Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI KASUS

SEORANG ANAK LAKI – LAKI 1 TAHUN 9 BULAN DENGAN


GLOBAL DEVELOMPENTAL DELAY DAN STATUS GIZI …

DISUSUN OLEH:
DANIELA RATNANI G99172055 (M-4)
EMILLYA SARI G99181024 (M-12)

PEMBIMBING :
Dra. SUCI MURTI KARINI, M.Si.

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
2018

0
BAB I
STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An.
Usia : 1 tahun
Tanggal Lahir : 10 November 2016
Berat Badan : 12 kg
Tinggi Badan : 85 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Gerbang Sewu, Semen, Paron.
Tanggal Pemeriksaan: 15 November 2018
Nomor Rekam Medis : 01 31 45 xx

II. ANAMNESIS
Anamnesis didapat dengan cara alloanamnesis kepada orang tua pasien
saat pasien .... RSUD Dr. Moewardi.

A. Keluhan Utama
Pasien belum dapat berbicara

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang diantarkan oleh ibunya ke Poliklinik Tumbuh
Kembang Anak RSUD Dr. Moewardi untuk kontrol perkembangannya.
Orang tua pasien mengeluhkan anaknya belum bisa bicara. Pasien mampu
mengoceh, tetapi belum mampu bicara dengan kata-kata yang jelas. Pasien
belum dapat memanggil orang tuanya secara spesifik. Ibu pasien juga
mengeluhkan anaknya suka bengong sendiri. Pasien sudah bisa minum
dengan cangkir sendiri dan tidak tersedak. Pasien sudah bisa corat – coret.

1
Pasien sudah bisa bermain dengan boneka, mencuci tangan dan
mengeringkan tangan, barmain dengan kubus dan menyusunnya menjadi 6
susunan, pasien sudah bisa bermain lompat-lompatan dengan teman
sebayanya.
Pasien memiliki riwayat lahir prematur dan sempat dimondokkan
di HCU Neonatus selama 14 hari. Pasien memiliki riwayat asma. Pasien
tidak batuk pilek dan tidak demam saat dilakukan pemeriksaan. Pasien
tidak memiliki keluhan buang air kecil dan buang air besar.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat mondok : (+) di HCU neonatus


karena hipotermi selama
14 hari.
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat alergi obat / makanan : disangkal
Riwayat kejang sebelumnya : disangkal
Riwayat perkembangan keterlambatan : (+) keterlambatan bahasa

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat alergi obat / makanan : disangkal
Riwayat kejang pada keluarga : disangkal

2
E. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Muntaber (-) Tersangka CMV (-)
Rubella (-) Polio (-)
Bronkitis (-) Thypus abdominalis (-)
Morbili (-) Cacingan (-)
Pertusis (-) Gegar otak (-)
Difteri (-) Fraktur (-)
Varicella (-) Kolera (-)
Malaria (-) TB paru (-)

F. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien sejak lahir diasuh oleh orang tua pasien. Pasien diberi ASI
oleh ibunya sampai usia 6 bulan. Pasien berobat menggunakan asuransi
kantor orang tuanya. Kesan sosial ekonomi pasien baik.

G. Riwayat Makan Minum Anak


Setelah lahir sampai usia 6 bulan anak diberi ASI. Kemudian pada
usia 6 bulan anak sudah memakan bubur nasi dan pada usia 1 tahun anak
makan nasi lunak. Usia 1,5 tahun anak mulai makan makanan keluarga.
Pasien makan sepiring nasi lauk 3 kali dalam sehari dan lebih sering
dihabiskan.

H. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal


Ibu pasien hamil pada usia 24 tahun. Selama hamil, ibu pasien
rutin melakukan ANC di rumah sakit swasta selama 9 kali, setiap sebulan
sekali. Ibu pasien pernah mengeluhkan sakit berat, tekanan darah tinggi
dengan riwayat preeklamsi berat.

I. Riwayat Kelahiran
Ibu pasien melahirkan dengan SC di RSUD Ngawi, pada usia
kehamilan 38 minggu dengan berat badan lahir 2400 gram dan panjang

3
badan lahir 45 cm. Pasien menangis beberapa saat setelah lahir, warna air
ketuban jernih, dan pasien dapat bergerak aktif setelah lahir.

J. Riwayat Pemeriksaan Post Natal


Setelah lahir, pasien dirujuk ke HCU salah satu Rumah sakit swasta
untuk dimondokkan karena BBLR, dan risiko infeksi. Saat mondok
mendapatkan vaksin Hepatitis B. Kemudian vaksin lanjutan dilakukan di
posyandu.

K. Riwayat Imunisasi
1. HB0, Polio 0 : 0 bulan
2. BCG : 1 bulan
3. DPT, HB, Hib 1, Polio 1 : 2 bulan
4. DPT, HB, Hib 2, Polio 2 : 3 bulan
5. DPT, HB, Hib 3, Polio 3 : 4 bulan
6. Campak : 9 bulan
Kesimpulan : Pasien mendapatkan imunisasi lengkap sesuai pedoman
Kementerian Kesehatan 2014.

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : baik
Derajat Kesadaran : compos mentis
Status gizi : gizi kesan cukup
2. Tanda vital
Suhu : 36,5 oC
Denyut nadi : 124 x/menit
Frekuensi pernapasan : 26 x/menit
Berat badan : 12 kg
Tinggi badan : 85 cm
3. Kulit : warna kecoklatan, kelembaban baik, turgor baik.

4
4. Kepala : mesocephal, rambut kehitaman, tidak mudah rontok, lingkar
kepala 46 cm.
5. Muka : sembab (-), wajah orang tua (-).
6. Mata : cowong (-), bulu mata hitam lurus tidak rontok, konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-), strabismus (-), xeroftalmia (-), bercak bitot’s (-),
oedem palpebra (-/-), refleks cahaya (+/+).
7. Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-),
deformitas (-), deep nasal bridge (-).
8. Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-),
mukosa basah (+), susunan gigi normal.
9. Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1 –T1, faring hiperemis (-),
pseudomembran (-), post nasal drip (-).
10. Telinga : bentuk aurikula dextra et sinistra normal, kelainan liang telinga
(-), serumen (-/-), membrana timpani sulit dievaluasi, prosesus mastoideus
tidak nyeri tekan, tragus pain (-), sekret (-), low-set ears (-).
11. Leher : bentuk normal, trakhea di tengah, kelenjar thyroid tidak membesar.
12. Limfonodi : kelenjar limfe auricular, submandibuler, servikalis,
supraklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak membesar.
13. Thorax : bentuk normochest, retraksi (-) interkostal dan sub sternal, iga
gambang (-), gerakan simetris kanan = kiri
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah : SIC IV linea midclavicularis sinistra
Kanan atas : SIC II linea parasternalis dekstra
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dekstra
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : Spatium Intercostae (SIC) V kanan

5
Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Redup relatif di : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi
basah kasar (-/-), ronkhi basah halus
(-/-)
14. Abdomen : Inspeksi : dinding dada sejajar dinding perut
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,
lien tidak teraba.
15. Urogenital : dalam batas normal
16. Gluteus : Baggy pants (-)
17. Ekstremitas :
akral dingin - - sianosis oedem
- - - -
- - - - - -
spastik klonus
- - - -
- - - -
Capillary Refill Time < 2 detik, A. dorsalis pedis teraba kuat
18. Kuku : keruh (-), spoon nail (-), konkaf (-)
19. Status Neurologis
N. II : dalam batas normal
N. III, IV, VI : dalam batas normal, gerakan bola mata bebas
N. V : dalam batas normal, refleks kornea (+)
N. VII : dalam batas normal, lipatan nasolabialis simetris
N. VIII : tidak dilakukan
N. IX, X, XI, XII : dalam batas normal, lidah dalam mulut simetris,
refleks muntah (+), bahu simetris
Refleks Fisiologis : dalam batas normal
Refleks Patologis : (-)
Meningeal Sign : (-)

6
IV. STATUS GIZI
1. BB/U
-2 SD < BB/U < 2 SD  normoweight
2. TB/U
-2 SD < TB/U < 2 SD  normoheight
3. BB/TB
-2 SD < BB/TB < 2 SD  gizi baik
4. Kesimpulan status gizi : normoweight, normoheight, gizi baik
menurut kurva antropometri WHO 2006.

V. DENVER DEVELOPMENTAL SCREEENING TEST


Hasil tes perkembangan Denver yaitu, personal sosial tidak
mengalami keterlambatan, adaptif-motorik halus tidak mengalami
keterlambatan. Pada motorik kasar tidak mengalami keterlambatan,
sedangkan kemampuan bahasa mengalami keterlambatan setara dengan
anak usia 1 tahun. Ditemukan keterlambatan dalam aspek bahasa (delayed
speech)

VI. RESUME
Pasien datang ke Poliklinik Tumbuh Kembang Anak diantar oleh
ibunya dengan keluhan sudah umur 2 tahun pasien belum bisa berbicara
seperti anak seusianya. Ibunya menjelaskan bahwa terdapat perbedaan
antara pasien dengan anak seusianya. Pasien mampu mengoceh, tetapi
belum mampu bicara dengan lancar. Pasien belum dapat memanggil orang
tuanya secara spesifik. Pasien sudah bisa corat – coret. Pasien sudah bisa
minum dengan cangkir sendiri dan tidak tersedak. Pasien memiliki riwayat
hipotermia, risiko infeksi saat lahir.
Berat badan pasien 12 kg, tinggi badan 85 cm dengan lingkar kepala
46 cm. Setelah lahir sampai usia 6 bulan anak diberi ASI. Kemudian pada
usia 6 bulan anak sudah memakan bubur nasi dan pada usia 1 tahun anak
makan nasi lunak. Usia 1,5 tahun anak mulai makan makanan keluarga.

7
Pasien makan sepiring nasi lauk 3 kali dalam sehari dan lebih sering
dihabiskan.
Sejak lahir sampai sekarang, pasien pernah mondok satu kali
dikarenakan BBLR dan hipotermia. Namun, kondisi pasien sekarang sudah
membaik, tidak lagi menderita sakit berat, pasien hanya pernah menderita
sakit panas, pilek, ataupun batuk, dan biasanya berobat ke Puskesmas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak baik,
compos mentis, dan gizi kesan cukup, tanda vital suhu 36,50C, denyut nadi:
124 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup, frekuensi nafas: 26
x/menit, tipe abdominal, kedalaman cukup, dan reguler. Ekstremitas atas
dan bawah spastik normal. Hasil tes perkembangan Denver yaitu bahasa
setara dengan usia 1 tahun, Ditemukan keterlambatan dalam aspek Bahasa
(delayed speech).

VII. ASSESMENT
1. Keterlambatan bahasa setara usia 1 tahun
2. Delayed speech
3. Gizi baik, normoweight, normoheight

VIII. PENATALAKSANAAN
1. Edukasi orang tua pasien tentang penyakitnya.
2. Fisioterapi
3. Terapi wicara

IX. PLANNING
1. Konsul Poliklinik Rehabilitasi Medik untuk kelanjutan terapi wicara.
2. Konsul Poliklinik THT-KL apabila diperlukan untuk screening
pendengaran dengan BERA Test.
3. Kontrol Poliklinik Tumbuh Kembang Anak setiap 3 bulan sekali

X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam

8
Ad fungsionam : bonam

9
BAB II
ANALISA KASUS

Pada kasus ini, seorang anak berusia 2 tahun, kemampuan berbicaranya


dirasa lebih lambat dibandingkan dengan anak seusianya. Pasien saat ini
sudah bisa bermain dengan teman-teman sebayanya, sudah bisa corat-coret,
minum dengan cangkir sendiri. Namun pasien baru bisa mengoceh, belum
bisa bicara dengan kata-kata yang jelas. Pasien belum bisa memanggil orang
tuanya secara spesifik. Saat dipanggil, pasien terkadang menoleh, namun
terkadang tidak menoleh. Dari hasil anamnesis ini, pasien diduga mengalami
keterlambatan dalam perkembangan. Hal ini didukung dengan hasil
pemeriksaan Denver dimana dari hasil pemeriksaan, pasien mengalami
keterlambatan berbicara (speech delayed development). kemampuan berbicara
pada pasien tersebut setara dengan anak usia 8 bulan. Seharusnya, pada usia
24 bulan, pasien sudah bisa berbicara dengan dimengerti dan
mengkombinasikan kata. Gangguan perkembangan pada anak dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Gangguan bahasa dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain faktor genetic, gangguan pendengaran, intelegensi
rendah, serta kurangnya interaksi dan stimulasi.
Untuk menangani keterlambatan Bahasa pada anak tersebut, dilakukan
screening terlebih dahulu terhadap pendengaran pasien. Jika didapatkan
kelainan pendengaran, maka terapi selanjutnya akan ditentukan oleh bagian
THT-KL. Namun, jika tidak terdapat gangguan pada pendengaran, maka
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan terapi wicara. Selanjutnya, untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan pasien, dilakukan kontrol setiap
satu bulan sekali.

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tahap Perkembangan Normal pada Anak


1. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak
Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang
sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang
membedakan anak dengan dewasa. Anak menunjukkan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang
dan berat.6
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.6
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi
secara simultan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan
hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskular,
kemampuan bicara, emosi, dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut
berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
Seiring dengan berjalannya waktu, anak akan terus mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses tumbuh kembang anak
memiliki ciri-ciri yang satu sama lainnya saling berkaitan. Ciri-ciri
tersebut antara lain perkembangan menimbulkan perubahan, pertumbuhan
dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya, pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda, perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan, perkembangan
mempunyai pola yang tetap, serta perkembangan memiliki tahap yang
berurutan. 6,7

11
Selain memiliki ciri-ciri yang khusus, proses tumbuh kembang
anak juga memiliki prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip
dapat digunakan sebagai kaidah atau pegangan dalam memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak. Terdapat dua prinsip proses tumbuh
kembang, yaitu perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan
belajar, serta pola perkembangan dapat diramalkan.6,7

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak


Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor Internal,
diantaranya ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik,
dan kelainan kromosom; faktor eksternal, diantaranya faktor prenatal (gizi,
mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi,
anoksia embrio, dan psikologi ibu), faktor persalinan, faktor pasca
persalinan (gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisis dan
kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan,
stimulasi, dan obat-obatan).6,8

3. Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau


Aspek-aspek perkembangan yang dipantau meliputi6:
a. Motorik kasar, adalah aspek yang berhubungan dnegna kemampuan
anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
b. Motorik halus, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak untuk melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit,
menulis, dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa, adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya.

12
d. Sosialisasi dan kemandirian, adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

4. Periode Tumbuh Kembang Anak


Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan
dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi hingga dewasa.
Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Periode tumbuh
kembang anak adalah sebagai berikut6,8:
a. Masa prenatal atau masa intra uterin.
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
 Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu.
 Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12
minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu
organism, terjadi diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk
sistem organ dalam tubuh.
 Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode, yaitu masa fetus dini,
sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2 kehidupan
intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan,
pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk
serta mulai berfungsi.
 Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-
fungsi. Terjadi transfer immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu
melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial seri Omega 3
(Docosa Hexanoic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada
otak dan retina.
b. Masa bayi (umur 0 – 11 bulan).
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:

13
c. Masa neonatal (umur 0 – 28 hari)
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
d. Masa post (pasca) neonatal (umur 29 hari – 11 bulan)
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi
sistem saraf.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi,
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada
makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai
jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa
dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa
ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.
e. Masa anak dibawah lima tahun (umur 12 – 59 bulan)
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (motorik kasar dan
motorik halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah pada masa balita. Setelah lahir, terutama pada 3
tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel
otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf
dan cabang-cabangnya. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan
antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak,
mulai dari kemampuan belajar, berjalan, mengenal huruf, hingga
bersosialisasi.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga
dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan
sekecil apapun apabila tidak dideteksi dan ditangani dengan baik, akan
mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
f. Masa anak prasekolah (umur 60 – 72 bulan)
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Pada masa ini, selain
lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai

14
diperkenalkan. Pada masa ini juga anak dipersiapkan untuk sekolah,
untuk itu panca indra dan sistem reseptor penerima rangsangan serta
proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan
baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah
dengan cara bermain.

B. Global Developmental Delay


1. Definisi
Global developmental delay (GDD) atau Keterlambatan
Perkembangan Global (KPG) adalah keterlambatan yang signifikan pada
dua atau lebih domain perkembangan anak, diantaranya: motorik kasar,
halus, bahasa, bicara, kognitif, personal atau sosial aktivitas hidup sehari-
hari. Istilah KPG dipakai pada anak berumur kurang dari 5 tahun,
sedangkan pada anak berumur lebih dari 5 tahun saat tes IQ sudah dapat
dilakukan dengan hasil yang akurat maka istilah yang dipergunakan adalah
retardasi mental.1,2 Anak dengan KPG tidak selalu menderita retardasi
mental sebab berbagai kondisi dapat menyebabkan seorang anak
mengalami KPG seperti penyakit neuromuskular, palsi serebral, deprivasi
psikososial meskipun aspek kognitif berfungsi baik.2,3

2. Epidemiologi
Prevalensi KPG sekitar 5-10% pada anak di seluruh dunia,
sedangkan di Amerika Serikat angka kejadian KPG diperkirakan 1%-3%
dari anak-anak berumur<5 tahun.3 Penelitian oleh Suwarba dkk.4 di RS
Cipto Mangunkusumo Jakarta mendapatkan prevalensi KPG adalah 2,3 %.
Etiologi KPG sangat bervariasi, sekitar 80% akibat sindrom genetik atau
abnormalitas kromosom, asfiksia perinatal, disgenesis serebral dan
deprivasi psikososial sedangkan 20% nya belum diketahui. Sekitar 42%
dari etiologi keterlambatan perkembangan global dapat dicegah seperti
paparan toksin, deprivasi psikososial dan infeksi intra uterin, serta asfiksia
perinatal.3

15
Menurut penelitian Deborah M, dkk.,5 prevalensi KPG di Poliklinik
Anak RSUP Sanglah adalah 1,8% dan sering ditemukan pada anak
berumur lebih dari 12 bulan (67%). Rasio laki-laki dan perempuan hampir
sama 1:1,12. Keluhan terbanyak adalah belum bisa berbicara pada 16
(24%), belum bisa berbicara dan berjalan pada 14 (21%), serta belum bisa
berjalan pada 12 (18%) pasien. Didapatkan 20% BBLR dan BBLSR, ibu
berpendidikan menengah ditemukan pada 68% kasus. Karakteristik klinis
didapatkan 30% gizi kurang, 29% mikrosefali, 20% dicurigai suatu
sindrom. Evaluasi perkembangan menunjukkan 40 (60%) terlambat pada
seluruh sektor perkembangan. Etiologi ditemukan pada 61% dengan
penyebab terbanyak adalah kelainan majemuk, hipotiroid, serebral
disgenesis, palsi serebral.

3. Etiologi
KPG dapat merupakan manifestasi yang muncul dari berbagai
kelainan neurodevelopmental (mulai dari disabilitas belajar hingga
kelainan neuromuskular. Tabel berikut memberikan pendekatan beberapa
etiologi KPG :
Tabel 1. Penyebab KPG menurut Forsyth dan Newton, 2007 (dikutip dari Walters AV, 2010)8

Kategori Komentar
Genetik atau Sindromik  Sindrom yang mudah diidentifikasi, misalnya
Teridentifikasi dalam 20% dari mereka Sindrom Down
yang tanpa tanda-tanda neurologis,
kelainan dismorfik, atau riwayat keluarga  Penyebab genetik yang tidak terlalu jelas pada
awal masa kanak-kanak, misalnya Sindrom
Fragile X, Sindrom Velo-cardio-facial (delesi
22q11),Sindrom Angelman, Sindrom Soto,
Sindrom Rett, fenilketonuria maternal,
mukopolisakaridosis, distrofi muskularis tipe
Duchenne, tuberus sklerosis,
neurofibromatosis tipe 1, dan delesi
subtelomerik.
Metabolik  Skrining universal secara nasional neonatus
Teridentifikasi dalam 1% dari mereka untuk fenilketonuria (PKU) dan defisiensi
yang tanpa tanda-tanda neurologis, acyl-Co A Dehidrogenase rantai sedang.
kelainan dismorfik, atau riwayat keluarga  Misalnya, kelainan siklus/daur urea
Endokrin  Terdapat skrining universal neonatus untuk
hipotiroidisme kongenital
Traumatik  Cedera otak yang didapat
Penyebab dari lingkungan  Anak-anak memerlukan kebutuhan dasarnya
seperti makanan, pakaian, kehangatan, cinta,
dan stimulasi untuk dapat berkembang secara
normal
 Anak-anak tanpa perhatian, diasuh dengan

