Disusun oleh:
Rike Iman Wicaksono
012085766
Pembimbing:
dr. Azizah, Sp.A.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. NU
Umur : 13 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Mutih kulon RT 02/02 Wedung Demak
h. Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Jumlah Dasar
1. BCG 1x 1 bulan
2. Polio 4x 0, 2, 4,6 bulan
3. Hepatitis B 3x 0,2,4 bulan
4. DPT 3x 2, 4, 6 bulan
5. Campak 1x 9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap tepat bulan
i. Riwayat Gizi
ASI : ASI ekslusif diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulan,
kemudian ASI berlanjut sampai usia 2 tahun.
MP-ASI : Umur 6-8 bulan mendapat makanan pendamping berupa
bubur susu, umur 9 bulan mendapat makanan pendamping ASI
berupa nasi tim-sayur-dan lauk (hati/daging/telur/ayam). Umur
1 tahun hingga sekarang mendapat makanan orang dewasa
(nasi, lauk, sayur dan buah)
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan baik
BB : 30 kg
TB : 135 cm
WAZ = 30 –46,8 = -2,1 (gizi lebih)
7,70
HAZ = 135 – 146,5 = -1,64 (normal)
7,00
WHZ = 30 – 30,1 = - 0,03 (normal)
3,1
Kesan status gizi : Gizi baik
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 17 Juni 2020, pukul 10.00 WIB
Berat badan : 30 kg
Panjang Badan : 145 cm
Nadi : 86 x/menit, isi dan tegangan cukup
Suhu : 36,2 oC
Frekuensi pernafasan : 28 kali/menit
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Kesadaran/KU : Compos mentis, anak tampak lemas dan pucat
Kulit : Sianosis (-), ikterik (-), hiperpigmentasi (-), tanda
perdarahan (-)
Kepala : Mesocephal
Rambut : Rambut merah (-), mudah dicabut (-)
Mata : Pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-)
Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- -/-
Capillary refill < 2″ < 2″
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5/5 5/5
Reflek fisiologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tonus Normotoni Normotoni
Klonus -/- -/-
3. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Darah Rutin (17 Juni 2020)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1. Assesment : Talasemia
DD : Anemia defisiensi besi
Anemia penyakit kronik
Anemia aplastik
Anemia hemolitik
Perdarahan
IP. Dx : S:-
O : Laboratorium darah rutin, darah tepi, elektroforesis Hb
IP. Tx :
PRC Leukodepleted 2 kolf @ 250 cc
Kalsirox ( Deferasirox ) syrup 500 mg 1 x 1 cth
IP. Mx :
Evaluasi KU, TTV, darah rutin (Hb, Ht, leukosit, trombosit)
IP. Ex :
Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit dan kondisi pasien saat
ini yang membutuhkan tranfusi rutin setiap bulan.
Menjelaskan kepada keluarga mengenai kemungkinan resiko
terjadinya reaksi tranfusi.
Menjelaskan kepada keluarga mengenai komplikasi dari pemberian
transfusi jangka panjang yang mungkin terjadi pada pasien.
Talasemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang
dimaksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, karena penyakit ini pertama kali
dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Talasemia adalah penyakit genetik yang
diturunkan secara autosomal dominan menurut hukum Mendel dari orang tua kepada
akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino
heterozigot) yang disebut Talasemia minor atau Talasemia trait (carrier = pengemban
sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut Talasemia mayor.
Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit
Talasemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang
Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA yang
bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925. Beliau menjumpai anak-anak yang
menderita anemia dengan pembesaran limpa setelah berusia satu tahun. Oleh sebab itu,
anemia ini dinamakan anemia splenic atau eritroblastosis atau anemia mediteranean
2.2. Epidemiologi
menyebutkan 250 juta penduduk dunia (4,5%) membawa genetik Talasemia. Dari
250 juta, 80-90 juta di antaranya membawa genetik Talasemia Beta. Pada beberapa
penelitian, penyebaran Talasemia meliputi kawasan sabuk bola dunia,yang dimulai
sabuk Talasemia inilah yang sering disebut sebagai jalur penyebaran penyakit ini.
Wilayah dengan prevalensi tinggi talasemia adalah sekitar Laut Tengah, Timur
Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di Indonesia jumlah
penderita Talasemia hingga tahun 2009 naik menjadi 8, 3 persen dari 3.653
penderita yang tercatat pada tahun 2006. Hampir 90% para penderita penyakit
genetik sintesis Hemoglobin (Hb) ini berasal dari kalangan masyarakat miskin.
Talasemia-α mayor adalah penyakit yang mematikan, dan semua janin yang
terkena akan lahir dalam keadaan hydrops fetalis akibat anemia berat. Beberapa
perawatan medis yang ekstensif setelahnya, termasuk transfusi darah teratur dan
terapi khelasi, sama dengan penderita Talasemia-β mayor. Terdapat juga laporan
kasus yang lebih jarang mengenai neonatus dengan Talasemia-α mayor yang lahir
tanpa hydrops fetalis yang bertahan tanpa transfusi intrauterin. Pada kasus ini,
bervariasi sesuai tingkat keparahan dan kualitas perawatan. Talasemia-β mayor yang
berat akan berakibat fatal bila tidak diterapi. Gagal jantung akibat anemia berat atau
iron overload adalah penyebab tersering kematian pada penderita. Penyakit hati,
infeksi fulminan, atau komplikasi lainnya yang dicetuskan oleh penyakit ini atau
yang tidak diterapi mereka yang mendapat terapi yang dirancang dengan baik tetap
overload, infeksi berat yang kronis yang dicetuskan transfusi darah, atau komplikasi
dari terapi khelasi, seperti katarak, tuli atau infeksi merupakan komplikasi yang
potensial.
Usia
timbulnya gejala bervariasi secara signifikan. Dalam talasemia, kelainan klinis pada
pasien dengan kasus-kasus yang parah dan temuan hematologik pada pembawa
(carrier) tampak jelas pada saat lahir. Ditemukannya hipokromia dan mikrositosis
yang tidak jelas penyebabnya pada neonatus, digambarkan di bawah ini, sangat
mendukung diagnosis.
Namun, pada Talasemia-β berat, gejala mungkin tidak jelas sampai paruh kedua
tahun pertama kehidupan sampai waktu itu, produksi rantai globin γ dan
Talasemia ringan sering ditemukan secara kebetulan pada berbagai usia. Banyak
terpengaruh) mungkin tidak menunjukkan gejala atau anemia yang signifikan selama
beberapa tahun. Hampir semua pasien dengan kondisi tersebut dikategorikan sebagai
Talasemia-β intermedia. Situasi ini biasanya terjadi jika pasien mengalami mutasi
2.3. Etiologi
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan
dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang
diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari
kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya
2.4. Klasifikasi
sedangkan secara klinis dibedakan atas Talasemia mayor dan minor. Hemoglobin
terdiri dari dua jenis rantai protein, yaitu rantai alfa globin dan rantai beta globin.
Jika terdapat masalah pada alfa globin dari hemoglobin, hal ini disebut Talasemia
alfa. Dan jika masalah ditemukan pada beta globin hal ini disebut Talasemia beta.
Kedua bentuk alfa dan beta mempunyai bentuk dari ringan atau berat. Bentuk berat
a. Talasemia Alfa
Rantai Hemoglobin
Pada gambar diatas, empat gen dilibatkan di dalam membuat globin alfa yang
alfa terjadi dimana satu atau lebih varian gen ini hilang.
Orang dengan hanya satu gen mempengaruhi disebut silent carriers dan tidak
Orang dengan tiga gen yang yang dipengaruhi akan menderita anemia sedang
Bayi dengan empat gen dipengaruhi disebut Talasemia alfa mayor atau hydrops
fetalis. Pada umumnya mati sebelum atau tidak lama sesudah kelahiran.
Jika kedua orang menderita alfa Talasemia trait (carriers) memiliki seorang anak, bayi
b. Talasemia Beta
Melibatkan dua gen di dalam membuat beta globin yang merupakan bagian dari
hemoglobin, masing-masing satu dari setiap orangtua. Beta Talasemia terjadi ketika satu
atau kedua gen mengalami variasi. Jika salah satu gen dipengaruhi, seseorang akan
menjadi carrier dan menderita anemia ringan. Kondisi ini disebut Talasemia trait/beta
Talasemia minor, jika kedua gen dipengaruhi, seseorang akan menderita anemia sedang
(Talasemia beta intermedia atau anemia Cooley’s yang ringan) atau anemia yang berat
Anemia Cooley’s, atau beta Talasemia mayor jarang terjadi. Suatu survei tahun 1993
ditemukan 518 pasien anemia Cooley’s di Amerika Serikat. Kebanyakan dari mereka
mempunyai bentuk berat dari penyakit, tetapi mungkin kebanyakan dari mereka tidak
terdiagnosis.
Jika dua orang tua dengan beta Talasemia trait (carriers) mempunyai seorang bayi, salah
Bayi bisa menerima dua gen normal ( satu dari masing-masing orangtua) dan
mempunyai darah normal ( 25 %).
Bayi bisa menerima satu gen normal dan satu varian gen dari orangtua yang
Talasemia trait ( 50 %).
Bayi bisa menerima dua gen Talasemia ( satu dari masing-masing orangtua) dan
2.5. Patogenesis
produksi rantai globin. Penurunan produksi dari satu atau lebih rantai globin tertentu
Karena dua tipe rantai globin (α dan non-α) berpasangan antara satu sama lain
dengan rasio hampir 1:1 untuk membentuk Hb normal, maka akan terjadi produksi
berlebihan dari rantai globin yang normal dan terjadi akumulasi rantai tersebut di
dalam sel menyebabkan sel menjadi tidak stabil dan memudahkan terjadinya
destruksi sel. Ketidakseimbangan ini merupakan suatu tanda khas pada semua
bentuk Talasemia. Karena alasan ini, pada sebagian besar Talasemia kurang sesuai
disebut sebagai hemoglobinopati karena pada tipe Talasemia tersebut didapatkan
rantai globin normal secara struktural dan juga karena defeknya terbatas pada
Tipe Talasemia biasanya membawa nama dari rantai yang tereduksi. Reduksi
bervariasi dari mulai sedikit penurunan hingga tidak diproduksi sama sekali
(complete absence). Sebagai contoh, apabila rantai β hanya sedikit diproduksi, tipe
menandakan bahwa pada tipe tersebut rantai β tidak diproduksi sama sekali.
darah merah menjadi lebih kecil, yang mengarah kegambaran klasik Talasemia yaitu
anemia hipokromik mikrositik. Hal ini berlaku hampir pada semua bentuk anemia
yang disebabkan oleh adanya gangguan produksi dari salah satu atau kedua
komponen Hb : heme atau globin. Namun hal ini tidak terjadi pada silent carrier,
karena pada penderita ini jumlah Hb dan indeks sel darah merah berada dalam batas
normal.
Pada tipe trait Talasemia-β yang paling umum, level Hb A2 (δ2/α2) biasanya
meningkat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan rantai δ oleh rantai α
untuk dijadikan pasangan. Gen δ, tidak seperti gen β dan α, diketahui memiliki
2,5-3% dari total Hb). Sebagian dari rantai α yang berlebihan digunakan untuk
bereaksi dengan membran sel, mengintervensi divisi sel normal, dan bertindak
sebagai benda asing sehingga terjadinya destruksi dari sel darah merah. Tingkat
toksisitas yang disebabkan oleh rantai yang berlebihan bervariasi berdasarkan tipe
dari rantai itu sendiri (misalnya toksisitas dari rantai α pada Talasemia-β lebih nyata
Dalam bentuk yang berat, seperti Talasemia-β mayor atau anemia Cooley,
berlebihan. Kelebihan rantai α bebas yang signifikan akibat kurangnya rantai β akan
(eritropoesis inefektif).
dengan baik proses fisiologis dari produksi rantai globin pada orang sehat atau
normal. Suatu unit rantai globin merupakan komponen utama untuk membentuk
berbeda dari rantai globin akan membentuk struktur tetramer dengan Heme sebagai
intinya. Semua Hb normal dibentuk dari dua rantai globin α (atau mirip-α) dan dua
rantai globin non-α. Bermacam-macam tipe Hb terbentuk, tergantung dari tipe rantai
Gower-2, berpasangan dengan rantai ε (α2ε2). Hb Fetal dibentuk dari α2γ2 dan Hb
dewasa primer (Hb A) dibentuk dari α2β2. Hb fisiologis yang ketiga, Hb A2,
2.6. Patofisiologi
rantai globin. Namun, konsekuensi akumulasi dari produksi rantai globin yang
berlebihan berbedabeda pada tiap tipe Talasemia. Pada Talasemia-β rantai α yang
sel darah merah dan, dengan berbagai cara menimbulkan hampir semua gejala yang
bermanifestasi pada sindroma Talasemia-β, situasi ini tidak terjadi pada Talasemia-
α. Rantai globin yang berlebihan pada Talasemia-α adalah rantai γ pada tahun-tahun
pertama kehidupan dan rantai β pada usia yang lebih dewasa. Rantai-rantai tipe ini
relatif tidak stabil, mampu tetap bertahan (viable) dan dapat memproduksi molekul
Hb seperti Hb Bart (γ4) dan Hb H (β4). Perbedaan dasar pada dua tipe utama ini
mempengaruhi perbedaan besar pada manifestasi klinis dan tingkat keparahan dari
penyakit ini.
Rantai α yang terakumulasi di dalam prekursor sel darah merah bersifat tidak
(mengakibatkan kerusakan yang signifikan), dan mengganggu divisi sel. Kondisi ini
Sebagai tambahan, sel-sel yang bertahan yang sampai ke sirkulasi darah perifer
hemolisis; hal ini berarti bahwa baik hemolisis maupun eritropoesis inefektif
rantai γ, yang mampu untuk berpasangan dengan sebagian rantai α yang berlebihan
sebagian rantai berlebih tidak diragukan lagi dapat mengurangi gejala dari penyakit
menimbulkan mekanisme lain untuk melindungi sel darah merah pada penderita
menstimulasi produksi dari eritropoetin. Akibatnya, ekspansi luas dari massa eritroid
yang inefektif akan menyebabkan ekspansi tulang berat dan deformitas. Baik
menambah gejala klinis dan manifestasi laboratorium dari penyakit ini. Sel darah
merah abnormal dalam jumlah besar akan diproses di limpa, yang bersama-sama
dengan adanya hematopoesis sebagai respon dari anemia yang tidak diterapi, akan
hipersplenisme.
Apabila anemia kronik pada penderita dikoreksi dengan transfusi darah secara
teratur, maka ekspansi luas dari sumsum tulang akibat eritropoesis inefektif dapat
dicegah atau dikembalikan seperti semula. Memberikan sumber besi tambahan secara
teori hanya akan lebih merugikan pasien. Namun, hal ini bukanlah masalah yang
sebenarnya karena penyerapan besi diregulasi oleh dua faktor utama : eritropoesis
inefektif dan jumlah besi pada penderita yang bersangkutan. Eritropoesis yang
dari gen HAMP yang memproduksi hormone hepar yang dinamakan hepcidin,
regulator utama pada absorpsi besi di usus dan resirkulasi besi oleh makrofag. Hal ini
dan terjadi peningkatan jumlah hormon hepcidin; sehingga penyerapan besi akan
menurun akibat meningkatnya jumlah hepsidin. Namun, hal ini tidak terjadi pada
tersebut dan mencegah terjadinya produksi hepsidin sehingga absorpsi besi terus
Efek hepsidin terhadap siklus besi dilakukan melalui kerja hormon lain bernama
ferroportin, yang mentransportasikan besi dari enterosit dan makrofag menuju plasma
dan menghantarkan besi dari plasenta menuju fetus. Ferroportin diregulasi oleh
jumlah penyimpanan besi dan jumlah hepsidin. Hubungan ini juga menjelaskan
mengapa penderita dengan Talasemia-β yang memiliki jumlah besi yang sama
memiliki jumlah ferritin yang berbeda sesuai dengan apakah mereka mendapat
transfusi darah teratur atau tidak. Sebagai contoh, penderita Talasemia-β intermedia
yang tidak mendapatkan transfusi darah memiliki jumlah ferritin yang lebih rendah
Kebanyakan besi non-heme pada individu yang sehat berikatan kuat dengan
protein pembawanya, transferrin. Pada keadaan iron overload, seperti pada Talasemia
berat, transferrin tersaturasi, dan besi bebas ditemukan di plasma. Besi ini cukup
Gejala yang didapat pada pasien berupa gejala umum anemia yaitu: anemis,
pucat, mudah capek, dan adanya penurunan kadar hemoglobin. Hal ini disebabkan
hemoglobin. Kompensasi tubuh agar suplai oksigen ke jaringan tetap terjaga maka
jantung sebagai pemompa darah berdenyut lebih keras dan sering yang disebut
sebagai takikardia di mana hal ini juga terjadi pada anak (denyut nadi 120 kali/menit,
normal 60-100 kali.menit). Tetapi frekuensi respirasi pasien dalam tahap normal 24
Lemas dan mudah capek disebabkan oleh karena suplai oksigen ke jaringan
untuk oksidasi sel sebagai proses penghasil energi berkurang. Pasien mengalami
penurunan kadar hemoglobin (4,8 g/dl) di mana nilai rujukan normal untuk anak-anak
sebesar 10-16 g/dl. Penurunan ini dapat disebabkan oleh adanya kelainan
destruksi eritrosit secara cepat kurang dari masa hidupnya (120 hari) disebut sebagai
hemolisis.
