Anda di halaman 1dari 35

CASED BASED DISCUSSION

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 1 TAHUN 9 BULAN DENGAN GIZI

BURUK DAN DEVELOPMENT MENTAL DELAY

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak

Oleh :

Difa Rachma Maula

30101507428

Pembimbing :

dr. Chatarina Rini Pratiwi, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK
RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Difa Rachma Maula


NIM : 30101507428
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Judul : Seorang anak laki-laki usia 1 tahun 9 bulan dengan gizi buruk
dan developmental delay

Demak, Oktober 2020


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Sunan Kalijaga Kab. Demak

Pembimbing,

dr. Chatarina Rini Pratiwi, Sp.A

2
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : An. MYP
TTL/Umur : 27 Desember 2018 / 1 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Demak
Tanggal Masuk : 18 September 2020
No. RM : KLJG01200XXXXXX
No. Reg : RG012XXXXX
Ruang : Dahlia
b. Identitas Orang Tua
Ayah
Nama : Tn. S
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Swasta
Ibu
Nama : Ny.M
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 18
September 2020 pukul 14.00 WIB yang dilakukan di bangsal dahlia
RSUD Sunan Kalijaga Demak serta didukung catatan medik.
a. Keluhan Utama
Sulit makan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli anak RSUD Sunan Kalijaga Demak diantar
oleh Ibu pasien dengan keluhan sulit makan dan berat badan sulit

3
naik. Pasien diberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6
bulan. MPASI dimulai dari usia 6 bulan hinggal 9 bulan dengan
bubur promina. Dalam sehari pasien makan 3x sehari pada jam
07.00, 12.00 dan 15.00 hanya 4 sendok makan. Kemudian
dilanjutkan hingga usia sekarang pasien diberikan nasi dan
berbagai lauk pauk ( sayur, tahu, tempe, ayam, ikan, bakso, telur)
tetapi pasien selalu menolak dan kadang memuntahkan lauk
pauknya. Pasien hanya mau makan nasi saja dan kuah sayur
kurang lebih 4 sendok makan. Kemudian ibu pasien memberikan
cemilan berupa biskuit kepada pasien. Pasien makan biskuit
sebanyak 5-10 biskuit tiap harinya. Pasien juga tidak mau makan
buah. Pasien minum ASI sampai sekarang sebanyak 3x sehari dan
air putih, tidak pernah diberikan susu formula. Ibu pasien
mengatakan pasien sudah diperiksakan kedokter kemudian
diberikan obat OAT selama 7 hari tetapi pasien selalu muntah
ketika diberikan obat. Muntah 3x sehari. BAB dan BAK lancar,
demam (+) sejak 2 hari yang lalu, tidak ada keluhan diare dan tidak
ada keluhan batuk. Ibu pasien mengatakan riwayat imunisasi
pasien lengkap, tetapi tidak membawa buku KMS. Perkembang
asien terlambar, hingga saat ini pasien belum dapat berdiri tegak
dan berjalan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat sulit makan sejak MPASI. Riwayat kejang disangkal.
Riwayat asma disangkal. Riwayat alergi obat dan makanan
disangkal. Riwayat trauma disangkal. Riwayat batuk lama (-).

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat TBC pada ibu sebelum hamil pasien (+) 6 bulan selesai
pengobatan. riwayat anemia disangkal, riwayat alergi disangkal.
Riwayat ibu DM (+).

4
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan anak kelima . Ayah merupakan pegawai swasta
dan ibu merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien berobat
menggunakan BPJS. Pasien tinggal serumah dengan ayah dan ibu.
Ibu pasien mengatakan rumahnya memiliki jamban sendiri dan
sanitasi dikatakan bersih. Kesan ekonomi cukup.

f. Riwayat Pemeliharaan Prenatal


Saat hamil, ibu pasien memeriksakan kehamilannya ke dokter
kandungan tiap bulan. Nafsu makan ibu baik. Ibu makan dengan
nasi, sayuran dan lauk pauk cukup. Riwayat anemia saat
kehamilan(-), DM (+), riwayat darah tinggi saat kehamilan
disangkal. Riwayat perdarahan jalan lahir dan trauma saat hamil
disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun minum
jamu disangkal.

Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal ibu DM

g. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Saat hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya. Pasien
merupakan anak laki-laki yang lahir dari ibu P5A0 hamil 38
minggu, lahir SC langsung menangis, berat badan lahir 3600 gram,
panjang badan, lingkar kepala lupa dan lingkar dada lupa, tidak ada
kelainan bawaan.
Kesan : neonatus aterm, lahir SC

h. Riwayat Pemeliharaan Postnatal


Pemeliharaan sewaktu bayi dilakukan rawat gabung dengan ibu di
RSUD.
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik.

5
i. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : ?
BCG :?
Polio :?
DPT :?
Campak :?
Kesan : Riwayat imunisasi tidak dapat karena tidak disertai bukti
KMS.

j. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak


Pertumbuhan
Usia : 21 bulan
BB Sekarang : 6,7 kg
PB Sekarang : 73 cm
LK Sekarang : 46 cm
LILA : 11 cm

BB / TB
Kesan : Gizi Buruk

6
BB / U
Kesan : Sangat Kurus

TB / U
Kesan : Perawakan sangat pendek

7
LK/U
Kesan : Mesocephal

8
Perkembangan
- Usia 1 tahun 9 bulan:
Perilaku sosial :
 Tepuk tangan
 Memegang cangkir (terlambat)
Gerakan motorik halus :
 mengikuti gerakan
 memegang mainan
 mencoret – coret (terlambat)
Bahasa :
 1 kata ( “mba/pak/mbah/ma”) (terlambat)
Gerak motorik kasar :
 pasien sudah bisa tengkurap, mengangkat kepala ketika
tengkurap, duduk tanpa dipegangi, berdiri dengan pegangan
(terlambat)

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan terlambat di semua aspek

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 18 September 2020 pukul 14.00
WIB di bangsal dahlia RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Anak laki-laki usia 1 tahun 9 bulan, berat badan 6,7 kg, panjang badan
73 cm, lingkar kepala 46 cm.

1. Keadaan Umum : Baik, menangis rewel


2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda vital :
- Tekanan Darah :-
- Nadi : 110x/menit, reguler, isi dan tegangan
cukup.
- Laju nafas : 24 x/ menit

9
- Suhu : 36.8° C (aksila)
4. Status Internus
a. Kepala : mesocephale
b. Bibir : kering (-), sariawan (-)
c. Kulit : Sianosis (-), turgor kembali cepat <2 detik, ikterus
(-), ruam merah (-)
d. Mata : cekung (-/-, isokor, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtivitis (-/-)
e. Hidung : sekret bening (-/-), nafas cuping hidung (-),
f. Telinga : serumen (-/-), discharge (-/-)
g. Mulut : stomatitis angularis (-)
h. Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (+)
i. Thorax :
 Pulmo
 Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra
simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi
suprasternal, intercostal dan epigastrial (-). Ruam
merah (-)
 Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra
simetris
 Perkusi : sonor (+)
 Auskultasi : suara dasar bronkhovesikular
 Suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)
 Cor
 Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba di ICS V, 2
cm medial linea mid clavicula sinistra
 Perkusi : Redup
 Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop
(-), bising (-)
j. Abdomen :
Inspeksi : tampak cembung

10
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : defense muscular (-), hepatomegali (-),
tugor kulit kembali <2 s”
k. Genitalia : laki-laki, dalam batas normal
l. Ekstremitas :
Muscle wasting (-). Baggy pants (-)

  Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Udem -/- -/-
Capillary Refill Time <2” <2"

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Parameter Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 6,4 mg/dl/ (L) 11-15 mg/dL

Hematokrit 36,5 % 36-45 %

Leukosit 6500 /µL 3.600 -


11.000 /µL

Trombosit 257.000 /µL 150.000-


400.000/µL

GDS 143 (H) 70- 115


mg/dL

11
SGOT 577 (H) <37 U/L

SGPT 763 (H) 9- 43 U/L

X-Foto Thorax AP
18/09/2020

Trakea di tengah
COR : ukuran, bentuk, dan letak normal
Pulmo : Corakan vascular meningkat
Tampak bercak pada perihilar parakardial
Hilus tak menebal
Diafragma kanan kiri normal
Sinus kostofrenikus tajam
Kesan : Cor tidak membesar, bentuk dan letak normal
Gambaran Bronchopneumonia

