Oleh:
Tory Ilonda Ramadhana
210141010181
Masa KKM: 21 Maret – 29 Mei 2022
Supervisor Pembimbing:
Dr. dr. Novie H. Rampengan, Sp.A(K), DTM&H, MCTM(TP)
Mengetahui,
Residen Pembimbing
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
Mengetahui,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
(DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk ini
oleh 4 virus dengue yang mempunyai permukaan antigen hampir sama.4 Infeksi
oleh virus dengan serotipe yang sama menyebabkan imunitas yang cukup lama,
sampai tahun 1984 seluruh propinsi di Indonesia telah terjangkit penyakit ini. Di
seluruh dunia diasumsikan setiap tahun terdapat 50 – 100 juta penderita demam
Infeksi oleh virus dengue dapat merupakan penyakit self limitting, tetapi
perjalanan klinis penyakitnya kadang – kadang tidak dapat diramalkan dan dapat
menjadi berat. Manifestasi klinis infeksi virus dengue bervariasi, mulai dari
demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) dan demam berdarah
dengue dengan syok (sindrom syok dengue = SSD).5,6,7 Saat ini belum ada vaksin
1
yang efektif terhadap virus ini, maka pemberantasan ditujukan pada manusia dan
kapiler.8 Pada laporan kasus ini dibahas seorang anak yang menderita demam
berdarah dengue grade I, dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Berat Badan : 25 kg
Agama : Kristen
Kebangsaan : Indonesia
Anak ke :2
Alamat : Sawangan
Usia : 39 tahun
Perkawinan :I
Pendidikan : D3
Pekerjaan : IRT
Usia : 34 tahun
Perkawinan :I
3
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
C. FAMILY TREE
D. ANAMNESIS
Keluhan utama :
• Demam sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit
• Mual dan muntah selama sakit
• Nyeri perut
diantar oleh orang tuanya dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam naik turun walaupun sudah diberi obat
gusi berdarah. Pasien juga mengeluh mual dan muntah selama sakit.
Pasien menolak untuk makan sejak sakit seperti ini. Menurut keluarga,
pasien tidak ada mengeluh nyeri perut 3 hari yang lalu tetapi tiba-tiba 1
hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri perut. Menurut
4
keluarga pasien, BAK tidak ada keluhan. Pasien juga tidak ada
2) Anamnesis Antenatal
kali.
Diare : Pernah
Batuk/pilek : Pernah
5
Pertama kali merangkak : 10 bulan
6) Imunisasi
satu kali, polio tiga kali, DPT tiga kali, campak satu kali, dan Hepatitis
ulangan.
6
DASAR ULANGAN
I II III I II III
BCG +
POLIO + + + + +
DPT + + + + +
CAMPAK + +
HEPATITIS + + + + +
7) Riwayat Keluarga
belakang rumah.
E. PEMERIKSAAN FISIK
7
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Respirasi : 30 x/menit
Suhu : 38,6º C
Antropometri
Berat badan : 25 kg
Status Gizi
Kulit
Tonus : Eutonia
8
Edema : Tidak ada
Kepala
Bentuk : Normocephali
Mata
Exophtalmus/enophtalmus : (-/-)
Lensa : Jernih
Mulut
9
Gigi : Karies (-)
Tenggorokan
Leher
Thoraks
Bentuk : Simetris
Paru-paru
Jantung
10
Batas kiri : ICS V linea midklavikularis sinistra
Abdomen
Bentuk : Datar
abdomen (+)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
11
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 26 Maret 2022
Parameter Hasil Nilai Rujukan
DARAH
Leukosit 3.100/uL 5.000 – 15.000/uL
Eritrosit 5,11 x 10^6/uL 4,00 – 5,20 x 10^6/uL
Hemoglobin 14,6 g/dL 11,0 – 14,0 g/dL
Hematokrit 39,5 % 34.0 – 40.0%
Trombosit 52.000/uL 200 – 490 x 10^3/uL
MCH 28.5 pg 27,0 – 35,0 pg
MCHC 36.9 g/dL 31,0 – 37,0 g/dL
MCV 77.3 fL 75.0 – 87.0 fL
001 Eosinofil 0% 1–5
002 Basofil 0% 0–1
003 Netrofil Batang 7% 2–8
004 Netrofil Segmen 36% 50 – 70
005 Limfosit 34% 20 – 40
006 Monosit 23% 2–8
Gula Darah Sewaktu 104 mg/dL 70 – 140 mg/dL
Albumin 3.64 g/dL 3.50 – 5.70 g/dL
Anti Dengue Ig G Negatif Negatif
Anti Dengue Ig M Positif Negatif
CRP 48.00 mg/dL < 6.00 mg/dL
NS 1 Positif Negatif
SGOT (AST) 78 U/L < 33 U/L
SGPT ((ALT) 28 U/L < 43 U/L
Ureum Serum 13 mg/dL 10 - 40 mg/dL
Creatinine Serum 0.4 mg/dL 0.5 – 1.5 mg/dL
Natrium Serum 124 mmol/L 135 – 153 mmol/L
Kalium Serum 4.7 mmol/L 3.5 – 5.1 mmol/L
Klorida Serum 91 mmol/L 97 – 111 mmol/L
Calsium Total 8.03 mg/dL 8.62 – 10.31 mg/dL
12
Tanggal 27 Maret 2022
13
004 Netrofil Segmen 35% 50 – 70
005 Limfosit 30% 20 – 40
006 Monosit 34% 2–8
CRP 48.00 mg/L < 6.00
Tanggal 29 Maret 2022
14
MCH 26.8 pg 27,0 – 35,0 pg
MCHC 37.3 g/dL 31,0 – 37,0 g/dL
MCV 72.0 fL 75.0 – 87.0 fL
001 Eosinofil 2% 1–5
002 Basofil 0% 0–1
003 Netrofil Batang 0% 2–8
004 Netrofil Segmen 40% 50 – 70
005 Limfosit 49% 20 – 40
006 Monosit 9% 2–8
CRP >6 mg/L < 6.00
2) Pemeriksaan Radiologi
26 Maret 2022
G. RESUME MASUK
Pasien datang ke IGD anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado diantar
oleh orang tuanya dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Demam naik turun walaupun sudah diberi obat penurun panas.
Menurut keluarganya, pasien tidak ada mimisan atau gusi berdarah. Pasien
15
juga mengeluh mual dan muntah selama sakit. Pasien menolak untuk
makan sejak sakit seperti ini. Menurut keluarga, pasien tidak ada mengeluh
nyeri perut 3 hari yang lalu tetapi tiba-tiba 1 hari sebelum masuk rumah
sakit pasien mengeluh nyeri perut. Menurut keluarga pasien, BAK tidak ada
keluhan. Pasien juga tidak ada mengeluh BAB hitam. Pasien belum pernah
sakit seperti ini sebelumnya. Pasien mengeluh belum BAB sejak hari senin.
H. DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
pasien di diagnosis dengan “Demam dengue dd/ DHF Grade I + warning
sign”
I. TERAPI
• IVFD RL 3cc/kgBB/jam = 75 ml/jam
• Paracetamol 3x300 mg PO (K/P)
• Domperidone 3x5 mg (K/P)
• Oralit ad libitum
• Informasi dan edukasi keluarga kondisi klinis pasien
J. FOLLOW UP
16
Pro FL lengkap
PCV/6 jam
Pro DL serial
17
Pro DL serial
18
Pro DL serial
19
K. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
20
BAB III
PEMBAHASAN
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tipe 1-4, dengan
manifestasi klinis demam mendadak 2-7 hari disertai gejala perdarahan dengan
(trombosit kurang dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih dari
nilai normal.9
secara global. Di seluruh dunia 50-100 milyar kasus telah dilaporkan. Setiap
tahunnya sekitar 500.000 kasus DBD perlu perawatan di rumah sakit, 90%
diantaranya adalah anak – anak usia kurang dari 15 tahun. Angka kematian DBD
harinya.10
RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul
45-60 nm, mempunyai RNA positif sense yang terselubung, bersifat termolabil,
sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada
suhu 70°C.11,12 Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN
3, DEN 4.13
Manifestasi klinis dengue selain dipengaruhi oleh virus dengue itu sendiri,
terdapat 2 faktor lain yang berperan yaitu faktor host dan vektor perantara. Virus
21
dengue dikatakan menyerang manusia dan primata yang lebih rendah. Penelitian
Thailand.10 Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina, ada
6. Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung,
dan lain-lain.
Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti,
maka virus dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam
tubuh nyamuk itu virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri
dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus akan berada
dalam kelenjar air liur nyamuk. Jika nyamuk tersebut menggigit seseorang maka
alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu
diisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya agar darah yang diisapnya
tidak membeku.15 Bersama dengan air liur inilah virus dengue tersebut ditularkan
22
Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD)
disebabkan oleh virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda
hemokonsentrasi yang khas pada DBD yang bisa mengarah pada kondisi renjatan.
Renjatan itu disebabkan karena kebocoran plasma yang diduga karena proses
imunologi. Pada demam dengue hal ini tidak terjadi. Manifestasi klinis demam
dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Virus akan
berkembang di dalam peredaran darah dan akan ditangkap oleh makrofag. Segera
terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari
gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan
Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan
menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan
mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit
virus. Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi
fiksasi komplemen.16
merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise
dan gejala lainnya. Dapat terjadi manifetasi perdarahan karena terjadi agregasi
patogenesis pada DBD dan DSS yaitu teori virulensi dan hipotesis infeksi
23
sekunder (secondary heterologous infection theory). Teori virulensi dapat
dihipotesiskan sebagai berikut: Virus dengue seperti juga virus binatang yang lain,
replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi
terjadi sebagai akibat serotipe virus yang paling virulen.11,15 Secara umum
antibodi yang spesifik terhadap jenis virus tertentu maka antibodi tersebut dapat
sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian
infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai respon
dapat dilihat pada Gambar 1. Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus
dengue yang berlainan pada seorang pasien, respon antibodi anamnestik yang
24
akan terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan
Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga di dalam limfosit yang
bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini
plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung selama 24 – 48
serosa (efusi pleura dan asites). Syok yang tidak tertanggulangi secara adekuat
akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakibat fatal, oleh karena
25
Sebagai respon terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen antibodi
dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah.
walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi dengan baik.
(akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler.
26
Perjalanan infeksi virus di dalam tubuh manusia sangat tergantung dari
interaksi antara kondisi imunologik dan umur seseorang. Oleh karena itu infeksi
bermanifestasi klinis ringan yaitu demam tanpa penyebab yang jelas, demam
dengue (DD) dan bermanifestasi berat dengan demam berdarah dengue (DBD)
tanpa syok atau sindrom syok dengue (SSD).9 Namun, untuk alasan praktis,
dalam 2 kelompok yaitu pasien dengan warning sign dan tanpa warning sign.
Kriteria untuk mendiagnosis dengue (dengan atau tanpa warning sign) dan
27
Gambar 4. Klasifikasi Infeksi Dengue.16
DBD adalah pemeriksaan darah lengkap, urine, serologi dan isolasi virus. Yang
mendiagnosis DBD secara definitif dengan isolasi virus, identifikasi virus dan
serologis.
jauh berbeda dengan klasifikasi WHO 1997 yang selama ini dipergunakan di
Indonesia. Dalam tata laksana kasus dengue terdapat dua keadaan klinis yang
unit gawat darurat atau puskesmas. Dalam sistem triase tersebut, dapat
dipilah pasien dengue dengan warning signs dan pasien yang dapat berobat
28
2. Tata laksana kasus sindrom syok dengue (DSS) dengan dasar pemberian
cairan yang adekuat dan monitor kadar hematokrit. Apabila syok belum
29
BAB IV
PENUTUP
Infeksi demam berdarah dengue ditandai dengan demam 2-7 hari yang
bifasik, nyeri kepala, nyeri retroorbital, nyeri otot dan/atau sendi, ditambah
dengan salah satu hasil lab yang positif, yaitu: trombositopenia < 100.000 dan
hemmoragic fever sering terjadi di daerah tropis, termasuk Indonesia, maka dari
itu kita sebagai tenaga kesehatan sudah sepantasnya harus mengetahui gejala,
30
DAFTAR PUSTAKA
31
10. Hadinegoro, S.Sri Rezeki (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Terbitan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta.
11. Buchy P, Yoksan S, Peeling RW, Hunsperger E. Laboratory Tests for The
Diagnosis of Dengue Virus Infection. J Clin Microbiol 2006;40:376-81
12. Guzman MG, Kouri G. Dengue diagnosis, advances and challenges. Int J
Infect Dis 2007;8:69-80
13. Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls.(2004). Diagnosis dan Tata
Laksana Demam Berdarah Dengue, dalam: Current Management of
Pediatrics Problem. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72
14. Shu PY. Comparison of a capture immunoglobulin M (IgM) and IgG ELISA
and nonstructural protein NS1 serotype-specific IgG ELISA for
differentiation of primary and secondary dengue virus infections. Clin Diagn
Lab Immunol 2006;10:622-30.
15. Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II.
Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
16. World Health Organization. DENGUE Guidelines for diagnosis, treatment,
prevention and control. New Edition 2009.
32