Anda di halaman 1dari 8

Medical Scope Journal (MSJ).

2019;1(1):8-15
Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/msj

Critical Limb Ischemia: Laporan kasus

1
Hermanto Quedarusman, 2Pearla Lasut

1
PPDS Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: hermantoquedarusman@gmail.com

Abstract: We reported a case of 56 years old man with critical limb ischemia. Diagnosis was
made based on anamnesis, signs and clinical symptoms, as well as investigations that included
the presence of rest pain in the left leg. Patient also had a history of diabetes mellitus. Echo-
doppler and angiographic investigations supported the diagnosis of critical limb ischemia. In
this patient, medicamentous treatment has been administered consisted of antiplatelet and
cilostazol, blood sugar control by using insulin. The patient also underwent endovascular
revascularization.
Keywords: critical limb ischemia, peripheral artery disease

Abstrak: Telah dilaporkan kasus critical limb ischemia pada seorang laki-laki berusia 56
tahun dengan keluhan nyeri seperti terbakar pada kaki kiri bahkan saat istirahat dengan
riwayat diabetes melitus. Hasil pemeriksaan penunjang echo-doppler dan angiografi
menyokong terdapatnya critical limb ischemia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
tanda dan gejala klinis, serta pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini, diberikan
penatalaksanaan terapi medikamentosa yaitu antiplatelet dan cilostazol, kontrol gula darah
dengan menggunakan insulin, dan dilakukan tindakan revaskularisasi endovaskular.
Kata kunci: critical limb ischemia, peripheral artery disease

PENDAHULUAN for the Management of Peripheral Arterial


Critical limb ischemia (CLI) merupa- Disease (TASC II) didapatkan insidensi
kan kondisi penyakit arteri perifer (PAP) kasus CLI berkisar 500-1000 kasus per satu
tungkai bawah yang paling berat dimana juta penduduk dalam satu tahun di populasi
didapatkan nyeri iskemik saat istirahat, dan Eropa dan Amerika Utara dengan preva-
ulserasi akibat insufisiensi arteri atau lensi yang lebih tinggi pada laki-laki
gangren. Lesi iskemik atau gangren dikare- dibandingkan perempuan (rasio 3:1). Dari
nakan adanya obstruksi arteri. Tekanan penelitian yang sama ditemukan adanya
pergelangan kaki <50 mmHg biasanya 150.000 kasus per tahun di Amerika
cukup untuk kriteria diagnosis. Berbeda Serikat. Suatu penelitian yang dilakukan
dengan acute limb ischemia (ALI), CLI oleh Medicare dan Medicaid pada tahun
bersifat kronis yaitu gejala yang terjadi 2003 sampai 2008 menemukan bahwa
sudah berlangsung selama lebih dari 2 prevalensi terjadinya CLI dalam satu tahun
minggu dan merupakan salah satu indikator yaitu 2,35% dan insidensi tahunan kasus
aterosklerosis berat yang meningkatkan CLI mencapai 0,35% pada kelompok
risiko infark miokard, stroke, dan kematian populasi di atas 40 tahun.3-5
vaskular tiga kali lipat dibandingkan pasien Critical limb ischemia merupakan kon-
dengan hanya klaudikasio intermitten.1,2 disi medik yang ditandai dengan adanya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan nyeri iskemik pada saat istirahat yang
oleh TransAtlantic InterSociety Consensus terjadi dalam waktu lebih dari dua minggu.

8
Quedarusman, Lasut: Critical limb ischemia 9

Pada CLI dapat ditemukan adanya luka tertahankan sehingga pasien mau masuk
atau ulkus yang tidak dapat sembuh bahkan rumah sakit. Pasien juga mengaku kakinya
dapat timbul gangren pada salah satu atau dingin saat diraba. Pasien telah merasa
kedua tungkai bawah. Diagnosis CLI kesemutan pada kaki kirinya sejak kurang
dibuat berdasarkan adanya gejala dan bukti lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
terjadinya suatu oklusi arteri. Penyakit Keluhan bengkak pada kaki kiri, demam,
arteri dapat dibuktikan secara objektif dan kelemahan sesisi tubuh disangkal oleh
dengan pemeriksaan ankle-brachial index pasien. Demikian pula nyeri dada disangkal
(ABI), toe-brachial index (TBI), trans- oleh pasien. Pasien juga menyatakan tidak
cutaneous pulse oxymetry (TcPO2), atau pernah mengalami trauma di kaki kiri
tekanan perfusi kulit.6 sebelumnya. Buang air besar dan buang air
Pemeriksaan penunjang untuk menilai kecil tidak ada keluhan
anatomi pembuluh darah antara lain duplex Riwayat sakit kencing manis diketahui
ultrasound, computed tomographic angio- pasien sejak 2 bulan yang lalu. Pasien
graphy (CTA), dan magnetic resonance meminum Glucovance (gliburid dan met-
angiography (MRA). Pemeriksaan ini formin) untuk mengontrol gula darahnya
dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi namun pasien tidak teratur minum obat dan
dan derajat obstruksi arteri di ekstremitas jarang kontrol ke dokter. Riwayat asam urat
bawah.7 tinggi diketahui sejak 7 tahun lalu, pasien
Berikut ini akan dibahas sebuah kasus mengonsumsi allopurinol namun pasien
pasien laki-laki dengan peripheral artery tidak teratur minum obat dan jarang kontrol
disease dan critical limb ischemia yang ke dokter. Riwayat tekanan darah tinggi,
menjalani perawatan di RSUP Prof. Dr. penyakit hati, ginjal, dan jantung sebelum-
R.D. Kandou Manado. nya disangkal oleh pasien. Mengenai
riwayat keluarga, kedua orang tua pasien
LAPORAN KASUS tidak memiliki riwayat keluhan yang sama
Seorang pasien, Tn. RD berusia 56 atau keganasan lainnya serta tidak memiliki
tahun, suku Minahasa, sudah menikah, riwayat sakit kencing manis, darah tinggi,
pekerjaan petani, alamat Desa Kadoodan hati, penyakit ginjal, dan jantung. Pasien
lingkungan I, Bitung Tengah Madidir, tidak ingat riwayat vaksinasi sebelumnya.
Sulawesi Utara, datang ke IGD RSUP Prof. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
Dr. R. D. Kandou pada tanggal 16 Mei umum tampak sakit sedang, kesadaran
2018, selanjutnya dirawat di ruang irina C4 kompos mentis, tekanan darah 110/70
dengan keluhan utama nyeri kaki kiri. Pada mmHg, denyut nadi 78 x/menit, teratur, isi
anamnesis didapatkan keluhan nyeri kaki cukup, frekuensi pernapasan 20 x/menit,
kiri sejak 3 minggu sebelum masuk rumah teratur, suhu badan aksiler 36,20C. Tinggi
sakit, nyeri dirasakan seperti terbakar. badan 170 cm, berat badan 79 kg, dan
Nyeri pada kaki kiri tersebut dirasakan indeks massa tubuh (IMT) 27,33 kg/m2,
terus menerus dan berkurang dengan dengan kesan status gizi berat badan lebih.
pemberian obat penghilang nyeri namun Dengan menggunakan numeric rating scale
setelah beberapa saat kemudian nyeri (NRS), didapatkan skala nyeri pasien 7.
tersebut timbul kembali. Nyeri tersebut Konjungtiva tidak tampak anemis, sklera
dapat dirasakan bahkan saat pasien sedang tidak ikterik, tidak terdapat perdarahan
beristirahat dan dapat mereda saat kaki subkonjungtiva, pupil bulat isokor. Tidak
pasien dibiarkan tergantung saat duduk. ada lidah kotor dan faring tidak hiperemis.
Nyeri menyebabkan pasien terbangun di Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah
malam hari dan menyebabkan penurunan bening di leher, ketiak, dan lipat paha,
aktivitas seperti berjalan. Pasien mengaku trakea terletak di tengah, tidak ada pening-
bahwa nyeri pada kaki kirinya semakin katan tekanan vena jugularis. Pada peme-
lama semakin hebat dan 2 hari sebelum riksaan dada, didapatkan pergerakan din-
masuk rumah sakit nyerinya sudah tidak ding dada simetris dalam keadaan statis dan
10 Medical Scope Journal (MSJ), Volume 1, Nomor 1, Juli-Desember 2019, hlm. 8-15

dinamis, fremitus raba di paru depan dan ekstremitas sinistra inferior, DMT2. Terapi
belakang kanan dan kiri sama, sonor di ke yang diberikan ialah IVFD NaCl 0,9% 20
dua lapangan paru, suara pernapasan tetes/menit, aspilet 80 mg tiap 24 jam per
vesikuler, tidak didapatkan ronki pada oral pemberian sore hari, clopidogrel 75 mg
kedua lapangan paru, tidak didapatkan tiap 24 jam per oral pemberian sore hari,
adanya bunyi mengi. Pada pemeriksaan cilostazol tiap 12 jam per oral, parasetamol
jantung, iktus kordis tidak tampak dan tidak 500 mg tiap 8 jam per oral, novorapid 4
teraba, batas jantung kanan pada linea unit tiap 8 jam injeksi subkutan, levemir 12
sternalis kanan, batas jantung kiri pada sela unit tiap 24 jam injeksi subkutan malam
iga V garis midklavikula kiri suara jantung hari. Pasien direncanakan untuk dilakukan
pertama dan kedua normal, teratur, tidak pemeriksaan gula darah 4 porsi setiap hari,
didapatkan bising jantung. Pada pemerik- echo-Doppler, dan dikonsulkan ke Bagian
saan abdomen tampak datar, lemas, peris- Mata, Neurologi, dan Gizi.
taltik usus normal, tidak terdapat pembe- Hari kedua perawatan, keluhan nyeri
saran hati dan limpa. Pada ekstremitas kaki kiri berkurang dibandingkan saat
didapatkan terjadi perubahan warna menja- masuk rumah sakit, keadaan umum sakit
di lebih pucat dibandingkan dengan kanan sedang, kesadaran kompos mentis. Tekanan
dan pulsasi arteri popliteal kiri lebih lemah darah 120/80 mmHg, denyut nadi 82 x/
dibandingkan dengan yang kanan dan menit, frekuensi pernapasan 20 x/menit,
pulsasi arteri dorsalis pedis kiri lebih lemah suhu badan aksiler 36,70C. Dengan
dibandingkan dengan yang kanan, ekstre- menggunakan NRS, didapatkan skala nyeri
mitas kiri bawah dingin pada perabaan, pasien 6. Hasil pemeriksaan gula darah 4
nyeri tekan pada ekstermitas kiri bawah, porsi yaitu 283 mg/dL pada jam 6 sore, 252
edema pada keempat ekstremitas tidak ada. mg/dL pada jam 10 malam dan 220 mg/dL.
Pada pasien dilakukan pemeriksaan ABI Hasil pemeriksaan echo-Doppler arteri
dan didapatkan pada ABI kiri nilainya 0,63 femoralis proksimal-distal sinistra flow (+),
dan pada ABI kanan nilainya 0,95. trifasik (+), arteri tibialis posterior sinistra
Pemeriksaan laboratorium pada tang- flow (+), monofasik (+), vena femoralis et
gal 16 Mei 2018 didapatkan kadar Hb 13,9 popliteal sinistra thrombus (-), vena femo-
g/dL, hematokrit 42,2%, lekosit 6.800/ ralis dan vena tibialis posterior refluks (+),
mm3, trombosit 242.000/mm3, eritrosit 4,89 kesan dari pemeriksaan tersebut yaitu CLI
x 106/µL, MCH 28,4 pg, MCHC 32,9 g/dl, ekstremitas kiri bawah, dan berda-sarkan
MCV 86,4 fL, ureum 40 mg/dL, kreatinin klasifikasi Fontaine dan Rutherford, pasien
1,2 mg/dL, gula darah sewaktu 384 mg/dL, ini masuk dalam klasifikasi Fontaine III
Na 136 mEq/L, K 4,53 mEq/L, Cl 87 dan Rutherford 4 karena sudah terjadi nyeri
mEq/L. Hasil pemeriksaan laboratorium iskemik bahkan saat istirahat. Hasil
urinalisis makroskopik berwana kuning dan pemeriksaan Bagian Neurologi mendapat-
jernih sedangkan pada pemeriksaan micros- kan inspeksi kaki kiri pasien lebih pucat
kopik didapatkan eritrosit 1-2/LPB, leuko- dan yang kanan dan kesan kulit kering,
sit 1-2/LPB, epitel 2-3/LPK, bakteri, jamur pada perabaan didapatkan poikilotermia.
dan amoeba tidak ditemukan. Pada peme- Pada pemeriksaan muskuloskeletal didapat-
riksaan kimia urin didapatkan berat jenis kan adanya claw toes. Dari hasil peme-
1015, pH 5, lekosit (-), nitrit (-), protein (-), riksaan neurologi yaitu pemeriksaan senso-
glukosa +4, keton 2+, urobilinogen (-), rik kaki dengan menggunakan cotton wool
bilirubin (-), darah/eritrosit(-), silinder (-), untuk sensasi raba dan pin untuk sensasi
kristal (-). Pemeriksaan EKG ditemukan nyeri dan juga pemeriksaan persepsi vibrasi
kesan normal. dengan menggunakan garpu tala 128 Hz
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan didapatkan adanya penurunan sensasi raba,
fisik, serta pemeriksaan laboratorium dan nyeri dan vibrasi pada kaki kiri dan kanan.
penunjang lainnya, ditegakkan diagnosis Pasien didiagnosis kerja sebagai critical
kerja sebagai suspek penyakit arteri perifer limb ischemia ekstremitas kiri bawah
Quedarusman, Lasut: Critical limb ischemia 11

Fontaine III dan Rutherford 4, DMT2, dan pasien kemudian dilakukan angioplasty.
polineuropati DM. Dosis insulin ditingkat- Diagnosis kerja sebagai critical limb
kan yaitu novorapid 6 unit tiap 8 jam dan ischemia ekstremitas kiri bawah Fontaine
levemir 14 unit, pasien juga diberikan III dan Rutherford 4, DMT2, dan poli-
gabapentin 150 mg tiap 12 jam dan vitamin neuropati DM. Terapi lain pada pasien
B1B6B12 1 tablet (vit B1 100 mg, vit B6 dilanjutkan
200 mg, dan vit B12 200 mcg) tiap 8 jam Hari ketujuh perawatan, keluhan nyeri
dan terapi lain dilanjutkan. Pasien diren- kaki kiri berkurang, keadaan umum sakit
canakan untuk dikonsulkan ke Bagian sedang, kesadaran kompos. Tekanan darah
Bedah Vaskular. 110/80 mmHg, denyut nadi 82 x/menit,
Hari ketiga perawatan, keluhan nyeri frekuensi pernapasan 20 x/menit, suhu
pada kaki kiri, keadaan umum sakit sedang, badan aksiler 36,70C. Dengan mengguna-
kesadaran kompos mentis. Tekanan darah kan NRS, didapatkan skala nyeri pasien 4.
110/70 mmHg, denyut nadi 80 x/menit, Pasien direncanakan untuk dilakukan rawat
frekuensi pernapasan 20 x/ menit, suhu jalan dan diberikan terapi rawat jalan
badan aksiler 36,50C. Dengan mengguna- aspilet 80 mg tiap 24 jam per oral
kan NRS, didapatkan skala nyeri pasien 6. pemberian sore hari, clopidogrel 75 mg tiap
Pasien dikonsulkan ke Bagian Bedah 24 jam per oral pemberian sore hari,
Vaskular dan disarankan untuk dilakukan cilostazol tiap 12 jam per oral, parasetamol
pemeriksaan SGOT, SGPT, PT, INR, dan 500 mg tiap 8 jam per oral, gabapentin 150
APTT. Pasien direncanakan akan dilakukan mg tiap 12 jam, vitamin B1B6B12 1 tablet
angiography dan angioplasty oleh bedah (vit B1 100 mg, vit B6 200 mg, dan vit B12
vaskular. Diagnosis kerja critical limb 200 mcg) tiap 8 jam, novorapid 8 unit tiap
ischemia ekstremitas kiri bawah Fontaine 8 jam injeksi subkutan, levemir 14 unit tiap
III dan Rutherford 4, DMT2 dan poli- 24 jam injeksi subkutan malam hari. Pasien
neuropati DM. Terapi masih dilanjutkan. diberi anjuran untuk kontrol di Poliklinik
Hari kelima perawatan, keluhan nyeri Bedah Vaskular, Poliklinik Endokrin, dan
pada kaki kiri, keadaan umum sakit sedang, Poliklinik Neurologi.
kesadaran kompos mentis. Tekanan darah
120/70 mmHg, denyut nadi 83 x/menit, BAHASAN
frekuensi pernapasan 20 x/menit, suhu Critical limb ischemia adalah kondisi
badan aksiler 36,50C. Dengan mengguna- medis yang ditandai dengan adanya nyeri
kan NRS, didapatkan skala nyeri pasien 6. iskemik pada saat istirahat yang terjadi
Hasil pemeriksaan laboratorium SGOT 10 dalam waktu lebih dari dua minggu. Pada
U/L, SGPT 8 U/L, PT 12,6 detik, INR 1,00 CLI dapat ditemukan adanya luka atau
detik, dan APTT 27,2 detik. Diagnosis ulkus yang tidak dapat sembuh bahkan
kerja sebagai critical limb ischemia ekstre- dapat timbul gangren pada salah satu atau
mitas kiri bawah Fontaine III dan kedua tungkai bawah. Berdasarkan pene-
Rutherford 4, DMT2, dan polineuropati litian yang dilakukan oleh TransAtlantic
diabetik. Terapi dilanjutkan dan pada InterSociety Consensus for the Manage-
pasien dijadwalkan untuk angiography dan ment of Peripheral Arterial Disease (TASC
angioplasty keesokan harinya. II) didapatkan bahwa prevalensi kasus CLI
Hari keenam perawatan, keluhan nyeri lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
pada kaki kiri, keadaan umum sakit sedang, dengan perempuan dengan rasio 3:1.3-6
kesadaran kompos mentis. Tekanan darah Pasien merupakan laki-laki yang menga-
120/80 mmHg, denyut nadi 84 x/menit, lami nyeri kaki pada saat istirahat dalam
frekuensi pernapasan 20 x / menit, suhu jangka waktu selama 3 minggu.
badan aksiler 36,30C. Dengan mengguna- Faktor risiko terjadinya CLI dapat
kan NRS, didapatkan skala nyeri pasien 6. berupa usia pada saat penilaian awal, jenis
Pasien dilakukan angiography dan ditemu- kelamin laki-laki, DM, hipertensi dan riwa-
kan adanya stenosis arteri popliteal distal, yat infark miokard, stroke, gagal jantung,
12 Medical Scope Journal (MSJ), Volume 1, Nomor 1, Juli-Desember 2019, hlm. 8-15

atau gagal ginjal. Diabetes merupakan dapat menyebabkan kompresi pembuluh


salah satu faktor yang berperan dalam darah sekitar sehingga memperburuk aliran
meningkatkan insidensi dan prevalensi darah ke ekstremitas yang terlibat.
CLI, dan pasien dengan DM seringkali Klasifikasi penyakit arteri perifer ter-
menunjukkan gejala dan tanda penyakit diri atas Fontaine dan Rutherford. Klasi-
arteri yang lebih berat dan risiko lebih fikasi Fontaine dibagi menjadi lima yaitu:
besar terjadinya infeksi dan frekuensi (I) asimtomatik; (IIa) klaudikasio ringan;
dilakukannya amputasi. Hasil beberapa (IIb) klaudikasio sedang hingga berat; (III)
penelitian menunjukkan bahwa pasien nyeri saat istirahat; dan (IV) terjadi ulkus
dengan DM berisiko empat kali lebih besar atau gangren. Klasifikasi Rutherford terdiri
untuk mengalami CLI dibandingkan pasien atas tujuh, yaitu: (0) asimtomatik; (1)
tanpa DM. Hal itu dikarenakan pasien klaudikasio ringan; (2) klaudikasio sedang;
dengan DM sering kali mengalami neuro- (3) klaudikasio berat; (4) nyeri saat istira-
pati perifer dengan disfungsi sensorik yang hat; (5) kehilangan jaringan minor; dan (6)
diperkirakan berkontribusi dalam terjadinya kehilangan jaringan berat atau gangren.11-12
ulkus pada ekstremitas bawah dan kehi- Pada pasien ini terjadi nyeri saat istirahat,
langan jaringan yang progresif pada pasien tetapi belum tampak adanya kerusakan
CLI. Penelitian yang sama juga menun- jaringan berupa ulkus atau gangren,
jukkan bahwa pasien CLI dengan DM sehingga masuk dalam klasifikasi Fontaine
berisiko lebih tinggi untuk diamputasi III dan Rutherford 4.
dalam lima tahun perjalanan penyakit Pemeriksaan fisik yang dapat dilaku-
dibandingkan pasien tanpa DM.8-10 Pasien kan pada pasien yang dicurigai dengan CLI
juga merupakan laki-laki yang telah men- yaitu pemeriksaan sederhana pada kaki
derita DM yang baru diketahuinya sejak yang dicurigai yaitu palpasi pulsasi arteri
dua bulan lalu. ekstremitas, adanya perubahan warna dari
Critical limb ischemia biasanya ekstremitas bawah, kurangnya rambut pada
disebabkan karena adanya penyakit atero- ekstremitas yang terkena, dan meningkat-
sklerotik obstruktif, namun CLI dapat pula nya capillary refill time (CRT) ekstremitas
disebabkan oleh adanya penyakit atero- yang terkena. Luka maupun gangren juga
embolik atau tromboembolik, vaskulitis, dapat terjadi pada ekstremitas yang terkena.
trombosis in situ yang berhubungan dengan Tingkat keparahan dari iskemia kaki
keadaan hiperkoagulasi, tromboangiitis tersebut dapat dikonfirmasi dengan meng-
obliterans, penyakit adventisia kistik, terje- gunakan beberapa uji vaskular non invasif
baknya arteri popliteal, atau trauma. Tanpa seperti, ankle-brachial index (ABI), toe-
memandang etiologinya, patofisiologi CLI brachial index (TBI), maupun transcutan-
merupakan proses kompleks dan kronik eous oxygen pressure (TcPO). Pada
yang melibatkan sistem makrovaskular dan pemeriksaan ABI jika didapatkan hasil
mikrovaskular, beserta jaringan sekitar kurang dari 0,9 maka pasien dicurigai
yang terlibat. Respon tubuh terhadap mengalami PAP, namun pada ABI kurang
iskemia berupa terjadinya angiogenesis dan dari 0,4 maka pasien dicurigai mengalami
arteriogenesis untuk membentuk pembuluh CLI. Keuntungan dari permeriksaan ABI
darah kolateral yang berperan memper- yaitu dapat membantu menegakkan diagno-
lancar aliran darah ke ekstremitas yang sis dan perfusi jaringan ekstremitas, dapat
terkena. Jika respon tersebut gagal membe- juga digunakan untuk memonitor manfaat
rikan pasokan yang dibutuhkan ke ekstre- dari revaskularisasi, dan selain itu peme-
mitas, maka pasien berisiko untuk menga- riksaan ABI murah dan mudah dilakukan.
lami iskemia ekstremitas. Pembuluh darah Kerugian dari pemeriksaan ABI yaitu dapat
pada pasien dengan CLI seringkali menga- meningkat pada pembuluh darah yang
lami penurunan ketebalan dinding dan rasio mengeras dan tidak dapat dikompresi
lumen ke dinding menurun. Hal ini dapat seperti pada pasien usia lanjut serta
menimbulkan edema ekstremitas yang penyandang DM dan penyakit ginjal, tidak
Quedarusman, Lasut: Critical limb ischemia 13