12
I. PROBLEM PASIEN

Problem Aktif Problem Pasif

- • Gizi buruk
• Developmental delay

II. DIAGNOSIS BANDING


- Gizi buruk
- Tb Paru

III. DIAGNOSIS KERJA


• Diagnosis utama : Gizi Buruk
• Diagnosis komorbid :-
• Diagnosis komplikasi :-
• Diagnosis gizi : Gizi Buruk, perawakan sangat
pendek , mesocephal
• Diagnosis sosial ekonomi : cukup
• Diagnosis Imunisasi : Tidak dapat dinilai tanpa buku
KMS
• Diagnosis Pertumbuhan : Tidak dapat dinilai tanpa buku
KMS
• Diagnosis Perkembangan : Perkembangan terlambat

IV. INITIAL PLAN


GIZI BURUK
 Ip. Dx :
a. Subyektif :-
b. Obyektif : Test tuberculin

13
 Ip. Tx :
Medikamentosa
 Inf KN3B 8 tpm
 PO Vitamin A 200.000 mg
 PO Asam folat 1 x 5 mg
 PO zinc 1x10 mg
 Inj Ondancentron 1 x1/2 mg

Non medikamentosa
 Diit F75 12x70 cc

• Ip. Mx :
 Keadaan umum, keaktifan gerak, tanda-tanda vital (nadi, suhu,
HR)
 Berat badan
 Nafsu makan dan minum

• Ip. Ex :
o Menjelaskan kepada ibu penyakit yang dialami pasien
o Menjelaskan komplikasi apabila pasien tidak ditangani atau tidak
diobati
o Edukasi ibu tentang pembuatan susu F75 dan meminum susu
sampai habis
o Edukasi ibu mengenai kewajiban untuk memberikan ASI eksklusif
hingga 2 tahun tanpa pemberian susu formula
o Edukasi ibu mengenai asupan makanan anak
o Pemantauan tumbuh kembang anak

DEVELOPMENTAL DELAY
 Ip. Dx :
a. Subyektif :-
b. Obyektif :-

14
 Ip. Tx :
 Fisioterapi

• Ip. Mx :
 Pertumbuhan dan perkembangan anak

• Ip. Ex :
o Pemantauan tumbuh kembang anak

V. PROGNOSIS
GIZI BURUK
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

DEVELOPMENTAL DELAY
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

15
VI. PROGRESS NOTE
Waktu/ Tanggal Hari ke 2 perawatan Hari ke 3 perawatan
19/09/20 20/09/20
Keluhan Mual (+), Muntah 1x setelah Muntah 2x cairan, makan (-),
minum obat, Demam (-), demam (+), minum susu F75
makan (-), minum ASI, susu habis. BAB (+) cair ampas warna
F75 habis kuning
Keadaan umum CM, cukup aktif, anak CM, cukup aktif, anak tampak
tampak kurus kurus
Vital: nadi 110 x/mnt 110 x/mnt
RR 24x/mnt 24 x/mnt
Suhu 36,8ºC 38,0 ºC
BB 6,7 kg 7,0 kg
PF : Kepala rambut hitam, rambut rambut hitam, rambut mudah
mudah dicabut (-) dicabut (-)
Mata bercak bitot -/- bercak bitot -/-
Mulut kering (-), stomatitis kering (-), stomatitis angularis (-),
angularis (- ), lidah tasbih lidah tasbih (-)
Leher Pemb KGB (-) Pemb KGB (-)
Abdomen Datar, Supel, BU (+) Datar, Supel, BU (+) normal,
normal, timpani timpani
Turgor kembali cepat Turgor kembali cepat
Ekstremitas Akral dingin (-), Sianosis Akral dingin (-), Sianosis (-),
(-), Capillary refil <2 detik Capillary refil <2 detik
Muscle wasting (-) Muscle wasting (-)
Baggy pants (-) Baggy pants (-)
Edema (-) Edema (-)
PP GDS : 103
HBSAg (-)
APTT : 33,5 (H)
PT : 15,9 (H)
Golongan darah : AB
IgM anti HAV : 0,251

16
Urin rutin : dbn
Asses Gizi Buruk Gizi Buruk
Developmental Delay Disfungsi hepar
Developmental Delay
Terapi
Inf KN3B 8 tpm + +
Inj ondancentron + +
3 x1/4 amp
PO vitamin A
200.000 mg + +
PO zinc 1x10 mg + +
PO asam folat + +
1x1 mg
Paracetamol drop - +
3x0,7 ml
Inj Vit K 1 x 2mg - +
Diit
F75 8x100 cc + +
Program Igm anti HAV, APTT & PT

Waktu/ Tanggal Hari ke 4 perawatan Hari ke 5 perawatan


21/09/20 22/09/20
Keluhan Mual (+), muntah > 2x tiap Muntah >2x tiap minum obat
minum obat
Keadaan umum CM, lemah, anak tampak CM, lemah, anak tampak kurus
kurus
Vital: nadi 110 x/mnt 110 x/mnt
RR 24x/mnt 24 x/mnt
Suhu 36,8ºC 37,2 ºC
BB 7,0 kg 7,1 kg
PF : Kepala rambut hitam, rambut rambut hitam, rambut mudah
mudah dicabut (-) dicabut (-)
Mata bercak bitot -/- bercak bitot -/-
Mulut kering (-), stomatitis kering (-), stomatitis angularis (-),
angularis (-), lidah tasbih lidah tasbih (-)

17
Leher Pemb KGB (-) Pemb KGB (-)
Abdomen Datar, Supel, BU (+) Datar, Supel, BU (+) normal,
normal, timpani timpani
Turgor kembali cepat Turgor kembali cepat
Ekstremitas Akral dingin (-), Sianosis Akral dingin (-), Sianosis (-),
(-), Capillary refil <2 detik Capillary refil <2 detik
Muscle wasting (-) Muscle wasting (-)
Baggy pants (-) Baggy pants (-)
Edema (-) Edema (-)
PP Test mantoux : 2 cm Gambaran darah tepi : Anemia
Skoring TB : 8 mikrositik hipokromik

Asses Gizi Buruk Gizi Buruk


TB paru TB paru
Disfungsi hepar Disfungsi hepar
Developmental Delay Developmental Delay
Anemia defisiensi besi
Terapi
Inf KN3B 8 tpm + +
Inj ondancentron + +
3 x1/4 amp
PO vitamin A
200.000 mg + +
PO zinc 1x10 mg
PO asam folat + +
1x1 mg + +
PO FDC paed tab + -
(RHZ) 1x1
Paracetamol drop - -
3x0,7 ml
Inj Vit K 1 x 2mg + +
Diit
F100 8x100 cc + +
Bubur susu ½ - +

18
porsi
Program USG Abdomen Cek ulang SGOT,SGPT

HASIL PEMERIKSAAN USG ABDOMEN 22/09/2020

KESAN :

UKURAN , PARENKIM HEPAR MASIH DALAM BATAS NORMAL SECARA SONOGRAFI

TAK TMPAK KELAINAN LAIN PADA SONOGRAFI ORGAN INTRABDOMEN TERSEBUT SAAT
INI

Waktu/ Tanggal Hari ke 6 perawatan Hari ke 7 perawatan


23/09/20 24/09/20
Keluhan Mual (+), muntah (-) , bubur Muntah (+) setelah makan bubur,
susu tidak habis, F100 susu F100 habis
habis, , infus bengkak
Keadaan umum CM, lemah, anak tampak CM, lemah, anak tampak kurus
kurus
Vital: nadi 103x/mnt 104 x/mnt
RR 24x/mnt 25 x/mnt
Suhu 36,4ºC 36,6 ºC

