Pembimbing:
dr. Shandy Dwi Mahardika
Disusun oleh:
dr. Nur Aini Ayu Meiliawati
Oleh:
dr. Nur Aini Ayu Meiliawati
2
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung pasien pada
tanggal 1 Oktober 2021 pukul 21.47 WIB di IGD RSUD Sunan Kalijaga.
3
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat kejang sebelumnya disangkal.
- Riwayat batuk lama disangkal.
- Riwayat alergi disangkal.
Ibu berusia 24 tahun pada saat hamil An. ANN. Ibu melakukan
ANC rutin di bidan sebanyak 4 kali. Keluhan selama hamil seperti
demam (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-), dan DM (-). Selama
hamil, ibu tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, tidak pernah
minum jamu, dan obat di luar resep dokter.
Lahir satu bayi laki-laki dari ibu berusia 24 tahun dengan status
paritas P1A0 dibidan. Usia kehamilan 39 minggu, lahir secara
pervaginam. Bayi lahir langsung menangis, tidak biru, tidak kuning.
Berat lahir 3100 gram, panjang lahir 48 cm. Setelah lahir, ibu dirawat
gabung dengan bayinya.
4
1.2.6.3 Riwayat Postnatal
5
- 0-6 bulan : ASI
- 6-12 bulan : ASI + MPASI
- 12-24 bulan : ASI + Makanan keluarga
- 24 bulan - sekarang : Susu formula + Makanan keluarga
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup
Tanda-tanda vital
Nadi : 190x /menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Respiratory Rate : 45x /menit
Suhu : 40,1oC (axiller)
SpO2 : 98% room air
Berat Badan : 12,5 kg
Tinggi Badan : 95 cm
Status Internus :
Kepala : Mesosefal, alopesia (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), palpebra edema (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Nafas cuping (-), epistaksis (-), discharge (-)
Telinga : Discharge (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-), gusi berdarah (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), T1-1, detritus (-), kripte dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-)
Kulit : Pucat (-), hematome (-), petechie (-)
Sistem Respirasi
6
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm LMCS
Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, bising (-), gallop (-)
Sistem Gastrointestinal
Inspeksi : Bentuk datar, supel.
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, lien tidak teraba, hepar tidak teraba
Perkusi : Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-), undulasi (-)
Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas Superior Inferior
7
Reflek patologis -/- -/-
Klonus -/- -/-
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 9.5 g/dL 11.5-16.5 L
Hematokrit 28.8 % 35-47 L
8
Leukosit 18.8 103/uL 3.6-11.0 H
Trombosit 565 103/uL 150-400 H
Netrofil 56.7 % 50-70
Limfosit 36.1 % 25-40
Monosit 6.3 % 2-8
HFLC 0.3
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 89 mg/dL 70-115
ELEKTROLIT
Kalium 3.96 3.5-5
Natrium 144.34 135-145
Klorida 101.99 8.1-10.4
Kalsium 10.40 95-105
Magnesium 2.1 1.9-2.5
SERO IMUNOLOGI
SARS-CoV-2 Antigen Negatif Negatif Negatif
2.6 TATALAKSANA
1. Inf. D5 ¼ NS 14 tpm makro
2. Inj. Paracetamol 120mg/8jam i.v, jika suhu ≥ 38oC
3. Inj. Cefotaxim 400mg/8jam i.v
4. Inj. Diazepam 4mg i.v (bila kejang)
5. PO Diazepam 3x1,5mg
6. PO Paracetamol 3x1cth, jika suhu ≥ 37,5oC
9
2.7 PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
2.8 EDUKASI
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai kondisi pasien.
- Menjelaskan kepada keluarga untuk selalu mengukur suhu tubuh pasien
apabila pasien demam.
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai terapi yang diberikan.
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai tindakan yang dapat dilakukan
saat pasien kejang.
- Lapor kepada petugas kesehatan bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih, suhu tubuh lebih dari 40oC, kejang tidak berhenti dengan diazepam
rektal, kejang fokal, setelah kejang anak tidak sadar, atau terdapat
kelumpuhan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b.1.2 Epidemiologi
Setiap tahunnya kejadian kejang demam di USA hampir 1,5 juta,
dan sebagian besar terjadi dalam rentang usia 6 hingga 36 bulan, dengan
puncak pada usia 18 bulan. Angka kejadian kejang demam bervariasi di
berbagai negara. Daerah Eropa Barat tercatat 2-4% angka kejadian Kejang
demam per tahunnya. Sedangkan di India sebesar 5-10% dan di Jepang
8,8%. Hampir 80% kasus adalah kejang demam sederhana (kejang 15
menit, fokal atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau
lebih dari satu kali dalam 24 jam).
Perilaku demikian berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) tercatat terjadi 35% dari kasus kejang demam yang di tangani dan
hal itu dapat lebih besar pada kasus kasus yag tidak tercatat. Kejang
demam yang di perkirakan setiap tahun nya terjadi diantara nya
mengalami komplikasi epilepsi. Di Indonesia sendiri komplikasi yang
terjadi kejadian kejang demam berupa kejang berulang, epilepsi,
hemiparese dan gangguan mental.
11
Menurut data profil kesehatan indonesia tahun 2012 yaitu
didapatkan 10 penyakit-penyakit yang sering rawat inap di umah sakit
diantaranya diare dan penyakit gastroenteritis oleh penyebab infeksi
tertentu, demam berdarah dengue, demam tifoid dan paratifoid, penyulit
kehamilan, dispepsia, hipertensi esensial, cidera intrakranial, infeksi
saluran pernafasan atas (ISPA), pneumonia, dan biasanya penyakit yang
menyertai kejang demam memiliki manifestasi klinis demam. dengan
peningkatan suhu yang akan dapat mengakibatkan bangkitan kejang.
b.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi dua yaitu:
1. Kejang Demam Sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit,
dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan
klonik, tanpa Gerakan fokal. Kejang tidak berlangsung dalam waktu
24 jam.
b.1.4 Etiologi
12
Penyebab demam itu sendiri disebabkan oleh:
Faktor-faktor pernatal, malformasi otak kongenital
a. Faktor genetic
Faktor keturunan dari salah satu penyebab terjadinya kejang
demam, 25-50% anak yang mengalami kejang demam memiliki
anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam.
b. Penyakit infeksi
1. Bakteri: penyakit pada traktur respiratorius, pharyngitis,
tonsillitis, otitis media.
2. Virus: varicella, morbili, dengue.
c. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada
waktu demam tinggi.
d. Gangguan metabolisme
Gangguan metabilosme seperti uremia, hipoglikemia, kadar gula
darah kurang dari 30% pada neonates cukup bulan dan kurangd ari
20% pada bayi dengan berat badan lahir rendah atau hiperglikemia.
e. Trauma
Kejang berkembang pada minggu pertama setelah terjadinya
cedera kepala.
f. Neoplasma, toksin
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapa pun,
namun mereka merupakan penyebab yang sangat penting dari pada
usia pertengahan dan kemudian ketika insiden penyakit neoplastic
menningkat.
g. Gangguan sirkulasi darah.
h. Penyakit degenerative susunan saraf.
13
b. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, banyak dialami oleh anak
laki-laki.
c. Kejang timbul dalam 24 jam setelah suhu badan naik diakibatkan
infeksi.
d. Bangkitan kejang berbentuk tonik-klonik.
e. Takikardi.
b.1.7 Komplikasi
Komplikasi kejang demam adalah:
a. Kerusakan neurotransmitter
Lepasnya mauatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan
kerusakan pada neuron.
b. Epilepsy
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah
mendapatkan serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
14
matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang
spontan terjadi
c. Kelainan anatomi di otak
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan
kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan
sampai 5 tahun
d. Kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam
15
- Kejang ec Trauma Kepala
2.1.11 Pencegahan
16
a. Usaha menurunkan suhu tubuh bila anak demam, dapat dilakukan
dengan memberikan obat penurun panas, misalnya parasetamol atau
ibuprofen. Hindari obat dengan bahan aktif asam asetilsalisilat, karena
obat tersebut dapat menyebabkan efek samping serius pada anak.
Pemberian kompres air hangat (bukan dingin) pada dahi, ketiak, dan
lipatan siku juga dapat membantu
b. Sebaiknya orangtua memiliki termometer di rumah dan mengukur
suhu akan saat sedang demam. Pengukuran suhu berguna untuk
menentukan apakah anak benar mengalami demam dan pada suhu
berapa kejang demam timbul
c. Pengobatan jangka panjang hanya diberikan pada sebagian kecil
kejang demam dengan kondisi tertentu.
2.1.12 Tatalaksana
2.1.13 Komplikasi
Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung 15 menit yaitu:
a. Kerusakan otak yang terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron
saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat
17
resptor yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang
merusak sel neuron secara irrevesible.
b. Retardasi mental dapat terjadi karena deficit neurologis ada demam
neonatus.
2.1.14 Prognosis
Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis.
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan
ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang
baik umum atau fokal. Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah:
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga.
2. Usia kurang dari 12 bulan.
3. Temperatur yang rendah saat kejang.
4. Cepatnya kejang setelah demam
18
BAB III
PEMBAHASAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20