Anda di halaman 1dari 25

Case Based Discusion

SEORANG ANAK DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak

Oleh :

Desti Cahyanti

30101407161

Pembimbing :

dr. Budi Nur Cahyani , Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK

RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Desti Cahyanti


NIM : 30101407161
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Judul : Seorang anak dengan DADRS

Demak, Oktober 2018


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Sunan Kalijaga Kab. Demak

Pembimbing,

dr. Budi Cahyanti Sp.A

BAB 1
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : An. N
Umur : 7 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Demak
Tanggal Masuk : 12 Oktober 2018
Ruang : Dahlia
b. Identitas Orang tua
Ayah
Nama : Tn. ZA
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Ibu
Nama : Ny. N
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan ayah dan ibu pasien pada tanggal
13 Oktober 2018 pukul 14.00 WIB yang dilakukan di bangsal dahlia
RSUD Sunan Kalijaga Demak serta didukung catatan medik.
a. Keluhan Utama
Mencret
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan mencret sebanyak 5x. Mencret terjadi 1 hari yang lalu
berwarna kekuningan berampas, tidak terdapat lendir, tidak ada darah,
bau tidak asam maupun busuk, tidak nyemprot, tidak tampak seperti
cucian beras dan volume mencret ¼ gelas blimbing. Pasien juga
mengeluh demam dan muntah lebih dari 10 kali perhari, berwarna
putih susu dan perut terasa kembung. Pasien terlihat seperti ingin
minum terus. Ibu mengakui mata anaknya lebih layu / lebih cowong
dari biasanya. BAK tidak dapat dinilai frekuensi, warna dan
jumlahnya, karena sering bercampur dengan feses. Anak semakin
rewel dan minum lebih banyak dari sebelumnya, nafsu makan masih
menurun. Sehingga orang tua memutuskan membawa ke RSUD Sunan
Kalijaga Demak.
Riwayat kebiasaan anak : pasien sering memasukkan mainan
kedalam mulut.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat mencret disangkal
Riwayat Kejang (-)
Riwayat alegi (-)

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat mencret disangkal.
Riwayat alergi disangkal.

e. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan anak pertama. Ayah seorang pegawai swasta dan ibu
sebagai Ibu rumah tangga. Pasien berobat menggunakan Jamkesda.
Kesan ekonomi cukup.

f. Riwayat Pemeliharaan Prenatal


Saat hamil, ibu pasien memeriksakan kehamilannya ke bidan
teratur 1-2x sebulan. Nafsu makan ibu cukup baik, makan dengan nasi,
lauk pauk cukup, serta minum 1500 ml air/hari selama kehamilan.
Kenaikan berat badan saat kehamilan ibu lupa. Lemes (-) dan pucat (-).
Riwayat anemia saat kehamilan disangkal, riwayat darah tinggi saat
kehamilan disangkal. Riwayat perdarahan jalan lahir dan trauma saat
hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun
minum jamu disangkal.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik.

g. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Saat hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya. Pasien
merupakan anak perempuan yang lahir dari ibu G1P0A0 hamil 39
minggu, letak kepala, lahir spontan di bidan langsung menangis, berat
badan lahir 2800 gram, panjang badan lupa, lingkar kepala lupa dan
lingkar dada lupa, tidak ada kelainan bawaan.
Kesan : neonatus aterm, lahir spontan per vaginam
h. Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Pemeliharaan sewaktu bayi dilakukan di bidan dan anak dalam kondisi
sehat.
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik
i. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : 3, umur 0, 2, 3 bulan
BCG : 1, umur 1 bulan
Polio : 4, umur 1, 2, 3, 4 bulan
DPT : 3, umur 2, 3, 4 bulan
Campak : 9 bulan (-)
Kesan : Anak imunisasi dasar belum lengkap

j. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak


Pertumbuhan
Pasien sering dibawa kontrol ke posyandu untuk mengisi KMS.
Usia : 7 bulan
BB Sekarang : 6,2 kg
TB Sekarang : 63 cm
LK Sekarang : 45 cm
Perkembangan
- Usia 7 bulan :
 Personal Sosial :

Makan sendiri (+)


Berusaha menggapai mainan (+)
 Motorik Halus :
Mengambil 2 kubus (+)
Memindahkan kubus (+)
Menggaruk manik (+)
Mencari benang (+)
 Bahasa :
mengoceh (+)
papah mamah tidak spesifik (+)
menoleh ke arah suara (+)
 Motorik Kasar :
Duduk tanpa berpegangan (+)

Kesan : perkembangan baik sesuai umur

k. Riwayat Pemberian Makan dan Minum


ASI diberikan full sejak lahir sampai 6 bulan kemudian setelah
6 bulan diberikan makanan pendamping ASI berupa bubur buatan ibu
sendiri, pisang yang dilumat halus, nasi tim, dan buah mulai usia.

Kesan : kualitas dan kuantitas makanan baik

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 12 oktober 2018 pukul 19.00 WIB di


bangsal dahlia RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Anak perempuan usia 7 bulan, berat badan 6,2 kg, tinggi badan 63 cm,
lingkar kepala 45 cm
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda vital :
- Tekanan Darah :-
- Nadi :120x/menit,reguler, isi dan tegangan cukup.
- Laju nafas : 30x/ menit
- Suhu : 37,2° C (aksila)

4. Status Gizi
Status Gizi : 0 SD (status gizi baik)

Length for age : usia 7 bulan, panjang badan 63 = 0 SD (perawakan sesuai usia)
Weight for age : BB 6,2 kg, usia 7 bulan = 0 SD (perawakan normal)

Head circumference for age : usia 7 bulan, LK: 45 cm = 1 SD - 2SD (mesocephale)

5. Status Internus
a. Kepala : mesocephale, ubun-ubun besar teraba cekung, kulit
kepala tidak ada kelainan, rambut hitam dan distribusi merata, tidak
ada kaku kuduk.
b. Bibir : kering (+), Sianosis (-)
c. Kulit : Sianosis (-), turgor kembali cepat <2 detik, ikterus
(-), ruam merah (-)
d. Mata : Pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtivitis (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung (+/+), air mata (-)
e. Hidung : bentuk normal, sekret bening (+/+), nafas cuping
hidung (-), epistaksis (-/-)
f. Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-)
g. Mulut : Kering (+), sianosis (-), pendarahan gusi (-),
sariawan(-)
h. Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), ruam merah (-)
i. Thorax :
 Pulmo
 Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris
dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi
suprasternal, intercostal dan epigastrial (-). Ruam merah (-)
 Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
 Perkusi : sonor (+)
 Auskultasi : suara dasar : bronkovesikuler
 Suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)

 Cor
 Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm
medial linea mid clavicula sinistra, tidak melebar,tidak kuat
angkat
 Perkusi : Redup
 Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-),
bising (-)

j.Abdomen :
Inspeksi : tampak kembung
Auskultasi : BU (+) meningkat (-)
Perkusi : hipertimpani (+)
Palpasi : defense muscular (-), hepatomegali (-), tugor
kulit kembali cepat
k. Genitalia : perempuan, tidak ada kelainan
l.Ekstremitas :

Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Udem -/- -/-
Ruam merah -/- -/-
Capillary Refill Time <2" <2"

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Rutin

Pemeriksaan 12/10/2018 Nilai normal

Hb 10,3 g/Cl 10 – 17 mg/dl


Ht 32,3 % 35 – 47 %

Leukosit 7.700/ mm3 3.600 – 11.000

Trombosit 279.000/ mm3 150.000 – 400.000

Kimia Klinik
Pemeriksaan 12/10/2018 Nilai normal

Elektrolit
Kalium 4.13 mmol/L 3.5 – 5
Natrium 144.70 mmol/L 135 – 147
Klorida 118.44 mmol/L 95 – 105
Calsium 9.89 mg/dL 8,1- 10,4
Gula Sewaktu Stik 93 mg/dL 70 - 115

Magnesium 2,2 mg/dL 1.9 – 2.5

Pemeriksaan
Warna Kuning Kehijauan
Konsistensi Lembek
Lendir Positif
Darah Negatif
Lemak Negatif
Lekosit Positif
Eritrosit Positif
Telur Cacing Negatif
Amoeba Negatif
Bakteri Positif

V. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis utama : DADRS

Diagnosis banding : DADB, Diare Persisten

VI. DIAGNOSIS KERJA


Diagnosis utama : DADRS
• Diagnosis komorbid : Observasi Vomitus
• Diagnosis komplikasi :-
• Diagnosis gizi : gizi baik
• Diagnosis sosial ekonomi : cukup
• Diagnosis Imunisasi : imunisasi belum lengkap
• Diagnosis Pertumbuhan : Baik, Pertumbuhan sesuai dengan usia
• Diagnosis Perkembangan :
1. Personal sosial : sesuai usia
2. Motorik Halus : sesuai usia
3. Bahasa : sesuai usia
4. Motorik kasar : sesuai usia

VII. INITIAL PLAN


 Ip. Dx :
a. Subyektif :-

b. Obyektif : Pemeriksaan Darah Rutin, Pemeriksaan Feses Rutin,


Pemeriksaan Elektrolit, pemeriksaan foto polos abdomen
 Ip. Tx :
Medikamentosa

o Inf RL 10 tpm
o Inj. Ranitidin ½ Ampul (ekstra)
o Inj. Ondan 3x1 mg
o Inj. PCT 3 x 75 mg
o Inj. Ceftriaxon 1 x 300 mg
o PO. L-Bio 1x1 sachet
o P.O Zink 1 x 10 mg

Non medikamentosa

o Tirah baring
o Susu LLM
o Ip. Mx :
o Monitoring tanda – tanda dehidrasi berat, frekuensi BAB, konsistensi
tinja, nafsu makan/minum.
o Monitoring KU, kesadaran, suhu, frekuensi jantung, frekuensi
pernapasan, dan tekanan darah.
o Cek lab darah rutin ulang bila tidak tampak perbaikan.
o Monitoring berat badan setelah sembuh

o Ip. Ex :
o Memberitahukan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang
sedang diderita bahwa yang paling penting dari penyakit ini adalah
terjadi kekurangan cairan sehingga orang tua harus lebih disiplin
memberikan lebih banyak cairan untuk anak lewat minum.
o Memotivasi orangtua agar sabar dan telaten memberikan oralit pada
anak. Oralit diberikan 1 sendok makan untuk anak usia < 2 tahun, tiap
1-2 menit, jika anak muntah diberikan ulang 10 menit kemudian. Tiap
kali setelah BAB, berikan oralit ½ gelas belimbing. Oralit dihentikan
bila tampak ada pembengkakan pada kelopak mata.
o Memberitahukan orangtua agar memberikan Zinc selama 10 hari
berturut-turut. Meskipun diare sudah berhenti, pemberian Zinc harus
tetap dilanjutkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
mengurangi resiko berulangnya diare 2 – 3 bulan ke depan.
o Memberitahukan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang
sedang di derita bahwa yang paling penting dari penyakit ini adalah
terjadi kekurangan cairan sehingga orangtua harus lebih disiplin
memberikan lebih banyak cairan untuk anak lewat minum. Bila anak
menginginkan banyak minum, berikan minum yang banyak. Bila
masih minum ASI, berikan ASI lebih sering dan lebih lama.
o Jika sudah dibolehkan pulang, memberitahukan pada orangtua pasien
untuk segera membawa anak ke petugas kesehatan bila anak: BAB cair
lebih sering, muntah berulang-ulang, tampak kehausan, malas
minum/makan, demam, tinja bercampur darah, kondisi anak tidak
membaik dalam 3 hari.

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DIARE AKUT

A. DEFINISI
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan

berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi atau

anak yang sebelumnya sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut pada

anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair

dan berlangsung kurang dari 1 minggu (IDAI, 2010).

B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta
episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 % daripadanya akan
menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera
ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.

Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :

 Faktor lingkungan
 Gizi
 Kependudukan
 Pendidikan
 Keadaan sosial ekonomi
 Perilaku masyarakat
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan
perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun
kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan. Faktor gizi
misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun anak telah
berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang
masalah kesehatan. Faktor kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare lebih
tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan
faktor perilaku orangtua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak
mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau
membuang tinja anak. Faktor-faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi
masing-masing keluarga (Irwanto, dkk, 2002).

C. ETIOLOGI

Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi,
laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh virus
adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.

Bakter-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophyla,


Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli halemortagik,
Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V. Parahemolyticus, Yersina
enterocolotica.

Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia, Entamoeba


histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium, Capillaria
philipinensis, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides strecoralis,
dan Trichuris trichiura (Irwanto, dkk, 2002).

D. PATOGENESIS

Virus

 Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus
halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-
sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian
sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan
usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan
dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase. Penyembuhan terjadi
bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.

Bakteri

 Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus


pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari
penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut
getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus.
Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera. Pada
beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan perubahan
epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau
menyebabkan sekresi cairan.
 Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae dan
beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel.
Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin
meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan
elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang
sehat setelah 2-4 hari.
 Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella dapat
menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa.
Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin
diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang
menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat adanya
darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan
kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari
mukosa.

Parasit
 Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada
epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan
menyebabkan diare.
 Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi
epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus.
Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.

Obat-obatan

 Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab


diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme
yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan
berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu
sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh ampisilin dan
klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang
merubah flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara parental.
Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin,
kanamisin, polmiksin, dan neomisin (Irwanto, dkk, 2002).

E. PATOFISIOLOGI

Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.

Diare sekretorik

Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai
tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini
terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti
toksin E.coli dan V. cholerae atau virus (Rotavirus).

Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut
di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi
berupa larutan hipotonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah dari cairan
ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan
cairan ekstraseluler dan darah. Hal ini meningkatkan volume tinja dan
menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (Ditjen PPM & PLP,
1999).

Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan


asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan kusmaull,
hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi (Aswitha, dkk, 2000).

F. MANIFESTASI KLINIS

Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit
terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus
dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut kering (Aswitha, dkk,
2000).

Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam menggambarkan
kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang berbeda-beda :

 Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai
dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya
dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake
makanan kurang.
 Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
 Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya
utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.
 Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya
utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan
defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).

G. PENCEGAHAN

Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain


sebagai berikut :

- Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum


- Promosi pendidikan higiene
- Pemberian ASI eksklusif
- Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak
- Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak
- Menggunakan jamban /wc
- Menjaga kebersihan makanan dan minuman
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan
- Mencuci peralatan makan (WHO, 2004).

H. DIAGNOSIS

1. Anamnesis
a. Riwayat diare sekarang :
- Sudah berapa lama diare berlangsung
- Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan
jumlah tinja
- Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)
- Muntah (frekuensi dan jumlah)
- Demam
- Buang air kecil terakhir
- Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,
oralit)
- Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya
- Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare
- Kontak dengan orang yang sakit
- Penggunaan antibiotik
b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama
c. Riwayat penyakit penyerta saat ini
d. Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.
e. Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan
yang tidak biasa (Subagyo, 2004).

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,


kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan,
yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau
tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan
lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada tidaknya pernafasan cuping
hidung, retraksi interkostal, akral dingin, perfusi jaringan serta derajat
dehidrasinya.

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :

a. Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)


- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
- Keadaan umum baik baik dan sadar
- Tanda vital dalam batas normal
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
- Akral hangat
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain
(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).

b. Dehidarasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)


- Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
- Keadaan umum gelisah dan cengeng
- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir sedikit kering
- Turgor kurang
- Akral hangat
- Pasien harus rawat inap
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
- Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
- Keadaan umum lemah, letargi tau koma
- Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
- Turgor buruk
- Akral dingin
- Pasien harus rawat inap (IDAI, 2010).

Penilaian dehidrasi menurut MTBS

Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda


berikut ini :

 Letargis atau tidak sadar


 Mata cekung
 Tidak bisa minum atau malas
Dehidrasi berat
minum
 Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda


berikut ini:

 Gelisah, rewel
 Mata cekung Dehidrasi ringan/sedang
 Haus, minum dengan lahap
 Cubitan kulit perut kembalinya
lambat

Tidak cukup tanda-tanda untuk


diklasifikasikan dehidrasi berat atau Tanpa dehidrasi
ringan/sedang

1. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaaan tinja
- Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi
- Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
- Kimia : PH, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas
b. Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang
disertai kejang), kadar uerum dan kreatinin darah.
c. Pemeriksaan urin : urin rutin (Aswitha, dkk, 2001)

I. PENATALAKSANAAN

1. Atasi dehidrasi
 Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan
sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:

- < 1 tahun: 50-100 cc


- 1-5 tahun : 100-200 cc
- 5 tahun : semaunya.
 Dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan
pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur
seperti di atas setiap kali buang air besar.
 Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :

- < 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70


cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
- 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70
cc/kgBB dalam 2 ½ jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama
proses rehidrasi.

2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai dengan
hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol,
amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.

3. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering,
rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

4. Jangan mengunakan spasmolitika


5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,
hiperkalemia atau hipokalemia.
6. Vitamin A
- 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU
- >1 tahun : 200.000 IU

7. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara


pencegahan diare (IDAI, 2004).

Indikasi rawat inap :

 Diare akut dengan dehidrasi berat

 Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi

 Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami dehidrasi),
buang air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah > dari 4 kali
sehari (Armon, 2001).
J. PEMANTAUAN

1) Terapi
Setelah pemberian caiaran rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi, berat
badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuh dehidrasi maka dilakukan
rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya. Jika setelah 3 hari
pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan maka
dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.

2) Tumbuh kembang
3) Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah sembuh
dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami gizi buruk
maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk
Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum dan
tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

1. Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute diarrhoea
management.
2. Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak.
Media Aesculapius. Jakarta, hal : 470 –471.
3. Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.
4. IDAI, 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal :
58-62.
5. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba
Medika. Jakarta, hal : 73 – 79.
6. Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional
Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.
7. WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.
8. Lindseth, G. N., 2006. Gangguan Usus Besar. Dalam Patofisiologi. Edisi
Keenam. EGC. Jakarta.
9. Guyton, A. C., 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Cetakan Pertama.
EGC.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai