Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

DEMAM TIFOID

Disusun oleh:
Adam Huzaiby, S.Ked.
030.13.004

Pembimbing:
dr. Yosianna Liska, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 4 JUNI – 25 AGUSTUS 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KARAWANG
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul:


Demam Tifoid

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik


Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota Karawang periode
4 Juni – 25 Agustus 2018

Disusun oleh:
Adam Huzaiby, S.Ked.
030.13.004

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Yosianna Liska, Sp.A.


Selaku dokter pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Kota Karawang

Karawang, Juli 2018

dr. Yosianna Liska, Sp.A.

1
BAB I
PENDAHULUAN

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas yang
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial
atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit
mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan Peyer’s patch. Beberapa
terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan demam enterik.
Demam paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama dengan demam
tifoid namun biasanya lebih ringan, penyakit ini biasanya disebabkan oleh spesies
Salmonella enteriditis, sedangkan demam enterik dipakai baik pada demam tifoid
maupun demam paratifoid.1
Istilah typhoid berasal dari kata Yunani typhos.Terminologi ini dipakai pada
penderita yang mengalami demam disertai kesadaran yang terganggu.Penyakit ini
juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena
penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan
lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri
pengolahan makanan yang masih rendah.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam
tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap
tahunnya.Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi
pada anak maupun dewasa.Anak merupakan yang paling rentan terkena demam
tifoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir
semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19
tahun.2

2
BAB II
STATUS PASIEN

2.1 Identitas pasien


Nama : MR
Umur : 11 tahun
Tempat, tanggal lahir : Karawang, 16 – 12 – 2006
Pendidikan : Kelas 5 SD
Alamat : Kp. Bakan Pedes
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam
Anak ke : 3 (tiga) dari 4 bersaudara
No. RM : 00 73 18 42

2.2 Identitas orang tua


Profil Ayah Ibu
Nama A N
Usia 46 41
Alamat Kp. Bakan pedes Kp. Bakan pedes
Pekerjaan Satpam Pedagang keliling
Pendidikan terakhir SMA SMP
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam

2.2 Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis dengan ibu kandung pasien pada hari Kamis tanggal
21 – 06 – 2018 pukul 20.45 WIB di Ruang Rawamerta kamar 155.

2.2.1 Keluhan utama


Demam tinggi sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit.

3
2.2.2 Riwayat penyakit sekarang
Pasien anak laki-laki, usia 11 tahun, berat badan 23 kg, datang ke UGD RSUD
Karawang dengan keluhan demam tinggi naik turun sejak 10 hari sebelum masuk
rumah sakit. Orang tua pasien mengaku penurunan suhu tubuh tidak pernah
mencapai suhu normal kecuali bila diberi obat penurun panas. Pada saat demam
tinggi, terdapat nyeri kepala dan membuat pasien tidak mau beraktifitas. Demam
sebenarnya pertama kali dirasakan sejak tanggal 25 Mei 2018, namun tidak seberat
sepuluh hari ini, demam dirasakan lebih tinggi menjelang sore hari dan cenderung
hangat pada pagi dan siang hari. Suhu hangat tubuh di pagi dan siang hari tidak
mengganggu aktifitas pasien, pasien dapat bermain seperti biasa bersama teman-
temannya. Namun menjelang malam pasien merasa demam dan pegal-pegal seluruh
tubuh. Selama itu pasien meminum obat penurun panas bodrexin yang dibeli di
warung untuk menurunkan demam, demam turun setelah minum bodrexin namun
keesokan sorenya demam muncul kembali. Keadaan tersebut tidak membuat orang
tua pasien untuk segera membawa pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan. Hingga
pada tanggal 11 Juni 2018 demam dirasakan semakin memberat dan disertai dengan
sakit kepala, pada maghrib tanggal 15 Juni 2018 demam dirasakan sangat tinggi
disertai menggigil sehingga membuat pasien tidak mampu untuk beraktifitas,
pasien lebih memilih untuk berbaring diatas kasur. Selama 8 hari sebelum dibawa
ke klinik pasien diberikan sirup parasetamol untuk menurunkan demam, namun
demam masih tetap muncul kembali. Pada tanggal 19 Juni 2018 pukul 19.00 WIB
pasien dibawa ke Klinik Zaskia. Orang tua pasien mengaku pasien diberikan infus
obat penurun panas. Setelah diberikan infus penurun panas, demam turun hingga
ke suhu normal diikuti oleh berkeringat. Keesokan harinya demam muncul kembali
sehingga orang tua pasien disarankan oleh petugas klinik untuk membawa pasien
ke rumah sakit. Pasien dibawa ke UGD RSUD karawang pada tanggal 21 Juni 2018.
Pasien juga mengeluhkan nyeri perut sejak sehari sebelum dibawa ke klinik.
Keluhan tambahan seperti batuk, pilek, sesak nafas, mual, muntah, mencret dan
sembelit disangkal oleh orang tua pasien. Keluhan seperti nyeri pinggang, sering
berkemih dengan volume urin sedikit, nyeri suprapubik maupun nyeri pada
kemaluan saat berkemih, kekeruhan pada urine dan bau tidak sedap pada urin

4
disangkal oleh orang tua pasien. Orang tua pasien mengaku pasien sulit makan sejak
pertama kali demam muncul, pasien hanya mau makan 2-3 sendok makan per
harinya. Orang tua pasien mengaku adanya penurunan berat badan pada pasien
selama sakit ini. Pasien mengaku tidak ingat jajan-jajanan sembarangan dalam 2
bulan terakhir. Buang air kecil 5 kali sehari, volume sedang, sedikit pekat dan buang
air besar 1 kali sehari, volume sedikit, konsistensi lembek.

2.2.3 Riwayat kehamilan


Riwayat Morbiditas kehamilan Tidak ada
kehamilan Antenatal Care Tidak rutin
Riwayat Tempat persalinan Rumah
Kelahiran Penolong persalinan Paraji didampingi bidan
Cara persalinan Spontan pervaginam
Masa gestasi 38 minggu
Keadaan Berat lahir 4000 gr
bayi Panjang lahir 49 cm
Lingkar kepala - (ibu lupa)
Langsung menangis +
Pucat -
Kebiruan -
Kuning -
Skor APGAR -
Kelainan bawaan -
Kesimpulan riwayat kehamilan: Pasien lahir secara spontan pervaginam, cukup
bulan, berat badan lahir cukup

2.2.4 Riwayat perkembangan psikomotor


Mengangkat kepala : 2 bulan (Normal: 2 bulan)
Mengikuti objek bergerak : 3 bulan (Normal: 0-3 bulan)
Tengkurap : 5 bulan (Normal: 3-5 bulan)

5
Duduk : 7 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Merangkak : 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berceloteh : 8 bulan (Normal: 7-8 bulan)
Berdiri : 9 bulan (Normal: 9-16 bulan)
Berjalan : 18 bulan (Normal: 9-18 bulan)
Berlari : 2 tahun
Masuk PAUD : 4 tahun
Masuk SD : 6 tahun
Kesimpulan riwayat perkembangan: tidak ada keterlambatan perkembangan pada
pasien

2.2.5 Riwayat makanan


Umur (bulan) ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur susu Nasi tim
0-6 PASI
6-12 PASI
12-18 + + +
18-24 + + +

Jenis makanan Frekuensi dan jumlah


Nasi/ Pengganti Tim 3x/hari
Sayur 5x/minggu
Daging ayam 1x/minggu
Ikan 2x/minggu
Telur 4-5x/minggu
Tahu 4-5x/minggu
Tempe 4-5x/minggu
Kesimpulan riwayat makanan: Pasien tidak mendapatkan ASI Eksklusif,
kuantitas dan kualitas makanan pasien cukup baik

6
2.2.6 Riwayat imunisasi
Vaksin Dasar (umur dalam bulan) Ulangan (umur)
Hep B 0 2 3 4
Polio 0 2 3 4 Catch up 1x
BCG 1
DPT 2 3 4 Catch up 3x
Hib 2 3 4
Campak 9 Catch up 2x
Kesimpulan riwayat imunisasi: riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai usia,
imunisasi booster untuk polio, DPT, dan Campak masih dapat catch up.

2.2.7 Riwayat keluarga


2.2.7.1 Corak reproduksi
No. Tgl. Lahir Jenis Hidup Lahir Abortus Mati Keterangan
kelamin mati (sebab) kesehatan
1. 13/07/1997 Laki-laki Ya - - - Sehat
2. 19/11/2000 Laki-laki Mati - - Gagal
nafas
3. 16/12/2006 Laki-laki Ya - - - Sakit
4. 19/9/2009 Laki-laki Ya - - - Sehat

2.2.7.2 Riwayat pernikahan


Ayah Ibu
Nama A N
Perkawinan ke Pertama Pertama
Usia saat menikah 25 tahun 20 tahun
Pendidikan terakhir SMA SMP
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -

7
2.2.7.3 Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga pasien yang tinggal serumah dengan pasien tidak ada yang
mengalami gejala seperti pasien rasakan saat ini. Orang tua pasien mengaku nenek
pasien mengidap diabetes mellitus dan hipertensi. Ibu pasien mengaku bahwa ia
memiliki asma. Orang tua pasien mengaku tidak terdapat penyakit paru, penyakit
ginjal dan penyakit jantung dalam keluarga.

2.2.7.4 Riwayat kebiasaan dalam keluarga


Ayah pasien mengaku bahwa ia merokok setengah bungkus/hari
Ibu selalu mencuci tangan dengan sabun setiap akan memasak makanan
Makanan selalu dimasak hingga matang, jarang makan kerang dan selalu
membuat sendiri es batu (tidak beli di luaran)
Makanan selalu dihabiskan selagi hangat atau dipanaskan kembali bila telah
dingin

2.2.7.5 Riwayat penyakit yang pernah diderita


Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteri - Penyakit -
jantung
Cacingan - Diare - Penyakit -
ginjal
DBD - Kejang - Radang -
paru
Otitis 7 bulan Morbili - TBC -
Parotitis - Operasi - Lain-lain -

Orang tua pasien mengaku pasien belum pernah menderita penyakit yang
sama sebelemunya. Orang tua pasien mengaku pasien pernah menderita radang
telinga atau congekan pada usia 7 bulan.

8
2.2.7.5 Riwayat lingkungan tempat tinggal
Rumah milik sendiri
Memiliki 2 kamar tidur
Kebersihan baik
Sumber air minum dari galon isi ulang, selalu dilakukan perebusan air terlebih
dahulu sebelum dikonsumsi
Sumber air sehari-hari untuk mandi, cuci piring dan lain-lain menggunakan
air sumur pompa

2.2.7.5 Riwayat sosial ekonomi


Gaji ayah pasien: 3.500.000/ bulan
Asuransi kesehatan yang digunakan adalah BPJS kesehatan kelas III non-PBI

2.2.7.6 Riwayat pengobatan


(-)

2.3 Pemeriksaan fisik


Dilakukan pemeriksaan fisik pada anak MR pada hari Kamis tanggal 21-06-
2018 pukul 21.15 WIB di Ruang Rawamaerta kamar 155.

2.3.1 Keadaan umum


Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan lain : Pucat (-), Ikterik (-), Perdarahan (-), Sesak (-)
2.3.2 Data antropometri dan status gizi
Berat badan : 23 kg
Tinggi badan : 137 cm
BB/U : 23/36 x 100% = 63,9%
TB/U : 137/143,5 x 100% = 95,5%
BB/TB : 23/31 x 100% = 74,2%

9
Kesimpulan: Berat badan kurang, perawakan normal, gizi kurang, usia
semestinya berdasarkan tinggi badan adalah 9 tahun

2.3.3 Tanda-tanda vital


Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 132 x/menit
Laju pernapasan : 26 x/menit
Suhu badan : 38,3 0C

2.3.4 Status generalis


Kepala : Normocephal
Rambut : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut
Wajah : Wajah simetris, tidak tampak bengkak, tidak tampak
dismorfik
Mata : Edema palpebra -/-; ptosis -/-; sklera ikterik -/-; konjungtiva
anemis -/-; eksoftalmos -/-; strabismus -/-; lagoftalmos -/-;
cekung periorbita -/-; injeksi -/-; enoftalmos -/-; pupil bulat
isokor, reflex cahaya langsung +/+; reflex cahaya tak
langsung +/+
Hidung : Bentuk simetris; sekret -/-; hiperemis pada mukosa -/-;
nafas cuping hidung -/-; tidak terdapat deviasi septum nasal
Bibir : Mukosa berwarna merah muda, terhidrasi dengan cukup
baik, tak tampak sianosis, tak tampak pucat
Mulut : Mukosa gingiva merah muda, mukosa palatum merah
muda, tak tampak gambaran typhoid coated tongue pada
permukaan dorsal lidah, mukosa lidah merah muda,
tidak tampak karies pada gigi geligi, tidak terdapat
maloklusi, tidak tampak defek pada mukosa gingiva
maupun palatum, hygiene baik
Tenggorokan : Uvula terletak ditengah, tonsil T1/T1 tidak hiperemis, arkus
palatoglosus simetris

10
Leher : Tidak tampak deformitas atau benjolan, tidak teraba
pembesaran KGB leher maupun tiroid
Thoraks :
Inspeksi : Gerak nafas simetris, tidak tampak lesi maupun deformitas
pada dinding dada, iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithoraks, iktus
kordis teraba pada telapak pemeriksa
Perkusi : Sonor pada kedua hemithoraks paru
Auskultasi :
Paru : Suara nafas vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I & II regular, murmur -, gallop –
Abdomen :
Inspeksi : permukaan perut datar, tak tampak smiling umbilicus, tak
tampak sahgging of the flank, tak tampak lesi maupun
benjolan massa pada permukaan abdomen
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 2-3 x/menit, tak terdengar arterial
bruit, tak terdengar venous hum
Palpasi : supel, nyeri tekan -
- -
x x x
- -
-
tidak teraba pembesaran hepar, lien maupun massa
abdomen lainnya
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen, nyeri ketok CVA -/-
Genitalia : Jenis kelamin laki-laki, tak tampak kelainan anatomis
Kelenjar getah bening :
Submental : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Submandibula : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Preaurikuler : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Postaurikuler : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Cervicalis anterior : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Cervicalis posterior : Tidak teraba pembesaran kelenjar

11
Supraclavicula : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Suboksipital : Tidak teraba pembesaran kelenjar

Ekstremitas : Simetris, tidak tampak deformitas maupun kelainan


anatomis, akral teraba hangat pada keempat
ekstremitas, tidak tampak sianosis perifer, tidak
terdapat edema, capillary refill time pada keempat
ekstremitas < 2 detik.

2.4 Pemeriksaan penunjang


Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin, hitung jenis leukosit,
indeks eritrosit, glukosa darah sewaktu dan uji widal pada tanggal 21-06-2018
pukul 18.26 WIB

Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan


Darah rutin
Hemoglobin 10.6* g/dL 12.5 – 16.1
Eritrosit 4.36 juta sel/µL 3.8 – 5.8
Leukosit 5.11 ribu sel/µL 4.0 – 10.5
Thrombosit 143* ribu sel/µL 150 – 400
Hematokrit 31.9* % 33 – 45
Hitung jenis leukosit
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 2 % 1.0 – 3.0
Neutrofil 54 % 54 – 62
Limfosit 40* % 25 – 33
Monosit 4 % 3–7
Indeks eritrosit
MCV 73* fL 78 – 95
MCH 24* pg 26 – 32

12
MCHC 33 g/dL 32 – 36
RDW-CV 15.3 % 12.2 – 15.3
Kimia darah
Glukosa Darah Sewaktu 93 mg/dL 60 – 100
Uji Widal
S. Typhosa H 1/320* Negatif
S. Paratyphi A H 1/320* Negatif
S. Paratyphi B H 1/320* Negatif
S. Paratyphi C H 1/160* Negatif
S. Typhosa O 1/320* Negatif
S. Paratyphi A O 1/320* Negatif
S. Paratyphi B O Negatif Negatif
S. Paratyphi C O 1/80* Negatif

2.5 Resume
Pasien anak laki-laki, usia 11 tahun, berat badan 23 kg, datang ke UGD RSUD
Karawang dengan keluhan demam yang memberat sejak 10 hari terakhir. Demam
sebenarnya sudah dirasakan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Demam
dirasakan lebih berat menjelang sore hari dan cenderung hangat pada pagi dan siang
hari. Suhu hangat tubuh di pagi dan siang hari tidak mengganggu aktifitas pasien,
pasien dapat bermain seperti biasa bersama teman-temannya.
Namun menjelang malam pasien merasa demam dan pegal-pegal seluruh
tubuh. Selama itu pasien meminum obat penurun panas bodrexin yang dibeli di
warung untuk menurunkan demam, demam turun setelah minum bodrexin namun
keesokan sorenya demam muncul kembali. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut
sejak 6 hari sebelum dibawa ke rumah sakit. Orang tua pasien mengaku pasien sulit
makan sejak pertama kali demam muncul, pasien hanya mau makan 2-3 sendok
makan per harinya.
Orang tua pasien mengaku adanya penurunan berat badan pada pasien selama
sakit ini. Pasien mengaku tidak ingat jajan-jajanan sembarangan dalam 2 bulan
terakhir. Buang air kecil 5 kali sehari, volume sedang, sedikit pekat dan buang air

13
besar 1 kali sehari, volume sedikit, konsistensi lembek. Keluhan tambahan seperti
batuk, pilek, sesak nafas, mual, muntah, mencret dan sembelit disangkal oleh orang
tua pasien. Keluhan seperti nyeri pinggang, sering berkemih dengan volume urin
sedikit, nyeri suprapubik maupun nyeri pada kemaluan saat berkemih, kekeruhan
pada urine dan bau tidak sedap pada urin disangkal oleh orang tua pasien.
Orang tua pasien mengaku pasien baru pertama kali menderita penyakit ini.
Anggota keluarga lainnya yang tinggal serumah dengan pasien tidak ada yang
memiliki keluhan yang sama seperti pasien. Terdapat riwayat kebiasaan merokok
di keluarga yaitu ayah pasien.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis pasien tampak sakit sedang, compos
mentis, BB = 23 kg, TB = 137 cm, kesan gizi kurang.
Status Gizi:
BB/U : 23/36 x 100% = 63,9%
TB/U : 137/143,5 x 100% = 95,5%
BB/TB : 23/31 x 100% = 74,2%
Menurut kurva CDC gizi kurang. Tanda vital: tekanan darah: 100/60 mmHg; nadi:
132 x/menit; laju pernapasan: 26 x/menit; suhu badan: 38,30C.

Status Generalis
Kepala : Normocephal
Wajah : Wajah simetris, tidak tampak bengkak,
Mata : Edema palpebra -/-; sklera ikterik -/-; konjungtiva anemis
-/-; cekung periorbita -/-; injeksi -/-; pupil bulat isokor,
reflex cahaya langsung +/+; reflex cahaya tak langsung +/+
Hidung : Bentuk simetris; sekret -/-; hiperemis pada mukosa -/-;
nafas cuping hidung -/-; tidak terdapat deviasi septum nasal
Bibir : Mukosa berwarna merah muda, terhidrasi dengan cukup
baik, tak tampak sianosis, tak tampak pucat
Mulut : Mukosa gingiva merah muda, mukosa palatum merah
muda, tak tampak gambaran typhoid coated tongue pada
permukaan dorsal lidah, mukosa lidah merah muda,

14
tidak tampak karies pada gigi geligi, tidak terdapat
maloklusi, tidak tampak defek pada mukosa gingiva
maupun palatum, hygiene baik
Tenggorokan : Uvula terletak ditengah, tonsil T1/T1 tidak hiperemis, arkus
palatoglosus simetris
Leher : Tidak tampak deformitas atau benjolan, tidak teraba
pembesaran KGB leher maupun tiroid
Thoraks :
Inspeksi : Gerak nafas simetris, tidak tampak lesi maupun deformitas
pada dinding dada, iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithoraks, iktus
kordis teraba pada telapak pemeriksa
Perkusi : Sonor pada kedua hemithoraks paru
Auskultasi :
Paru : Suara nafas vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I & II regular, murmur -, gallop –

Abdomen :
Inspeksi : permukaan perut datar, tak tampak smiling umbilicus, tak
tampak sahgging of the flank, tak tampak lesi maupun
benjolan massa pada permukaan abdomen
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 2-3 x/menit, tak terdengar arterial
bruit, tak terdengar venous hum
Palpasi : supel, nyeri tekan -
- -
x x x
- -
-

tidak teraba pembesaran hepar, lien maupun massa


abdomen lainnya
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen, nyeri ketok CVA -/-
Genitalia : Jenis kelamin laki-laki, tak tampak kelainan anatomis

