Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

HIPOKALEMIA PADA KEHAMILAN

Disusun Oleh:

Ina Romantin

1102014128

Pembimbing :

dr. H. Agus Pribadi Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

RS BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

2019
1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas Rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ”Hipokalemia pada Kehamilan”.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. H. Agus Pribadi, Sp.OG selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini.Tujuan
dari pembuatan referat ini selain untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembacanya, juga
ditujukan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan
Penulis sangat berharap bahwa referat ini dapat menambah wawasan mengenai
hypokalemia pada kehamilan.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun saran yang
membangun.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga tugas ini dapat
memberikan tambahan informasi bagi kita semua.

Jakarta, November 2019

Penulis,

2
BAB I

PENDAHULUAN

Kalium adalah penting untuk fungsi normal dari otot, jantung, dan saraf. Hal ini
memainkan peran penting dalam mengontrol aktivitas otot polos, otot rangka, serta otot jantung.
Hal ini juga penting untuk transmisi normal sinyal listrik seluruh sistem saraf dalam tubuh.
Kadar normal kalium sangat penting untuk menjaga irama jantung normal listrik. 
Hipokalemia adalah ketidakseimbangan elektrolit dan diindikasikan oleh tingkat rendah
kalium dalam darah. Nilai dewasa normal untuk kalium 3,5-5,3 mEq / L. 
Walaupun kadar kalium dalam serum hanya sebesar 2% dari kalium total tubuh dan pada
banyak kasus tidak mencerminkan status kalium tubuh; hipokalemia perlu dipahami karena
semua intervensi medis untuk mengatasi hipokalemia berpatokan pada kadar kalium serum. 1  
Kalium biasanya dapat dengan mudah digantikan dengan mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung kalium atau dengan mengkonsumsi garam kalium per oral. Kalium dapat
mengiritasi saluran pencernaan, sehingga diberikan dalam dosis kecil, beberapa kali sehari.
 Kehamilan merupakan periode fisiologis spesifik yang mana selama periode ini,
kebutuhan zat gizi meningkat. Ketika kebutuhan zat gizi secara umum dapat dipenuhi melalui
diet yang cukup, risiko kekurangan asupan zat gizi mikro pada kehamilan merupakan hal yang
dapat diatasi seperti dengan makanan tambahan (suplemen ibu hamil). Di awal kehamilan yaitu
usia 6-8 minggu, sebagian besar ibu hamil 50-70% mengalami mual dan muntah.2 Apabila
keadaan ini berlanjut dapat mengakibatkan Hyperemesis Gravidarum (HG), yang mana tubuh
kehilangan banyak cairan, penurunan berat badan lebih dari 5%, ketonuria, kelainan elektrolit
(hipokalemia), dehidrasi, dan berat jenis urin (tinggi).

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fisiologi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang penting bagi seorang wanita terutama
bagi wanita yang telah berkeluarga dan mengharapkan kehadiran seoranganak. Namun
bahkah kita bahwa saat hamil pertama merupakan saat dimanaseorang wanita mengalami
perubahan yang sangat signifikan baik dari segi fisik seperti perut yang membuncit dan
payudara membesar ataupun dari segi psikologisnya seperti lebih sensitif, ingin perhatian
yang lebih dari orang-orangdisekitarnya, atau bahkan mengalami gangguan body image
karena perubahan fisik yang dialaminya. Perubahan-perubahan tersebut tidak jarang
menimbulkan syok terutama pada wanita yang baru pertama mengalami kehamilan
(primigravida),meskipun terkadang pada wanita yang telah hamil lebih dari satu
(multigravida) pun sering terjadi namun segera dapat diatasi karena telah memiliki
pengalaman pada saat hamil sebelumnya.

A. Adaptasi terhadap Kehamilan

1. Perubahan pada sistem reproduksi


 UTERUS
Uterus berkembang sampai xifisternum.Pengurangan tinggi fundus terjadi pada
beberapa bulan terakhir kehamilan, pada saat fetus turun ke bawah ke bagian bawah
uterus.Hal ini bertujuan untuk membuat jaringan pelvic menjadi lebih lunak dengan
tonus uterus yang baik, denganformasi yang baru dari segmen bawah rahim.Pada
akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram (berat uterus normal 30
gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama
kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat agak gepeng.

4
Gambar 1. Uterus saat hamil

Pada kehamilan 16 minggu, uterus berbentuk bulat.Selanjutnya pada akhir


kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara
besarnya uterus dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui antara lain untuk
membentuk diagnosis, apakah wanita tersebut hamil fisiologik, hamil ganda atau
menderita penyakit seperti mola hidatidosa dan sebagainya.Pada kehamilan 28
minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3 jari diatas pusat atau 1/3 jarak antara pusat
ke prosssus xipoideus. Pada kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak antara ½
jarak pusat dan prossesus xipoideus.Pada kehamilan 36 minggu, fundus uteri terletak
kira-kira 1 jari dibawah prossesus xipoideus. Bila pertumbuhanjanin normal, maka
tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, pada 32 minggu adalah
27 cm dan pada 36 minggu adalah 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu, fundus uteri
turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari dibawah prossesus xipoideus. Hal ini
disebabkan oleh kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk kedalam
rongga panggul.Pada trimester III, istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah uterus atau segmen bawah rahim (SBR).Pada
kehamilan tua, kontraksi otot-otot bagian atas uterus menyebabkan SBR menjadi
lebih lebar dan tipis (tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan
segmen bawah yang lebih tipis).Batas ini dikenal sebagai lingkaran retraksi
fisiologik.Dinding uterus diatas lingkaran ini jauh lebih tebal daripada SBR.

 SERVIKS UTERI

5
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon
estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya
hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih
banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas kolagen.Karena servik terdiri atas
jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot, maka serviks tidak
mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat partus serviks akan
membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan bagian
bawah janin kebawah. Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak
menutup seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini
mungkin pada kehamilan, akan tetapi yang memeriksa hendaknya berhati-hati dan
tidak dibenarkan melakukannya dengan kasar, sehingga dapat mengganggu
kehamilan.Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan
sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh
mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak.Pada keadaan ini sampai batas
tertentu masih merupakan keadaan fisiologik, karena peningakatan hormon
progesteron.Selain itu prostaglandin bekerja pada serabut kolagen, terutama pada
minggu-minggu akhir kehamilan.Serviks menjadi lebih lunak dan lebih mudah
berdilatasi sesaat sebelum persalinan.

 VAGINA DAN VULVA

Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami perubahan.Adanya


hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vula tampak lebih merah dan agak
kebiru-biruan (livide).Warna porsio tampak livide. Pembuluh-pembuluh darah alat
genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan
nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut menigkat. Apabila terjadi kecelakaan pada
kehamilan/persalinan maka perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat
mengakibatkan kematian. Pada bulan terakhir kehamilan, cairan vagina mulai
meningkat dan lebih kental. Sel epitel juga meningkatkan kadar glikogen. Sel ini
berinteraksi dengan hasil dedoelein yang merupakan bakteri komensal dan
menghasilkan lingkungan yang lebih asam.Lingkungan ini menyedikan perlindungan

6
ekstra terhadap organisme tapi merupakan keadaan menguntungkan bagi Candida
albican

 PAYUDARA

Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar cairan berwarna
putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar
asinus yang mulai bersekresi.

2. Perubuhan pada system Kardiovaskular

Meningkatnya beban kerja menyebabkan otot jantung mengalami hipertrofi,


terutama ventrikel kiri sebagai pengatur pembesaran jantung, pembesaran uterus
menekan jantung ke atas dan ke kiri. Suara sistolik jantung dan murmur yang
berubag adalah normal. Selama hamil kecepatan darah meningkat yakni jumlah
darah yang dialirkan oleh jantung dalam setiap denyutnya sebagai hasil dari
peningkatan curah jantung.Hal ini meningkatkan volume darah dan oksigen ke
seluruh organ dan jaringan ibu untuk pertumbuhan janin. Denyut janyung meningkat
dengan cepat setelah usia kehamilan 4 minggu, dari 15 denyut per menit menjadi 70 -
85 denyut per menit, aliran darah meningkat dari 64 ml menjadi 71 ml.

