Anda di halaman 1dari 23

REFLEKSI KASUS

KEJANG DEMAM KOMPLEKS DENGAN STATUS GIZI BAIK


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Pembimbing :
dr. Azizah Retno K, Sp. A

Disusun oleh :
Ayu Sufiana Mardliyya
30101607622

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Nama : Ayu Sufiana Mardliyya


Judul : Kejang Demam Kompleks dengan Status Gizi Baik
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas : Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Pembimbing : dr. Azizah Retno K, Sp.A

Semarang, April 2021


Pembimbing,

(dr. Azizah Retno K, Sp.A)


I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. N
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Timbulsloko RT 3/ RW 1 Sayung, Demak

Nama Ayah : Tn. A


Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Timbulsloko RT 3/ RW 1 Sayung, Demak

Nama Ibu : Ny. M


Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Timbulsloko RT 3/ RW 1 Sayung, Demak

II. DATA DASAR


Anamnesis
Alloanamnesis dengan ibu pasien dilakukan pada hari Kamis, 7 April 2021 pukul
10.30 WIB di bangsal anak Baitunnisa 1 RSISA serta didukung dengan catatan medis.
Keluhan utama : Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
 2 hari SMRS pasien mengalami demam mendadak, tanpa disertai batuk dan
pilek. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien telah diberi obat yang dibeli di
apotek namun demam tidak mengalami penurunan. Keluhan disertai muntah 1x
berisi cairan, adanya ruam merah di kulit disangkal, adanya cairan yang keluar
dari telinga disangkal, menggigil disangkal, BAB dan BAK normal
 5 jam SMRS demam pasien terukur hingga 39oC dan disertai kejang 1x dengan
durasi lebih dari 30 menit, kejang diawali dengan lemas, kemudian mata melirik
kekiri dan kanan, kemudian seluruh badan menjadi kaku dan menekuk berulang.
Selama kejang pasien tidak sadar. Namun setelah kejang pasien sadar dan
menangis, kemudian terlihat lemas.
 1 jam SMRS pasien kembali mengalami kejang 1x dengan durasi lebih dari 30
menit. Kejang sama seperti sebelumnya. Pasien langsung dibawa ke IGD RSI
Sultan Agung untuk mendapatkan perawatan.
 Pasien tidak mengalami kejang saat di IGD rumah sakit dan setelah dirawat di
bangsal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pada usia 1 tahun, pasien pernah mengalami hal yang sama serta di rawat di rumah
sakit.
● Riwayat sakit serupa : pernah, pada usia 1 tahun
● Riwayat alergi : disangkal
● Riwayat diare : disangkal
● Riwayat batuk lama : disangkal
● Riwayat epilepsi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


Paman pasien juga pernah mengalami hal yang sama, namun saat ini sudah tidak
pernah kambuh.

Riwayat Sosial Ekonomi :


Ayah bekerja sebagai pedagang dan Ibu sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal
bersama dengan ayah, ibu, dan neneknya. Biaya pengobatan menggunakan BPJS PBI
Kelas 2.
Kesan : Ekonomi cukup

Riwayat Persalinan dan Kehamilan :


Anak perempuan lahir SC atas indikasi sungsang dari ibu P2A0 hamil 38
minggu, BBL 3000 gram, PBL 45 cm, langsung menangis, sehat, kemerahan, penyakit
kehamilan tidak ada.
Riwayat Pemeliharaan Prenatal :
Ibu rutin memeriksakan kandungan ke dokter kandungan selama kehamilan,
tidak ada pesan khusus. Riwayat perdarahan dan trauma saat hamil disangkal. Riwayat
minum obat selain resep dokter saat hamil disangkal.
Kesan : Riwayat pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Makan-Minum
Anak diberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Makanan pendamping ASI
mulai diberikan saat anak berusia 6 bulan berupa bubur tim, makanan bayi, pisang.
Umur 1 tahun hingga sekarang mulai mendapat makanan orang dewasa (nasi, lauk,
sayur dan buah).
Kesan :Kualitas dan kuantitas diit baik

Riwayat Imunisasi Dasar


No Jenis Imunisasi Dasar Umur Jumlah
1 Hepatitis B 0-24 jam 1x
2 BCG, Polio 1 1 bulan 1x
3 DPT-HB-Hib 1, Polio 2 2 bulan 1x
4 DPT-HB-Hib 2, Polio 3 3 bulan 1x
5 DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV 4 bulan 1x
6 Campak 9 bulan 1x
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


- Tersenyum : 2 bulan
- Miring dan tengkurap : 3 bulan
- Duduk tanpa berpegangan : 7 bulan
- Berdiri berpegangan : 9 bulan
- Berjalan : 12 bulan
Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan sesuai dengan usia
Pemeriksaan Status Gizi :
Diketahui : Anak perempuan, umur 3 tahun
 Berat Badan sekarang : 13 kg
 Panjang Badan : 96 cm
WAZ : 13 – 14,6 = -1 SD (normal)
1,6
HAZ : 96 – 94,9 = 0,3 SD (normal)
3,6
WHZ : 13 – 14,7 = -1,3 SD (normal)
1,3
Kesan : Gizi Baik
Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu pasien tidak menggunakan KB hingga saat ini.

III. Pemeriksaan Fisik


Dilakukan pada hari Sabtu, 7 April 2021 pukul 10.30
Anak perempuan usia 3 tahun, berat badan 13 kg, tinggi badan 96 cm.
Kesadaan Umum : composmentis
Tanda-tanda Vital :
- Nadi :100 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup
- Tekanan darah : 95/60 mmHg
- Laju nafas : 24/ menit
- Suhu : 38 °C
- SpO2 : 99%

Status Internus
a. Kepala : Mesosefal
b. Kulit : Tidak sianosis, turgor kembali cepat <2 detik, ikterus (-),
petekie (-)
c. Mata : Pupil bulat, isokor, Ø 2mm/ 2mm, refleks cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
d. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
e. Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
f. Mulut : stomatitis (-), bibir kering (-), sianosis (-), pendarahan gusi (-)
g. Tenggorok : tonsil T1-T1, arcus faring simetris, uvula di tengah,
hiperemis (-), post nasal drip (-).
h. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
i. Thorax

o Paru
 Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam
keadaan statis dan dinamis, retraksi suprasternal,
intercostal, epigastrical (-)
 Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
 Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara dasar : bronkovesikuler
suara tambahan : ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
o Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial linea mid
claviculasinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
j. Abdomen
 Inspeksi :datar, hiperemis (-), jejas (-)
 Auskultasi :bising usus (+)
 Perkusi : timpani (+)
 Palpasi :defense muscular (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien
dalam batas normal
k. Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan
l. Ekstremitas
  Superior Inferior
Akral Dingin -/-   -/-
Akral Sianosis  -/-  -/-
Capillary Refill Time <2" <2"
Bengkak -/- -/-
Pitting edema -/- -/-

Pemeriksaan rangsang meningeal


1. Kaku kuduk (-)
2. Bruzinski I (-)
3. Bruzinki II (-)
4. Kernique sign (-)
Pemeriksaan neurologi
Superior Inferior
Kekuatan otot 5/5 5/5
Tonus Normotoni Normotoni
Klonus -/- -/-
Refleks fisiologis N/N N/N
Refleks patologis -/- -/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan 7/4/2020 Nilai Rujukan


Hb 12,3 10,8 – 12,8 g/dl
Ht 39,7 31,0 – 43,0%
Leukosit 17,26 (H) 6,00 – 17,00 ribu/Ul
Eritrosit 4.9 3,8 – 5,2 juta/uL
Trombosit 290 229 – 553 ribu/uL
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 1 1,0 – 5,0%
Basofil 0,2 0 – 1%
Neutrofil 67,9 50 – 70%
Limfosit 58,5 (H) 25 – 50%
Monosit 12,9 (H) 1 – 6%
IG 0,4%
Index Eritrosit
MCV 80,7 72,0 – 88,0 fL
MCH 27,0 23,0 – 31,0 pg
MCHC 33,5 26,0 – 34,0 g/dl
Kimia Klinik
CRP Kuantitatif 2 <= 3mg/l

Kesan : Leukositosis
V. ASSESMENT (Diagnosis Kerja) :
 Kejang Demam Kompleks
 Febris Akut
 Gizi Baik

VI. INITIAL PLAN DIAGNOSIS


1. Assesment :Kejang Demam Kompleks
DD :
- Kejang Demam Simpleks
IP. Dx : S : -
O : - cek darah rutin
- pemeriksaan tanda rangsang meningeal
IP.Tx :
 IGD
- Inf. RL Loading 100 cc  10 tpm
- Oksigen menggunakan NRM
- Inj. Ranitidine 1 A
- Inj. PCT 150 mg
- Stesolid supp 10 mg/ kg
 Bangsal
Kebutuhan cairan :
Anak perempuan usia 3 tahun, berat badan 13 kg, tinggi badan 96 cm
13 kg = 13 kg x 100 ml/hari = 1300 ml/hari
selisih panas = 38 oC - 37,5 oC = 0,5 oC
(13 x 100cc) x (0,5 x 12,5%) = 81,25cc/hari

Total = 1300 + 81,25 = 1381,25 cc/hari

( Kebutuhan cairan per hari ) x 15(tetes /menit)


Hitung infus (makro)=
24 ( jam ) x 60 (detik )
1381,25 x 15
¿
24 x 60
= 14,38 tpm 14 tpm dalam 24 jam

 Infus Furtrolite 14 tpm dalam 24 jam


 Stesolid supp 10 mg k/p
 Injeksi Paracetamol 150 mg k/p
 Asam Valproat 2 x 1 cth
 Injeksi Ranitidine 1 A
 Injeksi Ondancetron 1 mg
IP. Mx :
 TTV (HR, RR, Suhu, Tekanan darah), tanda dehidrasi, monitoring kejang
berulang

IP. Ex :
• Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya prognosis baik
• Memberitahukan cara penanganan kejang
• Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
• Berikan anak lebih banyak minum
• Berikan anak lingkungan yang nyaman

2. Assesment: Febris akut


DD :
- Virus : Infeksi virus dengue
- Bakteri : Demam typhoid, infeksi saluran kemih
IP Dx
S :-
O : Darah rutin (haemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit), apusan darah tepi, NS1
rapid test
IP Tx:
 Injeksi Glybotic 2 x 350 mg
 Injeksi Fartisone 2 x 40 mg
IP Mx:
Keadaan umum dan Vital sign
IP Ex:
• Istirahat yang cukup
• Menjaga pola makan yang cukup gizi dan higienis
• Menjaga asupan cairan yang cukup

3. Assesment : Gizi Baik


DD :
- Gizi Kurang
- Gizi Lebih
IP Dx: S: Kualitas dan kuantitas makanan
O: -
IP Tx :
Kebutuhan kalori anak perempuan BB: 13 kg; Usia : 3 tahun
(61 x BB) - 51 = (61 x 13) - 51 = 793 kkal
Terdiri dari :
Karbohidrat : 60% x 793 = 475,8 kkal
Lemak : 35% x 793 = 277,55 kkal
Protein : 5% x 793 = 39,65 kkal
IP Mx :
 Keadaan umum pasien
 Data antropometri (berat badan, tinggi badan)
 Asupan Makanan
IP Ex :
• Makan teratur
• Asupan makanan yang bergizi seimbang
• Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
FOLLOW UP di Baitunnisa 1
Waktu Hari ke-1 perawatan Hari ke-2 perawatan Hari ke-3 perawatan
Tanggal 7 April 2021 8 April 2021 9 April 2021
Keluhan Demam (+), kejang 2x saat Demam (+) dan nafsu makan Demam (+) dan nafsu makan
di rumah, dan muntah 1x turun turun
berisi cairan
Keadaan Tampak lemah, Composmentis, tampak gizi Composmentis, tampak gizi
Umum composmentis, tampak gizi baik baik
baik
TTV : Nadi 100 x/menit isi cukup 100 x/menit isi cukup 100x/mnt isi cukup
RR 24x/menit 24x/menit 24x/mnt
Suhu 38 C 37,9C 37,5C
Assesment KDK KDK KDK

Terapi Infus Futrolit 10 tpm Infus Furtrolit 10 tpm Infus Furtrolit 10 tpm
Stesolid supp 10 mg k/p Inj. Glybotik 2x350mg Inj. Glybotik 2x350mg
Injeksi Paracetamol 150 mg Inj. Fartison 2x40 mg Inj. Fartison 2x40 mg
k/p
Inj. Paracetamol 150 mg k/p Inj. Paracetamol 150 mg k/p
PO Asam Valproat 2 x 1 cth PO Asam Valproat 2x1 cth
Injeksi Ranitidine 1 A
Injeksi Ondancetron 1 mg
Inj. Glybotik 2x350mg
Inj. Fartison 2x40 mg

Waktu Hari ke-4 perawatan Hari ke-5 perawatan


Tanggal 10 April 2021 11 April 2021
Keluhan Nafsu makan turun Sering tidur
Keadaan Composmentis, tampak gizi Composmentis, tampak gizi
Umum baik baik

TTV : Nadi 100x/mnt isi cukup 100x/mnt isi cukup


RR 20x/mnt 26x/mnt
Suhu 36,8C 36,6C
Assesment KDK KDK

Terapi Infus Furtrolit 10 tpm Infus Furtrolit 10 tpm


Inj. Glybotik 2x350mg Inj. Glybotik 2x350mg
Inj. Fartison 2x40 mg Inj. Fartison 2x40 mg
Inj. Paracetamol 150 mg k/p Inj. Paracetamol 150 mg k/p

TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal lebih dari 38OC) akibat suatu proses ekstra kranial. (1) Menurut consensus
Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak,
biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi
tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.(2)

II. KLASIFIKASI
Menurut ILAE, Commision on Epidemiology and prognosis.(3)
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
 Berlangsung singkat (< 15 menit)
 Umumnya akan berhenti sendiri
 Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal
 Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
 Merupakan 80% diantara seluruh kejang demam

2. Kejang demam komplek (complex fibrile seizure)


 Kejang lama > 15 menit
 Kejang fokal satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial
 Berulang atau lebih dari 1 x dalam 24 jam
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan anak tidak sadar. Kejang lama terjadi
pada 8% kejang demam. (4)
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului
kejang parsial. Kejang berulang dalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2
bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang
mengalami kejang demam
Perbedaan kejang demam dengan kejang disertai demam (Proses intrakranial)
Kejang demam Kejang disertai demam
Faktor predisposisi genetik Besar Kecil / tidak bermakna
Lama kejang 1-3 min, jarang > 10 mnt
kejang lama
Manifestasi klinis pada Pada saat demam, Infeksi SSP
saat kejang sebagian besar krn (ensefalitis,meningitis)
ISPA
Kelainan patologi yang Tidak ada Perubahan vaskular dan
mendasari edema
Status neurologi Post-iktal Jarang Sering
(paralisis Todds)

Selain klasifikasi diatas, terdapat juga klasifikasi lain, yaitu klasifikasi Livingston.
Klasifikasi ini dibuat karena jika anak kejang maka akan timbul pertanyaan, dapatkah
diramalkan dari sifay dan gejala mana yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk
menderita epilepsi. Livingston membagi kejang demam atas 2 golongan:
- Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)
- Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever)

Modifikasi Livingston diatas dibuat utuk diagnosis kejang demam sederhana


adalah:
- Umur anak ketika kejang adalah 6 bulan dan 4 tahun
- Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 5 menit
- Kejang bersifat umum
- Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
- Permeriksaan saraf sebelumnya dan sesudah kejang normal
- Pemeriksan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
- Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

III. FAKTOR RESIKO


Faktor resiko kejang demam pertamanya yang penting adalah demam. Ada
riwayat kejang keluarga yang kuat pada saudara kandung dan orang tua, menunjukkan
kecenderungan genetik. Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan
mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% anak akan mengalami tiga
kali rekurensi atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak
mendapat kejang setelah demam timbul, temperaturnya yang rendah saat kejang, riwayat
keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi.
Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsy di kemudian hari. Fakor resiko
menjadi epilepsy adalah:
1. Kelainan neurologis
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung 5

