Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

DBD DERAJAT III + EFUSI PLEURA SINISTRA

Oleh:
Herlin Sela Sarundaitan
16014101033

Supervisor Pembimbing:
dr. Jose M. Mandei, Sp.A (K)

PERIODE KKM:
14 November 2016 –22 Januari 2017

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATANANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAMRATULANGI
RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU
MANADO
2016

1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus dengan judul “DBD derajat III + Efusi Pleura Sinistra” telah
dikoreksi, dibacakan, dan disetujui pada tanggal 2017

Mengetahui,

Residen Pembimbing

dr.Rinwiati Tamaka

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing

dr. Jose M. Mandei, Sp.A (K)

Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak

FK UNSRAT/BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Dr. dr. Rocky Wilar, Sp.A (K)

2
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi virus dengue adalah masalah kesehatan global dan merupakan


salah satu penyebab penyakit pada anak-anak di Asia Tenggara yang perlu
mendapatkan perawatan di rumah sakit. Demam dengue (DD) dan demam
berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, dan trombositopenia.1

Host alami DBD adalah manusia, agen nya adalah virus dengue yang
termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe
yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den -4 2, ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Stegomiya
albopictus (dulu Aedes Albopictus), yang terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia3. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe yang bersangkutan, sehingga tidak memberikan perlindungan memadai
terhadap serotipe lain tersebut.

Dalam tiga dekade terakhir terjadi peningkatan angka kejadian penyakit


tersebut di berbagai negara yang dapat menimbulkan kematian sekitar kurang dari
1%. Kejadian luar biasa penyakit telah sering dilaporkan dari berbagai negara.
Penyakit dengue terutama ditemukan didaerah tropis dan subtropis dengan sekitar
2,5 milyar penduduk yang mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit ini.
Diperkirakan setiap tahun sekitar 50 juta manusia terinfeksi virus dengue yang
500.000 di antaranya memerlukan rawat inap, dan hampir 90% dari pasien rawat
inap adalah anak-anak. Asia Tenggara dengan jumlah penduduk sekitar 1,3 milyar
merupakan daerah endemis, Indonesia bersama dengan Bangladesh, India,
Maladewa, Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste termasuk ke dalam
kategori endemik A (endemik tinggi). Di negara tersebut penyakit dengue

3
merupakan alasan utama rawat inap dan salah satu penyebab utama kematian pada
anak.4

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu


masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan
luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali
ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang
terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK):
41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.5

Morbiditas dan mortalitas pasien demam berdarah dengue dilaporkan


berbagai negara bervariasi yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain status
umur penduduk, kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi
serotipe virus dengue dan keadaan meteorologis 6.

Pasien DBD yang datang ke unit gawat darurat bervariasi mulai dari yang
ringan hingga berat disertai tanda-tanda perdarahan spontan masif dan syok. Pada
kasus ringan dapat tidak ada gejala, tetapi gejala khas pada DBD adalah adanya
demam 2 – 7 hari mendadak tinggi, suhu tubuh naik tinggi dan tidak membaik
dengan obat penurun panas diikuti dengan muka kemerahan, eritema, nyeri
seluruh tubuh, atralgia, nyeri kepala, beberapa pasien mengeluhkan adanya nyeri
tenggorokkan atau mata merah. Gejala lain yang dapat timbul adalah adanya
pembesaran hepar sampai pada keadaan berat yaitu syok. 7-8

Syok pada pasien DBD dikenal dengan istilah Dengue Syok Sindrom
(DSS) yaitu terjadinya kegagalan peredaran darah karena kehilangan plasma
darah akibat peningkatan permeabilitas kapiler darah. Syok yang biasanya terjadi
pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke 3 sampai hari sakit ke 7
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskular sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritonium, hipoproteinemia,
hemokonsentrasi dan hipovolemia yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik
vena, preload miokard, volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi
disfungsi sirkulasi dan penurunan perfusi organ. Kewaspadaan terhadap tanda

4
awal syok pada pasien DBD sangat penting, karena angka kematian pada DSS
sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan pasien DBD tanpa syok. 9-10

5
BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama : AT
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir/ Umur : 16 Juni 2016 / 2 tahun 5 bulan
Lahir di : Rumah sakit
Partus : Spontan letak belakang kepala
Berat badan lahir : 2460 gr
Kebangsaan : Indonesia
Suku : Minahasa
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Maumbi Jaga III
Masuk rumah sakit : 02 Desember 2016 Jam 16.00 WITA

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ibu : CT
Umur : 29 tahun
Pekerjaan / Pendidikan : Perawat
Perkawinan :I
Alamat : Maumbi Jaga III

Nama Ayah :-
Umur :-
Pekerjaan/ Pendidikan :-
Perkawinan :-
Alamat :-

6
FAMILY TREE

2 tahun 5 bulan

ANAMNESIS
Anamnesis diberikan oleh
Keluhan Utama : Kaki tangan dingin sejak 6 jam SMRS
Demam sejak 3 hari SMRS
Pasien merupakan rujukan RS Bhayangkara
dengan diagnosis DBD derajat III
Riwayat penyakit Sekarang : Penderita datang dengan keluhan kaki tangan
dingin sejak 6 jam SMRS. Demam sejak
selasa siang, 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam dirasakan tinggi pada perabaan,
demam turun dengan obat penurun panas,
namun tidak sampai normal, kemudian naik
lagi. Penderita merupakan pasien rujukan dari
RS Bhayangkara dengan diagnosis DBD
derajat III . Penderita juga mengalami
perdarahan gusi (+), muntah (+) sejak 2 hari
SMRS, frekuensi 5x/ hari dengan volume ¼
gelas air kemasan, BAB kehitaman disangkal
penderita. Penderita sudah dirawat di RS
Bhayangkara sejak tanggal 1 Desember 2016.
Riwayat penyakit dahulu : -
Riwayat penyakit keluarga : Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam
keluarga

7
Anamnesis Kehamilan dan Ante Natal : ANC secara teratur sebanyak 8x di puskesmas,
suntikan TT 2x, dan selama hamil, ibu dalam
keadaan sehat. Partus spontan letak belakang
kepala

Keadaan sosial, ekonomi, kebiasaan


dan lingkungan : Penderita dan keluarga tinggal di rumah
permanen, beratap seng, dinding beton dan
lantai semen. Jumlah kamar 3, dihuni oleh 5
orang, terdiri dari 3 orang dewasa dan 2 orang
anak. WC/Kamar mandi di dalam rumah.
Sumber air minum dari air isi ulang. Sumber
penerangan listrik dari PLN. Penanganan
sampah dibuang di tempat pembuangan
sampah dan dibakar.

Penyakit yang pernah dialami


Morbili :(-)
Varicella :(-)
Pertusis :(-)
Diare :(+)
Cacing :(-)
Batuk / Pilek :(+)
Lain – lain :(-)

Kepandaian/Kemajuan bayi
Pertama kali membalik : 3 bulan
Pertama kali tengkurap : 5 bulan
Pertama kali duduk : 6 bulan
Pertama kali merangkak : 7 bulan
Pertama kali berdiri : 9 bulan
Pertama kali berjalan : 12 bulan
Pertama kali tertawa : 5 bulan
Pertama kali berceloteh : 5 bulan

8
Pertama kali memanggil mama : 8 bulan
Pertama kali memanggil papa : 8 bulan

Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang


ASI : 0 – 6 bulan
PASI : 3 tahun - sekarang
Bubur susu :-
Bubur saring : 6 bulan – 8 bulan
Bubur halus : 8 bulan – 18 bulan
Nasi lembek : 18 bulan - sekarang

Imunisasi Dasar
DASAR ULANGAN

I II III I II III

BCG +

POLIO + + +

DPT + + +

CAMPAK +

HEPATITIS B + + +

Pemeriksaan fisik
Keadaan umun : Tampak sakit PB: 91 cm / BB : 14 kg
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : Baik
Sianosis :(-)
Anemia :(-)

9
Ikterus :(-)
Kejang :(-)
Tensi : 80/60 mmHg
Nadi : 124 x/m, kecil, lemah
Respirasi : 28 x/m
Suhu : 37,90 C
Kejang, tipe, lamanya :(-)

KULIT
Warna : Sawo Matang
Efloresensi :(-)
Pigmentasi :(-)
Jaringan parut :(-)
Lapisan Lemak : Cukup
Turgor kulit : Kembali cepat
Tonus : Eutoni
Edema :(-)
Lain-lain :(-)