dapat melokalisasi letak pembuluh darah vena femolaris dan vena tibialis posterior
yang terkena, dapat normal atau mendekati aliran balik masih ada, dengan kesan dari
normal pada arteri infrapoplitea yang pemeriksaan tersebut yaitu CLI ekstremitas
terisolasi.13 Pada pasien ini dilakukan kiri bawah.
pemeriksaan fisik kaki yang terkena dan Pemeriksaan angiografi invasif sering
didapatkan pulsasi arteri popliteal kiri lebih digunakan untuk menglarifikasi potensi
lemah dibandingkan dengan yang kanan untuk dilakukan revaskularisasi dan dapat
dan pulsasi arteri dorsalis pedis kiri lebih dilakukan sebelum dilakukan amputasi.
lemah dibandingkan dengan yang kanan; Angiografi juga menggunakan kontras
ekstremitas kiri bawah dingin pada pera- teriodinasi dan memberikan resolusi ruang
baan dan terjadi perubahan warna menjadi terbesar dibandingkan pemeriksaan non
lebih pucat dibandingkan dengan kanan; invasif. Angiografi invasif merupakan baku
serta nyeri tekan pada ekstermitas kiri emas untuk mendiagnosis CLI, namun
bawah. Pada pasien dilakukan pemeriksaan angiografi merupakan modalitas pencitraan
ABI dan didapatkan nilai ABI kiri 0,63 dan yang mahal dan membutuhkan penggunaan
ABI kanan 0,95. kontras teriodinasi yang bersifat nefrotosik.
Pemeriksaan anatomi pembuluh darah Sifat invasif pemeriksaan ini juga berpo-
dapat menggunakan pemeriksaan pencitra- tensi menyebabkan timbulnya komplikasi
an seperti duplex ultrasound, computed lokal maupun sistemik seperti hematoma,
tomographic angiography (CTA), magnetic pseudoaneurisma, fistula arteriovenosa, dan
resonance angiography (MRA), dan angio- embolisasi. Oleh karena itu pada peme-
grafi invasif. Pemeriksaan ini digunakan riksaan ini diperlukan tindakan yang cermat
dalam praktik klinis untuk mengiden- untuk mencari akses arteri yang tepat untuk
tifikasi PAP dan untuk mengidentifikasi meminimalisasi risiko.14-15 Pada pasien ini
lokasi dan derajat obstruksi arteri di dilakukan angiografi invasif dan hasil
ekstremitas bawah. Di kebanyakan pusat pemeriksaan tersebut mengonfirmasi ada-
kesehatan, Doppler ultrasound yang selalu nya CLI dengan menemukan adanya
tersedia, namun tes ini memiliki kekurang- stenosis arteri popliteal sinistra.
an pada pasien dengan obesitas dan sulit Pasien dengan CLI memiliki risiko
untuk menilai patensi arteri tibialis dan besar untuk dilakukan amputasi dan dapat
pedis karena adanya calcific shadowing. menyebabkan kejadian iskemik kardio-
Pemeriksaan CTA dapat dilakukan pada vaskular. Penatalaksanaan CLI termasuk
pasien dengan PAP dan dapat memberikan evaluasi untuk revaskularisasi dan terapi
informasi yang penting mengenai penyakit penyembuhan luka dengan tujuan untuk
aortoiliaka dan femoropopliteal, tetapi meminimalisasi kehilangan jaringan dan
manfaatnya berkurang pada pasien dengan untuk penyembuhan luka dan memelihara
arteri tibialis dan pedis yang mengalami fungsi ekstremitas. Terapi medikamentosa
kalsikasi berat. Selain itu, CTA juga juga berperan untuk menghindari terjadinya
membutuhkan kontras teriodinisasi sehing- kejadian iskemik kardiovaskular dan meru-
ga penggunaannya dibatasi pada pasien pakan elemen penting dalam penatalak-
dengan kelainan ginjal. Pemeriksaan MRA sanaan CLI. Revaskularisasi pada CLI
tidak menimbulkan radiasi namun secara dapat dilakukan melalui pembedahan atau
teknis membutuhkan waktu lebih lama dan secara endovaskular untuk membantu
dapat juga dipengaruhi calcific shadowing.7 mengembalikan aliran darah pada kaki
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan melalui setidaknya satu arteri paten.
Doppler ultrasonography. Hasil pemerik- Tindakan ini membantu mengurangi nyeri
saan echo-doppler ialah arteri femoralis iskemik dan membantu penyembuhan luka.
proksimal-distal sinistra aliran darah masih Suatu penelitian yang dinamakan BASIL
ada, arteri tibialis posterior sinistra aliran (Bypass versus angioplasty in severe
darah masih ada, vena femoralis et ischemia of the leg) menunjukkan bahwa
popliteal sinistra aliran baliknya tidak ada, tidak ada perbedaan bermakna antara
14 Medical Scope Journal (MSJ), Volume 1, Nomor 1, Juli-Desember 2019, hlm. 8-15

