Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak
Oleh :
30101507428
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK
RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing,
2
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : An. MYP
TTL/Umur : 27 Desember 2018 / 1 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Demak
Tanggal Masuk : 18 September 2020
No. RM : KLJG01200XXXXXX
No. Reg : RG012XXXXX
Ruang : Dahlia
b. Identitas Orang Tua
Ayah
Nama : Tn. S
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Swasta
Ibu
Nama : Ny.M
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 18
September 2020 pukul 14.00 WIB yang dilakukan di bangsal dahlia
RSUD Sunan Kalijaga Demak serta didukung catatan medik.
a. Keluhan Utama
Sulit makan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli anak RSUD Sunan Kalijaga Demak diantar
oleh Ibu pasien dengan keluhan sulit makan dan berat badan sulit
3
naik. Pasien diberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6
bulan. MPASI dimulai dari usia 6 bulan hinggal 9 bulan dengan
bubur promina. Dalam sehari pasien makan 3x sehari pada jam
07.00, 12.00 dan 15.00 hanya 4 sendok makan. Kemudian
dilanjutkan hingga usia sekarang pasien diberikan nasi dan
berbagai lauk pauk ( sayur, tahu, tempe, ayam, ikan, bakso, telur)
tetapi pasien selalu menolak dan kadang memuntahkan lauk
pauknya. Pasien hanya mau makan nasi saja dan kuah sayur
kurang lebih 4 sendok makan. Kemudian ibu pasien memberikan
cemilan berupa biskuit kepada pasien. Pasien makan biskuit
sebanyak 5-10 biskuit tiap harinya. Pasien juga tidak mau makan
buah. Pasien minum ASI sampai sekarang sebanyak 3x sehari dan
air putih, tidak pernah diberikan susu formula. Ibu pasien
mengatakan pasien sudah diperiksakan kedokter kemudian
diberikan obat OAT selama 7 hari tetapi pasien selalu muntah
ketika diberikan obat. Muntah 3x sehari. BAB dan BAK lancar,
demam (+) sejak 2 hari yang lalu, tidak ada keluhan diare dan tidak
ada keluhan batuk. Ibu pasien mengatakan riwayat imunisasi
pasien lengkap, tetapi tidak membawa buku KMS. Perkembang
asien terlambar, hingga saat ini pasien belum dapat berdiri tegak
dan berjalan.
4
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan anak kelima . Ayah merupakan pegawai swasta
dan ibu merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien berobat
menggunakan BPJS. Pasien tinggal serumah dengan ayah dan ibu.
Ibu pasien mengatakan rumahnya memiliki jamban sendiri dan
sanitasi dikatakan bersih. Kesan ekonomi cukup.
5
i. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : ?
BCG :?
Polio :?
DPT :?
Campak :?
Kesan : Riwayat imunisasi tidak dapat karena tidak disertai bukti
KMS.
BB / TB
Kesan : Gizi Buruk
6
BB / U
Kesan : Sangat Kurus
TB / U
Kesan : Perawakan sangat pendek
7
LK/U
Kesan : Mesocephal
8
Perkembangan
- Usia 1 tahun 9 bulan:
Perilaku sosial :
Tepuk tangan
Memegang cangkir (terlambat)
Gerakan motorik halus :
mengikuti gerakan
memegang mainan
mencoret – coret (terlambat)
Bahasa :
1 kata ( “mba/pak/mbah/ma”) (terlambat)
Gerak motorik kasar :
pasien sudah bisa tengkurap, mengangkat kepala ketika
tengkurap, duduk tanpa dipegangi, berdiri dengan pegangan
(terlambat)
9
- Suhu : 36.8° C (aksila)
4. Status Internus
a. Kepala : mesocephale
b. Bibir : kering (-), sariawan (-)
c. Kulit : Sianosis (-), turgor kembali cepat <2 detik, ikterus
(-), ruam merah (-)
d. Mata : cekung (-/-, isokor, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtivitis (-/-)
e. Hidung : sekret bening (-/-), nafas cuping hidung (-),
f. Telinga : serumen (-/-), discharge (-/-)
g. Mulut : stomatitis angularis (-)
h. Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (+)
i. Thorax :
Pulmo
Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra
simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi
suprasternal, intercostal dan epigastrial (-). Ruam
merah (-)
Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra
simetris
Perkusi : sonor (+)
Auskultasi : suara dasar bronkhovesikular
Suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba di ICS V, 2
cm medial linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop
(-), bising (-)
j. Abdomen :
Inspeksi : tampak cembung
10
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : defense muscular (-), hepatomegali (-),
tugor kulit kembali <2 s”
k. Genitalia : laki-laki, dalam batas normal
l. Ekstremitas :
Muscle wasting (-). Baggy pants (-)
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Udem -/- -/-
Capillary Refill Time <2” <2"
11
SGOT 577 (H) <37 U/L
X-Foto Thorax AP
18/09/2020
Trakea di tengah
COR : ukuran, bentuk, dan letak normal
Pulmo : Corakan vascular meningkat
Tampak bercak pada perihilar parakardial
Hilus tak menebal
Diafragma kanan kiri normal
Sinus kostofrenikus tajam
Kesan : Cor tidak membesar, bentuk dan letak normal
Gambaran Bronchopneumonia
12
I. PROBLEM PASIEN
- • Gizi buruk
• Developmental delay
13
Ip. Tx :
Medikamentosa
Inf KN3B 8 tpm
PO Vitamin A 200.000 mg
PO Asam folat 1 x 5 mg
PO zinc 1x10 mg
Inj Ondancentron 1 x1/2 mg
Non medikamentosa
Diit F75 12x70 cc
• Ip. Mx :
Keadaan umum, keaktifan gerak, tanda-tanda vital (nadi, suhu,
HR)
Berat badan
Nafsu makan dan minum
• Ip. Ex :
o Menjelaskan kepada ibu penyakit yang dialami pasien
o Menjelaskan komplikasi apabila pasien tidak ditangani atau tidak
diobati
o Edukasi ibu tentang pembuatan susu F75 dan meminum susu
sampai habis
o Edukasi ibu mengenai kewajiban untuk memberikan ASI eksklusif
hingga 2 tahun tanpa pemberian susu formula
o Edukasi ibu mengenai asupan makanan anak
o Pemantauan tumbuh kembang anak
DEVELOPMENTAL DELAY
Ip. Dx :
a. Subyektif :-
b. Obyektif :-
14
Ip. Tx :
Fisioterapi
• Ip. Mx :
Pertumbuhan dan perkembangan anak
• Ip. Ex :
o Pemantauan tumbuh kembang anak
V. PROGNOSIS
GIZI BURUK
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
DEVELOPMENTAL DELAY
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
15
VI. PROGRESS NOTE
Waktu/ Tanggal Hari ke 2 perawatan Hari ke 3 perawatan
19/09/20 20/09/20
Keluhan Mual (+), Muntah 1x setelah Muntah 2x cairan, makan (-),
minum obat, Demam (-), demam (+), minum susu F75
makan (-), minum ASI, susu habis. BAB (+) cair ampas warna
F75 habis kuning
Keadaan umum CM, cukup aktif, anak CM, cukup aktif, anak tampak
tampak kurus kurus
Vital: nadi 110 x/mnt 110 x/mnt
RR 24x/mnt 24 x/mnt
Suhu 36,8ºC 38,0 ºC
BB 6,7 kg 7,0 kg
PF : Kepala rambut hitam, rambut rambut hitam, rambut mudah
mudah dicabut (-) dicabut (-)
Mata bercak bitot -/- bercak bitot -/-
Mulut kering (-), stomatitis kering (-), stomatitis angularis (-),
angularis (- ), lidah tasbih lidah tasbih (-)
Leher Pemb KGB (-) Pemb KGB (-)
Abdomen Datar, Supel, BU (+) Datar, Supel, BU (+) normal,
normal, timpani timpani
Turgor kembali cepat Turgor kembali cepat
Ekstremitas Akral dingin (-), Sianosis Akral dingin (-), Sianosis (-),
(-), Capillary refil <2 detik Capillary refil <2 detik
Muscle wasting (-) Muscle wasting (-)
Baggy pants (-) Baggy pants (-)
Edema (-) Edema (-)
PP GDS : 103
HBSAg (-)
APTT : 33,5 (H)
PT : 15,9 (H)
Golongan darah : AB
IgM anti HAV : 0,251
16
Urin rutin : dbn
Asses Gizi Buruk Gizi Buruk
Developmental Delay Disfungsi hepar
Developmental Delay
Terapi
Inf KN3B 8 tpm + +
Inj ondancentron + +
3 x1/4 amp
PO vitamin A
200.000 mg + +
PO zinc 1x10 mg + +
PO asam folat + +
1x1 mg
Paracetamol drop - +
3x0,7 ml
Inj Vit K 1 x 2mg - +
Diit
F75 8x100 cc + +
Program Igm anti HAV, APTT & PT
17
Leher Pemb KGB (-) Pemb KGB (-)
Abdomen Datar, Supel, BU (+) Datar, Supel, BU (+) normal,
normal, timpani timpani
Turgor kembali cepat Turgor kembali cepat
Ekstremitas Akral dingin (-), Sianosis Akral dingin (-), Sianosis (-),
(-), Capillary refil <2 detik Capillary refil <2 detik
Muscle wasting (-) Muscle wasting (-)
Baggy pants (-) Baggy pants (-)
Edema (-) Edema (-)
PP Test mantoux : 2 cm Gambaran darah tepi : Anemia
Skoring TB : 8 mikrositik hipokromik
18
porsi
Program USG Abdomen Cek ulang SGOT,SGPT
KESAN :
TAK TMPAK KELAINAN LAIN PADA SONOGRAFI ORGAN INTRABDOMEN TERSEBUT SAAT
INI
19
BB 7,1 kg 7,1 kg
PF : Kepala rambut hitam, rambut rambut hitam, rambut mudah
Mata mudah dicabut (-) dicabut (-)
Mulut bercak bitot -/- bercak bitot -/-
kering (-), stomatitis kering (-), stomatitis angularis (-),
angularis (-), lidah tasbih lidah tasbih (-)
Leher Pemb KGB (-) Pemb KGB (-)
Abdomen Datar, Supel, BU (+) Datar, Supel, BU (+) normal,
normal, timpani timpani
Turgor kembali cepat Turgor kembali cepat
Ekstremitas Capillary refil <2 detik Capillary refil <2 detik
Muscle wasting (-) Muscle wasting (-)
Baggy pants (-) Baggy pants (-)
Edema (-) Edema (-)
PP SGOT : 160 ( H) Urin rutin : normal
SGPT : 246 (H) Ph 6,5
Feses rutin :
Lendir (+)
Eritrosit (+)
Leukosit(+)
Asses Gizi Buruk Gizi Buruk
TB paru TB paru
Disfungsi hepar Diafungsi hepar
Developmental Delay Developmental Delay
Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi
Terapi
Inf KN3B 8 tpm - -
PO vitamin A + +
200.000 mg
PO zinc 1x10 mg + +
PO asam folat + +
1x1 mg
FDC paed tab - -
20
(RHZ) 1X1 +
PO urdafalk 2x -
70 mg (pulv)
Diit
F100 8x100 cc + +
Bubur saring ½ + +
porsi
Bubur susu ½ + +
porsi
Program Cek Feses rutin dan urin Cek darah rutih, SGOT, SGPT
rutin Konsul fisioterapi
21
Leukosit : 4500 Leukosit : 4500
Ht : 20,8 Ht : 27,1
Trombosit Trombosit : 142.000
SGOT : 20,8 SGOT : 49
SGPT : 124 SGPT : 71
Asses Gizi Buruk Gizi Buruk
TB paru TB paru
Disfungsi hepar Diafungsi hepar
Developmental Delay Developmental Delay
Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi
Terapi
Inf KN3B 8 tpm - -
PO vitamin A + +
200.000 mg
PO zinc 1x10 mg + +
PO asam folat + +
1x1 mg
FDC paed tab - -
(RHZ) 1X1
Diit
F100 8x110 cc + +
Bubur saring ½ + +
porsi (pagi)
Bubur susu ½ + +
porsi (sore)
Program
Transfusi PRC 50 + -
cc dalam 4 jam
22
Waktu/ Tanggal Hari ke 10 perawatan Hari ke 11 perawatan
27/09/20 28/09/20
Keluhan - -
