Anda di halaman 1dari 32

STATUS UJIAN PSIKIATRI

Penguji :
dr. Lenny Gustaman, Sp. KJ (K)
dr. Juniar Effendi, Sp. KJ

Penyusun:
Isabella Josephine Tarigan 201706010037

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN JIWA DAN PERILAKU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
12 FEBRUARI 2018 – 17 MARET 2018
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya

STATUS PSIKIATRI
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa dan Perilaku
Fakultas Kedokteran Atma Jaya

Nama : Isabella Josephine Tarigan (201706010037)

Tanda Tangan :

Penguji : dr. Lenny Gustaman, Sp. KJ (K)

Tanda Tangan :
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan : Tamat SMK
Pekerjaan : Office boy dan tukang parkir dimalam hari
Agama : Islam
Alamat : Bukit Duri
Tanggal dirawat : 22 Februari 2018
Pemeriksaan : 5-7 Maret 2018

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Autoanamnesis dilakukan pada 6-8 Maret 2018.
Alloanamnesis dilakukan pada 9 Maret 2018 dengan ayah dan ibu pasien.
- Identitas Ayah
Nama : Tn. B
Umur : 44 tahun
Tingkat Pendidikan : tamat SMP

- Identitas Ibu
Nama : Ny. R
Umur : 40 tahun
Tingkat Pendidikan : tamat SMP

A. Keluhan utama :
Pasien berperilaku gelisah, marah-marah, keluyuran dan menggangu lingkungan.

B. Keluhan tambahan :
Pasien sulit untuk disuruh mandi, makan, dan tidur.
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dibawa ke RSKD Duren Sawit tanggal 22 Februari 2018 oleh ayah dan
tantenya karena selama 2 minggu SMRS, pasien dikeluhkan gelisah, marah-marah
keluyuran, mondar-mandir dan menggangu lingkungan. Pasien juga sulit disuruh
mandi, makan dan tidur. Pasien tidak menunjukkan afek depresi, kehilangan minat
dan energi. Pasien sering memakai baju tetangga yang sedang dijemur dan masuk
kedalam rumah orang saat tengah malam. Namun saat ditanya mengapa pasien
dibawa ke RSKD Duren Sawit, Pasien mengaku setelah selesai bekerja, pasien minum
alkohol bersama bosnya kemudian setelah pulang bekerja tiba-tiba pasien langsung
dibawa oleh ayah dan bibi pasien kerumah sakit kemudian pasien sudah tidak
mengingat peristiwa yang terjadi setelah itu.

Pakaian pasien cukup rapi, penampilan pasien cukup terawat dan pasien
kooperatif saat diwawancara. Selama dirawat di RSKD Duren, pasien merasa nafsu
makannya meningkat. Sebelumnya pasien sulit tidur karena teringat keluarganya
namun sekarang pasien sudah dapat tidur dengan nyenyak selama 8 jam sehari.

Setelah satu bulan lulus SMK di Sukabumi, pasien tak kunjung mendapatkan
pekerjaan. Pasien pun sering diejek oleh tetangga dan temannya karena belum
mendapat pekerjaan, kemudian pasiepun pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.
Pasien sudah tinggal di Jakarta selama 6 bulan. Di Jakarta, pasien tinggal dan
bersama-sama bekerja dengan ayahnya sebagai tukang parkir. Satu bulan SMRS,
pasien ditawari bekerja di toko vape sebagai office boy. Namun sebenarnya ayah
pasien tidak menyetujui pasien bekerja di toko vape karena pergaulan disana yang
kurang baik, tetapi ayah pasien tidak dapat berbuat apa-apa karena beliau hanyalah
tukang parkir. Di toko vape, pasien sering diajak minum alkohol dan obat-obatan oleh
bosnya. Namun pasien menyangkal menggunakan obat-obatan. Menurut pengakuan
ayah pasien, selain bosnya menyuruh pasien untuk minum dan menggunakan obat,
pasien juga kalau tidak menurut perintah sering dipukuli oleh bosnya.

Pasien bersama ayahnya tinggal berpindah-pindah kadang tinggal di mesjid


kadang tinggal di Wisma, tetapi sewaktu bekerja di toko vape, bos pasiennya kadang
menyuruh pasien tidur di tokonya. Saat awal-awal tinggal di Jakarta, pasien pernah
merasa mendengar ada suara yang menjelek-jelekkan dirinya dan mengatakan dirinya
sok suci dan tidak pantas berada di mesjid. Saat berada dirawat di Bangsal Duku,
pasien juga pernah mendengar suara yang mengancam pasien untuk melarikan diri
dari bangsal, kalau tidak akan terjadi bencana di RSKD Duren Sawit. Ini merupakan
bentuk dari halusinasi auditorik yang dialami pasien. Saat wawancara berlangsung
pasien juga melihat ayahnya sedang berdiri menghadap kaca memakai helm dan jaket
di Bangsal Belimbing, yang mana sebenarnya tidak ada siapa-siapa yang berdiri
didepan kaca. Hal tersebut merupakan bentuk dari halusinasi visual yang dialami
pasien. Pasien merasa melihat ayah pasien sedang berdiri menghadap kaca memakai
helm dan jaket di Bangsal Belimbing. Satu hari sebelum wawancara, sekitar jam 11
siang pasien yakin bosnya dan dua orang tante datang dan menghakimi,
mempermalukan, dan memukuli pasien karena pasien telanjang. Keesokkan harinya
pasien juga yakin bosnya datang dan memukulinya lagi. Padahal setelah dikonfirmasi
sebenarnya tidak ada yang mengunjungi pasien. Ini merupakan bentuk dari waham
kejar pasien.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya :


1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien baru kali ini dirawat di RSKD Duren Sawit, sebelumnya pasien belum
pernah ke psikiater atau ke rumah sakit jiwa. Menurut ibu pasien, pasien
merupakan anak yang pendiam, pemalu, dan sering dijahati oleh teman-
temannya saat SMK. Saat SMK kelas 3, sepulang dari PKL (Praktek Kerja
Lapangan) di Cianjur sekitar awal tahun 2017, pasien mengaku kepada ibunya
bahwa diri dipukuli dan disiksa di kamar mandi oleh teman-temannya. Pasien
pun menjadi trauma. Pasien mengatakan bahwa dirinya yakin ada yang sedang
mengincar, mengintai di depan rumah dan mau membunuh dirinya sehingga
pasien menjadi sangat ketakukan dan selalu memegangi tangan ibunya setiap
saat, hampir selama 1 bulan. Padahal menurut ibunya tidak ada siapa-siapa
yang berada di depan rumah. Setelah itu pasien tidak mau bicara dan sulit
untuk disuruh makan. Menurut ibu pasien, hanya pada saat malam hari pasien
berbicara itupun hanya komat-kamit menyebut-nyebut tongkat bayangan
sambil mengaum. Keluarga menyangka bahwa pasien mengalami kesurupan.
Lalu keluarga pasien membawa pasien ke beberapa paranormal, namun
keadaan pasien tidak membaik. Kejadian ini berlangsung hampir 2 bulan, lalu
keadaan pasien pun berangsur-angsur membaik.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien menyangkal pernah mengalami cedera kepala dan epilepsi. Sewaktu
SMK pasien pernah jatuh dari motor, pasien mengalami luka-luka badan,
tangan, dan kaki. Pasien hanya dirawat dirumah, sekarang lukanya sudah
sembuh total hanya menimbulkan bekas scar dibeberapa bagian tubuh.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien mengaku mulai merokok sejak kelas 3 SMP karena diajak oleh
teman-teman sekolahnya saat berkumpul-kumpul bersama. Saat awal-awal
merokok pasien biasanya menggunakan 2-4 batang per hari dan terus
meningkat hingga sekarang setelah lulus SMK pasien menggunakan 1,5
bungkus rokok perhari. Namun saat bekerja di toko vape pasien mulai
menggantikan mengurangi rokok dan menggantikannya dengan vape. Pasien
mengaku ditawari nge-vape oleh bosnya saat bekerja di toko vape.
Saat pasien bekerja di toko Vape sekitar 1 bulan SMRS, pasien sering
diajak oleh bosnya untuk minum alkohol untuk menghilangkan sugesti-sugesti
yang sering muncul dipikiran pasien. Pasien diajak minum oleh bosnya hampir
2-3 kali per minggu. Awalnya pasien meminum alkohol (vodka) satu gelas
(±150 ml) kemudian meningkat hingga sampai paling banyak 3 gelas sekali
minum-minum. Setelah minum alkohol 3 gelas pasien merasa sedikit
melayang dan perasaannya menjadi lebih percaya diri dan nyaman. Pasien
sering ditawari oleh bosnya untuk minum pil, namun pasien mengaku selalu
menolak. Pasien mengaku tidak pernah minum pil obat-obatan seperti obat
penenang, obat tidur, dan golongan benzodiazepin lainnya. Pasien juga
mengaku saat kelulusan SMK sekitar bulan Juni 2017 pernah dipaksa teman
SMKnya untuk menghisap rokok Gorilla. Pasien hanya menghisap 2 kali
hisapan. Setelah itu pasien merasa melayang. Pasien mengaku setelah itu tidak
pernah menggunakannya lagi.
No Jenis zat Alkohol Heroin Metadon / Barbiturat Sedatif Kokain Amfetamin Kanabis Halusinogen Inhalan Rokok
Buprenorphine hipnotik

1 Sejak tahun 2018 - - - - - - 2017 - - 2014

2 Cara penggunaan Oral - - - - - - Hisap - - Hisap

3 Frekuensi 2-3x/minggu, - - - - - - 1 kali (2 kali - - 1,5 bungkus


pemakaian dan (1-3 gelas/kali) hisap) perhari
kuantitas

4 Pemakaian 1 tahun ya - - - - - - Ya - - Ya
terakhir

5 Pemakaian 1 bulan ya - - - - - - Tidak - - Ya


terakhir

6 Pemakaian yang 1 SMRS - - - - - - Juni 2017 - - 1 hari SMRS


terakhir kali

7 Alasan pemakaian Ditawari bos - - - - - - Pergaulan - - Pergaulan,


pertama kali coba-coba

8 Alasan memakai Untuk - - - - - - Dipaksa - - Kebiasaan


menghilangkan teman
sugesti
9 Alasan tidak Tidak boleh - - - - - - Takut dosa - - Tidak boleh
menggunakan minum alkohol dan merokok di
di RSDS kecanduan RSDS
Grafik Perjalanan Penyakit (RPS dan RPD)

2017 2018

Waktu 2017 2018


Onset 18 tahun ( kelas 3 SMK) 19 tahun
Stressor Pasien sering di jahati oleh teman Pasien diejek oleh teman dan
SMKnya dan puncak saat PKL di tetangganya karena sudah 1 bulan
Cianjur pasien di pukuli dan disiksa sejak lulus SMK belum mendapatkan
ditoilet. pekerjaan. Pasien merupakan anak
pertama dari 4 bersaudara dan keadaan
ekonomi yang tidak baik secara tidak
langsung menambah beban pasien agar
segera mendapatkan pekerjaan.
Klinis • Waham kejar (+): pasien yakin • Waham kejar (+): Pasien yakin
ada yang mengintai dan ingin bahwa bos dan dua orang tantenya
membunuh dirinya. datang dan menghakimi,
• Gejala negatif (+): tidak mau mempermalukan, dan memukuli
bicara disiang hari, sulit untuk pasien karena pasien telanjang saat
disuruh makan pasien dirawat di Belimbing
• Bicara sendiri (+): mengaum dan • Halusinasi auditorik (+) : mendengar
menyebut tongkat ajaib setiap ada yang menjelek-jelekkan dirinya
malam dan mengatakan dirinya sok suci dan
tidak pantas berada di mesjid. Saat
dirawat di RSKD Duren Sawit pasien
mendengar suara yang mengancam
pasien untuk melarikan diri dari
bangsal, kalau tidak akan terjadi
bencana di RSKD Duren Sawit
• Halusinasi visual (+) : pasien melihat
sosok ayahnya sedang berdiri
menghadap kaca memakai helm dan
jaket di Bangsal Belimbing
• Perilaku aneh (+): keluyuran, marah-
marah, mondar mandir dan
menggangu lingkungan
• Gejala negatif (+): sulir disuruh
disuruh makan, mandi, dan tidur
• Pasien didiagnosis dengan
skizofrenia oleh dokter jiwa
Riwayat (-) RSKD Duren Sawit
rawat
Kondisi (-) (-)
medis
NAPZA Rokok Rokok, benzodiazepin, alkohol
Terapi (-) 22-24 Februari 2018:
• Olanzapin inj 1x1 vial IM
• Lorazepam 1x0,5 mg
• Trihexylpenidyl 2x2 mg
25 Februari 2018 –sekarang:
• Risperidone 2x2 mg
• Lorazepam 1x0,5 mg
• Trihexylpenidyl 2x2 mg
Efek (-) (-)
samping
Lama (-) Sampai sekarang
Fungsi • Interaksi sosial terganggu • Interaksi sosial cukup
• Perawatan diri cukup • Perawatan diri baik

E. Riwayat Perkembangan pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir di Sukabumi secara spontan pervaginam, normal. Saat hamil ibu
pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu, tidak mengidap penyakit
tertentu.
2. Riwayat Masa Kanak Awal
Pasien mengaku memiliki hubungan yang baik dengan kedua orangtua saat
masih kecil. Sejak kecil pasien tinggal di Sukabumi dengan ibu, nenek dan
adik pasien. Sementara sejak kecil ayah pasien sudah bekerja di Jakarta dan
biasanya pulang sebulan atau beberapa bulan sekali. Pasien juga tidak
mengalami kecelakaan/penyakit yang berarti saat kecil.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan
Saat SD pasien mengaku tidak memiliki masalah di sekolah.
4. Riwayat Masa Remaja
Sejak kelas 1 SMP pasien sudah mulai mengenal lawan jenis dan mulai
berpacaran. Saat kelas 1 SMP juga pasien pernah dipalak oleh kakak kelasnya.
Saat SMP juga pasien sering ikut tawuran, sering melanggar aturan, dan
pernah bolos sekolah 2 bulan hingga akhirnya saat kelas 2 SMP pasien
dikeluarkan dari sekolah dan pasien pindah ke SMP lain. Pasien juga mulai
mengenal rokok saat kelas 3 SMP.
Saat SMK pasien sudah mulai berhenti tawuran. Namun saat SMK
pasien sering dijahati oleh teman-teman SMKnya. Hal tersebut sesuai seperti
yang disampaikan ibu pasien, bahwa semenjak SMK anaknya sering dijahati
oleh teman-temannya. Pasien pernah disuruh oleh teman-temannya untuk
memukuli adik kelasnya, keesokkannya kakak dari adik kelas yang dipukuli
oleh pasien datang dan memukuli balik pasien, lalu pasien pun meminta maaf
atas perbuatannya. Teman SMK pasien juga pernah diam-diam mengambil
foto alat kelamin pasien dari handphone pasien dan menyebarkan foto tersebut
ke satu kelas. Motor pasien juga sering dipakai oleh teman-temannya dibawa
kencang-kencang keliling kesawah hingga bensinnya habis dan motornya
kotor. Saat kelulusan juga pasien pernah dipaksa oleh temannya untuk
menghisap rokok Gorilla. Pasien menghisap rokok Gorilla sebanyak 2 kali,
setelah itu pasien merasa melayang. Teman-teman pasienpun kemudian
menyuruh pasien untuk bersetubuh dengan teman perempuannya, namun
pasien menolak melakukkannya. Pasien hingga saat ini masih dendam
terhadap teman-teman SMK yang menjahatinya. Pasien juga pernah jatuh dari
motor saat SMK, dan lukanya sekarang sudah sembuh total hanya
menimbulkan bekas scar dibeberapa bagian tubuh.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Ijazah SMK pasien sempat ditahan disekolahnya karena pasien
belum melunasi biaya SPP, tetapi sekarang sudah dilunasi oleh bibi
pasien. Pasien juga tidak melanjutkan kuliah karena tidak ada biaya.
b. Riwayat Pekerjaan
Setelah lulus SMK, pasien selama sebulan menganggur dan hanya
mengajar adik-adik kelasnya bermain volley. Pasien sering diejek
oleh teman dan tetangganya karena menganggur, sehingga pasien
memutuskan untuk pergi ke Jakarta dan mencari pekerjaan. Di
Jakarta, pasien bekerja sebagai tukang parkir bersama ayahnya
selama 5 bulan dan 1 bulan terakhir pasien bekerja sebagai office boy
di toko vape. Jadi sekarang pasien bekerja di toko vape dan setelah
itu menjadi tukang parkir bersama ayahnya. Namun ayah pasien
tidak setuju pasien bekerja di toko Vape dan menyuruh pasien untuk
berhenti bekerja karena pergaulan disana yang tidak baik.
c. Riwayat Perkawinan / Berpacaran / Berpasangan
Pasien mulai berpacaran sejak kelas 1 SMP dan pasien tidak
mengingat berapa jumlah mantan pacarnya. Saat ini pasien belum
memiliki pasangan namun pasien sedang menyukai seseorang wanita
yang bekerja di apotek daerah Bukit Duri.
d. Riwayat Agama / Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam sejak lahir. Pasien sering mengaji walaupun
masih belum begitu fasih. Pasien sholat 5 waktu namun karena
bekerja jadi sering tidak sholat. Sejak masuk RSKD Duren Sawit
pasen mengaku menjadi lebih rajin sholat.
e. Aktivitas Sosial
Pasien mengaku bergaul dengan siapa saja. Namun menurut ibu
pasien, pasien sebenarnya merupakan anak yang pemalu dan
pendiam sejak kecil. Pasien memiliki hobi bermain volley dan pasien
sering bermain volley di Sukabumi bersama teman-temannya.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak memiiki riwayat pelanggaran hukum.
g. Riwayat Militer
Pasien tidak memiliki riwayat militer.

F. Situasi Kehidupan Sekarang


Care giver : ayah
Key person : ayah
Sumber Penghasilan : ayah
Selama tinggal di Jakarta, pasien bersama ayahnya tinggal berpindah-pindah
kadang tinggal di mesjid kadang tinggal di Wisma, dan sebulan terakhir setelah
bekerja di toko vape, bos pasiennya kadang menyuruh pasien tidur di toko. Care
giver dan key person pasien selama tinggal di Jakarta adalah ayah pasien. Selama
tinggal di Jakarta, pasien bersama ayahnya saling topang menopang untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan sehari-hari. Saat ini pasien sudah berada ± 2 minggu di Rumah
Sakit Khusus Daerah Duren Sawit dan sekarang dirawat di bangsal Belimbing. Pasien
cukup kooperatif dan tidak menimbulkan masalah atau keributan yang berarti.

G. Riwayat Psikoseksual
Pasien menyangkal pernah berhubungan seksual sebelumnya. Pasien menyangkal
adanya gangguan orientasi seksual.
H. Riwayat Keluarga
Ibu pasien bekerja sebagai penjual gorengan di Sukabumi sementara ayah pasien
sudah bekerja di Jakarta sejak pasien kecil. Ayah pasien awalnya bekerja sebagai
penjual ikan di Jakarta karena omset menurun ayah pasienpun berhenti berjualan dan
bekerja sebagai tukang parkir di Jakarta. Ayah pasien pulang 1-2 kali dalam setahun.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien menginginkan ayahnya bekerja di Sukabumi,
agar keluarganya dapat berkumpul seperti keluarga-keluarga lainnya. Pasien
merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Pasien memiliki dua orang adik laki-laki
dan dua orang adik perempuan. Adik tertua pasien berusia 10 tahun dan adik pasien
paling bungsu masih balita. Adik pasien pernah mengalami kejang satu kali saat
masih SD. Sepupu pasien dari pihak ayah juga menderita skizofrenia dan pernah
dirawat di RSKD Duren Sawit.

Tn. A
19 tahun

I. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai


1. Mimpi : Tidak ada
2. Fantasi : Tidak ada
3. Nilai-nilai : Dalam batas normal

III. STATUS MENTAL (7 Maret 2018, pukul 10.00)


A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan :
Laki-laki, sesuai usia (19 tahun), tidak memiliki tatto, scar bekas jatuh dari motor,
Rambut rapi, pakaian rapi, dan tampak bisa merawat diri sendiri.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :
Pasien tampak tenang.
Gerakan-gerakan seperti mannerisme (-), tics (-), hiperaktivitas (-), agitasi (-),
rigiditas (-), fleksibilitas (-), gerakan stereotipik (-), dan retardasi psikomotor (-).
3. Sikap terhadap pemeriksa :
Kooperatif

B. PEMBICARAAN
Pasien dapat berbicara dengan lancar, dan spontan. Kecepatan bicara normal, volume
normal, jumlah bicara normal, dan artikulasi jelas. Pasien menjawab sesuai
pertanyaan.

C. MOOD DAN AFEK


• Mood: iritabel
• Afek: terbatas
- Ekspresi wajah : pasien dapat tersenyum ketika menceritakan hal
menyenangkan
- Intonasi suara: datar
• Keserasian: serasi

D. GANGGUAN PERSEPSI
• Ilusi : tidak ditemukan
• Depersonalisasi : tidak ditemukan
• Derealisasi : tidak ditemukan
• Halusinasi :ditemukan halusinasi auditorik dan visual.
-Halusinasi auditorik: Sewaktu tinggal di mesjid, pasien merasa mendengar
ada suara yang menjelek-jelekkan dirinya dan mengatakan dirinya sok suci.
Sewaktu psien juga pernah mendengar suara yang mengancam pasien untuk
melarikan diri dari bangsal, kalau tidak akan terjadi bencana di RSKD Duren
Sawit.
-Halusinasi visual: Pasien merasa melihat ayah pasien sedang berdiri
menghadap kaca memakai helm dan jaket di Bangsal Belimbing.

E. PIKIRAN
1. Proses pikir / bentuk pikiran :
a. Produktivitas : cukup
b. Kontinuitas : asosiasi longgar minimal
c. Hendaya berbahasa : tidak ada afasia (sensorik&motorik), ataupun
disartria
2. Isi pikiran
a. Waham :
-waham kejar: pasien yakin bahwa bos dan dua orang tantenya datang
dan menghakimi, mempermalukan, dan memukuli pasien karena
pasien telanjang saat pasien dirawat di Belimbing.
b. Preokupasi : tidak ditemukan
c. Obsesi : tidak ditemukan
d. Kompulsi : tidak ditemukan
e. Ide bunuh diri : tidak ditemukan
f. Fobia : tidak ditemukan

F. SENSORIUM DAN KOGNISI


1. Kesiagaan dan taraf kesadaran : Compos mentis (GCS 15).
Kesadaran psikiatrik : terganggu
2. Orientasi :
Orientasi waktu, tempat, orang, dan situasi baik.
Pasien dapat mengetahui tempat ini adalah Rumah Sakit Khusus Daerah Duren
Sawit, bulan Mei tahun 2016, dan mengenali bahwa pemeriksa yang mengenakan
jas putih adalah dokter.
3. Memori :
• Segera : tidak terganggu
Pasien dapat mengulang 3 kata yang disebutkan pemeriksa secara benar.
• Jangka pendek : tidak terganggu
Pasien masih ingat sudah memakan snack pagi.
• Jangka menengah : tidak terganggu
Pasien masih ingat masuk ke RSKD dibawa oleh ayah pasien dan tante
pasien.
• Jangka panjang : tidak terganggu.
Pasien masih ingat jumlah adik pasien.

4. Konsentrasi dan perhatian :


Tidak terganggu
Pasien mampu menyebutkan huruf dari kata DUNIA mundur dari belakang
namun tidak bisa menghitung 100 dikurangi 7 hingga lima kali.
5. Kemampuan membaca dan menulis :
Tidak terganggu
Pasien mampu membaca tulisan “PEJAMKAN MATA ANDA” dan dapat
menuliskannya kembali.
6. Kemampuan visuospasial :
Tidak terganggu
Pasien dapat menggambar 2 gambar segilima seperti dibawah ini.

7. Pikiran abstrak : tidak terganggu


Pasien mampu menginterpretasikan peribahasa “sudah jatuh tertimpa tangga”
yaitu “sudah sial makin sial”. Pasien mampu menginterpretasi ungkapan “si jago
merah” yaitu “api”. Pasien mampu menyebutkan persamaan dan perbedaan apel
dan jeruk yaitu manis, berbeda warna.

8. Intelegensi dan daya informasi : baik

G. PENGENDALIAN IMPULS
Saat menjalani pemeriksaan status mental, pasien terlihat dapat mengendalikan
impulsnya.

H. DAYA NILAI DAN TILIKAN


Tilikan : derajat I,
karena pasien tidak mengakui bahwa dirinya sakit, pasien
mengaku bahwa dirinya berada di RSKD Duren Sawit karena
sakit amandel bukan karena kejiwaan.
Daya nilai sosial :tidak terganggu. Posisi duduk sopan, sikap selama wawancara
sopan.
Uji daya nilai :tidak terganggu. Pasien menjawab akan membagi
makanannya bila ada temannya yang tidak mendapat
makanan dibangsal.
Reality Testing Ability : terganggu
Pada pasien terdapat halusinasi auditorik dan visual, waham
kejar, dan asosiasi longgar minimal.
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Secara keseluruhan keterangan pasien dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status internus (9 Mei 2018)
Keadaan Umum : Baik, tampak tenang.
Kesadaran : Compos mentis.
Tekanan darah : 120/80 mmHg.
Nadi : 82 x/menit.
Pernafasan : 20 x/menit.
Suhu : 36,3 oC.
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 168 cm
BMI aktual : 19,5 kg/m2
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tidak ada deformitas.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- , pupil bulat
isokor 3mm/3mm, refleks cahaya langsung dan tidak
langsung +/+.
Hidung : Septum nasal di tengah, tidak terdapat cairan.
Mulut : Mukosa oral basah
Leher : Deviasi trakea tidak ada, tidak ditemukan pembesaran KGB,
benjolan, maupun pembesaran kelenjaran tiroid.
Thoraks Pulmo : I : simetris dalam keadaan statis maupun dinamis
P : stem fremitus kanan = kiri
P : sonor pada kedua lapangan paru,
A : Vesikular +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
Thoraks Cor : I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis tidak teraba
P: Batas atas : ICS III
Batas kanan : linea sternalis dextra ICS V
Batas kiri : linea midklavikularis sinistra ICS V
A: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : I : datar
A: Bising Usus = 6-8 x/menit
P: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
P: timpani pada seluruh kuadran abdomen
Kulit : Turgor baik, pucat (-), sianosis (-)
Ekstremitas : CRT < 2detik, akral hangat, edema ekstremitas -/-, tremor-/-,
rigiditas -/-, kulit kering pada telapak tangan dan kaki -/-
Motorik :
Motorik tangan : Normotonus, koordinasi baik
Motorik kaki :
a) Tungkai atas : normotonus +/+ (fleksi, ekstensi)
b) Tungkai bawah : normotonus +/+ (fleksi, ekstensi)
c) Telapak kaki : + /+ (plantarfleksi, dorsofleksi)
Refleks : Refleks fisiologis pada keempat ekstremitas (+),
Refleks patologis pada keempat ekstremitas (-)

B. Status Neurologik
Saraf Kranial (I-XII)
Saraf Kranial I : Tidak diperiksa
Saraf Kranial II : Visus luas ke segala arah
Saraf Kranial III, IV, VI : Gerakan bola mata baik kesegala arah,
simetris
Saraf Kranial V : Baik, dapat membuka mulut, mengunyah,
mengerutkan dahi, simetris
Saraf Kranial VII : Baik, +/+ dan simetris
Saraf Kranial VIII : Keseimbangan baik
Dapat mendengar gesekan jari +/+
Saraf Kranial IX-X : Refleks menelan (+)
Saraf Kranial XI : Kekuatan angkat bahu +/+, simetris
Saraf Kranial XII : Gerak dan kekuatan lidah baik, normal

1. Tanda rangsang meningeal : Tidak ditemukan


2. Mata
Gerakkan : Gerakan bola mata baik ke segala arah
Bentuk pupil : Bulat, isokor dengan diameter 3/3 mm
Reaksi cahaya : +/+
3. Motorik
Koordinasi : Gangguan motorik pada saat dilakukan gerakan
dorsofleksi dan plantarfleksi kaki kiri
Tonus : normotonus
Refleks Fisiologis
Biseps : Normal +/+
Triseps : Normal +/+
Patella : Normal +/+
Achilles : Normal +/+
Refleks Patologis : Tidak ditemukan
4. Sensibilitas : Terhadap rangsang raba nyeri dan raba +/+
5. Sistem saraf vegetatif : Miksi, defekasi dan sekresi keringat dalam
batas normal
6. Fungsi luhur : Afasia motorik (-) , afasia sensorik (-)
Dapat menghitung dan mengingat dengan
benar
7. Gangguan khusus : Tidak ditemukan
C. Test laboratorium Hematologi :

Test/Jenis pemeriksaan Result/hasil Unit/satuan Nilai rujukan


Hematologi (22/02/18)
Leukosit 7,83 Ribu/μl 3,8-10,6
Eritrosit 4,69 juta/uL 4,4-5,9
Hemoglobin 13,8 g/dL 13,2-17,3
Hematokrit 39,7 % 40,0-52,0
MCV 84,6 Fl 80-100
MCH 29,4 Pg 26-34
MCHC 34,8 g/dL 32-36
Trombosit 230 ribu/uL 140-392
Diabetes
Glukosa Sewaktu 92 mg/dL < 200
Fungsi Ginjal
Ureum 25 mg/dL 13-43
Kreatinin 1,2 mg/dL 0,8-1,3
Immunoserologi
Anti HIV Non-reaktif - (Negative)
Screening Urine Narkoba
(23/02/18)
Opiate Negatif Negatif
Amphetamine Negatif Negatif
Benzodiazepin Positif Negatif
Cannabis Negatif Negatif

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


A. Anamnesis
1. Tn. A, 19 tahun, selama 2 minggu SMRS pasien, gelisah, marah-marah,
keluyuran dan menggangu lingkungan seperti memakai baju tetangga yang
sedang dijemur, masuk kerumah tetangga tengah malam (+); Waham kejar :
yakin bosnya dan dua orang tante datang dan mempermalukan, dan memukuli
pasien karena pasien telanjang (+); Halusinasi auditorik: mendengar ada yang
menjelek-jelekkan dirinya dan ada yang mengancamnya agar kabur dari bangsal
kalau tidak akan terjadi bencana(+), visual: melihat ayah pasien sedang berada
di depan kaca saat di dalam bangsal (+), Gejala negatif (+): sulir disuruh
disuruh makan, mandi, dan tidur.
2. Riwayat psikiatrik :
2017 : bicara sendiri, waham kejar (+), halusinasi auditorik (+) pasien dijahati
oleh teman-teman SMKnya, dan gejala negatif (+)
3. Riwayat penggunaan NAPZA (+)
Pasien merokok sejak 3 SMP sampai sekarang
Pasien pernah mencoba ganja satu kali saat SMK
Pasien pernah mencoba minum alkohol 10 hari SMRS
Hasil laboratorium positif benzodiazepin SMRS tetapi pasien menyangkal.

B. Pemeriksaan Fisik :
Dalam batas normal
C. Status Mental
1. Penampilan sesuai usianya, perawatan diri baik.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor : pasien tampak tenang
3. Mood : iritabel
Afek : terbatas
Keserasian : serasi
4. Proses pikir : asosiasi longgar minimal
5. Persepsi : halusinasi auditorik dan visual
6. Isi pikir : waham kejar
7. Tilikan : derajat I
8. Reality testing ability : terganggu

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK


1. Aksis I
i. F00-F09 : Pasien tidak memiliki gangguan mental yang disebabkan oleh gangguan
organik. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dan trauma pada otak dan tidak
ada penyakit sistemik. Tidak ada gangguan pada fungsi kognitif, daya ingat, daya
pikir, daya belajar, dan gangguan kesadaran atau perhatian, sehingga pada pasien
ini tidak digolongkan ke dalam F00-F09.
ii. F10-19 : Pasien ± 1 bulan terakhir memang menggunakan zat psikoaktif (
benzodiazepin, alkohol) namun karena gejala halusinasi auditorik dan waham yang
menonjol dan sudah ± 1 bulan hingga sekarang dan 1 tahun lalu pasien juga
memiliki riwayat halusinasi auditorik dan waham maka pada pasien ini tidak
digolongkan ke dalam F10-F19.
iii. F20-29 : Pasien memiliki halusinasi auditorik dan visual (+), waham kejar (+)
asosiasi longgar minimal(+)
Gejala-gejala diatas telah memenuhi seluruh gejala skizofrenia maka dapat
disimpulkan bahwa diagnosis penyakit ini adalah skizofrenia.
Pada pasien ini yang menonjol adalah waham kejar dan halusinaasi auditorik maka
dari itu diagnosis lebih diarahkan ke F20.0 Skizofrena Paranoid Diagnosis tersebut
ditegakkan berdasarkan pedoman PPDGJ III.
Diagnosis kerja : F20.0 Skizofrenia Paranoid

Diagnosis Banding : F23 Gangguan Psikotik Akut

2. Aksis II
Belum cukup data untuk menentukkan gangguan kepribadian
3. Aksis III
Tidak ada diagnosis
4. Aksis IV
Z56.4 Masalah dengan pimpinan dan rekan kerja
Z59.6 Penghasilan yang rendah
Z63.3 Ketidakhadiran anggota keluarga
5. Aksis V
GAF current : 51 -60 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
Highest level past year GAF : 90-81 gejala minimal,berfungsi baik, cukup puas, tidak
lebih dari masalah harian yang biasa.

VII. EVALUASI MULTI AKSIAL


Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Belum dapat dinilai
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Z56.4 Masalah dengan pimpinan dan rekan kerjapasien sering dipukuli oleh
bosnya bila tidak mengikuti perintah bosnya
Z59.6 Penghasilan yang rendah pekerjaan ayah dan pasien sebagai tukang
parkir
Z63.3 Ketidakhadiran anggota keluargaayah pasien bekerja diluar kota
sejak pasien kecil
Aksis V :
GAF current : 51 -60 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
Highest level past year GAF : 90-81 gejala minimal,berfungsi baik, cukup puas, tidak
lebih dari masalah harian yang biasa.

VIII. DAFTAR MASALAH


1. Organobiologik
- Sepupu pasien menderita skizofrenia dan pernah dirawat di RSJ.
2. Psikologik
Tilikan derajat I, pasien tidak mengakui bahwa dirinya sakit.
Reality Testing Ability terganggu.
Gejala pertama kali muncul pada onset muda (18 tahun).
Gejala:
- Waham kejar
- Gejala negatif
- Bicara sendiri
3. Faktor sosial lingkungan
- Pasien dan keluarganya memiliki permasalahan ekonomi
- Pasien merupakan anak yang pendiam dan tertutup sehingga mudah dijahati
oleh teman-teman SMKnya
- Pasien jarang berkumpul dengan ayahnya sejak kecil karena ayahnya bekerja
di luar kota

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

Faktor memperberat :
- Ada faktor genetik pada keluarga
- Ada stressor ejekkan dari teman dan tetangga dan tuntutan faktor ekonomi
agar pasien dapat segera mendapatkan pekerjaan
- Bos pasien yang arogan dan memaksa pasien menggunakan alkohol dan
obat-obatan
Faktor memperingan :
- Pasien cukup kooperatif di RSKD Duren Sawit dan mau mengikuti anjuran
petugas RSKD Duren Sawit.
- Keluarga pasien supportif mendukung dan memberikan semangat kepada
pasien walaupun tidak memiliki pendanaan yang adekuat

X. RENCANA PENATALAKSANAAN

1. Rawat inap 4 - 6 minggu


Diadakan pemantauan selama perawatan, pasien dapat dipertimbangkan untuk
dikembalikan ke rumah apabila halusinasi dan waham telah berkurang dan skor GAF
membaik dengan syarat pasien tetap harus kontrol minimal sebulan sekali ke psikiater
dan patuh minum obat yang diberikan.

2. Farmakoterapi
a. Jangka Pendek
- Antipsikotik :
Pemilihan antipsikotik dilakukan dengan mempertimbangkan pasien adalah
pasien BPJS, dan faktor ekonomi pasien.
Ini merupakan pertama kalinya pasien mendapatkan pengobatan. Pada hari
pertama masuk rumah sakit pasien saat fase akut diberikan injeksi olanzapine
1x1 vial IM, lorazepam 1x0,5 mg, THP 2x2 mg. Setelah 3 hari obat pasien
diganti menjadi Risperidone 1x2 mg dan THP 2x2 mg. Dosis dapat dititrasi 1-2
mg per hari sampai mencapai dosis efektif. Dosis yang dianjurkan adalah 2-6
mg per hari dipantau selama 2-4 minggu. Bila pasien menunjukkan tanda-tanda
perbaikan dan efek samping tidak timbul maka dilanjutkan dan dipantau
kembali setelah 6 bulan. Bila tanda-tanda perbaikkan tidak muncul atau efek
samping timbul dapat diganti antipsikotik atipikal lainnya karena bila dosis
risperidone ditingkatkan lagi berpotensi kuat memunculkan efek samping
ekstrapiramidal.

- Antikolinergik
Trihexylphenidyl 2x2mg
Pemberian THP ditujukan untuk menghindari efek ekstrapiramidal yang dapat
disebabkan oleh pemberian antipsikotik.

b. Jangka Panjang
Bila tidak patuh minum obat, pemberian antipsikotik long acting injeksi
seperti Fluphenazine decanoate dapat menjadi salah satu pilihan. Fluphenazine
decanoate dapat diberikan satu bulan sekali dengan dosis 12.5mg dengan THP po
2x2 mg.

3. Non farmakoterapi
- Jangka pendek
a. Edukasi pasien:
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya dan akibat yang
dapat ditimbulkan dari penyakitnya tersebut.
- Menjelaskan mengenai halusinasi yang dialami pasien adalah suatu hal
tidak nyata dan menjelaskan bagaimana cara mengatasi halusinasi
tersebut.
- Memotivasi pasien agar mengonsumsi obat secara teratur dan kontrol
teratur di poliklinik rawat jalan setelah selesai rawat inap.
- Memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang dapat
meningkatkan risiko kekambuhan, memperingan atau memperberat
penyakit.
- Memotivasi pasien untuk mengurangi konsumsi rokok dan alkohol,
juga memotivasi pasien tidak meminum obat-obatan lain selain yang
diberikan dokter.
- Memotivasi pasien untuk keluar dari lingkungan pekerjaan yang buruk
dan mencari perkerjaan lain sesuai kemampuan dan hobinya.
b. Edukasi keluarga:
- Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai penyakit yang dialami
oleh pasien.
- Menjelaskan manfaat, cara kerja dan efek samping obat yang diberikan
kepada pasien serta dampak yang akan dialami oleh pasien apabila
pasien tidak teratur mengonsumsi obatnya.
- Memberikan informasi mengenai efek samping yang dapat timbul
akibat pengobatan, memperhatikan munculnya gejala efek samping
dan membawa pasien ke rumah sakit segera jika muncul efek samping
tersebut.
- Meminta kerja sama keluarga untuk memantau kondisi pasien, jadwal
minum obat dan tidak mengatur dosis obat menurut keinginan pasien.
- Memantau kegiatan pasien agar pasien tidak kembali merokok, minum
alkohol, dan obat-obar
- Membawa pasien untuk kontrol di poliklinik rawat jalan setelah selesai
menjalani rawat inap.
c. Terapi keterampilan perilaku atau keterampilan sosial
- Memotivasi pasien untuk mengembangkan keterampilan dan hobi yang
ia miliki.
- Memotivasi pasien untuk tetap menjaga kesehatan diri dan kebersihan
diri.
- Mendorong pasien untuk mengikuti berbagai kegiatan kelompok
misalnya kegiatan keagamaan di masjid dan berbagai aktivitas sosial
lainnya.

- Jangka panjang
a. Terapi keluarga
- Membantu keluarga dan pasien untuk memahami penyakit pasien.
- Menciptakan dukungan sosial dan lingkungan yang suportif bagi
pasien.
- Berdiskusi mengenai kekambuhan yang pasien alami serta faktor
pencetus kekambuhan tersebut.
- Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stres dan kontak
dengan stresor.

XI. FOLLOW UP
1. Pemantauan terhadap gejala psikotik yang ada pada pasien.
2. Pemantauan terhadap perilaku melukai diri sendiri atau orang lain.
3. Pemantauan terhadap efek samping pengobatan.
4. Pemantauan terhadap kemampuan pasien dalam interaksi sosial dan aktivitas sehari-
hari.

XII. DISKUSI

Skizofrena Paranoid Kasus


Epidemiologi Dapat muncul sejak remaja atau dewasa
19 tahun
muda, usia rata-rata 15-25 tahun
Durasi 1 bulan 1 bulan
Gejala Kriteria Umum Skizofrenia berdasarkan Memenuhi kriteria:
PPDGJ III: • Terdapat waham kejar
• Harus ada sedikitnya satu gejala • Terdapat halusinasi auditorik dan
berikut ini visual
1. Thought echo, Thought • Asosiasi longgar minimal
insertion or withdrawal, • Perawatan diri tidak baik
thought broadcasting • Lama gejala berlangsung lebih dari
2. Delusion of Control, satu bulan
delusion of influence, • Ada distress dan disfungsi
delusion of passivity, Sehingga pasien dapat didiagnosis
delusional perception sebagai skizofrenia
3. Halusinasi auditorik
4. Waham-waham menetap Onset penyakit pasien dimulai saat
jenis lainnya usia 19 tahun. Waham kejar dan
• Atau paling sedikit ada dua halusinasi terkesan menonjol,
gejala dibawah ini yang harus terdapat gangguan proses pikir, serta
selalu ada secara jelas: adanya hendaya perilaku. Hal-hal
1. Halusinasi yang menetap tersebut merupakan ciri dari
dari panca indera apa skizofrenia paranoid.
saja
2. Arus pikiran yang
terputus
3. Perilaku katatonik
4. Gejala-gejala “negatif”
• Adanya gejala-gejala khas
tersebut diatas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan
atau lebih
• Harus ada perubahan yang
konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan
Kriteria Skizofrenia paranoid
• Memenuhi kriteria umum
diagnosis skizofrenia
• Gejala klinis didominasi oleh
waham-waham yang relatif
stabil, bersifat paranoid,
biasanya disertai halusinasi
terutama pendengaran, dan
gangguan persepsi.
• Gangguan afektif, dorongan
kehendak, dan pembicaraan
serta gejala-gejala katatonik
tidak menonjol.
• Kepribadian premorbid
menunjukkan ciri khas: pemalu,
dan senang menyendiri, namun
tidak harus demikian untuk
menegakkan diagnosis
• Sebagai tambahan :
• Suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau
memberi perintah atau
halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal
• Halusinasi pembauan atau
pengecapan rasa atau bersifat
seksual atau lain-lain perasaan
tubuh
• Waham dapat berupa hampir
setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion
of influence), atau delusion of
passivity dan keyakinan dikejar-
kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas

Diagnosis F23.2 Gangguan psikotik Lir- − Pasien memiliki onset yang akut
Banding skizofrenia yaitu 1 bulan dan dipicu oleh
stress akut, namun dapat
disingkirkan karena satu tahun
sebelumnya pasien juga pernah
memiliki gejala yang serupa
selama ± 2 bulan dan waham
kejar dan halusinasi auditorik
bersifat commanding,
commenting, insulting menonjol
pada pasien ini

Terapi Farmakologi Obat Antipsikotik:


Fase Akut Risperidone
Antipsikotik kerja cepat (IM) : Risperidone merupakan antipsikotik
- Olanzapine 10 mg IM atipikal yang bekerja sebagai
- Aripriprazol 9,75 mg IM antagonis reseptor D2 dan 5HT2A,
- Haloperidol 5 mg IM juga memiliki afinitas kuat terhadap
- Chlorpromazine 25mg IM a1 dan a2 tetapi memiliki afinitas
rendah terhadap β-reseptor dan
Fase Stabilisasi muskarinik.
Obat Antipsikotik: Dosis awal dari risperidone adalah 2
a. Tipikal mg/hari. Dosis dapat dinaikkan
- Chlorphromazine hingga 6 mg/hari. Menurut literatur
- Fluphenazine dosis > 6 mg/ hari dapat
- Haloperidol meningkatkan resiko efek samping
b. Atipikal EPS.
- Clozapine Sediaan risperidone adalah 1 mg, 2
- Olanzapine mg, 3 mg
- Quetiapine Efek samping yang dapat adalah
- Risperidonee peningkatan berat badan, cemas,
mual muntah, rhinitis, disfungsi
- Pemilihan antipsikotik berdasarkan erektil, dan efek ekstrapiramidal.
gejala yang timbul pada pasien
dengan mempertimbangkan efek Trihexiphenidyl
samping dari masing-masing obat. Trihexiphenidyl 2 x 2 mg PO untuk
mencegah munculnya gejala
Terapi Non-Farmakologi ekstrapiramidal
Edukasi pasien dan keluarga,
Trihexylphenidyl merupakan obat
rehabilitasi pasien
golongan antikolinergik yang dapat
diberikan apabila muncul gejala
ekstrapiramidal sebagai efek
samping dari penggunaan obat
antipsikotik. Gejala ekstrapiramidal
dapat muncul berupa akathisia,
distonia, tremor, bradikinesia, dan
rigiditas. Dosis anjuran untuk
trihexylphenidyl adalah 2-5 mg/ 2-4x
sehari. Meskipun obat antipsikotik
atipikal memiliki efek gejala
ekstrapiramidal lebih kecil
dibandingkan antipsikotik tipikal,
indikasi serta dosis penggunaan
antipsikotik atipikal tetap harus
diperhatikan dan pemantauan
terhadap munculnya efek samping
gejala ekstrapiramidal tetap
diperlukan.

Fluphenazine Decanoate
Fluphenazine Decanoate obat
antipsikotik tipikal yang bersifat long
acting. Efek dari obat ini dapat
bertahan 2-4 minggu setiap satu kali
injeksi. Dosis yang diberikan adalah
12.5mg/mL. Karena obat ini
merupakan antipsikotik tipikal, maka
perlu diperhatikan efek samping
yang muncul. Efek samping yang
paling ditakutkan muncul adalah
EPS.

Trihexiphenidyl 2 x 2 mg PO untuk
mencegah munculnya gejala

Prognosis Ciri prognosis buruk untuk skizofrenia Pada kasus ditemukan beberapa
paranoid: tanda yaitu:
- Onset muda - Onset muda : 19 tahun
- Tidak ada faktor pencetus - Faktor pencetus pemakaian
- Onset mendadak zat psikoaktif
- Keadaan premorbid sosial, seksual, - Keadaan premorbid sosial
dan bekerja yang buruk dan bekerja yang buruk
- Lajang atau sudah bercerai - Lajang
- Memiliki riwayat yang sama pada - Memiliki riwayat yang sama
keluarga pada keluarga
- Support system yang buruk - Riwayat pernah mendapat
- Adanya gejala negatif penghinaan/pelecehan
- Adanya tanda neurologis - Adanya gejala negatif
- Adanya riwayat trauma perinatal Maka dari itu, dapat ditentukan
- Belum adanya remisi setelah 3 bahwa prognosis pasien ini buruk.
tahun
- Sering relaps
- Riwayat pernah mendapat
penghinaan/pelecehan

Anda mungkin juga menyukai