19
BB 7,1 kg 7,1 kg
PF : Kepala rambut hitam, rambut rambut hitam, rambut mudah
Mata mudah dicabut (-) dicabut (-)
Mulut bercak bitot -/- bercak bitot -/-
kering (-), stomatitis kering (-), stomatitis angularis (-),
angularis (-), lidah tasbih lidah tasbih (-)
Leher Pemb KGB (-) Pemb KGB (-)
Abdomen Datar, Supel, BU (+) Datar, Supel, BU (+) normal,
normal, timpani timpani
Turgor kembali cepat Turgor kembali cepat
Ekstremitas Capillary refil <2 detik Capillary refil <2 detik
Muscle wasting (-) Muscle wasting (-)
Baggy pants (-) Baggy pants (-)
Edema (-) Edema (-)
PP SGOT : 160 ( H) Urin rutin : normal
SGPT : 246 (H) Ph 6,5
Feses rutin :
Lendir (+)
Eritrosit (+)
Leukosit(+)
Asses Gizi Buruk Gizi Buruk
TB paru TB paru
Disfungsi hepar Diafungsi hepar
Developmental Delay Developmental Delay
Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi
Terapi
Inf KN3B 8 tpm - -
PO vitamin A + +
200.000 mg
PO zinc 1x10 mg + +
PO asam folat + +
1x1 mg
FDC paed tab - -

20
(RHZ) 1X1 +
PO urdafalk 2x -
70 mg (pulv)
Diit
F100 8x100 cc + +
Bubur saring ½ + +
porsi
Bubur susu ½ + +
porsi
Program Cek Feses rutin dan urin Cek darah rutih, SGOT, SGPT
rutin Konsul fisioterapi

Waktu/ Tanggal Hari ke 8 perawatan Hari ke 9 perawatan


25/09/20 26/09/20
Keluhan Mual (+) -
Keadaan umum CM, lemas, anak tampak CM, lemas, anak tampak kurus
kurus
Vital: nadi 107x/mnt 108 x/mnt
RR 24x/mnt 25 x/mnt
Suhu 36,4ºC 36,6 ºC
BB 7,1 kg 7,2 kg
PF : Kepala rambut hitam, rambut rambut hitam, rambut mudah
Mata mudah dicabut (-) dicabut (-)
Mulut bercak bitot -/- bercak bitot -/-
kering (-), stomatitis kering (-), stomatitis angularis (-),
angularis (-), lidah tasbih lidah tasbih (-)
Leher Pemb KGB (-) Pemb KGB (-)
Abdomen Datar, Supel, BU (+) Datar, Supel, BU (+) normal,
normal, timpani timpani
Turgor kembali cepat Turgor kembali cepat
Ekstremitas Capillary refil <2 detik Capillary refil <2 detik
Muscle wasting (-) Muscle wasting (-)
Baggy pants (-) Baggy pants (-)
Edema (-) Edema (-)
PP Hb : 5,2 Hb : 7,8

21
Leukosit : 4500 Leukosit : 4500
Ht : 20,8 Ht : 27,1
Trombosit Trombosit : 142.000
SGOT : 20,8 SGOT : 49
SGPT : 124 SGPT : 71
Asses Gizi Buruk Gizi Buruk
TB paru TB paru
Disfungsi hepar Diafungsi hepar
Developmental Delay Developmental Delay
Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi
Terapi
Inf KN3B 8 tpm - -
PO vitamin A + +
200.000 mg
PO zinc 1x10 mg + +
PO asam folat + +
1x1 mg
FDC paed tab - -
(RHZ) 1X1
Diit
F100 8x110 cc + +
Bubur saring ½ + +
porsi (pagi)
Bubur susu ½ + +
porsi (sore)
Program
Transfusi PRC 50 + -
cc dalam 4 jam

22
Waktu/ Tanggal Hari ke 10 perawatan Hari ke 11 perawatan
27/09/20 28/09/20
Keluhan - -
Keadaan umum CM, cukup aktif, anak CM, cukup aktif, anak tampak
tampak kurus kurus
Vital: nadi 107x/mnt 108 x/mnt
RR 24x/mnt 25 x/mnt
Suhu 36,4ºC 36,6 ºC
BB 7,4 kg 7,5 kg
PF : Kepala rambut hitam, rambut rambut hitam, rambut mudah
mudah dicabut (-) dicabut (-)
Mata bercak bitot -/- bercak bitot -/-
Mulut kering (-), stomatitis kering (-), stomatitis angularis (-),
angularis (-), lidah tasbih lidah tasbih (-)
Leher Pemb KGB (-) Pemb KGB (-)
Abdomen DBN DBN
Ekstremitas Capillary refil <2 detik Capillary refil <2 detik
Muscle wasting (-) Muscle wasting (-)
Baggy pants (-) Baggy pants (-)
Edema (-) Edema (-)
PP Hb : 13
Leukosit : 6000
Ht : 41,6
Trombosit : 291.000

Asses Gizi Buruk Gizi Buruk


TB paru TB paru
Disfungsi hepar Diafungsi hepar
Developmental Delay Developmental Delay
Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi
Terapi
Inf KN3B 8 tpm - -
PO vitamin A + +
200.000 mg
PO zinc 1x1 mg + +

23
PO asam folat + +
1x10 mg
FDC paed tab - -
(RHZ) 1X1
Diit
F100 8x110 cc + +
Bubur saring ½ + +
porsi (pagi)
Bubur susu ½ + +
porsi (sore)
Program Boleh pulang

24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gizi Buruk


Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi,
atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada
anak balita (bawah lima tahun).
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan
zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-
rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori atau
keduaya. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang
umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk
adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui
dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun. Balita
disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) < -3 SD
(standar deviasi).

2.2 Pengukuran Status Gizi


Status gizi ditentukan berdasarkan beberapa pengukuran antara lain:
a. Pengukuran Antropometrik
Pada metode ini dilakukan beberapa macam pengukuran antara lain
pengukuran tinggi badan,berat badan, dan lingkar lengan atas. Beberapa
pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan.

25
Tabel 1. Penentuan Status Gizi secara Klinis dan Antropometri

No. INDIKATOR STATUS GIZI STANDAR DEVIASI


1. BB/U Gizi sangat kurang <-3SD
Gizi Kurang -3SD s/d <-2SD
Gizi Normal -2SD s/d 2SD
Gizi Lebih >2SD
2. TB/U atau PB/U Sangat Pendek <-3SD
Pendek -3SD s/d <-2SD
Normal ≥-2SD
3 BB/TB atau BB/PB Sangat kurus <-3SD
Kurus -3SD s/d <-2SD
Normal -2SD s/d 2SD
Kegemukan >2SD

Tabel 2. Status Gizi Berdasarkan Standar Antropometri WHO Tahun 2005

2.3 Klasifikasi Gizi Buruk


2.3.1 Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering
ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi
buruk. Gejala marasmus antara lain anak tampak kurus, rambut tipis dan
jarang,kulit keriput yang disebabkan karena lemak di bawah kulit berkurang,
muka seperti orang tua (berkerut), balita cengeng dan rewel meskipun setelah
makan, bokong baggy pant, dan iga gambang.
Pada patologi marasmus, awalnya pertumbuhan yang kurang dan atrofi
otot serta menghilangnya lemak di bawah kulit merupakan proses fisiologis.
Tubuh membutuhkan energi yang dapat dipenuhi oleh asupan makanan untuk
kelangsungan hidup jaringan. Untuk memenuhi kebutuhan energi cadangan
protein juga digunakan. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan energi tetapi juga untuk sistesis glukosa.

26
Gambar 1. Balita dengan Marasmus

2.3.2 Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan
oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang
inadekuat. Kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi
buruk. Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu, perubahan
mental, pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun
berat, gejala gastrointestinal, rambut kepala mudah dicabut, kulit penderita
biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan
lebar, sering ditemukan hiperpigmentasi dan persikan kulit,pembesaran hati,
anemia ringan, pada biopsi hati ditemukan perlemakan.
Gangguan metabolik dan perubahan sel dapat menyebabkan perlemakan
hati dan oedema. Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi proses katabolisme
jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi dengan
jumlah kalori yang cukup dalam asupan makanan. Kekurangan protein dalam diet
akan menimbulkan kekurangan asam amino esensial yang dibutuhkan untuk
sintesis. Asupan makanan yang terdapat cukup karbohidrat menyebabkan

27
produksi insulin meningkat dan sebagian asam amino dari dalam serum yang
jumlahnya sudah kurang akan disalurkan ke otot. Kurangnya pembentukan
albumin oleh hepar disebabkan oleh berkurangnya asam amino dalam serum yang
kemudian menimbulkan edema.

Gambar 2. Balita dengan Kwarshiorkor

2.3.3 Marasmik – Kwarshiorkor


Marasmic-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran dari
beberapa gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan Berat Badan
(BB) menurut umur (U) < 60% baku median WHO-NCHS yang disertai edema
yang tidak mencolok.