Pada trimester 3, aliran pada curah jantung mengalami pengurangan karena ada
penekanan pada vena kava inferior oleh uterus.Walaupun curah jantung meningkat
pada wanita hamil namun tekanan darah belum tentu ikut meningkat, karna reduksi
perifer yang resisten sekitar 50 dari wanita tidak hamil.Jumlah vena dan venula
meningkat, hormone progesterone meningkat menyebabkan otot polos berelaksasi
dan berdilatasi.Hal ini menyebabkan peningkatan produksi vasodilator prostaglandin

Pada kehamilan uterus menekan vena kava sehingga mengurangi darah vena
yang akan kembali ke jantung. Curah jantung mengalami pengurangan sampai 30%
dan tekanan darah turun hingga 15% yang dapat membangkitkan pusing, mual dan
muntah. Vena kava menjadi miskin oksigen pada akhir kehamilan sejalan dengan

7
meningkatnya distensi dan tekanan pada vena kaki, vulva, rectum dan pelvis akan
menyebabkan edema di bagian kaki, vena dan hemoroid.

3. DARAH
 Aliran dan volume darah

Tidak ada peningkatan aliran darah ke otak dan hati.Aliran darah uterus secara
fisiologis meningkat karena efek dari angiotensin II di jaringan plasenta.Aliran darah
ginjal meningkat sebanyak 70 – 80 % pada akhir trimester I, hal ini akan menambah
ekskresi. Peningkatan aliran darah pada kulit dan membran mukosa dan disebagian
kaki dan tangan, mencapai maksimum 500 ml per menit pada kehamilan 36 minggu
dan untuk membentuk ekstra panas untuk metabolisme fetus. Hal ini menyebabkan
ibu hamil sering merasa kepanasan dan berkeringat. Peningkatan volume darah
dimulai dari usia kehamilan 10 minggu sampai kehamilan 34 minggu secara
progresif. Sirkulasi volume darah yang tinggi diperlukan untuk :

- Persediaan aliran darah ekstra untuk plasenta di khorio desidual.


- Menyuplai kebutuhan metabolisme ekstra janin
- Persediaan untuk perfusi ekstra dari ginjal atau organ lain
- Sebagai pengimbang dari arteri yang meningkat dan kapasitas vena.
- Sebagai kompensasi terhadap hilangnya darah pada saat transportasi

 Faktor pembekuan darah

Sistem pembekuan darah dan fibrinogen mengalami akselerasi yang besar pada
saat kehamilan.Hal ini mengarah pada perubahan waktu koagulasi dari 12 ke 8 menit.
Kapasitas pembekuan darah meningkat yang merupakan salah satu cara untuk
mencegah hemoragi pada saat pelepasan plasenta saat bersalin.

4. Perubahan sistem respirasi

Mukosa sistem respirasi menjadi hiperemik dan edema dengan mucus yang
hipersekresi mengarah pada sesak dan epiktaksis.Itulah sebabnya banyak wanita

8
hamil yang mengeluh pilek.Kapasitas paru total berkurang 5 % karena elevasi
diafragma. Frekuensi respirasi normal berkisar 14 – 15 napas / menir dengan
pernapasan diafragma dan napas yang lebih dalam

5. Perubahan sistem urinary

Pada trimester kedua aliran darah ginjal meningkat hingga kehamilan 30


minggu, kemudian menurun secara perlahan.Akibatnya ginjal mengalami
pembesaran dan filtrasi glomerular.Perubahan dalam filtrasi glomerulus adalah
penyebab peningkatan klirens kreatinin, urea dan asam urat yang sangat diabsopsi
pada awal kehamilan.Protein dan asam amino sangat sedikit direabsorpsi, sementara
asam amino dan vitamin ditemukan dalam jumlah yang banyak di dalam urine wanita
hamil.Hanya protein yang tidak dapat ditemukan pada urine wanita hamil.Ekskresi
glukosa meningkat sebagai hasil peningkatan filtrasi glomerulus terhadap glukosa
disbanding dengan pengurangan reabsopsi.

6. Perubahan pada sistem integumen

Dari akhir bulan kedua sampai dengan aterm, terjadi peningkatan pituitary
melanin stimulating hormone yang menyebabkan bermacam tingkat pigmentasi
meskipun masih tergantung pada warna kulit ibu hamil. Kulit terasa seperti terbakar
selama kehamilan akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan hal lain. Tempat
yang umumnya terpengaruh adalah aerola, garis tengah abdomen, perineum, dan
aksila. Hal ini terjadi karna pada beberapa daerah tersebut kadar melanositnya lebih
tinggi. Hampir semua wanita hamil mempunyai garis pigmentasi yang disebut linea.
Biasanya berada di garis tengah otot rektus yang merupakan bagian pertahanan pada
saat uterus berkembang dan bertambah besar dan juga menyebabkan tekti
diastasis.kulit kepala, muka dan bulu di tubuh selama hamil menjadi lebih tebal.

7. Perubahan pada sistem musculoskeletal

Lemahnya dan membesarnya jaringan menyebabkan terjadinya hidrasi pada


trisemester akhir.Simfisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia gestasi 32 minggu
dan sakrokoksigeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis sebagai pengganti bagian
9
belakang. Meningkatnya pergerakan pelvic menyebabkan pergerakan pada vagina
dan hal ini emnyebabkan sakit punggung dan lgamen pada saat hamil tua.Bentuk
tubuh selalu berubah menyesuaikan dengan pembesaran uterus kedepan karena tidak
adanya otot abdomen.

8. Perubahan pada sistem gastrointestinal

Gusi menjadi bengkak, lunak dan berlubang pada saat kehamilan, merupakan
efek dari peningkatan kadar estrogen yang mengarah pada perdarahan karna trauma.
Peningkatan saliva dan ptyalin adalah masalah umum pada kehamilan. Relaksasi otot
polos abdomen dan hipomotilitas karna peningkatan kadar estrogen dan HCG dapat
menyebabkan mual dan muntah. Peningkatan nafsu makan pada masa kehamilan bisa
dikarenakan hormone progesterone yang memerintah otak untuk mengatur
penyimpanan lenak untuk keseimbangan energy. Hal ini bertujuan menggantikan
kadar plasma glukosa dan asam amino yang turun pada awal kehamilan. Turunnya
osmolaritas plasma dan naiknya kadar prolaktin juga meningkat perasaan haus pada
wanita hamil. Adanya tekanan intragrastik yang tidak disertai dengan tonus dari
sfingter kardia lambung menyebabkan refluks asam di mulut dan sakit epigastrik atau
retrostenal.

9. Perubahan sistem endokrin


 Hormon plasenta
Sekresi hormone plasenta dan HCG dari plasenta janin mengubah organ endokrin
secara langsung. Peningkatan kadar estrogen menyababkan produksi globulin
meningkat dan menekan produksi tiroksin, kortikosteroid dan steroid. Akibatnya
plasma yang mengandung hormone ini akan meningkat jumlahnya, tapi kadar
hormone bebas tidak mengalami peningkatan yang besar
 Kelenjar hipofisis
Berat kelenjar ini meningkat hingga 50 % yang menyebabkan wanita hamil merasa
pusing. Sekresi prolaktin, adrenokortikotropik, dan melanocyt stimulating
hormonemeningkat.
 Kelenjar tiroid
10
Kelenjar tiroid pada saat kehamilan akan mengalami pembesaran hingga 13 % karna
adanya hyperplasia dari jaringan glandula dan peningkatan vaskularitas. Secara
fisiologis akan terjadi peningkatan iodine sebagai kompensasi kebutuhan ginjal
terhadap iodine yang meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Trekadang kehamilan
juga menunjukkan hipertiroid namun fungsinya akan tetap normal. Namun
peningkatan konsentrasi tiroksisn dan triodotironin juga dapat merangsang
peningkatan laju metabolisme basal.
 Kelenjar adrenal
Karna dirangsang oleh hormone estrogen, kelenjar adrenal memproduksi lebih
banyak kortisol plasma bebas dan juga kortikosteroid, termasuk ACTH dan hal ini
terjadi dari usia 12 minggu kehamilan hingga aterm. Hal ini menyebabkan penurunan
kemampuan ginjal untuk mengatur kadar garam selama kehamilan, menyebabkan
retensis cairan dan edema.

10. Perubahan sistem imunologi

HCG dapat menurunkan respon imun wanita hamil. Selain itu kadar Ig G, Ig A
dan Ig M serum menurun mulai dari minggu ke-10 kehamilan hingga mencapai kadar
terendah pada minggu ke-30 dan tetap berada pada kadar ini, hingga aterm.

11. Perubahan sistem neurologi

Perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat menyebabkan timbulnya


gejala neurologis dan neuromuscular sebagai berikut :

 Kompresi saraf panggul atau stasis vascular akibat pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah.
 Lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada saraf atau
kompresi akar saraf.
 Edema yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan carpal tunner syndrome
selama trimester akhir kehamilan.

11
 Akroestesia yakni rasa baal dan gatal pada tangan yang timbul akibat posisi bahu
yang membungkuk. Keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada segmen pleksus
brakialis.
 Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu merasa cemas. Nyeri kepala
juga dihubungkan dengan gangguan penglihatan, seperti kesalahn refraksi, sinusitis,
atau migren.
 Nyeri kepala ringan rasa ingin pingsan bahkan pingsan sering terjadi pada awal
kehamilan. Dapat disebabkan ketidakstabilan vasomotor, hipotensi posturnal, atau
hipoglikemia.

2.2 Hipokalemia

A. Definisi
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah
dibawah 3.5 mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total di tubuh
atau adanya gangguan perpindahan ion kalium ke sel-sel. Penyebab yang umum
adalah karena kehilangan kalium yang berlebihan dari ginjal atau jalur
gastrointestinal.1

B. Etiologi
Penyebab Hipokalemia diantaranya ialah:
1. Deplesi Kalium
Hipokalemia juga bisa merupakan manifestasi dari deplesi cadangan kalium tubuh.
Dalam keadaan normal, kalium total tubuh diperkirakan 50 mEq/kgBB dan kalium
plasma 3,5--5 mEq/L. Asupan K+ yang sangat kurang dalam diet menghasilkan
deplesi cadangan kalium tubuh. Walaupun ginjal memberi tanggapan yang sesuai
dengan mengurangi ekskresi K+, melalui mekanisme regulasi ini hanya cukup untuk
mencegah terjadinya deplesi kalium berat. Pada umumnya, jika asupan kalium yang
berkurang, derajat deplesi kalium bersifat moderat. Berkurangnya asupan sampai <10
mEq/hari menghasilkan defisit kumulatif sebesar 250 s.d. 300 mEq (kira-kira 7-8%
kalium total tubuh) dalam 7—10 hari4. Setelah periode tersebut, kehilangan lebih
lanjut dari ginjal minimal. Orang dewasa muda bisa mengkonsumsi sampai 85 mmol
12
kalium per hari, sedangkan lansia yang tinggal sendirian atau lemah mungkin tidak
mendapat cukup kalium dalam diet mereka3.

2. Disfungsi Ginjal
Ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang disebut Asidosis
Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat yang
menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B. 

3. Kehilangan K+ Melalui Jalur Ekstra-renal


Kehilangan melalui feses (diare) dan keringat bisa terjadi bermakna. Pencahar dapat
menyebabkan kehilangan kalium berlebihan dari tinja. Ini perlu dicurigai pada
pasien-pasien yang ingin menurunkan berat badan. Beberapa keadaan lain yang bisa
mengakibatkan deplesi kalium adalah drainase lambung (suction), muntah-muntah,
fistula, dan transfusi eritrosit.

4. Kehilangan K+ Melalui Ginjal


Diuretik boros kalium dan aldosteron merupakan dua faktor yang bisa menguras
cadangan kalium tubuh. Tiazid dan furosemid adalah dua diuretik yang terbanyak
dilaporkan menyebabkan hipokalemia.

13
Obat-obat lain yang bisa menyebabkan hipokalemia dirangkum dalam tabel:

5. Endokrin atau Hormonal


Aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu dari
sistem endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat menyebabkan
kehilangan kalium. 3

C. Patofisiologi Keseimbangan Elektrolit


Perpindahan Trans Selular
Hipokalemia bisa terjadi tanpa perubahan cadangan kalium sel. Ini disebabkan
faktor-faktor yang merangsang berpindahnya kalium dari intravaskular ke
intraseluler, antara lain beban glukosa, insulin, obat adrenergik, bikarbonat, dsb.
Insulin dan obat katekolamin simpatomimetik diketahui merangsang influks kalium
ke dalam sel otot. Sedangkan aldosteron merangsang pompa Na+/K+ ATP ase yang
berfungsi sebagai antiport di tubulus ginjal. Efek perangsangan ini adalah retensi
natrium dan sekresi kalium 1.
14
Pasien asma yang dinebulisasi dengan albuterol akan mengalami penurunan kadar
K serum sebesar 0,2—0,4 mmol/L2,3, sedangkan dosis kedua yang diberikan dalam
waktu satu jam akan mengurangi sampai 1 mmol/L 3. Ritodrin dan terbutalin, yakni
obat penghambat kontraksi uterus bisa menurunkan kalium serum sampai serendah
2,5 mmol per liter setelah pemberian intravena selama 6 jam.
Teofilin dan kafein bukan merupakan obat simpatomimetik, tetapi bisa
merangsang pelepasan amina simpatomimetik serta meningkatkan aktivitas Na+/K+
ATP ase. Hipokalemia berat hampir selalu merupakan gambaran khas dari keracunan
akut teofilin. Kafein dalam beberapa cangkir kopi bisa menurunkan kalium serum
sebesar 0,4 mmol/L. Karena insulin mendorong kalium ke dalam sel, pemberian
hormon ini selalu menyebabkan penurunan sementara dari kalium serum. Namun, ini
jarang merupakan masalah klinik, kecuali pada kasus overdosis insulin atau selama
penatalaksanaan ketoasidosis diabetes.