IV. EPIDEMIOLOGI
Kejang demam adalah penyebab demam tersering pada anak-anak. Angka
kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di AS, Amerika Serikat, dan Eropa Barat.
Di Asia dilaporkan angka kejadiannya lebih tinggi dari 10-15%. Peack incidence pada
usia 14-18 bulan. Kejang demam agak lebih sering dijumpai pada anak laki daripada
perempuan, dengan perbandingan 1,4 dan 1,2:1. Predisposisi genetik diperkirakan
berperan pada penderita kejang demam yang memiliki saudara kandung dan orang tua
dengan riwayat kejang demam. Gen yang diperkirakan memiliki peranan penting
adalah gen pada kromosom 19p dan 8p13-21. Pola pewarisannya adalah denga cara
autosomal dominan. (3)

V. ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebabnya kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran
cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.(3)

VI. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energy yang didapat dari metabolism. Bahan buku untuk metabolism otak yang
terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan
dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui sistem
kardiovaskuler. Jadi sumber energy otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. 5
Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah
lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
Natrium (Na+) dan elekrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi K+
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di
luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran ini dari sel
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energy dan
bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. 5
Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran
listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit atau keturunan. 5

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1˚C akan mengakibatkan kanaikan


metabolism basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang
anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat
terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terhadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan
yang disebut neuretransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang
kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak
menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang
rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38˚C sedangkan pada anak dengan ambang kejang
yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40˚C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah
disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang
demam yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat
suhu berapa penderita kejang. 5,6
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umunya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhann oksigen dan energi
untuk kontraksi oto skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan metabolism anaerobik, hipotensi aterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan
selanjutnya menyebabkan metabolism otak meningkat. Rangkaian terjadi di atas adalah
faktor peyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang
lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia
sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak. 5,6
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang berlangsung lama dapat menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsy yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy. 5,6
VII. MANIFESTASI KLINIS
Tejadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan
saraf pusat, misalnya tonsillitis, otitis media akuta, bronchitis, flurunkulosis dan lain-lain.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung
singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau
akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak member
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberpa detik atau menit anak akan terbangun
dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. 5,6
Gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien kejang demam adalah:
 Suhu tubuh mencapai 39oC
 Anak sering hilang kesadaran saat kejang
 Kepala anak seperti terlempar ke atas, mata mendelik, tungkai dan lengan mulai
kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang. Gejala kejang bergantung pada jenis
kejang
 Kulit pucat dan mungkin menjadi biru
 Serangan terjadi beberapa menit setelah itu anak sadar 5,6

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, tapi dapat dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab, seperti darah perifer, elektrolit dan
gula darah.
1. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.
Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis, oleh karena itu
pungsi lumbal dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi >18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
2. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulang kejang,
atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam.
Oleh karenanya tidak direkomendasikan.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak
khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau
kejang demam fokal.
3. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti CT atau MRI jarang sekali dikerjakan,
tidak rutin dan atas indikasi, seperti
a. kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
b. parese nervus VI
c. papiledema

IX. PENATALAKSANAAN
1. Saat Kejang
Dalam keadaan kejang obat yang paling cepat dalam menghentikan kejang
adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosisnya adalah 0,3-0,5 mg/kg
perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit dengan
dosis maksimal 20 mg. diazepam dalam bentuk rectal dapat diberikan di rumah saat
kejang. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg
untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih
dari 10 kg atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun
atau dosis 7,5 mg untuk di atas usia 3 tahun. Kejang yang belum berhenti dengan
diazepam rektal dapat diulangi dengan cara dan dosis yang sama dalam interval
waktu 5 menit. 7
Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang dianjurkan ke rumah sakit
dan dapat diberikan diazepam intravena dosis 0,3-0,5 mg.kg. 7
Bila kerja masih belum berhenti diberikan fenitoin intravena dengan dosis
awal 10-20 mg/kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/kg/ menit atau kurang dari 50
mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, yaitu 12
jam setelah dosis awal. Bila dengan telah berhenti pemberian obat selanjutnya
tergantung dari jenis kejang demamnya dan faktor resikonya.7
2. Saat demam
Pemberian obat saat demam dapat digunakan antipiretik dan anti konvulsan.
Antipiretik sangat dianjurkan walaupun tidak ada bukti bahwa penggunaannya dapat
mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Dapat diberikan asetamenofen berkisar
10-15 mg/kg/kali diberikan 3 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen
5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. 7
Pemekainan diazepam oral dosis 0,3 mg/kgbb setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan resiko berulangnya kejang, dapat juga diberikan diazepam rektal 0,5
mg/kbgg setiap 8 jam pada suhu >38,5˚C. Fenobarbital, karbamazepin, denitoin pada
saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam. 7

X. PENGOBATAN RUMATAN
Pengobatan rumatan yang diberikan bila kejang demam menunjukkan cirri sebagai
berikut:
-Kejang lama > 15 menit
-Adanyan kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, cerebral palsy, retradasi mental, hidrosefalus.
-Kejang fokal
-Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:
o Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
o Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
o Kejang demam dalam ≥ 4 kali pertahun. 7
Obat pilihan untuk rumatan adalah asam valporoat dengan dosis 15-40 mg/kgbb/hari
2-3 dosis. Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang lalu dihentikan
bertahap selama 1-2 bulan. 7

XI. KOMPLIKASI
- Kejang demam berulang
Sekitar sepertiga dari semua anak dengan pengalaman berulangnya kejang demam
sejak kejang demam pertama. 8
 Faktor risiko kejang demam berulang antara lain sebagai berikut:
o Usia muda pada saat kejang demam pertama
o Relatif rendah demam pada saat kejang pertama
o Keluarga riwayat kejang demam
o Durasi singkat antara onset demam dan kejang awal
o Beberapa kejang demam awal selama episode yang sama
 Pasien dengan semua 4 faktor risiko yang lebih besar dari 70% kemungkinan
kekambuhan. Pasien dengan tidak ada faktor risiko memiliki kurang dari 20%
kemungkinan kekambuhan. 8

- Epilepsi

Ada beberapa faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari:


 Kejang demam kompleks
 Faktor yang merugikan lain berupa kelainan status neurologi sebelum kejang demam
pertama (misal: serebral palsy atau retardasi mental)
 Onset kejang demam pertama pada umur < 1 bulan
 Riwayat epilepsi atau kejang afebris pada orang tua atau saudara kandung
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, maka dikemudian hari
akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 %, dibanding bila hanya
terdapat 1 atau tidak sama sekali faktor tersebut diatas, serangan kejang tanpa demam
hanya 2%-3% saja. 8

XII. PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik. Dari penelitian
yangada, frekuensi terulangnya kejang berkisar antara 25%-50%, yang umumnya terjadi
pada 6 bulan pertama. Apabila melihat kepada umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga,
Lennox-Buchthal(1973) mendapatkan:
- Pada anak berumur <13 tahun, terulangnya kejang demam pada wanita 50% danpria 33%
- Pada anak berumur 14 bulan-3 tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang,terulangnya
kejang adalah 50%, sedang pada tanpa riwayat kejang 25%

XIII. PENCEGAHAN
Edukasi pada Orang Tua
- Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis yang baik 
- Memberitahukan cara penanganan kejang
- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
- Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat
adanya efek samping obat. 7,8
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neurologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI,
2008.
2. A Consensus development conference on febrile seizures. Febrile saizures: long term
management of children with fever associated seizures. Padiatrics 1980; 66:1009-12
3. American Academy of Pediatrics, Subcommittee on Febrile Seizure. Pediatr.
2011;127:389-94.
4. Shinnar S. Febrile seizure. Dalam: Swaiman KS, Ashwal S, penyunting. Pediatric
Neurology Principles and Practice. Elsevier Saunders 2012.p.790-8.
5. Wahab S, editors. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-15. Jakarta : EGC; 2059-64.
6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI;2007.h.847-54.
7. Yusna D dan Hartanto H, editors. Dasar-dasar pediatrika. Edisi ke-3. Jakarta: EGC;
2008.h.282-3.
8. Meadow R dan Newell SJ. Pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga Medical Series;
2005. h.112-19.

Anda mungkin juga menyukai