2.4 Faktor Penyebab Gizi Buruk


Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk pada
balita adalah sebagai berikut :

28
2.4.1 Pola Asuh dalam Praktek Pemberian Makanan
Pengasuhan berasal dari kata asuh yang mempunyai makna menjaga,
merawat dan mendidik anak yang masih kecil. Pengasuhan merupakan faktor
yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia
di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak
masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup
dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan
tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya
menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa.
Menurut Soekirman, pola asuh gizi adalah berupa sikap dan praktek ibu
atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan,
merawat, kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Sedangkan menurut
Engle et al dikutip dari Ritayani menekankan bahwa terdapat tiga faktor yang
berperan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal
yaitu makanan, kesehatan dan asuhan. Untuk tumbuh dengan baik anak tidak
cukup dengan memberinya makan, asal memilih menu makanan dan asal
menyuapi anak nasi. Akan tetapi anak membutuhkan perhatian orangtuanya dalam
memberi makan.
Pola Asuh ibu yang salah akan menyebabkan kurangnya asupan makanan.
Selain itu, asupan makanan yang kurang juga dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, dan anak tidak
cukup atau salah mendapat makanan bergizi seimbang.
Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan balita adalah air, energi, protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Setiap gram protein menghasilkan 4
kalori, lemak menghasilkan 9 kalori, dan karbohidrat menghasilkan 4 kalori.
Distribusi kalori dalam makanan balita dalam keseimbangan diet adalah 15% dari
protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan kalori yang
menetap setiap hari sekitar 500 kalori menyebabkan kenaikan berat badan 500
gram dalam seminggu.
Setiap golongan umur terdapat perbedaan asupan makanan misalnya pada
golongan umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian nasi tim walaupun tidak
perlu disaring. Hal ini dikarenakan pertumbuhan gigi susu telah lengkap apabila

29
sudah berumur 2-2,5 tahun. Lalu pada umur 3-5 tahun balita sudah dapat memilih
makanan sendiri sehingga asupan makanan harus diatur dengan sebaik mungkin.
Memilih makanan yang tepat untuk balita harus menentukan jumlah kebutuhan
dari setiap nutrien, menentukan jenis bahan makanan yang dipilih, dan
menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan yang
dikehendaki.
Sebagian besar balita dengan gizi buruk memiliki pola makan yang kurang
beragam. Pola makanan yang kurang beragam memiliki arti bahwa balita tersebut
mengkonsumsi hidangan dengan komposisi yang tidak memenuhi gizi seimbang.
Berdasarkan dari keseragaman susunan hidangan pangan, pola makanan yang
meliputi gizi seimbang adalah jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan
pokok, zat pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur
yaitu sayur dan buah.

2.4.2 Pengetahuan Ibu tentang Gizi


Ibu merupakan orang yang berperan penting dalam penentuan konsumsi
makanan dalam keluaga khususnya pada anak balita. Pengetahuan yang dimiliki
ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan keluarga. Kurangnya
pengetahuan ibu tentang gizi menyebabkan keanekaragaman makanan yang
berkurang. Keluarga akan lebih banyak membeli barang karena pengaruh
kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan
karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi dalam
kehidupan sehari-hari.

2.4.3 Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Ibu


Rendahnya ekonomi keluarga, akan berdampak dengan rendahnya daya
beli pada keluarga tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi
pangan, merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.
Keadaan sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah kesehatan yang
dihadapi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai

30
masalah tersebut. Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan
yang kurang bergizi.
Bekerja bagi ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu
yang bekerja mempunyai batasan yaitu ibu yang melakukan aktivitas ekonomi
yang mencari penghasilan baik dari sektor formal atau informal yang dilakukan
secara reguler di luar rumah yang akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki
oleh ibu untuk memberikan pelayanan terhadap anaknya. Pekerjaan tetap ibu yang
mengharuskan ibu meninggalkan anaknya dari pagi sampai sore menyebabkan
pemberian ASI tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya.
Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam
keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitasdan kualitas konsumsi pangan
yang merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak
balita.Tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi derajat kesehatan karena
pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan anak. Selain itu, tingkat
pendidikan ibu juga berhubungan dengan status gizi balita karena pendidikan
yang meningkat kemungkinan akan meningkatkan pendapatan dan dapat
meningkatkan daya beli makanan.

