VARICELLA
Pembimbing :
Djaja Noezoeliastri, dr. Sp.A
Oleh:
Ayu Retno Bashirah
NPM : 1102014053
Ayu Retno B
1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An. F
Tempat dan Tanggal Lahzir : Cilegon, 30 Oktober 2010
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD kelas 2
Alamat : Kav. Blok D Jl. Palapa No.22 04/08
Tanggal Masuk : 22 November 2018
No. CM : 38-xx-xx
II. ANAMNESIS
Anamnesis menggunakan teknik autoanamnesis dan alloanamnesis kepada
ibu kandung pasien pada tanggal 22 November 2018 di Poli Anak RSUD
Cilegon
A. Keluhan Utama
Lenting-lenting berisi cairan jernih berukuran 1-2cm yang tersebar ke
seluruh tubuh sejak 2 hari sebelum datang ke rumah sakit.
2
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Cilegon bersama orang tuanya pada
hari kamis (22 November 2018) dengan dengan keluhan timbul lenting-
lenting berisi air sejak dua hari sebelum datang ke rumah sakit. Awalnya,
ibu pasien melihat anaknya menggaruk – garuk daerah dada. Kemudian
ibu pasien melihat daerah dada anaknya dan menemukan lenting – lenting
berisi air pada dada pasien. Pada keesokan harinya, ibu pasien mengatakan
lenting - lenting berisi air menyebar ke bagian lengan, tangan, dan kaki
anaknya.
Ibu pasien mengatakan keluhan tersebut juga disertai demam, batuk
dan pilek sejak 2 hari sebelum datang ke rumah sakit dan. Ibu pasien
mengatakan hal ini baru dialami pertama kali oleh anaknya. Menurut ibu
pasien, teman sepermainan pasien di sekitar rumah juga mengalami
keluhan yang sama dengan pasien. Pasien mendapatkan obat minum,
salep dan bedak. Ibu pasien mengatakan, pasien belum pernah melakukan
imunisasi cacar untuk anaknya tersebut.
3
meliputi vitamin, tablet penambah darah, dan sempat meminum anti
muntah. Kesan kehamilan dalam batas normal P1A0.
Riwayat persalinan :
Persalinan normal tanpa alat bantuan, presentasi kepala, usia persalinan
39 minggu secara spontan ditolong dokter kandungan dengan berat badan
lahir 2800 gram dan panjang 45 cm, langsung menangis kuat segera
setelah lahir dan tidak ada kebiruan. Kesan riwayat kelahiran tidak ada
kelainan.
F. Imunisasi
-Hepatitis B : setelah lahir, usia 2 bulan, usia 6 bulan
-Polio : usia 1 bulan
-BCG : usia 1 bulan
-DTP : usia 4 bulan
-Campak : Usia 9 bulan
-Hib : Usia 3 bulan
Pasien tidak melakukan vaksinasi cacar air (varicella)
G. Riwayat makanan
ASI hingga usia 4 setengah bulan dan pemberian makanan tambahan
seperti bubur bayi dari usia 4 setengah bulan sampai 1 setengah tahun.
Saat ini pasien sudah makan sesuai menu masakan keluarga. Makan nasi
disertai lauk pauk beraneka ragam seperti tahu, tempe, telur, daging dan
disertai sayur. Pasien makan tiga kali sehari, 1 piring nasi setiap makan,
dan selalu habis. Kesan : kualitas dan kuantitas asupan gizi cukup.
4
H. Riwayat Perkembangan
a. Senyum : usia 3 bulan
b. Duduk : usia 7 bulan
c. Berdiri : usia 9 bulan
d. Jalan : usia 11 bulan
e. Lari : usia 1 tahun
f. Tengkurep : usia 1tahun 7bulan
g. Bicara : usia 3 tahun
Lingkungan:
Dari alloanamnesis diketahui bahwa disekitar lingkungan rumah, terdapat
teman sepermainan pasien yang terkena hal serupa.
5
Tampak Kurus : Tampak kurus
5. Atropometris
Berat Badan (BB) : 27 kg
Tinggi Badan (TB) : 122,5 cm
Lingkar Kepala : 53 cm
Lingkar Lengan Atas : 22 cm
- TB/U : 122,5x100% : 128 = 95,70% (normal)
- BB/TB : 27x100% : 25 = 108% (normal)
- BMI : 27: (1,225)2 = 17,14 (Normal)
6
7
B. Status Generalis :
1. Kulit
Vesikula (+) eritema (+) pucat (-), ikterik (-), sianosis (-)
2. Kepala
Normocephal
3. Mata
Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Refleks cahaya langsung +/+
4. Telinga
Tidak ditemukan kelainan dan tidak ada sekret yang keluar dari
liang telinga
5. Hidung
Tidak ditemukan kelainan pada hidung dan tidak ada sekret yang
keluar dari lubang hidung.
6. Tenggorokan
Uvula deviasi (-), To T1/T1, faring tidak hiperemis
7. Mulut
Pallatum tertutup; mukosa mulut dan lidah dalam batas normal.
Coated tongue (-)
8. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
9. Thorax
a. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Pulsasi iktus cordis teraba, tidak ada vibrasi
Auskultasi : Bunyi jantung S1 S2 Normal, murmur (-),
gallop (-).
b. Paru
8
Inspeksi : Dada simetris kiri-kanan, gerakan statis
simetris, gerakan dinamis simetris. Retraksi suprasternal
(-), retraksi epigastrial (-), retraksi intercostal (-)
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris pada
kedua lapang paru.
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
c. Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan epigastrium (+), undulasi (-)
Perkusi : Hepar dan lien tidak teraba, Shifting
dullnes (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal
d. Ekstremitas
Akral hangat +/+, udem (-), CRT < 2 detik
1. Impetigo bulosa
2. Herpes
V. TATALAKSANA
Rencana Pengobatan dan Diit
1. Medikamentosa
Sistemik:
9
CTM (0,4mg/kgBB) sirup 2mg/5ml diberikan 3 x 10 mg/
hari (selama 5 hari).
Topikal :
2. Non-medikamentosa:
1. Menjelaskan kepada ibu pasien agar jangan mengaruk dan
memecahkan lenting-lenting tersebut karena dapat menimbulkan
bekas luka garukan di kulit. Menaburkan bedak pada lenting.
2. Jaga kebersihan badan dengan tetap mandi walaupun masih banyak
terlihat lenting-lenting. Jangan menggosokkan handuk terlalu
kencang.
3. Pasien dianjurkan untuk istirahat dirumah, mengindari kontak
dengan kerabat selama beberapa hari untuk mencegah penularan.
VI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad Sanationam : ad bonam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya
terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella
Zoster. Varicella pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal
yang pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan
papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kult
yang tidak berkembang sampai vesikel.1
Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada anak yang
sehat diatas umur 1 tahun 1995. Setelah itu, insidensi varisella dan komplikasinya
mulai menurun di Amerika Serikat. Telah banyak negara bagian yang mewajibkan
vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk sekolah. 2
11
EPIDEMIOLOGI
12
iklim temperatur lebih sering timbul pada usia sebelum sekolah dan anak usia
sekolah kurang dari usia 10 tahun dengan insidensi tertinggi pada kelompok usia
3-6 tahun. Disamping prevalensi varisela pada anak-anak, beberapa orang pada
iklim temperatur dapat menenai orang dewasa tanpa adanya paparan : sebuah
studi rekrut militer di United States pada era prevaksin menunjukkan bahwa 8%
tentara yang direkrut adalah seronegatif, dengan peningkatn angka seronegative
pada non kulit putih dan lebih tinggi angka seronegative pada tentara yang asalnya
di luar United States. 4
ETIOLOGI
PATOGENESIS
13
Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial
pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan
glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya
makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel dan akhirnya menjadi
crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel
ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum
korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam. 4
GEJALA KLINIS
Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-
anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam
sedang dan rasa tidak enak badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada
anak-anak yang lebih muda. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit
demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk
infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit
kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang
berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau
punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah. 1
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan
dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal
sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera
mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan
meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-
14
kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan
meninggalkan bekas lagi. 3
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera
terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini
memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah
mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih
lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih
sulit menghilang. 3
Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang
sering menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak
mata, saluran pernapasan bagian atas, rectum dan vagina. 4
Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan
gangguan pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
dileher bagian samping. Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan
parut, kalaupun ada hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air
bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus. 4
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada
orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat
atau bahkan berakibat fatal. 4
Pada anak sehat yang sebelumnya normal, penyakit ini secara umum dan
biasanya jinak, dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder
bakteri dari lesi kult. Jaringan parut merupakan komplikasi lain yang sering.
Komplikasi neurologis meliputi encephalitis dan ataxia cerebellar akut. Varisela
encephalitis dengan insiden 0,1% secara umum tampak mengalami nyeri kepala,
kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah, dengan angka mortalitas
sebear 5 hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang (0,025%
insidensi) dibandingkan ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu
15
ruam dengan ataxia, muntah, pembicaraan yang terganggu, vertigo, dan atau
tremor, dengan resolusi dalam 2 hingga 4 minggu. 4
Pada anak defisiensi imun atau kurang gizi yang tidak ditangani dengan
asiklovir intravena, angka kematian berkisar antara 15 hingga 18%. Kasus ini
dikarakteristikan dengan penyebaran, dengan pneumonia, miokarditis, artritis,
hepatitis, perdarahan, dan ensefalopaty (ataxia serebelar lebih sering). Super
infeksi lesi kulit dengan Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes
dapat menyebabkan pioderma, impetigo, erysipelas, nephritis, gangrene, atau
sepsis. Pada tropis Amerika, varisella pada anak usia muda, anak kekurangan gizi
dapat berkomplikasi menjadi diare berat. 3
Orang dari area tropis yang pindah ke area temperatur berada dalam resiko
untuk varisela onset dewasa, terutama jika kontak dengan anak usia muda.
