Anda di halaman 1dari 28

Status ujian

SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS GANGGUAN

CEMAS MENYELURUH

Oleh :

Ni Wayan Parmini

15014101307

Masa KKM : 22 januari 2018- 18 februari 2018

Pembimbing:

Dr.L. F. Joyce Kandou, SpKJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018

i
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI PASIEN

LAPORAN KASUS

Seorang Pasien Dengan Diagnosis Genggun Cemas Menyeluruh

Nama: Tn. FB

Umur : 38 Thn

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan kasus pada Januari 2018

Mengetahui

Dr.L. F. Joyce Kandou, SpKJ

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul

“SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS GANGGUAN

CEMAS MENYELURUH ”

Oleh:

Ni Wayan Parmini

15014101307

Masa KKM: 22 Januari 2018 – 18 Februari 2018

telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada Januari 2018.

Pembimbing :

Dr.L. F. Joyce Kandou, SpKJ

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
STATUS UJIAN ............................................................................................. 1
I. Identitas Pasien ...................................................................................... 1
II. Riwayat Psikiatrik .................................................................................. 1
III. Riwayat Kehidupan Pribadi ................................................................... 2
IV. Pemeriksaan Status Mental .................................................................... 7
V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut ................................................... 10
VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna ................................................................ 11
VII. Formulasi Diagnostik ............................................................................ 12
VIII. Diagnosis Multiaksial ............................................................................ 13
IX. Problem .................................................................................................. 13
X. Rencana Terapi ...................................................................................... 14
XI. Prognosis ............................................................................................... 14
XII. Diskusi ................................................................................................... 15
XIII. Anjuran .................................................................................................. 19
XIV. Wawancara Psikiatri .............................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21
LAMPIRAN .................................................................................................... 23

iv
STATUS UJIAN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : FB
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Manado, 06 Januari 1980
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Anak : 2 orang
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Pekerja Binatu
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat Sekarang : Malendeng Lingkungan II
Cara MRS : Pasien rawat jalan
Tanggal Pemeriksaan : 08 Januari 2018
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Jiwa RS.Prof.Dr.R.D.Kandou
Nomor Telepon : 085256043xxx

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 28 Januari 2016, di depan ruangan
Poliklinik Jiwa RS.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado dari:
 Autoanamnesis dengan pasien
 Rekam medis

A. Keluhan Utama
Pasien sering merasakan cemas, dan sulit tidur.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang dengan keluhan sering merasakan cemas sejak 1 bulan yang
lalu. Perasaan ini muncul ketika pasien sedang tidak melakukan apa-apa atau
apabila pasien sedang sendiri. Apabila sedang ditempat yang ramai atau sedang

1
melakukan aktivitas, pasien mengaku tidak pernah merasa cemas. Keluhan ini
biasanya dialami pasien pada saat pasien sakit ulu hati dan berfikir pasien telah
mengidap penyakit yang parah. Apabila merasakan sakit di bagian dada, pasien
merasa telah mendapatkan penyakit jantung, dan apabila merasakan sakit dibagian
pinggang, pasien merasa telah mendapatkan penyakit ginjal. Gejala ini dirasakan
hampir setiap hari. Awalnya pasien mengalami rasa cemas dan sejak 1 tahun lalu
ketika anak kedua pasien didiagnosis radang selaput otak. Pasien mengatakan
setiap kali anak, istri, atau keluarga terdekatnya sakit, cemas akan muncul. Hal
tersebut juga terjadi apabila pasien melihat ada yang meninggal di lingkungan
rumah pasien. Pasien sering merasa takut akan mati dan berfikir tentang siapa
yang akan menafkahi istri dan anak-anaknya apabila pasien meninggal. Pasien
kemudian memeriksakan diri ke dokter spesialis saraf dan mendapatkan obat.
Pasien juga mengeluh susah tidur. Setiap kali pasien merasa cemas, pasien
akan tertidur larut malam. Pasien seringkali mencari kesibukan seperti bermain
mainan di smart-phone atau membaca buku sehingga membuat pasien mengantuk
dan tertidur. Pasien tidak pernah terbangun pada malam hari.
Ketika pasien merasakan nyeri di bagian ulu hati, jantung, dan pinggang,
pasien akan berfikir pasien telah mengidap penyakit yang parah. Kemudian
dirinya mulai cemas. Hal ini menyebabkan pasien memeriksakan kondisi
tubuhnya ke dokter penyakit dalam. Setelah berobat dan mendapatkan obat,
keluhan pasien tidak berkurang, sehingga pasien akhirnya datang ke poliklinik
jiwa untuk melalukan pemeriksaan. Pasien mengaku setelah berobat ke poliklinik
jiwa, keluhan pasien seperti sering rasa cemas, dan sulit tidur ini berkurang.
Nafsu makan pasien sangat baik dan pasien makan teratur 3 kali sehari.
Pasien mandi dengan teratur, yaitu 2 kali sehari dengan inisiatif sendiri.
Sebelum berobat di poliklinik Jiwa RS.Prof.Dr.R.D.Kandou, pasien terlebih
dahulu berobat di dokter keluarga, dan pasien dirujuk untuk berobat di rumah
sakit.