2.4.4 Pemberian ASI dan Imunisasi


ASI eksklusif (eksklusif breast feeding) adalah pemberian ASI pada bayi
tanpa tambahan makanan lainnya ataupun cairan lainnya seperti susu formula,
jeruk, madu, teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat apapun seperti
pisang, pepaya, bubur susu biskuit, bubur nasi dan tim sampai usia enam bulan.
Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu minimal 4 bulan dan
akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi
berusia 6 bulan ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, dan
pemberian ASI dapat diteruskan sampai ia berusia 2 tahun.
Mengganti ASI dengan cairan yang tidak bergizi akan berdampak buruk
bagi kondisi bayi, daya tahan hidup, pertumbuhan, dan perkembangannya.
Konsumsi air putih atau cairan lain meskipun dalam jumlah sedikit akan membuat
bayi merasa kenyang, sehingga tidak mau menyusu.

31
Pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat penting, di mana ASI
mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan anak. ASI memiliki zat kekebalan, seperti Imunoglobin (lg)A
sekretorik, yang membuat bayi jarang mengalami infeksi pencernaan. Hal ini yang
menyebabkan balita yang diberi ASI, tidak rentan terhadap penyakit dan dapat
berperan langsung terhadap status gizi balita.
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan tersebut yang menyebabkan balita menjadi tidak terjangkit
penyakit. Apabila balita tidak melakukan imunisasi, maka kekebalan tubuh balita
akan berkurang dan akan rentan terkena penyakit. Hal ini mempunyai dampak
yang tidak langsung dengan kejadian gizi. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan
satu kali tetapi dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit
untuk mempertahankan agar kekebalan dapat tetap melindungi terhadap paparan
bibit penyakit.

2.4.5 Penyakit Penyerta


Adanya penyakit penyerta juga dapat menyebabkan rendahnya status gizi
balita. Kaitan infeksi dan kurang gizi sangat erat, karena keduanya saling terkait
dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan
kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem
pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Penyakit penyerta seperti
diare kronik, Tuberkulosis Paru dan HIV AIDS merupakan penyakit tersering
yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk.
Selain itu, gizi buruk juga dapat terjadi pada BBLR. Bayi berat lahir
rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir.Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah
kelahiran prematur. Bayi prematur mempunyai organ dan alat tubuh yang belum
berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim sehingga semakin muda
umur kehamilan, fungsi organ menjadi semakin kurang berfungsi.
Pada BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah
terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita

32
kurang nafsu makan sehingga asupan makanan yang masuk kedalam tubuh
menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi buruk.

2.5 Komplikasi Gizi Buruk


Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa
karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain
hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia
(kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit
dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan
baik akibatnya anak tidak dapat ”catch up” dan mengejar ketinggalannya maka
dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan
maupun perkembangannya.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk
terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan
bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang
adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan
integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa
percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi anak.
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan
mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang
terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis
gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem
tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan
tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.
Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang
disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang
bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan
sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormon
kortisol, insulin, Growht hormon (hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating
Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut
berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan
kematian.

33
Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP,
khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat
resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi
karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna)
atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada
KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah
terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih
berat hingga mengancam jiwa.

Abedi, A.J, J.P. Srivastava. 2012.The Effect of Vaccination on Nutritional


Status of Pre-school Children in Rural and Urban Lucknow. Aligarh Muslim
University India. Vol. 1(4) September 2012.

Abuya, BA., Onsumu, EO., Kimani, JK., Moore, D. 2011. “Influence of Maternal
Education on Child Imunization and Stunted in Kenya”. Matern Child Health J.
15:1389-1399

Albertina M. 2008. Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Bayi dan Faktor - Faktor
yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di Jakarta dan
Sekitarnya pada Bulan Maret 2008. Departeman Ilmu Kesehatan Anak, FK
UI, Jakarta.

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed
Revisi VI,Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.

34
Universitas Indonesia, Hal 573 – 761.

35

Anda mungkin juga menyukai