16
kekerasan, penuh ketakutan, dibawah
stimulasi lingkungan mungkin tidak
menunjukkan perkembangan yang normal
 Ini mungkin merupakan faktor yang
berkontribusi dan ada bersamaan dengan
patologi lain dan merupakan kondisi yaitu
ketika kebutuhan anak diluar kapasitas
orangtua untuk dapat
menyediakan/memenuhinya
Malformasi serebral  Misalnya, kelainan migrasi neuron
Palsi Serebral dan Kelainan  Kelainan motorik dapat mengganggu
Perkembangan Koordinasi (Dispraksia) perkembangan secara umum
Infeksi  Perinatal, misalnya Rubella, CMV, HIV
 Meningitis neonatal
Toksin  Fetus: Alkohol maternal atau obat-obatan saat
masa kehamilan
 Anak: Keracunan timbal

4. Deteksi Dini
Perkembangan setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan
kecepatan pencapaian perkembangan tiap anak berbeda. Kisaran waktu
pencapaian tiap tahap perkembangan umumnya cukup besar, misalnya
seorang anak dikatakan normal jika ia dapat berjalan mulai usia 10 hingga
18 bulan, sehingga seringkali terjadi perbedaan perkembangan di antara
anak yang seusia. Untuk itu, orang tua perlu mengenal tanda bahaya (red
flag) perkembangan anak.9 Untuk mengetahui apakah seorang anak
mengalami keterlambatan perkembangan umum, perlu data / laporan atau
keluhan orang tua dan pemeriksaan deteksi dini atau skrining
perkembangan pada anak.
Deteksi dini merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan
mengetahui serta mengenal faktor resiko pada anak usia dini. Melalui
deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara
dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan
dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa proses tumbuh
kembang. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal
pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan.6,9
Secara umum, keterlambatan perkembangan umum pada anak dapat
dilihat dari beberapa tanda bahaya (red flags) perkembangan anak
sederhana seperti yang tercantum di bawah 9,10:

17
a. Tanda bahaya perkembangan motor kasar
1) Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara
anggota tubuh bagian kiri dan kanan.
2) Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi)
hingga lebih dari usia 6 bulan
3) Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
4) Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
5) Adanya gerakan yang tidak terkontrol
b. Tanda bahaya gangguan motor halus
1) Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
2) Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
3) Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut)
masih sangat dominan setelah usia 14 bulan
4) Perhatian penglihatan yang inkonsisten
c. Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif)
1) Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan
ketertarikan terhadap suatu benda pada usia 20 bulan
2) Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
3) Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30
bulan
d. Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)
1) Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau
bunyi, misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons
2) Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau
ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan
3) Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30
bulan
e. Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
1) 6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain
2) 9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah
3) 12 bulan: tidak merespon panggilan namanya
4) 15 bulan: belum ada kata

18
5) 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura
6) 24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti
7) Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan
bersosialisasi / interaksi
f. Tanda bahaya gangguan kognitif
1) 2 bulan: kurangnya fixation
2) 4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda
3) 6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara
4) 9 bulan: belum babbling seperti ‘mama’, ‘baba’
5) 24 bulan: belum ada kata berarti
6) 36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata

Berbagai metode skrining yang lebih mutakhir dan global untuk


deteksi dini gangguan bicara juga dikembangkan dengan menggunakan
alat bantu atau panduan skala khusus, misalnya: menggunakan DDST
(Denver Developmental Screening Test – II), Child Development Inventory
untuk menilai kemampuan motorik kasar dan motorik halus, Ages and
Stages Questionnaire, Parent’s Evaluations of Developmental Status.Serta
dapat menggunakan alat-alat skrining yang lebih Spesifik dan khusus yaitu
ELMS (Early Language Milestone Scale) dan CLAMS (Clinical
Linguistic and Milestone Scale) yang dipakai untuk menilai kemampuan
bahasa ekspresif, reseptif, dan visual untuk anak di bawah 3 tahun.10,11

5. Gejala Klinis
Mengetahui adanya KPG memerlukan usaha karena memerlukan
perhatian dalam beberapa hal. Padahal beberapa pasien seringkali merasa
tidak nyaman bila di perhatikan. Akhirnya membuat orang tua sekaligus
dokter untuk agar lebih jeli dalam melihat gejala dan hal yang dilakukan
oleh pasien tersebut. Skrining prosedur yang dilakukan dokter, dapat
membantu menggali gejala dan akan berbeda jika skrining dilakukan
dalam sekali kunjungan dengan skrining dengan beberapa kali kunjungan
karena data mengenai panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas

19
dan berat badan. Mengacu pada pengertian KPG yang berpatokan pada
kegagalan perkembangan dua atau lebih domain motorik kasar, motorik
halus, bicara, bahasa, kognitif, sosial, personal dan kebiasaan sehari-hari
dimana belum diketahui penyebab dari kegagalan perkembangan ini.
Terdapat hal spesifik yang dapat mengarahkan kepada diagnosa klinik
KPG terkait ketidakmampuan anak dalam perkembangan milestones yang
seharusnya, yaitu10,11:
a. Anak tidak dapat duduk di lantai tanpa bantuan pada umur 8 bulan
b. Anak tidak dapat merangkak pada 12 bulan
c. Anak memiliki kemampuan bersosial yang buruk
d. Anak tidak dapat berguling pada umur 6 bulan
e. Anak memiliki masalah komunikasi
f. Anak memiliki masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus

6. Diagnosis
a. Anamnesis
Dokter memulai anamnesis dengan mendengarkan penjelasan
orangtua secara seksama tentang perkembangan anaknya. Orang tua
dapat mencatat setiap keterlambatan perkembangan, perubahan tubuh
dan kurang responsifnya anak tersebut, sehingga perlu perhatian
khusus. Tiap orangtua tentunya memiliki daerah perhatian yang
berbeda. Penggalian anamnesis secara sistematis meliputi, resiko
biologi akibat dari gangguan prenatal atau perinatal, perubahan
lingkungan akibat salah asuh, dan akibat dari penyakit primer yang
sudah secara jelas terdiagnosis saat infant.

