Anda di halaman 1dari 22

A.

KONSEP MEDIS

1. Definisi Bronkopneumonia
Menurut Muscary (2005), pneumonia merupakan inflamasi akut pada
parenkim paru yang mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-
4 anak yang menderita penyakit Pnemonia dan itu lebih sering terjadi selama
akhir musim dingin dan awal musim semi. Pneumonia diklasifikasikan
menurut agen etiologinya. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan
(KDT) (1998) menyatakan, “pneumonia adalah suatu proses inflamasi atau
peradangan yang diklasifikasikan oleh area yang terlihat yaitu
bronkopneumonia dengan viral sebagai penyebabnya. ”
Berdasarkanletakanatomisdibagimenjadi 3 yaitu pneumonia lobaris,
pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis
(bronkiolitis).
Bronkopneumonia merupakanproses inflamasi paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area
terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas keparenkim paru yang terdekat
(Nursalam, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru
yang mengenai pada bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing sehingga
kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen
membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja dan bisa mengakibatkan kematian.

2. Etiologi
Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur
dan protozoa. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan,
cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab
bronkopneumonia meliputi :
1. Bakteri gram positif
a) Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat
pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
b) Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering
menyebabkan infeksi nasokomial).
2. Bakteri gram negatif
a) Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan
menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
b) Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar,
trakeostomi, dan infeksi saluran kemih).
c) Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
3. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran,
gangguan menelan).
4. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit
kronis).

3. Tanda dan Gejala


Ada beberapa tandadangejala anak yang menderita penyakit
bronkopneumonia, diantaranya dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai
berikut:
1. Takipnea (nafas cepat)
2. Saatbernapasterdengarsuararonki
3. Batuk produktif
4. Menggigil dan demam
5. Sianosis area sirkumoral
6. Gerakan dada tidak simetris
7. Anoreksia
8. Malaise
9. Gelisah
10. Fatique
11. Frekuensi BAB bertambah / harinya

4. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman
pathogen masuk ke cairanmukus dalamjalan nafas. Kuman tersebut berkembang
biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti
sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara
cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon
peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk.
Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal.
Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan
membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan
infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan
vaskular dan penurunan darah kapiler .

Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi


kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan
compliance dan menimbulkanatelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan
proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada
bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena
yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi
hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus,
maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal
tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari
meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan
darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi
volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan
cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan
dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan
peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan
kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya
kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut
menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan
retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan
lebih dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang
sering di sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali
kemampuan untuk membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi
penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang merangsang
pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya
menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea.Ronchi bunyi gaduh yang
dalam, terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas
yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi,
odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang
memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan
berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa
akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan
cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah
akanmenunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi
peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan
anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh
dapat naik secara mendadak sampai 39-40℃ dan disertai kejang karena demam
yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit
bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga
menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat (hipertermi). Adanya
hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah pun menurun dan terjadi
hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan menyebabkan
fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran
nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi.
Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya
meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga
menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan
mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produktif.

5. Komplikasi
2.6.1 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia
terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang
kemungkinanterjadipadadiantaranyasebagaiberikut:
1. Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera
diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke
dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah.
2. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul
fibrosis juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
3. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri
dalam paru – paru.
4. Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami
infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi
nanah.
5.6.2 Prognosis
Prognosis daripenyakitbronkopneumoniayaitudapat sembuh total,
mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-
anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama
diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan
dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi
ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan
infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan
dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

6. Penatalaksanaan
Terapi dan Tindakan medis
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup
lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang
biasanya diberikan:
a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran
glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL
10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas
darah arteri.
d. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.
7. Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:
1. Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia
2. Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia
3. Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas
seperti:
a. pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan
teratur,menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin
berolahraga
b. melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi
H. Influenza, Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak
utamanya anak dengan daya tahan tubuh yang rendah, vaksin
influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

8. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan
statuspulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat
mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat
albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan
asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan
luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas.
Sesak nafas yang muncul akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan
sumbatan pada lumen bronkus.
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak
sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
b. Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita
penyakit infeksi yang menyebabkan system imun menurun.
c. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit
infeksi saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya,
keadaan ini dapat memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut
diuraikan.
4. Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau
kelainan pada kehamilan/persalinan.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Perkembangan
1. Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman
sebayanya
2. Anak memilik keinginan untuk sembuh
3. Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas
b. Pertumbuhan
1. BB anak menurun ½ kg setelah 3 hari dirawat
2. TB anak 98 cm
6. Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan
tubuh yang tidak cukup kuat untukmelawan infeksi sekunder.Imunisasi yang
diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak.
7. Riwayat psikososial spiritual
Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan
dampak dari hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut
dan menangis bila didekati oleh orang yang tidak dikenal.
8. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah
dangelisah, suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan
dangkal, BB sesuai dengan umur.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia
menurut Riyadi, 2009:
1. Kepala
a. bentuk kepala
b. warna rambut
c. distribusi rambut
d. ada lesi atau tidak
e. hygiene
f. ada hematoma atau tidak
2. Mata
a. sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
b. kaji reflek cahaya
c. konjungtiva anemis atau tidak
d. pergerakan bola mata
3. Telinga
a. simetris atau tidak
b. kebersihan
c. tes pendengaran
4. Hidung
a. ada polip atau tidak
b. nyeri tekan
c. kebersihan
d. pernafasan cuping hidung
e. fungsi penciuman
5. Mulut
a. warna bibir
b. mukosa bibir lembab atau tidak
c. mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
d. reflek mengisap
e. reflek menelan
6. Dada
a. Paru – paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan
dangkal,penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi
b. Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
7. Abdomen
a. Inspeksi : bentuk, lesi
b. Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri
lepas, turgor kulit <3 detik
c. Perkusi : Suara abdomen timpani
d. Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
8. Ekstremitas
a. pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
b. kelelahan (malaise)
c. kelemahan
d. CRT <2 detik dan keluhan
9. Genetalia dan anus
a. kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora,
labia mayora, klitoris)
b. fungsi BAB
c. fungsi BAK
10. PemeriksaanPenunjang
1. Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan statuspulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukanadanyaproses
inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit
meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan
terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi
menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki
keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus
11. Pola Fungsi Kesehatan
Mengenai pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit
bronkopneumonia meliputi:
1. Aktivitas/istirahatnya yang menimbulkan gejala fatigue dan insomnia,
dengan tanda letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasinya yang menimbulkan gejala riwayat gagal jantung kronis,
dengan tanda takikardi dan penampilan keperanan atau pucat.
3. Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima banyak
stressor sehingga menimbulkan maslah finansialnya.
4. Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada
meningkat dan batuk myalgia, atralgia.
5. Anak akan timbul gejala kehilangan nafsu makan,
mual/muntah,riwayat DM dan ditandai dengan distensi abdomen,
hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk dan
penampilan malnutrusi.
6. Anak merasakan sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai dengan
adanya perubahan mental.
7. Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara meningkat, batuk
myalgia dan atralgia.
8. Pernafasan pada anak dengan bronkopneumonia akan dangkal
menyebabkan pucat atau sianosis bibir/kuku dan menggunakan
bantuan otot aksesori, karena adanya sputum dan pada perkusi
ditemukan pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksipleural
dengan bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafasberkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan,
mungkinpada kasus rubeda / varisela.
9. Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain yang
membutuhkan bantuan.
12. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
3. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam,
menurunnya intake dan tachipnea
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Bersihan jalan nafas tidak NOC : NIC :
a. Respiratory status : Airway suction
efektif b.d peningkatan produksi
Ventilation a. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
sputum b. Respiratory status : b. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
Airway patency c. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
c. Aspiration Control d. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
e. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
Kriteria Hasil : memfasilitasi suksion nasotrakeal
a. Mendemonstrasikan batuk f. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
efektif dan suara nafas g. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah
yang bersih, tidak ada kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
sianosis dan dyspneu h. Monitor status oksigen pasien
(mampu mengeluarkan i. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
sputum, mampu bernafas j. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
dengan mudah, tidak ada menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
pursed lips)
b. Menunjukkan jalan nafas Airway Management
yang paten (klien tidak a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust
merasa tercekik, irama bila perlu
nafas, frekuensi pernafasan b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
dalam rentang normal, c. Identifikasipasienperlunyapemasanganalatjalannafasbuatan
tidak ada suara nafas d. Pasang mayo bila perlu
abnormal) e. Lakukanfisioterapi dada jikaperlu
c. Mampu f. Keluarkansekretdenganbatukatausuction
mengidentifikasikan dan g. Auskultasisuaranafas, catatadanyasuaratambahan
mencegah factor yang h. Lakukansuctionpada mayo
dapat menghambat jalan i. Berikanbronkodilator bila perlu
nafas j. BerikanpelembabudaraKassabasahNaClLembab
k. Aturintakeuntukcairanmengoptimalkankeseimbangan.
l. Monitor respirasi dan status O2

2 Pola nafas tidak efektif b.d NOC : NIC :


a. Respiratory status : Airway Management
hiperventilasi
Ventilation a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust
b. Respiratory status : Airway bila perlu
patency b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Vital sign Status c. Identifikasipasienperlunyapemasanganalatjalannafasbuatan
Kriteria Hasil : d. Pasang mayo bila perlu
a. Mendemonstrasikan batuk e. Lakukanfisioterapi dada jikaperlu
efektif dan suara nafas f. Keluarkansekretdenganbatukatausuction
yang bersih, tidak ada g. Auskultasisuaranafas, catatadanyasuaratambahan
sianosis dan dyspneu h. Lakukansuctionpada mayo
(mampu mengeluarkan i. Berikanbronkodilator bila perlu
sputum, mampu bernafas j. BerikanpelembabudaraKassabasahNaClLembab
dengan mudah, tidak ada k. Aturintakeuntukcairanmengoptimalkankeseimbangan.
pursed lips) l. Monitor respirasi dan status O2
b. Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak Terapi Oksigen
merasa tercekik, irama a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
nafas, frekuensi pernafasan b. Pertahankan jalan nafas yang paten
dalam rentang normal, c. Atur peralatan oksigenasi
tidak ada suara nafas d. Monitor aliran oksigen
abnormal) e. Pertahankan posisi pasien
c. Tanda Tanda vital dalam f. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
rentang normal (tekanan g. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
darah, nadi, pernafasan)
Vital sign Monitoring
a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d. Auskultasi TD pada kedualengan dan bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
h. Monitor suara paru
i. Monitor pola pernapasan abnormal
j. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

3 Gangguan pertukaran gas b.d NOC : NIC :


a. Respiratory Status : Gas Airway Management
perubahan membran kapiler- exchange a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust
b. Respiratory Status : bila perlu
alveolar
ventilation b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Vital Sign Status c. Identifikasipasienperlunyapemasanganalatjalannafasbuatan
Kriteria Hasil : d. Pasang mayo bila perlu
a. Mendemonstrasikan e. Lakukanfisioterapi dada jikaperlu
peningkatan ventilasi dan f. Keluarkansekretdenganbatukatausuction
oksigenasi yang adekuat g. Auskultasisuaranafas, catatadanyasuaratambahan
b. Memelihara kebersihan h. Lakukansuctionpada mayo
paru paru dan bebas dari i. Berikabronkodilatorbialperlu
tanda tanda distress j. Barikanpelembabudara
pernafasan k. Aturintakeuntukcairanmengoptimalkankeseimbangan.
c. Mendemonstrasikan batuk l. Monitor respirasi dan status O2
efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada Respiratory Monitoring
sianosis dan dyspneu a. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
(mampu mengeluarkan b. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
sputum, mampu bernafas otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
dengan mudah, tidak ada c. Monitor suara nafas, seperti dengkur
pursed lips) d. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
d. Tanda tanda vital dalam hiperventilasi, cheyne stokes, biot
rentang normal e. Catat lokasi trakea
f. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
g. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
h. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
i. auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui
hasilnya

4 Risiko kekurangan volume NOC : NIC :


Nutritional Status : food and
cairan berhubungan dengan
Fluid Intake a. Kaji adanya tanda dehidrasi
demam, menurunnya intake dan b. Jaga kelancaran aliran infus
Kriteria Hasil : c. Periksa adanya tromboplebitis
tachipnea
a. Adanya peningkatan
d. Pantau tanda vital tiap 6 jam
berat badan sesuai
dengan tujuan e. Lakukan kompres dingin jika terdapat hipertermia suhu
b. Volume cairan normal diatas 38 C
c. Pengeluaran BAB f. Pantau balance cairan
normal (tidak terjadi g. Berikan nutrisi sesuai diit
peningkatan) h. Awasi turgor kulit
d. Tidak ada tanda
dehidrasi
e. Suhu tubuh normal 36,5-
37 0C
f. Kelopak mata tidak
cekung
g. Turgor kulit baik
h. Akral hangat

5 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


Nutritional Status : food and Nutrition Management
kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Fluid Intake a. Kaji adanya alergi makanan
ketidakmampuan pemasukan b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
atau mencerna makanan atau a. Adanya peningkatan berat c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
badan sesuai dengan tujuan d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
mengabsorpsi zat-zat gizi
b. Berat badan ideal sesuai C
berhubungan dengan faktor dengan tinggi badan e. Berikan substansi gula
c. Mampu mengidentifikasi f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
biologis, psikologis atau
kebutuhan nutrisi untuk mencegah konstipasi
ekonomi d. Tidak ada tanda tanda g. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan
malnutrisi dengan ahli gizi)
e. Tidak terjadi penurunan h. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
berat badan yang berarti harian.
i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
k. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlahaktivitas yang biasadilakukan
d. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
g. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
l. Monitor makanan kesukaan
m. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
n. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake nuntrisi
p. Catatadanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
q. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
a. Evaluasi
Pasien mampu:
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
d. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
e. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
f. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
g. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
h. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk.2000.Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC


Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC
Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan
olehVidhia Umami. 2006. Jakarta: Erlangga
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2.
Jakarta:Salemba Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan
oleh Alfrina Hany. 2005. Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Standar Perawatan
Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Terjemahan
olehSusan Martin Tucker, et al. 1998. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I.
Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. BukuSaku Diagnosis Keperawatan: diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteriahasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai