Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 3 TAHUN DENGAN


KEJANG DEMAM SIMPLEKS ET CAUSA ISPA

Pembimbing:
dr. Shandy Dwi Mahardika

Disusun oleh:
dr. Nur Aini Ayu Meiliawati

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA


KABUPATEN DEMAK
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Internship dengan Judul:

SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 3 TAHUN DENGAN KEJANG


DEMAM SIMPLEKS ET CAUSA ISPA

Oleh:
dr. Nur Aini Ayu Meiliawati

Telah disetujui pada:


Demak, 3 November 2021

dr. Shandy Dwi Mahardika

2
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Inisial Nama : An. ANN
Usia : 3 tahun
Tanggal Lahir : 27 November 2017
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Patar 02/06 Sidorejo, Sayung
Ruang Perawatan : R. Dahlia RSUD Sunan Kalijaga Demak
Nomor Rekam Medis : 208xxx
Tanggal Masuk : 1 Oktober 2021
Pukul : 21.47 WIB

1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung pasien pada
tanggal 1 Oktober 2021 pukul 21.47 WIB di IGD RSUD Sunan Kalijaga.

1.2.1 Keluhan Utama


Kejang

1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


± 2 hari SMRS pasien mengalami demam. Ibu pasien mengatakan
demam naik turun, sudah diberi sirup paracetamol namun demam naik
lagi. Kemudian ± 1 jam SMRS anak mengalami kejang. Kejang
berlangsung 1 kali dengan lama kejang sekitar 5 menit. Saat di Rumah
Sakit kejang sudah berhenti. Ibu pasien mengatakan anak kejang seluruh
tubuh. Saat kejang anak tidak sadar dan setelah kejang anak menangis.
Keluhan disertai batuk (+), pilek (+), diare (-), mual (-), muntah (-). Ibu
pasien mengatakan anak tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya.

3
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat kejang sebelumnya disangkal.
- Riwayat batuk lama disangkal.
- Riwayat alergi disangkal.

1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat keluarga menderita sakit yang sama dengan pasien disangkal
- Riwayat keluarga menderita kelainan genetik disangkal

1.2.5 Riwayat Sosial dan Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan
Rp 3.500.000/bulan, ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Keluarga menanggung satu orang anak. Biaya pengobatan pasien
menggunakan BPJS. Kesan sosial ekonomi cukup.

1.2.6 Riwayat Perinatal

1.2.6.1 Riwayat Prenatal

Ibu berusia 24 tahun pada saat hamil An. ANN. Ibu melakukan
ANC rutin di bidan sebanyak 4 kali. Keluhan selama hamil seperti
demam (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-), dan DM (-). Selama
hamil, ibu tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, tidak pernah
minum jamu, dan obat di luar resep dokter.

1.2.6.2 Riwayat Natal

Lahir satu bayi laki-laki dari ibu berusia 24 tahun dengan status
paritas P1A0 dibidan. Usia kehamilan 39 minggu, lahir secara
pervaginam. Bayi lahir langsung menangis, tidak biru, tidak kuning.
Berat lahir 3100 gram, panjang lahir 48 cm. Setelah lahir, ibu dirawat
gabung dengan bayinya.

4
1.2.6.3 Riwayat Postnatal

Anak langsung menangis pada saat setelah kelahiran, biru (-).


kuning (-).

1.2.6.4 Riwayat Imunisasi

No. Vaksinasi Kali Usia (bulan)

1. Hepatitis B 1 kali 0 bulan

2. BCG 1 kali 2 bulan, skar (+)

3. Polio 4 kali 0,2,3,4 bulan

4. DPT 3 kali 2,3,4 bulan

5. HiB 3 kali 2,3,4 bulan

6. Campak 1 kali 9 bulan

Kesan: Imunisasi dasar lengkap sesuai usia, booster (-)

1.2.7 Riwayat Petumbuhan


- BB lahir : 3100gram
- PB lahir : 48 cm
- BB saat ini : 12,5 kg
- TB saat ini : 95 cm
- Lingkar kepala saat ini : 50 cm
- Lingkar lengan atas saat ini : 11 cm
- WHZ : -1.20 (gizi baik)
- WAZ : -1.82 (normal)
- HAZ : -1.69 (normal)
- BMI : -1.10 (normal)
Kesan : Gizi baik, berat badan normal, perawakan normal

1.2.6 Riwayat Nutrisi

5
- 0-6 bulan : ASI
- 6-12 bulan : ASI + MPASI
- 12-24 bulan : ASI + Makanan keluarga
- 24 bulan - sekarang : Susu formula + Makanan keluarga
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2021 pukul 21.50 WIB di
IGD RSUD Sunan Kalijaga.

Keadaan umum : Tampak lemah


Kesadaran : Composmentis, GCS = 15 (E4M6V5)

Tanda-tanda vital
Nadi : 190x /menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Respiratory Rate : 45x /menit
Suhu : 40,1oC (axiller)
SpO2 : 98% room air
Berat Badan : 12,5 kg
Tinggi Badan : 95 cm

Status Internus :
Kepala : Mesosefal, alopesia (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), palpebra edema (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Nafas cuping (-), epistaksis (-), discharge (-)
Telinga : Discharge (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-), gusi berdarah (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), T1-1, detritus (-), kripte dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-)
Kulit : Pucat (-), hematome (-), petechie (-)

Sistem Respirasi

6
 Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
 Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Sistem Kardiovaskuler
 Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm LMCS
 Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, bising (-), gallop (-)

Sistem Gastrointestinal
 Inspeksi : Bentuk datar, supel.
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : Supel, lien tidak teraba, hepar tidak teraba
 Perkusi : Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-), undulasi (-)

Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas Superior Inferior

Akral hangat +/+ +/+

Capillary refill time <2” <2”

1.4 PEMERIKSAAN NEUROLOGIS


Pemeriksaan Motorik
Superior Inferior
Pergerakan simetris simetris
Kekuatan kesan>3/kesan>3 kesan>3/kesan>3
Tonus normotonus normotonus
Trofi eutrofi/eutrofi eutrofi/eutrofi
Reflek fisiologis +N/+N +N/+N

7
Reflek patologis -/- -/-
Klonus -/- -/-

Tanda Rangsang Meningeal


- Kaku kuduk (-)
- Test Kernig (-)
- Brudzinsky I (-)
- Test Laseque (-)
- Brudzinsky II (-)

Pemeriksaan Nervus Kranialis


I. Nervus Olfaktorius: tidak dinilai
II. Nervus Opticus: refleks cahaya +N/+N
III. Nervus Ocullomotorius: pergerakan mata normal, bebas kesegala arah
IV. Nervus Troklearis: pergerakan mata ke medial bawah normal
V. Nervus Trigeminus: reflek kornea +N/+N, reflek bulu mata +N/+N
VI. Nervus Abdusen: pergerakan mata ke lateral normal
VII. Nervus Fasialis: tersenyum simetris, kelopak mata menutup secara
sempurna
VIII. Nervus Vestibulokoklear: sulit dinilai
IX. Nervus Glosofaringeus: deviasi uvula (-)
X. Nervus Vagus: tidak ada gangguan menelan
XI. Nervus Assessorius: sulit dinilai
XII. Nervus Hypoglossus: lidah simetris di tengah, deviasi (-)

1.5 PEMERIKSAAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium (1 Oktober 2021) di IGD RSUD Sunan Kalijaga

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Ket

HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 9.5 g/dL 11.5-16.5 L
Hematokrit 28.8 % 35-47 L

8
Leukosit 18.8 103/uL 3.6-11.0 H
Trombosit 565 103/uL 150-400 H
Netrofil 56.7 % 50-70
Limfosit 36.1 % 25-40
Monosit 6.3 % 2-8
HFLC 0.3
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 89 mg/dL 70-115
ELEKTROLIT
Kalium 3.96 3.5-5
Natrium 144.34 135-145
Klorida 101.99 8.1-10.4
Kalsium 10.40 95-105
Magnesium 2.1 1.9-2.5
SERO IMUNOLOGI
SARS-CoV-2 Antigen Negatif Negatif Negatif

1.6 DIAGNOSIS BANDING


a. Kejang Demam Simpleks
b. Kejang Demam Kompleks

2.5 DIAGNOSIS BANDING


Kejang Demam Simpleks

2.6 TATALAKSANA
1. Inf. D5 ¼ NS 14 tpm makro
2. Inj. Paracetamol 120mg/8jam i.v, jika suhu ≥ 38oC
3. Inj. Cefotaxim 400mg/8jam i.v
4. Inj. Diazepam 4mg i.v (bila kejang)
5. PO Diazepam 3x1,5mg
6. PO Paracetamol 3x1cth, jika suhu ≥ 37,5oC

9
2.7 PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam

2.8 EDUKASI
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai kondisi pasien.
- Menjelaskan kepada keluarga untuk selalu mengukur suhu tubuh pasien
apabila pasien demam.
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai terapi yang diberikan.
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai tindakan yang dapat dilakukan
saat pasien kejang.
- Lapor kepada petugas kesehatan bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih, suhu tubuh lebih dari 40oC, kejang tidak berhenti dengan diazepam
rektal, kejang fokal, setelah kejang anak tidak sadar, atau terdapat
kelumpuhan.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

b.1 Kejang Demam


b.1.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38oC) akibat suatu proses esktrakranial.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
ditemukan pada anak, terutama pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Insiden
kejang deman 2,2-5% pada anak usia dibawah 5 tahun. Anak laki-laki
lebih sering dari pada anak perempuan dengan perbandingan 1,2-1,6.

b.1.2 Epidemiologi
Setiap tahunnya kejadian kejang demam di USA hampir 1,5 juta,
dan sebagian besar terjadi dalam rentang usia 6 hingga 36 bulan, dengan
puncak pada usia 18 bulan. Angka kejadian kejang demam bervariasi di
berbagai negara. Daerah Eropa Barat tercatat 2-4% angka kejadian Kejang
demam per tahunnya. Sedangkan di India sebesar 5-10% dan di Jepang
8,8%. Hampir 80% kasus adalah kejang demam sederhana (kejang 15
menit, fokal atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau
lebih dari satu kali dalam 24 jam).
Perilaku demikian berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) tercatat terjadi 35% dari kasus kejang demam yang di tangani dan
hal itu dapat lebih besar pada kasus kasus yag tidak tercatat. Kejang
demam yang di perkirakan setiap tahun nya terjadi diantara nya
mengalami komplikasi epilepsi. Di Indonesia sendiri komplikasi yang
terjadi kejadian kejang demam berupa kejang berulang, epilepsi,
hemiparese dan gangguan mental.

11
Menurut data profil kesehatan indonesia tahun 2012 yaitu
didapatkan 10 penyakit-penyakit yang sering rawat inap di umah sakit
diantaranya diare dan penyakit gastroenteritis oleh penyebab infeksi
tertentu, demam berdarah dengue, demam tifoid dan paratifoid, penyulit
kehamilan, dispepsia, hipertensi esensial, cidera intrakranial, infeksi
saluran pernafasan atas (ISPA), pneumonia, dan biasanya penyakit yang
menyertai kejang demam memiliki manifestasi klinis demam. dengan
peningkatan suhu yang akan dapat mengakibatkan bangkitan kejang.

b.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi dua yaitu:
1. Kejang Demam Sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit,
dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan
klonik, tanpa Gerakan fokal. Kejang tidak berlangsung dalam waktu
24 jam.

2. Kejang Demam Kompleks


Kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial, kejang
berulang, atau lebih dari satu kali dalam 24 jam.

b.1.4 Etiologi

12
Penyebab demam itu sendiri disebabkan oleh:
Faktor-faktor pernatal, malformasi otak kongenital
a. Faktor genetic
Faktor keturunan dari salah satu penyebab terjadinya kejang
demam, 25-50% anak yang mengalami kejang demam memiliki
anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam.
b. Penyakit infeksi
1. Bakteri: penyakit pada traktur respiratorius, pharyngitis,
tonsillitis, otitis media.
2. Virus: varicella, morbili, dengue.
c. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada
waktu demam tinggi.
d. Gangguan metabolisme
Gangguan metabilosme seperti uremia, hipoglikemia, kadar gula
darah kurang dari 30% pada neonates cukup bulan dan kurangd ari
20% pada bayi dengan berat badan lahir rendah atau hiperglikemia.
e. Trauma
Kejang berkembang pada minggu pertama setelah terjadinya
cedera kepala.
f. Neoplasma, toksin
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapa pun,
namun mereka merupakan penyebab yang sangat penting dari pada
usia pertengahan dan kemudian ketika insiden penyakit neoplastic
menningkat.
g. Gangguan sirkulasi darah.
h. Penyakit degenerative susunan saraf.

b.1.5 Manifestasi Kejang Demam


Manifestasi kejang demam sebagai berikut:
a. Kejang demam mempunyai kejadian yang tinggi pada anak usia 3-4%.

13
b. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, banyak dialami oleh anak
laki-laki.
c. Kejang timbul dalam 24 jam setelah suhu badan naik diakibatkan
infeksi.
d. Bangkitan kejang berbentuk tonik-klonik.
e. Takikardi.

b.1.6 Faktor Risiko


Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.
Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau
saudara kandung, perkembangan terlambat, problem masa neonatus, anak
dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang
demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami 1 kali rekurensi atau
lebih dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih, resiko
rekurensi meningkat dengan usia dini, usia di bawah 18 bulan, cepatnya
anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat
kejang, riwayar keluarga kejang demam dan riwayat keluarga epilepsi.
Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah adanya
gangguan neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi
dalam keluarga, lamanya demam saat awitan kejang dan lebih dari satu
kali kejang demam kompleks.

b.1.7 Komplikasi
Komplikasi kejang demam adalah:
a. Kerusakan neurotransmitter
Lepasnya mauatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan
kerusakan pada neuron.
b. Epilepsy
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah
mendapatkan serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi

14
matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang
spontan terjadi
c. Kelainan anatomi di otak
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan
kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan
sampai 5 tahun
d. Kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam

b.1.8 Patogenesis dan Patofisiologi


Patofiologis kejang demam masih belum jelas, tetapi faktor genetik
memainkan peran utana dalam kerentanan kejang. Kejadian kejnag demam
dipengaruhi oleh usia dan maturasi otak. Ini didukung oleh fakta bahwa
sebagian besar (80-85%) kejang demam terjadi antara usia 6 bulan dan 5
tahun. Dengan puncak insiden pada usai 18 bulan.
Sistem imunitas tubuh dan sistem saraf perifer serta sentral selalu
berkomunikasi melalui perantara dan sinyal molekul yang di keluarkan,
seperti sitokin, neuropeptide, neurohormone, dan neurotransmitter. Kejang
didefinisikan sebagai tampaknya tanda dan gejala yang memicu aktifitas
neuron abnormal yang berlebihan diotak. System saraf pusat melalui
Blood Brain Barrier, membatasi aliran sel-sel yang diaktifkan dan
memediator inflamasi yang dilepaskan dari system perifer menuju
parenkim otak.kejang tidak hanya menginduksi ekspresi sitokin di dalam
otak. Kejnag tidak hanya menginduksi ekspresi sitokin dalam otak, tetapi
juga di perifer.

b.1.9 Diagnosis Banding


Diagnosis banding kejang demam sebagai berikut:
- Meningitis
- Ensefalitis
- Abses Otak
- Epilepsi
- Kejang Tetanus

15
- Kejang ec Trauma Kepala

b.1.10 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium
Tidak dikerjakkan seara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau
keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah rutin,
elektrolit dan gula darah.
b. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterial adalah 0,6%-6,7%.
Pada bayi kecil seringkali sulit menegakkan atau menyingkirkan
diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Bila
yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.
c. Elektroensefalografi (EEG)
Tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan
kemungkinan kejadian epilepi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat
dialkukan pada keadaan kejang demam tidak khas misalnya kejang
demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang
demam fokal.
d. Pencitraan
Foto X-Ray kepala atau pencitraan seperti CT-scan atau MRI
jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi seperti : kelainan
neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil
edema.

2.1.11 Pencegahan

16
a. Usaha menurunkan suhu tubuh bila anak demam, dapat dilakukan
dengan memberikan obat penurun panas, misalnya parasetamol atau
ibuprofen. Hindari obat dengan bahan aktif asam asetilsalisilat, karena
obat tersebut dapat menyebabkan efek samping serius pada anak.
Pemberian kompres air hangat (bukan dingin) pada dahi, ketiak, dan
lipatan siku juga dapat membantu
b. Sebaiknya orangtua memiliki termometer di rumah dan mengukur
suhu akan saat sedang demam. Pengukuran suhu berguna untuk
menentukan apakah anak benar mengalami demam dan pada suhu
berapa kejang demam timbul
c. Pengobatan jangka panjang hanya diberikan pada sebagian kecil
kejang demam dengan kondisi tertentu.

2.1.12 Tatalaksana

2.1.13 Komplikasi
Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung 15 menit yaitu:
a. Kerusakan otak yang terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron
saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat

17
resptor yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang
merusak sel neuron secara irrevesible.
b. Retardasi mental dapat terjadi karena deficit neurologis ada demam
neonatus.
2.1.14 Prognosis
Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis.
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan
ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang
baik umum atau fokal. Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah:
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga.
2. Usia kurang dari 12 bulan.
3. Temperatur yang rendah saat kejang.
4. Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang


demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut
kemungkinan berulang kejang demam adalah 10% - 15%. Kemungkinan
berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.

18
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan pasien mengalami demam selama 2


hari, meskipun sudah diberi paracetamol demam turun namun naik lagi. Ibu
pasien mengatakan anak mengalami kejang 1 jam SMRS. Kejang berlangsung 1
kali dengan lama kejang sekitar 5 menit. Saat di Rumah Sakit kejang sudah
berhenti. Ibu pasien mengatakan anak kejang seluruh tubuh. Saat kejang anak
tidak sadar dan setelah kejang anak menangis. Keluhan disertai batuk dan pilek.
Tidak ada diare, mual, maupun muntah. Ibu mengatakan anak tidak memiliki
riwayat kejang sebelumnya.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan suhu yang meningkat yaitu
40,1oC dan HR yang tinggi yaitu 190x/menit. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya kelainan. Suhu yang meningkat dan nadi yang cepat merupakan
salah satu manifestasi klinis kejang demam.
Untuk menunjang diagnosis dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu
didapatkan peningkatan nilai leukosit 18.800/uL, dimana hal ini kemungkinan
demam yang dialami oleh pasien disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA). Pemeriksaan elektrolit didapatkan hasil dalam batas
normal.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang telah dilakuakan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kejang
demam simpleks. Sehingga tatalaksana awal yang diberikan adalah menurunkan
suhu tubuh yang tinggi dengan pemberian injeksi Paracetamol 120mg secara
intravena. Diberikan juga injeksi antibiotik Cefotaxim 400mg secara intavena,
karena didapatkan adanya leukositosis. Injeksi Diazepam 4mg diberikan hanya
jika pasien mengalami kejang kembalii. Untuk mencegah terjadinya kejang dapat
diberikan diazepam 1,5 mg secara peroral. Prognosis pada masalah pasien ini
bonam.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Karande S. Febrile Seizure: A review for Family Physicians. Indian journal of


Medical Sciences. 2007; 61(3): 161-172.
2. Srinivasan J; Wallace KA, and Scheffer IE. Febrile Seizure. Australia Family
physician. 2005; 34 (12): 1021-1025.
3. Shinnar S and Glause TA. Febrile Seizure. Journal of child neurology. 2002;
17 (Suppl1); S44-S52.
4. Pusponeoro HD, Widodo DP, and Ismael S. Konsensus Pematalaksanaan
Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbitan IDAI 2016; hal 1-9.
5. Velasco-Ramirez SF, Rosales_Rivera LY, Ramirez Angiano AC, and Bitzer-
Quintero OK. Cytokines and the Nervous System: The Relationship between
Seizure and Epilepsy. Review Neurologu. 2013; 57(4):171-177.

20

Anda mungkin juga menyukai