Adanya hepatomegali dan splenomegali merupakan salah satu tanda dari anemia
membuat garis diagonal antara arcus costarum dengan crista illiaca melewati
umbulicus, lalu dari garis tersebut dibagi menjadi delapan bagian. Satu bagian
dinamakan satu shuffner). Splen atau limpa secara normal bertugas menghancurkan
eritrosit tua maupun abnormal sehingga dapat melepaskan hemoglobin yang akan
sintesis limfosit dan sel plasma dalam system imun, dan membentuk eritrosit baru saat
abnormal cepat dihancurkan oleh limpa dan hati dengan bantuan makrofag sehingga semakin
banyak eritrosit abnormal maka kerja limpa akan semakin berat. Hal inilah yang
menyebabkan adanya splenomegali. Selain destruksi eritrosit di limpa juga terdapat di hati.
Selain itu sebagai kompensasi atau umpan balik dari penurunan kadar hemoglobin akibat
oksigenasi ke jaringan kurang merangsang terjadinya eritropoesis 6-8 kali lipat oleh sumsum
tulang. Untuk menunjang dan membantu kerja sumsum tulang dalam eritropoesis sehingga
terbentuk eritropoesis ekstramedular pada limpa dan hati sehingga merupakan salah satu
penyebab hepatosplenomegali.
Pada pasien hemoglobinopati anemia sel sabit tidak ditemukan hepatomegali di mana
limpa mengecil dikarenakan terjadinya infark. Selain itu makrofag di limpa lebih aktif
dibandingkan makrofag pada hati. Penyebab lain hepatomegali pada pasien disebabkan oleh
pemberian obat penambah darah dan penyerapan besi meningkat akibat peningkatan
eritropoesis di mana mengandung preparat besi (sulfas ferrosus) sehingga terjadi penimbunan
cadangan besi berlebih. Padahal hati secara normal berfungsi sebagai sintesis ferritin
(simpanan besi) dan transferin (protein pengikat besi) dan sebagai tempat penyimpanan
imunitas tubuh sehingga tubuh rentan terhadap infeksi mikroorganisme. Limpa sebagai
tempat sintesis limfosit dan sel plasma (bahan antibodi) merupakan salah satu pertahanan
imunitas tubuh. Hati sebagai tempat yang sering dilalui mikroorganisme patogenik yang akan
infeksi dimana terdapat tanda-tanda infeksi pada pasien, yaitu : suhu (38,00C), panas, tonsil
membesar dan kemerahan, dan faring kemerahan. Infeksi ini bisa didapatkan dari
terhadap infeksi. Tonsil merupakan salah satu jaringan limfoid yang memproduksi limfosit
untuk pertahanan imunitas tubuh dan akan membesar apabila bekerja berlebihan terhadap
suatu infeksi atau penurunan imunitas lainnya. Infeksi mikroorganisme menyerang saluran
pencernaan salah satu faring sehingga membuat organ tersebut mengalami kemerahan. Gejala
1. Tampak pucat dan lemah karena kebutuhan jaringan akan oksigen tidak
sumsum hebat
3. Hepatosplenomegali yang disebakan oleh penghancuran sel darah merah
dan trabekula kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan diploe dan pada anak
menarse dan gangguan perkembangan sifat seks sekunder. Selain itu juga
perikarditis.
