Disusun Oleh:
Fildzah Fitriyani
1102014100
Pembimbing:
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan berkah-Nya penulis dapat
menyelesaikan referat kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Kota Cilegon yang
berjudul ”Dengue Hemorrhagic Fever”. Tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah
untuk memenuhi tugas yang didapat saat kepaniteraan di RSUD Cilegon. Dari laporan kasus
ini saya mendapat banyak hal dan dapat lebih memahami terapi dan keadaan pasien.
Dalam menyusun laporan kasus ini tentunya tidak lepas dari pihak-pihak yang
membantu saya. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Didiet
Pratignyo, Sp.PD-FINASIM atas bimbingan, saran, kritik dan masukannya dalam menyusun
laporan kasus ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua yang selalu
mendoakan dan teman-teman serta pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini,
kesalahan dan kekurangan tidak dapat dihindari, baik dari segi materi maupun tata bahasa yang
disajikan. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan yang
dibuat. Semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca
dalam memberikan sumbang pikir dan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia kedokteran.
Akhir kata, dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu merahmati
kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KataPengantar..............................................................................................2
Daftarisi.........................................................................................................3
Laporan kasus
1. Identitas .............................................................................................4
2. Anamnesis..........................................................................................5
3. Pemeriksaan fisik...............................................................................9
4. Pemeriksaan penunjang....................................................................12
5. Diagnosis..........................................................................................12
6. Diagnosis banding............................................................................13
7. Terapi...............................................................................................13
8. Prognosis..........................................................................................14
9. Follow up..........................................................................................14
Analisa kasus...............................................................................................15
Daftar Pustaka.............................................................................................47
3
PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEGON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Usia : 45 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Jombang
No. CM : 289***
Pembiayaan : BPJS
4
II. Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 21 Juli 2018 di Nusa Indah RSUD
Cilegon pukul 08.00 WIB
o Keluhan Utama:
Demam tinggi sudah 4 hari SMRS
o Keluhan Tambahan:
OS mengeluh mengeluh menggigil, nyeri pada sendi dan tulang, lemas, tidak bertenaga,
mual, dan nafsu makan menurun.
5
Riwayat asma dan alergi pada keluarga disangkal
Riwayat penyakit hipertensi pada keluarga disangkal
o Anamnesis Sistem:
Tanda checklist (+) menandakan keluhan pada sistem tersebut. Tanda strip (-)
menandakan keluhan di sistem tersebut disangkal oleh pasien.
Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam
(-) Kuku (-) Ikterus (-) Sianosis
(-) Lain-lain
Kepala
(-) Trauma (-) Nyeri kepala
(-) Sinkop (-) Nyeri sinus
Mata
(-) Nyeri (-) Sekret
(-) Radang (-) Gangguan penglihatan
(-) Sklera Ikterus (-) Penurunan ketajaman penglihatan
(-) Congjungtiva Anemis
Telinga
(-) Nyeri (-) Tinitus
(-) Sekret (-) Gangguan pendengaran
(-) Kehilangan pendengaran
Hidung
(-) Trauma (-) Gejala penyumbatan
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (-) Pilek
(-) Epistaksis
6
Mulut
(-) Bibir (-) Lidah
(-) Gusi (-) Gangguan pengecapan
(-) Selaput (-) Stomatitis
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorok (-) Perubahan suara
Leher
(-) Benjolan/ massa (-) Nyeri leher
Jantung/ Paru
(-) Nyeri dada (-) Sesak nafas
(-) Berdebar-debar (-) Batuk darah
(-) Ortopnoe (-) Batuk
7
Otot dan Syaraf
(-) Anestesi (-) Sukar menggigit
(-) Parestesi (-) Ataksia
(-) Otot lemah (-) Hipo/hiper-estesi
(-) Kejang (-) Pingsan / syncope
(-) Afasia (-) Kedutan (tick)
(-) Amnesis (-) Pusing (Vertigo)
(-) Lain-lain (-) Gangguan bicara (disartri)
Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri sendi (-) Sianosis
8
III. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 17 Mei 2018 pukul 22.00 WIB (saat di IGD).
VITAL SIGNS:
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 80 kali/menit
- Respirasi : 2x kali/menit
- suhu : 39,00C
- BB/TB : 60kg/165cm
STATUS GENERALIS:
- Kulit : Berwarna coklat muda, suhu demam, dan turgor kulit baik.
- Kepala : Bentuk oval, simetris, ekspresi wajah terlihat lemah.
- Rambut : Hitam, lebat, tidak mudah dicabut.
- Alis : Hitam, tumbuh lebat, tidak mudah dicabut.
- Mata : Tidak exopthalmus, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil bulat dan isokor, tidak terdapat benda asing, pergerakan bola mata
baik.
- Hidung : Tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak deviasi septum, tidak
ada sekret, dan tidak hiperemis.
- Telinga : Bentuk normal, liang telinga luas, tidak ada sekret, tidak ada
darah, tidak ada tanda radang, membran timpani intak.
- Mulut : Bibir tidak sianosis, gigi geligilengkap, gusi tidak hipertropi,
lidah tidak kotor, mukosa mulut basah, tonsil T1-T1 tidak hiperemis.
- Leher :Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada submentalis,
subklavikula, pre-aurikula, post-aurikula, oksipital, sternokleidomastoideus, dan
supraklavikula. Tidak terdapat pembesaran tiroid, trakea tidak deviasi.
- Thoraks : Normal, Simetris kiri dan kanan, tidak terlihat pelebaran vena,
tak terdapat spider nevy.
- Paru-paru
9
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri pada saat statis dan
dinamis, perbandingan trasversal : antero posterior = 2:1, tidak terdapat retraksi dan
pelebaran sela iga.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak terdengar adanya krepitasi,
fremitus taktil dan vokal kiri simetri kanan dan kiri.
Perkusi :Sonor pada seluruh lapangan paru dan terdapat peranjakan paru hati pada
sela iga VI.
Auskultasi: Suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
-Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra, dan tidak terdapat
thrill
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS V linea para sternalis dextra, batas jantung
kiri pada 2cm lateral ICS V linea midklavikula sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat murmur dan gallop
- Abdomen
Inspeksi : Tampak simetris, datar, tidak tegang, tidak terdapat kelainan kulit, tidak
ditemukan adanya spider nevy. tidak terlihat massa, tidak terdapat pelebaran
vena, tidak terdapat caput medusa.
Auskultasi : Bising usus(+), bising aorta abdominalis tidak terdengar.
Palpasi : Supel, turgor baik, terdapat nyeri tekan pada epigastrium. Tidak terdapat
nyeri lepas, tidak teraba massa, hepatomegaly (-) splenomegaly (-),
Ballotement (-), Undulasi (+).
Perkusi : Suara timpani di semua lapang abdomen, terdapat nyeri ketuk pada
epigastrium, shifting dullness (-).
- Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
- Ekstremitas : Akral hangat, cappilary refill kurang dari 2 detik, Tidak terdapat udem
pada tungkai bawah, tidak terdapat palmar eritem, tidak terdapat clubbing
finger. Tidak terdapat ptekie pada tangan, dan paha. Rumple leede (+)
- Refleks fisiologis dan patologis : tidak dilakukan pemeriksaan.
10
IV. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
PEMERIKSAAN NORMAL
17/07 19/07 20/07 21/07 22/07 23/07
Hematologi
>140
GDS 115 - - - - -
13 – 17
13,0 12,6 12,6 13,1 12,9 13,3 gr/dl
Hemoglobin
5.000 –
Leukosit 4.900 5.310 6300 7.550 7.460 9.520
10.000 /uL
150.000 –
Trombosit 97000 128000 160000 183000 215000 253000
450.000/uL
Fungsi Hati
- - - -
-
SGOT 35 <37 U/l
Fungsi ginjal
33 - - - -
Ureum - 10-50 mg/dl
11
IgM - Negatif - Negative
Negatif
V. Diagnosis
- Demam berdarah dengue
- Hiponatremia
12
VIII. Terapi yang diberikan
IX. Prognosis
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : ad bonam
- Quo ad sanactionam : ad bonam
13
Follow Up
N: 88x/menit S: 37,0 ̊C
S: O: A: P:
tidak terdengar,
shifting dullness (-),
splenomegaly (-),
hepatomegaly (-),
undulasi (-), NT (-)
epigastrik.
o Eks: Edema (-), akral
hangat.
14
Tanggal 19 Juli 2018
N: 80x/menit S: 37,0 ̊C
S: O: A: P:
tidak terdengar,
shifting dullness (-),
splenomegaly (-),
hepatomegaly (-),
undulasi (-), NT (-)
epigastrik.
o Eks: Edema (-), akral
hangat.
15
Tanggal 20 Juli 2018
N: 108x/menit S: 38,0 ̊C
S: O: A: P:
tidak terdengar,
shifting dullness (-),
splenomegaly (-),
hepatomegaly (-),
undulasi (-), NT (-)
epigastrik.
o Eks: Edema (-), akral
hangat.
16
ANALISA KASUS
Gejala klinis :
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama
2-7 hari
Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
- uji bendung positif
- petekie, ekimosis, purpura
- perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
- hematemesis dan atau melena
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi
( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab,
capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
Laboratorium :
17
o Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD.
Derajat penyakit :
18
2. Apa saja penyebab dan faktor risiko terjadinya demam berdarah dengue pada
pasien ini?
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam
genus Flavivirus. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue ataupun demam berdarah dengue. Keempat serotipe
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak.
Faktor risiko individu yang menentukan beratnya penyakit adalah infeksi
sekunder, usia, etnisitas dan penyakit kronis (asma bronkial, anemia sel sabit dan
diabetes mellitus). Pada anak-anak muda mungkin kurang mampu untuk
mengkompensasi kebocoran kapiler daripada orang dewasa dan akibatnya berisiko
lebih besar mengalami syok dengue. Pada wanita lebih berisiko mendapatkan
manifestasi berat setelah terinfeksi virus dengue (DBD/SSD) karena secara teori
diyakini wanita lebih cenderung dapat meningkatkan permeabilitas kapiler dibanding
dengan laki-laki.26 Selain itu, orang kulit putih infeksi virus dengue lebih berat
dibanding dengan orang kulit hitam (negro) karena virus lebih banyak berkembang-
biak pada sel mononuklear orang kulit putih. Infeksi virus dengue lebih sering terjadi
pada orang yang memiliki status gizi yang baik dibanding dengan orang malnutrisi.
Pada orang yang memiliki indeks massa tubuh tinggi, kapiler mereka secara intrinsik
lebih mungkin bocor sehingga bisa menjadi lebih buruk dalam infeksi dengue.
Respon dari imun dapat mempengaruhi jumlah trombosit dan kadar hematokrit
di dalam tubuh misalnya dapat menyebabkan fungsi agregasi trombosit menurun.
Selain itu imunitas yang ada dalam masyarakat memegang peranan penting di daerah
epidemis karena lebih banyak kasus terdiri dari anak-anak, remaja dan orang dewasa
dibanding anak-anak usia rendah yang kemungkinan diakibatkan oleh sistem imun
yang baik yang dimiliki.
19
melalui pembuluh darah kecil. Penurunan jumlah trombosit <150.000/µl dikategorikan
sebagai trombositopenia.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi
sumsum tulang, destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Penyebab
trombositopenia pada DBD adalah akibat terbentuknya kompleks virus antibodi yang
merangsang terjadinya agregasi trombosit. Agregat tersebut melewati RES sehingga
trombosit dihancurkan. Peningkatan destruksi trombosit di perifer juga merupakan
penyebab trombositopenia pada DBD.
Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai leukositosis
sedang. Leukopenia dapat terjadi pada hari demam pertama dan ke-3 pada 50% kasus
DBD ringan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh adanya degenerasi sel PMN yang
matur dan pembentukan sel PMN muda. Pada saat demam, mulai terjadi pengurangan
jumlah leukosit dan netrofil disertai limfositosis relatif. Leukopenia mencapai
puncaknya sesaat sebelum demam turun dan normal kembali pada 2-3 hari setelah
defervescence (demam turun). Penurunan trombosit umumnya mengikuti turunnya
leukosit dan mencapai puncaknya bersamaan dengan turunnya demam (Masihor,
2013).
Kompleks virus antibodi mengakibatkan trombositopenia dan juga gangguan
fungsi trombosit. Selain itu komplek virus antibodi akan mengaktifkan faktor Hageman
(faktor XII a) sehingga terjadi gangguan sistem koagulasi dan fibrinolisis yang
memperberat perdarahan, serta mengaktifkan sistem kinin dan komplemen yang
mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran plasma serta
meningkatkan risiko terjadinya KID yang juga memperberat perdarahan.
Jenis perdarahan yang paling banyak ialah perdarahan kulit seperti tourniquet
(uji Rumple Leede, uji bendung) positif, petechie, purpura, ekimosis dan perdarahan
konjungtiva. Petechie merupakan tanda yang tersering ditemukan. Tanda ini muncul
pada hari pertama demam. Bentuk perdarahan lain yaitu epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis, dan melena.
Tanda perdarahan tersebut tidak semuanya terjadi pada penderita DBD.
Perdarahan yang paling ringan adalah uji tourniquet positif. Hal ini berarti bahwa
fragilitas kapiler meningkat.
20
4. Mengapa pada kasus ini didapatkan hematokrit cenderung menurun atau
normal?
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari perjalanan
penyakit DBD. Peningkatan nilai hematokrit merupakan manifestasi hemokonsentrasi
yang terjadi akibat kebocoran plasma ke ruang ekstravaskular disertai efusi cairan
serosa melalui kapiler yang rusak. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi
berkurang yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan
sirkulasi. Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan, umumnya nilai
hematokrit tidak meningkat, bahkan cenderung menurun. Kadar hemoglobin pada hari
pertama biasanya normal atau sedikit menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan
meningkat kembali mengikuti peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan
hematologi paling awal yang ditemukan pada DBD (Parwati, 2009).
