Penguji :
dr. Lenny Gustaman, Sp. KJ (K)
dr. Juniar Effendi, Sp. KJ
Penyusun:
Isabella Josephine Tarigan 201706010037
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN JIWA DAN PERILAKU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
12 FEBRUARI 2018 – 17 MARET 2018
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
STATUS PSIKIATRI
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa dan Perilaku
Fakultas Kedokteran Atma Jaya
Tanda Tangan :
Tanda Tangan :
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan : Tamat SMK
Pekerjaan : Office boy dan tukang parkir dimalam hari
Agama : Islam
Alamat : Bukit Duri
Tanggal dirawat : 22 Februari 2018
Pemeriksaan : 5-7 Maret 2018
- Identitas Ibu
Nama : Ny. R
Umur : 40 tahun
Tingkat Pendidikan : tamat SMP
A. Keluhan utama :
Pasien berperilaku gelisah, marah-marah, keluyuran dan menggangu lingkungan.
B. Keluhan tambahan :
Pasien sulit untuk disuruh mandi, makan, dan tidur.
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dibawa ke RSKD Duren Sawit tanggal 22 Februari 2018 oleh ayah dan
tantenya karena selama 2 minggu SMRS, pasien dikeluhkan gelisah, marah-marah
keluyuran, mondar-mandir dan menggangu lingkungan. Pasien juga sulit disuruh
mandi, makan dan tidur. Pasien tidak menunjukkan afek depresi, kehilangan minat
dan energi. Pasien sering memakai baju tetangga yang sedang dijemur dan masuk
kedalam rumah orang saat tengah malam. Namun saat ditanya mengapa pasien
dibawa ke RSKD Duren Sawit, Pasien mengaku setelah selesai bekerja, pasien minum
alkohol bersama bosnya kemudian setelah pulang bekerja tiba-tiba pasien langsung
dibawa oleh ayah dan bibi pasien kerumah sakit kemudian pasien sudah tidak
mengingat peristiwa yang terjadi setelah itu.
Pakaian pasien cukup rapi, penampilan pasien cukup terawat dan pasien
kooperatif saat diwawancara. Selama dirawat di RSKD Duren, pasien merasa nafsu
makannya meningkat. Sebelumnya pasien sulit tidur karena teringat keluarganya
namun sekarang pasien sudah dapat tidur dengan nyenyak selama 8 jam sehari.
Setelah satu bulan lulus SMK di Sukabumi, pasien tak kunjung mendapatkan
pekerjaan. Pasien pun sering diejek oleh tetangga dan temannya karena belum
mendapat pekerjaan, kemudian pasiepun pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.
Pasien sudah tinggal di Jakarta selama 6 bulan. Di Jakarta, pasien tinggal dan
bersama-sama bekerja dengan ayahnya sebagai tukang parkir. Satu bulan SMRS,
pasien ditawari bekerja di toko vape sebagai office boy. Namun sebenarnya ayah
pasien tidak menyetujui pasien bekerja di toko vape karena pergaulan disana yang
kurang baik, tetapi ayah pasien tidak dapat berbuat apa-apa karena beliau hanyalah
tukang parkir. Di toko vape, pasien sering diajak minum alkohol dan obat-obatan oleh
bosnya. Namun pasien menyangkal menggunakan obat-obatan. Menurut pengakuan
ayah pasien, selain bosnya menyuruh pasien untuk minum dan menggunakan obat,
pasien juga kalau tidak menurut perintah sering dipukuli oleh bosnya.
4 Pemakaian 1 tahun ya - - - - - - Ya - - Ya
terakhir
2017 2018
G. Riwayat Psikoseksual
Pasien menyangkal pernah berhubungan seksual sebelumnya. Pasien menyangkal
adanya gangguan orientasi seksual.