KEPALA
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam tidak mudah dicabut
Ubun-ubun besar : Menutup
Mata : - Exopthalmus/Enopthalmus : ( -/- )
- Tekanan bola mata : Normal pada perabaan
- Conjunctiva : Anemis ( - )
- Sclera : Ikterik ( - )
- Corneal Refleks : Normal (+/+)
- Pupil : Bulat isokor diameter
3mm/3mm, Refleks
Cahaya +/+
- Lensa : Jernih
- Fundus : Tidak dievaluasi
- Visus : Tidak dievaluasi
- Gerakan : Normal

10
Telinga : Sekret -/-
Hidung : Sekret -/-
Mulut : - Bibir : Sianosis ( - )
- Lidah : Beslag ( - )
- Gigi : Carries ( - )
- Selaput mulut : Mukosa mulut basah
- Gusi : Perdarahan ( + )
- Bau Pernapasan : Foetor ( - )
Tenggorokan : - Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
- Pharynx : Hiperemis (-)
Leher : - Trakea : Letak di tengah
- Kelenjar : Pembesaran Kelenjar Getah
Bening (-)
- Kaku kuduk :(-)
Thoraks : - Bentuk : Simetris
- Rachitic Rosary :(-)
- Ruang Intercostal : Normal
- Precordial bulging :(-)
- Xiphosternum :(-)
- Harrison’s groove :(-)
- Pernapasan Paradoxal :(-)
- Retraksi : ( + ) SC minimal
Jantung : - Detak jantung : 124 x/m
- Iktus cordis : Tidak tampak
- Batas kiri : Linea mid clavicularis
sinistra
- Batas kanan : Linea parasternalis
dextra
- Batas atas : ICS II -III
- Bunyi jantung apex : M1 > M2
- Bunyi jantung aorta : A1 < A2
- Bunyi jantung pulmonal : P1 < P2
- Bising :(-)

11
Paru – Paru : Inspeksi : Simetris kanan = kiri,
retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan, kiri redup
Auskultasi : Sp.  pada paru kiri
Rhonki (+/+), Wheezing (-/-)
Abdomen : Inspeksi : Cembung
Auskultasi : Bising Usus ( + ) Normal
Palpasi : Lemas, hepar = 2-2 cm bac,
lien tidak teraba
Perkusi : Timpani

Genitalia : Perempuan ; dalam batas normal


Kelenjar : Pembesaran kelenjar getah bening ( - )
Anggota gerak : Akral dingin, Capillary Refill Time > 2“
Tulang belulang : Deformitas ( - )
Otot - otot : Eutoni
Refleks : Refleks fisiologis +/+ , refleks patologis -/- ,
spastis (-), klonus (-)

RESUME
Anak perempuan, usia 2 5/12 tahun, BB: 14 kg, PB: 91 cm. MRS tanggal 02 Desember
2016, jam 16.00 WITA, dengan keluhan:
- Kaki tangan dingin sejak 6 jam SMRS
- Demam sejak 3 hari SMRS
- Penderita merupakan rujukan dari RS Bhayangkara dengan diagnosis DBD
derajat III + efusi pleura sinistra

KU : Tampak sakit berat


Kes : Compos mentis
TD : 80/60 mmHg
N : 124 x/m, kecil dan lemah
R : 28 x/m
S : 37,9oC

12
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : Simetris, retraksi (+) SC minimal
Cor : SI-II reguler, bising (-)
Plm: Sp.  pada paru kiri, Rh(+/+), Wh (-/-)
Abd : Cembung, lemas, bising usus (+) normal, hepar = 2-
2 cm bac, lien = ttb, timpani
Ext : Akral dingin, Capillary Refil Time > 2”
Diagnosis : DBD derajat III + efusi pleura sinistra
Penatalaksanaan : - O2 nasal 1-2 l/m
- IVFD RL 20 ml/kgBB secepatnya = 280 ml secepatnya
(sebanyak 2 kali)
- IVFD FFP 10 ml/kgBB = 140 ml/jam
- Inj. Ceftriaxone 1 x 1 gr IV
- Paracetamol 3 x 1 ½ cth
- Oralit ad lib
- PCV/ 4jam (44%)
- Diuresis/ jam
- X – Foto thoraks RLD