15
Kelenjar getah bening :
Submental : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Submandibula : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Preaurikuler : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Postaurikuler : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Cervicalis anterior : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Cervicalis posterior : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Supraclavicula : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Suboksipital : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Ekstremitas : Simetris, tidak tampak deformitas maupun kelainan
anatomis, akral teraba hangat pada keempat
ekstremitas, tidak tampak sianosis perifer, tidak
terdapat edema, capillary refill time pada keempat
ekstremitas < 2 detik.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 21 juni didapatkan hasil:
Hemoglobin 10.6 g/dL, Eritrosit 4.36 juta sel/µL, Leukosit 5.11 ribu sel/µL,
Thrombosit 143 ribu sel/µL, Hematokrit 31.9 %, MCV 73 fl, MCH 24 pg, MCHC
33 g/dL, RDW-CV 15.3 %, Glukosa darah sewaktu 93 mg/dL, Titer widal S.
Typhosa O 1/320, S. Paratyphi A O 1/320.

2.6 Diagnosis kerja


 Typhoid fever
 Anemia mikrositik et causa infeksi kronik
 Gizi kurang
 Imunisasi dasar lengkap sesuai usia tanpa booster

2.7 Diagnosis banding


 Infeksi saluran kemih
 Anemia defisiensi besi

16
2.8 Pemeriksaan anjuran
 Morfologi darah tepi
 Serum TIBC
 Serum iron
 Urinalisa
 Kultur darah dan uji sensitifitas antibiotik

2.9 Tata laksana


2.9.1 Non-medikamentosa
 Kebutuhan kalori per hari sebesar 2790 kkal, dengan rincian makronutrien:
o Protein : 2790 kkal x 35% = 976.5 kkal ÷ 4 g/kkal = 244.12 g
o Karbohidrat : 2790 kkal x 50% = 1395 kkal ÷ 4 g/kkal = 348.75 g
o Lemak : 2790 kkal x 15% = 418.5 kkal ÷ 9 g/kkal = 46.5 g
 Diet lunak mudah dicerna dan mudah diserap oleh usus

2.9.2 Medikamentosa
 IVFD KA-EN 3A 1750 cc dengan kecepatan 23 tetes makro per menit
 Injeksi Cefotaxime 2 x 1000 mg i.v.
 Tablet Paracetamol 2 x 250 mg p.o.
 Injeksi Ranitidine 2 x 25 mg

2.10 Follow up
22 Juni 2018
S: Demam +; Batuk + tidak berdahak; Pilek -; Mual & muntah -; BAB
mencret 3x/hari konsistensi encer; BAK 3 kali/hari jernih kekuningan
O: Kesan sakit: TSS CA -/-; SI -/-
Kesadaran: CM Pemb KGB leher - -
- -
TD: 90/55 mmHg Paru: SNV +/+; Rh -/-; Wh -/- - - -
N: 110 x/menit Jantung: S1 S2 reg m -; g - - -
-
P: 26 x/menit

17
S: 38 0C Abdomen: Supel, BU + 3 x/mnt, nyeri tekan
BB: 23 kg abdomen, hepatomegali -, splenomegaly -
Ekstremitas: AH +/+; Edema -/-; CRT < 2”
A: - Typhoid Fever
- Anemia mikrositik et causa infeksi kronik
- Gizi kurang
- Imunisasi dasar lengkap sesuai usia tanpa booster
P: - IVFD KA-EN 3A 1750 cc dengan kecepatan 23 tetes makro per menit
- Diet lunak 2790 kkal
- Injeksi Cefotaxime 2 x 1000 mg i.v.
- Tablet Paracetamol 2 x 250 mg p.o.
- Injeksi Ranitidine 2 x 25 mg i.v.

25 Juni 2018
S: Demam -; Batuk -; Pilek -; Mual +; Muntah + setiap makan; BAB - sejak
2 hari; BAK 3 kali/hari jernih kekuningan; Nyeri perut -
O: Kesan sakit: TSS CA -/-; SI -/-
-
Kesadaran: CM Pemb KGB leher - - -
TD: 90/55 mmHg Paru: SNV +/+; Rh -/-; Wh -/- - - -
N: 110 x/menit Jantung: S1 S2 reg m -; g - - -
-
P: 20 x/menit Abdomen: Supel, BU + 3 x/mnt, nyeri tekan
S: 36 0C abdomen, hepatomegali -, splenomegaly -
BB: 23 kg Ekstremitas: AH +/+; Edema -/-; CRT < 2”
A: - Typhoid Fever
- Anemia mikrositik et causa infeksi kronik
- Gizi kurang
- Imunisasi dasar lengkap sesuai usia tanpa booster
P: - IVFD KA-EN 3A 1750 cc dengan kecepatan 23 tetes makro per menit
- Diet lunak 2790 kkal
- Laboratorium darah rutin dan indeks eritrosit pada tanggal 26/6/2018

18
- Injeksi Cefotaxime 2 x 700 mg i.v.
- Injeksi Ondansetron 3 x 2 mg i.v.
- Tablet Paracetamol 2 x 250 mg p.o.
- Injeksi Ranitidine 2 x 25 mg i.v.

26 Juni 2018
S: Demam + menggigil pkl. 03.00 WIB; Batuk -; Pilek -; Mual +; Muntah +
3 x setiap makan isi makanan; BAB - sejak 3 hari; BAK 3 kali/hari jernih
kekuningan
O: Kesan sakit: TSS CA -/-; SI -/-
-
Kesadaran: CM Pemb KGB leher - - -
TD: 90/60 mmHg Paru: SNV +/+; Rh -/-; Wh -/- - - -
- -
N: 100 x/menit Jantung: S1 S2 reg m -; g - -
P: 20 x/menit Abdomen: Supel, BU + 3 x/mnt, nyeri tekan
S: 39.2 0C abdomen, hepatomegali -, splenomegaly -
BB: 23 kg Ekstremitas: AH +/+; Edema -/-; CRT < 2”
Hb: 10.4; Eri: 4.25; Leuko: 6.47; Thrombo: 91; Ht: 31.2
MCV: 73; MCH: 25; MCHC: 33; RDW-CV: 16
A: - Typhoid Fever
- Anemia mikrositik et causa infeksi kronik
- Gizi kurang
- Imunisasi dasar lengkap sesuai usia tanpa booster
P: - IVFD KA-EN 3A 2000 cc dengan kecepatan 26 tetes makro per menit
- Diet lunak 2790 kkal
- Laboratorium darah rutin dan indeks eritrosit pada tanggal 27/6/2018
- Injeksi Cefotaxime stop
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr i.v.
- Injeksi Ondansetron 3 x 2 mg i.v.
- Tablet Paracetamol 2 x 250 mg p.o.
- Injeksi Ranitidine 2 x 25 mg i.v.

19
28 Juni 2018
S: Demam -; Batuk -; Pilek -; Mual -; Muntah -; BAB + 1 x padat; BAK 3
kali/hari jernih kekuningan; Nafsu makan kembali normal
O: Kesan sakit: TSS CA -/-; SI -/-
-
Kesadaran: CM Pemb KGB leher - - -
TD: 90/60 mmHg Paru: SNV +/+; Rh -/-; Wh -/- - - -
N: 100 x/menit Jantung: S1 S2 reg m -; g - - -
-
P: 24 x/menit Abdomen: Supel, BU + 3 x/menit, nyeri tekan
S: 36 0C abdomen -, hepatomegali -, splenomegaly -
BB: 23 kg Ekstremitas: AH +/+; Edema -/-; CRT < 2”
Lab. 27/06/2018
Hb: 10.3; Eri: 4.26; Leuko: 6.01; Thrombo: 99; Ht: 31.3
MCV: 74; MCH: 24; MCHC: 33; RDW-CV: 16.3
Lab. 28/06/2018
Hb: 11.7; Eri: 4.83; Leuko: 7.43; Thrombo: 120; Ht: 35.2
MCV: 73; MCH: 24; MCHC: 33; RDW-CV: 16.6
A: - Typhoid Fever
- Anemia mikrositik et causa infeksi kronik
- Gizi kurang
- Imunisasi dasar lengkap sesuai usia tanpa booster
P: - IVFD KA-EN 3A 1500 cc dengan kecepatan 21 tetes makro per menit
- Diet lunak 2790 kkal
- Laboratorium darah rutin dan indeks eritrosit pada tanggal 29/6/2018
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr i.v.

29 Juni 2018
S: Demam ↓ pada pagi hari dan ↑ pada siang hari; Batuk -; Mual & muntah
-; BAB padat 1x/hari; BAK 5 kali/hari jernih kekuningan; Nafsu makan
baik
O: Kesan sakit: TSS CA -/-; SI -/-

20
-
- -
Kesadaran: CM Pemb KGB leher -
- - -
TD: 90/60 mmHg Paru: SNV +/+; Rh -/-; Wh -/-
- -
N: 110 x/menit Jantung: S1 S2 reg m -; g - -
P: 26 x/menit Abdomen: Supel, nyeri tekan abdomen,
S: 37.6 0C hepatomegali -, splenomegaly -
BB: 23 kg Ekstremitas: AH +/+; Edema -/-; CRT < 2”
Darah rutin
Hb: 9.8; Eri: 3.91; Leuko: 5.91; Thrombo: 152; Ht: 29.1
MCV: 74; MCH: 25; MCHC: 34; RDW-CV: 16.3
Urinalisa
Warna kuning muda jernih, leukosit 1-2 /lpb, eritrosit 0-1 /lpb, bakteri -,
berat jenis 1.00, pH 8.0, darah/ Hb -, nitrit -, leukosit esterase –
LED 21 mm/jam
A: - Typhoid Fever
- Anemia mikrositik et causa infeksi kronik
- Gizi kurang
- Imunisasi dasar lengkap sesuai usia tanpa booster
P: - IVFD KA-EN 3A 1750 cc dengan kecepatan 23 tetes makro per menit
- Laboratorium darah rutin, LED, dan Urinalisa
- Diet lunak 2790 kkal
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr i.v.
- Injeksi Dexamethasone 3 x 4 mg i.v.
- Tablet Paracetamol stop
- Syrup Metamizole 3 x 250 mg p.o.