Tabel 2. Anamnesis Keterlambatan Perkembangan Global menurut


First Lewis dan Judith, 199410

20
Contoh, dari pandangan biologi, infant dengan berat badan lahir
rendah seringkali beresiko terhadap angka kejadian perdarahan
intraventrikel, sepsis atau meningitis, gangguan metabolik, dan defisit
nutrisi yang dapat secara langsung memengaruhi perkembangan otak.
Anak dengan resiko lingkungan termasuk didalamnya ibu yang masih
muda dan tidak berpengalaman serta ibu yang tidak sehat secara
individu atau kekurangan finansial. Anak yang hidup dalam keluarga
bermasalah akibat obat-obatan terlarang, minuman keras dan kekerasan
sering menyebabkan hasil buruk. Anak dengan faktor resiko kondisi
medis seperti myelomeningocele, sensorineural deafness, atau trisomy
21 diketahui memiliki hubungan dengan keterlambatan perkembangan
anak. Perhatian saat ini sering pula akibat dari infeksi virus HIV.
Kurangnya motorik milestones, peubahan perilaku, atau kognitif buruk
serta perubahan fungsi serebelum dalam tahun pertama sering
dihubungkan dengan HIV.10,11
b. Pemeriksaan Fisik

21
Faktor risiko untuk keterlambatan dapat dideteksi dari
pemeriksaan fisik. Pengukuran lingkar kepala (yang mengindikasikan
mikrosefali atau makrosefali) adalah bagian penting dalam pemeriksaan
fisik. Perubahan bentuk tubuh sering dihubungkan dengan kelainan
kromosom, atau faktor penyakit genetik lain sulit dilihat dalam
pemeriksaan yang cepat.10 Sebagai tambahan, pemeriksaan secara
terstruktur dari mata, yaitu fungsi penglihatan dapat dilakukan saat
infant, dengan menggunakan pemeriksaan sederhana seperti meminta
mengikuti arah cahaya lampu. Saat anak sudah memasuki usia pre-
school, pemeriksaan yang lebih mendalam diperlukan seperti visus,
selain itu pemeriksaan saat mata istirahat ditemukan adanya strabismus.
Pada pendengaran, dapat pula dilakukan test dengan menggunakan
brain-stem evoked potentials pada infant. Saat umur memasuki 6 bulan,
kemampuan pendengaran dapat dites dengan menggunakan peralatan
audiometri. Pada usia 3-4 tahun, pendengaran dapat diperiksa
menggunakan audiometer portable. Pemeriksaan telinga untuk mencari
tanda dari infeksi otitis media menjadi hal yang penting untuk
dilakukan karena bila terjadi secara kontinyu akan menyebabkan
gangguan pendengaran ringan. Pemeriksaan kulit secara menyeluruh
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit ektodermal seperti
tuberous sklerosis atau neurofibromatosis yang dihubungkan dengan
delay. Pemeriksaan fisik juga harus meliputi pemeriksaan neurologi
yang berhubungan dengan perkembangan seperti adanya primitive
reflek, yaitu moro reflex, hipertonia atau hipotonia, atau adanya
gangguan tonus.10,11

7. Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, pemeriksaan laboratorium untuk anak dengan
kemungkinan gangguan perkembangan tidak dibedakan dengan tes
skrining yang dilakukan pada anak yang sehat. Hal ini penting dan
dilakukan dengan periodik. Adapun beberapa pemeriksaan penunjangnya
antara lain11,12:

22
a. Skrining metabolik
Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino,
serum glukosa, bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan creatinin
kinase. Skrining metabolik rutin untuk bayi baru lahir dengan
gangguan metabolisme tidak dianjurkan sebagai evaluasi inisial pada
KPG. Pemeriksaan metabolik dilakukan hanya bila didapatkan riwayat
dari anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik yang mengarah pada
suatu etiologi yang spesifik. Sebagai contohnya, bila anak-anak
dicurigai memiliki masalah dengan gangguan motorik atau disabilitas
kognitif, pemeriksaan asam amino dan asam organik dapat dilakukan.
Anak dengan gangguan tonus otot harus diskrining dengan
menggunakan kreatinin phospokinase atau aldolase untuk melihat
adanya kemungkin penyakit muscular dystrophy.
b. Tes sitogenetik
Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan KPG
meskipun tidak ditemukan dismorfik atau pada anak dengan gejala
klinis yang menunjukkan suatu sindrom yang spesifik. Uji mutasi
Fragile X, dilakukan bila adanya riwayat keluarga dengan KPG.
Meskipun skrining untuk Fragile X lebih sering dilakukan anak laki-
laki karena insiden yang lebih tinggi dan severitas yang lebih buruk,
skrining pada wanita juga mungkin saja dilakukan bila terdapat
indikasi yang jelas. Diagnosis Rett syndrome perlu dipertimbangkan
pada wanita dengan retardasi mental sedang hingga berat yang tidak
dapat dijelaskan.
c. Skrining tiroid
Pemeriksaan tiroid pada kondisi bayi baru lahir dengan
hipotiroid kongenital perlu dilakukan. Namun, skrining tiroid pada
anak dengan KPG hanya dilakukan bila terdapat klinis yang jelas
mengarahkan pada disfungsi tiroid.

d. Ekokardiografi (EEG)

23
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan KPG yang
memiliki riwayat epilepsia tau sindrom epileptik yang spesifik
(Landau-Kleffner). Belum terdapat data yang cukup mengenai
pemeriksaan ini sehingga belum dapat digunakan sebagai
rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan KPG tanpa riwayat
epilepsi.
e. Imaging
Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan
rutin pada KPG (terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali).
Bila tersedia MRI harus lebih dipilih dibandingkan CT scan jika
sudah ditegakkan diagnosis secara klinis sebelumnya.

8. Diagnosis Banding
Etiologi dan penyebab dari KPG saat ini belum bisa memprediksi
secara spesifik, gangguan mana saja yang akan terlibat dalam penegakan
KPG ini, terdapat beberapa penyakit atau gangguan dengan gambaran
serupa GDD, namun memiliki beberapa perbedaan yaitu retardasi mental,
palsi serebral, Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan
Autism Spectrum Disorder (ASD).12
a. Retardasi Mental
Suatu keadaan yang dimulai saat masa anak-anak yang ditandai
dengan keterbatasan dalam intelegensi dan kemampuan adaptasi.
Menurut kriteria DSM-IV, retardasi mental adalah fungsi intelektual
yang di bawah rata-rata, terdapat gangguan fungsi adaptasi, onset
sebelum umur 18 tahun. Untuk mengetahui adanya gangguan fungsi
intelegensi, digunakan tes IQ (akurat diatas umur 5 tahun), dengan
klasifikasi hasil:
1) Ringan , yaitu IQ 50-70
2) Sedang, yaitu IQ 40-50
3) Berat, yaitu IQ 20-40
4) Sangat berat, yaitu IQ <20
b. Palsi Serebral atau Cerebral palsy (CP)

24
Membedakan antara CP dengan KPG, pada CP, ada tiga faktor
resiko awal yaitu bayi lahir prematur (semakin kecil usia, semakin
tinggi faktor risiko), bayi lahir dengan ensefalopati sedang hingga
berat (semakin berat keluhan semakin berat risiko), dan bayi yang
lahir dengan faktor risiko paling ringan. Dua faktor risiko awal
tersebut harus ditunjang dengan MRI untuk melihat gambaran otak.
Bila terdapat gangguan bahasa, penglihatan, pendengaran dan epilepsi,
dapat dicurigai hal tersebut adalah suatu gambaran CP. Selain itu,
diagnosis palsi serebral dapat dilakukan berdasarkan kriteria Levine
(dikutip dari Soetjiningsih, 19957), yaitu pola gerak dan postur; pola
gerak oral; strabismus; tonus otot; evolusi reaksi postural dan
kelainannya yang mudah dikenal; refleks tendon, primitif dan plantar.
c. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
ADHD merupakan suatu gangguan yang terjadi sangat awal dari
kelahiran bayi, yang dinamis, serta tergantung dengan perkembangan
korteks. Tanda ADHD yaitu development delay, nilai akademik yang
rendah, serta permasalahan sosial. Penggunaan milestones pada tahun
ke-3 mudah mengarahkan diagnosis ADHD.
d. Autism Spectrum Disorder (ASD)
Tanda awal untuk membedakan antara ASD dengan KPG.
Beberapa kata kunci adalah gangguan bersosial. Pada tahun pertama
akan sulit membedakan antara ASD dengan KPG, yaitu ciri tidak
berespon ketika nama dipanggil, afek kurang, berkurangnya interaksi
sosial, dan sulit untuk tersenyum. Pada tahun kedua dan ketiga, bahasa
tubuh yamg tidak lazim dan sangat ekspresif. Perilaku lain yakni
motorik, sensorik dan beberapa domain lain.

9. Penatalaksanaan
Pengobatan bagi anak-anak dengan KPG hingga saat ini masih
belum ditemukan. Hal itu disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik,
dimana anak-anak belajar dan berkembang dengan cara mereka sendiri
berdasarkan kemampuan dan kelemahan masing-masing. Sehingga

25
penanganan KPG dilakukan sebagai suatu intervensi awal disertai
penanganan pada faktor-faktor yang beresiko menyebabkannya. Intervensi
yang dilakukan, antara lain6,9,12:
a. Speech and Language Therapy
Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak
dengan kondisi CP, autism, kehilangan pendengaran, dan KPG. Terapi
ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara, berbahasa
dan oral motoric abilities. Metode yang dilakukan bervariasi
tergantung dengan kondisi dari anak tersebut. Salah satunya, metode
menggunakan jari, siulan, sedotan atau barang yang dapat membantu
anak-anak untuk belajar mengendalikan otot pada mulut, lidah dan
tenggorokan. Metode tersebut digunakan pada anak-anak dengan
gangguan pengucapan. Dalam terapi ini, terapis menggunakan alat-
alat yang membuat anak-anak tertarik untuk terus belajar dan
mengikuti terapi tersebut.
b. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi
lebih mandiri dalam menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-
anak, tugas mereka antara bermain, belajar dan melakukan kegiatan
sehari-hari seperti mandi, memakai pakaian, makan, dan lain-lain.
Sehingga anak-anak yang mengalami kemunduran pada kemampuan
kognitif, terapi ini dapat membantu mereka meningkatkan
kemampuannya untuk menghadapi permasalahannya.
c. Physical Therapy
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik
kasar dan halus, keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya
tahannya. Kemampuan motorik kasar yakni kemampuan untuk
menggunakan otot yang besar seperti berguling, merangkak, berjalan,
berlari, atau melompat. Kemampuan motorik halus yakni
menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan mengambil
barang. Dalam terapi, terapis akan memantau perkembangan dari anak
dilihat dari fungsi, kekuatan, daya tahan otot dan sendi, dan