Varisela ibu pada gestasi awal menimbulkan secara jarang ke sindrom varisela
kongenital yang ditandai dengan defek kulit, atrofi ekstremitas, dan disfungsi
sistem otonom. Maternal varisela pada gestasi akhir dapat menimbulkan varisela
neonatus, dengan angka mortalitas sama tingginya dengan 30% pada bayi yang
tidak diterapi. 4
16
Peningkatan insidensi zoster pada usia sama halnya dengan pasien
imunocompromised dikarenakan penurunan anti-VZV cell-mediated immunity.
Menariknya, ada bukti bahwa paparan pada orang yang seropositive terhadap
varisela terlindungi dari perkembangan zoster, terutama dengan menambah respon
imunnya. Setelah infeksi primer, VZV (seperti HSV) timbul pada keadaan latent
dengan ganglia saraf kranial dan spinal. Stimuli non spesifik seperti stress,
imunodefisiensi atau malignansi dapat mengaktivasi virus laten dengan
keterlibatan distribusi saraf yang disalurkan melalui ganglion yang terkena.
Herpes zoster timbul setelah 3- to 4-day gejala prodromal demam, lesu, dan
gangguan gastrointestinal dan erupsi vesikular kutaneus yang nyerei pada
distribusi dermatomal. Ruam biasanya unilateral dan sepanjang hanya satu
dermatom. Pada kasus yang berat, erupsi dapat menjadi lebih umum dan
variseliform. Vesikel sembuh dalam 5 hari, tetapi postherpetic neuralgia dapat
saja ada. Postherpetic neuralgia, terlihat pada lebih dari 50% pasien diatas 50
tahun, didefinisikan sebagai nyeri konstan atau intermiten lebih dari durasi satu
bulan pada area yang melibatkan dermatom. Infeksi dari mata, Herpes zoster
ophthalmicusmerupakan kondisi yang serius karena dapat menyebabkan kebutaan.
Sindroma Ramsay Hunt didefinisikan sebagai keterlibatan trias dari meatus
auditorius eksternal, hilangnya rasa pada lidah dan palsy fasialis ipsilateral.
Keterlibatan dari medula spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan atau palsy
saraf kranial. 5
Resiko dari ensefalitis meningkat pada orang tua dengan keterlibatan saraf
kranial dan pada pasien AIDS. Postzoster ensefalitis dapat timbul dalam 3
bentuk : infark yang dikarenakan vaskulitis pembuluh darah besar,
leukoensefalopati multifokal dan ventrikulitis. 5
DIAGNOSIS
Diagnosis klinik varisela pada anak-anak, saat ini variola (smallpox) telah
dieradikasi, biasanya tidaklah sulit. Ruam mempunyai karakteristik dan jarangkali
dibutuhkan untuk dibedakan dari eksantem enterovral, infeksi S. aureus, rekasi
17
obat, dermatitis kontak dan penyebaran infeksi HSV-1. Diagnosis dengan kultur
dari cairan vesikel kurang sensitif untuk HSV atau CMV dan dapat membutuhkan
waktu 7 hari. 2
Metode ini telah diganti dengan metode shellvial sensitive dan ebih cepat,
dimana hasilnya diberikan dalam waktu 1-3 hari. Deteksi yang lebih cepat,
sensitif, dan spedifik dapat membentu sistem dasar kultur dimasa depan
sebagaimana pewarnaan PCR multiple menjadi lebih sering untuk digunakan.
Mengambil dasar vesikel mungkin dapat menunjukkan sel raksasa multinukleasi,
dimana tidak dapat jelas dibedakan dari HSV. Bagaimanapun,
immunofluorescence pada kultur atau mengambil dengan menggunakan antibodi
spesifik dapat membedakan antara HSV-1, HSV-2, dan VZV. Deteksi serologis
IgM dan tingginya titer atau empatkali peningkatan IgG anti VZV antibodi dapat
berguna dalam beberapa kasus. 2
Deteksi dari IgM dapat meunjukkan infeksi primer (chicken pox), dimana
baik tinggi titernya atau empat kali peningkatan igG mengindikasikan rekurensi.
Bagaimanapun, peningkatan IgM juga dapat terlihat pada rekurensi. Diagnosis
klinis herpes zoster virus pada orang dewasa juga biasanya tidak sulit dalam
memberikan karakteristik pola dermatom. 2
DIAGNOSIS BANDING
Pemeriksaan Laboratorium
18
Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik. Untuk
pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan dicat
dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa (giant
cell) yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion
Bodies atau dapat juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen,
sehingga terlihat antigen virus intrasel.
PENGOBATAN
19
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit
dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen
lainnya yang mengandung mentol atau fenol. 2
KOMPLIKASI
20
PROGNOSIS
PENCEGAHAN
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang
belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi
mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa
diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin
varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan. 3
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab
Varisela. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007
2. Mehta, Parang. Varicella. Emedicine from WebMD. Sept 2007. Diambil
dari http://www.emedicine.com/ped/topic2385.htm. Diakses pada tanggal
25 November 2018.
22