revaskularisasi endovaskular atau angio- lain DM, hipertensi, dan disfungsi renal.
17,18
plasty dan pembedahan dalam mengurangi Prognosis pada pasien ini yaitu ad
angka amputasi dalam dua tahun, namun vitam dubia ad bonam, ad fungsionam
revaskularisasi endovaskular lebih diprio- dubia ad malam dan ad sanationam dubia
ritaskan karena komplikasi yang lebih ad malam.
rendah. Pada pasien dengan DM, kontrol
gula darah sangat penting untuk mengu- SIMPULAN
rangi angka amputasi dan meningkatkan Telah dilaporkan sebuah kasus critical
patensi pembuluh darah setelah revasku- limb ischemia pada seorang laki-laki
larisasi. Terapi medikamentosa yang dapat berusia 56 tahun dengan DMT2. Diagnosis
diberikan antara lain antiplatelet seperti ditegakkan berdasarkan anamnesis, tanda
golongan salisilat (aspirin) dan adenosine dan gejala klinis, serta pemeriksaan penun-
diphosphat receptor inhibitor dianjurkan jang echo-doppler dan angiografi. Penata-
untuk menghindari kematian jaringan aki- laksanaan yang diberikan ialah terapi medi-
bat iskemik (rekomendasi A). Pemberian kamentosa dengan antiplatelet dan cilo-
dua jenis antiplatelet (dual antiplatelet) stazol, kontrol gula darah dengan insulin,
berperan dalam mengurangi risiko kompli- dan tindakan revaskularisasi endovaskular.
kasi setelah revaskularisasi (rekomendasi
C). Cilostazol merupakan terapi medika- DAFTAR PUSTAKA
mentosa yang efektif dalam menangani 1. Antono D, Hamonangani. Penyakit arteri
gejala dan mengurangi klaudikasio saat perifer. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo
berjalan sehingga meningkatkan jarak AW, Simadibrata M, Setiyohadi B,
tempuh (rekomendasi A). Selain itu, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu
perubahan gaya hidup seperti berhenti Penyakit Dalam Jilid II (6th ed).
Jakarta: Interna publishing, 2014; p.
merokok dianjurkan pada pasien dengan
1516-26.
CLI (rekomendasi A).6,16 Pada pasien ini 2. Teraa M, Conte MS, Moll FL, Verhaar MC.
diberikan terapi medikamentosa yaitu Critical limb ischemia: current trends
aspilet 80 mg tiap 24 jam per oral and future directions. J Am Heart
pemberian sore hari, clopidogrel 75 mg tiap Assoc. 2016;5:1-8.
24 jam per oral pemberian sore hari, 3. Gulati A, Garcia L, Acharji S. Epidemiology of
cilostazol tiap 12 jam per oral. Untuk chronic critical limb ischemia. Critical
kontrol gula darah diberikan novorapid 4 limb ischemia. Boston: Springer
unit tiap 8 jam injeksi subkutan, levemir 12 International Publishing Switzerland,
unit tiap 24 jam injeksi subkutan malam 2017; p. 9-14.
hari. Terapi invasif yang dilakukan untuk 4. Fowkes GR, Aboyans V, Fowkes FJI,
McDermott MM, Sampson UKA,
revaskularisasi yaitu revaskularisasi endo-
Criqui MG. Peripheral artery disease:
vaskular atau angioplasty. Terapi anti- epidemiology and global perspectives.
platelet dilanjutkan setelah revaskularisasi. Nat Rev Cardiol. 2017;14(3):156-70.
Critical limb ischemia merupakan 5. Norgren L, Hiatt WE, Dormandy JA, Nehler
bentuk penyakit arteri perifer yang sangat MR, Harris KA, Fowkes FGR. Inter-
buruk dan memiliki prognosis yang kurang Society Consensus for the management
baik. Data menunjukkan bahwa 30% pasien of peripheral arterial disease (TASC II).
dengan CLI dilakukan amputasi setelah Eur J Vasc Endovasc Surg. 2007;33:1-
satu tahun sejak diagnosis ditegakkan, dan 70.
25% pasien meninggal akibat komplikasi 6. Gerhard-Herman MD, Gornik HL, Barrett
kasus ini. Pada studi yang dilakukan TASC C, Barshes NR, Corriere MA, Dracman
DE, et al. 2016 AHA/ACC Guideline
A/B dan TASC C/D pada pasien CLI yang
on the management of patients with
sudah dilakukan angioplasty, persentase lower extremity peripheral artery
tingkat selamatnya anggota tubuh pasien disease: Executive summary: A report
dalam 3 tahun yaitu 42% dan 40%. Faktor of the American College of
komorbiditas yang dapat berperan antara Cardiology/American Heart Associ-
Quedarusman, Lasut: Critical limb ischemia 15

