Disusun Oleh:
Dwi Pratika A G99172064/A6
Amalina Yaserli A G99172033/N2
Pembimbing :
Dra. Suci Murti Karini, M.Si
HALAMAN PENGESAHAN
1
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr.
Moewardi. Presentasi kasus dengan judul:
Oleh:
2
BAB I
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. J
Usia : 3 tahun 6 bulan
Tanggal Lahir : 13 Juli 2015
Berat Badan : 11.8 kg
Tinggi Badan : 86 cm
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No. RM : 0131xxxx
Agama : Islam
Alamat : Jebres, Surakarta
Tanggal Pemeriksaan : 22 Januari 2019
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Perkembangannya tidak seperti anak-anak seusianya
3
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat alergi obat / makanan : disangkal
Riwayat kejang sebelumnya : disangkal
Riwayat perkembangan keterlambatan : (+), keterlambatan motorik
halus, keterlambatan motorik
kasar, personal sosial, dan
keterlambatan bahasa
4
G. Riwayat Makan Minum Anak
Setelah lahir sampai usia 6 bulan, pasien diberi ASI. Umur 6 bulan
sampai dua tahun pasien masih minum ASI. Kemudian setelah 2 tahun
hingga saat ini pasien diberi susu formula. Pasien makan sepiring nasi lauk
dan sedikit sayur sebanyak 3 kali dalam sehari dan lebih sering dihabiskan.
H. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal
Ibu pasien hamil pada usia 38 tahun. Selama hamil, ibu pasien
melakukan ANC di bidan desa namun tidak rutin. Ibu pasien tidak pernah
mengeluhkan sakit berat sampai pasien lahir. Kesan kehamilan tidak
normal.
I. Riwayat Kelahiran
Ibu pasien melahirkan dengan normal di bidan desa, pada usia
kehamilan 37+6 minggu dengan BBL 2700 gram, panjang badan 46 cm.
Langsung menangis saat lahir dan bergerak aktif. Riwayat kelahiran dalam
batas normal.
K. Riwayat Imunisasi
1. HB0 : 0 bulan
2. BCG, Polio 1 : 1 bulan
3. DPT, HB, Hib 1, Polio 2 : 2 bulan
4. DPT, HB, Hib 2, Polio 3 : 3 bulan
5. DPT, HB, Hib3, Polio 4 : 4 bulan
6. Campak : 9 bulan
Kesimpulan : pasien mendapatkan imunisasi lengkap sesuai pedoman
IDAI 2014.
5
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : baik
Derajat Kesadaran : kompos mentis
Status gizi : gizi kesan cukup
2. Tanda vital
S : 36,6oC
N : 100 x/menit
RR : 24 x/menit
BB : 11.8 kg
TB : 86 cm
Kulit : warna kecoklatan, kelembaban baik, turgor baik.
3. Kepala : LK 44 cm ( LK <P5) microcephal, rambut kehitaman, tidak
mudah rontok,
4. Muka : sembab (-), wajah orang tua (-)
5. Mata : cowong (-), bulu mata hitam lurus tidak rontok, konjunctiva anemis
(-/-), strabismus (-), xeroftalmia (-), bercak bitot’s (-), oedem palpebra(-/-),
epicenthal fold (+)
6. Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-),
deformitas (-)
7. Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-),
mukosa basah (-) , susunan gigi normal, macroglossia (+)
8. Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1 –T1, faring hiperemis (-),
pseudomembran (-), post nasal drip (-).
9. Telinga : bentuk aurikula dextra et sinistra normal, kelainan MAE (-),
serumen (-/-), membrana timpani sde, prosesus mastoideus tidak nyeri
tekan, tragus pain (-), sekret (-), low-set ears (+).
10. Leher : bentuk normal, trakhea di tengah, kelenjar thyroid tidak membesar.
11. Limfonodi : kelenjar limfe auricular, submandibuler, servikalis,
supraklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak membesar.
6
12. Thorax : bentuk normochest, retraksi (-) interkostal dan sub sternal, iga
gambang (-), gerakan simetris kanan = kiri
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas : SIC II LPSS
Kiri bawah : SIC IV LMCS
Kanan atas : SIC II LPSD
Kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : SIC V kanan
Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Redup relatif di : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH
(-/-)
13. Abdomen : Inspeksi : dinding dada sejajar dinding
perut, hernia umbilicallis (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,
lien tidak teraba.
14. Urogenital : dalam batas normal
15. Gluteus : Baggy pants (-)
16. Ekstremitas :
akral dingin - - sianosis oedem
- - - -
- - - - - -
CRT < 2 detik, ADP teraba kuat, simian crease (+).
7
17. Kuku : keruh (-), spoon nail (-), konkaf (-)
IV. RESUME
Keluarga pasien mengeluh bahwa anak tersebut perkembangannya
lebih lambat daripada anak seusianya. Menurut orang tua pasien, pasien
belum bisa minum dengan cangkir tetapi sudah bisa makan biskuit sendiri,
sudah bisa di ajak bermain bola. Pasien juga belum bisa mengambil manik-
manik yang ditunjukkan tapi sudah bisa mencoret-coret sesuatu. Pasien juga
baru bisa mengatakan satu silabel seperti ma, mba, nyum. Pada aktivitas
sehari-hari, pasien bisa naik tangga, menendang bola, melompat, tetapi belum
bisa melempar bola gerakan tangan ke atas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak baik,
compos mentis dan gizi kesan baik, tanda vital suhu 36,60C, nadi frekuensi:
100 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup, frekuensi nafas: 24
8
x/menit, tipe abdominal, kedalaman cukup, dan reguler. Hasil tes
perkembangan Denver yaitu personal sosial setara dengan usia 11 bulan 3
minggu, adaptif-motorik halus setara dengan usia 1 tahun 2 bulan. Pada
motorik kasar setara dengan usia 2 tahun 2 bulan dan kemampuan bahasa
setara dengan anak usia 6 bulan.
V. ASSESMENT
1. Suspek keterlambatan personal sosial atau personal social delayed
development setara usia 11 bulan 3 minggu.
2. Suspek keterlambatan motorik halus setara usia 1 tahun 2 bulan.
3. Suspek keterlambatan motorik kasar setara usia 2 tahun 2 bulan.
4. Sispek terlambatan perkembangan bahasa atau Speech Delayed
Development setara usia 6 bulan.
5. Down Syndrome
6. Gizi baik
VI. PENATALAKSANAAN
1. Edukasi orangtua pasien tentang penyakitnya.
2. Fisioterapi
3. Terapi wicara.
4. Terapi okupasi.
VII. PLANNING
1. Konsul Rehabilitasi Medik
2. Kontrol poli tumbuh kembang per 3 bulan
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
10
berjalan pada 14 (21%), serta belum bisa berjalan pada 12 (18%) pasien.
Didapatkan 20% BBLR dan BBLSR, ibu berpendidikan menengah ditemukan
pada 68% kasus. Karakteristik klinis didapatkan 30% gizi kurang, 29%
mikrosefali, 20% dicurigai suatu sindrom. Evaluasi perkembangan menunjukkan
40 (60%) terlambat pada seluruh sektor perkembangan. Etiologi ditemukan pada
61% dengan penyebab terbanyak adalah kelainan majemuk, hipotiroid, serebral
disgenesis, palsi serebral.
Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak
dengan dewasa. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
yang sesuai dengan usianya.
11
tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya, pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda, perkembangan berkorelasi
dengan pertumbuhan, perkembangan mempunyai pola yang tetap, serta
perkembangan memiliki tahap yang berurutan. 6,7
Selain memiliki ciri-ciri yang khusus, proses tumbuh kembang anak juga
memiliki prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip dapat digunakan
sebagai kaidah atau pegangan dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan
anak. Terdapat dua prinsip proses tumbuh kembang, yaitu perkembangan
merupakan hasil proses kematangan dan belajar, serta pola perkembangan dapat
diramalkan.6,7
13
2. Masa bayi (umur 0 – 11 bulan)
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI
eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping
ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh
yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak
terjalin, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat
besar.
14
4. Masa anak prasekolah (umur 60 – 72 bulan)
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan
dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan
proses berpikir. Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka
lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan. Pada masa ini juga anak
dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistem reseptor penerima
rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar
dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah
dengan cara bermain.
2.4 Etiologi
Tabel 1. Penyebab KPG menurut Forsyth dan Newton, 2007 (dikutip dari Walters AV, 2010)
8
Kategori Komentar
15
delesi subtelomerik.
Metabolik Skrining universal secara nasional
neonatus untuk fenilketonuria
Teridentifikasi dalam 1% dari
(PKU) dan defisiensi acyl-Co A
mereka yang tanpa tanda-tanda
Dehidrogenase rantai sedang.
neurologis, kelainan dismorfik, Misalnya, kelainan siklus/daur
atau riwayat keluarga urea
Endokrin Terdapat skrining universal
neonatus untuk hipotiroidisme
kongenital
Traumatik Cedera otak yang didapat
Penyebab dari lingkungan Anak-anak memerlukan kebutuhan
dasarnya seperti makanan,
pakaian, kehangatan, cinta, dan
stimulasi untuk dapat berkembang
secara normal
Anak-anak tanpa perhatian, diasuh
dengan kekerasan, penuh
ketakutan, dibawah stimulasi
lingkungan mungkin tidak
menunjukkan perkembangan yang
normal
Ini mungkin merupakan faktor
yang berkontribusi dan ada
bersamaan dengan patologi lain
dan merupakan kondisi yaitu
ketika kebutuhan anak diluar
kapasitas orangtua untuk dapat
menyediakan/memenuhinya
Malformasi serebral Misalnya, kelainan migrasi neuron
Palsi Serebral dan Kelainan Kelainan motorik dapat
Perkembangan Koordinasi mengganggu perkembangan secara
16
(Dispraksia) umum
17
Tanda bahaya perkembangan motor kasar
1. Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh
bagian kiri dan kanan.
2. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari
usia 6 bulan
3. Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
4. Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
5. Adanya gerakan yang tidak terkontrol
Tanda bahaya gangguan motor halus
1. Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi,
misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons
2. Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan
dengan orang lain pada usia 20 bulan
3. Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan
Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
19
berbeda jika skrining dilakukan dalam sekali kunjungan dengan skrining dengan
beberapa kali kunjungan karena data mengenai panjang badan, lingkar kepala,
lingkar lengan atas dan berat badan. Mengacu pada pengertian KPG yang
berpatokan pada kegagalan perkembangan dua atau lebih domain motorik kasar,
motorik halus, bicara, bahasa, kognitif, sosial, personal dan kebiasaan sehari-hari
dimana belum diketahui penyebab dari kegagalan perkembangan ini. Terdapat hal
spesifik yang dapat mengarahkan kepada diagnosa klinik KPG terkait
ketidakmampuan anak dalam perkembangan milestones yang seharusnya,
yaitu10,11:
1. Anak tidak dapat duduk di lantai tanpa bantuan pada umur 8 bulan
2. Anak tidak dapat merangkak pada 12 bulan
3. Anak memiliki kemampuan bersosial yang buruk
4. Anak tidak dapat berguling pada umur 6 bulan
5. Anak memiliki masalah komunikasi
6. Anak memiliki masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
20
salah asuh, dan akibat dari penyakit primer yang sudah secara jelas terdiagnosis
saat infant.
Contoh, dari pandangan biologi, infant dengan berat badan lahir rendah
seringkali beresiko terhadap angka kejadian perdarahan intraventrikel, sepsis atau
meningitis, gangguan metabolik, dan defisit nutrisi yang dapat secara langsung
memengaruhi perkembangan otak. Anak dengan resiko lingkungan termasuk
didalamnya ibu yang masih muda dan tidak berpengalaman serta ibu yang tidak
sehat secara individu atau kekurangan finansial. Anak yang hidup dalam keluarga
bermasalah akibat obat-obatan terlarang, minuman keras dan kekerasan sering
menyebabkan hasil buruk. Anak dengan faktor resiko kondisi medis seperti
myelomeningocele, sensorineural deafness, atau trisomy 21 diketahui memiliki
hubungan dengan keterlambatan perkembangan anak. Perhatian saat ini sering
pula akibat dari infeksi virus HIV. Kurangnya motorik milestones, peubahan
21
perilaku, atau kognitif buruk serta perubahan fungsi serebelum dalam tahun
pertama sering dihubungkan dengan HIV.10,11
22
a. Skrining metabolik
Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino, serum glukosa,
bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan creatinin kinase. Skrining metabolik
rutin untuk bayi baru lahir dengan gangguan metabolisme tidak dianjurkan
sebagai evaluasi inisial pada KPG. Pemeriksaan metabolik dilakukan hanya
bila didapatkan riwayat dari anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik yang
mengarah pada suatu etiologi yang spesifik. Sebagai contohnya, bila anak-
anak dicurigai memiliki masalah dengan gangguan motorik atau disabilitas
kognitif, pemeriksaan asam amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak
dengan gangguan tonus otot harus diskrining dengan menggunakan kreatinin
phospokinase atau aldolase untuk melihat adanya kemungkin penyakit
muscular dystrophy.
b. Tes sitogenetik
Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan KPG meskipun tidak
ditemukan dismorfik atau pada anak dengan gejala klinis yang menunjukkan
suatu sindrom yang spesifik. Uji mutasi Fragile X, dilakukan bila adanya
riwayat keluarga dengan KPG. Meskipun skrining untuk Fragile X lebih
sering dilakukan anak laki-laki karena insiden yang lebih tinggi dan severitas
yang lebih buruk, skrining pada wanita juga mungkin saja dilakukan bila
terdapat indikasi yang jelas. Diagnosis Rett syndrome perlu dipertimbangkan
pada wanita dengan retardasi mental sedang hingga berat yang tidak dapat
dijelaskan.
c. Skrining tiroid
Pemeriksaan tiroid pada kondisi bayi baru lahir dengan hipotiroid kongenital
perlu dilakukan. Namun, skrining tiroid pada anak dengan KPG hanya
dilakukan bila terdapat klinis yang jelas mengarahkan pada disfungsi tiroid.
d. EEG
23
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan KPG yang memiliki
riwayat epilepsia tau sindrom epileptik yang spesifik (Landau-Kleffner).
Belum terdapat data yang cukup mengenai pemeriksaan ini sehingga belum
dapat digunakan sebagai rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan KPG
tanpa riwayat epilepsi.
e. Imaging
Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin pada KPG
(terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali). Bila tersedia MRI harus
lebih dipilih dibandingkan CT scan jika sudah ditegakkan diagnosis secara
klinis sebelumnya.
Etiologi dan penyebab dari KPG saat ini belum bisa memprediksi secara
spesifik, gangguan mana saja yang akan terlibat dalam penegakan KPG ini,
terdapat beberapa penyakit atau gangguan dengan gambaran serupa GDD, namun
memiliki beberapa perbedaan yaitu retardasi mental, palsi serebral, Attention
deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan Autism Spectrum Disorder (ASD).12
Suatu keadaan yang dimulai saat masa anak-anak yang ditandai dengan
keterbatasan dalam intelegensi dan kemampuan adaptasi. Menurut kriteria DSM-
IV, retardasi mental adalah fungsi intelektual yang di bawah rata-rata, terdapat
gangguan fungsi adaptasi, onset sebelum umur 18 tahun. Untuk mengetahui
adanya gangguan fungsi intelegensi, digunakan tes IQ (akurat diatas umur 5
tahun), dengan klasifikasi hasil:
24
2.8.2 Palsi Serebral atau Cerebral palsy (CP)
Membedakan antara CP dengan KPG, pada CP, ada tiga faktor resiko awal
yaitu bayi lahir prematur (semakin kecil usia, semakin tinggi faktor risiko), bayi
lahir dengan ensefalopati sedang hingga berat (semakin berat keluhan semakin
berat risiko), dan bayi yang lahir dengan faktor risiko paling ringan. Dua faktor
risiko awal tersebut harus ditunjang dengan MRI untuk melihat gambaran otak.
Bila terdapat gangguan bahasa, penglihatan, pendengaran dan epilepsi, dapat
dicurigai hal tersebut adalah suatu gambaran CP. Selain itu, diagnosis palsi
serebral dapat dilakukan berdasarkan kriteria Levine (dikutip dari Soetjiningsih,
19957), yaitu pola gerak dan postur; pola gerak oral; strabismus; tonus otot;
evolusi reaksi postural dan kelainannya yang mudah dikenal; refleks tendon,
primitif dan plantar.
ADHD merupakan suatu gangguan yang terjadi sangat awal dari kelahiran
bayi, yang dinamis, serta tergantung dengan perkembangan korteks. Tanda ADHD
yaitu development delay, nilai akademik yang rendah, serta permasalahan sosial.
Penggunaan milestones pada tahun ke-3 mudah mengarahkan diagnosis ADHD.
Tanda awal untuk membedakan antara ASD dengan KPG. Beberapa kata
kunci adalah gangguan bersosial. Pada tahun pertama akan sulit membedakan
antara ASD dengan KPG, yaitu ciri tidak berespon ketika nama dipanggil, afek
kurang, berkurangnya interaksi sosial, dan sulit untuk tersenyum. Pada tahun
kedua dan ketiga, bahasa tubuh yamg tidak lazim dan sangat ekspresif. Perilaku
lain yakni motorik, sensorik dan beberapa domain lain.
2.9 Penatalaksanaan
25
Pengobatan bagi anak-anak dengan KPG hingga saat ini masih belum
ditemukan. Hal itu disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik, dimana anak-
anak belajar dan berkembang dengan cara mereka sendiri berdasarkan
kemampuan dan kelemahan masing-masing. Sehingga penanganan KPG
dilakukan sebagai suatu intervensi awal disertai penanganan pada faktor-faktor
yang beresiko menyebabkannya. Intervensi yang dilakukan, antara lain6,9,12:
2. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri
dalam menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas mereka
antara bermain, belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi,
memakai pakaian, makan, dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami
kemunduran pada kemampuan kognitif, terapi ini dapat membantu mereka
meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi permasalahannya.
3. Physical Therapy
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus,
keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya. Kemampuan
motorik kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang besar seperti
berguling, merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan motorik
26
halus yakni menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan
mengambil barang. Dalam terapi, terapis akan memantau perkembangan dari
anak dilihat dari fungsi, kekuatan, daya tahan otot dan sendi, dan kemampuan
motorik oralnya. Pada pelaksanaannya, terapi ini dilakukan oleh terapi dan
orang-orang yang berada dekat dengan anak tersebut. Sehingga terapi ini dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Behavioral Therapies
Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada dirinya dan
memiliki efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap agresif atau
buruk seperti melempar barang-barang, menggigit, menarik rambut, dan lain-
lain. Behavioral therapy merupakan psikoterapi yang berfokus untuk
mengurangi masalah sikap dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi.
Terapi ini dapat dikombinasikan dengan terapi yang lain dalam pelaksanaanya.
Namun, terapi ini bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu terlihat
pada terapi kognitif yang lebih fokus terhadap pikiran dan emosional yang
mempengaruhi sikap tertentu, sedangkan behavioural therapy dilakukan
dengan mengubah dan mengurangi sikap-sikap yang tidak diinginkan.
Beberapa terapis mengkombinasikan kedua terapi tersebut, yang disebut
cognitive-behavioural therapy.
2.10 Komplikasi
2.11 Prognosis
27
Prognosis KPG pada anak-anak dipengaruhi oleh pemberian terapi dan
penegakkan diagnosis lebih dini (early identification and treatment). Dengan
pemberian terapi yang tepat, sebagian besar anak-anak memberikan respon yang
baik terhadap perkembangannya. Walau beberapa anak tetap menjalani terapi
hingga dewasa. Hal tersebut karena kemampuan anak itu sendiri dalam
menanggapi terapinya. Beberapa anak yang mengalami kondisi yang progresif
(faktor-faktor yang dapat merusak sistem saraf seiring berjalannya waktu), akan
menunjukkan perkembangan yang tidak berubah dari sebelumnya atau mengalami
kemunduran. Sehingga terapi yang dilakukan yakni meningkatkan kemampuan
dari anak tersebut untuk menjalani kesehariannya.6,9
Diagnosis mikrosefali
1. Genetik (keturunan)
2. Asupan nutrisi (makan, minum, camilan)
3. Penyerapan usus dan pengeluaran
4. Aktivitas fisik
5. Metabolisme tubuh, hormone
6. Penyakit kronik (jantung, ISK,TBC)
7. Kadar air dan lemak tubuh,
Sedangkan lingkar kepala diukur karena berhubungan dengan
perkembangan volume otak. Lingkar kepala yang lebih kecil dari normal
(mikrosefali) biasanya menunjukkan retardasi mental. Lingkar kepala yang
lebih besar (makrosefali) sebagian besar (88%) menunjukkan IQ yang
normal, 5%retardasi mental ringan, dan 7% retardasi mental berat
28
Berikut Patofisiologi dari mikrosefali dan development delay
Morbili
Sifilis
Penyinaran
Genetik Antenatal
Toksoplasmosis
Etiologi
Intranatal Kelainan sirkulasi
darah janin
Anoksia
Ensefalitis
Trauma kepala
Malnutrisi
Global
Global Delay
Delay development
development
Malnutrisi
Perlakuan dibedong ketat
selama 6 bulan
Asfiksia Neonatorum
Gangguan SSP
Ensefalopati
Hipoksia Iskemik
Glukosa
Glikogenolisis
Glukogenolisis
30
Glikolisis
Glikolisis
Glikolisis
Asam laktat
Asam laktat
ATP ATP
Kelainan Neurologis
Nekrosis Kortikal
Nekrosis Multifokal
Nekrosis fokal
MIKROSEFALI
Untuk mendiagnosis keterlambatan perkembangan, biasanya dapat
menggunakan DDST , KMS, KPSP.