15
D. Derajat Hipokalemia
Hipokalemia moderat didefinisikan sebagai kadar serum antara 2,5--3 mEq/L,
sedangkan hipokalemia berat didefinisikan sebagai kadar serum < 2,5 mEq/L.
Hipokalemia yang < 2 mEq/L biasanya sudah disertai kelainan jantung dan
mengancam jiwa.

E. Gejala Klinis Hipokalemia5


a CNS dan neuromuskular
Lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang.
b Pernapasan
Otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
c Saluran cerna
Menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual muntah.
d Kardiovaskuler
Hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
e Ginjal
Poliuria,nokturia.

F. Diagnosis
Untuk memastikan hipokalemia, akan dilakukan serangkaian pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang, seperti kadar K dalam serum kurang dari
3.5 mEq/L, kadar K, Na, Cl dalam urin 24 jam, kadar Mg dalam serum, analisis gas
darah, dan terdapat gelombang U pada elektrokardiografi (EKG).9

16
G. Penatalaksanaan Hipokalemia
Untuk bisa memperkirakan jumlah kalium pengganti yang bisa diberikan, perlu
disingkirkan dulu faktor-faktor selain deplesi kalium yang bisa menyebabkan
hipokalemia, misalnya insulin dan obat-obatan. Status asam-basa mempengaruhi
kadar kalium serum.
Koreksi dilakukan berdasarkan kadar kalium, yaitu:
1. Kalium 2,5 – 3,5 mEq/LBerikan 75 mEq/kgBB per oral per hari dibagi tiga dosis.

2. Kalium <2,5 mEq/L

Ada 2 cara, berikan secara drip intravena dengan dosis:

a. [(3,5 – kadar K+ terukur) x BB(kg) x 0,4] + 2 mEq/kgBB/24 jam, dalam 4 jam


pertama.

[(3,5 – kadar K+ terukur) x BB(kg) x 0,4] + (1/6 x 2 mE/ kgBB/24jam), dalam


20 jam berikutnya.

b. (3,5 – kadar K+ terukur) + (1/4 x 2 mEq/kgBB/24 jam), dalam 6 jam.

17
a. Jumlah Kalium
Walaupun perhitungan jumlah kalium yang dibutuhkan untuk mengganti
kehilangan tidak rumit, tidak ada rumus baku untuk menghitung jumlah kalium yang
dibutuhkan pasien. Namun, 40—100 mmol K+ suplemen biasa diberikan pada
hipokalemia moderat dan berat.
Pada hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L) diberikan KCl oral 20 mmol
per hari dan pasien dianjurkan banyak makan makanan yang mengandung kalium.
KCL oral kurang ditoleransi pasien karena iritasi lambung. Makanan yang
mengandung kalium cukup banyak dan menyediakan 60 mmol kalium 6.

b. Kecepatan Pemberian Kalium Intravena


Kecepatan pemberian tidak boleh dikacaukan dengan dosis. Jika kadar serum > 2
mEq/L, maka kecepatan lazim pemberian kalium adalah 10 mEq/jam dan maksimal
20 mEq/jam untuk mencegah terjadinya hiperkalemia. Pada anak, 0,5—1
mEq/kg/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.
Pada kadar < 2 mEq/L, bisa diberikan kecepatan 40 mEq/jam melalui vena sentral
dan monitoring ketat di ICU. Untuk koreksi cepat ini, KCl tidak boleh dilarutkan
dalam larutan dekstrosa karena justru mencetuskan hipokalemia lebih berat.

c. Koreksi Hipokalemia Perioperatif 8


 KCL biasa digunakan untuk menggantikan defisiensi K+, karena juga biasa
disertai defisiensi Cl-.
 Jika penyebabnya diare kronik, KHCO3 atau kalium sitrat mungkin lebih sesuai.
 Terapi oral dengan garam kalium sesuai jika ada waktu untuk koreksi dan tidak
ada gejala klinik.
 Penggantian 40—60 mmol K+ menghasilkan kenaikan 1—1,5 mmol/L dalam K+
serum, tetapi ini sifatnya sementara karena K+ akan berpindah kembali ke dalam
sel. Pemantauan teratur dari K+ serum diperlukan untuk memastikan bahwa defisit
terkoreksi.