H. Riwayat Keluarga
Ibu pasien bekerja sebagai penjual gorengan di Sukabumi sementara ayah pasien
sudah bekerja di Jakarta sejak pasien kecil. Ayah pasien awalnya bekerja sebagai
penjual ikan di Jakarta karena omset menurun ayah pasienpun berhenti berjualan dan
bekerja sebagai tukang parkir di Jakarta. Ayah pasien pulang 1-2 kali dalam setahun.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien menginginkan ayahnya bekerja di Sukabumi,
agar keluarganya dapat berkumpul seperti keluarga-keluarga lainnya. Pasien
merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Pasien memiliki dua orang adik laki-laki
dan dua orang adik perempuan. Adik tertua pasien berusia 10 tahun dan adik pasien
paling bungsu masih balita. Adik pasien pernah mengalami kejang satu kali saat
masih SD. Sepupu pasien dari pihak ayah juga menderita skizofrenia dan pernah
dirawat di RSKD Duren Sawit.
Tn. A
19 tahun
B. PEMBICARAAN
Pasien dapat berbicara dengan lancar, dan spontan. Kecepatan bicara normal, volume
normal, jumlah bicara normal, dan artikulasi jelas. Pasien menjawab sesuai
pertanyaan.
D. GANGGUAN PERSEPSI
• Ilusi : tidak ditemukan
• Depersonalisasi : tidak ditemukan
• Derealisasi : tidak ditemukan
• Halusinasi :ditemukan halusinasi auditorik dan visual.
-Halusinasi auditorik: Sewaktu tinggal di mesjid, pasien merasa mendengar
ada suara yang menjelek-jelekkan dirinya dan mengatakan dirinya sok suci.
Sewaktu psien juga pernah mendengar suara yang mengancam pasien untuk
melarikan diri dari bangsal, kalau tidak akan terjadi bencana di RSKD Duren
Sawit.
-Halusinasi visual: Pasien merasa melihat ayah pasien sedang berdiri
menghadap kaca memakai helm dan jaket di Bangsal Belimbing.
E. PIKIRAN
1. Proses pikir / bentuk pikiran :
a. Produktivitas : cukup
b. Kontinuitas : asosiasi longgar minimal
c. Hendaya berbahasa : tidak ada afasia (sensorik&motorik), ataupun
disartria
2. Isi pikiran
a. Waham :
-waham kejar: pasien yakin bahwa bos dan dua orang tantenya datang
dan menghakimi, mempermalukan, dan memukuli pasien karena
pasien telanjang saat pasien dirawat di Belimbing.
b. Preokupasi : tidak ditemukan
c. Obsesi : tidak ditemukan
d. Kompulsi : tidak ditemukan
e. Ide bunuh diri : tidak ditemukan
f. Fobia : tidak ditemukan
G. PENGENDALIAN IMPULS
Saat menjalani pemeriksaan status mental, pasien terlihat dapat mengendalikan
impulsnya.
B. Status Neurologik
Saraf Kranial (I-XII)
Saraf Kranial I : Tidak diperiksa
Saraf Kranial II : Visus luas ke segala arah
Saraf Kranial III, IV, VI : Gerakan bola mata baik kesegala arah,
simetris
Saraf Kranial V : Baik, dapat membuka mulut, mengunyah,
mengerutkan dahi, simetris
Saraf Kranial VII : Baik, +/+ dan simetris
Saraf Kranial VIII : Keseimbangan baik
Dapat mendengar gesekan jari +/+
Saraf Kranial IX-X : Refleks menelan (+)
Saraf Kranial XI : Kekuatan angkat bahu +/+, simetris
Saraf Kranial XII : Gerak dan kekuatan lidah baik, normal
B. Pemeriksaan Fisik :
Dalam batas normal
C. Status Mental
1. Penampilan sesuai usianya, perawatan diri baik.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor : pasien tampak tenang
3. Mood : iritabel
Afek : terbatas
Keserasian : serasi
4. Proses pikir : asosiasi longgar minimal
5. Persepsi : halusinasi auditorik dan visual
6. Isi pikir : waham kejar
7. Tilikan : derajat I
8. Reality testing ability : terganggu
2. Aksis II
Belum cukup data untuk menentukkan gangguan kepribadian
3. Aksis III
Tidak ada diagnosis
4. Aksis IV
Z56.4 Masalah dengan pimpinan dan rekan kerja
Z59.6 Penghasilan yang rendah
Z63.3 Ketidakhadiran anggota keluarga
5. Aksis V
GAF current : 51 -60 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
Highest level past year GAF : 90-81 gejala minimal,berfungsi baik, cukup puas, tidak
lebih dari masalah harian yang biasa.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
Faktor memperberat :
- Ada faktor genetik pada keluarga
- Ada stressor ejekkan dari teman dan tetangga dan tuntutan faktor ekonomi
agar pasien dapat segera mendapatkan pekerjaan
- Bos pasien yang arogan dan memaksa pasien menggunakan alkohol dan
obat-obatan
Faktor memperingan :
- Pasien cukup kooperatif di RSKD Duren Sawit dan mau mengikuti anjuran
petugas RSKD Duren Sawit.