Keadaan umum CM, cukup aktif, anak CM, cukup aktif, anak tampak
tampak kurus kurus
Vital: nadi 107x/mnt 108 x/mnt
RR 24x/mnt 25 x/mnt
Suhu 36,4ºC 36,6 ºC
BB 7,4 kg 7,5 kg
PF : Kepala rambut hitam, rambut rambut hitam, rambut mudah
mudah dicabut (-) dicabut (-)
Mata bercak bitot -/- bercak bitot -/-
Mulut kering (-), stomatitis kering (-), stomatitis angularis (-),
angularis (-), lidah tasbih lidah tasbih (-)
Leher Pemb KGB (-) Pemb KGB (-)
Abdomen DBN DBN
Ekstremitas Capillary refil <2 detik Capillary refil <2 detik
Muscle wasting (-) Muscle wasting (-)
Baggy pants (-) Baggy pants (-)
Edema (-) Edema (-)
PP Hb : 13
Leukosit : 6000
Ht : 41,6
Trombosit : 291.000
23
PO asam folat + +
1x10 mg
FDC paed tab - -
(RHZ) 1X1
Diit
F100 8x110 cc + +
Bubur saring ½ + +
porsi (pagi)
Bubur susu ½ + +
porsi (sore)
Program Boleh pulang
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
25
Tabel 1. Penentuan Status Gizi secara Klinis dan Antropometri
26
Gambar 1. Balita dengan Marasmus
2.3.2 Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan
oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang
inadekuat. Kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi
buruk. Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu, perubahan
mental, pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun
berat, gejala gastrointestinal, rambut kepala mudah dicabut, kulit penderita
biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan
lebar, sering ditemukan hiperpigmentasi dan persikan kulit,pembesaran hati,
anemia ringan, pada biopsi hati ditemukan perlemakan.
Gangguan metabolik dan perubahan sel dapat menyebabkan perlemakan
hati dan oedema. Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi proses katabolisme
jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi dengan
jumlah kalori yang cukup dalam asupan makanan. Kekurangan protein dalam diet
akan menimbulkan kekurangan asam amino esensial yang dibutuhkan untuk
sintesis. Asupan makanan yang terdapat cukup karbohidrat menyebabkan
27
produksi insulin meningkat dan sebagian asam amino dari dalam serum yang
jumlahnya sudah kurang akan disalurkan ke otot. Kurangnya pembentukan
albumin oleh hepar disebabkan oleh berkurangnya asam amino dalam serum yang
kemudian menimbulkan edema.
28
2.4.1 Pola Asuh dalam Praktek Pemberian Makanan
Pengasuhan berasal dari kata asuh yang mempunyai makna menjaga,
merawat dan mendidik anak yang masih kecil. Pengasuhan merupakan faktor
yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia
di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak
masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup
dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan
tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya
menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa.
Menurut Soekirman, pola asuh gizi adalah berupa sikap dan praktek ibu
atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan,
merawat, kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Sedangkan menurut
Engle et al dikutip dari Ritayani menekankan bahwa terdapat tiga faktor yang
berperan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal
yaitu makanan, kesehatan dan asuhan. Untuk tumbuh dengan baik anak tidak
cukup dengan memberinya makan, asal memilih menu makanan dan asal
menyuapi anak nasi. Akan tetapi anak membutuhkan perhatian orangtuanya dalam
memberi makan.
Pola Asuh ibu yang salah akan menyebabkan kurangnya asupan makanan.
Selain itu, asupan makanan yang kurang juga dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, dan anak tidak
cukup atau salah mendapat makanan bergizi seimbang.
Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan balita adalah air, energi, protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Setiap gram protein menghasilkan 4
kalori, lemak menghasilkan 9 kalori, dan karbohidrat menghasilkan 4 kalori.
Distribusi kalori dalam makanan balita dalam keseimbangan diet adalah 15% dari
protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan kalori yang
menetap setiap hari sekitar 500 kalori menyebabkan kenaikan berat badan 500
gram dalam seminggu.
Setiap golongan umur terdapat perbedaan asupan makanan misalnya pada
golongan umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian nasi tim walaupun tidak
perlu disaring. Hal ini dikarenakan pertumbuhan gigi susu telah lengkap apabila
29
sudah berumur 2-2,5 tahun. Lalu pada umur 3-5 tahun balita sudah dapat memilih
makanan sendiri sehingga asupan makanan harus diatur dengan sebaik mungkin.
Memilih makanan yang tepat untuk balita harus menentukan jumlah kebutuhan
dari setiap nutrien, menentukan jenis bahan makanan yang dipilih, dan
menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan yang
dikehendaki.
Sebagian besar balita dengan gizi buruk memiliki pola makan yang kurang
beragam. Pola makanan yang kurang beragam memiliki arti bahwa balita tersebut
mengkonsumsi hidangan dengan komposisi yang tidak memenuhi gizi seimbang.
Berdasarkan dari keseragaman susunan hidangan pangan, pola makanan yang
meliputi gizi seimbang adalah jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan
pokok, zat pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur
yaitu sayur dan buah.
30
masalah tersebut. Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan
yang kurang bergizi.
Bekerja bagi ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu
yang bekerja mempunyai batasan yaitu ibu yang melakukan aktivitas ekonomi
yang mencari penghasilan baik dari sektor formal atau informal yang dilakukan
secara reguler di luar rumah yang akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki
oleh ibu untuk memberikan pelayanan terhadap anaknya. Pekerjaan tetap ibu yang
mengharuskan ibu meninggalkan anaknya dari pagi sampai sore menyebabkan
pemberian ASI tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya.
Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam
keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitasdan kualitas konsumsi pangan
yang merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak
balita.Tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi derajat kesehatan karena
pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan anak. Selain itu, tingkat
pendidikan ibu juga berhubungan dengan status gizi balita karena pendidikan
yang meningkat kemungkinan akan meningkatkan pendapatan dan dapat
meningkatkan daya beli makanan.
31
Pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat penting, di mana ASI
mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan anak. ASI memiliki zat kekebalan, seperti Imunoglobin (lg)A
sekretorik, yang membuat bayi jarang mengalami infeksi pencernaan. Hal ini yang
menyebabkan balita yang diberi ASI, tidak rentan terhadap penyakit dan dapat
berperan langsung terhadap status gizi balita.
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan tersebut yang menyebabkan balita menjadi tidak terjangkit
penyakit. Apabila balita tidak melakukan imunisasi, maka kekebalan tubuh balita
akan berkurang dan akan rentan terkena penyakit. Hal ini mempunyai dampak
yang tidak langsung dengan kejadian gizi. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan
satu kali tetapi dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit
untuk mempertahankan agar kekebalan dapat tetap melindungi terhadap paparan
bibit penyakit.
32
kurang nafsu makan sehingga asupan makanan yang masuk kedalam tubuh
menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi buruk.
33
Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP,
khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat
resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi
karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna)
atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada
KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah
terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih
berat hingga mengancam jiwa.
Abuya, BA., Onsumu, EO., Kimani, JK., Moore, D. 2011. “Influence of Maternal
Education on Child Imunization and Stunted in Kenya”. Matern Child Health J.
15:1389-1399
Albertina M. 2008. Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Bayi dan Faktor - Faktor
yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di Jakarta dan
Sekitarnya pada Bulan Maret 2008. Departeman Ilmu Kesehatan Anak, FK
UI, Jakarta.
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed
Revisi VI,Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.
34
Universitas Indonesia, Hal 573 – 761.
35