26
kemampuan motorik oralnya. Pada pelaksanaannya, terapi ini
dilakukan oleh terapi dan orang-orang yang berada dekat dengan anak
tersebut. Sehingga terapi ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Behavioral Therapies
Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress
pada dirinya dan memiliki efek kepada keluarganya. Anak-anak akan
bersikap agresif atau buruk seperti melempar barang-barang,
menggigit, menarik rambut, dan lain-lain. Behavioral therapy
merupakan psikoterapi yang berfokus untuk mengurangi masalah
sikap dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Terapi ini
dapat dikombinasikan dengan terapi yang lain dalam pelaksanaanya.
Namun, terapi ini bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu
terlihat pada terapi kognitif yang lebih fokus terhadap pikiran dan
emosional yang mempengaruhi sikap tertentu, sedangkan behavioural
therapy dilakukan dengan mengubah dan mengurangi sikap-sikap
yang tidak diinginkan. Beberapa terapis mengkombinasikan kedua
terapi tersebut, yang disebut cognitive-behavioural therapy.

10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan KPG, yakni
kemunduran perkembangan pada anak-anak yang makin memberat. Jika
tidak tertangani dengan baik, dapat mempengaruhi kemampuan yang lain,
khususnya aspek psikologi dari anak itu sendiri. Salah satunya, anak akan
mengalami depresi akibat ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi
permasalahannya. Sehingga anak itu dapat bersikap negatif atau agresif.

11. Prognosis
Prognosis KPG pada anak-anak dipengaruhi oleh pemberian terapi
dan penegakkan diagnosis lebih dini (early identification and treatment).
Dengan pemberian terapi yang tepat, sebagian besar anak-anak
memberikan respon yang baik terhadap perkembangannya. Walau
beberapa anak tetap menjalani terapi hingga dewasa. Hal tersebut karena

27
kemampuan anak itu sendiri dalam menanggapi terapinya. Beberapa anak
yang mengalami kondisi yang progresif (faktor-faktor yang dapat merusak
sistem saraf seiring berjalannya waktu), akan menunjukkan perkembangan
yang tidak berubah dari sebelumnya atau mengalami kemunduran.
Sehingga terapi yang dilakukan yakni meningkatkan kemampuan dari anak
tersebut untuk menjalani kesehariannya.6,9

28
DAFTAR PUSTAKA

Accardo PJ, Capute AJ. 2005. The capute scales: Cognitive Adaptive Test/Clinical
Linguistic & Auditory Milestone Scale (CAT/CLAMS). Baltimore: Paul.
H. Brookes Publishing Co.
Bax MCO. Terminology And Classification Of Cerebral Palsy. Journal of
Developmental Medicine and Child Neurology. 2010; 6:295-7.
Chaer A. 2003. Psiokolinguistik kajian teoritik. Jakarta: Rineka Abdi.
Departemen Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pengunaan KMS2012. Available at
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Pedoman-
Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdf. [diakses pada 21 Agustus 2015].
Dhamayanti Meita, Herlina Murfariza. Skrining gangguan kognitif dan bahasa
dengan menggunakan capute scales (Cognitive Adaptive Test/Clinical
Linguistic and Auditory Milestone Scale-Cat/Clams). Sari Pediatri.
2009;11(3):189-98).
Frankenburg WK, et al. 1990. Denver II Technical Manual. Denver: Denver
Developmental Materials, pp. 1-20.
Gunawan N. 2004. Pedoman deteksi dini tumbuh kembangbalita. Jakarta: Depkes
RI, pp. 1-120.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi 1.
Jakarta: Sagung Seto.
Kadesjo B, Gillberg C. Developmental Coordination Disorder In Swedish 7 Year-
Old Children. Journal of the American Academy of Child Adolescent
Psychiatry. 2011; 20:32-9.
Kaplan, et al. 2002. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psikiatris Klinis Jilid 2.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Leung AK, Robson WL. Otitis media in infants and children. Drug Protocol.
1990;5:29–35.
Makum, AH. 2001. Gangguan perkembangan berbahasa. Buku ajar ilmu
kesehatan anak. Jakarta: Balai penerbit FKUI, pp; 56-69.
Owens RE. 2001. Language Development an Introduction, 5th edition. New York:
Allyn and Bacon.
Simkin Z, Conti G. Evidence of reading difficulty in subgroups of children with
specific language impairment. Child language teaching and therapy,
2006;22:315-31.

29
Smith C, Hill J. 1999. Language development and disorders of communication
and oral motor function. Pediatric Rehabilitation. Philadelphia: Hanley
and Belfus, pp. 57-79.
Vincer MJ, Cake H, Graven M, Dodds L, McHugh S, Fraboni T. A population-
based study to determine the performance of the cognitive adaptive
test/clinical linguistic and auditory milestone scale to predict the mental
developmental index at 18 months on the bayley scales of infant
development-II in very preterm infants. Pediatrics, 2005 ;116:864-7.

30

Anda mungkin juga menyukai