Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak
Oleh :
30101507554
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK
RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing,
2
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : An. MR
TTL/Umur : 23 Desember 2018 / 2 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Demak
Tanggal Masuk : 22 Desember 2020
No. RM : KLJG0120024XXXX
No. Reg : RG012XXXXX
Ruang : Dahlia
b. Identitas Orang Tua
Ayah
Nama : Tn. A
Umur : 47 tahun
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Ibu
Nama : Ny. N
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : pedagang
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 23
Desember 2020 pukul 14.00 WIB yang dilakukan di bangsal dahlia
RSUD Sunan Kalijaga Demak serta didukung catatan medik.
a. Keluhan Utama
BAB cair
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya dibawa ke UGD dengan keluhan
BAB cair. BAB cair sudah berlangsung selama ± 3 hari. BAB cair
sebanyak 3-4x/hari. Apabila ditakar dengan gelas belimbing, ibu
3
mengatakan kurang lebih sebanyak 1 gelas belimbing. BAB berupa
cairan dan berampas berwarna kuning, tidak ada lendir, tidak ada
darah, tidak berbusa dan tidak menyemprot. Keluhan seperti
kemerahan dan lecet pada kemaluan disangkal. 3 hari sebelum
masuk rumah sakit, anaknya minum susu milkita/ susu kemasan
lalu muntah. Muntah terjadi setiap makan dan minum sebanyak ±
3-4 x/hari berupa cairan susu. Keluhan lain seperti demam, batuk,
pilek, kejang disangkal. Selama demam dan BAB cair berlangsung,
anak tampak lemas dan kehausan. BAK nya masih normal. Pasien
belum mendapatkan pengobatan dan langusng di bawa ke IGD
RSUD sunan kalijaga. Riwayat makan dan minum anak, anak
makan seperti orang dewasa dengan lauk beragam, pasien makan
sehari 3x dengan minum susu formula.
4
dipasar. Pasien berobat menggunakan BPJS PBI. Kesan ekonomi
kurang.
i. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : 3, umur 0, 2, 3 bulan
BCG : 1, umur 1 bulan
Polio : 4, umur 1, 2, 3, 4 bulan
DPT : 3, umur 2, 3, 4 bulan
MR : 9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia berdasarkan
informasi dari ibu pasien tanpa disertai bukti KMS.
5
j. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
a. Pertumbuhan
Pasien lahir di Rumah Sakit dengan berat badan lahir 3400 gram
dan panjang lupa. Menurut ibu pasien, saat pasien di periksa di
posyandu berat badan dan panjang badan pasien selalu naik. Saat
ini pasien berusia 2 tahun dengan berat badan 10 Kg dan panjang
badan 82 cm.
Kesan : Riwayat pertumbuhan sesuai usia
Gizi baik
Normal
6
Perawakan Normal
b. Perkembangan
RIWAYAT
PERKEMBANGAN
Makan sendiri
Berjalan
Mencoret-coret kertas
Bicara dengan dimengerti
KESAN :
Perkembangan
sesuai usia
7
seperti orang dewasa. Semenjak sakit, anak tampak kehausan,
menangis dan sering minum.
Kesan : kualitas dan kuantitas minum selama sakit tidak baik.
8
suprasternal, intercostal dan epigastrial (-). Ruam
merah (-)
Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra
simetris
Perkusi : sonor (+)
Auskultasi : suara dasar bronkhovesikular
Suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba di ICS V, 2
cm medial linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop
(-), bising (-)
j. Abdomen :
Inspeksi : tampak cembung
Auskultasi : BU (+) meningkat
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : defense muscular (-), hepatomegali (-),
tugor kulit kembali >2 s”
k. Genitalia : laki-laki, dalam batas normal
l. Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Udem -/- -/-
Capillary Refill Time <2” <2"
9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
Kesan Normal
V. PROBLEM PASIEN
11
• Diagnosis komplikasi :-
• Diagnosis gizi : Gizi baik, perawakan normal, berat
badan normal
• Diagnosis sosial ekonomi : sosial ekonomi cukup
• Diagnosis Imunisasi : imunisasi dasar sulit dinilai tanpa
bukti buku KMS
• Diagnosis Pertumbuhan : Pertumbuhan Sesuai Usia
• Diagnosis Perkembangan : Perkembangan Sesuai Usia
Ip. Tx :
Medikamentosa
Inf KN3B 12 tpm
Inj. Ondancentron 3x1/3 amp
Inj. Paracetamol 3x105 mg
PO zinc 1x20 mg
PO L-bio 1x1 sachet
PO Metronidazole 3x ¾ Cth
• Ip. Mx :
Keadaan umum, tanda-tanda vital (nadi, suhu, HR)
Gangguan organ lebih lanjut :
Neurologi : kejang, kaku kuduk
GIT : BAB, distensi abdomen, BU
Respirasi : gangguan napas, batuk
Gizi : berat badan
Nafsu makan dan minum
• Ip. Ex :
12
o Memberitahukan pada keluarga pasien tentang penyakit
diare
o Meyakinkan bahwa diare umumnya mempunyai prognosis
baik
o Memberikan informasi mengenai akibat/komplikasi diare
o Meminta keluarga pasien untuk bekerjasama supaya pasien
mendapatkan istirahat cukup, memberikan makan dan
minum yang cukup terkait dengan kesembuhan penyakit
pasien.
o Menjaga higienitas yang baik
o Tempat wadah susu, gelas, dan sendok harus selalu bersih
o Keluarga /ibu harus cuci tangan sebelum dan setelah
memegang pasien
o Makanan dan minuman yang diberikan harus dari RS
o Menjaga cairan oral dan parenteral
o Orang dewasa selalu gunakan masker
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya yang terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam dan
berlangsung < 14 hari. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare
didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata
pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam. Diare dapat
mengakibatkan gangguan gizi serta kematian. Kematian pada kasus diare
disebabkan oleh karena dehidrasi.
B. ETIOLOGI
Diare dapat disebabkan oleh :
a. Faktor Makanan
- Makanan busuk/basi, mengandung racun
Diare karena keracunan makanan terjadi akibat dua hal yaitu
mengandung zat kimia beracun atau makanan mengandung
mikrorganisme yang mengeluarkan toksin, antara lain Clostridiun
perfringens, Staphylococcus.
- Perubahan susunan makanan yang mendadak, sering terjadi pada bayi-
bayi
- Susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi
- Alergi pada makanan Cow’s Milk protein sentitice enteropathy
(CMPSE) dan juga dapat disebabkan oleh makanan lainnya
b. Faktor Infeksi :
- Faktor Parenteral :
14
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti infeksi saluran nafas, ISK, Otitis Media Akut
(OMA), Tonsilofringitis, Bronkopneumoni, Ensefalitis, dll.
- Faktor Enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral meliputi:
Infeksi bakteri : Vibrio, E coli, Salmonela, Shigella,
Campylobacter, yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
Infeksi Virus : Entero virus, (virus ECHO, Coxsakie,
Poliomielitis), adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll.
Infeksi Parasit : Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Tricomonas hominis), Cacing (Ascaris, Trichiuris,
Oxyuris, Strongiloides), Jamur (Candida albicans).
c. Faktor malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat intoleransi laktosa
- Malabsorbsi lemak trigliserida rantai panjang
- Malabsorbsi protein beta laktoglobulin
d. Immunodefisiensi terjadi pada penderita HIV
e. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.
C. CARA PENULARAN DAN FAKTOR RESIKO
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak
langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja
penderita atau tidak langsung melalui lalat. Singkatnya, dapat dikatakan
melalui “4F” yakni finger (jari), flies (lalat), fluid (cairan), dan field
(lingkungan). Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen
antara lain :
- Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4–6 bulan pertama kehidupan
- Tidak memadainya penyediaan air bersih
- Pencemaran air oleh tinja
- Kurangnya sarana kebersihan MCK (Mandi Cuci Kakus)
15
- Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
- Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis
- Gizi buruk
- Imunodefisiensi
- Berkurangnya asam lambung menurunnya motilitas usus
- Menderita campak dalam 4 minggu terakhir
- Faktor lainnya :
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat
diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan
kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan
aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri
tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada
saat bayi mulai merangkak.
2. Infeksi asimtomatik
Infeksi asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan
pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin
berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung
virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius.
3. Faktor musim
Di daerah tropik (termasuk Indonesia), diare yang disebabkan oleh
rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang
musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat
pada musim hujan.
4. Epidemi dan pandemic
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan
epidemi dan pandemi yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan
dan kematian pada semua golongan usia.
D. KLASIFIKASI
Secara klinik dibedakan 3 macam sindrom diare :
a. Diare cair akut
16
Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari
(bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang
lunak atau cair yang sering dan tanpa darah.
b. Disentri
Diare yang disertai darah dalam tija. Akibat penting disentri antara lain
ialah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat dan kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasif. Penyebab utama disenri akut adalah
shigella.
c. Diare persisten
Diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari 14 hari.
Pembagian diare menurut lamanya diare :
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-
infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi
E. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang
masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan
menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak
diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami
atropi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik, akan
meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya
sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,
cGMP dan Ca dependent.
Patogenesis terjadinya diare oleh Salmonella, Shigella, E.Coli agak
berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
dapat menyebabkan reaksi sistemik. Toksin Shigella juga dapat masuk ke
dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua
bakteri ini dapat menyebabkan darah dalam tinja yang disebut disentri.
17
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu :
1. Diare osmotic diare akibat gangguan absorpsi
Akibat adanya makanan yang tak dapat diserap, tekanan osmotic dalam
lumen usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke
dalam lumen usus. Isi lumen usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Diare ini dapat disebabkan
karena :
a. Konsumsi magnesium hidroksida menurunkan fungsi absorpsi usus
b. Defisiensi sukrase-isomaltase
c. Adanya bahan yang tidak diserap bahan intraluminal pada usus halus
bagian proksimal akan bersifat hipertonis dan menyebabkan
hiperosmolaritas. Akibat adanya perbedaan tekanan osmotik antara
lumen usus dan darah, maka pada segmen jejunum yang bersifat
permeabel, air akan mengalir ke arah lumen jejunum, dan air akan
terkumpul di dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam
lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar
dengan kadar Na yang normal
2. Diare sekretorik diare akibat gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus halus.
Hal ini terjadi bila absorpsi natrium oleh villi gagal sedangkan sekresi
klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang menyebabkan dehidrasi. Penyebab lainnya adalah
hiperplasia kripta, luminal secretagogues, dan blood-borne secretagogeus.
Hiperplasia kripta umumnya akan menyebabkan atrofi villi.
Pada luminal secretagogues, sekresi lumen dipengaruhi oleh enterotoksin
bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam
empedu bentuk dihidroxyl, serta asam lemak rantai panjang. Pada blood-
borne secretagogeus, diare umumnya disebabkan karena enterotoksin E. coli
atau V. cholera.
3. Diare oleh karena gangguan motilitas usus.
18
Diare ini disebabkan karena adanya perubahan motilitas usus yang akan
berpengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan ataupun penurunan
motilitas, keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang pada akhirnya dapat
menyebabkan diare. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Diare
akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diarrhea dapat
disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon iritable pada bayi.
F. MANIFESTASI KLINIS
Pasien diare dapat mengalami dehidrasi, asidosis metabolik maupun
hipokalemia yang disebabkan karena kehilangan cairan tubuh secara terus
menerus tanpa diimbangi oleh asupan cairan yang cukup. Pada pasien diare,
terjadi kehilangan ion-ion seperti natrium, klorida dan bikarbonat, sehingga
terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Apabila terjadi dehidrasi, jika tidak
diobati dengan cepat dan tepat dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskular dan kematian.
Mual dan muntah merupakan tanda non-spesifik yang diakibatkan oleh
infeksi saluran cerna bagian atas seperti enterik virus, bakteri yang
memproduksi enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium. Muntah juga sering
terjadi pada diare non inflammatory.
19
G. DIAGNOSIS
ANAMNESIS
1. Diare
Lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak
lendir, dan darah. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : memberi oralit,
membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasinya.
2. Muntah
Pada keluhan muntah, perlu digali informasi volume, frekuensi, dan isi
muntahan.
3. Tanda dehidrasi
BAK: biasa, berkurang, jarang, atau tidak BAK dalam 6-8 jam terakhir.
Anak rewel, tampak kehausan atau lemas dan tidak mau minum.
4. Tanda lain
Adakah demam atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis
media, campak.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi : kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen
dan tanda-tanda tambahan lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak,
20
palpebra mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa
mulut, dan lidah kering atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam
merupakan tanda asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada
menandakan kemungkinan hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena
perfusi dan pengisian kapiler dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila
ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Hal yang dinilai pada
pemeriksaan tinja adalah pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis.
Pemeriksaan makroskopis yang dinilai : konsistensi, warna, apakah
terdapat lendir, apakah terdapat darah, dan baunya.
Pemeriksaan mikroskopis : hitung leukosit, eritrosit, parasit dan bakteri.
Pemeriksaan kimia, dinilai pH, clinitest, dan elektrolit (Na, K, HCO3).
Pemeriksaan biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut.
Dapat pula dilakukan analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis
dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
H. DERAJAT DEHIDRASI
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan
sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi
21
dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit.
Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang
bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan dhidrasi berat bila penurunan
lebih dari 10%.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara :
obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare.
Subyektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-
lain.
Tabel penentuan derajat dehidrasi berdasarkan WHO yaitu :
Derajat dehidrasi
Gejala Keadaan Mata Mulut Rasa Haus Kulit % Estimasi
Tanda Umum /Lidah Turu Defisiens
n BB i Cairan
Baik, Norma Basah Minum Kembal <5 50%
Tanpa
sadar l normal, i cepat
dehidrasi
tidak haus
Dehidras Gelisah, Cekun Kerin Tampak Kembal 5 – 50 – 100
i Ringan- rewel g g kehausan i lambat 10 %
Sedang
Letargi, Sangat Sanga Susah/tida Kembal >10 > 100%
Dehidras Kesadara cekung t k bisa i sangat
i Berat n kering kering minum lambat
menurun
I. PENATALAKSANAAN
Terdapat Lima Lintas Tatalaksana Diare yaitu :
1. Rehidrasi
Tanpa dehidrasi
22
Cairan rehidrasi oralit NEW ORALIT diberikan 5 – 10 mL/kgBB
setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu :
– Umur < 1tahun 500 – 100 mL
– 1 – 5 tahun 100 – 200 mL
– > 5 tahun semaunya.
Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus
terus diberikan. Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat
komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus, diare frekuen dan
profus)
23
o Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap
diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi
sedikir atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan
adalah ringer laktat atau KAEN 3B atau NaCL dengan jumlah cairan
dihitung berdasarkan berat badan. Status dehidrasi dievaluasi secara
berkala.
3 – 10 kg = 200 mL/KgBB/hari
10 – 15 kg = 175 mL/KgBB/hari
> 15 kg = 135 mL/KgBB/hari
o Pasien dipantau di puskesmas/RS selama proses rehidrasi sambil
memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua.
Dehidrasi berat
Diberikan cairan rehidtasi parenteral dengan RL atau RA 100 mL/KgBB
dengan cara pemberian :
24
• < 12 bulan = 30 mL/KgBB dalam 1 jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/KgBB dalam 5jam berikutnya.
• > 12 bukan = 30 mL/KgBB dalam ½ jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/KgBB dalam 2,5 jam berikutnya.
• Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau
minum, dimulai dengan 5 mL/KgBB selama proses rehidrasi.
2. Dukungan nutrisi
Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk pengganti nutrisi yang hilang serta mencegah
agar tidak menjadi gizi buruk. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan
fase kesembuhan. ASI tetap diberikan selama terjadinya diare pada diare
cair akut maupun pada diare akut berdarah dengan frekuensi lebih sering
25
dari biasanya. Anak umur 6 bulan ke atas sebaiknya mendapat makan
seperti biasa.
3. Suplementasi zinc
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama
dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. Zinc
juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Dosis Zinc untuk anak-anak :
Anak-anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (½ tablet)
Anak diatas umur 6 bulan : 20 mg ( 1 tablet)
Diberikan selama 10 – 14 hari berturut – turut, meskipun anak sudah
sembuh.
Cara pemberian tablet Zinc : untuk bayi dapat dilarutkan dengan air
matang, ASI, atau oralit. Untuk anak yang lebih besar dapat dikunyah atau
dilarutkan. Zinc berfungsi untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh dan
regenerasi sel enterosit.
4. Antibiotika selektif
26
Obat pilihan untuk pengobatan diare yang disebabkan infeksi enteral
dan parenteral adalah golongan Quinolon seperti Siprofloksasin dengan
dosis 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari.
5. Edukasi orang tua
Nasihat pada ibu untuk kembali segera jika ada demam, tinja berdarah,
muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin
sering atau belum. Indikasi untuk rawat inap pada diare akut adalah
malnutrisi, usia kurang dari 1 tahun, menderita campak pada 6 bulan
terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang datang dengan komplikasi.
J. KOMPLIKASI
Komplikasi dari diare akut yang tidak tertangani dengan cepat dan tepat
atau muncul pada saat dilakukan terapi rehidrasi diantaranya adalah gangguan
elektrolit berupa hipernatremia, hiponatremia, hiperkalsemia, dan hipokalemia.
Apabila upaya rehidrasi oral mengalami kegagalan, dapat terjadi kejang yang
disebabkan karena hipoglikemi, hiperpireksia, hipernatremi atau hiponatremi.
Komplikasi lainnya yang meskipun jarang tetapi juga penting adalah
overhidrasi yang menyebabkan edema, asidosis, ileus paralitik, malabsorpsi
glukosa, muntah, dan gagal ginjal.
K. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara mencegah
penyebaran kuman patogen penyebab diare, dengan cara : pemberian ASI yang
benar, memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI,
penggunaan air bersih yang cukup, membudayakan kebiasaan mecuci tangan
dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan, penggunaan jamban
yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga, dan membuang tinja
bayi yang benar.
Selain itu, upaya pencegahan diare juga dapat dilakukan dengan
meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara pemberian ASI paling tidak
sampai 2 tahun, meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan
memberi makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak,
dan dilakukannya imunisasi campak.
DAFTAR PUSTAKA
27
Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut. Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari
H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-
hepatologi. Jilid 1. Jakarta: UKK Gastroenterohepatologi IDAI; 2011. p. 87-
120.
Diare. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: Pedoman Bagi Rumah Sakit
Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/ Kota. Jilid 1. Jakarta: WHO; 2009.
p. 131-156.
King CK, Glass R, Bresee JS, Duggan C. Managing acute gastroenteritis among
children: oral rehydration, maintenance, and nutritional therapy. MMWR
Recomm Rep. 2003; 52:1-16.
Gorelick MH, Shaw KN, Murphy KO. Validity and reliability of clinical signs in
the diagnosis of dehydration in children. Pediatrics. 1997; 99(5): 66-69.
28
Infectious diarrhea: Can probiotics help against diarrhea? Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0088733/
29