Pemeriksaan Laboratorium Darah (02/12/2016)


Parameter Nilai Rujukan Hasil

HEMATOLOGI

Leukosit 4000-10000 1580

Eritrosit 4.70- 6.10 4.25

Hemoglobin 11.5- 16.5 10.8

Hematokrit 37.0- 47.0 41

Trombosit 150- 450 15000

MCH 27.0- 35.0 25,4

13
MCHC 30.0- 40.0 33,2

MCV 80.0- 100.0 76,5

KIMIA KLINIK

SGOT < 33 131

SGPT < 43 60

IMUNOSEROLOGI

Anti Dengue IgG Negatif Positif

Anti Dengue IgM Negatif Negatif

Pemeriksaan Penunjang (Radiologi)

14
FOLLOW UP

02/12/2016 (RPI jam 18.00)

S : Demam (-), kaki tangan dingin (-), sesak (+)


O : KU : tampak sakit, Kes : CM
TD : 95/65 N : 124x/m R : 28x/m S : 37oC
SSP : Pupil bulat isokor, ϴ 3mm-3mm, RC +/+
RT : Simetris, retraksi (+) SC minimal
Sp.  pada paru kiri, Rh +/+, Wh -/-
CV : Bising (-), sianosis (-), CRT < 2”, akral hangat
GIT : cembung, lemas, BU(+)N
Hepar = 2-2cm bac L = ttb
Hemato : conjungtiva anemis (-), skl ikt (-)
A : DBD derajat III dalam terapi 2 jam + efusi pleura sinistra
P : O2 nasal 1-2 l/m
IVFD RL 10cc/kgBB/jam = 140 ml/jam
Inj. Ceftriaxone 1 x 1 gr IV
Inj. Furosemide 2 x 3,5 mg IV
Paracetamol 3 x 1 ½ cth
Oralit ad lib
PCV/4 jam
TNRS/jam
Diuresis/jam

03/12/2016

S : Demam (-), kaki tangan dingin (-), sesak (+)


O : KU : tampak sakit, Kes : CM
TD : 100/60 N : 146x/m R : 28x/m S : 36,5oC PCV : 41,4 %
SSP : Pupil bulat isokor, ϴ 3mm-3mm, RC +/+
RT : Simetris, retraksi (+) SC minimal
Sp.  pada paru kiri, Rh +/+ , Wh -/-
CV : Bising (-), sianosis (-), CRT < 2”, akral hangat
GIT : cembung, lemas, BU(+)N
Hepar = 2-2cm bac L = ttb
Hemato : conjungtiva anemis (-), skl ikt (-)
A : DBD derajat III + efusi pleura sinistra
P : O2 nasal 1-2 l/m
IVFD Asering 3cc/kgBB/jam = 14gtt/menit
IVFD Dopamin 240 mg in NaCl 0,9% 100ml = 6 mcg/kg/menit
= 1,2 ml/jam
Inj. Ceftriaxone 1 x 1 gr IV (2)
Inj. Furosemide 2 x 3,5 mg IV
Paracetamol 3 x 1 ½ cth
Oralit ad lib

15
PCV/4 jam
TNRS/jam
Diuresis/jam

04/12/2016

S : Demam (-), kaki tangan dingin (-), sesak (+)


O : KU : tampak sakit, Kes : CM
TD : 100/60 N : 128x/m R : 32x/m S : 36,5oC PCV : 32,4%
SSP : Pupil bulat isokor, ϴ 3mm-3mm, RC +/+
RT : Simetris, retraksi (+) SC minimal
Sp.  pada paru kiri, Rh +/+ , Wh -/-
CV : Bising (-), sianosis (-), CRT < 2”, akral hangat
GIT : cembung, lemas, BU(+)N
Hepar = 2-2cm bac L = ttb
Hemato : conjungtiva anemis (-), skl ikt (-)
A : DBD derajat III + efusi pleura sinistra
P : O2 nasal 2 l/m
IVFD Asering 24 ml/jam
IVFD Dopamin 240 mg in NaCl 0,9% 100ml = 6 mcg/kg/menit
= 1,2 ml/jam
Inj. Ceftriaxone 1 x 1 gr IV (3)
Inj. Furosemide 2 x 3,5 mg IV (dosis : 0,25mg/kgBB/kali)
Paracetamol 3 x 1 ½ cth
Oralit ad lib
PCV/4 jam
TNRS/jam
Diuresis/jam