ation Task Force on Clinical Practice critical limb ischemia: A systematic


Guidelines. Circulation. 2017;135(12): review. JAMA surgery. 2016;17:1-8.
e686-e725. 14. Kinlay S. Management of critical limb
7. Shishehbor MH, White CJ, Gray BH, Menard ischemia. Circ Cardiovasc Interv.
MT, Lookstein R, Rosen-field K, et al. 2016;9(2):e001946.
Critical limb ischemia: an expert 15. Fabiani I, Calogero E, Pugliese NR, Di
statement. J Am Coll Cardiol. 2016; Stefano R, Nicastro I, Buttitta F.
68(18):2003-15. Clinical limb ischemia: A practical up-
8. Nehler MR, Duval S, Annex BH, Hiatt WR, to-date review. Angiology. 2017:1-10.
Rogers K, Zakharvan A, et al. DOI: 10.1177/0003319717739387.
Epidemiology of peripheral arterial 16. Aboyans V, Ricco JB, Bartelink MEL, Bjorck
disease and critical limb ischemia in an M, Brodmann M, Cohnert T, et al.
insured national population. J Vasc Editor’s Choice e 2017 ESC Guidelines
Surg. 2014;60(3):686-95. on the Diagnosis and Treat-ment of
9. Carthy ER. Lower limb peripheral arterial Peripheral Arterial Diseases, in
disease (Clinical Guideline 147): A collaboration with the European
guideline summary. Ann Med Surg. Society for Vascular Surgery (ESVS)
2013;2(1):26-30. Document covering atherosclerotic
10. Spreen MI, Gremmels H, Teraa M, Sprengers disease of extracranial carotid and
RW, Verhaar MC, van Eps SRG, et al. vertebral, mesenteric, renal, upper and
Diabetes mellitus is associated with lower extremity arteries. Eur Heart J.
decreased limb survival in patients with 2018;39(9):763-816.
critical limb ischemia: pooled data from 17. Hammad TA, Prasad A. The contemporary
two randomized controlled trials. role of stents and angioplasty for the
Diabetes Care, 2016; 39(11):2058-64. treatment of infrapopliteal disease in
11. Varu VN, Hogg ME, dan Kibbe MR. Critical critical limb ischemia. Curr Cardiol
limb ischemia. J Vasc Surg. 2015; Rep. 2017;19(7):58.
51(1):230-41. 18. Singh GD, Brinza EK, Hildebrand J, Waldo
12. Awtry EH. Vascular disease. In: Longo DL, SW, Foley TR, Laird JR, et al. Midterm
Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, outcomes after infra-popliteal inter-
Hauser SL, Loscalzo JM, editors. ventions in patients with critical limb
Disorders of Cardiovascular Disease. ischemia based on the TASC II
Harrison’s Principle of Internal Classification of below-the-knee
Medicine. California: Mc Graw Hill, arteries. J Endovasc Ther. 2017;24(3):
2012; p. 503-60. 321-30.
13. Farber A, Eberhardt RT. The current state of

Anda mungkin juga menyukai