18
d. Kalium iv

KCl sebaiknya diberikan iv jika pasien tidak bisa makan dan mengalami
hipokalemia berat.

Secara umum, jangan tambahkan KCl ke dalam botol infus. Gunakan sediaan
siap-pakai dari pabrik. Pada koreksi hipokalemia berat (< 2 mmol/L), sebaiknya
gunakan NaCl, bukan dekstrosa. Pemberian dekstrosa bisa menyebabkan
penurunan sementara K+ serum sebesar 0,2—1,4 mmol/L karena stimulasi
pelepasan insulin oleh glukosa.10

Infus yang mengandung KCl 0,3% dan NaCl 0,9% menyediakan 40 mmol K+ /L.
Ini harus menjadi standar dalam cairan pengganti K+.

Volume besar dari normal saline bisa menyebabkan kelebihan beban cairan. Jika
ada aritmia jantung, dibutuhkan larutan K+ yang lebih pekat diberikan melalui
vena sentral dengan pemantauan EKG. Pemantauan teratur sangat penting.
Pikirkan masak-masak sebelum memberikan > 20 mmol K+/jam.

Konsentrasi K+ > 60 mmol/L sebaiknya dihindari melalui vena perifer, karena
cenderung menyebabkan nyeri dan sklerosis vena.

e. Diet Kalium
Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100
mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot,
jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan kentang).

H. Prognosis
Dengan mengkonsumsi suplemen kalium biasanya dapat mengkoreksi
hipokalemia. Pada hipokalemia berat, tanpa penatalaksanaan yang tepat, penurunan
kadar kalium secara drastis dapat menyebabkan masalah jantung yang serius yang
dapat berakibat fatal. 7

19
BAB III

KESIMPULAN

Hipokalemia merupakan kelainan elektrolit yang cukup sering dijumpai dalam


praktik klinik, dan bisa mengenai pasien dewasa dan anak. Berbagai faktor penyebab
perlu diidentifikasi sebagai awal dari manajemen. Pemberian kalium bukanlah sesuatu
yang perlu ditakuti oleh para klinisi, seandainya diketahui kecepatan pemberian yang
aman untuk setiap derajat hipokalemia. Pemberian kalium perlu dipertimbangkan pada
pasien-pasien penyakit jantung, hipertensi, stroke, atau pada keadaan-keadaan yang
cenderung menyebabkan deplesi kalium.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Zwanger M. Hypokalemia. Available at: http://emedicine.com/emerg/
topic273.html. Accessed on November 23 rd 2019.
2. Sriwaty A. Prevalensi dan Distribusi Gangguan Elektrolit Pada Lanjut Usia.
Available at: http://eprints.undip.ac.id/22684/1/Sriwaty.pdf. Accessed on
November 23 rd 2019.
3. Cohn JN, Kowey PR, Whelton PK, Prisant LM. New Guidelines for potassium
Replacement in Clinical Practice. Arch Intern Med 2000;160:2429-2436.
4. Price & Wilson. Gangguan Cairan & Elektrolit. Patofisiologi Vol.1. 6 th ed.
Jakarta: EGC; 2006; p. 344.
5. Halperin ML, Goldstein MB. Fluid Electrolyte and Acid-Base Physiology. A
problem-based approach. WB Saunders Co. 2nd ed., p 358
6. AJ Nicholls & IH Wilson. Perioperative Medicine : managing surgical patients
with medical problems. OXFORD University Press; 2000.
7. Gennari F.J. Hypokalemia: Current Concept. The New England Journal of
Medicine 1998 Aug 13;339(7): 451-458.
8. Salah E. Gariballa, Thompson G. Robinson and Martin D. Fotherby. Hypokalemia
and Potassium Excretion. Journal of the American Geriatrics Society
1997;45(12).
9. Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, EGC, Jakarta. pp.918-
919.

21

Anda mungkin juga menyukai