05/12/2016

S : Demam (-), kaki tangan dingin (-), sesak (-)


O : KU : tampak sakit, Kes : CM
TD : 100/60 N : 90x/m R : 38x/m S : 36,6oC PCV : 23 %
SSP : Pupil bulat isokor, ϴ 3mm-3mm, RC +/+
RT : Simetris, retraksi (-)
Sp.  pada paru kiri, Rh +/+ , Wh -/-
CV : Bising (-), sianosis (-), CRT < 2”, akral hangat
GIT : cembung, lemas, BU(+)N
Hepar = 2-2cm bac L = ttb
Hemato : conjungtiva anemis (-), skl ikt (-)
A : Post BDB derajat III + efusi pleura sinistra
P : O2 nasal 2 l/m (k/p)
IVFD Asering 24 ml/jam
Inj. Ceftriaxone 1 x 1 gr IV (4)

16
Inj. Furosemide 2 x 3,5 mg IV
Paracetamol 3 x 1 ½ cth
Oralit ad lib
Aspar K 3 x 1 tab
PCV/6 jam
TNRS/jam
Diuresis/jam

Pro pindah ruangan (Tropik/Kelas)

06/12/2016 (Follow up kelas)

S : Demam (-), kaki tangan dingin (-), sesak (-)


O : KU : tampak sakit, Kes : CM
TD : 100/60 N : 96x/m R : 38x/m S : 36,6oC PCV : 22%
SSP : Pupil bulat isokor, ϴ 3mm-3mm, RC +/+
RT : Simetris, retraksi (-)
Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-
CV : Bising (-), sianosis (-), CRT < 2”, akral hangat
GIT : cembung, lemas, BU(+)N
H/L ttb
Hemato : conjungtiva anemis (-), skl ikt (-)
A : Post DBD derajat III + efusi pleura sinistra
P : O2 nasal 2 l/m (k/p)
IVFD Asering 24 ml/jam
Inj. Ceftriaxone 1 x 1 gr IV (5)
Inj. Furosemide 2 x 3,5 mg IV
Paracetamol 3 x 1 ½ cth
Oralit ad lib
Aspar K 3 x 1 tab

07/12/2016

S : Demam (-), kaki tangan dingin (-), sesak (-)


O : KU : tampak sakit, Kes : CM
TD : 100/60 N : 96x/m R : 38x/m S : 36,6oC PCV : 22%
SSP : Pupil bulat isokor, ϴ 3mm-3mm, RC +/+
RT : Simetris, retraksi (-)
Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-
CV : Bising (-), sianosis (-), CRT < 2”, akral hangat
GIT : cembung, lemas, BU(+)N
H/L ttb
Hemato : conjungtiva anemis (-), skl ikt (-)
A : Post DDB derajat III + efusi pleura sinistra
P : O2 nasal 2 l/m (k/p)
IVFD Asering 24 ml/jam

17
Inj. Ceftriaxone 1 x 1 gr IV (6)
Inj. Furosemide 2 x 3,5 mg IV
Paracetamol 3 x 1 ½ cth (k/p)
Oralit ad lib
Aspar K 3 x 1 tab → stop
Curcuma 3 x 1 tab

Pro : Rawat Jalan

18
BAB III

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini akan di bahas mengenai seorang anak perempuan
umur 2 tahun 5 bulan, berat badan 14 kilogram, tinggi badan 91 cm, dengan
diagnosis masuk Demam Berdarah Dengue Derajat III + efusi pleura sinistra.
Diagnosis demam berdarah dengue derajat III ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.