30 Juni 2018
S: Demam -; Batuk -; Mual & muntah -; BAB padat 1x/hari; BAK 3 kali/hari
jernih kekuningan; Nafsu makan baik
O: Kesan sakit: TSS CA -/-; SI -/-
Kesadaran: CM Pemb KGB leher -

21
-
- -
- - -
TD: 100/70 mmHg Paru: SNV +/+; Rh -/-; Wh -/-
- -
N: 90 x/menit Jantung: S1 S2 reg m -; g - -
P: 30 x/menit Abdomen: Supel, nyeri tekan abdomen,
S: 36 0C hepatomegali -, splenomegaly -
BB: 23 kg Ekstremitas: AH +/+; Edema -/-; CRT < 2”
A: - Typhoid Fever
- Anemia mikrositik et causa infeksi kronik
- Gizi kurang
- Imunisasi dasar lengkap sesuai usia tanpa booster
P: - Pulang atas permintaan sendiri

2.11 Diagnosa akhir


- Typhoid Fever
- Anemia mikrositik et causa infeksi kronik
- Gizi kurang
- Imunisasi dasar lengkap sesuai usia tanpa booster

2.12 Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

22
BAB III
ANALISA KASUS

Demam tifoid merupakan penyakit endemis di Indonesia yang disebabkan


oleh infeksi sistemik salmonella typhi. Prevalens 91% kasus demam tifoid terjadi
pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun.3 Pada minggu
pertama sakit, demam tifoid sukar dibedakan dengan penyakit demam lainnya
sehingga untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan kuman untuk
konfirmasi.
Sembilan puluh enam persen (96%) kasus demam tifoid disebabkan oleh S.
typhi, sisanya disebabkan oleh S. paratyphi.3 Kuman masuk melalui
makanan/minuman, setelah melewati lambung kuman mencapai usus halus (ileum)
dan setelah menembus dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid usus halus
(plaque Peyeri). Kuman ikut aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah
(bacteremia primer) mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum tulang untuk
bermultiplikasi). Setelah mengalami bacteremia sekunder, kuman mencapai
sirkulasi darah untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal). Masa
inkubasi 10-14 hari.3
Pada anamnesis pasien ini didapatkan demam naik secara bertahap tiap hari,
mencapai suhu tertinggi pada minggu ketiga. Pada anamnesis juga didapatkan anak
mengalami anoreksia, nyeri kepala, dan nyeri perut, namun tidak ditemukan
keluhan diare, konstipasi ataupun muntah. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemui
gambaran lidah tifoid, yaitu pada bagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis,
juga tidak ditemukan hepatomegali maupun splenomegali.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan anemia, hal ini ditunjukkan oleh
menurunnya nilai Hb terukur dibawah nilai rujukan dan diperkuat pula oleh
penurunan milai MCV dan MCH. Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi
sumsum tulang atau defisiensi Fe. Defisiensi Fe dapat terjadi pada keadaan
inflamasi kronik, dimana peningkatan IL-6 bertanggung jawab dalam menginduksi
hati untuk membentuk protein hepcidin, protein inilah kemudian menyebabkan
terhambatnya translokasi besi dari epitel usus kedalam aliran pembuluh darah.4

23
Pada pemeriksaan penunjang tampak tidak terjadi peningkatan jumlah
leukosit, padahal sedang berlangsung infeksi sistemik. Hal ini khas infeksi tifoid,
dimana kadar leukosit dapat normal hingga menurun, tidak seperti pada infeksi
bakteri pada umumnya. Pada panel trombosit dapat diketahui terjadi suatu keadaan
trombositopenia, hal ini merupakan tanda klinis demam tifoid yang berat. Pada
pemeriksaan serologi Widal tampak terjadi kenaikan titer S. typhi O dan S.
paratyphi A O lebih dari 1/200,3 atau peningkatan empat kali lipat titer S. typhi O
pada masa konvalesen dibandingkan pada masa akut,5 hal ini sudah cukup kuat
bahwa sedang berlangsung infeksi tifoid.
Alasan pasien dirawat adalah demam yang sangat tinggi dan demam yang
sudah terjadi lebih dari satu bulan. Efek dari demam yang berkepanjangan ini
menyebabkan pasien menjadi anoreksia dan mengalami kurang gizi. Tata laksana
suportif yang dapat diberikan adalah tirah baring, isolasi memadai dan pemenuhan
kebutuhan cairan dan kalori yang mencukupi.3
Berdasarkan pemeriksaan fisik diketahui bahwa status gizi anak adalah
kurang sehingga sangat perlu untuk memnuhi kebutuhan kalori harian anak.
Berdasarkan tabel Recommended Daily Allowance dicocokkan dengan umur
pasien, pasien memerlukan 100 kkal/kg/hari. Berdasarkan kurva CDC berat badan
ideal pasien adalah 31 kg, dan dengan tinggi 137 cm usia biologis pasien sebenarnya
adalah 9 tahun. Sehingga kebutuhan kalori pasien akan sama dengan kebutuhan
kalori anak usia 9 tahun walaupun usia pasien saat ini 11 tahun. Kebutuhan kalori
anak laki-laki usia 6-9 tahun berdasarkan tabel RDA adalah 80-90 kkal/kg/hari.
Sehingga dengan berat ideal 31 kg akan didapatkan 2790 kkal/hari. Dari 2790 kkal
ini aka dibagi 50% karbohidrat, 35% protein, dan 15% lemak. Bentuk makanan
yang disarankan untuk penderita demam tifoid adalah makanan yang lunak, mudah
dicerna dan mudah diserap oleh usus.
Untuk kebutuhan cairan dapat diberikan cairan rumatan KA-EN 3A dengan
kebutuhan harian yang dapat dihitung menggunakan pendekatan holiday-segar
yaitu, dikarenakan berat badan pasien lebih 23 kg maka kebutuhan cairan pasien
adalah 1500 ml/hari + 20 ml/kg/hari x (23 kg – 20 kg) = 1500 ml/hari + 60 ml/hari,
yaitu sebesar 1560 ml per hari. Dikarenakan suhu pasien saat awal masuk adalah

