APPENDISITIS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah
Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Bedah
di Rumah Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang
Disusun oleh:
Yuana Astaringg
30101407352
Pembimbing:
Kolonel dr. Akhmad Rusli Budi Ansyah, Sp.B, MARS
Oleh :
Yuana Astaringga
30101407352
Pembimbing,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan Karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan laporan kasus yang berjudul
“APPENDISITIS”.
Adapun laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang dilaksanakan di Rumah
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Kolonel dr. Akhmad Rusli Budi Ansyah,
Sp.B, MARS yang telah membimbing dalam penyelesaian laporan kasus ini serta pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.
Akhir kata bila ada kekurangan dalam pembuatan laporan kasus ini saya mohon kritik
dan saran yang bersifat membangun menuju kesempurnaan dengan berharap laporan kasus
Penyusun
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. NW
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Trenten 03/02 Candimulyo Magelang
MR number : 135***
Ruang : Edelweis
B. Data
1. Anamnesis
Riwayat DM (+)
Riwayat Kebiasaan
Kurang mengkonsumsi sayur, buah, air putih
BAB 2x seminggu
Riwayat Sosial - Ekonomi
Pasien merupakan seorang pekerja SWASTA dan berobat menggunakan
asuransi kesehatan.
2. Pemeriksaan Fisik
PULMO:
INSPEKSI ANTERIOR POSTERIOR
RR : 20 x/min,
Hiperpigmentasi (-),
Hyperpigmentasi (-),
tumor (-),
tumor (-), inflammation
inflammation (-),
Statis (-), spider nevi (-),
spider nevi (-),
Hemithorax D=S, ICS
Hemithorax D=S,
Normal, Diameter AP =
Diameter AP = LL
LL
JANTUNG:
Kuat angkat (+), pulsus parasternal (-), sternal lift (-), pulsus
PALPASI
epigastrium (-)
Redup
Kanan jantung : ICS V linea sternalis dextra (N)
Kiri jantung : ICS V linea midcalvicula sinistra 2 cm ke
PERKUSI
arah medial (N)
Batas atas jantung : ICS II lineasternalis sinistra (N)
Pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra (N)
Mitral : M1 > M2, bising suara jantung (-)
AUSKULTASI
Trikuspid : T1 > T2, bising suara jantung (-)
Aorta : A2 > A1, bising suara jantung (-)
Pulmonal : P2 > P1, bising suara jantung (-)
ABDOMEN:
INSPEKSI hyperpigmentasi (-), sikatrik(-), striae(-),
Bising peristaltik (-) 15 kali/menit, bising pembuluh
AUSKULTASI
darah (-)
Perkusi 4 regio : timpani (nyeri pada regio kuadran kanan
bawah)
PERKUSI Hepar : pekak (-)
Lien : troube space (-)
Ginjal : nyeri ketok ginjal (-)
Superfisial Nyeri tekan abdomen region kanan bawah (+)
, Massa (-), defence muscular (+)
Dalam Nyeri pada region kuadran kanan bawah
(+),teraba adanya massa, sebesar biji rambutan, jumlah 1,
PALPASI
konsistensi keras,permukaan berbenjol-benjol, nyeri (+),
Nyeri alih (-)
Nyeri tekan Mc Burney (+)
Rovsing sign (+)
Turgor kulit : normal
EKSTREMITAS
Rectal Toucher:
Pasien saat pemeriksaan colok dubur, pasien berbaring posisi sim (miring
ke lateral), dan pasien diminta untuk mengedan
Inspeksi
Palpasi
Tonus sphingter ani baik,tidak teraba massa, nyeri tekan (+) pada jam 9
dan 12, pada sarung tangan darah (-), lendir (-), feses (-).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Nilai normal Satuan
Hematokrit 37.7 31 – 45 %
MCH 27.2 22 – 34 Pg
CT/BT
Fungsi Ginjal
Anamnesis
Px. Fisik
6. Rectal Toucher : Didapatkan adanya nyeri pada arah jam 9 dan 12.
7. Perkusi : Didapatkan adanya nyeri saat diperkusi pada rego kanan bawa
8. Palpasi : Didapatkan adanya nyeri pada kanan bawa, terana masa sebesar biji
rambutan, lonjong, konsistensi keras,permukaan berbenjol-benjol, nyeri (+), suhu
normal (+)
Px. Penunjang
Problem List
Appendisitis infiltrat
Pembahasan Problem List
Assesment
Pasien laki-laki usia 46 tahun dengan diagnosis Appendisitis akan dilakukan
Laparotomy pada tanggal 11 November 2019.
Planning
Jenis pembedahan : Laparotomy
Jenis anestesi : Anestesi Spinal (Regional)
Laporan Operasi
4. Dibuat insisi pada bawah umbilicus secara vertikal sepanjan kurang lebih 5-7 cm,
lapis demi lapis.
7. Perdarahan didab
1. Infus RL 20 tpm
2. Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
3. Asam Tranexamat 500 mg/8 jam
4. Cefotaxim 1 gr/12 jam
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Appendisitis
per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir
Appendix vermicularis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering
membentuk massa (appendiceal mass). Umumnya massa apendiks terbentuk pada hari
ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa apendiks
lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya tahan
tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal
2. EtiologiHemoroid
jaringan limfoid, sisa barium dari pemeriksaan roentgen, diet rendah serat dan cacing
usus termasuk ascaris. Trauma tumpul atau trauma karena colonoscopy dapat
mencetuskan inflamasi pada apendiks. Post operasi apendisitis juga dapat menjadi
penyebab akibat adanya trauma atau stasis fekal. Frekuensi obstruksi meningkat
dengan memberatnya proses inflamasi. Fekalit ditemukan pada 40% dari kasus
apendisitis akut, sekitar 65% merupakan apendisitis gangrenous tanpa rupture dan
sekitar 90% kasus apendisitis gangrenous dengan rupture.1,12 Penyebab lain yang
diduga dapat menyebabkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit
Appendix merupakan derivat bagian dari midgut yang terdapat di antara Ileum dan
Colon ascendens. Caecum terlihat pada minggu ke-5 kehamilan dan Appendix terlihat
pada minggu ke-8 kehamilan sebagai suatu tonjolan pada Caecum. Awalnya
Appendix berada pada apeks Caecum, tetapi kemudian berotasi dan terletak lebih
mengalami rotasi. Caecum berakhir pada kuadran kanan bawah perut. Appendix
selalu berhubungan dengan Taenia caecalis. Oleh karena itu, lokasi akhir Appendix
melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut,
lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin
menjadi sebab rendahnya insiden appendicitis pada usia itu. Pada 65% kasus,
belakang colon ascendens, atau di tepi lateral colon ascendens. Gejala klinis
sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri
Ujung Appendix memiliki variasi lokasi seperti yang terlihat pada gambar diatas.
Variasi lokasi ini yang akan mempengaruhi lokasi nyeri perut yang terjadi apabila
merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena
submukosanya. Pada usia 15 tahun didapatkan sekitar 200 atau lebih nodul limfoid.
Persarafan sekum dan apendiks vermiformis berasal dari saraf simpatis dan
parasimpatis dari plekxus mesenterica superior. Serabut saraf simpatis berasal dari
medula spinalis torakal bagian kaudal, dan serabut parasimpatis berasal dari kedua
nervus vagus. Serabut saraf aferen dari apendiks vermiformis mengiringi saraf
(2%),
anteileal (2%) dan preleal (1%) (R.Putz dan R.Pabst, 2006). Pada 65% kasus,
Apendiks menghasilkan lender 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lender di muara
sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat
di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat
tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jkumlah jaringan limf disini kecil
sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.
(Schwartz)
4. PatofisiologiAppendisitis
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
hanya sekitar 0,1 ml. Jika sekresi sekitar 0,5 dapat meningkatkan tekanan intalumen
mengalami hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi
apendiks). Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu
tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor.. Bila
sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal tersebut akan
sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah, keadaan ini disebut dengan
apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi
infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate
dimukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24 - 48 jam
pertama, ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang
dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga
terbentuk massa periapendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa
abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan
sembuh dan massa periapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.4 Kecepatan rentetan peristiwa
tersebut tergantung pada virulensi mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada
dinding apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneum parietale dan juga organ lain
proses peradangan ini. Bila proses melokalisir ini belum selesai dan sudah terjadi
perforasi maka akan timbul peritonitis. Walaupun proses melokalisir sudah selesai
tetapi masih belum cukup kuat menahan tahanan atau tegangan dalam cavum
abdominalis, oleh karena itu penderita harus benar- benar istirahat (bedrest).15
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan
bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan
5. Klasifikasi Appendisitis
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis
1. Appendisitis Akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
radang mendadak pada apendiks yang memberikan tanda setempat,
apendisitis akut ialah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri
lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik
setempat.
Mc. Burney, defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.
Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai
(Rukmono, 2011).
d. Apendisitis Infiltrat
2011).
e. Apendisitis Abses
f. Apendisitis Perforasi
2. Apendisitis kronik
adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang
parut dan ulkus lama di mukosa dan adanya sel inflamasi kronik.
kadang dapat menjadi akut lagi dan disebut apendisitis kronik dengan
bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan dengan
muntah. Dalam 2 - 12 jam nyeri beralih kekuadran kanan, yang akan menetap dan
diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan
demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang-
kadang terjadi diare, mual dan muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum
ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen
kanan bawah akan semakin progresif.4 Apendisitis akut sering tampil dengan gejala
khas yang didasari oleh radang mendadak apendiks yang memberikan tanda
setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Umunya nafsu
makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ketitik
McBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
merupakan somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium tetapi terdapat
perangsangan peritoneum biasanya pasien mengeluh sakit perut bila berjalan atau
batuk.1 Bila letak apendiks retrosekal di luar rongga perut, karena letaknya terlindung
sekum maka tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada
rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul
pada saat berjalan, karena kontraksi otot psoas mayor yang menegang dari dorsal.1
gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristaltik meningkat,
pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi
sehingga tidak ditangani pada waktunya dan terjadi komplikasi. Gejala apendisitis
akut pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya rewel dan tidak mau
makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya dalam beberapa jam
kemudian akan timbul muntah-muntah dan anak akan menjadi lemah dan letargik.
Karena gejala yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui setelah perforasi. Pada
terlambat diagnosis. Akibatnya lebih dari separo penderita baru dapat didiagnosis
setelah perforasi. Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual,
dan muntah. Yang perlu diperhatikan ialah, pada kehamilan trimester pertama sering
juga terjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut sekum dengan apendiks
7. Diagnosis Appendisitis
Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut. Ini
terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi pada seluruh
saluran cerna, sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh perut. Muntah atau
rangsangan viseral akibat aktivasi nervus vagus. Obstipasi karena penderita takut
untuk mengejan. Panas akibat infeksi akut jika timbul komplikasi. Gejala lain
adalah demam yang tidak terlalu tinggi, antara 37,5-38,5 C tetapi jika suhu lebih
perforasi, dan penonjolan perut bagian kanan bawah terlihat pada apendikuler abses
(Departemen Bedah UGM, 2010). Pada palpasi, abdomen biasanya tampak datar
atau sedikit kembung. Palpasi dinding abdomen dengan ringan dan hati-hati dengan
sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari lokasi nyeri.
Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah adalah :
3. Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan
kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda
kunci diagnosis.
(nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah
apabila dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini
7. Psoas sign (+) terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh
8. Obturator sign (+) adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut
Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok pada auskultasi akan terdapat
pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher) akan terdapat nyeri pada jam 9-
Interpretasi:
a. Apendikogram
b. Ultrasonografi (USG)
penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama dengan apendisitis,
diantaranya :
1. Gastroenteritis, ditandai dengan terjadi mual, muntah, dan diare
mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan, panas dan leukositosis
apendisitis akut. Suhu biasanya lebih tinggi dari pada apendisitis dan
nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita
siklusmenstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam
waktu 24 jam.
keluhan yang tidak jelas seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan
sekum.
9. Tatalaksana Appendisitis
oleh omentum dan gulungan usus halus didekatnya. Mula-mula, massa yang terbentuk
granulasi dan biasanya dapat segera dirasakan secara klinis. Jika peradangan pada
terus mengalami peritonitis umum, massa tadi menjadi terisi nanah, semula dalam
Urut-urutan patologis ini merupakan masalah bagi ahli bedah. Masalah ini
adalah bilamana penderita ditemui lewat sekitar 48 jam, ahli bedah akan mengoperasi
untuk membuang apendiks yang mungkin gangrene dari dalam massa perlekatan
ringan yang longgar dan sangat berbahaya dan bilamana karena massa ini telah
menjadi lebih terfiksasi dan vascular, sehingga membuat operasi berbahaya maka
ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus halus. Pada massa
Oleh karena itu, massa periapendikular yang masih bebas disarankan segera dioperasi
Pada anak, dipersiapkan untuk operasi dalam waktu 2-3 hari saja. Pasien
sempurna, dianjurkan untuk dirawat dahulu dan diberi antibiotik sambil diawasi suhu
tubuh, ukuran massa, sertaluasnya peritonitis. Bila sudah tidak ada demam, massa
periapendikular hilang, dan leukosit normal, penderita boleh pulang dan apendiktomi
elektif dapat dikerjakan 2-3 bulan kemudian agar perdarahan akibat perlengketan
Bila terjadi perforasi, akan terbentuk abses apendiks. Hal ini ditandai dengan
kenaikan suhu dan frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba pembengkakan
massa, serta bertambahnya angka leukosit.7 Massa apendiks dengan proses radang
yang masih aktif sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah pasien
dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum.
tanpa perforasi.
apabila dilakukanakan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa
apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut.
Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau pun
wanita hamil, dan penderita usia lanjut, jika secara konservatif tidak membaik atau
Bila pada waktu membuka perut terdapat periapendikular infiltrat maka luka
a) Total bed rest posisi fawler agar pus terkumpul di cavum douglassi.
c) Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi yang aktif terhadap
kuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu
saja dan apendiktomi dikerjakan setelah 6-8 minggu kemudian. Jika ternyata tidak
ada keluhan atau gejala apapun, dan pemeriksaan jasmani dan laboratorium tidak
tindakan bedah.1,13
d) Analgesik diberikan hanya kalau perlu saja. Observasi suhu dan nadi. Biasanya 48
jam gejala akan mereda. Bila gejala menghebat, tandanya terjadi perforasi maka
Batas dari massa hendaknya diberi tanda (demografi) setiap hari. Biasanya pada
hari ke 5-7 massa mulai mengecil dan terlokalisir. Bila massa tidak juga mengecil,
tandanya telah terbentuk abses dan massa harus segera dibuka dan didrainase.
Caranya dengan membuat insisi pada dinding perut sebelah lateral dimana nyeri
tekan adalah maksimum (incisi grid iron). Abses dicapai secara ekstraperitoneal, bila
apendiks mudah diambil, lebih baik diambil karena apendik ini akan menjadi sumber
infeksi. Bila apendiks sukar dilepas, maka apendiks dapat dipertahankan karena jika
dipaksakan akan ruptur dan infeksi dapat menyebar. Abses didrainase dengan
selang yang berdiameter besar, dan dikeluarkan lewat samping perut. Pipa drainase
didiamkan selama 72 jam, bila pus sudah kurang dari 100 cc/hari,drain dapat diputar
dan ditarik sedikit demi sedikit sepanjang 1 inci tiap hari. Antibiotik
sistemik dilanjutkan sampai minimal 5 hari post operasi. Untuk mengecek pengecilan
- LED
- Jumlah leukosit
- Massa
2. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum penderita baik, tidak terdapat kenaikan suhu tubuh (diukur rectal
dan aksiler)
Massa sudah mengecil atau menghilang, atau massa tetap ada tetapi lebih kecil
dibanding semula.
- Tidak didapatkan massa atau pada pemeriksaan berulang massa sudah tidak
mengecil lagi.
Bila LED tetap tinggi ,maka perlu diperiksa
4. Bila dalam 8-12 minggu masih terdapat tanda-tanda infiltrat atau tidak ada
5. Bila ada massa periapendikular yang fixed, ini berarti sudah terjadi abses dan
perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan
sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, lekuk usus halus.
Pada apendisitis infiltrat dengan pembentukan dinding yang belum sempurna, dapat
terjadi penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti oleh
peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena itu, massa periapendikuler yang masih
Resume
Pasien masuk ke RST dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya nyeri dirasakan disekitar pusar, kemudian
berpindah diperut kanan bawah. Nyeri dirasakan terus-menerus dan tidak menjalar
serta dirasakan makin lama makin memberat. Nyeri dirasakan memberat saat perut
bagian kanan ditekan dan pasien bergerak, sehingga pasien susah beraktivitas. Pasien
juga mengalami demam (+), mual (+), muntah (+) saat masuk rumah sakit.
Hal tersebut diatas sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa gejala klasik
apendisitis akut biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus
yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 - 12 jam nyeri beralih kekuadran kanan,
yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan
anoreksia, malaise,. Pasien juga mengeluh sulit BAB dan belum BAB selama 4 hari,
hal tersebut juga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa biasanya juga terdapat
konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah pada pasien dengan
apendisitis.
dengan suhu sekitar 37,5-38,50C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi
perforasi, pada pasien suhu tertinggi yang didapatkan adalah 37,80C. Pada inspeksi
perut tidak tampak penonjolan pada daerah perut kanan bawah, pada palpasi
didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, hal tersebut juga sesuai teori,
pada perkusi biasanya didapatkan nyeri ketok tapi pada pasien tersebut nyeri ketok (-)
hasil normal.
Untuk tatalaksana pada pasien dilakukan sesuai dengan teori yaitu terpi konservatif
dengan dianjurkan untuk total bed rest, posisi fawler, diet bubur dan diberikan
antibiotik parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi yang aktif terhadap
1. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan
Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-646.