Anda di halaman 1dari 8

JURNAL SHARING

EFEKTIFITAS VITALPAC EARLY WARNING SCORING SEBAGAI DETEKSI


DINI PERBURUKAN PASIEN ACCESS BLOCK DI IGD dr. ISKAK
TULUNGAGUNG

DISUSUN OLEH :
ADHE IRAWAN
D0018002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2018
JURNAL SHARING

EFEKTIFITAS VITALPAC EARLY WARNING SCORING SEBAGAI DETEKSI


DINI PERBURUKAN PASIEN ACCESS BLOCK DI IGD dr. ISKAK
TULUNGAGUNG

1. Jurnal Sharing Population :


Pasien yang mengalami acces block (tertahan) di IGD >8 jam akibat
ruang rawat inap penuh. Secara keseluruhan terdapat 75 pasien
access block, 24% diantaranya mengalami perburukan di IGD. Usia
rata-rata pasien ini adalah 41-60 tahun sebanyak 39 responden (52%)
dan 49 responden (65,3%) adalah laki-laki.
Intervension :
Mengidentifikasi perburukan pasien dengan menggunakan vitalpac
early warning scoring sebagai deteksi dini di IGD
Comparasion :

Outcome :
Meningkatnya jumlah kunjungan ke rumah sakit dengan
ketidakseimbangan antara proporsi pasien dengan ketersediaan ruang
rawat inap berdampak pada bertambahnya masa rawat pasien dan
kepadatan (overcrowding) jumlah pasien di IGD. Rekomendasi
internasional untuk LOS di ruang gawat darurat yaitu <8 jam. Di
Indonesia sendiri penerapan standar lama waktu rawat inap di IGD
pada pasien baik emergency dan non urgent yaitu 6-8 jam (Depkes,
2011). Semakin lama pemanjangan lama rawat inap access block
maka semakin tinggi pula resiko perburukan pasien. Perburukan
pasien access block dapat menyebabkan keadaan yang mengancam
nyawa pasien, ditandai dengan abnormalitas tanda – tanda vital dan
tanda – tanda klinis lainnya. Hasil yang diharapkan adalah
pendeteksian dini spesifik menggunakan vitalpac early warning
scoring dapat mengetahui perburukan pasien sehingga akan
memperbaiki kondisi pasien.
2. Referensi Terakreditasi Jurnal Kesehatan Mesenchephalon Vol 3, No 2 (2017) ;
www.garuda.ristekdikti.go.id/journal/article
3. Relevansi dengan fenomena Perburukan pasien access block dapat menyebabkan keadaan yang
masalah mengancam nyawa pasien. Perburukan pasien diantaranya
abnormalitas tanda – tanda vital pasien dan tanda – tanda klinis
lainnya. Kesenjangan yang ada yaitu perawat stagnan sudah
mengobservasi tanda – tanda vital pasien access block namun belum
menggunakan skoring dari tanda – tanda vital pasien untuk
menentukan ada atau tidaknya perburukan pasien.
4. Kemutahiran Early Warning Scoring telah digunakan di beberapa negara dan
beberapa studi validasi di belanda. Sedangkan di Indonesia sudah ada
Rumah Sakit yang mengaplikasikan EWS tersebut diantaranya RSUD
Wiradadi Husada Sokaraja yang tertuang pada Keputusan Direktur
tentang pemberlakuan pelaksanaan Early Warning System, RSUD
Muntilan dan RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.
5. Kelengkapan Aspek Vitalpac Early Warning Scoring merupakan salah satu bentuk dari
EWS. Vitalpac Early Warning Scoring adalah sebuah sistem skoring
fisiologis yang berfokus pada pendeteksian dini sebelum perburukan
itu terjadi sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini,
kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau
bahkan dapat dihindari sehingga output yang dihasilkan lebih baik.
Parameter yang digunakan dalam ViEWS meliputi frekuensi nadi,
tekanan darah sistolik, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, GCS,
saturasi oksigen dan penggunaan oksigen. Setiap poin diberi nilai 0,
1,2, dan 3. Vitalpac Early Warning Scoring mempunyai skor antara 0
– 21. Total penjumlahan poin tersebut dikategorikan sangat rendah
jika 0, rendah jika berjumlah 1-4 skor, sedang 5-6 skor dan tinggi jika
> 7 skor. Semakin tinggi nilai dari hasil skoring maka semakin tinggi
juga pasien beresiko mengalami perburukan. Hasil dari skoring
tersebut sangat berpengaruh terhadap respon klinis yang diberikan.
Untuk memperoleh jumlah skor EWS :
1. Catat pengamatan tanda vital keseluruhan pada pasien
2. Setiap pengamatan individu dinilai sesuai dengan kriteria
yang diuraikan dibawah ini
3. Jumlahkan skor untuk setiap pengamatan untuk mencapai
skor total
Skor
Parameter
3 2 1 0 1 2 3
RR ≤8 9-11 12-20 21-24 ≥25
SPO2 (%) ≤ 91 92-93 94-95 ≥96
SBP ≤ 90 91-100 101- 111-249 ≥250
(mmHg) 110
Pulse ≤ 40 41-50 51-90 91-110 111-130 ≥131
AVPU/ GCS Alert/15 Verbal
Pain
Unresponsive/
≤ 14
Temp ( C) o
≤35 35.1 36.1-38 38-39 ≥39
36.0
Inspired O2 Udara Penggunaan
bebas Oksigen

Skor Klasifikasi Frekuensi Respon Klinis


Monitoring
0 Sangat Rendah Min 12 Jam 1. Melakukan monitoring
1-4 Rendah Min 4-6 Jam 1. Melakukan menilai dan
mengevaluasi oleh perawat dan
harus memutuskan apakah perlu
meningkatkan frekuensi
monitoring
5-6 Sedang Min 1 Jam 1. Memonitor dan menilai minimal
1 jam
2. Mempersiapkan intervensi jika
mengalami perburukan kondisi
pasien
≥7 Tinggi Bad set monitor/ 1. Monitoring pasien berkelanjutan
every time yang direkomendasikan
2. Merencanakan untuk melakukan
intervensi ke tingkat perawatan
yang lebih tinggi
3. Mengaktifkan Sistem Tanggap
Darurat (ERS)
6. Besarnya manfaat untuk Mengidentifikasi perburukan pasien dengan menggunakan vitalpac
mengatasi masalah early warning scoring sebagai deteksi dini di IGD. Peran monitoring
keperawatan dan deteksi dini terhadap kegawatan menjadi penting untuk
mencegah adnya kejadian perburukan. Perburukan pasien access
block dapat menyebabkan keadaan yang mengancam nyawa pasien.
Perburukan pasien adalah abnormalitas tanda – tanda vital pasien dan
tanda – tanda klinis lainnya. Parameter yang digunakan dalam
ViEWS sangat berhubungan erat dengan Airway, Breathing,
Circulation, dan Dissability. Parameter Vitalpac Early Warning
Scoring yang dapat memprediksi adanya perburukan adalah nilai
saturasi oksigen. Observasi saturasi oksigen sangat penting untuk
pasien non trauma misalnya pada pasien PPOK atau Infark Miokard.
Dengan observasi saturasi oksigen maka akan diketahui kebutuhan
pemberian oksigen. Setiap peningkatan 1% saturasi oksigen maka
akan diikuti oleh penurunan resiko kematian 8%. Maka dari itu
saturasi oksigen termasuk predictor kematian.
7. Keamanan untuk diterapkan Penggunaan Vitalpac Early Warning Scoring terdiri dari 7 parameter
kepada pasien yang digunakan meliputi frekuensi nadi, tekanan darah sistolik,
frekuensi pernapasan, suhu tubuh, dan GCS, saturasi oksigen dan
penggunaan oksigen dengan skor total 0-21. Sehingga aman untuk
diterapkan pada pasien yang mengalami access block maupun
perburukan karena hanya mengkaji dan memantau frekuensi nadi,
tekanan darah sistolik, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, GCS,
saturasi oksigen dan penggunaan oksigen. Dapat disimpulkan,
penggunaan Vitalpac Early Warning Scoring untuk pasien yang
mengalami access block maupun perburukan efektif, aman dan
mudah untuk dilakukan sehingga dapat mendeteksi adanya
perburukan serta membantu membuat keputusan yang akurat di IGD
tanpa pemeriksaan penunjang.
CLINICAL ANALISIS

Meningkatnya jumlah kunjungan ke rumah sakit dengan ketidakseimbangan antara


proporsi pasien dengan ketersediaan ruang rawat inap berdampak pada bertambahnya
masa rawat pasien dan kepadatan (overcrowding) jumlah pasien di IGD. Rekomendasi
internasional untuk LOS di ruang gawat darurat yaitu <8 jam. Di Indonesia sendiri
penerapan standar lama waktu rawat inap di IGD pada pasien baik emergency dan non
urgent yaitu 6-8 jam (Depkes, 2011). Menurut Huang et al (2010) menyatakan bahwa
semakin lama pemanjangan lama rawat inap access block maka semakin tinggi pula
resiko perburukan pasien. Perburukan pasien access block dapat menyebabkan keadaan
yang mengancam nyawa pasien. Salah satu strategi untuk mencegah terjadinya
perburukan adalah deteksi sedini mungkin perburukan pasien. Perburukan pasien
ditandai dengan abnormalitas tanda – tanda vital pasien dan tanda – tanda klinis lainnya
(Jones et al, 2013). Selama lebih dari 100 tahun, perawat telah melakukan“surveillance“
dengan melakukan pemeriksaan TTV meliputi suhu tubuh, nadi, tekanan darah, frekuensi
napas, saturasi oksigen, nyeri, kesadaran dan urine output.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa TTV tidak secara konsisten dikaji, dicatat dan
diinterpretasikan penyebab hal ini adalah:
1. Tingginya beban kerja
2. Menurunnya kesadaran terhadap pentingnya monitoring TTV
3. Tidak jelasnya kewenangan dalam pengambilan keputusan (Rose, 2010)

Bagaimana pengalaman anda???


Pengalaman saya :
1. TTV diisi dengan mengandalkan ingatan!!!
2. TTV diisi sebelum waktunya
3. Hasil pemeriksaan hanya dicatat, tidak dianalisis

Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya suatu mekanisme untuk meningkatkan
mutu pemantauan TTV terutama dalam menginterpretasikan, tindak lanjut dan deteksi
dini terhadap hasil monitoring. Deteksi dini spesifik yang dapat digunakan di IGD untuk
mengetahui perburukan pasien adalah Vitalpac Early Warning Scoring.
Early Warning System merupakan salah satu deteksi dini kewaspadaan untuk
memprediksi adanya perburukan. Melakukan pengawasan yang tersistem dan penilaian
sedini mungkin dengan adanya tanda kegawatan akan memperbaiki kondisi pasien.
Vitalpac Early Warning Scoring merupakan salah satu bentuk dari EWS. Vitalpac Early
Warning Scoring merupakan sebuah sistem skoring fisiologis yang berfokus pada
pendeteksian dini sebelum perburukan itu terjadi sehingga diharapkan dengan
tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat
atau bahkan dapat dihindari sehingga output yang dihasilkan lebih baik. Parameter yang
digunakan dalam ViEWS meliputi frekuensi nadi, tekanan darah sistolik, frekuensi
pernapasan, suhu tubuh, GCS, saturasi oksigen dan penggunaan oksigen. Vitalpac Early
Warning Scoring sangat efektif digunakan untuk deteksi dini.

Untuk memperoleh jumlah skor ViEWS :


1. Catat pengamatan tanda vital keseluruhan pada pasien
2. Setiap pengamatan individu dinilai sesuai dengan kriteria yang diuraikan dibawah
ini
3. Jumlahkan skor untuk setiap pengamatan untuk mencapai skor total

Skor
Parameter
3 2 1 0 1 2 3
RR ≤8 9-11 12-20 21-24 ≥25
SPO2 (%) ≤ 91 92-93 94-95 ≥96
SBP (mmHg) ≤ 90 91-100 101-110 111-249 ≥250
Pulse ≤ 40 41-50 51-90 91-110 111-130 ≥131
AVPU/ GCS Alert/15 Verbal
Pain Unresponsive/ ≤ 14
Temp (oC) ≤35 35.1 36.0 36.1-38 38-39 ≥39
Inspired O2 Udara bebas Penggunaan Oksigen
Vitalpac Early Warning Scoring mempunyai skor antara 0 – 21. Semakin tinggi nilai
dari hasil skoring maka semakin tinggi juga pasien beresiko mengalami perburukan.
Hasil dari skoring tersebut sangat berpengaruh terhadap respon klinis yang diberikan.

Skor Klasifikasi Frekuensi Respon Klinis


Monitoring
0 Sangat Rendah Min 12 Jam 1. Melakukan monitoring
1-4 Rendah Min 4-6 Jam 1. Melakukan menilai dan
mengevaluasi oleh perawat
dan harus memutuskan
apakah perlu meningkatkan
frekuensi monitoring
5-6 Sedang Min 1 Jam 1. Memonitor dan menilai
minimal 1 jam
2. Mempersiapkan intervensi
jika mengalami perburukan
kondisi pasien
≥7 Tinggi Bad set 1. Monitoring pasien
monitor/ berkelanjutan yang
every time direkomendasikan
2. Merencanakan untuk
melakukan intervensi ke
tingkat perawatan yang lebih
tinggi
3. Mengaktifkan Sistem
Tanggap Darurat (ERS)

Anda mungkin juga menyukai