Anda di halaman 1dari 23

CASE REPORT

VARICELLA

Pembimbing :
Djaja Noezoeliastri, dr. Sp.A

Oleh:
Ayu Retno Bashirah
NPM : 1102014053

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEGON
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena


atas rahmat-Nya, Tugas Presentasi Kasus yang berjudul “Demam Berdarah
Dengue” ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga menyampaikan
terima kasih kepada dr. Djaja Noezoeliastri, Sp. A, selaku pembimbing
sehingga tugas presentasi kasus ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Tugas presentasi kasus ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi kompetensi kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSUD
Cilegon. Penulis berharap tugas presentasi kasus ini dapat menjadi literatur atau
sumber informasi mengenai Ilmu Kesehatan Anak.
Akhir kata, penulis menyadari banyak kekurangan didalam
penyusunan tugas presentasi kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang berguna demi penyusunan tugas presentasi kasus ini.

Cilegon, November 2018

Ayu Retno B

1
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An. F
Tempat dan Tanggal Lahzir : Cilegon, 30 Oktober 2010
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD kelas 2
Alamat : Kav. Blok D Jl. Palapa No.22 04/08
Tanggal Masuk : 22 November 2018
No. CM : 38-xx-xx

Nama Ayah : Tn. E


Umur : 36 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawanswasta

Nama Ibu : Ny. E


Umur : 33 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

II. ANAMNESIS
Anamnesis menggunakan teknik autoanamnesis dan alloanamnesis kepada
ibu kandung pasien pada tanggal 22 November 2018 di Poli Anak RSUD
Cilegon

A. Keluhan Utama
Lenting-lenting berisi cairan jernih berukuran 1-2cm yang tersebar ke
seluruh tubuh sejak 2 hari sebelum datang ke rumah sakit.

2
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Cilegon bersama orang tuanya pada
hari kamis (22 November 2018) dengan dengan keluhan timbul lenting-
lenting berisi air sejak dua hari sebelum datang ke rumah sakit. Awalnya,
ibu pasien melihat anaknya menggaruk – garuk daerah dada. Kemudian
ibu pasien melihat daerah dada anaknya dan menemukan lenting – lenting
berisi air pada dada pasien. Pada keesokan harinya, ibu pasien mengatakan
lenting - lenting berisi air menyebar ke bagian lengan, tangan, dan kaki
anaknya.
Ibu pasien mengatakan keluhan tersebut juga disertai demam, batuk
dan pilek sejak 2 hari sebelum datang ke rumah sakit dan. Ibu pasien
mengatakan hal ini baru dialami pertama kali oleh anaknya. Menurut ibu
pasien, teman sepermainan pasien di sekitar rumah juga mengalami
keluhan yang sama dengan pasien. Pasien mendapatkan obat minum,
salep dan bedak. Ibu pasien mengatakan, pasien belum pernah melakukan
imunisasi cacar untuk anaknya tersebut.

C. Riwayat penyakit dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

D. Riwayat penyakit keluarga


Ibu pasien pernah mengalami hal yang sama saat masih kecil.

E. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Pasca Lahir


Riwayat kehamilan :
Ketika hamil, ibu pasien rajin melakukan pemeriksaan kehamilan di
Bidan. Pada usia kehamilan trimester I ibu pasien melakukan kontrol
sebanyak 1x. Pada usia kehamilan trimester II ibu pasien melakukan
kontrol sebanyak 1x/bulan dan pada trimester ke III juga melakukan
kontrol 1x/bulan. Obat-obatan yang diminum selama masa kehamilan

3
meliputi vitamin, tablet penambah darah, dan sempat meminum anti
muntah. Kesan kehamilan dalam batas normal P1A0.

Riwayat persalinan :
Persalinan normal tanpa alat bantuan, presentasi kepala, usia persalinan
39 minggu secara spontan ditolong dokter kandungan dengan berat badan
lahir 2800 gram dan panjang 45 cm, langsung menangis kuat segera
setelah lahir dan tidak ada kebiruan. Kesan riwayat kelahiran tidak ada
kelainan.

Riwayat pasca lahir :


Bayi langsung menangis keras, warna kulit bayi kemerahan, ubun-ubun
lunak, palatum tertutup, terdapat lubang anus.

F. Imunisasi
-Hepatitis B : setelah lahir, usia 2 bulan, usia 6 bulan
-Polio : usia 1 bulan
-BCG : usia 1 bulan
-DTP : usia 4 bulan
-Campak : Usia 9 bulan
-Hib : Usia 3 bulan
Pasien tidak melakukan vaksinasi cacar air (varicella)

G. Riwayat makanan
ASI hingga usia 4 setengah bulan dan pemberian makanan tambahan
seperti bubur bayi dari usia 4 setengah bulan sampai 1 setengah tahun.
Saat ini pasien sudah makan sesuai menu masakan keluarga. Makan nasi
disertai lauk pauk beraneka ragam seperti tahu, tempe, telur, daging dan
disertai sayur. Pasien makan tiga kali sehari, 1 piring nasi setiap makan,
dan selalu habis. Kesan : kualitas dan kuantitas asupan gizi cukup.

4
H. Riwayat Perkembangan
a. Senyum : usia 3 bulan
b. Duduk : usia 7 bulan
c. Berdiri : usia 9 bulan
d. Jalan : usia 11 bulan
e. Lari : usia 1 tahun
f. Tengkurep : usia 1tahun 7bulan
g. Bicara : usia 3 tahun

I. Sosial ekonomi dan lingkungan


Sosial Ekonomi:
Pasien anak adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Adik pasien laki-laki
masih berusia 1 tahun 3 bulan. Ayah pasien adalah seorang
karyawanswasta dengan penghasilan ± Rp.10.000.000-12.000.000/bulan,
sedangkan ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga.

Lingkungan:
Dari alloanamnesis diketahui bahwa disekitar lingkungan rumah, terdapat
teman sepermainan pasien yang terkena hal serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Umum :
1. Keadaan Umum : Tampak baik
2. Kesadaran : Composmentis GCS 15
3. Tanda Vital
Heart Rate : 100 x/menit
Respiration Rate : 20 x/menit
Suhu : 37,1°C
Tekanan Darah : 100/80 mmhg
4. Status Gizi
Edema : Tidak edema

5
Tampak Kurus : Tampak kurus
5. Atropometris
Berat Badan (BB) : 27 kg
Tinggi Badan (TB) : 122,5 cm
Lingkar Kepala : 53 cm
Lingkar Lengan Atas : 22 cm
- TB/U : 122,5x100% : 128 = 95,70% (normal)
- BB/TB : 27x100% : 25 = 108% (normal)
- BMI : 27: (1,225)2 = 17,14 (Normal)

6
7
B. Status Generalis :
1. Kulit
Vesikula (+) eritema (+) pucat (-), ikterik (-), sianosis (-)
2. Kepala
Normocephal
3. Mata
Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Refleks cahaya langsung +/+
4. Telinga
Tidak ditemukan kelainan dan tidak ada sekret yang keluar dari
liang telinga
5. Hidung
Tidak ditemukan kelainan pada hidung dan tidak ada sekret yang
keluar dari lubang hidung.
6. Tenggorokan
Uvula deviasi (-), To T1/T1, faring tidak hiperemis
7. Mulut
Pallatum tertutup; mukosa mulut dan lidah dalam batas normal.
Coated tongue (-)
8. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
9. Thorax
a. Jantung
 Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Pulsasi iktus cordis teraba, tidak ada vibrasi
 Auskultasi : Bunyi jantung S1 S2 Normal, murmur (-),
gallop (-).
b. Paru

8
 Inspeksi : Dada simetris kiri-kanan, gerakan statis
simetris, gerakan dinamis simetris. Retraksi suprasternal
(-), retraksi epigastrial (-), retraksi intercostal (-)
 Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris pada
kedua lapang paru.
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
c. Abdomen
 Inspeksi : Abdomen datar
 Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan epigastrium (+), undulasi (-)
 Perkusi : Hepar dan lien tidak teraba, Shifting
dullnes (-).
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
d. Ekstremitas
Akral hangat +/+, udem (-), CRT < 2 detik

IV. DIAGNOSIS KERJA


a. Diagnosis Kerja
Varicella Zoster
b. Diagnosis Banding

1. Impetigo bulosa

2. Herpes

V. TATALAKSANA
Rencana Pengobatan dan Diit
1. Medikamentosa

Sistemik:

 Acyclovir (20mg/kgBB) 4 x 200 mg/hari (selama 5 hari).

9
 CTM (0,4mg/kgBB) sirup 2mg/5ml diberikan 3 x 10 mg/
hari (selama 5 hari).

 Paracetamol (10-15mg/kgBB) sirup 125mg/5ml. Dosis


pemberian : 3 x 10 ml (jika demam)

Topikal :

 Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum


pecah.
 Gentamisina Sulfat Cream 1%, oleskan 2x/hari pada bekas
lenting yang pecah.

2. Non-medikamentosa:
1. Menjelaskan kepada ibu pasien agar jangan mengaruk dan
memecahkan lenting-lenting tersebut karena dapat menimbulkan
bekas luka garukan di kulit. Menaburkan bedak pada lenting.
2. Jaga kebersihan badan dengan tetap mandi walaupun masih banyak
terlihat lenting-lenting. Jangan menggosokkan handuk terlalu
kencang.
3. Pasien dianjurkan untuk istirahat dirumah, mengindari kontak
dengan kerabat selama beberapa hari untuk mencegah penularan.

VI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad Sanationam : ad bonam

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya
terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella
Zoster. Varicella pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal
yang pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan
papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kult
yang tidak berkembang sampai vesikel.1

Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang


serius biasanya terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas
seluler, dimana penyakit dapat bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas,
gejala konstitusional berat, dan pneumonia. Terdapat kemungkinan fatal jika tidak
ada terapi antivirus yang diberikan. 2

Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada anak yang
sehat diatas umur 1 tahun 1995. Setelah itu, insidensi varisella dan komplikasinya
mulai menurun di Amerika Serikat. Telah banyak negara bagian yang mewajibkan
vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk sekolah. 2

Herpes Zooster disebabkan oleh reaktivasi dari Virus Varisela Zooster


yang oleh penderita varisela. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral
terlokalisasi yang mirip dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris.
Biasanya lebih dari satu syaraf yang terkena dan pada beberapa pasien dengan
penyebaran hematogen, terjadi lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi lokal.
Zoster biasanya terjadi pada pasien dengan immunocompromised, penyakit ini
juga umum pada orang dewasa daripada anak-anak. Pada dewasa lebih sering
diikuti nyeri pada kulit. 1

11
EPIDEMIOLOGI

Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan


penyakit infeksi paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak
terinfeksi pada umur 15 tahun, dengan persentasi dibawah 5% pada orang dewasa.
Epidemik Varicella terjadi pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari
4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Varicella
merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan kematian tinggi
pada balita, dewasa, dan dengan orang imun yang terkompromi. Pada rumah
tangga, persentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86%.3

Manusia merupakan host alami yang diketahui untuk VZV, dimana


dikaitkan dengan dua bentuk kesakitan- yang bentuk primer sebagai varisela
(chickenpox) dan bentuk sekunder sebagai herpes zoster. VZV merupakan infeksi
yang sangat menular dan menyebar biasanya dari oral udara atau sekresi respirasi
atau terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi
fetomaternal. Serangan sekunder meningkat pada kontak rumah yang rentan
melebihi 85%.2

Pada iklim temperatur, angka infeksi menunjukkan variasi musiman yang


ditandai, dengan epidemis pada musim dingin akhir dan awal musim semi.
Sebaliknya, tidak ada variasi musiman yang terlihat pada iklim tropis. Alasan
untuk perbedaan penandaan ini tidaklah jelas, meskipun telah didukung dengan
pemanasan, dan kurangnya peningkatan paparan pada virus dalam bulan musim
hangat dapat menyebabkan beberapa perbedaan. Di india, disamping dekat dengan
perbataan, angka rendah yang tidak terduga melalui transmisi antar rumah telah
didokumentasikan sebesar 80%. Di Singapura, varicella timbul dalam dua
epidemis besar yang terpisah selama 23 tahun. 3

Meskipun infeksi primer asimptomatik adalah jarang, studi serologis


mendukung bahwa reinfeksi subklinis adalah sering. Jarangnya, pasien dengan
imunokompeten dapat mengalami episode kedua dari varicella. Varicella dalam

12
iklim temperatur lebih sering timbul pada usia sebelum sekolah dan anak usia
sekolah kurang dari usia 10 tahun dengan insidensi tertinggi pada kelompok usia
3-6 tahun. Disamping prevalensi varisela pada anak-anak, beberapa orang pada
iklim temperatur dapat menenai orang dewasa tanpa adanya paparan : sebuah
studi rekrut militer di United States pada era prevaksin menunjukkan bahwa 8%
tentara yang direkrut adalah seronegatif, dengan peningkatn angka seronegative
pada non kulit putih dan lebih tinggi angka seronegative pada tentara yang asalnya
di luar United States. 4

ETIOLOGI

Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk


kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 – 200 nm. Inti virus
disebut capsid yang berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang
mempunyai rantai ganda yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan
merupakan suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162
capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius. 1

Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster.


Kontak pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu
varicella dikatakan infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh
atau dalam bentuk laten dan kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan
muncul adalah Herpes Zoster. 1

PATOGENESIS

Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring,


kemudian replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia
pertama ) kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu
menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbulah demam dan
malaise. 4

13
Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial
pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan
glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya
makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel dan akhirnya menjadi
crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel
ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum
korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam. 4

Degenerasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti


banyak, dimana kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body
intranuclear type A4 Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan
laten pada sel syaraf. Lalu dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes
Zooster. 1

GEJALA KLINIS

Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-
anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam
sedang dan rasa tidak enak badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada
anak-anak yang lebih muda. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit
demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk
infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit
kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang
berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau
punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah. 1

Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan
dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal
sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera
mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan
meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-

14
kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan
meninggalkan bekas lagi. 3

Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera
terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini
memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah
mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih
lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih
sulit menghilang. 3

Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang
sering menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak
mata, saluran pernapasan bagian atas, rectum dan vagina. 4

Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan
gangguan pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
dileher bagian samping. Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan
parut, kalaupun ada hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air
bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus. 4

Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada
orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat
atau bahkan berakibat fatal. 4

Pada anak sehat yang sebelumnya normal, penyakit ini secara umum dan
biasanya jinak, dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder
bakteri dari lesi kult. Jaringan parut merupakan komplikasi lain yang sering.
Komplikasi neurologis meliputi encephalitis dan ataxia cerebellar akut. Varisela
encephalitis dengan insiden 0,1% secara umum tampak mengalami nyeri kepala,
kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah, dengan angka mortalitas
sebear 5 hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang (0,025%
insidensi) dibandingkan ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu

15
ruam dengan ataxia, muntah, pembicaraan yang terganggu, vertigo, dan atau
tremor, dengan resolusi dalam 2 hingga 4 minggu. 4

Pada anak defisiensi imun atau kurang gizi yang tidak ditangani dengan
asiklovir intravena, angka kematian berkisar antara 15 hingga 18%. Kasus ini
dikarakteristikan dengan penyebaran, dengan pneumonia, miokarditis, artritis,
hepatitis, perdarahan, dan ensefalopaty (ataxia serebelar lebih sering). Super
infeksi lesi kulit dengan Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes
dapat menyebabkan pioderma, impetigo, erysipelas, nephritis, gangrene, atau
sepsis. Pada tropis Amerika, varisella pada anak usia muda, anak kekurangan gizi
dapat berkomplikasi menjadi diare berat. 3

Orang dewasa tampak mempunyai penyakit yang lebih berat dibandingkan


dengan anak-anak. Dengan peningkatan 15 kali lipat pada mortalitasnya. Varisella
onset dewasa lebih sering berkomplikasi dengan pneumonitis dan ensefalitis,
dengan secara klinis pneumonitis lebih dari 15 % kasus. 4

Orang dari area tropis yang pindah ke area temperatur berada dalam resiko
untuk varisela onset dewasa, terutama jika kontak dengan anak usia muda.
Varisela ibu pada gestasi awal menimbulkan secara jarang ke sindrom varisela
kongenital yang ditandai dengan defek kulit, atrofi ekstremitas, dan disfungsi
sistem otonom. Maternal varisela pada gestasi akhir dapat menimbulkan varisela
neonatus, dengan angka mortalitas sama tingginya dengan 30% pada bayi yang
tidak diterapi. 4

Infeksi VZV rekuren bermanifestasi sebagai herpes zoster (shingles),


sebuah penyakit yang biasanya terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih dari
50 tahun. Data menunjukkan perbedaan rasial dalam resiko timbulnya zoster,
dengan orang tua kulit putih lebih sering berada dalam resiko dibandingkan
dengan orang tua berkulit hitam. Zoster juga dapat timbul jarang pada anak-anak.
Zoster pada pasien imunnocompromise dapat menjadi lebih berat. 4

16
Peningkatan insidensi zoster pada usia sama halnya dengan pasien
imunocompromised dikarenakan penurunan anti-VZV cell-mediated immunity.
Menariknya, ada bukti bahwa paparan pada orang yang seropositive terhadap
varisela terlindungi dari perkembangan zoster, terutama dengan menambah respon
imunnya. Setelah infeksi primer, VZV (seperti HSV) timbul pada keadaan latent
dengan ganglia saraf kranial dan spinal. Stimuli non spesifik seperti stress,
imunodefisiensi atau malignansi dapat mengaktivasi virus laten dengan
keterlibatan distribusi saraf yang disalurkan melalui ganglion yang terkena.
Herpes zoster timbul setelah 3- to 4-day gejala prodromal demam, lesu, dan
gangguan gastrointestinal dan erupsi vesikular kutaneus yang nyerei pada
distribusi dermatomal. Ruam biasanya unilateral dan sepanjang hanya satu
dermatom. Pada kasus yang berat, erupsi dapat menjadi lebih umum dan
variseliform. Vesikel sembuh dalam 5 hari, tetapi postherpetic neuralgia dapat
saja ada. Postherpetic neuralgia, terlihat pada lebih dari 50% pasien diatas 50
tahun, didefinisikan sebagai nyeri konstan atau intermiten lebih dari durasi satu
bulan pada area yang melibatkan dermatom. Infeksi dari mata, Herpes zoster
ophthalmicusmerupakan kondisi yang serius karena dapat menyebabkan kebutaan.
Sindroma Ramsay Hunt didefinisikan sebagai keterlibatan trias dari meatus
auditorius eksternal, hilangnya rasa pada lidah dan palsy fasialis ipsilateral.
Keterlibatan dari medula spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan atau palsy
saraf kranial. 5

Resiko dari ensefalitis meningkat pada orang tua dengan keterlibatan saraf
kranial dan pada pasien AIDS. Postzoster ensefalitis dapat timbul dalam 3
bentuk : infark yang dikarenakan vaskulitis pembuluh darah besar,
leukoensefalopati multifokal dan ventrikulitis. 5

DIAGNOSIS

Diagnosis klinik varisela pada anak-anak, saat ini variola (smallpox) telah
dieradikasi, biasanya tidaklah sulit. Ruam mempunyai karakteristik dan jarangkali
dibutuhkan untuk dibedakan dari eksantem enterovral, infeksi S. aureus, rekasi

17
obat, dermatitis kontak dan penyebaran infeksi HSV-1. Diagnosis dengan kultur
dari cairan vesikel kurang sensitif untuk HSV atau CMV dan dapat membutuhkan
waktu 7 hari. 2

Metode ini telah diganti dengan metode shellvial sensitive dan ebih cepat,
dimana hasilnya diberikan dalam waktu 1-3 hari. Deteksi yang lebih cepat,
sensitif, dan spedifik dapat membentu sistem dasar kultur dimasa depan
sebagaimana pewarnaan PCR multiple menjadi lebih sering untuk digunakan.
Mengambil dasar vesikel mungkin dapat menunjukkan sel raksasa multinukleasi,
dimana tidak dapat jelas dibedakan dari HSV. Bagaimanapun,
immunofluorescence pada kultur atau mengambil dengan menggunakan antibodi
spesifik dapat membedakan antara HSV-1, HSV-2, dan VZV. Deteksi serologis
IgM dan tingginya titer atau empatkali peningkatan IgG anti VZV antibodi dapat
berguna dalam beberapa kasus. 2

Deteksi dari IgM dapat meunjukkan infeksi primer (chicken pox), dimana
baik tinggi titernya atau empat kali peningkatan igG mengindikasikan rekurensi.
Bagaimanapun, peningkatan IgM juga dapat terlihat pada rekurensi. Diagnosis
klinis herpes zoster virus pada orang dewasa juga biasanya tidak sulit dalam
memberikan karakteristik pola dermatom. 2

DIAGNOSIS BANDING

Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang


dapat menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum,
hand-foot-mouth infection dan exanthema enteroviral lainnya. Herpes simpleks
dapat dibedakan dari pengelompokan vesikelnya, lokasi, dan tes
immunoflorescent atau kultur, jika perlu. Tes Tzanck dapat membantu
membedakan varicella dengan enteroviral penyebab exanthem lainnya dengan
memperlihatkan multinucleated giant cell pada infeksi Herpes zoster. 3

Pemeriksaan Laboratorium

18
Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik. Untuk
pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan dicat
dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa (giant
cell) yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion
Bodies atau dapat juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen,
sehingga terlihat antigen virus intrasel.

Isolasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan fibroblast pada embrio


manusia. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel, kadang-kadang ada darah.
Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen
Fixation Test, Neurailization Test, FAMA, IAHA, dan ELISA. 3

PENGOBATAN

Meskipun vidarabine dan interferon-α telah digunakan pada terapi infeksi


VZV yang berat, asiklovir tetaplah merupakan obat pilihan. Asiklovir lebih efektif
pada infeksi VZV yang berat jika diberikan secara intravena dalam 24 jam setelah
timbul ruam. Terapi asiklovir oral dari anak sehat dengan chickenpox sebaiknya
dipertimbangkan , terutama pada remaja dan kontak dengan orang rumah secara
sekunder, meskipun keuntunggannya tetap ada. Dikarenakan strain resisten
asiklovor pada pasien dengan AIDS, foscaranet harus dipertimbangkan untuk
infeksi berat dalam keadaan ini. 3

Untuk herpes zoster, obat pilihan adalah famciclovir dan valacyclovir.


Terapi awal dari zoster telah menunjukkan untuk memperpendek perjalan
penyakit kutaneus dan menurunkan durasi serta keparahan post herpetil neuralgia.
Steorid topikal juga dapat berguna pada uveitis herpetik dan keratitis. Zoster yang
sangat nyeri dapat diterapi dengan kompres basah dan analgesik yang menganduk
kodein. Gabapentin, analog struktural neurotransmitter gamma-aminobutyric acid,
berguna dalam mengatasi postherpetic neuralgia. Antihistamin dapat berguna
untuk menyingkirkan rasa gatal varisella pada anak-anak. 1

19
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit
dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen
lainnya yang mengandung mentol atau fenol. 2

Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci


sesering mungkin dengan ait dan sabun, menjaga kebersihan tangan, kuku
dipotong pendek, pakaian tetap kering dan bersih. 2

Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi


infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-
virus asiklovir. 2

Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan


aspirin. Karena aspirin dapat memberikan efek samping yang buruk pada anak-
anak Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun.
Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini
lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam
wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama. 3

KOMPLIKASI

Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah: 5

 Pneumonia karena virus


 Peradangan jantung
 Peradangan sendi
 Peradangan hati
 Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa)
 Ensefalitis (infeksi otak).

20
PROGNOSIS

Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan


prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. Angka
kematian pada anak normal di Amerika 5,4 – 7,5 dari 10.000 kasus varicella. 5

Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi,


sering menimbulkan komplikasi dan angka kematian yang meningkat. 5
Angka
kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa
mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 – 27% dan sebagian
besar penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis. 5

PENCEGAHAN

Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang
belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi
mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa
diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin
varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan. 3

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab
Varisela. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007
2. Mehta, Parang. Varicella. Emedicine from WebMD. Sept 2007. Diambil
dari http://www.emedicine.com/ped/topic2385.htm. Diakses pada tanggal
25 November 2018.

1. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta : 2005
2. Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003
3. Dewi M. Cacar Air (Varicella). Diambil dari Medicastore.com
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=38&idktg=&idobat=&UID=20071115181404219.83.83.58.
Diakses pada tanggal 25 November 2018.

22

Anda mungkin juga menyukai