TINEA KRURIS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
di RS Islam Sultan Agung Semarang
Periode 13 Juli 2021 – 8 Agustus 2021
Disusun Oleh :
Ayu Sufiana Mardliyya
30101607622
Pembimbing :
dr. Hesti Wahyuningsih Karyadini, sp.KK, FINSDV
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2021
BAB I
HALAMAN PENGESAHAN
Tinea kruris sering disebut “jock itch” merupakan infeksi jamur superfisial
yang mengenai kulit pada daerah lipat paha, genital, sekitar anus dan daerah
perineum. Kebanyakan tinea kruris disebabkan oleh Species Trichophyton rubrum,
Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton tonsurans2
Manifestasi klinis tinea kruris adalah rasa gatal di lipat paha dan dapat meluas
ke daerah genital, sekitar anus, bokong dan perut bawah. Gambaran kelainan kulitnya
berupa suatu area yang menyerupai pulau atau kepulauan dimana bagian tengahnya
berupa daerah coklat kehitaman dan kering bersisik, pada bagian tepinya berbintik
bintik dan berwarna kemerahan. Rasa gatal akan semakin meningkat jika banyak
berkeringat dan sering tidak disadari pada waktu tidur digaruk dan menimbulkan
lecet, kulit terkelupas dan terkadang terinfeksi oleh bakteri sehingga menimbulkan
rasa nyeri
Obat antifungi pada dasarnya ada yang bersifat fungisidal dan fungistatik.
Terapi dermatofitosis awal sering dengan griseofulvin yang bersifat fungistatik.
Terbinafin sebagai alternatif lain untuk terapi awal tinea kapitis dan merupakan
contoh antifungi yang bersifat fungisidal dan dapat diberikan sebagai pengganti
griseofulvin. Selain itu ada juga golongan azole seperti itrakonazole, flukonazole,
ketokonazole, vorikonazole yang bersifat fungistatik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tinea Kruris yang biasa disebut Jockey itch termasuk golongan dermatofitosis
pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus yang dapat meluas ke perut bagian
bawah dan daerah gluteus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan
dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup1
2.1. Epidemiolog
Di Indonesia, dermatofitosis merupakan 52% dari seluruh dermatomikosis dan
tinea kruris dan tinea korporis merupakan dermatofitosis terbanyak. Tinea cruris dapat
ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah tropis. Angka kejadian lebih
sering pada orang dewasa, terutama laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak
ada kematian yang berhubungan dengan tinea cruris. Jamur ini sering terjadi
pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan
sekitar yang kotor dan lembab.
2.2. Etiologi
Penyebab tinea kruris yang paling banyak adalah Trichophyton rubrum (T.
Rubrum), diikuti oleh Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton tonsurans.
Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton tonsurans
merupakan dermatofit yang menyukai daerah yang hangat dan lembab pada kulit yang
mengalami oklusi seperti disela paha2.
2.3. Patogenesis
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi jamur ini adalah iklim
panas, lembab, higiene sanitasi, pakaian serba nilon, pengeluaran keringat yang
berlebihan, trauma kulit, dan lingkungan. Maserasi dan oklusif pada regio kruris
menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban sehingga menyebabkan
perkembangan infeksi jamur. Tinea kruris sangat menular dan epidemik minor pada
lingkungan sekolah dan komunitas semacam yang lain. Tinea kruris umumnya terjadi
akibat infeksi dermatofitosis yang lain pada individu yang sama melalui kontak
langsung dengan penderita misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan
seksual. Tetapi bisa juga melalui kontak tidak langsung melalui benda yang
terkontaminasi seperti pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain-lain. Obesitas,
penggunaan antibiotika, kortikosteroid serta obat-obat imunosupresan lain juga
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit jamur.
Dermatofita mempunyai masa inkubasi selama 4-10 hari. Infeksi dermatofita
melibatkan tiga langkah utama : perlekatan ke keratinosit, penetrasi melalui dan
diantara sel, dan perkembangan respon pejamu3.
B. Penetrasi.
2. Kultur jamur
Dermatitis kronik yang terjadi pada daerah yang mempunyai banyak kelenajar
sebasea. Seperti pada muka, kepala, dada. Efloresensi : Plakat eritematosa dengan
skuama berwarna kekuningan berminyak dengan batas tegas.
2.6.2. Psoriasis
(a) Topikal : salep atau krim antimikotik. Konsentrasi obat harus lebih rendah
dibandingkan asam salisilat, asam benzoat, sulfur dan sebagainya.
(b) Sistemik : diberikan jika lesi meluas dan kronik yaitu dengan pemberian
griseofulvin 500-1.000 mg selama 2-3 minggu atau ketokonazole100 mg/hari selama
1 bulan
BAB III
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. M
b. Umur : 7 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku : Jawa
f. Alamat : Keperan, Semarang Utara
g. No. RM : 01-43-06-xx
h. Status Pasien : BPJS
B. ANAMNESIS
a. KELUHAN UTAMA
- Subjektif : Merasa gatal, mengganggu aktifitas
- Objektif : Kulit bersisik
b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien anak laki-laki usia 7 tahun datang diantar orang tuanya ke poli kulit dan
kelamin RS Islam Sultan Agung Semarang pada hari Senin, 12 Juli 2021
pukul 10.00 WIB dengan keluhan gatal-gatal pada perut bagian bawah sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan muncul tiba-tiba timbul bercak
bersisik pada perut bagian bawah disertai rasa gatal. Gatal dirasakan terus
menerus dan bercak bersisik semakin meluas hingga area selangkangan.
Keluhan mengganggu aktifitas pasien. Keluhan dirasakan makin memberat
saat malam hari atau cuaca dingin. Pasien belum pernah diobati. Pasien tidak
mengeluhkan gejala lain.
c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Tidak ada keluhan serupa
d. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
- Tidak ada keluarga yang mengalami seperti pasien
e. RIWAYAT KEBIASAAN
- Pasien sering menggunakan celana ketat, celana double, dan jarang
mengganti celana setelah dia bermain.
- Pasien mandi 1-2 kali sehari dan keramas 2 kali dalam seminggu
f. RIWAYAT ALERGI
- Pasien tidak mempunyai alergi terhadap makanan /obat-obatan.
g. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Kesan ekonomi : cukup
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Status Dermatologik
A. Inspeksi :
- Lokasi :
- Perut bagian bawah
- Lipatan paha (selangkangan)
- UKK : Tampak plak eritem multiple berbatas tegas, berbentuk geografik,
dengan pinggir plak terdiri dari papul, vesikel, krusta yang tersusun polisiklik,
tepi tampak aktif dan pada daerah tengah ditemukan central healing yang ditutupi
skuama halus pada bagian tengah plak.
B. Palpasi :
Perabaan kasar, permukaan tidak rata, hangat (-), dan nyeri (-)
D. DIAGNOSIS BANDING
a. Tinea Kruris
b. Psoriasis
c. Dermatitis Kontak Iritan
E. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Lampu Wood
- Pemeriksaan KOH
Bahan pemeriksaan: kerokan kulit pada lesi aktif
Hasil ditemukan jamur, spora endotrik (+), Hifa (+)
- Kultur jamur
F. DIAGNOSIS KERJA
- Tinea Kruris
G. RENCANA TERAPI
R/ Ketoconazole tab 200 mg NO. VII
S 1 d d tab 1/2
R/ Loratadin syr. 5 mg/5 ml NO. I
S 1 d d cth I
H. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : Ad Bonam
- Quo ad sanationam : Ad Bonam
- Quo ad kosmetikan : Ad Bonam
I. EDUKASI