24
380C maka kebutuhan saat itu cairan harus ditambah 12% dari kebutuhan basal
sehingga menjadi 1747.2 ml atau sekitar 1750 ml. Laju tetesan dapat dihitung
dengan cara 60 ml/jam + 1 ml/kg/jam x (23 -20) kg = 63 ml/jam dikarenakan suhu
pasien sebesar 380C maka laju tetesan pun ditambah 12% menjadi 70.56 ml/jam
atau setara dengan 23 tetes makro/ menit.6 Walaupun pasien mengalami anemia,
pasien tidak memiliki indikasi untuk dilakukan transfusi.
Tata laksana yang diberikan pada pasien ini adalah antibiotic golongan
sefalosporin generasi ketiga yaitu cefotaxime dengan dosis 40-80 mg/kg/hari.5
Pemilihan pemberian cefotaxime daripada kloramfenikol dikarenakan pada pasien
ini terjadi anemia, ditakutkan dengan diberikannya kloramfenikol (efek supresi
sumsum tulang) akan memperburuk anemia yang sedang berlangsung. Namun
setelah dilakukan pemantauan per hari, tampak demam tidak kunjung reda sehingga
cefotaxime dapat diganti dengan pemberian Ceftriaxone 80 mg/kg/hari.5 Kasus
demam tifoid pada anak MR ini termasuk golongan yang berat. Dimana terdapat
kecurigaan adanya resistensi kuman salmonella terhadap antibiotic sefalosporin
generasi ketiga. Sehingga dapat pula pada kasus ini kita berikan kortikosteroid yaitu
deksametason dengan dosis 1-3 mg/kg/hari secara intravena.3
Pemberian metamizole pada kasus ini dikarenakan demam sudah tidak
berespons dengan pemberian paracetamol. Metamizole adalah golongan antipiretik
yang memiliki efek anti-inflamasi minimal, sama seperti paracetamol. Obat ini
terutama digunakan untuk pereda nyeri perioperatif, cedera akut, kolik, nyeri
kanker, nyeri akut/kronis dan demam tinggi yang tidak responsif terhadap obat
lainnya.7 Dosis pemberian metamizole pada anak-anak sebesar 250 mg dan dapat
diulang 2-3 kali sehari.
Setelah dilakukan evaluasi demam selama delapan hari, tampak demam tidak
kunjung reda pada pasien ini. Terdapat dugaan akan adanya komplikasi, sumber
infeksi lain, atau resistensi S. typhi terhadap antibiotic. Melihat pemeriksaan fisik
serial pada pasien, tidak ditemukan adanya tanda-tanda komplikasi, seperti
penurunan kesadaran, akut abdomen, perdarahan gastrointestinal dan lain
sebagainya. Sedangkan kemungkinan adanya sumber infeksi lain dapat ditepis

25
melalui pemeriksaan lab urinalisa, dimana hasil tidak menunjukkan adanya tanda-
tanda infeksi saluran kemih.
Sehingga kecurigaan kuat mengarah pada adanya resistensi bakteri S. typhi
terhadap antibiotic, sehingga diperlukan pemeriksaan kultur dan uji sensitifitas
antibiotic sekaligus. Syarat pasien demam tifoid dapat dipulangkan dan
melanjutkan pengobatan dirumah adalah tidak terdapatnya demam selama 24 jam
tanpa antipiretik, nafsu makan membaik, secara klinis tampak perbaikan, dan tidak
dijumpai adanya komplikasi. Pada follow up terakhir tanggal 30 juni tampak pasien
telah memenuhi kriteria untuk dipulangkan, namun sangat disayangkan keluarga
pasien memutuskan untuk memulangkan pasien sebelum adanya instruksi dari
dokter penanggung jawab.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo, Sumarmo S, dkk. Demam tifoid. Dalam: Buku ajar infeksi &
pediatri tropis. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;2008.h338-45.
2. Rezeki S. Demam tifoid. 2008. Diunduh dari
http://medicastore.com/artikel/238/Demam_Tifoid_pada_Anak_Apa_yang
_Perlu_Diketahui.html. 16 Juli 2018.
3. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,
Harmoniati ED. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: Penerbit IDAI;2009.h.47-50.
4. Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J.
Harrison's principles of internal medicine. 19th ed. New York: McGraw-
Hill Education Medical; 2015.
5. Communicable Disease Surveillance and Response Vaccines and
Biologicals. Background document: The diagnosis, treatment, and
prevention of typhoid fever. WHO;2003. p 19-24
6. Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, Schor NF. Nelson’s textbook of
pediatrics. 20th ed. Philadephia: Elsevier Saunders; 2016.
7. "Fachinformation (Zusammenfassung der Merkmale des Arzneimittels)
Novaminsulfon injekt 1000 mg Lichtenstein Novaminsulfon injekt 2500 mg
Lichtenstein". Winthrop Arzneimittel GmbH (in German). Zinteva Pharm
GmbH. February 2013. Retrieved 19 April 2014.

27

Anda mungkin juga menyukai