Anda di halaman 1dari 12

ADAPTASI BIOFISIK DAN PSIKOSOSIAL PADA MASA PRENATAL

I. ADAPTASI BIOFISIK MASA PRENATAL

A. SISTEM REPRODUKSI

1. Uterus

Pembesaran uterus terjadi akibat:

1. Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah

2. Hiperflasi dan hipertropi serabut otot dan jaringan fibroelastis

3. Perkembangan desidua. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan,

progesteron berperan untuk elastisitas / kelenturan uterus.

Ukuran uterus mengalami perubahan yang pesat selama kehamilan. Rongga

uterus pada wanita tidak hamil mampu menampung sekitar 10 ml cairan,

sedangkan selama kehamilan kapasitasnya meningkat 5 sampai 10 liter atau lebih.

Pada perabaan tinggi fundus, taksiran perbesaran uterus adalah:

a. Tidak hamil/normal sebesar telur ayam (± 30 g)

b. Kehamilan 8 minggu sebesar telur bebek

c. Kehamilan 12 minggu sebesar telur angsa

d. Kehamilan 16 minggu setinggi pertengahan simfisis-pusat

e. Kehamilan 20 minggu setinggi pinggir bawah pusat

f. Kehamilan 24 minggu setinggi pinggir atas pusat

g. Kehamilan 28 minggu setinggi sepertiga pusat-xyphoid

h. Kehamilan 32 minggu setinggi pertengahan pusat-xyphoid

i. Kehamilan 36-42 minggu setinggi 3 sampai 1 jari bawah xyphoid.

Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit ditentukan. Pada

kehamilan trimester I memanjang dan lebih kuat. Pada kehamilan 16 minggu


menjadi satu bagian dengan korpus, dan pada kehamilan akhir di atas 32 minggu

menjadi segmen bawah uterus. Vaskularisasi sedikit, lapis muskular tipis, mudah

ruptur, kontraksi minimal (braxton hicks).

Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan

perlunakan akibat progesteron (tanda Hegar), warna menjadi livide/kebiruan

(tanda chadwik). Sekresi lendir serviks meningkat sehingga menimbulkan gejala

keputihan.

2. Vagina / vulva

Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron menimbulkan

warna ungu kebiruan pada mukosa vagina dan serviks (tanda Chadwick). Selama

kehamilan keasaman (pH) sekresi vagina berubah dari 4 menjadi 6,5. Peningkatan

pH ini membuat wanita hamil menjadi lebih rentan terhadap infeksi vagina

3. Ovarium

Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi

produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/ beristirahat.

Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak

terjadi siklus hormonal menstruasi.

4. Payudara

Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial

payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin)

menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara, serta

meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak,

kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta


hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat

pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol.

B. SISTEM TUBUH SECARA UMUM

1. Sistem Pernafasan

Kebutuhan oksigen meningkat sampai 15%-20%, selain itu diafragma juga

terdorong ke kranial sehingga terjadi hiperventilasi, pernafasan dangkal (20-

24x/menit) mengakibatkan kompliansi dada (chest compliance) menurun.

Volume tidal meningkat, volume residu paru (functional residual capacity)

menurun, kapasitas vital paru menurun.

2. Sistem Sirkulasi dan Kardiovaskuler

Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan

hemodinamik maternal, meliputi: retensi cairan, bertambahnya beban volume

dan curah jantung, anemia relatif akibat pengaruh hormon, tahanan perifer

vaskular menurun, tekanan darah arterial menurun, curah jantung bertambah 30-

50% maksimal akhir trimester I, menetap sampai akhir kehamilan, volume

darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%, volume plasma bertambah

lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian bertambah secara perlahan sampai

akhir kehamilan.

3. Sistem Gastrointestinal

Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah,

selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung,
konstipasi, lebih sering lapar/perasaan ingin makan terus (mengidam), juga

akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu dapat terjadi

muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis

gravidarum).

Gusi cenderung mudah berdarah karena kadar estrogen yang meningkat

menyebabkan peningkatan vaskularitas selektif dan proliferasi jaringan ikat

(ginggivitis tidak spesifik). Hal ini dapat menimbulkan karies gigi jika kondisi

higiene gigi buruk (Hutahean, 2009).

4. Sistem Perkemihan

Sejak minggu ke sepuluh gestasi pelvis ginjal dan ureter berdilatasi karena

ureter terkompresi antara uterus dan PAP. Dinding otot polos ureter mengalami

hiperplasia, hipertropi dan relaksasi tonus otot. Perubahan ini membuat pelvis

dan ureter mampu menampung urin dalam volume yang lebih besar dan

memperlambat laju aliran urin. Irritabilitas kandung kemih, nokturia, dan sering

berkemih (urinary frequency) dan urgensi (tanpa disuria) umum dilaporkan

pada awal kehamilan. Mendekati aterm gejala pada kandung kemih dapat

kembali muncul.

5. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat badan wanita hamil

menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok.

Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring ke depan,

penurunan tonus otot perut dan peningkatan berat badan pada akhir kehamilan

membutuhkan penyesuaian ulang (realignment) kurvutura spinalis. Pusat


gravitasi wanita bergeser kedepan. Kurva lumbosakrum normal harus semakin

melengkung dan didaerah servikodorsal harus terbentu kurvatura (fleksi anterior

kepala berlebihan ) untuk mempertahankan keseimbanagan (Bobak, 2005).

Sejak trimester II kebutuhan kalsium meningkat 33%. Sendi pelvik sedikit dapat

bergerak untuk mengkompensasi pembesaran janin, bahu tertarik kebelakang

dan lumbal lebih lengkung, Sendi tulang belakang lebih lentur dan dapat

menyebabkan nyeri punggung. Terjadinya kram otot tungkai dan kaki tidak

diketahui penyebabnya, mungkin berhubungan dengan metabolisme kalsium

dan fosfor, kurangnya drainase sisa metabolisme otot atau postur yang tidak

seimbang.

Otot dinding meregang dan akhirnya kehilangan sedikit tonus otot. Selama

trimester III otot rektus abdominis dapat memisah menyebabkan isi perut

menonjol di garis tengah tubuh. Umbilicus menjadi lebih datar atau menonjol.

Setelah melahirkan tonus otot secara bertahap kembali, tetapi pemisahan otot

(diastasis rekti abdominis) menetap.

6. Sistem Integumen

Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormon menyebabkan perubahan

berupa hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara, linea alba,

striae lividae pada perut, dsb. Respon alergi kulit meningkat. Kelenjar sebaseus,

keringat dan folikel rambut lebih aktif. Striae gravidarum terlihat dibawah

abdomen disebabkan kerja adenokortikosteroid.


7. Sistem Metabolisme

Basal metabolic rate meningkat sampai 15%-20%. Kebutuhan karbohidrat

meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui).

Kebutuhan protein 1 g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin. Kadar

kolesterol plasma meningkat sampai 300 g/100ml. Kebutuhan kalsium, fosfor,

magnesium, cuprum meningkat. Ferrum dibutuhkan sampai kadar 800 mg,

untuk pembentukan hemoglobin tambahan.

8. Sistem Endokrin

Pada sistem endokrin ibu hamil terjadi perubahan pada kelenjar tiroid,

pankreas, dan prolaktin hipofisis. Pembesaran kelenjar tiroid merupakan akibat

hiperflasia jaringan glandular dan peningkatan vaskularitas. Kehamilan

menginduksi hiperparatiroidisme sekunder ringan, suatu refleksi peningkatan

kebutuhan kalsium dan vitamin D.

Pada saat kehamilan, janin membutuhkan glukose sehingga kadar glukosa darah

ibu menurun, insulin ibu tidak dapat menembus plasenta untuk sampai ke janin.

Akibatnya pada awal kehamilan pankreas meningkatkan produksi insulinnya.

Dengan peningkatan usia kehamilan plasenta tumbuh secara progresif

memproduksi hormon dalam jumlah yang lebih besar. Peningkatan produksi

kortisol oleh kelenjar adrenal. Estrogen, progesteron dan kortisol secara kolektif

menurunkan kemampuan ibu untuk menggunakan insulin, hal ini merupakan

mekanisme protektif yang menjamin suplai glukosa untuk mencukupi

kebutuhan unit feto-plasental. Prolaktin serum mulai meningkat pada trimester I

dan meningkat secara progresif sampai aterm


II. ADAPTASI PSIKOSOSIAL MASA PRENATAL

A. ADAPTASI MATERNAL

Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga karena ”konsepsi merupakan awal

bukan saja bagi janin berkembang tetapi juga bagi keluarga yakni dengan hadirnya

anggota keluarga yang baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga.