Pada anamnesis di dapatkan penderita mengalami kaki tangan dingin sejak


6 jam sebelum masuk rumah sakit. Penderita mengalami demam sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Demam tinggi pada perabaan, turun dengan obat
penurun panas tetapi tidak sampai normal kemudian demam lagi. Penderita
merupakan rujukan dari RS Bhayangkara dengan diagnosis DBD derajat III +
efusi pleura sinistra. Penderita juga mengalami perdarahan gusi (+), muntah (+) sejak 2
hari SMRS, frekuensi 5x/ hari dengan volume ¼ gelas air kemasan, dan BAB kehitaman
disangkal penderita. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
manifestasi klinis DBD dimulai dengan demam tinggi, mendadak, berlangsung 2-
7 hari dan demam disertai dengan gejala lain seperti muka kemerahan, anoreksia,
mialgia, gejala lain dapat berupa nyeri epigastrik, mual dan muntah serta adanya
manifestasi perdarahan spontan seperti perdarahan gusi.11

Dari pemeriksaan fisik didapatkan penderita dalam keadaan syok (terdapat


kegagalan sirkulasi), yaitu keadaan umum yang buruk, gelisah dengan tekanan
darah 80/60 mmHg, nadi yang cepat dan tidak kuat angkat, frekuensi nafas 24
x/menit, akral dingin dan perfusi jelek. Muncul petekie pada pungung tangan dan
lengan penderita. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan adanya pembesaran
hepar (hepatomegali), 2-2 cm di bawah arcus costa.

Penderita ini memenuhi kriteria diagnosis Derajat III yang ditetapkan oleh
WHO 2011, antara lain :

19
1. Demam yang berlangsung 2 – 7 hari, onset akut, tinggi terus menerus.
(Penderita mengalami demam selama 3 hari dan turun bila minum obat
penurun panas, namun tidak mencapai suhu normal, dan naik lagi).
2. Pendarahan spontan (Penderita mengalami perdarahan gusi).
3. Trombositopenia (Jumlah trombosit < 100.000) . (Pada penderita juga
ditemukan trombositopenia dengan kadar trombosit 15 x 103/uL)
4. Terdapat tanda-tanda kebocoran plasma.(Pada penderita nilai hematokrit
didapatkan 44% dan ditemukan adanya efusi pleura).
5. Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat & lemah, tekanan nadi
menurun, atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab,
dan anak tampak gelisah. (Pada penderita ini didaptkan tekanan darah
turun 80/60 mmHg, nadi lemah dan tidak kuat angkat, kaki dan tangan
dingin serta kulit lembab, capillary refill time ≥ 2 detik)

Kriteria di atas menunjukkan bahwa penderita telah masuk dalam Dengue


Shock Syndrome (DSS).

Pada DBD terjadi kebocoran plasma yang secara klinis berbentuk efusi pleura.
Pada pemeriksaan rontgen foto dada pasien ini didapatkan efusi pleura di
hemithoraks sinistra. Derajat luasnya efusi pleura seiring dengan beratnya
penyakit. Efusi pleura adalah akumulasi cairan pada cavum dalam pleura berupa
eksudat, transudat, dan darah. Efusi pleura pada DSS dapat terjadi karena adanya
kebocoran plasma dari kapiler-kapiler pleura akibat peningkatan permeabilitas
pembuluh darah.

Anak yang menderita DSS perlu dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care
Unit) untuk memantau dan mengantisipasi perubahan sirkulasi dan metabolik dan
memberikan tindakan suportif intensif.

Tatalaksana yang tepat dan segera mengurangi morbiditas dan mortalitas


DBD, terapi yang berlebihan seperti kelebihan cairan (fluid overload) akan
memperberat keadaan sakit. Pengobatan DBD bersifat simtomatis dan suportif,
terapi suportif berupa penggantian cairan yang merupakan pokok utama dalam
tatalaksana DBD.

20
Tatalaksana didasarkan atas adanya perubahan fisiologi berupa
perembesan plasma dan perdarahan. Perembesan plasma dapat mengakibatkan
syok, anoksia, dan kematian. Deteksi dini terhadap adanya perembesan plasma
dan penggantian cairan yang adekuat akan mencegah terjadinya syok, perembesan
plasma terutama terjadi saat suhu tubuh turun (time of fever defersence).
Pemeriksaan nilai hematokrit merupakan indikator yang sensitif untuk mendeteksi
derajat perembesan plasma, sehingga jumlah cairan yang diberikan harus
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan hematokrit. Perlu diperhatikan bahwa
kebocoran plasma pada demam berdarah dengue bersifat sementara, sehingga
pemberian cairan jumlah banyak dan jangka waktu lama dapat menimbulkan
kelebihan cairan dengan segala akibatnya.

