Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN GANGGUAN SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:

Rinto Mangiwa

14014101166

Masa KKM : 18 Desember 2017 – 14 Januari 2018

Pembimbing:

Prof dr. B..H. Ralph Kairupan, SpKJ(K)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI PASIEN LAPORAN
KASUS

Seorang pasien dengan Gangguan Skizofrenia Paranoid

Nama : SP

Oleh:

Rinto Mangiwa

14014101166

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan Kasus pada, Januari 2017.

Dokter Ruangan Supervisor Pembimbing

dr Frida Agu, SpKJ dr Frida Agu, SpKJ

2
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Rinto Mangiwa

NRI : 14014101166

Masa KKM : 18 Desember 2017 – 14 Januari 2018

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar-benar telah melakukan wawancara


psikiatri terhadap pasien laporan kasus saya.

Manado, Januari 2018

Rinto Mangiwa

3
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul :

“SEORANG PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID”

Oleh:

Rinto Mangiwa

14014101166

Masa KKM : 18 Desember 2017 – 14 Januari 2018

Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada Januari 2018.

Pembimbing

Prof. dr. B.H. Ralph Kairupan, SpKJ(K)

4
DAFTAR ISI

LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien……………………………………………………………… 6
II. Riwayat Psikiatri …………………………………………………………….. 6
III. Riwayat Kehidupan Pribadi …………………………………………..…….. 8
IV. Pemeriksaan Status Mental ………………....………………..………..……. 15
V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut ………………………….…………. 16
VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna ………………………………………..……… 17
VII. Formulasi Diagnostik ………………………………..…………………........ 17
VIII. Diagnosis Multiaksial ………………………………..…………………....... 18
IX. Daftar Masalah.……………………………………………………………… 19
X. Rencana Terapi ……………………………………………………….…… 19
XI. Diskusi ………………………………………………………………………. 20
XII. Kesimpulan...............……………………………………………………...... 25
XIII. Wawancara Psikiatri ………………………………… …………………..... 25

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………… 28
LAMPIRAN……………………………………………………………………… 29

5
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : SP
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Manado, 28 Oktober 1987
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMK
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Suku / Bangsa : Minahasa/ Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat sekarang : PAAL 4, Lingkungan V
Tanggal MRS : 30 Desember 2017
Cara MRS : Pasien diantar oleh keluarga
Tanggal pemeriksaan : 04 Januari 2018
Tempat pemeriksaan : Rumah Penderita
No. Telepon : 082197142458**** (ayah pasien)

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Riwayat psikiatri diperoleh dari:
- Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 04 Januari 2018, di Rumah
Pasien
- Alloanamnesis dengan Ayah pasien
1. Pada tanggal 30 Desember 2017, di Poliklinik BRSJ Prof. DR. V. L.
Ratumbuysang Manado.
2. Pada tanggal 04 Januari 2018 di rumah tempat tinggal pasien ( PAAL
4 Lingkungan V)

6
A. Keluhan utama :
Marah-marah dan bicara kacau.

B. Riwayat gangguan sekarang


Pasien dibawa ke poliklinik RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang di
antar oleh keluarganya pada tanggal 30 Desember 2017 dengan keluhan
pasien gelisah, marah-marah dan membanting barang.
Pasien mengatakan sering merasa gelisah dan cepat marah. Perasaan
tersebut datang tiba-tiba tidak di tentukan oleh waktu dan suasana. Satu hari
sebelumnya pasien marah – marah, bicara kacau dan memecahkan barang
yang ada di rumah. Pasien mengatakan bahwa dia sering marah karena ada
bisikan yang sering mengganggu membuatnya marah.
Pasien juga mengaku merasa kesal terhadap orang yang
menasehatinya. Pasien mengatakan bahwa sesekali teman-temannya di
lingkungan rumah sering mengajaknya untuk merokok dan meminum
minuman keras namun tidak banyak dan tidak sampai mabuk. Karena sering
marah - marah, Pasien kemudian dibawa ke RSJ. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang. Pasien saat ini tinggal bersama ibu, ayah, adik, dan anaknya.
Menurut ayah pasien, pasien sering tiba-tiba marah-marah dan membanting
barang – barang di rumah. Ayah pasien mengatakan bahwa sebelum sakit
seperti ini, pasien awalnya pasien tidak ada keluhan marah – marah, setelah
berpisah dengan istrinya pasien kemudian merasah sedih dan sering marah –
marah. Ayah pasien mengatakan bahwa sewaktu masih sekolah pasien sering
melihat mahluk halus. 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien marah-
marah. Saat itu pasien kemudian dibawa ke RSJ Prof. Dr. V. L Ratumbuysang
untuk di rawat. Pasien pernah di rawat pada tahun 2014 dengan kasus yang
sama, pasien tidak minum obat teratur di rumah. Pasien tidak ada riwayat
cedera kepala sebelumnya.