6. Sebagai sindrom klinik penderita Talasemia mayor (homozigot) yang telah agak
pertumbuhan, anak menjadi kurus bahkan kurang gizi, perut membuncit akibat
Penderita yang menderita Talasemia minor, hanya sebagai carrier dan hanya
darah. Situasi ini dapat sangat erat menyerupai dengan anemia kekurangan zat besi
ringan. Namun, orang dengan talasemia minor memiliki tingkat besi darah normal
(kecuali mereka miliki adalah kekurangan zat besi karena alasan lain). Tidak ada
perawatan yang diperlukan untuk Talasemia minor. Secara khusus, besi tidak perlu
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita Talasemia adalah
Darah rutin
ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. Bila terjadi hipersplenisme akan terjadi
Hitung retikulosit
gambaran sediaan darah tepi akan ditemukan retikulosit, poikilositosis, tear drops
terjadi karena defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi SI akan menurun,
Kadar unconjugated bilirubin akan meningkat sampai 2-4 mg%. bila angka tersebut
sudah terlampaui maka harus dipikir adanya kemungkinan hepatitis, obstruksi batu
empedu dan cholangitis. Serum SGOT dan SGPT akan meningkat dan menandakan
adanya kerusakan hepar. Akibat dari kerusakan ini akan berakibat juga terjadi
2. Elektroforesis Hb
Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan eleltroforesis hemoglobin.
Pemeriksaan ini tidak hanya ditujukan pada penderita Talasemia saja, namun juga
pada orang tua, dan saudara sekandung jika ada. Pemeriksaan ini untuk melihat jenis
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat aktif sekali.
Ratio rata-rata antara eritroid dan mieloid adalah 10 : 8. pada keadaan normal
4. Pemeriksaan roentgen
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila tidak
berkurang, dan dapat diperbaiki dengan pemberian tranfusi darah secara berkala.
Apabila tranfusi tidak optimal terjadi ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari
memberikan gambaran yang khas, disebut dengan “hair on end” yaitu menyerupai
2.9. Penatalaksanaan
Penderita trait Talasemia tidak memerlukan terapi ataupun perawatan lanjut
setelah diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi sebaiknya tidak diberikan kecuali
memang dipastikan terdapat defisiensi besi dan harus segera dihentikan apabila nilai
Hb yang potensial pada penderita tersebut telah tercapai. Diperlukan konseling pada
semua penderita dengan kelainan genetik, khususnya mereka yang memiliki anggota
Penderita Talasemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen transfusi darah
merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup. Transfusi darah harus dimulai
pada usia dini ketika anak mulai mengalami gejala dan setelah periode pengamatan awal
untuk menilai apakah anak dapat mempertahankan nilai Hb dalam batas normal tanpa
transfusi.
a. Transfusi Darah
Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb tetap pada level 9 - 9.5
gr/dL sepanjang waktu. Pada pasien yang membutuhkan transfusi darah reguler, maka
meliputi fenotip sel darah merah, vaksinasi hepatitis B (bila perlu), dan pemeriksaan
hepatitis. Darah yang akan ditransfusikan harus rendah leukosit, 10-15 mL/kg PRC
dengan kecepatan 5 mL/kg/jam setiap 3-5 minggu biasanya merupakan regimen yang
asetaminofen dan difenhidramin sebelum transfusi untuk mencegah demam dan reaksi
alergi.
Komplikasi utama dari transfusi adalah yang berkaitan dengan transmisi bahan
infeksius ataupun terjadinya iron overload. Penderita Talasemia mayor biasanya lebih
mudah untuk terkena infeksi dibanding anak normal, bahkan tanpa diberikan transfusi.
Beberapa tahun lalu, 25% pasien yang menerima transfusi terekspose virus hepatitis B.
Saat ini, dengan adanya imunisasi, insidens tersebut sudah jauh berkurang. Virus
Hepatitis C (HCV) merupakan penyebab utama hepatitis pada remaja usia di atas 15
demam dan enteriris pada penderita dengan iron overload, khususnya mereka yang
mendapat terapi khelasi dengan Deferoksamin (DFO). Demam yang tidak jelas
Apabila diberikan sebagai kombinasi dengan transfusi, terapi khelasi dapat menunda
onset dari kelainan jantung dan, pada beberapa pasien, bahkan dapat mencegah kelainan
jantung tersebut.
Chelating agent yang biasa dipakai adalah DFO yang merupakan kompleks
hidroksilamin dengan afinitas tinggi terhadap besi. Rute pemberiannya sangat penting
untuk mencapai tujuan terapi, yaitu untuk mencapai keseimbangan besi negatif (lebih
banyak diekskresi dibanding yang diserap). Karena DFO tidak diserap di usus, maka rute
total yang diberikan adalah 30-40mg/kg/hari diinfuskan selama 8-12 jam saat pasien
TSSH merupakan satu-satunya yang terapi kuratif untuk Talasemia yang saat ini
diketahui. Prognosis yang buruk pasca TSSH berhubungan dengan adanya hepatomegali,
fibrosis portal dan terapi khelasi yang inefektif sebelum transplantasi dilakukan.
Prognosis bagi penderita yang memiliki ketiga karakteristik ini adalah 59%, sedangkan
pada penderita yang tidak memiliki ketiganya adalah 90%. Meskipun transfusi darah
tidak diperlukan setelah transplantasi sukses dilakukan, individu tertentu perlu terus
mendapat terapi khelasi untuk menghilangkan zat besi yang berlebihan. Waktu yang
optimal untuk memulai pengobatan tersebut adalah setahun setelah TSSH. Prognosis
jangka panjang pasca transplantasi, termasuk fertilitas tidak diketahui. Biaya jangka
panjang terapi standar diketahui lebih tinggi daripada biaya transplantasi. Kemungkinan
d. Terapi Bedah
pasien dengan Talasemia. Limpa diketahui mengandung sejumlah besar besi nontoksik
(yaitu fungsi penyimpanan). Limpa juga meningkatkan perusakan sel darah merah dan
sehingga melindungi seluruh tubuh dari besi tersebut. Pengangkatan limpa yang terlalu
hiperaktif menyebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan dan dengan
akumulasi besi.
Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan lebih dari 200-250
Risiko yang terkait dengan splenektomi minimal, dan banyak prosedur sekarang
anak berusia 4-5 tahun atau lebih. Pengobatan agresif dengan antibiotik harus selalu
diberikan untuk setiap keluhan demam sambil menunggu hasil kultur. Dosis rendah
Aspirin setiap hari juga bermanfaat jika platelet meningkat menjadi lebih dari 600.000 /
μL pasca splenektomi.
e. Diet
Pasien dianjurkan menjalani diet normal dengan suplemen sebagai berikut : asam
folat, asam askorbat dosis rendah dan alfa-tokoferol. Sebaiknya zat besi tidak diberikan,
dan makanan yang kaya akan zat besi juga dihindari. Kopi dan teh diketahui dapat
2.10. Pencegahan
yang terbaik bagi penyakit ini. Pada penyakit Talasemia, untuk mencegah lahirnya
anak dengan Talasemia mayor adalah tidak menikah dengan pembawa gen Talasemia
Talasemia atau tidak,satu-satunya jalan adalah dengan pemeriksaan atau tes darah.
menikah. Hal ini turut meningkatkan jumlah penderita talasemia yang di Indonesia
dilakukan, yaitu :
Pemeriksaan ini dilakukan pada calon suami istri yang akan menikah. Jika pada
pemeriksaan pada laki-laki. Tetapi jika ditemukan gen pembawa Talasemia pada
Apabila telah terjadi perkawinan dan hamil, maka perlu dilakukan pula antenatal
Talasemia. (Sut, 2009) Pemeriksaan pada janin dapat dilakukan saat usia
Pada saeorang ibu yang hamil, akan diperiksa darah tepi lengkap dan analisis
hemoglobin. Jika hasilnya normal, artinya tidak perlu ada tindakan apa-apa. Namun
jika hasilnya menunjukkan bahwa sang ibu pembawa sifat Talasemia, maka sang
suami harus juga diperiksa. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu sama seperti pada sang
Ibu, pemeriksaan darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Sama seperti pada Ibu,
jika sang suami tidak membawa gen talasemia, maka pemeriksaannya dianggap sudah
selesai.
DNA janin. Dari sini bisa diputuskan apakah janin tersebut normal, atau menjadi
mayor.
mengandung suatu resiko bahwa mungkin saja sang janin menderita talasemia
mayor. Ini merupakan suatu dilema yang sangat sulit untuk diputuskan, apakah janin
tersebut akan dilahirkan atau tidak. Untuk itulah lagi-lagi dianjurkan hendaknya
apakah salah satu atau dua-duanya pembawa gen Talasemia. Namun dari sisi kedua
pasangan tersebut, ini juga merupakan dilema. Biasanya bila diketahui salah satu
normal).
2.11. Komplikasi
zat besi. Pada manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh digunakan
membentuk sel darah merah baru. Sementara dalam tubuh penderita Talasemia zat
besi yang ditinggalkan sel darah merah yang rusak menumpuk dalam organ tubuh
seperti jantung dan hati karena suplai sel darah merah diperoleh dari transfusi darah.
Jumlah zat besi yang menumpuk dalam tubuh atau iron overload ini akan
Komplikasi utama pada Talasemia baik minor maupun mayor adalah anemia.
Dan pada anemia ini lah komplikasi penyakit Talasemia bermula. Anemia yang
oksigen ke seluruh jaringan tubuh jadi terganggu. Dan kondisi anemia ini tidak dapat
Jika kondisi anemia yang disababkan oleh Talasemia ini sudah tergolong
tubuh dan menjaga agar suplai oksigen tetap stabil. Transfusi darah harus dilakukan
Transfusi darah yang terlalu sering menyebabkan zat besi tertimbun di organ-
organ tubuh. Penumpukan zat besi itu karena sel darah merah yang rusak itu
meninggalkan zat besi dalam tubuh. Dalam kondisi normal, zat besi ini dapat
dimanfaatkan untuk membentuk sel darah merah baru yang diproduksi oleh tubuh.
Akan tetapi, karena tubuh memperoleh suplai darah merah dari transfusi darah,
menyebabkan kegagalan fungsi organ tersebut. Salah satu organ tempat penimbunan
zat besi adalah jantung. Banyak penderita Talasemia yang meninggal akibat gagal
jantung. Hal ini disebabkan oleh kurangnya daya kompensasi yang dimiliki jantung
pembesaran, namun karena daya kompensasinya rendah, maka jantung tidak dapat
lagi bekerja.
Selain jantung, limpa dan hati juga mengalami pembesaran akibat bekerja terus
menerus membentuk sel darah merah, limpa penderita menjadi besar karena
penghancuran darah merah terjadi di sana. Limpa dan hati yang membesar dapat
dan bahaya terjadinya rupture atau sobekan pada organ tersebut karena terlalu besar.
pubertas lambat, tidak menstruasi, pertumbuhan pendek dan lamban,dan bahkan tidak
mempunyai keturunan. Dan yang lebih parah lagi, penderita Talasemia berpeluang
terkena penyakit hepatitis B, hepatitis C dan HIV yang tertular dari transfuse darah
yang berulang.
Perubahan pada tulang juga dapat terjadi karena hiperaktivitas sumsum merah
berupa deformitas dan fraktur spontan (terutama tulang panjang). Dapat pula
Pertumbuhan gigi biasanya buruk. IQ Fkurang baik apabila tidak mendapat tranfusi
darah secara teratur dan menaikan kadar Hb. Jika kerusakan tulang terjadi pada tulang
muka, misalnya, pada tulang hidung, maka bentuk muka pun akan berubah, batang
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari Talasemia. Seperti
dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita Talasemia sangat bervariasi dari
ringan bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Berhman, RE; Kliegman, RM ; Arvin: Nelson Ilmu Kesehatan Anak, volume 2, edisi 15.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 2005, hal1708-1712
2. Berhman, RE; Kliegman, RM and Jensen, HB: Nelson Text Book of Pediatrics, 16th
edition. WB Saunders company, Philadelphia: 2000, page 1630-1634
4. A.V. Hoffbrand and J.E. Pettit; alih bahasa oleh Iyan Darmawan : Kapita Selekta
Haematologi, edisi ke 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 1996, hal 66-85
5. Children's Hospital & Research Center Oakland. 2005. “What is Talasemia and Treating
Talasemia”
6. Markum : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI, Jakarta : 1991, hal 331