Terapi cairan pada penderita ini masuk sesuai kepustakaan dimana


pemberian infus kristaloid 20 ml/KgBB/Jam secepatnya. Cairan yang diberikan
berupa cairan intravena berupa ringer laktat (RL) 280 mL dalam 30 menit
pertama. Ringer laktat adalah salah satu larutan kristaloid yang direkomendasikan
WHO pada terapi DBD.12

Bila syok belum teratasi diberikan koloid dalam hal ini pasien diberikan
fresh frozen plasma sebanyak 10 ml/KgBB (140 ml) diberikan dalam 1 jam.
Darah, fresh frozen-plasma dan komponen darah lain diberikan untuk
mempertahankan Hb, menaikkan daya angkut oksigen, memberikan faktor
pembekuan untuk mengoreksi koagulopati. Produk darah perlu dihangatkan
terlebih dahulu sebelum diberikan. Risiko penggunaan darah dalam jumlah besar
dan cepat adalah infeksi blood-borne, hipotermia dan hipokalsemia, karena
clearance sitrat tidak adekuat sehingga dapat mengganggu fungsi miokard.
Sejalan dengan pemberian cairan observasi umum, tekanan darah, nadi dan
pemeriksaan hematokrit setiap 4 jam terus dilakukan12,13. Setelah syok teratasi
tensi sudah 90/60 maka tetesan cairan infus kristaloid diturunkan menjadi
10ml/KgBB/Jam.

Pemberian oksigen harus selalu diberikan pada semua pasien syok. Terapi
simtomatis diberikan terutama untuk kenyamanan pasien, seperti pemberian
antipiretik, ranitidin sebagai penurun asam lambung untuk keluhan nyeri perut,

21
dan istirahat.13 Terapi simptomatik pada pasien ini diberikan parasetamol
untuk mengatasi demam dengan dosis sebanyak 3 x 500 mg PO (apabila suhu >
38 C).

Selain medikamentosa tidak lupa juga diberikan terapi non


medikamentosa, yaitu minum air yang banyak, mengedukasi keluarga pasien
untuk melakukan kegiatan pencegahan DBD dengan 3M menutup, menguras,
mengubur barang-barang yang dapat menampung air; Menganjurkan agar pasien
memakai repellan untuk mencegah gigitan nyamuk, khususnya saat berada di
lingkungan sekolah; dan menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas,
maupun kuantitasnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Rochmach W, Harimurti K. Demensia. Dalam: Sudoyono A, Setiyohadi B,


Alwi I, Setiati S, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke-VI.
Jakarta: Pusat Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia; 2015.
h.539-548.
2. Kurane I. Dengue Hemorrhagic Fever with Spesial Emphasis on
Immunopathogenesis. Comparative Immunology, Microbiology & Infectious
Disease. 2007; Vol 30:329-40.
3. Supartha I, editor. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah
Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse)
(Diptera:Culicidae). Pertemuan Ilmiah Dalam Rangka Dies Natalis 2008
Universitas Udayana; 3-6 September 2008; Denpasar: Universitas Udayana
Denpasar.
4. Sri Rezeki H.H, Ismoedijanto M, Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata
Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
5. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI. 2010.
Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi. Volume 2.
6. Candra A. Demam berdarah dengue : epidemiologi, patogenesis, dan faktor
resiko penularan. Aspirator. 2010; 2(2):2-3
7. World Health Organization. Guidelines for Treatment of Dengue Fever and
Dengue Haemorrhagic Fever in Small Hospitals. New Delhi. 2001: 5-17.
8. World Health Organization. Dengue Haemorrhagic Fever : Diagnosis,
Treatment, Prevention and Control. Geneva. 2011.
9. Infeksi Virus Dengue. Dalam : Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS.
Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI. 2010. Hal.155-181.
10. Nadesul. Hendrawan. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. 2007.
Jakarta: Kompas.

23
11. Hadinegoro SR, Moedjito I, Chairulfatah A. Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana Infeksi Virus Dengue Pada Anak. Jakarta : badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 2014.
12. Darwis D. Kegawatan Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Sari Pediatri :
Vol 4 ; No 4.2003. 156-162.
13. American Heart Asssociation-American Academic of Pediatrics: Pediatric
Advanced Life Support. Dallas:AHAAAP, 2007.

24

Anda mungkin juga menyukai