia saat kejang demam pertama kali < 18bulan,
tingginya suhu tubuh saat kejang, dan lamanya demam hingga terjadi

kejang. Rekurensi kejang demam :

50% dalam 6 bulan pertama

75% dalam tahun pertama

90% dalam tahun kedua

KD pertama <1th : 50%

KD pertama >1th : 28%

Risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari.

Sebesar 2-10% penderita kejang demam mengalami epilepsi di

kemudian hari.

Gangguan perkembangan saraf, kejang demam kompleks, riwayat

epilepsy dalam keluarga, dan lamanya demam hingga terjadi kejang. 1

faktor (+) berisiko 3-5% dan 2-3 faktor (+) berisiko 13-15%. Jenis

epilepsi beragam (absens, tonik, klonik, tonik-klonik, dan parsial

kompleks).

Risiko mengalami kecacatan atau kematian

Kejadian kecacatan dan kematian sebagai komplikasi kejang demam

tidak pernah dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai