Anda di halaman 1dari 35

Bagian Ilmu Kesehatan TUTORIAL

Anak Fakultas Kedokteran KASUS


Universitas Alkhairaat 04 November 2022
Palu

DEMAM DENGUE

Disusun Oleh:

Kelompok

Taufik Akbar (18 21 777 14 468)


Dwicky Welmensyah Taslim (18 21 777 14 465)
Moh. Rizaldi Mustapa (18 21 777 14 480)
Nurhaliza Anggraini Neu (18 21 777 14 463)
Fitri Pratiwi Hunta (18 21 777 14 472)
Musfirah Indar Pratiwi (18 21 777 14 497)

PEMBIMBING:
dr. Christina Maria R Kolondam, Sp.A

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan


Klinik Pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Kelompok :
Fakultas : Kedokteran
Program : Profesi Dokter
Studi
Universitas : Al-Khairaat Palu
Judul Refka : Demam Dengue
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Bagian Kesehatan Anak


RSU Autapura Palu
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 04 November 2022

Mahasiswa
Pembimbing
Perwakilan Kelompok

dr. Christina MR Kolondam, Sp.A Nurhaliza Anggraini Neu, S.Ked

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengue adalah virus yang ditularkan oleh nyamuk dan penyebab utamanya yaitu
virus dengue, virus ini merupakan kelompok arbovirus B, Flaviviridae, genus
flavivirus. Virus dengue mempunyai empat sterotipe yaitu DEN 1, DEN2, DEN 4.
Umumnya infeksi dengue kasus tidak menunjukkan gejala, penyakit parah dan
kematian dapat terjadi. Nyamuk Aedes menularkan virus dan umum di daerah tropis
dan subtropis di dunia. Insiden demam berdarah telah meningkat secara dramatis
selama beberapa dekade terakhir, dan infeksi sekarang endemik di beberapa bagian
dunia. Sekitar 1 dari 20 pasien infeksi dengue dapat berlanjut menjadi berat bahkan
mengancam kehidupan yang dikenal sebagai severe dengue. 1,2

Data Indonesia memperlihatkan angka kematian dan kecacatan infeksi dengue


pada anak dan remaja lebih tinggi dibanding dewasa. Kasus infeksi dengue di
Indonesia pada tahun 2019 meningkat menjadi 138.127 dibanding tahun 2018 yang
berjumlah 65.602 kasus. Jumlah kematian akibat infeksi dengue pada tahun 2018
sebanyak 467 orang, namun angka kematian meningkat lagi pada tahun 2019
menjadi 919 orang. 2

The Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment and Control World Health
Organization 2009 membuat kategori infeksi dengue ke dalam dua sub grup, yaitu
dengue dengan warning signs dan tanpa warning signs. Infeksi dengue memiliki
presentasi klinis yang bervariasi (spektrum klinis luas), dapat disertai adanya evolusi
sehingga kasus pada awal sakit yang tidak menunjukkan warning signs dapat
berkembang menjadi severe dengue.2

2
1.2 Skenario

Seorang pasien anak laki-laki berusia 9 tahun 1 bulan, masuk rumah sakit
dengan keluhan demam. Demam dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit (kamis, 29/4/2022), demam tinggi secara mendadak, demam bersifat
terus menerus. demam tidak turun walaupun diberi obat penurun panas.
pasien juga mengeluhkan nyeri kepala serta nyeri perut sebelah kanan dan
uluhati disertai mual yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Muntah (-). Nyeri
pada sendi dan otot (-). Tidak ada riwayat perdarahan gusi, mimisan atau
bintik-bintik merah pada kulit. BAK lancar.
Pada pemeriksaan antropometri didapatkan berat badan 30 kg, panjang
badan 140 cm, sehingga diperoleh BB/U = 30/29 x 100% = 103% (BB Baik),
TB/U = 140/134 x 100% = 104% (TB Normal), BB/TB = 30/33 x 100% =
91% (Gizi Baik). Tanda vital denyut nadi : 94x/menit, respirasi : 24x/menit,
suhu:38,7, SpO2: 99%. Pada pemeriksaan fisik kepala-leher tidak ditemukan
kelainan, pemeriksaan thoraks vesikuler kedua lapang paru, Bunyi jantung
I/II murni reguler, pada pemeriksaan abdomen didapatkan hepatomegali (+)
1/3 dibawah arcus costa, nyeri tekan (+) regio epigastric dan hipokondirum
kanan. Akral hangat pada keempat ekstremitas, nadi kuat angkat, tes rumple
leede test (+). Pada pemeriksaan penunjang WBC 3600/uL, Hb 13,4 gr/dl,
hematokrit 38,9%, trombosit 148.000. Pada hari ke 2 perawatan, demam (-),
nyeri perut (+), nyeri kepala (+), mual (+), muntah (-), pendarahan gusi (-),
epitaksis(-), petekiae (-). WBC 5200, HCT 37,4%, PLT 81.000. Pada
perawatan hari ke 3, demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala (+), mual (-),
muntah (-), pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-). WBC 7800, HCT
37,1%, dan PLT 69.000.

3
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
1. Nama Pasien : An. T
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Lahir pada tanggal/umur : 18-09-2013/ 9 Tahun 1 Bulan
4. Kebangsaan : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Kaili
7. Nama Ibu : Ny. L
8. Usia Ibu : 43 tahun
9. Pekerjaan Ibu : ASN
10. Pendidikan terakhir ibu : S1
11. Nama Ayah : Tn. A
12. Usia Ayah : 44 tahun
13. Pekerjaan Ayah : ASN
14. Pendidikan terakhir ayah : S2
15. Tanggal masuk ruangan/jam : 29-10-2022
16. Tanggal keluar ruangan/jam :-
17. Jumlah hari perawatan : 3 hari
18. Diagnosis : Demam Berdarah Dengue
19. Anamnesis diberikan oleh : Orang tua pasien ( ibu pasien)
20. Family Tree :

4
Keterangan
Ayah Anak 1

Ibu Pasien

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien anak laki-laki berusia 9 tahun 1 bulan, masuk
rumah sakit dengan keluhan demam. Demam dialami sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit (kamis, 27/4/2022), demam tinggi secara mendadak,
demam bersifat terus menerus. demam tidak turun walaupun diberi obat
penurun panas. pasien juga mengeluhkan nyeri kepala serta nyeri perut
sebelah kanan dan uluhati disertai mual yang dirasakan sejak 2 hari yang
lalu. Muntah (-). Nyeri pada sendi dan otot (-). Tidak ada riwayat
perdarahan gusi, mimisan atau bintik-bintik merah pada kulit. BAK
lancar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat penyakit yang sama sebelumnya
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
5. Anamnesis Antenatal dan Riwayat Persalinan
Riwayat kehamilan ibu G2P1A0, ibu rutin melakukan perawatan
antenatal care (ANC), lahir secara spontan di klinik dibantu oleh bidan.
Dengan berat badan lahir 3100 gram.
6. Penyakit yang sudah pernah dialami
- Morbili : Belum Pernah
- Varicella : Belum Pernah
- Pertussis : Belum Pernah

5
- Diare : Pernah
- Cacingan : Belum Pernah
- Batuk/Pilek : Pernah
- Lain-lain : Tidak Ada
7. Tumbuh Kembang : Sesuai usia
8. Anamnesis Makanan Terperinci
- Usia 0 – 6 Bulan : ASI
- Usia 6 – 12 Bulan : ASI + MPASI
- Usia 12 – 14 bulan : Susu Formula (Morinaga)
- 14 bulan – sekarang : Makanan Rumahan
9. Riwayat Imunisasi

Dasar Ulang
Imunisasi
I II III I II III

BCG +

Polio + + +

DPT + + +

Campak +

Hepatitis + + +
Pasien lengkap melakukan imunisasi dasar
10. Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan
- Keadaan Sosial : Pasien tinggal bersama kedua orang
tuanya
- Keadaan Ekonomi : Pasien berasal dari keluarga dengan
status ekonomi menengah yang
cukup mampu
- Kebiasaan dan Lingkungan : Pasien tinggal di lingkungan rumah
yang cukup bersih dan sehat serta
pemenuhan air bersih yang

6
memadai.

C. Pemeriksaan Fisik
Umur : 9 Tahun 1 Bulan
Berat Badan : 30 kg
Tinggi Badan : 140 cm
Status Gizi :
- BB/U : 30/29 x 100 % : 103 % (BB Baik)
- TB/U : 140/134 x 100% : 104% (TB Normal)
- BB/TB : 30/33 x 100% : 91% (Gizi Baik)

1. Keadaan umum : Sakit Sedang


Kesadaran : Compos Mentis GCS (E4M6V5)
Sianosis : (-)
Anemia : (-)
Ikterus : (-)
2. Tanda vital
Tekanan darah :-
Denyut nadi : 94 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu Axilla : 38,7 0C
SpO2 : 99 %
3. Kulit
Warna : Sawo Matang
Turgor : kembali cepat
4. Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, sulit dicabut
Wajah : Sesuai usia

7
5. Mata
Mata cekung : (-/-)
Air mata : (-/-)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Pupil : Bulat, isokor Okuli Dexsin 2,5 cm
6. Telinga
Bentuk : Normal
Otorrhea : (-/-)
Sekret : (-/-)
7. Hidung
Bentuk : Normal
Rinorrhea : (-/-)
Pernapasan cuping hidung: (-)
8. Mulut
Mucosa/selaput mulut : Stomatitis (-)
Bibir : Kering (+)
9. Tenggorokan
Tonsil : T1/T1
Pharynx : Hiperemis (-)
10. Leher
Kelenjar : Pembesaran kel. Limfe (-)
11. Thorax
Bentuk : Normothorax
Retraksi : (-/-)
12. Paru
Inspeksi : Simetris Bilateral
Palpasi : Vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
13. Jantung

8
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : BJ I & II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-)
14. Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Palpasi : Hepatomegali (+) 1/3 dibawah arcus costa, Nyeri
tekan (+) regio epigastric dan hypochondriac dextra
Perkusi : Timpani (+)
15. Anggota gerak : Akral hangat 4 extremitas, pulsasi kuat angkat.
Tes Rumple leed (+)
16. Tulang-tulang : Dalam batas normal

D. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Darah Lengkap ( 29/10/2022)
Hasil Nilai Rujukan

WBC 3,6 x 103/uL 4,5 – 13,5 x 103


RBC 5,39 x 106/uL 4,0 – 5,2 x 106
HGB 13,4 g/dL 11,5 – 14,5 g/dL
HCT 38,9 % 32,0 – 42,0 %
MCV 72,2 fL 80,0 – 94,0 fL
MCH 24,9 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 34,4 g/dL 33,0 – 37,0 g/dL
PLT 148 x 103/Ul 150 – 450 x 103/uL

E. Resume
Seorang pasien anak laki-laki berusia 9 tahun 1 bulan, masuk rumah sakit
dengan keluhan dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (kamis,
29/10/2022), demam tinggi secara mendadak, terus menerus. demam tidak

9
turun walaupun diberi obat penurun panas. Nyeri kepala (+) dan nyeri perut
(+) sebelah kanan dan uluhati disertai mual yang dirasakan sejak 2 hari yang
lalu. Muntah (-). Nyeri pada sendi dan otot (-). Tidak ada riwayat perdarahan
gusi, mimisan atau bintik-bintik merah pada kulit. BAK lancar.
Pada pemeriksaan didapatkan tanda vital denyut nadi : 94x/menit, respirasi
: 24x/menit, suhu:38,7, SpO2: 99%. Pada pemeriksaan kepala-leher tidak
ditemukan kelainan, pemeriksaan thoraks bronchovesikuler kedua lapang
paru, Bunyi jantung I/II murni reguler, pada pemeriksaan abdomen didapatkan
Hepatomegali (+) 1/3 dibawah arcus costa, nyeri tekan (+) regio epigastric dan
hipokondirum kanan. Akral hangat pada keempat ekstremitas, nadi kuat
angkat, tes rumple leede (+). Pemeriksaan penunjang laboratorium darah
lengkap didapatkan WBC 3600/uL, Hb 13,4 gr/dl, hematokrit 38,9%,
trombosit 148.000.

F. Diagnosis
- Demam Dengue
G. Terapi
- IVFD Asering 23 Tpm makro
- Inj. Paracetamol 300 mg/6 Jam/IV

H. Anjuran Pemeriksaan
- Kontrol darah lengkap
- Observasi tanda vital setiap 4 jam
- Takar urin

I. Prognosis
1. Qua Ad Vitam : Bonam
2. Qua Ad Functionam : Bonam
3. Qua ad Sanactionam : Bonam

10
FOLLOW UP

Hari/Tanggal : Minggu, 30 oktober 2022


Perawatan Hari (PH) : 1
S Demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala (+), mual (+), muntah (-),
pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-)
O TANDA TANDA VITAL
Denyut Jantung : 100 x/menit Suhu : 36,6ºC
Pernapasan : 20 x/menit SPO2 : 98 %
Tekanan darah : 100/70 mmhg
STATUS GIZI
- BB/U : 30/29 x 100 % : 103 % (BB Baik)
- TB/U : 140/134 x 100% : 104% (TB Normal)
- BB/TB : 30/33 x 100% : 91% (Gizi Baik)
KULIT :
Sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), eritema (-), turgor kembali cepat
KEPALA
- Wajah : edema periorbital (-)
- Deformitas : Tidak ada
- Bentuk : Normocephal
- Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
- Mata : Konjungtiva: anemis -/-, Sklera: ikterik -/-,
pupil isokor
- Hidung : Rhinorhea (-)
- Mulut : Bibir kering (-), Lidah Kotor (-) Stomatitis
Angularis (-)
- Tonsil T1/T1, Faring hiperemis (-)
LEHER
- Kelenjar getah bening : Limfadenopati (-)
- tiroid : Struma (-)

11
- Kaku kuduk : (-)

DADA
PARU-PARU
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : Sonor (+/+) kedua lapangan paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Rhonkhi (-/-), Wheezing (-/-)

JANTUNG
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Dalam batas normal
- Auskultasi : BJ I/II Murni reguler, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN
- Inspeksi : tampak soepell
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Hepatomegali (+) 1/3 dibawah arcus costa, Nyeri
tekan (+) regio epigastric dan hypochondriac dextra

ANGGOTA GERAK
Akral hangat ke empat ekstremitas (+), nadi kuat angkat
Edema ke empat ekstremitas (-)
A
Demam Dengue

P - IVFD Asering 23 tpm makro


- Injeksi Paracetamol 300 mg/6jam/iv
- Observasi tanda vital tiap 4 jam
- Cek darah lengkap

12
Darah Lengkap ( 30/10/2022)
Hasil Nilai Rujukan

WBC 5,2 x 103/uL 4,5 – 13,5 x 103


RBC 5 x 106/uL 4,0 – 5,2 x 106
HGB 12,5 g/dL 11,5 – 14,5 g/dL
HCT 37,4 % 32,0 – 42,0 %
MCV 74,4 fL 80,0 – 94,0 fL
MCH 24,9 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 34,4 g/dL 33,0 – 37,0 g/dL
PLT 81 x 103/Ul 150 – 450 x 103/uL

Observasi tanggal 30/10/2022

Jam Kesadaran TD HR RR SB SpO2

11.30 Compos Mentis 100/70 100 24 36,5 98%

15.30 Compos Mentis 100/68 120 20 36,6 99%

19.30 Compos Mentis 100/60 110 23 36,4 98%

23.30 Compos Mentis 105/65 121 22 36,6 99%

Takar Urin tanggal 30/10/2022

Jam Urin

11.30 100 cc Total Urin : 1544 cc

12.30 100 cc Diuresis : 1544 cc : 30 kg : 24 jam


= 2,1 cc/jam
12.15 100 cc

13.13 100 cc

13.36 99 cc

13.59 90 cc

14.21 100 cc

13
14.53 100 cc

15.24 100 cc

16.17 100 cc

17.36 100 cc

17.50 100 cc

19.37 90 cc

20.08 95 cc

20.55 70 cc

21.57 100 cc

Hari/Tanggal : Senin, 31 September 2022


Perawatan Hari (PH) : 2
S Demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala (+), mual (-), muntah (-),
pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-)
O TANDA TANDA VITAL
Denyut Jantung : 80 x/menit Suhu : 36,5ºC
Pernapasan : 22 x/menit SPO2 : 99 %
Tekanan darah : 106/60 mmhg
STATUS GIZI
- BB/U : 30/29 x 100 % : 103 % (BB Baik)
- TB/U : 140/134 x 100% : 104% (TB Normal)
- BB/TB : 30/33 x 100% : 91% (Gizi Baik)
KULIT :
Sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), eritema (-), turgor kembali cepat
KEPALA
- Wajah : edema periorbital (-)
- Deformitas : Tidak ada
- Bentuk : Normocephal

14
- Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
- Mata : Konjungtiva: anemis -/-, Sklera: ikterik -/-,
pupil isokor
- Hidung : Rhinore (-)
- Mulut : Bibir kering (-), Lidah Kotor (-) Stomatitis
Angularis (-)
- Tonsil T1/T1, Faring hiperemis (-)

LEHER
- Kelenjar getah bening : Limfadenopati (-)
- tiroid : Struma (-)
- Kaku kuduk : (-)

DADA
PARU-PARU
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : Sonor (+/+) kedua lapangan paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Rhonkhi (-/-), Wheezing (-/-)
JANTUNG
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Dalam batas normal
- Auskultasi : BJ I/II Murni reguler, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN
- Inspeksi : Tampak datar
- Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
- Palpasi : Hepatomegali (+) 1/3 dibawah arcus costa,
Nyeri tekan (+) regio epigastric dan hypochondriac dextra
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)

15
ANGGOTA GERAK
Akral hangat ke empat ekstremitas (+), nadi kuat angkat
Edema ke empat ekstremitas (-)
A
Demam dengue
P - IVFD Asering 23 tpm makro
- Injeksi Paracetamol 300 mg/6jam/iv
- Observasi tiap 4 jam
- Cek darah lengkap

Darah Lengkap ( 31/10/2022)


Hasil Nilai Rujukan

WBC 7,8 x 103/uL 4,5 – 13,5 x 103


RBC 5 x 106/uL 4,0 – 5,2 x 106
HGB 12,4 g/dL 11,5 – 14,5 g/dL
HCT 37,1 % 32,0 – 42,0 %
MCV 74,2 fL 80,0 – 94,0 fL
MCH 24,8 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 33,4 g/dL 33,0 – 37,0 g/dL
PLT 69 x 103/Ul 150 – 450 x 103/uL

Observasi tanggal 31/10/2022

Jam Kesadaran TD HR RR SB SpO2

06.00 Compos Mentis 100/70 80 22 36,5 99%

10.00 Compos Mentis 100/70 88 24 36,4 99%

14.00 Compos Mentis 105/65 95 26 36,5 99%

18.00 Compos Mentis 106/60 100 27 36.5 99%

22.00 Compos Mentis 90/60 90 26 36,7 99%

02.00 Compos Mentis 100/70 96 24 36,6 98%

16
Takar Urin tanggal 31/10/2022

Jam Urin

24.11 150 cc

04.00 120 cc

09.00 150 cc Total urin : 1470 cc


Diuresis : 1470 : 30 kg : 24 jam
12.00 120 cc
= 2,04 cc/jam
14.30 100 cc

14.55 80 cc

15.30 150 cc

16.10 100 cc

16.45 120 cc

17. 20 120 cc

18.06 80 cc

18.36 80 cc

21.40 100 cc

17
DISKUSI

A. Klasifikasi Demam

Demam dapat merupakan satu-satunya gejala yang ada pada pasien


infeksi. Panas dapat dibentuk secara berlebihan pada hipertiroid, intoksikasi
aspirin atau adanya gangguan pengeluaran panas, misalnya heatstroke.
Klasifikasi dilakukan berdasar pada tingkat kegawatan pasien, etiologi
demam, dan umur. Klasifikasi berdasarkan umur pasien dibagi menjadi
kelompok umur kurang dari 2 bulan, 3-36 bulan dan lebih dari 36 bulan.
Pasien berumur < 2 bulan, dengan atau tanpa tanda SBI (serious bacterial
infection). Infeksi seringkali terjadi tanpa disertai demam. Pasien demam
harus dinilai apakah juga menunjukkan gejala yang berat. Menurut Yale Acute
Illness Observation Scale atau Rochester Criteria, yang menilai adakah infeksi
yang menyebabkan kegawatan. Pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis)
dapat merupakan petunjuk untuk perlunya perawatan dan pemberian antibiotik
empirik.3
Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:
1. Demam <7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas,
diagnosis etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan
fisis, dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.3
2. Demam >7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat
ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri
dengan tes laboratorium, misalnya demam tifoid.3
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah
sindrom virus.3
Klasifikasi berdasarkan jenis demam pada anak, dibagi menjadi :
1. Demam Intermiten Suhu tubuh berubah-ubah dalam interval yang
teratur, antara periode demam dan periode normal secara abnormal.3
2. Demam Remiten Terjadi fluktasi suhu dalam rentang yang luas (lebih
dari 2°C) dan suhu tubuh berada diatas normal selama 24 jam.3

18
3. Demam Kambuhan Masa febris yang pendek selama beberapa hari
diselingi dengan periode suhu normal selama 1-2 hari.
4. Demam Konstan Suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada
diatas suhu normal.3
Klasifikasi demam berdasarkan etiologinya :
Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali diderita anak
yaitu demam non-infeksi dan demam infeksi.
1. Demam Non-infeksi
Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam noninfeksi timbul
karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak
ditangani dengan baik. Contoh demam noninfeksi antara lain demam yang
disebabkan oleh adanya kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada
jantung, demam karena stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya
penyakit-penyakit berat misalnya leukimia dan kanker.3
2. Demam Infeksi
Demam infeksi merupakan demam yang disebabkan oleh masukan
patogen, contohnya: kuman, bakteri, atau virus, atau binatang kecil lainnya
ke dalam tubuh. Imunisasi juga merupakan penyebab demam infeksi
karena saat melakukan imunisasi berarti seseorang telah dengan sengaja
memasukan bakteri, kuman atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam
tubuh balita.3

B. Differensial Diagnosis

1. Demam Dengue

a. Definisi
Dengue adalah virus yang ditularkan oleh nyamuk dan penyebab
utama penyakit virus yang ditularkan melalui arthropoda di dunia. Ini
juga dikenal sebagai demam breakbone karena keparahan kejang otot
dan nyeri sendi, demam dandy, atau demam tujuh hari karena durasi

19
gejala yang biasa. Meskipun sebagian besar kasus tidak menunjukkan
gejala, penyakit parah dan kematian dapat terjadi. Aedes nyamuk
menularkan virus dan umum di bagian tropis dan subtropis di dunia. 1
Insiden demam berdarah telah meningkat secara dramatis selama
beberapa dekade terakhir. Infeksi ini sekarang endemik di beberapa
bagian dunia. Beberapa orang yang sebelumnya terinfeksi dengan salah
satu subspesies virus dengue mengalami permeabilitas kapiler yang
parah dan pendarahan setelah terinfeksi dengan subspesies virus lainnya.
Penyakit ini dikenal sebagai demam berdarah dengue1

b. Etiologi
Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe
yang berbeda (DENV 1-4) dari virus RNA beruntai tunggal dari genus
Flavivirus . Infeksi oleh satu serotipe menghasilkan kekebalan seumur
hidup terhadap serotipe tersebut tetapi tidak terhadap serotipe lainnya.1
c. Epidemiologi
Ini adalah penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk dengan
penyebaran tercepat secara global, mempengaruhi lebih dari 100 juta
manusia setiap tahun. Demam berdarah juga menyebabkan 20 hingga
25.000 kematian, terutama pada anak-anak, dan ditemukan di lebih dari
100 negara. Epidemi terjadi setiap tahun di Amerika, Asia, Afrika, dan
Australia. Dua siklus transmisi mempertahankan virus dengue: 1)
nyamuk membawa virus dari primata non-manusia ke primata non-
manusia, dan 2) nyamuk membawa virus dari manusia ke manusia.
Siklus manusia-nyamuk terjadi terutama di lingkungan perkotaan.1
Vektor utama penyakit ini adalah nyamuk betina dari spesies Aedes
aegypti dan Aedes albopictus . Meskipun A. aegypti dikaitkan dengan
sebagian besar infeksi, jangkauan A. albopictus meluas, mentolerir
lingkungan dingin dengan lebih baik, adalah pemakan yang agresif tetapi
makan lebih jarang, dan mungkin berhubungan dengan peningkatan
jumlah. Jenis nyamuk ini cenderung hidup di dalam ruangan dan aktif di
siang hari. Penularan melalui perinatal, transfusi darah, ASI, dan

20
transplantasi organ telah dilaporkan. 1
Setelah tahun 2010, usia rata-rata pasien adalah 34 tahun
dibandingkan dengan 27,2 tahun dari tahun 1990 hingga 2010. Serotipe
virus dengue yang menyebabkan wabah penyakit bervariasi dari waktu
ke waktu, begitu pula dengan kejadian demam berdarah yang parah.1
Penularan demam berdarah umumnya mengikuti dua pola - dengue
epidemik dan dengue hiperendemik. Ketika satu strain DENV
bertanggung jawab untuk pengenalan dan penularan itu disebut sebagai
epidemi dengue. Anak-anak lebih banyak terkena daripada orang
dewasa, dan kejadian DBD relatif lebih tinggi.1

d. Tanda Klinis 1
- Masa inkubasi rata-rata 4-6 hari
- Demam 2-7 hari, timbul mendadak, tinggi, terus menerus, bifasik
- Perdarahan spontan (peteki, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis dan melena) maupun perdarahan
profokasi (uji tourniquet +)
- Nyeri kepala, myalgia, dan nyeri retroorbital
- Leukopenia <4.000/mm3
- Trombositopenia <100.000/mm3

3. Demam Beradarah Dengue


a. Definisi
Demam berdarah (DBD) adalah penyakit virus yang ditularkan
melalui arthropoda yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes betina yang terinfeksi . Karena daya adaptasinya yang tinggi
terhadap lingkungan perkotaan, Aedes aegypti dianggap sebagai vektor
terpenting di dunia, bersama spesies lain seperti Ae. albopictus
memainkan peran kecil dalam penularan penyakit. Virus dengue adalah
virus RNA positif-sense beruntai tunggal dari genus Flavivirus (famili
Flaviviridae). Infeksi dapat disebabkan oleh salah satu dari empat
serotipe antigen yang berbeda (DENV 1-4) 4

21
b. Epidemiologi
Demam berdarah adalah salah satu infeksi yang ditularkan melalui
vektor yang paling cepat berkembang, mempengaruhi 129 negara, 70%
dari beban sebenarnya ada di Asia, menyebabkan hampir 390 juta pasien
yang terkena dampak setiap tahun, dimana 96 juta bermanifestasi secara
klinis. Jumlah kasus demam berdarah yang dilaporkan ke Organisasi
Kesehatan Dunia meningkat lebih dari delapan kali lipat selama dua
dekade terakhir, dari 505430 kasus pada tahun 2000 menjadi lebih dari
2,4 juta pada tahun 2010 dan 4,2 juta pada tahun 2019.4
c. Etiologi
Virus dengue (DENV) adalah flavivirus yang ditularkan oleh
nyamuk yang terdiri dari empat serotipe (1-4) yang beredar di daerah
endemik. Sebagian besar infeksi DENV tidak menunjukkan gejala.
Namun, manifestasi klinis infeksi DENV dapat berupa demam dengue
(DF), demam berdarah dengue (DBD), atau sindrom syok dengue
(DSS).4
d. Tanda Klinis
Spektrum gejala pada pasien DBD sangat beragam, mulai dari
penyakit DBD ringan hingga berat (SDD). Infeksi DENV (DVI)
memiliki masa inkubasi 3-14 hari dengan gejala yang sama dengan flu
biasa dan gastroenteritis. Pasien biasanya mengalami demam mendadak,
nyeri retro-orbital, sakit kepala, nyeri otot, arthralgia, mual, muntah,
diare, dan ruam. <5% pasien DVI berkembang menjadi manifestasi berat
yang mengancam jiwa, terutama yang sebelumnya terinfeksi dengan
serotipe yang berbeda. 4
DBD memiliki 3 fase berbeda yang terdiri dari demam, kritis, dan
pemulihan. Pasien mengalami demam bifasik biasanya lebih dari 40ºC
dengan nyeri retro-orbital dan sakit kepala berkisar 2-7 hari untuk fase
demam. 58% dari pasien menunjukkan ruam atau petechiae. Fase kritis
ditandai dengan kebocoran plasma dengan atau tanpa perdarahan, yang

22
dimulai tiba-tiba setelah demam. Selama fase ini, peningkatan
permeabilitas kapiler dengan peningkatan hematokrit dapat terjadi.
Selain itu, akumulasi cairan di rongga perut dan dada dapat dideteksi,
menyebabkan syok hipovolemik yang mengakibatkan disfungsi organ
multipel, asidosis metabolik, koagulasi intravaskular diseminata (DIC),
dan manifestasi perdarahan (petekie, epistaksis, melena, hemoptisis)4

4. Demam Chikunguya
a. Definisi
Virus Chikungunya adalah alphavirus yang ditularkan melalui
arthropoda yang termasuk dalam keluarga Togaviridae. Virus ini
dikenal menyebabkan penyakit demam akut, ruam, dan arthralgia yang
dikenal sebagai demam Chikungunya diikuti dengan gejala rematik
yang berpotensi kronis dan melemahkan yang dapat berlangsung selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Nama Chikungunya berasal dari
frase Makonde yang berarti, "yang melengkung." Wabah terburuk
dilaporkan terjadi di Pulau Reunion pada tahun 2005-2006 yang
mempengaruhi hampir 35% populasi. Sejak tahun 2005, kasus demam
Chikungunya telah menyebar terutama di daerah tropis dan sub-tropis
yang akhirnya mencapai Amerika melalui pulau Karibia St. Martin pada
tahun 2013. Saat ini, virus chikungunya tersebar luas di seluruh dunia
dan merupakan masalah kesehatan masyarakat global.5
b. Etiologi
Vektor utama virus chikungunya adalah Aedes aegypti dan A e.
albopictus (nyamuk Macan Asia). Nyamuk ini memiliki karakteristik
biologis yang memberikan daya invasif yang efektif, kompetensi
vektor, dan kapasitas vektor yang menentukan manifestasi global
demam Chikungunya.5
c. Epidemiologi
Virus Chikungunya pertama kali ditemukan di Tanzania pada
tahun 1952, sejak itu menyebar secara efektif mencapai Amerika pada

23
tahun 2013, Florida pada Juli 2014, dan berdampak parah di berbagai
negara Karibia, Amerika Tengah, dan Selatan setelah itu. Turis yang
terinfeksi mengimpor virus Chikungunya ke daerah baru, kemudian
nyamuk Aedes lokal memulai transmisi lokal. 5
Ae. aegypti dan Ae. albopictus juga merupakan vektor yang
bertanggung jawab atas penyakit terkenal lainnya seperti Dengue dan
Zika, menyebabkan koinfeksi pada beberapa kasus. Mengingat
kesamaan dalam presentasi klinis dan distribusi geografis hampir
identik, dan diferensiasi penyakit telah menjadi masalah.5
d. Tanda Klinis
Demam chikungunya biasanya muncul dengan temuan non-spesifik
demam derajat tinggi dan mialgia, setelah masa inkubasi 3-7 hari, dan
berlangsung sekitar 3-5 hari. Poliartralgia simetris bilateral terjadi 2-5
hari setelah onset demam dan biasanya melibatkan sendi distal daripada
sendi proksimal. Tangan telah ditemukan paling terpengaruh dengan
beberapa keterlibatan dilaporkan ke kerangka aksial, lutut, dan
pergelangan kaki disertai dengan rasa sakit yang berlangsung antara 1-3
minggu.5
Manifestasi klinis umum lainnya adalah ruam makulopapular
umum yang biasanya melibatkan ekstremitas terlebih dahulu dan
muncul 3 hari setelah gejala demam. Meskipun jarang, lesi
vesiculobullous dan mukokutan juga telah dilaporkan. Manifestasi
seperti sakit perut, diare, muntah, dan limfadenopati umum juga dapat
ditemukan.5
Dalam sebuah studi tahun 2018 di Puerto Rico, mata merah,
konjungtivitis, dan uveitis anterior sering ditemukan pada pasien
demam Chikungunya. Penelitian lain menjelaskan retinitis berulang,
gejala okular kongenital, sepsis/syok septik, dan manifestasi ginjal.5

24
5. Malaria
a. Definisi
Malaria adalah infeksi parasit yang ditularkan oleh nyamuk
Anopheles yang menyebabkan penyakit akut yang mengancam jiwa dan
merupakan ancaman kesehatan global yang signifikan.
Plasmodiumparasit memiliki siklus hidup multistage, yang mengarah ke
demam siklis yang khas.6
Dengan pengobatan tepat waktu, kebanyakan orang mengalami
resolusi gejala yang cepat; namun, komplikasi yang signifikan dapat
terjadi, termasuk malaria serebral, anemia malaria berat, koma, atau
kematian. Rejimen terapi antimalaria dan kemoprofilaksis yang dipilih
ditentukan oleh spesies, geografi, kerentanan, dan demografi pasien.
Infeksi laten atau reaktivasi dapat dilaporkan beberapa tahun setelah
pajanan.6
b. Etiologi
Masa inkubasi, dan karena itu waktu munculnya gejala, bervariasi
menurut spesies: 8 hingga 11 hari untuk P. falciparum , 8-17 hari untuk
P. vivax , 10 -17 hari untuk P. ovale , 18-40 hari untuk P. malariae
(meskipun mungkin sampai beberapa tahun), dan 9-12 hari untuk P.
knowlesi. Periodisitas siklus hidup Plasmodium menciptakan
"paroksisme malaria" klasik dari kekakuan, diikuti oleh beberapa jam
demam, diikuti oleh diaforesis, dan penurunan suhu tubuh normal
(Infeksi P. vivax membentuk siklus 48 jam), meskipun ini kurang
umum terlihat hari ini karena identifikasi dan pengobatan yang cepat.6
c. Epidemiologi
40% persen populasi global tinggal atau mengunjungi daerah
endemis malaria setiap tahunnya. P. falciparum hadir di Afrika Barat
dan sub-Sahara dan menunjukkan morbiditas dan mortalitas tertinggi
dari spesies Plasmodia. P. vivax terdapat di Asia Selatan, Pasifik Barat,
dan Amerika Tengah. P. ovale dan P. malariae terdapat di Afrika Sub-
Sahara. P. knowlesi hadir di Asia Tenggara.6

25
Sebanyak 500 juta kasus malaria terjadi setiap tahunnya, dengan
1,5 hingga 2,7 juta kematian. 90% kematian terjadi di Afrika. Mereka
yang berisiko tinggi termasuk anak-anak di bawah usia 5 tahun, wanita
hamil, dan populasi yang belum pernah terkena penyakit. Meningkatnya
suhu global rata-rata dan perubahan pola cuaca diproyeksikan akan
menambah beban malaria; kenaikan 3oC diperkirakan meningkatkan
kejadian malaria sebesar 50- 80 juta.6
d. Tanda Klinis
Dalam anamnesis, penting untuk menanyakan tentang lokasi
tempat tinggal, perjalanan terakhir dan penggunaan kemoprofilaksis,
pajanan (termasuk kontak sakit, air bersih, gua, hewan ternak/liar,
serangga/arthropoda), status HIV, riwayat penyakit saat ini. atau
kehamilan baru-baru ini, riwayat defisiensi G6PD, riwayat penyakit
sickle cell, riwayat anemia, riwayat darah atau kanker lainnya, dan
riwayat infeksi malaria sebelumnya (termasuk pengobatan yang
berhasil atau gagal).6
Gejala utama malaria adalah demam, selama 7 hari atau lebih, pada
pasien yang tinggal di atau dengan perjalanan baru-baru ini ke daerah
endemik sangat mencurigakan dan harus segera dievaluasi. Orang
dewasa mungkin menunjukkan sakit kepala, malaise, kelemahan,
gangguan pencernaan, gejala pernapasan bagian atas, dan nyeri otot;
kasus yang parah mungkin termasuk penyakit kuning, kebingungan,
kejang, dan urin berwarna gelap.6
Anak-anak lebih mungkin untuk datang dengan gejala non-spesifik
atau gastrointestinal seperti demam, lesu, malaise, mual, muntah, kram
perut, dan mengantuk. Mereka lebih mungkin untuk mengembangkan
hepatosplenomegali, dan anemia berat tanpa disfungsi organ utama
daripada orang dewasa. Dalam kasus malaria berat, dapat terjadi kejang,
hipoglikemia, dan sepsis bersamaan tetapi lebih kecil kemungkinannya
untuk mengembangkan edema paru dan gagal ginjal dibandingkan
orang dewasa.6

26
C. Diagnosis kerja
Pada anamnesis, didapatkan seorang anak lakilaki usia 9 tahun 1 bulan
masuk dengan keluhan demam yang dialami sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, demam tinggi secara mendadak dan terus menerus, pasien juga
mengalami nyeri perut sebelah kanan dan uluhati disertai mual. Tidak ada
perdarahan spontan. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan suhu 38,7oC, dan
terdapat nyeri tekan abdomen regio hipokondrium dextra, hepatomegali (+)
1/3 dibawah arcus costa.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien
ini, serta ditinjau dari beberapa diferensial diagnosis, maka secara klinis
diagnosis pada kasus ini mengarah pada demam dengue. Manifestasi klinis
yang dapat ditemukan pada demam dengue adalah demam yang tinggi
mendadak sekitar 40 C yang biasanya berlangsung 2-7 hari.
Terdapat 3 fase penyakit infeksi dengue, yaitu fase demam, fase kritis dan
fase pemulihan.
1. Fase Demam 2,7
- Demam timbul mendadak tinggi (dapat mencapai 40 oC), terus menerus,
berlangsung selama 2-7 hari.
- disertai : facial flushing, nyeri kepala, myalgia, atralgia, nyeri
retroorbital, anoreksia
- Gejala lain yang dapat dijumpai: nyeri uluhati, mual muntah, nyeri
abdomen difus, serta faring dan konjungtiva yang kemerahan
(pharyngeal injection and ciliary injection).
- Dapat terjadi manifestasi perdarahan ringan (petekie, epistaksis, dan
perdarahan gusi)
2. Fase Kritis
- Terjadi pada saat suhu tubuh mengalami penurunan hingga mencapai
batas normal (time of fever defervescence). Merupakan puncak
perembesan plasma. Yang terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7 (paling
sering 4-6) sejak dari mulai sakit. 8

27
- Warning sign 2

3. Fase Pemulihan
Jika pasien berhasil melewati fase kritis selama 24–48 jam, reabsorbsi
cairan ekstravaskular secara bertahap akan berlangsung selama 48– 72 jam
berikutnya. Ditandai dengan keadaan umum membaik, nafsu makan
membaik, gejala gastrointestinal menghilang, status hemodinamik stabil,
dan diikuti dengan perbaikan diuresis. Nilai hematokrit menurun hingga
dalam rentang normal disertai peningkatan trombosit menuju nilai normal 2

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan


diagnosis dari demam dengue yaitu 9 :
- Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan standar trombosit dan hematokrit sangat penting
untuk mendiagnosa infeksi dengue. Trombositopenia (<100.000 sel/mm3).
Hal ini terjadi di hari ke 3 hingga ke 8 sejak onset, seringnya terjadi
sebelum atau bersamaan dengan perubahan pada hematokrit.
Hemokonsentrasi dengan kenaikan hematokrit >20% merupakan tanda
adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran plasma
sehingga mengarah pada demam berdarah dengue. 9

28
- Isolasi virus
Isolasi virus dengue dari spesimen klinis mungkin dilakukan pada
sampel yang diambil dalam 6 hari pertama sejak sakit dan segera diproses
tanpa penundaan. Spesimen yang cocok untuk isolasi virus termasuk :
serum fase akut, jaringan otopsi pada kasus yang fatal. (khusunya hati,
limpa, kelenjar limfe dan timus).9
- Deteksi antigen virus : merupakan glikoprotein yamg diproduksi oleh
semua flavivirus (NS1). Antigen NS1 muncul di hari pertama gejala
penyakit dan menghilang di hari ke 5-6. Oleh karena itu, tes NS1 bisa
dijadikan sarana untuk diagnostik yang lebih cepat.9
- Uji diagnostik cepat ; Pemeriksaan ini menggunakan perangkat
sederhana untuk mendeteksi adanya anibodi dengue IgM dan IgG secara
cepat (15 menit).9
Pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap pada kasus ini, didapatkan
penurunan trombosit pada demam hari ke 3, 4 dan 5, tanpa disertai
peningkatan hematokrit. Sehingga pada kasus ini dapat ditegakkan diagnosis
Demam dengue.

D. Etiologi
Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Sampai saat ini dikenal ada 4
serotype virus yaitu10 ;
1. Dengue 1 (DEN 1) diisolasi oleh Sabin pada tahun1944.
2. Dengue 2 (DEN 2) diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
3. Dengue 3 (DEN 3) diisolasi oleh Sather
4. Dengue 4 (DEN 4) diisolasi oleh Sather.
Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses
(arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah
di Indonesia dan yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di
Indonesia menunjukkan Dengue type 3 merupakan serotype virus yang
dominan menyebabkan kasus yang berat.10

29
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan
kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti, Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini,
namun merupakan vektor yang kurang berperan. Aedes tersebut mengandung
virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia.
Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu
8 -10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali pada
manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan
berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan
virus selama hidupnya (infektif).10
Dalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4–6 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari
manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah
demam timbul.10

E. Patogenesis

Manusia merupakan reservoir utama untuk virus dengue. virus dengue


dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti, yang merupakan vektor transmisi utama
penyakit dengue. Siklus hidup dimulai ketika nyamuk betina Aedes aegypti
menghisap darah dari manusia yang telah terinfeksi virus dengue. Virus
bereplikasi selama 8-12 hari. Replikasi ini terjadi di kelenjar ludah nyamuk
Aedes aegypti. replikasi di kelenjar ludah ini dinamakan masa inkubasi
ekstrinsik. Ketika nyamuk yang telah terinfeksi menghisap kembali, dia akan
mentransmisikan virus kepada manusia lain melalui injeksi cairan ludahnya.
Ketika virus telah masuk ke dalam tubuh manusia, virus akan bereplikasi pada
organ target dan akan beredar dalam darah. Proses ini merupakan periode
inkubasi intrinsik.11

30
Setelah diinokulasi ke inang manusia, demam berdarah memiliki masa
inkubasi 3-14 hari (rata-rata 4-7 hari) sementara replikasi virus berlangsung di
sel dendritik target. Infeksi sel target, terutama pada sistem retikuloendotelial,
seperti sel dendritik, makrofag, hepatosit, dan sel endotel. Gejala muncul pada
3 sampai 14 hari setelah inokulasi dan mungkin bertahan sampai 7 hari atau
lebih.11

F. Tatalaksana

Tata laksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD,
bersifat simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah
dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau
minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena
rumatan perlu diberikan. Kristaloid: ringer laktat (RL), ringer asetat (RA),
ringer maleate, garam faali (GF), Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat
(D5/RL), Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA), Dekstrosa 5%
dalam 1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF).12

Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa


antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD. Kristaloid: ringer
laktat (RL), ringer asetat (RA), ringer maleate, garam faali (GF), Dekstrosa
5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL), Dekstrosa 5% dalam larutan ringer

31
asetat (D5/RA), Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF).12
Pada kasus ini dapat diberikan terapi berupa:
- IVFD asering 22 tpm
- paracetamol 300 mg/6 jam/IV

G. Prognosis

Dengan sifatnya yang self limiting disease, angka kematian (mortality


rate) demam dengue <1%. Penderita yang sembuh biasanya tanpa sekuele dan
tubuhnya akan membuat imunitas terhadap serotipe virus yang menjangkitnya.
Angka kematian untuk kasus dengue berat atau DSS, yang ditangani medis
adalah 2-5%. Bila dengue berat tidak diobati, angka kematian meningkat 20%.
Tingkat mortalitas berdasarkan serotipe dengue masih membutuhkan studi
lebih lanjut. Namun, serotipe DENV-3 ditemukan lebih dominan pada studi di
RS Soetomo. 1

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Schaefer T, Panda PK, Wolford RW. Dengue fever. Statpearls. 2022.


Available from: Dengue Fever - StatPearls - NCBI Bookshelf (nih.gov)
2. Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Infeksi Dengue Anak Dan Remaja. KEMENKES RI; 2021.
3. Ismoedijanto. Demam pada anak. Sari Pediatri. 2000;2(2):103-108
4. Wang WH, Urbina AN, Chang MR, et al. Dengue hemorrhagic fever – A
systemic literature review of current perspectives on pathogenesis, prevention
and control. Journal of Microbiology, Immunology and Infection.
2020;53(6):963-978. doi:10.1016/j.jmii.2020.03.007. Available from: Dengue
hemorrhagic fever - A systemic literature review of current perspectives on
pathogenesis, prevention and control - PubMed (nih.gov)
5. Rodriguez JO, Haftel anthony, Walker J. Chikungunya Fever. Statpearls.
2022. Available from: Chikungunya Fever - StatPearls - NCBI Bookshelf
(nih.gov)
6. Buck E, Finnigan NA. Malaria. Statpearls. 2022. Available from: Malaria -
StatPearls - NCBI Bookshelf (nih.gov)
7. Garna herry, Nataprawira H. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak. 5th ed. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran; 2014.

8. Hadinegoro S, Moedjito I, Chairulfatah A. Pedoman Diagnosis Dan Tata


Laksana Infeksi Virus Dengue Pada Anak. IDAI; 2011.

9. Farnciscus grinting, Josia grinting, Tambar kembaren, et al. Pedoman


Diagnostik Dan Tatalaksana Infeksi Dengue Dan Demam Berdarah Dengue
Menurut Pedoman WHO 2011.(2017).

10. Candra aryu. Demam berdarah dengue: epidemiologi, patogenesis, dan  faktor
risiko penularan. Aspirator. 2010;2(2):110-119. Available from: Demam
Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan |
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies (kemkes.go.id)

33
11. Smith DS. Dengue. Medscape. Department of Microbiology and Immunology,
Stanford University School of Medicine. 2022. Available from: Dengue:
Practice Essentials, Background, Pathophysiology (medscape.com)

12. Hardinegoro sri rezeki, Kadim muzal, Devaera yoga, Idris nikmah salamiah,
Ambarsari cahyani gita. Update Management  of Infectious Diseases and
Gastrointestinal Disorders. Departemen ilmu kesehatan anak FKUI-RSCM;
2012

34

Anda mungkin juga menyukai