2
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien pernah merasakan hal yang sama pada tahun 2015. Setiap kali
maag, pasien akan merasa cemas.
2. Riwayat Gangguan Medis
Pasien pernah sakit malaria pada waktu masih duduk di sekolah dasar.
Pasien juga memiliki penyakit gastritis.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien merupakan seorang perokok aktif. Pasien mulai merokok pada
saat pasien masih SMA. Pasien juga biasa mengkonsumsi alkohol tetapi
telah berhenti semenjak 2 tahun yang lalu.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Selama kehamilan
kondisi ibu pasien baik. Pasien lahir normal di rumah dan ditolong oleh
bidan. Pasien lahir spontan, tidak biru (sianosis) maupun kuning (ikterus).
Pasien lahir dengan berat 3200 gram, dan panjang 52 cm. Pasien diberikan
ASI oleh ibunya.

B. Riwayat masa kanak awal (usia 0-3 tahun)


Pada stadium oral (usia 0-18 bulan), pasien rutin diberikan ASI.
Pasien juga telah mendapatkan makanan pengganti berupa bubur pisang dan
susu taji semenjak pasien berumur 2 bulan. Pasien akan menangis apabila
merasa lapar dan akan berhenti menangis kemudian dengan spontan
melepas puting ibunya apabila telah merasa kenyang. Pada saat gigi pasien
telah bertumbuh, seringkali pasien akan menggigit puting ibunya.
Pada stadium anal (usia 1-3 tahun) pasien mulai berbicara,
berjalan, dan makan, pasien sudah bisa mengenggam benda-benda kecil,
sudah bisa menggucapkan beberapa kata-kata. Pasien minum ASI sampai
dengan usia 2 tahun. Pasien tidak memiliki penyakit psikiatrik atau medis.

3
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Pasien masih sering buang air
kecil dicelana sampai pasien berusia 3 tahun.
Pada stadium urethral (Transisional), pasien diajarkan BAK di
toilet (Toilet training) dan dapat ke toilet sendiri saat ingin BAK.
Kemudian mulai pada saat itu, pasien tidak lagi kencing dicelana.

C. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)


Pada stadium falik, pasien senang bermain dengan teman
sebayanya, dan telah mampu berinteraksi dengan orang lain. Pasien telah
mengerti dan akan meminta maaf apabila telah melakukan salah kepada
orang lain.
Pada stadium latensi penderita senang bermain bersama teman-
teman dan kedua saudara pasien. Pasien dan saudara-saudaranya sangat
jarang berkelahi. Apabila melakukan salah, orang tua pasien sangat jarang
memukul pasien. Pasien sesekali dipukul oleh ibunya apabila telah
melakukan salah yang tidak dapat di tolerir.

D. Riwayat masa kanan akhir dan remaja (usia 11-13 tahun sampai
dewasa muda)
Pada stadium genital, penderita mulai lebih mandiri, mulai belajar
bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Pasien
senang bergaul dengan orang lain sehingga pasien sering bermain diluar
rumah. Pasien merupakan seseorang yang terbuka sehingga selalu bercerita
tentang hari-harinya dan masalah kepada orang tuanya. Kadangkala pasien
bolos sekolah. Disekolah pasien tidak pernah mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler.

E. Riwayat Masa Dewasa


1. Riwayat Pendidikan
Pasien pertama kali bersekolah saat berusia 5 tahun di SDN 89
Manado. Kemudian pasien melanjutkan sekolahnya di SMPN 2
Manado. Pasien selalu lulus tepat waktu. Setelah itu pasien bersekolah

4
di SMA 4 Manado. Tetapi pada saat kelas 2, pasien berhenti bersekolah
dan bekerja di Jakarta. 4 tahun kemudian pasien balik kembali ke
Manado, melanjutkan sekolahnya di PGRI 4 dan setahun kemudian
lulus.

2. Riwayat Pekerjaan
Pasien adalah seorang pekerja binatu di
RS.Prof.Dr.R.D.Kandou

3. Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya.
Pasien sudah menikah. Pasien memiliki 2 orang anak.

4. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah pada bulan Agustus 2012 dan memiliki 2
orang anak. Anak sulung pasien adalah seorang anak laki-laki yang lahir
pada tahun 2008 sedangkan anak kedua pasien adalah seorang anak
perempuan yang lahir pada tahun 2013.

5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Kristen Protestan, dan sering mengikuti
kegiatan keagamaan. Setiap hari minggu pasien beribadah ke gereja
bersama dengan keluarganya. Pasien mulai rutin mengikuti ibadah
semenjak pasien sering merasa cemas. Pasien mengikuti kegiatan
gereja, seperti kolom, dan kaum Bapak.

6. Riwayat Kehidupan Sosial


Hubungan pasien dengan keluarga baik istri dan anak-anak
cukup harmonis dan hubungan dengan tetangga juga tergolong baik.
Pasien sering bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumah pasien karena
pasien merasa merupakan pelayan di Gereja sehingga mesti berbaur
dengan orang di sekitar.

5
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum. Pasien
sangat berpegang teguh terhadap nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat.

8. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal di rumah permanen dengan istri, kedua anaknya,
dan 2 orang yang menyewa kamar dirumahnya. Rumah pasien beratap
seng dan berlantai tehel. Terdapat 5 kamar tidur, dimana 2 dari kamar
tersebut disewakan. Terdapat pula 2 gudang, dan 1 kamar mandi.

Denah Rumah

Gudang WC kamar

Gudang
Dapur

kamar
Ruang Keluarga

kamar

Ruang Tamu
Kamar

Pintu utama

9. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, pasien termasuk
golongan keluarga dengan finansial cukup. Hubungan dengan orang tua
dan saudara-saudara adalah baik. Ayah dan ibu pasien mendidik pasien
dan saudara-saudaranya dengan kasih sayang. Ibu pasien mengalami
keluhan serupa dengan pasien.

6
Genogram

Keterangan:
: Laki-Laki : Pasien
: Perempuan : Meninggal

10. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien ingin segera sembuh dan hilang perasaan cemasnya yang
berlebihan tanpa meminum obat lagi.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan, tampak sesuai usianya. Berkulit sawo
matang, rambut warna hitam menggunakan seragam rumah sakit.
Penampilan rapi dan menggunakan sepatu berwarna hitam.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk tenang. Pasien dapat merespon saat
diucapkan salam. Pasien tidak menghindari kontak mata dan perhatian
pasien tidak mudah terpengaruh oleh sekitar.
3. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif pada wawancara dan menjawab setiap pertanyaan
yang diberikan oleh pemeriksa.

7
B. Mood dan Afek
1. Mood : Eutimik
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Sesuai afek

C. Bicara
1. Kualitas : Volume sedang, intonasi jelas, artikulasi jelas.
2. Kuantitas : Selama wawancara pasien menyimak pertanyaan
dan menjawab dengan jawaban yang tepat
3. Hendaya bahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa

D. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik dan visual (-)

E. Pikiran
1. Proses/arus pikir : Koheren, pasien menjawab sesuai pertanyaan,
jawaban pasien relevan.
2. Isi pikiran : Tidak ada waham. Preokupasi atau pemusatan
pikiran terhadap ide tertentu tidak
ditemukan.Ditemukan adanya sedikit mengarah ke
obsesi tentang dirinya yang menderita beberap
penyakit.

F. Kesadaran dan Kognitif


1. Taraf Kesadaran dan Kesiagaan
Kompos mentis. Pasien dapat mengarahkan, mempertahankan,
mengalihkan dan memusatkan perhatiannya.

8
2. Orientasi
 Orientasi waktu : Baik, pasien mengetahui waktu pada saat
pemeriksaan
 Orientasi tempat : Baik, pasien mengetahui dimana rumah dan
rumah sakit
 Orientasi orang : Baik, pasien dapat mengenali keluarganya,
perawat, dan dokter yang mewawancarainya.

3. Daya Ingat
 Daya ingat jangka panjang : Baik, pasien dapat menceritakan masa
kecilnya dengan baik
 Daya ingat jangka sedang : Secara umum baik
 Daya ingat jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat apa yang
ia kerjakan dari tidur semalam, bangun
pagi sampai saat wawancara
berlangsung
 Daya ingat segera : Baik, dapat mengingat kembali
beberapa nama benda yang disebutkan
pemeriksa beberapa waktu sebelumnya

4. Konsentrasi dan Perhatian


Baik. Ketika wawancara berlangsung pasien dapat memusatkan
perhatiannya terhadap pertanyaan pemeriksa. Pasien juga melakukan
seven serial test tanpa salah.

5. Kemampuan Membaca dan Menulis


Baik. Pasien dapat membaca dan menulis dengan jelas.

6. Kemampuan Visuospatial
Baik. Pasien dapat menggambarkan lingkaran, persegi dengan jelas.

9
7. Intelegensi dan Daya Informasi
Baik. Semua pertanyaan dijawab dengan baik.

G. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang
cukup lama dengan baik dan tenang.

H. Tilikan
Tilikan derajat 6 (pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi
dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan).

I. Taraf Dapat Dipercaya


Penjelasan pasien dapat dipercaya.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik, kesadaran kompos mentis
2. Tanda vital : TD: 120/70mmHg, N: 70x/m, R: 22x/m, S:36,5oC
3. Mata : konjungtiva anemis -/-, skelra ikterik -/-
4. R. Thoraks : C : BJ I-II reguler, bising (-)
P : vesikuler, Rh-/-, Wh-/-
5. R. Abdomen : datar, kemar, BU(+) normal, Hepar dan Lien ttb
6. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

B. Status Neurologikus
Gejala rangsang selaput otak (-). Pupil: bulat isokor, reflreks cahaya
+/+.N.Kranialis : baik. Fungsi sensoris dan motoris di ekstremitas: baik.
Refleks fisiologis: normal. Refleks patologis (-). Tremor pada ekstremitas (-
). Gejala EPS (-).

10
C. Pemeriksaan Penunjang
Saat dilakukan wawancara tanggal 18 Mei 2016 tidak ada pemeriksaan
penunjang.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien berusia 38 tahun, laki-laki, sudah
menikah dan memiliki 2 orang anak. Pendidikan terakhir SMA, agama Kristen
Protestan, suku Minahasa, datang ke Poliklinik Jiwa RS. Prof. Dr. D. R. Kandou
Manado pada tanggal 18 Januari 2018 dengan keluhan utama pasien sering
merasa cemas, dan sulit tidur.
Pasien datang dengan keluhan sering merasakan cemas sejak 1 bulan yang
lalu. Perasaan ini muncul ketika pasien sedang tidak melakukan apa-apa atau
apabila pasien sedang sendiri. Apabila sedang ditempat yang ramai atau sedang
melakukan aktivitas, pasien mengaku tidak pernah merasa cemas. Keluhan ini
biasanya dialami pasien pada saat pasien sakit ulu hati dan berfikir pasien telah
mengidap penyakit yang parah. Apabila merasakan sakit di bagian dada, pasien
merasa telah mendapatkan penyakit jantung, dan apabila merasakan sakit dibagian
pinggang, pasien merasa telah mendapatkan penyakit ginjal. Gejala ini dirasakan
hampir setiap hari. Awalnya pasien mengalami rasa cemas dan sejak 1 tahun lalu
ketika anak kedua pasien didiagnosis radang selaput otak. Pasien mengatakan
setiap kali anak, istri, atau keluarga terdekatnya sakit, cemas akan muncul. Hal
tersebut juga terjadi apabila pasien melihat ada yang meninggal di lingkungan
rumah pasien. Pasien sering merasa takut akan mati dan berfikir tentang siapa
yang akan menafkahi istri dan anak-anaknya apabila pasien meninggal. Pasien
kemudian memeriksakan diri ke dokter spesialis saraf dan mendapatkan obat.
Pasien juga mengeluh susah tidur. Setiap kali pasien merasa cemas, pasien
akan tertidur larut malam. Pasien seringkali mencari kesibukan seperti bermain
mainan di smart-phone atau membaca buku sehingga membuat pasien mengantuk
dan tertidur. Pasien tidak pernah terbangun pada malam hari.
Ketika pasien merasakan nyeri di bagian ulu hati, jantung, dan pinggang,
pasien akan berfikir pasien telah mengidap penyakit yang parah. Kemudian
dirinya mulai cemas. Hal ini menyebabkan pasien memeriksakan kondisi

11
tubuhnya ke dokter penyakit dalam. Setelah berobat dan mendapatkan obat,
keluhan pasien tidak berkurang, sehingga pasien akhirnya datang ke poliklinik
jiwa untuk melalukan pemeriksaan. Pasien mengaku setelah berobat ke poliklinik
jiwa, keluhan pasien seperti sering rasa cemas, dan sulit tidur ini berkurang.
Nafsu makan pasien sangat baik dan pasien makan teratur 3 kali sehari.
Pasien mandi dengan teratur, yaitu 2 kali sehari dengan inisiatif sendiri.
Pasien adalah seorang laki-laki tampak sesuai usianya. Berkulit sawo
matang, rambut hitam, penampilan cukup rapih dan menggunakan sepatu
berwarna hitam. Ekspresi wajah tampak normal. Riwayat perkembangan sesuai
dengan anak seusianya. Tidak terdapat riwayat gangguan belajar. Pasien
menamatkan sekolahnya agak terlambat karena pasien sempat berhenti sekolah
dan bekerja tetapi melanjutkan sekolahnya kembali. Riwayat penyakit pasien
menderita kolesterol.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan status mental,
menunjukkan keadaan yang cukup baik, sedangkan keluhan pasien tentang
penyakitnya masih tetap ada. Keluhan ini menimbulkan hendaya yang cukup
bermakna. Oleh karena itu, maka gejala ini dapat dimasukkan dalam kategori
gangguan jiwa.
Formulasi diagnostik ini berdasarkan DSM-V. Pada pasien ini berdasarkan
anamnesis, ditemukan gejala sering cemas, terdapat keluhan lambung, dan sulit
tidur yang merupakan gejalayang merupakan gejala dari gangguan cemas
menyeluruh. Pasien cenderung merasakan perasaan cemas sepanjang hari. Pada
aksis I, kriteria diagnostik pasien ini adalah gangguan cemas menyeluruh (F41.1).
Pada aksis II, ciri gangguan kepribadian pasien ini adalah cemas atau
menghindar.
Pada aksis III, terdapat masalah pada sistem pencernaan dimana pasien
menderita penyakit gastritis.
Pada aksis IV, didapatkan masalah dengan keluarga, dimana anak kedua
pasien didiagnosis menderita penyakit radang selaput otak

12
Pada aksis V, Global Assessment of Functioning (GAF) scale, Current: 80-
71 Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan
dan sekolah. HLPY : 90-81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak
lebih dari masalah harian yang biasa.

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : Gangguan cemas menyeluruh
Aksis II : Gangguan kepribadian cemas
Aksis III : Penyakit sistem pencernaan
Aksis IV : Masalah keluarga
Aksis V : GAF current: 80-71 Gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, dan sekolah.
GAF HLPY: 90-81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup
puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.

IX. PROBLEM
1. Organobiologi : Gastritis
2. Psikologi : Pasien tampak cemas namun dapat berusaha untuk
tenang.
3. Lingkungan dan sosial ekonomi : Tidak ada masalah dengan
lingkungan dan mengalami sedikit
masalah pada sosial ekonomi.

X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka
 Fluoxetine 20 mg 1 x ½, diminum malam
 Clobazam 10 mg 2 x ½, diminum pagi dan malam

B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial


1. Psikoterapi
a. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yaitu pendekatan kognitif
mengajak pasien secara langsung mengenai distorsi kognitif dan

13
pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung.
Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah
relaksasi dan biofeedback.
b. Terapi Suportif yaitu pasien diberikan reassurance dan
kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada dan belum tampak,
didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi
sosial dan pekerjaannya.
c. Psikoterapi Berorientasi tilikan yaitu mengajak pasien untuk
mencapai penyingkapan konflik bawah sadar, menilik egostrength,
relasi obyek, serta keutuhan self pasien.

2. Intervensi Psikososial
a. Terhadap Pasien
 Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya
lebih lanjut, cara pengobatannya, efek samping yang kemungkinan
muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.
 Memberikan motivasi kepada pasien agar pasien tidak merasa putus
asa dan agar semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak
kendur.

b. Terhadap Keluarga Pasien


Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada
keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan
penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat memahami dan
menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur
serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.

XI. PROGNOSIS
A. Ad vitam : dubia ad bonam
B. Ad fungsionam : dubia ad bonam
C. Ad sanationam : dubia ad bonam
X. DISKUSI

14
1. Diagnosis
Gejala utama dari ganguan anxietas adalah rasa cemas, ketegangan
motorik, hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif. Kecemasan
berlebihan dan mengganggu aspek lain kehidupan pasien.
Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut DSM V:
 Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap
hari, sepanjang hari terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah
aktivitas atau kejadian.
 Pasien merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
 Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala
berikut ini.
 Kegelisahan
 Merasa mudah lelah
 Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
 Iritabilitas
 Ketegangan otot
 Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah
dan tidak memuaskan)
 Gangguan yang terjadi tidak dapat dijelaskan lebih baik dengan gangguan
mental lainnya.
 Kecemasan, kekhawatiran atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi
penting lain.
 Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari
suatu zat atau kondisi medis umum dan tidak terjadi semata-mata selama
suatu gangguan mood, gangguan psikotik atau gangguan perkembangan
pervasif.1
Gejala klinis Gangguan Cemas Menyeluruh meliputi2:
 Pasien menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja
(free floating atau mengambang).

15
 Gejala-gejala tersebut bisaanya mencakup unsur-unsur berikut:
 Kecemasan (khawatir akan nasib buruk seperti berada di ujung
tanduk, sulit berkonsentrasi, dll).
 Ketegangan motorik (gelisah, gemetaran, sakit kepala, tidak dapat
santai, dsb).
 Overaktivitas otonomik (terasa ringan, berkeringat, takikardi,
takipnea, jantung berdebar-debar, sesak napas, epigastrik, pusing
kepala, mulut kering, dan gangguan lainnya)
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan serta keluhan somatik berulang yang menonjol
 Adanya gejala-gejala lain yang bersifat sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari
episode depresi (F32.), gangguan anxietas fobik (F40) gangguan panik
(F41,0) atau gangguan obsesif-kompulsif (F42).
Penyebab gangguan cemas menyeluruh dapat diakibatkan karena pengaruh
biologi, genetik, psikoanalitik, dan kognitif-perilaku. Diagnosis banding gangguan
kecemasan menyeluruh adalah semua kondisi medis yang menyebabkan
kecemasan. Pemeriksaan medis harus termasuk tes kimia darah standar,
elektrokardiogram, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan intoksikasi
kafein, penyalahgunaan stimulan, putus alkohol dan putus sedatif atau hipnotik.3

2. Ciri Kepribadian
Gangguan kepribadian cemas (menghindar) adalah adanya pola perasaan
tidak nyaman serta keengganan untuk bergaul secara sosial, rasa rendah diri,
hipersensitif terhadap evaluasi negatif. Bersifat pervasif, awitan sejak dewasa
muda, nyata dalam berbagai konteks.3

16
Pedoman diagnostik :
A. Rasa tegang atau takut yang menetap dan pervasif
B. Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik, atau lebih rendah dari
orang lain
C. Kuatir berlebih terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial
D. Enggan untuk terlibat dengan orang lain, kecuali merasa yakin
akan disukai
E. Membatasi gaya hidup dengan alasan keamanan fisik
F. Menginghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang melibatkan
kontak interpersonal sebab takut di kritik, tidak didukung, atau
ditolak.
Pada pasien ini, didapatkan rasa takut yang menetap. Pasien juga
sering merasa tidak percaya diri.

Terapi
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan menyeluruh
adalah pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi dan farmakoterapi.2,3,4
 Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh meliputi 5
:
 Terapi kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan jangka
panjang dan jangka pendek. Pendekatan kognitif secara langsung
menjawab distorsi kognitif pasien dan pendekatan perilaku menjawab
keluhan somatik secara langsung.
 Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan kenyamanan
bagi pasien.
 Terapi berorientasi tilikan, memusatkan untuk mengungkapkan konflik
bawah sadar dan mengenali kekuatan ego pasien.
 Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang disekitar tentang
penyakit pasien sehingga dapat memberikan dukungan moral dan menciptakan
lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu proses

17
penyembuhan.
 Farmakoterapi
Golongan benzodiazepine sebagai “drug of choice” dari semua obat yang
mempunyai efek anti-anxietas, disebabkan spesifitas, potensi dan
keamanannya. Spektrum klinis benzodiazepine meliputi efek anti anxietas,
anti konvulsan, anti insomnia, premedikasi tindakan operatif.5,6
 Diazepam :”broadspectrum”
 Nitrazepam :dosis anti anxietas dan anti insomnia berdekatan
lebih efektif sebagai anti insomnia
 Clobazam :”psychomotor performance” paling kurang
terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut
yang ingin tetap aktif
 Lorazepam :”short half life benzodiazepine ”, untuk pasien
pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal.
 Alprazolam :efektif untuk anxietas antisipatorik ” onset of action
lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti
depresi.
Pada pasien ini diberikan pengobatan farmakoterapi Fluoxetin 20 mg
1x½. Fluoxetin merupakan obat golongan SSRIs (Selective Serotonine
Reuptake Inhibitors). Fluoxetin memiliki 2 efek yakni efek antidepresan
dan antiansietas. Obat ini kurang menyebabkan antikolinergik, hampir
tidak menimbulkan sedasi dan cukup diberikan satu kali sehari. Selain
sebagai obat pilihan, efek obat ini tergolong mudah penggunaannya, lebih
aman dan memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit. Efek samping
yang dapat timbul yaitu menjadi gelisah, mual, muntah, dapat
menyebabkan hipotensi, penurunan libido, disfungsi ereksi ataupun
anorgasmia dan bahkan dapat menyebabkan kematian jika dikombinasikan
dengan alkohol atau obat lain.4
Terapi psikofarmaka yang direncanakan untuk pasien adalah
Clobazam yang merupakan golongan benzodiazepine yang
merupakan potensiasi inhibisi neuron dengan GABA sebagai
mediatornya untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa

18
cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada hubungannya dengan rasa
cemas. Pada pasien diberikan clobazam 10 mg 2x½ diminum pagi dan
malam hari karena “psychomotor performance”paling kurang terpengaruh,
untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang ingin tetap aktif.4

XII. ANJURAN
Dianjurkan kepada keluarga agar dapat memberikan dukungan dan
perhatian yang lebih selama masa pengobatan. Memberikan konseling yang
teratur kepada pasien untuk bisa memperbaiki pemahamam tentang realitas yang
ada, cara mencegah dan mengatasinya, serta pola pikir pasien agar membantu
pasien untuk dapat melakukan pengobatan yang teratur.

19
DAFTAR PUSTAKA
1. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric
Publishing; Washington DC. 2013.
2. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI; 2001.
3. Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa
Aksara; 1997. p. 17-67, 284.
4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis obat Psikotropika ed.
Ketiga. Jakarta : Bagian ilmu kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atmajaya;
2001
5. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 2010.

20
Foto Bersama Pasien Foto Rumah Pasien

Denah rumah

21
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di Rumah Pasien jam 16.00 WITA
Keterangan :

A : Dokter muda
B : Pasien

A : Selamat pagi ibu


B : selamat pagi koass
A : saya dengan dokter muda wayan, dengan ibu siapa dang ini?
B : qt feibe
A : boleh mo tanya-tanya dengan ibu pe kondisi?
B : iyo boleh
A : umur berapa sekarang?
B : 38 tahun
A : tinggal dimana?
B : di malendeng lingkungan II
A : ada rasa bagaimana sekarang?
B : rasa khawatir, cemas, ketakutan. Kita kwa cemas dengan penyakit yang kita
rasa. Tiap kali kita ba maag, qt rasa so saki keras. Begitu juga pas kita saki dada,
kita rasa kita saki jantung. Pas kita saki pinggang, kita rasa kita so saki ginjal.
Kita juga ja rasa cemas tiap kali ba lewat orang kedukaan. Kita tako mo mati.
Kasiang nanti kita p suami deng anak-anak
A : so berapa lama ibu rasa begini?
B : dari bulan desember
A : kapan ja datang tu cemas?
B : kalo kita so ba sendiri deng nda beking apa-apa pasti kita so banyak ba pikir.
Nah tiap kali bapikir noh kong kita cemas begitu. Kalo ditempat rame nyanda mo
taingat.
A : trus so pigi berobat ke dokter?

22
B : iyo, dikase obat maag noh kita. Tiap jali tu maag ilang, kita p cemas ja iko
ilang leh. Da periksa di dokter penyakit dalam dibilang nda apa-apa. Cuma dikase
ranitidin qt.
A : sebelumnya pernah rasa begini?
B : iyo koass. Pertama kali kwa pas tahun 2013. Kita p anak di diagnosis ada
radang selaput otak. Semenjak itu kita mulai ja ba cemas. Nimbole tasaki sadiki
kita p anak kita langsung cemas. Jadi tiap dorang saki kita ja minta ijin pa bos mo
pulang cepat supaya boleh mo lia kita p anak dirumah.
A : selain itu ada keluhan apa lagi dang?
B : kita nda ja tatidor malam. Kalo malam ja tidor jam 1 atau jam 2 bgitu. Paling
kita main handphone ato babaca kalo nda bisa tatidor. Pas manganto, kita
langsung tidor.
A : kalo tengah malam ja tabangun?
B : nyanda noh, kecuali ada orang yang sebangun pa kita.
A : dikeluarga ada yang ja cemas rupa ibu?
B : iyo, kita p mama. Bahkan lebe parah depe gejala.
A : oh iyo dang ibu. Semoga cepat sembuh neh. Jangan talalu banyak bapikir
yang tidak-tidak ibu, cuma mo beking gelisah. Sebisa mungkin beking sesuatu
yang bisa alihkan tu perasaan.
B : oke dok. Terima kasih.

23
24

Anda mungkin juga menyukai