Perubahan kognitif reaksi emosional ibu selama kehamilan :

1. Trimester I : Ambivalen, ketakutan dan fantasi

2. Trimester II : ibu merasa lebih nyaman, lebih berkonsentrasi dengan kebutuhan

ibu dan janinnya, telah menyadari adanya perilaku atau gerakan janin, mulai

belajar mengenal identas diri sebagai ibu dengan banyak mencari informasi

pada ibu, ibu lebih egosentris, serta emosinya lebih labil dan mood yang sering

berubah.

3. Trimester III : mulai mengalami ketidaknyamanan seperti susah tidur, sering

miksi, mulai mengalami ketakutan terhadap kesehatannya dan kecemasan

tentang proses persalinan. (Reeder, 1997).

Sedangkan adaptasi maternal yang terjadi (Bobak, 2005) adalah :

1. Menerima kehamilan

Kesiapan menyambut kehamilan, adanya respon emosional, respon terhadap

perubahan citra tubuh, ambivalensi selama kehamilan yaitu konflik perasaan

yang simultan yang dialami ibu untuk mempersiapkan diri untuk suatu peran

yang baru.

2. Mengenal peran ibu

Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang

wanita, banyak wanita menanti untuk menjadi seorang ibu. Hal ini akan
mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap

adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua.

3. Hubungan ibu-anak perempuan

Hubungan antara wanita dengan ibunya terbukti signifikan dalam adaptasi

terhadap kehamilan dan menjadi ibu. Lederman (1984) dalam Bobak (2005)

mencatat empat komponen penting hubungan antara seorang wanita hamil dan

ibunya : kesediaan ibu, reaksi ibu terhadap kehamilan anaknya, pernghargaan

terhadap ototnomi anak perempuannya dan kesediaan ibu untuk menceritakan

kenangannya.

4. Hubungan dengan pasangan

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah suami. Semakin

banyak bukti menunjukkan bahwa wanita hamil yang diperhatikan oleh

pasangannya akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih

sedikit komplikasi persalinan dan lebih mudah menyesuaikan diri selama hamil

dan nifas.

5. Hubungan ibu-anak

Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika

wanita mulai membayangkan menjadi ibu. Hubungan ibu-anak terus

berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu fase perkembangan

B. ADAPTASI PATERNAL

Selain adaptasi maternal calon ayah juga mengalami adaptasi, yang dikenal dengan

adaptasi paternal. Kepercayaan dan perasaan ayah tentang ibu dan ayah yang ideal

dan harapan budaya akan perilaku yang pantas selama hamil akan mempengaruhi

responsnya terhadap kebutuhan istrinya.


Respon emosi pria terhadap peran seorang ayah, kekhawatirannya dan kebutuhannya

akan informasi berubah-ubah sepanjang masa hamil. May (1982) dalam Bobak

(2005) menguraikan tiga tahap yang menandai tugas pengembangan yang dialami

ayah, yaitu :

1. Fase Pengumuman

Dapat berlangsung beberapa jam sampai beberapa minggu. Tugas

perkembangannya adalah menerima fakta biologis akan kehamilan. Reaksi pria

terhadap kepastian akan kehamilan meliputi rasa sukacita, atau rasa terkejut.

Penerimaan kehamilan tampaknya lebih lambat pada ayah yang tidak mengenali

gejala awal kehamilan.

2. Fase Moratorium

Merupakan periode penyesuaian terhadap kenyataan hamil. Tugas

perkembangan pada fase ini ialah menerima kehamilan. Pria tampak

mengesampingkan kesadaran akan kenyataan kehamilan untuk sementara waktu.

Mereka semakan menilik diri dan semakin terlibat dalam banyak diskusi tentang

filosofi kehidupan, agama, praktik membesarkan anak dan mengasuh anak serta

dalam hubungannya dengan anggota keluarga dan teman-temannya. Bergantung

pada kesiapan pria itu dalam menghadapi kehamilan, tahap ini dapat relatif

singkat atau berlangsung terus sampai trimester terakhir.

3. Fase Pemusatan

Dimulai pada trimester terakhir dan ditandai dengan keterlibatan aktif sang ayah,

baik dalam kehamilan maupun dalam hubungannya dengan anaknya. Tugas

perkembangannya ialah bernegosiasi dengan pasangannya tentang peran yang ia

lakukan selama masa bersalin dan mempersiapkan diri menjadi orangtua. Pada

tahap ini pria berkonsentrasi pada pengalamannya selama masa kehamilan.


Bobak (2005) juga menyebutkan bahwa adaptasi paternal yang terjadi adalah :

1. Menerima kehamilan

Kesiapan ayah dalam menyambut kehamilan dicerminkan dalam 3 aspek yaitu

keuangan yang relatif cukup, huubungan yang stabil dengan pasangan dan

kepuasan dalam periode hubungan tanpa anak.

Pria menunjukkan berbagai respon emosi (gaya keterlibatannya) terhadap

kehamilan pertama pasangannya. May dalam Bobak (2005) membagi 3 gaya

yaitu : gaya pengamat, gaya ekspresif dan gaya instrumental.

2. Identifikasi peran ayah

Ingatan ayah tentang cara ia dirawat ayahnya, pengalamannya merawat anak dan

persepsinya terhadap peran pria dan ayah akan mempengaruhi tugas dan

tanggung jawabnya.

3. Hubungan dengan pasangan

Peran pasngan dalam kehamilan dapat sebagai orang yang memberi asuhan,

sebagai orang yang berespon terhadap perasaan rentan wanita hamil, baik pada

aspek biologis maupun dalam hubungannya dengan ibu sendiri. Pikiran wanita

hamil yang tertuju pada anaknya membuat ia semakin tergantung pada pemberi

jasa pelayanan kesehatan, hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman

pada pasangan. Pria mungkin merasakan dukungan istrinya, yang sebenarnya

merupakan dukungan utama bagi sang suami berkurang.

4. Hubungan ayah-anak

Ikatan ayah-anak dapat sama kuat dengan hubungan ibu-anak dan ayah dapat

semampu ibu dalam mengasuh bayi. Dalam banyak hal pria mempersiapkan diri
untuk menjadi ayah dengan cara sama yang dilakukan wanita dalam

mempersiapkan diri untuk menjadi ibu.

5. Antisipasi persalinan

Perhatian utama ayah ialah membawa ibu ke fasilitas medis tepat waktu untuk

bersalin dan tidak menunjukkan sikap acuh.

C. ADAPTASI KAKEK - NENEK

Calon kakek-nenek dapat merupakan sumber krisis maturasi bagi calon orangtua.

Tetapi riset terakhir menunjukkan pentingnya hubungan kakek-nenek dengan cucu.

Kakek-nenek berperan sebagai sumber yang potensial untuk keluarga. Dukungan

mereka dapat menguatkan keluarga dengan memperluas lingkup pendukung dan

asuhan (Barranti, 1985 dalam Bobak, 2005). Perawatan maternitas agar berpusat pada

keluarga, harus melibatkan kakek-nene dalam proses perawatan keluarga pasangan

usia subur.

D. ADAPTASI SAUDARA KANDUNG

Kehadiran seorang adik laki-laki atau perempuan yang baru dapat merupakan krisis

utama bagi seorang anak. Anak yang lebih besar sering mengalami perasaan

kehilangan atau merasa cemburu karena “digantikan” oleh bayi yang baru.

Beberapa faktor yang mempengaruhi respon seorang anak antara lain umur, sikap

orangtua, peran ayah, lama waktu berpisah dengan ibu, peraturan kunjungan di rumah

sakit, dan bagaimana anak itu disiapkan untuk suatu perubahan (Spero, 1993 dalam

Bobak, 2005)
Respon saudara kandung terhadap kehamilan berbeda-beda tergantung pada usia dan

kebutuhan mereka. Respon-respon saudara kandung adalah sebagai berikut:

1. Usia satu tahun : tidak menyadari proses ini

2. Usia dua tahun : memperhatikan perubahan pada penampilan ibunya

3. Usia 3-4 tahun : ingin diceritakan asal muasal mereka, senang mendengar

bunyi jantung, dan merasakan gerakan bayi

4. Usia sekolah : lebih menunjukkan minat klinis terhadap kehamilan ibunya.

Ingin tahu lebih rinci bagaimana dan mengapa bayi lahir.

5. Remaja : Berespon negative terhadap penampilan ibunya dan kadang

mengalami kesulitan menerima bukti nyata aktivitas seksual

orangtua mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak et al. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing) ed.4. alih bahasa
Wijarini, M.A. Jakarta: EGC

Hutahean, S. 2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas Dan ginekologi. Jakarta: Trans
Info Media

Anda mungkin juga menyukai