- Keluarga pasien supportif mendukung dan memberikan semangat kepada
pasien walaupun tidak memiliki pendanaan yang adekuat
X. RENCANA PENATALAKSANAAN
2. Farmakoterapi
a. Jangka Pendek
- Antipsikotik :
Pemilihan antipsikotik dilakukan dengan mempertimbangkan pasien adalah
pasien BPJS, dan faktor ekonomi pasien.
Ini merupakan pertama kalinya pasien mendapatkan pengobatan. Pada hari
pertama masuk rumah sakit pasien saat fase akut diberikan injeksi olanzapine
1x1 vial IM, lorazepam 1x0,5 mg, THP 2x2 mg. Setelah 3 hari obat pasien
diganti menjadi Risperidone 1x2 mg dan THP 2x2 mg. Dosis dapat dititrasi 1-2
mg per hari sampai mencapai dosis efektif. Dosis yang dianjurkan adalah 2-6
mg per hari dipantau selama 2-4 minggu. Bila pasien menunjukkan tanda-tanda
perbaikan dan efek samping tidak timbul maka dilanjutkan dan dipantau
kembali setelah 6 bulan. Bila tanda-tanda perbaikkan tidak muncul atau efek
samping timbul dapat diganti antipsikotik atipikal lainnya karena bila dosis
risperidone ditingkatkan lagi berpotensi kuat memunculkan efek samping
ekstrapiramidal.
- Antikolinergik
Trihexylphenidyl 2x2mg
Pemberian THP ditujukan untuk menghindari efek ekstrapiramidal yang dapat
disebabkan oleh pemberian antipsikotik.
b. Jangka Panjang
Bila tidak patuh minum obat, pemberian antipsikotik long acting injeksi
seperti Fluphenazine decanoate dapat menjadi salah satu pilihan. Fluphenazine
decanoate dapat diberikan satu bulan sekali dengan dosis 12.5mg dengan THP po
2x2 mg.
3. Non farmakoterapi
- Jangka pendek
a. Edukasi pasien:
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya dan akibat yang
dapat ditimbulkan dari penyakitnya tersebut.
- Menjelaskan mengenai halusinasi yang dialami pasien adalah suatu hal
tidak nyata dan menjelaskan bagaimana cara mengatasi halusinasi
tersebut.
- Memotivasi pasien agar mengonsumsi obat secara teratur dan kontrol
teratur di poliklinik rawat jalan setelah selesai rawat inap.
- Memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang dapat
meningkatkan risiko kekambuhan, memperingan atau memperberat
penyakit.
- Memotivasi pasien untuk mengurangi konsumsi rokok dan alkohol,
juga memotivasi pasien tidak meminum obat-obatan lain selain yang
diberikan dokter.
- Memotivasi pasien untuk keluar dari lingkungan pekerjaan yang buruk
dan mencari perkerjaan lain sesuai kemampuan dan hobinya.
b. Edukasi keluarga:
- Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai penyakit yang dialami
oleh pasien.
- Menjelaskan manfaat, cara kerja dan efek samping obat yang diberikan
kepada pasien serta dampak yang akan dialami oleh pasien apabila
pasien tidak teratur mengonsumsi obatnya.
- Memberikan informasi mengenai efek samping yang dapat timbul
akibat pengobatan, memperhatikan munculnya gejala efek samping
dan membawa pasien ke rumah sakit segera jika muncul efek samping
tersebut.
- Meminta kerja sama keluarga untuk memantau kondisi pasien, jadwal
minum obat dan tidak mengatur dosis obat menurut keinginan pasien.
- Memantau kegiatan pasien agar pasien tidak kembali merokok, minum
alkohol, dan obat-obar
- Membawa pasien untuk kontrol di poliklinik rawat jalan setelah selesai
menjalani rawat inap.
c. Terapi keterampilan perilaku atau keterampilan sosial
- Memotivasi pasien untuk mengembangkan keterampilan dan hobi yang
ia miliki.
- Memotivasi pasien untuk tetap menjaga kesehatan diri dan kebersihan
diri.
- Mendorong pasien untuk mengikuti berbagai kegiatan kelompok
misalnya kegiatan keagamaan di masjid dan berbagai aktivitas sosial
lainnya.
- Jangka panjang
a. Terapi keluarga
- Membantu keluarga dan pasien untuk memahami penyakit pasien.
- Menciptakan dukungan sosial dan lingkungan yang suportif bagi
pasien.
- Berdiskusi mengenai kekambuhan yang pasien alami serta faktor
pencetus kekambuhan tersebut.
- Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stres dan kontak
dengan stresor.
XI. FOLLOW UP
1. Pemantauan terhadap gejala psikotik yang ada pada pasien.
2. Pemantauan terhadap perilaku melukai diri sendiri atau orang lain.
3. Pemantauan terhadap efek samping pengobatan.
4. Pemantauan terhadap kemampuan pasien dalam interaksi sosial dan aktivitas sehari-
hari.
XII. DISKUSI
Diagnosis F23.2 Gangguan psikotik Lir- − Pasien memiliki onset yang akut
Banding skizofrenia yaitu 1 bulan dan dipicu oleh
stress akut, namun dapat
disingkirkan karena satu tahun
sebelumnya pasien juga pernah
memiliki gejala yang serupa
selama ± 2 bulan dan waham
kejar dan halusinasi auditorik
bersifat commanding,
commenting, insulting menonjol
pada pasien ini
Fluphenazine Decanoate
Fluphenazine Decanoate obat
antipsikotik tipikal yang bersifat long
acting. Efek dari obat ini dapat
bertahan 2-4 minggu setiap satu kali
injeksi. Dosis yang diberikan adalah
12.5mg/mL. Karena obat ini
merupakan antipsikotik tipikal, maka
perlu diperhatikan efek samping
yang muncul. Efek samping yang
paling ditakutkan muncul adalah
EPS.
Trihexiphenidyl 2 x 2 mg PO untuk
mencegah munculnya gejala
Prognosis Ciri prognosis buruk untuk skizofrenia Pada kasus ditemukan beberapa
paranoid: tanda yaitu:
- Onset muda - Onset muda : 19 tahun
- Tidak ada faktor pencetus - Faktor pencetus pemakaian
- Onset mendadak zat psikoaktif
- Keadaan premorbid sosial, seksual, - Keadaan premorbid sosial
dan bekerja yang buruk dan bekerja yang buruk
- Lajang atau sudah bercerai - Lajang
- Memiliki riwayat yang sama pada - Memiliki riwayat yang sama
keluarga pada keluarga
- Support system yang buruk - Riwayat pernah mendapat
- Adanya gejala negatif penghinaan/pelecehan
- Adanya tanda neurologis - Adanya gejala negatif
- Adanya riwayat trauma perinatal Maka dari itu, dapat ditentukan
- Belum adanya remisi setelah 3 bahwa prognosis pasien ini buruk.
tahun
- Sering relaps
- Riwayat pernah mendapat
penghinaan/pelecehan