31
emosi, psikososial dan kasih sayang, ASAH – agama, moral-etika,
kreativitas dan keterampilan. Stimulasi yang diberikan tenaga profesional
meliputi fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, terapi bermain, terapi
pijat, terapi suara, latihan persepsi motorik,psikoterapi dan edukasi.
Stimulasi yang diberikan orangtua dan tenaga profesional berupa stimulasi
sensori yang terintegrasi meliputi : penglihatan, pendengaran, proprioseptif
raba dan sentuhan serta keseimbangan (vestibuler)
BAB III
ANALISA KASUS
32
jantung pada pasien, dan cek TSH/fT4 untuk melihat apakah ada kelainan tiroid.
Konsul Rehabilitasi Medik dilakukan untuk dapat melatih anak yang mengalami
keterlambatan tumbuh, kembang, dan fungsional yang seharusnya sesuai dengan
usia anak tersebut. Stimulasi harus diberikan pada pasien ini baik oleh orang tua
maupun tenaga profesional yang terlatih. Kebutuhan dasar atau stimulasi dasar
yang dibutuhkan adalah: ASUH – kebutuhan nutrisi, imunisasi lanjutan (booster),
sandang-pangan, kesehatan, hygiene dan sanitasi, ASIH – kebutuhan hubungan
ibu-anak, emosi, psikososial dan kasih sayang, ASAH – agama, moral-etika,
kreativitas dan keterampilan. Stimulasi yang diberikan tenaga profesional meliputi
fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, terapi bermain, terapi pijat, terapi suara,
latihan persepsi motorik, psikoterapi, dan edukasi. Stimulasi yang diberikan
orangtua dan tenaga profesional berupa stimulasi sensori yang terintegrasi
meliputi: penglihatan, pendengaran, proprioseptif raba, dan sentuhan serta
keseimbangan (vestibuler).
33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Orang tua pasien disarankan memberi stimulus agar kosa kata pasien
bertambah dengan cara mengajak berbicara atau menalkan kata-kata baru.
Orang tua pasien harus rajin untuk kontrol ke poli anak untuk memantau
tumbuh kembang dan juga proses pemulihan penyakit yang diderita anaknya.
34
DAFTAR PUSTAKA
6. Peter Paul Rickham. 2003. Obituaries. BMJ 2003: 327: 1408-doi: 10.1136/
bmj.327.7428.1408.
9. Shevell MI. The evaluation of the child with a global developmental delay.
Seminar Pediatric Neurology. 1998;5:21–26.
10. Fenichel GM. Psychomotor retardation and regression. Dalam: Clinical
Pediatric Neurology: A signs and symptoms approach. Edisi ke-
4.Philadelphia: WB Saunders; 2001.h.117–47.
35
11. Shevell M, Ashwal S, Donley D, Flint J, Gingold M, Hirzt D, dkk. Practice
parameter: Evaluation of the quality standards subcommittee of the
American Academy of Neurology and the practice committee of the child
neurology society. Neurology 2003;60:67-80.
12. Suwarba IGN, Widodo DP, Handryastuti RAS. Profil klinis dan etiologi
pasien keterlambatan perkembangan global di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Sari Pediatri 2008;10:255-61.
13. Melati D, Windiani IGAT, Soetjiningsih. Karakteristik Klinis
Keterlambatan Perkembangan Global Pada Pasien di Poliklinik Anak
RSUP Sanglah Denpasar. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana Bali
14. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen
Kesehatan RI. 2005.
15. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Dalam: RanuhIGN, penyunting.
Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 1995. h. 1-32.
16. Walters AV. Development Delay: Causes and Identification. ACNR 2010;
10(2);32-4.
17. Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Indonesia. [diunduh 19 Desember 2013]. [Available
from]: URL: http //idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-
anak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak.html .
18. First LR, Palrey JS. Current Concepts: The Infant or Young Child with
Developmental Delay. The New England Journal of Medicine 1994; 7478-
483.
19. Srour M, Mazer B, Shevell MI. Analysis of clinical features predicting
etiologic yield in the Assessment of global development delay. Pediatrics
2006;118:139-45.
20. Menkes JH. Textbook of Child Neurology. 4th. ed. Philadelphia: Lea
Febiger 1990; 306-311.
36