7
C. Riwayat gangguan sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatrik
Berdasarkan alloanamnesis dengan ayah pasien diketahui pasien pernah
mengalami hal serupa 3 tahun lalu yaitu tahun 2014, pasien marah-marah di
rumah kelas saat sedang bercerita bersama keluarga di rumah.
2. Riwayat gangguan medis umum
Berdasarkan alloanamnesis dengan ayah pasien diketahui bahwa pasien
pernah tidak pernah menderita sakit berat dan tidak pernah kejang, dan juga tidak
pernah menderita cedera kepala.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien sering merokok dan sesekali mengkonsumsi minuman beralkohol,
suka mengkonsumsi kopi.

III. Riwayat kehidupan pribadi


A. Pranatal dan perinatal
Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien lahir di rumah sakit,
ditolong oleh dokter dengan persalinan normal. Pasien tidak mengalami cacat
fisik atau penyakit tertentu paska melahirkan. Saat hamil, kondisi ibu pasien
sehat, tidak ada keluhan dan selalu berusaha untuk memakan makanan yang
bergizi saat hamil.
B. Masa anak-anak awal (usia 0-3 tahun)
Pasien diasuh dan dibesarkan oleh ibu kandungnya. Sejak lahir sampai usia 5
tahun pasien mengkomsumsi ASI. Usia 1 tahun pasien bisa berbicara dan makan.
Pasien bertumbuh dan berkembang sesuai umur pasien.
C. Masa anak-anak pertengahan (usia 4-11 tahun)
Pasien merupakan anak yang aktif. Semasa kecil, pasien suka bermain dan
mengganggu saudara-saudara dan teman-temannya. Aktifitasnya normal dan tidak
ada keluhan apa-apa menurut keluarganya. Pasien menderita penyakit Demam
Berdarah dan Malaria ketika berumur 8 tahun.

8
D. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien disayang dan dimanja keluarga dan dituruti keinginanya. Menurut
Ayahnya, pasien bersekolah dengan baik sampai SMK, tidak merokok dan
mengkonsumsi alkohol.
E. Riwayat masa dewasa
1. Riwayat pendidikan
Pasien bersekolah dengan baik sampai Lulus SMK
2. Riwayat pekerjaan
Pasien tidak mempunyai pekerjaan.
3. Riwayat psikoseksual
Pasien berpacaran sebelumnya
4. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah.
5. Riwayat keagamaan
Pasien beragama Kristen Protestan. Keluarga pasien juga menganut agama
yang sama. Pasien sering mengikuti ibadah di gereja.
6. Aktivitas sosial
Keluarga pasien mengatakan pasien bergaul cukup baik dengan keluarga,dan
tetangganya. Pasien sering mengunjungi teman yg beradah dekat rumahnya
Setelah sakit, pasien sedikit menjauhkan diri dari lingkungan sekitar.
7. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah terlibat pelanggaran hukum.
8. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dengan 1 orang kakak
perempuan dan 1 orang adik perempuan. Orang tua pasien tinggal bersama
dengan pasien dan adik pasien yang perempuan. kakak pasien yang
perempuan sudah berkeluarga dan memiliki rumah sendiri. Pasien berasal dari
golongan ekonomi yang menengah kebawah.

9
9. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal dirumah bersama dengan ayah, ibu dan satu orang adik
perempuanya, dirumah milik sendiri.

SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM
Keterangan

: Perempuan

: Laki-Laki

: Pasien

 Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya


Saat ini pasien merasa tidak sakit, dan sudah bisa pulang.
 Persepsi keluarga terhadap pasien
Penderita disayangi oleh keluarganya dan selalu mendapat dukungan. Sejak
mengalami penyakit ini, keluarga pasien tetap menyayangi pasien .
 Persepsi pasien terhadap keluarga
Pasien masih mengenal dan menyayangi keluarganya.

10
Denah Rumah

Kamar tidur Kamar tidur

Dapur

Ruang tamu
WC

11
Denah Rumah Pasien di PAAL 4 lingkungan V

12
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS
A. Deskripsi umum
1) Penampilan
Seorang Laki-laki, tampak sesuai umur, bertubuh ideal, sesuai usia, berkulit
kuning lansat, rambut pendek, penampilan rapi dengan baju kaos hitam polos
dan celana pendek..
2) Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk, dan sesekali pasien berjalan. Pasien dapat
merespon saat diucapkan salam, dan dapat menjawab pertanyaan mengenai
dirinya. Pasien tidak menghindari kontak mata. Selama wawancara pasien
menjawab pertanyaan, sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
3) Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif ketika diberikan pertanyaan, dan menjawab secukupnya.
B. Mood dan afek
1) Mood : Iritable
2) Afek : Serasi
C. Bicara
Kualitas :Spontan, volume normal, suara jelas, artikulasi baik
Kuantitas :Menjawab sesuai pertanyaan, dan ada bicara tambahan
D. Gangguan persepsi
1) Halusinasi visiual : pasien merasa bisa melihat mahkluk halus atau orang
sudah mati.
2) Halusinasi Auditorik : pasien merasa mendengar suara bisikan
mengganggu yang membuatnya marah.
E. Proses Pikir
1) Bentuk pikiran : Jawaban relevan
2) Isi pikiran : Waham pengendalian

13
F. Sensorium dan kognitif
1) Tingkat kesadaran: compos mentis
2) Orientasi :
- Orientasi waktu : Tidak terganggu. Pasien dapat menentukan saat
diperiksa adalah sore.
- Orientasi tempat : Tidak terganggu. Pasien sadar sedang berada di
RS Prof V L Ratumbuysang di poliklinik.
- Orientasi orang : Tidak terganggu. Pasien dapat mengenali orang-
orang di sekitarnya.
3) Daya ingat :
- Jangka panjang : Tidak Terganggu. Pasien dapat menceritakan
masa kecilnya dengan baik.
- Jangka pendek : Tidak terganggu. Pasien masih dapat mengingat
aktivitas yang ia lakukan.
- Segera : Tidak terganggu. Pasien masih dapat mengingat
kembali kegiatan yang baru saja ia lakukan
4) Konsentrasi dan perhatian
Tidak terganggu. Ketika wawancara berlangsung pasien dapat
memusatkan perhatiannya terhadap pertanyaan pemeriksa, menjawab
pertanyaan tersebut secukupnya.
5) Kemampuan
Aktivitas pasien seperti makan, minum dan mandi bisa dilakukan sendiri.
6) Kemampuan visuospasial
Belum dapat dinilai.
7) Pengendalian impuls

14
Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang cukup
lama dengan baik dan tenang.

G. Daya nilai dan tilikan


- Daya nilai sosial : Baik, pasien mengerti bahwa meminum
alkohol adalah hal yang tidak baik
- Tilikan : Tilikan 1, pasien menyangkal bahwa dirinya
sakit.
H. Taraf dapat dipercaya
Pasien meragukan, dalam beberapa hal masih perlu dikonfirmasi lagi dengan
keluarga pasien.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIS LEBIH LANJUT


A. Status internus
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : T : 120/80 mmHg
N : 80 x/m
R : 20 x/m
S : 36,6ºC
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-
Thoraks : Tidak dievaluasi
Paru : Tidak dievaluasi
Abdomen : Tidak dievaluasi
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), turgor kembali cepat

B. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

15
C. Status Neurologis
1. GCS : E4M6V5
1. Mata : Gerakan normal, searah
2. Pemeriksaan Nervus Kranialis :
a. Nervus Olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi
b. Nervus Optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi.
c. Nervus Okulomotorius (N.III), Nervus Trochlearis(N.IV), Nervus
Abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan
bola mata yang wajar.
d. Nervus Trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung wajah pasien terlihat simetris.
e. Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung wajah pasien terlihat simetris.
f. Nervus Vestibulocochlearis (N.VIII)
Saat berjalan pasien tidak jatuh dan terlihat stabil.
g. Nervus Glossopharyngeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi.
h. Nervus Vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi.
i. Nervus Aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Kesan yang didapat
bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.
j. Nervus Hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.

16
Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan ada gejala
ekstrapiramidal.
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis secara autoanamnesis dan alloanamnesis
didapatkan pasien laki-laki berumur 29 tahun, pendidikan terakhir SMA, belum
menikah, agama Kristen Protestan, alamat tempat tinggal Perkamil Lingkungan
V, pasien dibawa oleh orang tuanya ke RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang pada
tanggal 30 Desember 2017 setelah pasien mengamuk, marah-marah tanpa sebab,
serta memukul kakaknya dirumah. Pasien mengatakan bahwa dia sering marah
dan mengamuk karena ada bisikan yang sering mengganggu menyuruhnya untuk
memukul orang lain.
Pasien pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Menurut ibunya, pasien
bergaul dengan teman-teman di lingkungan rumah yang bersikap kurang baik
karena sering mengajak untuk merokok dan minum minuman beralkohol. Pasien
berpakaian rapi, selama dilakukan wawancara pasien duduk tenang. Suara pasien
bervolume sedang dan menjawab dengan jelas. Saat diwawancara di temukan
mood aleksitimia dengan afek menumpul.
Ditemukan adanya halusinasi auditorik dimana pasien sering mendengar
bisikan yang sering mengganggu sehingga ia marah-marah dan merontak. Bisikan
tersebut menyuruhnya untuk memukul orang lain. Arus pikir pasien koheren,
jawaban yang diberikan pasien relevan. Derajat tilikan 2, dimana penderita
menyadari bahwa dirinya sakit, tapi saat bersamaan penderita menyangkal bahwa
dirinya sakit.

17
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Kriteria gangguan jiwa yaitu terdapat suatu kelompok gejala atau perilaku
yang secara klinis ditemukan bermakna dan yang disertai dengan penderitaan
(distress), dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi sosial atau pekerjaan
seseorang (disfungsi/hendaya)
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan
kelainan yang mengindikasikan adanya gangguan medis yang secara fisiologis
dapat mengakibatkan disfungsi otak dan mengakibatkan gangguan jiwa yang
diderita selama ini. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan selain obat-obat dari
dokter, namun pernah mengkonsumsi minuman beralkohol, dengan demikian ada
kemungkinan gangguan mental akibat zat psikoaktif.
Pada aksis I didapatkan gejala klinik bermakna yaitu halusinasi audiotorik dan
waham pengendalian. Pasien mendengar bisikan yang mengganggu
menyuruhnya untuk memukul orang lain sehingga ia marah-marah dan merontak.
Sejak tahun 2012, pasien mulai gejalanya pertama kali seperti berbicara sendiri,
marah-marah, memecahkan kaca dan berperilaku aneh. Diagnosis pasien ini yaitu
Skizofrenia Paranoid.
Pada aksis II, pasien memiliki ciri kepribadian paranoid. Walaupun pasien
orang yang mudah memiliki teman, tetapi pasien takut diganggu suara-suara
yang sering didengarnya dan pasien juga takut diganggu teman-temannya
disekolah.
Pada aksis III, tidak ditemukan kelainan medis.
Pada aksis IV, ditemukan masalah dengan lingkungan, dimana teman-
temannya sering mengajaknya untuk merokok dan minum minuman beralkohol,
sehingga kadang tidak pulang ke rumah dan kadang tidak pergi sekolah.
Pada aksis V, Global Assasment of Functioning (GAF) scale, Current 70-61,
beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik. GAF scale High Level Past Year (HLPY) 80- 71, gejala
sementara dan dapat diatasi,disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah,
dan lain-lain.

18
VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid.
Aksis II : Ciri kepribadian paranoid
Aksis III : Tidak ada masalah penyakit penyerta
Aksis IV : Masalah pribadi, keluarga dan lingkungan.
Aksis V : Global Assasment of Functioning (GAF) scale, Current 70-
61, gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
masih baik. GAF scale High Level Past Year (HLPY) 80- 71, gejala sementara
dan dapat diatasi,disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dan lain-lain.

IX. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologi
Tidak ditemukan keluhan medis.
B. Psikologi
Mood Iritable, afek serasi, riwayat halusinasi auditorik dan visual, dan
waham pengendalian.
C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Pasien sekarang lebih sering dirumah, keluarga pasien tidak mempunyai
perekonomian yang cukup.

X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmako
- Haloperidol 1,5 mg 2 x 1 tablet perhari
- Trihexyphenidyl 2 mg 2 x 1 tablet perhari
B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
1. Terhadap pasien
a. Menjelaskan kepada pasien tentang gangguan yang dialaminya,
Tujuan dari pengobatan yang sedang dijalaninya dan pentingnya
keteraturan minum obat.

19
b. Memberi edukasi dan dukungan dengan jelas agar pasien mengerti
fungsi dari obat yang dikonsumsi, sehingga pasien percaya dan mau
mengkonsumsi obat secara teratur.
2. Terhadap keluarga
a. Menjelaskan kepada keluarga pasien akan pentingnya peran keluarga
terhadap proses terapi pasien. Serta menjelaskan mengenai penyakit
pasien, kemungkinan penyebabnya, dan terapi yang akan dilakukan.
b. Meminta keluarga (terlebih orang tua) untuk berperan aktif dalam
terapi pasien yaitu dengan mengawasi keteraturan konsumsi obat
pasien.

XI. DISKUSI
A. Kriteria Diagnostik.
Skizofrenia yang adalah gangguan psikotik yang klasik dan paling sering
ditemukan merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan
pada proses pikir, isi pikir, persepsi, emosi, serta gangguan perilaku dan tidak
disebabkan oleh gangguan mental organik atau gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan zat psikoaktif. Kadangkala pasien skizofrenia dapat berpikir
dan berkomunikasi dengan jelas serta memiliki pandangan yang tepat dan
berfungsi secara baik dalam kehidupan sehari-hari. Namun saat lain, pemikiran
dan kata-kata terbalik, mereka kehilangan sentuhan dan mereka tidak mampu
memelihara sendiri.1
Prevalensi skizofrenia sama antara laki-laki dan perempuan. Tetapi, dua
jenis kelamin tersebut memiliki perbedaan dalam onset dan perjalanan
penyakit. Laki-laki memiliki onset yang lebih awal dari wanita. Perjalanan
penyakit pada wanita lebih lama dari pada laki-laki. Gejala skizofrenia biasanya
akan muncul pada usia remaja atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki
biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. 2
Karakteristik gejala psikotik untuk skizofrenia adalah adanya waham yang
kacau dan halusinasi yang menonjol. Diagnosis ditegakkan dengan adanya

20
gangguan nyata dalam fungsi pekerjaan, sosial, dan tidak adanya gangguan
mood yang lama dan faktor organik yang berperan dalam gangguan.
Skizofrenia terbagi dalam beberapa subtipe yaitu skizofrenia hebrefenik,
paranoid, katatonik, tak terinci, residual dan simpleks. 3
Kriteria diagnostik skizofrenia berdasarkan DSM-V, sebagai berikut: 4
a. Terdapat dua (atau lebih) gejala berikut, masing-masing ada selama
sebagian waktu yang signifikan selama periode satu bulan (atau kurang jika
berhasil diobati). Setidaknya salah satu dari gejala (1), (2) dan (3) harus
ada:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara kacau
4. Perilaku katatonik
5. Gejala negatif
b. Selama sebagian waktu yang signifikan sejak onset gangguan, fungsi dari
satu atau lebih area, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau
perawatan diri, nyata dibawah tingkat dicapai sebelum onset.
c. Tanda-tanda terus-menerus dari gangguan ini menetap setidaknya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus termasuk setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang
jika berhasil diobati) dan ada kriteria a) (gejala fase aktif) dan mungkin
termasuk periode prodormal atau gejala negatif.
d. Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif atau bipolar dengan gejala
psikotik harus dikesampingkan karena salah satu 1) tidak ada episode
depresif atau manik yang telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase
aktif, atau 2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif,
mereka telah ada selama minoritas dari total durasi periode aktif dan
paranoid dari penyakit.
e. Gangguan ini tidak disebabkan oleh pengaruh zat (misalnya
penyalahgunaan obat, medikasi) atau kondisi medis lain.

21
f. Jika terdapat riwayat gangguan spektrum autis atau gangguan komunikasi
dari onset anak, tambahan diagnosis dari skizofrenia dibuat hanya jika
waham atau halusinasi menonjol, tambahannya gejala skizofrenia ada
setidaknya 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati).
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala
yang berkaitan dengan skizofrenia paranoid.
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis
ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan skizofrenia paranoid. Dalam
kasus ini dapat dilihat bahwa keluhan pasien suka mendengar bisikan-bisikan,
melihat orang yang sudah mati, memiliki waham dan gelisah. Gejala-gejala
ini merupakan gejala positif dari pasien Skizofrenia.
Gejala skizofrenia yang paling menonjol adalah halusinasi dan waham
sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh.6 Dari anamnesis
ditemukan gejala-gejala yang mengarah dengan diagnosis Skizofrenia
Paranoid. Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling sering
dijumpai di negara manapun.
Gambaran klinis didominasi oleh waham-waham yang secara relatif stabil,
seringkali bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi terutama
halusinasi pendengaran dan gangguan persepsi (gejala positif).4
Halusinasi diartikan sebagai persepsi dalam keadaan sadar tanpa adanya
stimulus eksternal yang mana memiliki kualitas persepsi yang nyata. Ada
beberapa contoh halusinasi, namun halusinasi auditorik merupakan jenis
halusinasi yang paling sering ditemukan pada gangguan psikiatri.2
Pada kasus ini pasien sering mendengar suara-suara yang membuat pasien,
halusinasi audiotorik (+). Pasien juga bisa melihat orang yang sudah mati dan
terkadang sering mengganggunyam Pasien juga memiliki waham pengendalian
(+), dimana pasien merasa ada yang mengendalikan pikirannya, sehingga ia
marah karena merasa dikendalikan.