Penyebab perdarahan pada pasien DBD adalah vaskulopati, trombositopenia,
dan gangguan trombosit, serta koagulasi intravaskular yang menyeluruh.
Pada penelitian yang dilakukan Lisa, dkk (2016) didapatkan kadar hematokrit
yang normal pada hari ke 3 dan 4 demam hal ini bisa saja disebabkan belum terjadinya
perembesan plasma sehingga tidak terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Pasien
yang tidak mengalami permeabilitas kapiler akan cepat membaik. Penurunan kadar
hematokrit pada hari ke 5 ini terjadi karena adanya pemberian terapi cairan. Biasanya
pasien sudah mulai stabil dan mulai sembuh karena cairan ekstravasasi diabsorbsi
dengan cepat dan menimbulkan penurunan kada hematokrit. Dalam mendiagnosis
pasien DBD menurut WHO tidak hanya peningkatan nilai hematokrit saja, namun juga
penurunan hematokrit >20% yang disebabkan karena pasien mendapatkan terapi cairan
serta adanya perdarahan juga merupakan indikator diagnosis pasien DBD. Pasien pada
masa kritis tetapi tidak mengalami peningkatan hematokrit dapat dikatakan mengalami
demam berdarah yang tidak parah.
21
bisa disebabkan karena pasien dalam fase akut atau fase demam yang dimulai pada hari
ke-3 demam. Pasien mengalami leukopenia akibat sifat virus dengue yang dapat
membuat perubaan imunologi seluler, sehingga pada fase akut terjadi leukopenia.
Leukopenia terdapat pada demam berdarah dengue akibat perusakan sel-sel prekursor
pada sumsum tulang oleh virus dengue. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa pada
pemeriksaan sumsum tulang penderita DBD pada awal masa demam, terdapat
hypoplasia sumsum tulang hambatan pematangan dari semua sistem hemopoesis. Pada
penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai leukositosis sedang. Leukopenia
dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga dengan hitung jenis yang masih dalam
batas normal. Jumlah granulosit menurun pada hari ketiga sampai kedelapan. Dalam
sediaan apus darah tepi penderita DBD dapat ditemukan limfosit bertransformasi atau
atipik, terutama pada infeksi sekunder. Migrasi leukosit yang diaktivasi dari aliran
darah ke jaringan inflamasi dan bersamaan dengan produksi leukosit di sumsum tulang
yang intensif yang dikeluarkan ke dalam aliran darah sebagai sel leukosit yang
berdiferensiasi atau sel immature. Ketika leukosit melekat pada endotel, gangguan
vaskuler mulai terjadi. Perlekatan ini terjadi karena teraktivasinya endotel, netrofil, dan
limfosit oleh sitokin dan kemokin yang dikeluarkan monosit/makrofag dan sel lain
seperti sel endotel, trombosit, neutrophil, sel T, keratinosit dan fibroblast sebagai respon
terhadap proses infeksi atau kerusakan fisik. (Vebriani, 2016).
22
diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat
perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila terdapat
disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari, kadar
gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik),
koreksi asidosis dan elektrolit. 13 Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen
yang adekuat. Untuk mengurangi produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan
laktulosa. Usahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya
antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.
Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila
perlu dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam
amino rantai pendek.
b. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari
syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik
walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah
teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah
dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1
ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik,
sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada
keadaan syok berat sering kali dijumpai akute tubular necrosis, ditandai penurunan
jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
c. Udem paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian
cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima
sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh
karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma
dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila
hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari
sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak
mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk
demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock syndrome (Chandra, 2014).
23
7. Mengapa pada demam berdarah dengue dapat terjadi syok?
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama tama
yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah
pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali). Kemudian virus bereaksi
dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan
mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan
C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran
plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit >20%) menunjukan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena (Noersalam, 2005).
24
DAFTAR PUSTAKA
Chandra RA. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Sdr.F Dengan Dengue Haemorrahgic
Fever (DHF) Di Bangsal Multazam RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
Univrsitas Muhammadiyah Surakarta.
Fridayenti, Vebriani L, and Wardana Z. 2016. Karakteristik Hematologi Pasien Demam
Berdarah Dengue Di Bagian Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau Periode 1 Januari – 31 Desember 2013. Jom FK 3(1): 1-20
Parwati T, Rena NMR, and Utama S. 2009. Kelainan Hematologi Pada Demam
Berdarah Dengue. J Peny Dalam 10(3): 218-225
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Interna Publishing.
25