Pembimbing :
dr. Azizah Retno K, Sp. A
Disusun oleh :
Ayu Sufiana Mardliyya
30101607622
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Status Internus
a. Kepala : Mesosefal
b. Kulit : Tidak sianosis, turgor kembali cepat <2 detik, ikterus (-),
petekie (-)
c. Mata : Pupil bulat, isokor, Ø 2mm/ 2mm, refleks cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
d. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
e. Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
f. Mulut : stomatitis (-), bibir kering (-), sianosis (-), pendarahan gusi (-)
g. Tenggorok : tonsil T1-T1, arcus faring simetris, uvula di tengah,
hiperemis (-), post nasal drip (-).
h. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
i. Thorax
o Paru
Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam
keadaan statis dan dinamis, retraksi suprasternal,
intercostal, epigastrical (-)
Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar : bronkovesikuler
suara tambahan : ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
o Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial linea mid
claviculasinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
j. Abdomen
Inspeksi :datar, hiperemis (-), jejas (-)
Auskultasi :bising usus (+)
Perkusi : timpani (+)
Palpasi :defense muscular (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien
dalam batas normal
k. Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan
l. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Capillary Refill Time <2" <2"
Bengkak -/- -/-
Pitting edema -/- -/-
Kesan : Leukositosis
V. ASSESMENT (Diagnosis Kerja) :
Kejang Demam Kompleks
Febris Akut
Gizi Baik
IP. Ex :
• Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya prognosis baik
• Memberitahukan cara penanganan kejang
• Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
• Berikan anak lebih banyak minum
• Berikan anak lingkungan yang nyaman
Terapi Infus Futrolit 10 tpm Infus Furtrolit 10 tpm Infus Furtrolit 10 tpm
Stesolid supp 10 mg k/p Inj. Glybotik 2x350mg Inj. Glybotik 2x350mg
Injeksi Paracetamol 150 mg Inj. Fartison 2x40 mg Inj. Fartison 2x40 mg
k/p
Inj. Paracetamol 150 mg k/p Inj. Paracetamol 150 mg k/p
PO Asam Valproat 2 x 1 cth PO Asam Valproat 2x1 cth
Injeksi Ranitidine 1 A
Injeksi Ondancetron 1 mg
Inj. Glybotik 2x350mg
Inj. Fartison 2x40 mg
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal lebih dari 38OC) akibat suatu proses ekstra kranial. (1) Menurut consensus
Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak,
biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi
tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.(2)
II. KLASIFIKASI
Menurut ILAE, Commision on Epidemiology and prognosis.(3)
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Berlangsung singkat (< 15 menit)
Umumnya akan berhenti sendiri
Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
Merupakan 80% diantara seluruh kejang demam
Selain klasifikasi diatas, terdapat juga klasifikasi lain, yaitu klasifikasi Livingston.
Klasifikasi ini dibuat karena jika anak kejang maka akan timbul pertanyaan, dapatkah
diramalkan dari sifay dan gejala mana yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk
menderita epilepsi. Livingston membagi kejang demam atas 2 golongan:
- Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)
- Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever)
IV. EPIDEMIOLOGI
Kejang demam adalah penyebab demam tersering pada anak-anak. Angka
kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di AS, Amerika Serikat, dan Eropa Barat.
Di Asia dilaporkan angka kejadiannya lebih tinggi dari 10-15%. Peack incidence pada
usia 14-18 bulan. Kejang demam agak lebih sering dijumpai pada anak laki daripada
perempuan, dengan perbandingan 1,4 dan 1,2:1. Predisposisi genetik diperkirakan
berperan pada penderita kejang demam yang memiliki saudara kandung dan orang tua
dengan riwayat kejang demam. Gen yang diperkirakan memiliki peranan penting
adalah gen pada kromosom 19p dan 8p13-21. Pola pewarisannya adalah denga cara
autosomal dominan. (3)
V. ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebabnya kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran
cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.(3)
VI. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energy yang didapat dari metabolism. Bahan buku untuk metabolism otak yang
terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan
dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui sistem
kardiovaskuler. Jadi sumber energy otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. 5
Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah
lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
Natrium (Na+) dan elekrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi K+
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di
luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran ini dari sel
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energy dan
bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. 5
Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran
listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit atau keturunan. 5
IX. PENATALAKSANAAN
1. Saat Kejang
Dalam keadaan kejang obat yang paling cepat dalam menghentikan kejang
adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosisnya adalah 0,3-0,5 mg/kg
perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit dengan
dosis maksimal 20 mg. diazepam dalam bentuk rectal dapat diberikan di rumah saat
kejang. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg
untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih
dari 10 kg atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun
atau dosis 7,5 mg untuk di atas usia 3 tahun. Kejang yang belum berhenti dengan
diazepam rektal dapat diulangi dengan cara dan dosis yang sama dalam interval
waktu 5 menit. 7
Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang dianjurkan ke rumah sakit
dan dapat diberikan diazepam intravena dosis 0,3-0,5 mg.kg. 7
Bila kerja masih belum berhenti diberikan fenitoin intravena dengan dosis
awal 10-20 mg/kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/kg/ menit atau kurang dari 50
mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, yaitu 12
jam setelah dosis awal. Bila dengan telah berhenti pemberian obat selanjutnya
tergantung dari jenis kejang demamnya dan faktor resikonya.7
2. Saat demam
Pemberian obat saat demam dapat digunakan antipiretik dan anti konvulsan.
Antipiretik sangat dianjurkan walaupun tidak ada bukti bahwa penggunaannya dapat
mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Dapat diberikan asetamenofen berkisar
10-15 mg/kg/kali diberikan 3 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen
5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. 7
Pemekainan diazepam oral dosis 0,3 mg/kgbb setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan resiko berulangnya kejang, dapat juga diberikan diazepam rektal 0,5
mg/kbgg setiap 8 jam pada suhu >38,5˚C. Fenobarbital, karbamazepin, denitoin pada
saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam. 7
X. PENGOBATAN RUMATAN
Pengobatan rumatan yang diberikan bila kejang demam menunjukkan cirri sebagai
berikut:
-Kejang lama > 15 menit
-Adanyan kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, cerebral palsy, retradasi mental, hidrosefalus.
-Kejang fokal
-Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:
o Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
o Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
o Kejang demam dalam ≥ 4 kali pertahun. 7
Obat pilihan untuk rumatan adalah asam valporoat dengan dosis 15-40 mg/kgbb/hari
2-3 dosis. Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang lalu dihentikan
bertahap selama 1-2 bulan. 7
XI. KOMPLIKASI
- Kejang demam berulang
Sekitar sepertiga dari semua anak dengan pengalaman berulangnya kejang demam
sejak kejang demam pertama. 8
Faktor risiko kejang demam berulang antara lain sebagai berikut:
o Usia muda pada saat kejang demam pertama
o Relatif rendah demam pada saat kejang pertama
o Keluarga riwayat kejang demam
o Durasi singkat antara onset demam dan kejang awal
o Beberapa kejang demam awal selama episode yang sama
Pasien dengan semua 4 faktor risiko yang lebih besar dari 70% kemungkinan
kekambuhan. Pasien dengan tidak ada faktor risiko memiliki kurang dari 20%
kemungkinan kekambuhan. 8
- Epilepsi
XII. PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik. Dari penelitian
yangada, frekuensi terulangnya kejang berkisar antara 25%-50%, yang umumnya terjadi
pada 6 bulan pertama. Apabila melihat kepada umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga,
Lennox-Buchthal(1973) mendapatkan:
- Pada anak berumur <13 tahun, terulangnya kejang demam pada wanita 50% danpria 33%
- Pada anak berumur 14 bulan-3 tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang,terulangnya
kejang adalah 50%, sedang pada tanpa riwayat kejang 25%
XIII. PENCEGAHAN
Edukasi pada Orang Tua
- Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis yang baik
- Memberitahukan cara penanganan kejang
- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
- Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat
adanya efek samping obat. 7,8
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neurologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI,
2008.
2. A Consensus development conference on febrile seizures. Febrile saizures: long term
management of children with fever associated seizures. Padiatrics 1980; 66:1009-12
3. American Academy of Pediatrics, Subcommittee on Febrile Seizure. Pediatr.
2011;127:389-94.
4. Shinnar S. Febrile seizure. Dalam: Swaiman KS, Ashwal S, penyunting. Pediatric
Neurology Principles and Practice. Elsevier Saunders 2012.p.790-8.
5. Wahab S, editors. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-15. Jakarta : EGC; 2059-64.
6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI;2007.h.847-54.
7. Yusna D dan Hartanto H, editors. Dasar-dasar pediatrika. Edisi ke-3. Jakarta: EGC;
2008.h.282-3.
8. Meadow R dan Newell SJ. Pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga Medical Series;
2005. h.112-19.