22
Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood iritable yaitu suasana
perasaan yang sensitif, mudah tersinggung, mudah marah dan seringkali bereaksi
berlebihan terhadap situasi yang tidak disenanginya. Afek yang didapatkan
adalah afek serasi yaitu menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi
yang terlihat dari keserasian antara ekpresi emosi dan suasana yang dihayatinya.
Pada kasus ini dapat dilihat bahwa pasien datang dengan gejala-gejala
halusinasi auditorik dan visual serta waham pengendalian. Hal tersebut sesuai
dengan kriteria diagnosis skizofrenia paranoid.
B. Ciri Kepribadian
Menurut DSM V, kriteria gangguan kepribadian paranoid antara lain:
1) Rasa tidak percaya dan curiga yang pervasif ke orang lain. Dapat
ditemukan empat atau lebih gejala berikut:
 Kecurigaan yang bersifat pervasive bahwa dirinya sedang dicelakai,
dikhianati, atau dieksploitasi
 Keraguan yang tidak berdasar terhadap kesetiaan teman-teman atau
para rekanan dan bahwa mereka dapat dipercaya
 Enggan mempercayai orang lain karena kriteria di atas
 Memberikan makna tersendiri terhadap berbagai tindakan orang lain
yang tidak mengandung maksudapa pun
 Mendendam atas berbagai hal yang dianggapnya sebagai kesalahan
 Reaksi berupa kemarahan terhadap apa yang dianggapnya sebagai
serangan terhadap karakter atau reputasi
 Sama dengan dua kriteria pertama, kecurigaan yang tidak berdasar
terhadap kesetiaan pasangan hidupnya atau pasangan seksual lain.
2) Tidak muncul secara eksklusif dalam perjalanan penyakit skizofrenia,
gangguan bipolar atau gangguan depresi dengan psikotik, atau gangguan
psikotik lainnya dan bukan karena efek fisiologis obat atau pengobatan
tertentu.6

23
C. Rencana Terapi
a. Psikofarmaka
Medikasi antipsikotik adalah hal inti dari penatalaksanaan skizofrenia.
Obat ini dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu
dopamine receptor antagonist (DRA) atau antipsikotika generasi I (APG-I) dan
serotonin dopamine antagonist (SDA) atau antipsikotika generasi II (APG –II,
Gold Standard). Obat APG-I disebut juga antipsikotika konvensional atau
tipikal sedangkan APG-II disebut juga antipsikotika baru atau atipikal.2
Pengobatan antipsikotik pada skizofrenia harus mengikuti lima prinsip utama:
1. cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati
2. obat antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada
pasien harus digunakan lagi. Jika tidak ada informasi tersebut, pemilihan
antipsikotik biasanya didasarkan pada sifat efek samping.
3. lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam
minggu pada dosis yang adekuat. Jika percobaan tidak berhasil, maka
dapat dicoba dengan obat antipsikotik dari kelas lain;
4. penggunaan lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu adalah
jarang diindikasikan, walaupun beberapa dokter psikiatrik
menggunakan thioridazine (tegretol) mungkin diindikasikan;
5. harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang
diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama episode
psikotik.7
Gejala positif yang menonjol diterapi dengan haloperidol 2 x 1,5mg
perhari. Haloperidol merupakan obat golongan antipsikotik tipikal yang
memblokade reseptor pasca sinaptik neuron diotak khususnya disitem limbik
dan sistem ekstrapiramidal. Akibat kerjanya tersebut, pemberian haloperidol
perlu disertai dengan pemberian triheksilphenidyl (THP) untuk mengurangi
efek samping pada ekstrapiramidal.2,4

24
b. Psikoterapi
1. Psikoterapi
 Ventilasi : membuat pasien merasa lega dengan memberikan
kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaan dan keluhannya
 Konseling : memberikan penjelasan kepada pasien untuk
mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini
ketika pasien berada di rumah dan membantu pasien
dalam hal meminum obat secara rutin dan teratur
serta kontrol secara berkala agar kekambuhan dapat
dicegah
2. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang penyakit pasien sehingga
dapat memberikan dukungan moral dan menciptakan lingkungan yang kondusif
sehingga dapat membantu proses penyembuhan.

XII. KESIMPULAN
a. Diagnosis pasien adalah Skizofrenia Paranoid.
b. Dukungan dan partisipasi keluarga sangat penting dalam pemulihan, oleh
karena itu perlu disampaikan informasi kepada keluarga mengenai
berbagai kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan
pengobatan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi
pasien untuk dapat tetap memerhatikan pasien dengan rutin menjenguk
meskipun pasien sudah dibawa pengawasan tenaga medis.
c. Pengobatan farmakologi secara rutin sangat di anjurkan untuk
kesembuhan pasien.

25
XIII. WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan diruang Poliklinik RS. Prof. dr. V.L.
Ratumbuysang pasien tanggal 30 Desember 2017.
Keterangan:
A : Pemeriksa
B : Pasien
C : Ibu Pasien

A: Selamat sore perkenalkan saya dokter muda Rinto mo ba tanya-tanya sadiki


neh. Boleh?
B: Selamat sore. Boleh dokter.
A: Nama siapa dang?
B: Steven
A: Umur berapa sekarang Steven?
B: Umur brapa 29 tahun ?
C: Umur 30 tahun dia dokter
A: Steven tau ada dimana ini?
B: Ada di rumah sakit ini
A: Olive masuk kemari karena kenapa?
B: Nintau le tape papa deng tape mama kase masuk sini
C: Karena marah – marah dan so banting barang di rumah dokter
A: Karena kenapa dank boleh marah – marah ?
B: Nintau dok.
A: Steven sering dengar bisik-bisik atau melihat sesorang yang orang lain tidak
lihat?
B: ada, itu suara – suara itu noh bekeng kita marah – marah dokter
A: Steven sering melihat mahkluk halus ?
B: iya dokter, dari kecil kita jaga liat bagitu, mata tarang kata orang jaga bilang
C: Ada dokter dia ja liat mahkluk halus kata, dari di smp, smk deng sampe
sekarang.

26
A: karena kenapa dang jaga marah-marah?
B: itu noh dokter, karena suara – suara itu
A: Jaga ganggu bagimana?
B: Ja ganggu no pokoknya
A: Steven tau sapa pe suara itu yang ada berbisik ?
B: tau dokter, tape oma deng opa dokter.
A: Steven suka bamarah pas kapan?
B: Ja datang kage-kage dokter, kadang siang kalau kita dengar tu suara kita somo
marah dokter
A: Steven dang ada Kawin ?
B: Sudah dokter, so ada anak 1 kita
A: Steven punya istri mana ?
B: ada di jayapura dokter
C: depe istri so kase tinggal pa dia dokter
A: Anak sekarang dimana ?
B: ada di rumah dokter satu
A: Steven jaga ba roko? Ato ba minum?
B: Ada dokter baroko deng ba minum mar mar kadang-kadang (tersenyum
sedikit)
A: Sapa yang kase ajar baroko deng ba minum dang?
B: Ada tape tamang-tamang Kampung
A: Kong Steven ada ba minum obat-obat pil bagitu? Ato ba hirup-hirup lem?
B: Nda Ada dokter, nda pernah
A: Sapa dang yang bateman Steven disini?
B: Ada mama deng papa
A: Steven pe rumah dang dimana?
B: Di paal IV lingkungan V
A: Steven tinggal deng sapa dang drumah?
B: Deng mama papa, ade deng tape anak
A: Steven berapa basudara dang?

27
B: Tiga
A: Steven jaga masuk gereja?
B: Ada no ja maso gereja. Rajin kita maso gereja dokter.
A: Steven pe teman-teman di gereja dang ada?
B: ada dokter
A: Oke, kalo begitu istirahat jo dang dulu neh. Makasih olive.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Buchanan RW, Carpenter WT. Schizophrenia and Other Psychotic Disorders. In:
Sadock BJ, Sadock VA. Comprehensive textbook of psychiatry. Edisi 8.
Philadelphia: Lippicontt Wiliams and Wilkins. 2005.
2. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h.
170-95.
3. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid I. Binarupa Aksara Publisher; Tangerang. 2010.
4. Jestie DV, Lieberman JA, Fasler D, Peele R. Diagnostic and Statistical Manual
Of Mental Disorders (DSM 5). 5th Edition. Washington DC: American
Psychiatric Association. 2013.
5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan dari PPDGJ III dan DSM 5.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2013.
6. Maslim R. Penggunaan Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK Unika Atma Jaya; Jakarta. 2014.

29
LAMPIRAN

30

Anda mungkin juga menyukai